DAMPAK INTERNET TERHADAP PERILAKU SEKS B (1)

DAMPAK INTERNET TERHADAP PRILAKU SEKS BEBAS DI
KALANGAN REMAJA
Oleh :
Muhammad Amin Arqi
1.

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang
Remaja adalah masa peralihan atau masa transisi dari masa anak-anak ke
masa dewasa. Masa remaja tidak dapat dirincikan dengan jelas batas umurnya,
tetapi secara umum berkisar antara umur 11 tahun sampai akhir belasan tahun
ketika pertumbuhan jasmani hampir selesai. Hal ini dikarenakan, pada beberapa
kasus seorang anak perempuan mulai haid pada usia 11 tahun dan ada juga yang
mulai haid pada usia 15 tahun (Atkinson,1983:136).
Masa remaja merupakan masa perkembangan kearah kematangan jasmani,
salah satunya berupa kematangan seksual. Perkembangan seksual ini dapat
diketahui secara langsung, misalnya perkembangan buah dada pada anak
perempuan, tumbuhnya janggut maupun kumis pada anak laki-laki, dan
tumbuhnya


bulu-bulu

kelamin

pada

anak

perempuan

dan

laki-laki

(Atkinson,1983:136).
Pada masa remaja, ada beberapa tahap perkembangan yang dilalui, salah
satunya adalah perkembangan seksual. Pada masa ini remaja mengalami
perkembangan pada organ-organ reproduksinya. Perkembangan ini dimulai pada
awal-awal usia remaja dan memuncak pada masa pubertas yang ditandai dengan
menstruasi pada anak perempuan dan munculnya sel-sel sperma pada anak lakilaki.

Seorang remaja peka terhadap sebuah perkembangan. Seorang remaja
memiliki rasa ingin tahu yang besar. Tidak mengherankan kalau seorang remaja
mengetahui banyak hal tentang perkembangan-perkembangan yang terjadi di
sekitarnya. Internet merupakan salah satu wujud perkembangan teknologi.
Teknologi tersebut banyak digunakan oleh kalangan remaja. Remaja dapat
memperoleh banyak manfaat melalui internet. Akan tetapi, dampak negatif
internet bagi tahap perkembangan yang sedang dilalui juga tidak kalah banyak.

Seorang remaja yang sering menggunakan internet tidak terlepas dari
pornografi dan pornoaksi dalam bentuk gambar maupun video yang banyak
beredar di internet. Misalnya, saat remaja mengakses salah satu website dan
menemukan bentuk pornografi maupun pornoaksi dalam bentuk gambar dan
video, kemudian mengaksesnya atau mencari website lain dengan bentuk yang
sama namun memungkinkan untuk dilihat secara online atau di download. Hal ini
dapat merangsang perkembangan seksual remaja menjadi lebih cepat (lonjakan
pertumbuhan masa remaja), pada akhirnya banyak terjadi perilaku-perilaku yang
tidak sepatutnya dilakukan.
Menurut data hasil survei KPAI, sebanyak 32% remaja usia 14-18 tahun di
Jakarta, Surabaya, dan Bandung pernah berhubungan seks. Penyebabnya yaitu
pornografi yang diakses via internet. Fakta lainnya, sekitar 21,2% remaja putri di

Indonesia pernah melakukan aborsi. Selebihnya, separuh remaja wanita mengaku
pernah bercumbu. Survei KPAI juga menyebutkan, 97% perilaku seks remaja
disebabkan oleh pornografi dan pornoaksi di internet.
Berdasarkan hal tersebut, maka penulis menganggap penting menulis
makalah ini untuk mengetahui dampak internet terhadap perilaku seks bebas yang
banyak terjadi di kalangan remaja pada masa ini. Oleh karena itu, penulis menulis
makalah ini dengan judul Dampak Internet Terhadap Perilaku Seks Bebas di
Kalangan Remaja.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah umum dalam makalah ini, yaitu bagaimana dampak
internet terhadap perilaku seks bebas di kalangan remaja? Sebaliknya, masalah
khusus dalam makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

1) Bagaimana dampak iklan porno terhadap perilaku seks bebas di kalangan
remaja?

