ANALISIS PENGARUH CR DER DAN TAT TERHADA

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Masalah
Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi telah merubah dunia usaha

menjadi semakin berkembang.

Para pelaku usaha berusaha memaksimalkan

keuntungan dengan penggunaan sumber daya yang minimal, sehingga membuat
persaingan antar dunia usaha menjadi semakin ketat, oleh karena itu manejemen
perusahaan dituntut untuk meningkatkan kinerjanya dalam berbagai aspek
termasuk keuangan. Peningkatan kinerja keuangan bisa dilihat dari banyaknya
kegiatan perusahaan dalam menghasilkan kentungan atau laba yang sebesarbesarnya di masa sekarang dan dimasa yang akan datang.
Laba perusahaan diharapkan setiap periode akan mengalami kenaikan,
sehingga dibutuhkan estimasi laba yang akan dicapai perusahaan untuk periode

mendatang.

Laba bagi perusahaan berkaitan secara langsung terhadap

kelangsungan suatu perusahaan. Laba yang tinggi akan menarik para investor
untuk menamamkan modalnya diperusahaan tersebut. Pada prinsipnya investor
lebih berkepentingan dengan keuntungan saat ini dan masa yang akan datang,
stabilitas keuntungan tersebut serta hubungan dengan keuntungan perusahaanperusahaan

lainya,

untuk itu

dibutuhkan

suatu ukuran-ukuran tertentu

menggunakan analisis laporan keuangan.
Analisis laporan keuangan suatu perusahaan diperlukan adanya ukuran
tertentu.


Ukuran yang paling umum digunakan untuk menganalisis laporan

keuangan adalah rasio. Analisis rasio keuangan dapat membantu para pelaku

2

bisnis dan pihak pemerintah dalam mengevaluasi keadaan keuangan perusahaan di
masa lalu, sekarang dan memproyeksikan hasil atau laba yang akan datang.
Analisis rasio memungkinkan manajer keuangan, investor dan pihak yang
berkepentingan untuk mengevaluasi kondisi keuangan guna mengetahui baik
tidaknya suatu perusahaan. Analisis rasio juga menghubungkan unsur-unsur
rencana dan perhitungan laba rugi sehingga dapat menilai efektivitas dan efisiensi
perusahaan.

Rasio-rasio yang digunakan untuk menilai kinerja keuangan

perusahaan seperti rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas dan rasio
profitabilitas.
Rasio profitabilitas perusahaan dapat diukur salah satunya menggunakan

return on equity, karena return on equity mempunyai hubungan positif dengan
perubahan laba. Return on equity (ROE) digunakan untuk mengukur efekivitas
perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas
yang dimilkinya. Return on equity adalah alat ukur kinerja suatu perusahaan yang
paling populer antara penanam modal dan manajer senior, dan merupakan hasil
atas hak pemegang saham. Semakin tinggi laba perusahaan seharusnya semakin
tinggi pula Return on equity.

Besarnya ROE perusahaan dipengaruhi oleh

beberapa faktor seperti current ratio, debt to equity ratio dan total asset turnover,
selain itu kebijakan perusahaan akan berdampak terhadap ROE salah satunya
mengenai kebijakan pembagian deviden yang akan mempengauhi jumlah modal
perusahaan.
Current ratio (CR) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera
jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan.

Current ratio sendiri


3

merupakan salah satu indikator dari rasio likuiditas. Current ratio merupakan
rasio antara aktiva lancar dengan hutang lancar yang dimiliki oleh perusahaan
(Kasmir 2008).
Debt to Equity Ratio (DER) yaitu total kewajiban dibagi total ekuitas, rasio
ini menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi hutanghutang kepada pihak luar dan merupakan rasio yang mengukur hingga sejauh
mana perusahaan dibiayai dari hutang. Rasio ini disebut juga rasio leverage atau
struktur modal yang merupakan pembelanjaan permanen dimana mencerminkan
pengimbangan antara hutang jangka panjang dan modal sendiri. Modal sendiri
adalah modal yang berasal dari perusahaan itu sendiri (cadangan, laba) atau
berasal dari mengambil bagian peserta, atau pemilik (modal saham, modal peserta
dan lain-lain (Riyanto, 2008).
Total assets turn over merupakan bagian dari rasio efektifitas yang
merupakan perbandingan antara penjualan dengan total aktiva suatu perusahaan,
dimana rasio ini menggambarkan kecepatan perputarannya total aktiva dalam satu
periode tertentu.

Total assets turn over merupakan rasio yang menunjukkan


tingkat efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan dalam menghasilkan
volume penjualan tertentu (Syamsuddin, 2009:19).
Perusahaan yang dipilih dalam penelitian ini adalah perusahaan yang
sahamnya terdaftar di BEI periode 2007-2016 yang termasuk dalam kelompok
industri makanan dan minuman. Pemerintah mengakui eksistansi perusahaan go
public

dengan

dikeluarkanya

Surat

Keputusan

Menteri

Keuangan

No


KEP-640/MK/IV/5/1974 tanggal 6 Mei 1974 tentang pengaturan penawaran efek.
Pemilihan industri ini didasarkan pada pertambahan jumlah penduduk, kemajuan

4

teknologi dan perkembangan zaman yang merubah gaya hidup masyarakat
terutama di perkotaan yang serba praktis sehingga meningkatkan permintaan
kebutuhan makanan dan minuman kemasan.

Peningkatan permintaan ini

membuat semakin berkembangnya industi makanan dan minuman di Indonesia
dari segi kualitas maupun kuantitas. Semakin banyaknya industri sejenis yang ada
maka para pelaku bisnis seperti investor, manajemen, kreditur atau pihak
berkepentingan di tuntut untuk lebih selektif dan cermat dalam pengambilan
keputusan
Berikut ini adalah

data empiris mengenai variabel-variabel yang


digunakan dalam penelitian ini yaitu: CR, DER, TAT, dan ROE yang dapat dilihat
pada Tabel 1.1 sebagai berikut:

Tabel 1.1
Rata-rata Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Total Assets Turnover dan
Return on Equity (ROE) Perusahaan Makanan dan Minuman
yang Terdaftar di BEI (2007-2016)
TAHUN

CR

DER

TAT

ROE

2007


164%

115%

127%

15%

2008

215%

129%

140%

21%

2009


214%

178%

133%

47%

2010

226%

94%

116%

22%

2011


203%

87%

119%

22%

2012

189%

106%

128%

43%

2013


197%

94%

146%

29%

2014

211%

121%

146%

28%

2015

229%

104%

128%

21%

2016

283%

91%

134%

29%

5

Sumber : ICMD tahun 2007-2011 dan Annual Report 2012-2016 (www.idx.com)
Berdasarkan table 1.1 menunjukan current ratio perusahaan makanan dan
minuman mengalami kenaikan dan penurunan secara fluktuatif. Current ratio
tahun 2007 sebesar 164%, pada tahun 2008 mengalami kenaikan sebesar 51%
menjadi 215%.

Tahun 2009 current ratio (CR) mengalami penurunan sebesar

1% menjadi 214%.

CR mengalami kenaikan di tahun 2010 menjadi 226%,

kemudian di tahun 2011 mengalami penurunan sebesar 23% dan berlanjut di
tahun 2012 sebesar 16% menjadi 189%.

Tahun 2013-