2) Bagaimana dampak facebook terhadap perilaku seks bebas dikalangan
remaja?

3) Bagaimana dampak situs pono terhadap perilaku seks bebas dikalangan

remaja?

2.

Pembahasan

2.1. Dampak Iklan Porno Terhadap Perilaku Seks Bebas di Kalangan
Remaja
Iklan merupakan media promosi yang digunakan oleh perusahaan untuk
berkomunikasi dengan konsumen dan calon konsumennya agar membeli produk
yang ditawarkan. Pujianto (2001:3-4) seperti yang dikutip Christianto (2009)
mengemukakan, bahwa iklan merupakan sarana komunikasi produk melalui
berbagai media dengan biaya pemrakarsa agar masyarakat tertarik untuk
menyetujui dan mengikutinya. Perusahan berharap konsumen melihat atau
mendengar iklan yang ditayangkan, sehingga konsumen tertarik untuk membeli
atau mengikutinya.
Iklan yang ditayangkan melalui berbagai media memiliki nilai positif dan
nilai negatif bagi konsumen. Iklan akan bernilai positif apabila memiliki manfaat
dan tepat pada sasarannya. Sebaliknya, iklan akan bernilai negatif apabila iklan
tersebut tidak tepat sasaran pemasarannya. Iklan alat kontrasepsi yang memiliki

sasaran orang-orang dewasa justru dilihat dan diikuti oleh kalangan remaja.
Hanurawan (2012:64) menyatakan, “pengembangan kebijakan iklan penggunaan
alat kontrasepsi dalam berhubungan seksual menjadi tidak menyentuh sasaran
perilaku seksual sehat karena iklan semacam itu oleh golongan religius dan
konservatif dianggap dapat menyebabkan timbulnya secara pesat perilaku seksual
bebas”.
Internet merupakan teknologi yang digunakan sebagai media promosi oleh
banyak perusahan. Internet menjadi sarana yang dianggap dapat digunakan
sebagai media promosi yang baik tanpa mengeluarkan banyak biaya. Banyak
produk yang ditawarkan oleh perusahaan mendapat respon baik dari konsumen
karena iklannya di internet.
Iklan kontrasepsi banyak beredar di situs-situs internet. Iklan ini mendapat
respon dari konsumen tidak hanya dari kalangan orang dewasa, tetapi juga dari
kalangan remaja meskipun tidak membelinya. Remaja yang melihat iklan seperti
itu merasa tertarik untuk melihatnya lebih detail karena rasa ingin tahu remaja
yang besar. Remaja yang melihat iklan seperti itu akan mendapat ransangan
seksual yang mendorongnya untuk melakukan seks bebas.

Iklan alat kontrsepsi yang banyak beredar di internet berdampak pada
penjualannya secara bebas di masyarakat. Alat kontrasepsi memerlukan adanya

regulasi yang mengatur penjualannya agar tidak dapat diakses oleh kalangan
remaja dan anak-anak (Centroone, 22 Juni 2012). Penjualan alat kontrasepsi
secara bebas tidak menutup kemungkinan pembelinya dari kalangan remaja dan
anak-anak yang dapat mendorongnya melakukan seks bebas.
Perkembangan teknologi internet memiliki banyak manfaat. Iklan di
internet untuk mempromosikan produk dinilai efektif oleh perusahaan. Akan
tetapi, manfaat itu dapat menjadikan masyarakat resah. Iklan alat kontrasepsi yang
banyak beredar

di internet dapat membuat masyarakat resah karena banyak

diakses oleh remaja dan anak-anak.
Kemudahan dalam mengakses internet tidak menutup kemungkinan dapat
berdampak buruk terhadap remaja dan anak-anak karena jangkauan luas yang
dimilikinya. Produsen-produsen browser dapat mengatasi permasalahan tersebut
dengan melengkapi programnya untuk memilih situs-situs yang dapat diakses
seperti yang dilakukan Mozilla Firefox (Rahmania, Cahyanto, dan Destarina,
2010:26). Dengan program yang dapat memilih situs, dapat meminimalisir
kemungkinan remaja dan anak-anak untuk mengakses situs-situs yang tidak layak
diakses.

Kemudahan yang ditawarkan oleh teknologi internet dalam promosi
produk tidak selamanya berdampak baik. Iklan alat kontrasepsi yang tidak layak
dilihat oleh kalangan remaja dan anak-anak banyak beredar di internet.
Dibutuhkan upaya-upaya untuk mengatasi masalah tersebut agar tidak terjadi halhal yang tidak diinginkan. Keikutsertaan pemerintah dan masyarakat dapat
meminimalisir kemungkinan mengakses hal-hal yang dapat merangsang perilaku
seks bebas di kalangan remaja.
2.2. Dapak Facebook Terhadap Perilaku Seks Bebas di Kalangan Remaja
Facebook merupakan terobosan dalam teknologi komunikasi yang banyak
digunakan oleh masyarakat, terutama remaja. Pengguna facebook pada tahun 2009
mencapai 10.926.180 pengguna (Rahmania, Cahyanto, dan Destarina, 2010:7) dan
pada tahun 2012 meningkat menjadi 960.499.900 pengguna. Penduduk Indonesia

yang menggunakan facebook pada tahun 2009 menempati peringkat ketujuh di
dunia dan pada tahun 2012 menempati peringkat keempat dunia. Di Asia,
Indonesia menempati peringkat pertama, yaitu 50.489.360 pengguna. Pengguna
facebook di Indonesia mengalahkan Turki pada peringkat kedua di Asia, yaitu
31.415.080 pengguna (checkfacebook, 12 Nopember 2012 pukul 20.20 WIB).
Seperti yang diketahui, remaja mendominasi jumlah penduduk di
Indonesia. Demikian halnya dengan pengguna facebook di Indonesia. Laporan
statistik tentang pengguna facebook di Indonesia menyebutkan, bahwa 69,6%

pengguna dari seluruh pengguna facebook di Indonesia merupakan remaja usia 13
– 24 tahun (kompasiana, 23 Januari 2012). Hal tersebut, tidak menutup
kemungkinan dapat menimbulkan perilaku seks bebas di kalangan remaja.
Facebook dapat digunakan sebagai media komunikasi dengan teman
seperti mengirim pesan kepada teman. Selain itu, facebook juga dapat digunakan
sebagai media untuk berbagi foto dan video. Tidak mengherankan jika pengguna
facebook di dunia meningkat dari tahun ke tahun.
Para pengguna memiliki alasan sendiri dalam menggunakan facebook.
Penelitian

yang dilakukan Mens Health di Amerika Serikat terhadap 3.000

pengguna menemukan, seorang pengguna mengaku pernah melakukan hubungan
seksual dengan dua orang teman facebooknya (Kompas, 6 Desember 2010). Hal
tersebut membuktikan bahwa media komunikasi facebook memiliki dampak
terhadap perilaku seks yang di lakukan oleh penggunanya.
Berbagi foto melalui facebook oleh penggunanya merupakan hal yang
banyak ditemukan. Akan tetapi, dengan berbagi foto yang bermuatan pornografi
dapat memberikan ransangan seksual kepada pengguna lain yang melihatnya.
Sebuah foto porno diunggah oleh seorang siswi SMP untuk merayakan

kelulusannya (Tribunnews, 4 Juni 2012). Hal tersebut merupakan contoh nyata
penggunaan facebook sebagai media berbagi foto yang tidak sehat.
Tidak dapat di pungkiri facebook sudah di jadikan media berbagi foto dan
video yang tidak sehat. Seorang warga melapor kepada polisi karena video porno
yang dilakukan istrinya di posting ke facebook oleh seorang pengguna
(Tribunnews, 21 September 2012). Dengan postingan seperti itu, tidak menutup

kemungkinan akan dilihat oleh kalangan remaja dan anak-anak yang sekarang
sudah banyak memiliki akun facebook.
Facebook yang dirancang dengan program-program menarik untuk
memudahkan komunikasi di jadikan sebagai media yang tidak sehat oleh
penggunanya. Kasus yang disebutkan pada paragraf sebelumnya menjadi bukti
penggunaan facebook yang tidak sehat. Hal tersebut tidak menutup kemungkinan
situs facebook diblokir oleh pemerintah Indonesia yang telah mengeluarkan
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang pornografi seperti yang dilakukan
kepada sejumlah situs porno yang beredar.
Pengguna facebook yang sudah lama memiliki akun, tentunya memiliki
banyak teman. Pengguna facebook sering berbagi foto atau video kepada temantemannya di facebook. Akan tetapi, jika foto tersebut bermuatan pornografi
tentunya dapat memberikan ransangan seksual kepada pengguna lain yang
melihatnya. Jika hal tersebut terjadi, kemungkinan untuk melakukan seks bebas

menjadi lebih besar. Pengguna facebook sebaiknya selektif dalam menerima
permintaan pertemanan di facebook (Rahmania, Cahyanto, dan Destarina,
2010:56) agar terhindar dari kegiatan berbagi foto atau video yang bermuatan
pornografi. Tidak sedikit orang akan mengajak berteman di facebook. Pengguna
facebook dengan alasan menambah jumlah teman di facebook tidak melakukan
seleksi terlebih dahulu dan langsung menerimanya.
Dampak buruk bagi pengguna facebook yang memiliki banyak teman,
yaitu kegiatan berbagi foto atau video porno de. Pengguna facebook yang baik
tidak akan berbagi foto atau video porno kepada temannya. Akan tetapi, tidak
menutup kemungkinan pengguna facebook yang baik menemukan foto atau video
porno yang di posting oleh temannya. Selain selektif dalam menerima
pertemanan, pengguna facebook juga dapat bersikap selektif dalam memilih foto
atau video yang ingin di unggah (Rahmania, Cahyanto, dan Destarina, 2010: 61).
Foto atau video porno yang dapat mengundang perhatian sebaiknya tidak di
posting. Hal tersebut dapat memberikan ransangan seksual kepada pengguna lain
yang berujung pada perilaku seks bebas.
2.3. Dampak Situs Porno Terhadap Perilaku Seks Bebas di Kalangan Remaja

Seperti yang diketahui, banyak situs pono yang beredar di internet. Situs
porno yang beredar luas tidak menutup kemungkinan di akses oleh kalangan

remaja dan anak-anak. Tidak dapat dipungkiri bahwa situs porno dapat
menyebabkan perilaku seks bebas. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian
terhadap 3.600 sampel remaja di Jakarta, Bekasi dan Tanggerang. Hasil penelitian
tersebut menemukan 20,9% remaja pernah hamil diluar nikah (Tribunnews, 8
Nopember 2012).
Situs porno yang mudah di akses oleh pengguna internet di Indonesia
berdampak pada banyaknya kasus seks bebas di kalangan remaja. Indonesia
merupakan negara sebagai pengakses situs porno terbesar di dunia (Tribunnews, 8
Nopember 2012). Tidak mengherankan jika banyak kasus seks bebas di Indonesia.
Pemerintah Indonesia belum dapat memblokir semua situs porno yang beredar di
internet. Sebaliknya, negara Cina sudah memblokir semua situs porno di internet
untuk menjaga remaja agar tidak mengaksesnya sehingga kasus seks bebas dapat
diminimalisir (Tribunnews, 8 Nopember 2012).
Negara seperti Indonesia dan Cina sedang gencar meminimalisir kasus
seks bebas dengan cara memblokir situs porno dan mensosialisasikan bahaya seks
bebas. Sebaliknya, negara Austria sudah membuka sebuah perguruan tinggi
seksualitas pertama di dunia (Detikhealth, 1 Desember 2012). Hal tersebut tentu
akan membuat kasus seks bebas semakin banyak terjadi.
Pemerintah Indonesia sudah mengeluarkan undang-undang tentang
pornografi. Oleh karena itu, banyak situs porno yang di blokir oleh pemerintah
Indonesia sekarang ini. Akan tetapi, pemblokiran situs porno belum sepenuhnya
dapat meminimalisir kemungkinan untuk mengakses situs porno oleh kalangan
remaja. Banyak situs porno yang masih dapat di akses secara bebas.
Pemblokiran situs porno dianggap tidak efektif dalam memberantas
pornografi (Kompas, 18 Maret 2012). Pemblokiran tersebut dapat meningkatkan
rasa ingin tahu remaja tentang situs porno. Pada dasarnya, remaja memiliki rasa
ingin tahu terhadap sesuatu yang dilarang dan ingin mencobanya. Oleh karena itu,
pemblokiran situs porno bukan cara yang tepat untuk meminimalisir kasus seks
bebas di kalangan remaja. Akan tetapi, pemblokiran situs porno justru akan
meningkatkan kasus seks bebas dikalangan remaja.

Seperti yang diketahui, remaja merupakan masa yang labil dan cenderung
tidak ingin di paksa. Memaksakan kehendak yang dilakukan oleh orang tua
kepada remaja menjadi pemicu terjadinya perilaku seks bebas. Hal tersebut
terbukti dari hasil studi Mid Day yang menemukan anak usia 16 tahun sudah
melakukan hubungan seksual secara aktif (Okezone, 4 Juli 2012). Memaksakan
kehendak yang dilakukan orang tua dapat menyebabkan seorang remaja
mengalami perasaan bosan, merasa sendiri, marah, stres dan tegang atau sering di
singkat BLAST (Bored, Lonely, Angry, Stress, Tension) (Waspada, 9 Nopember
2011). Seseorang yang mengalami BLAST akan mencari sesuatu yang dapat
dijadikan sebagai media untuk melampiaskan emosinya, misalnya dengan cara
mengakses situs-situs porno. Hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya perilaku
seks bebas di kalangan remaja yang sedang marak terjadi sekarang.
Orang tua bertanggung jawab terhadap anaknya agar terhindar dari
perilaku seks bebas. Orang tua dapat melakukan cara sebagai berikut.
1) Memberikan pengetahuan tentang perilaku seks bebas kepada anaknya.
2) Mencari tahu situs-situs yang sering dibuka oleh anaknya ketika
menggunakan internet.
3) Menjadi teman yang baik agar mengetahui yang dirasakan anaknya.
4) Melakukan sosialisasi yang baik dengan anak agar anak tidak mengalami
BLAST.
5) Memperbanyak membaca buku tentang psikologi anak dan teknologi
informasi dan teknologi.
Pengetahuan setiap orang tua terhadap perilaku seks dapat meminimalisir
kemungkinan anak-anak dan remaja melakukan perilaku seks bebas. Sebaliknya,
pengetahuan setiap orang tua terhadap psikologi anak dapat mencegah anak-anak
dan remaja mengalami BLAST.
Pengetahuan seks yang diberikan kepada remaja dinilai efektif dalam
meminimalisir kasus seks bebas. Pengetahuan seks dapat diberikan melalui media
keluarga atau lingkungan dan sekolah Pemerintah juga dapat terlibat langsung
dengan cara melakukan sosialisasi tentang bahaya perilaku seks bebas. Selain itu,
pengetahuan tentang nilai-nilai agama dan Pancasila juga tidak kalah penting
karena dapat membentuk karakter remaja.

3.

Simpulan
Dari pembahasan diatas, dapat disimpulan sebagai berikut.

1) Perilaku seks bebas yang ditimbulkan oleh internet dipengaruhi oleh
pemasangan iklan-iklan porno seperti iklan alat kontrasepsi yang tidaka tepat
sasaran. Hal tersebut, didukung oleh penjualannya secara bebas pada
masyarakat.
2) Facebook menjadi media yang rentan terhadap perilaku seks bebas
dikalangan remaja karena kemudahannya berbagi foto dan video porno. Hal
tersebut terjadi, karena pengguna kurang selektif dalam menerima permintaan
pertemanan.
3) Kemudahan mengakses situs-situs porno menjadi faktor yang berpengaruh
dalam perilaku seks bebas dikalangan remaja. Pemblokiran yang dilakukan
oleh pemerintah tidaklah efektif, karena hal tersebut dapat membuat rasa
ingin tahu remaja semakin besar terhadap situs porno tersebut.

DAFTAR RUJUKAN
Atkinson, Rita L., Atkinson, Richard C., & Hilgard, Ernest R. 1983. Pengantar
Psikologi (edisi kedelapan-jilid 1). Terjemahan Dra. Nurdjannah Taufik &
Dra. Rukmini Barhana. 2010. Jakarta: Erlangga.
Candra, Asep. 2010. 10 Perilaku Seksual Akibat Facebook, (Online),
(http://health.kompas.com/index.php/read/2010/12/06/12033418/10.Perila
ku.Seksual.akibat.Facebook), diakses 13 Nopember 2012.
Centroone. 22 Juni 2012. KPAI: Penjualan Kondom Perlu Regulasi. (Online),
(http://www.centroone.com/news/2012/06/3m/kpai-penjualan-kondomperlu-regulasi/), diakses 12 Nopember 2012.
Christianto, Dwi. 2009. Peranan Iklan Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen
Sepeda Motor YAMAHA ”MIO” Di Bandung. (Online), (http://kenpkmiklan.blogspot.com/2009/06/iklan-dan-keputusan-pembeliankonsumen.html), diakses 12 Nopember 2012.
Hanurawan, Fattah. 2012. Filsafat Ilmu Psikologi. Karya Ilmiah tidak diterbitkan.
Malang: FPPsi UM.
Kompasiana. 23 Januari 2012. Remaja Rentan Terhadap “Social Media
Depression”,

(Online),

(http://media.kompasiana.com/new-

media/2012/01/23/remaja-rentan-terhadap-social-media-depression/),
diakses 28 Nopember 2012.
Purwanto, Didik. 2012. Pemblokiran Situs Porno Tak Akan Berantas Pornografi,
(Online),
(http://tekno.kompas.com/read/2012/03/18/00004172/Pemblokiran.Situs.P
orno.Tak.Akan.Berantas.Pornografi), diakses 13 Nopember 2012.
Rahmania, Annisa., Cahyanto, Agung., & Destarina, Yoan. 2010. Internet Sehat
Facebook & Twitter. Jakarta: Penebar Plus.
Tribunnews. 21 September 2012. Faisal Emosi Video Porno Istrinya Diunggah di
Facebook,

(Online),

(http://www.tribunnews.com/2012/09/21/faisal-

emosi-video-porno-istrinya-diunggah-di-facebook), diakses 13 Nopember
2012.

Tribunnews. 4 Juni 2012. Siswi SMP Magetan Rayakan Kelulusan dengan Foto
Porno,

(Online),(http://www.tribunnews.com/2012/06/04/siswi-smp-

magetan-rayakan-kelulusan-dengan-foto-porno), diakses 13 Nopember
2012.
Tribunnews. 7 Nopember 2012. Situs Pornno Bikin Banyak Remaja Hamil di
Luar Nikah. (Online), (http://m.tribunnews.com/2012/11/08/situs-pornobikin-banyak-remaja-hamil-di-luar-nikah), diakses 13 Nopember 2012.
Utami, Wahyu K. 2012. Penyebab Anak Remaja Melakukan Seks Bebas, (Online),
(http://lifestyle.okezone.com/read/2012/07/04/196/658862/penyebab-anakremaja-melakukan-seks-bebas-ii-habis), diakses 13 Nopember 2012.
Wahyuningsih, Merry. 2011. Sekolah Seks Pertama di Dunia Dibuka di Austria,
(Online),
(http://health.detik.com/read/2011/12/01/123322/1779964/763/sekolahseks-pertama-di-dunia-dibuka-di-austria), diakses 13 Nopember 2012.
Waspada. 19 Nopember 2011. Gaya Hidup Remaja Kini Memperihatinkan,
(Online),

(http://www.waspada.co.id/index.php?

option=com_content&view=article&id=224130:psikolog-gaya-hidupremaja-kini-memperihatinkan&catid=14:medan&Itemid=27), diakses 12
Nopember 2012.
www.checkfacebook.com. Senin, 12 Nopember 2012 pukul 20.20 WIB

DAMPAK INTRNET TERHADAP PERILAKU SEKS BEBAS
DIKALANGAN REMAJA

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Bahasa Indonesia Keilmuan
yang dibina oleh Bapak Dr. Roekhan, M.Pd

oleh
Muhammad Amin Arqi
120811421412

UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS PENDIDIKAN PSIKOLOGI
JURUSAN PSIKOLOGI
Desember 2012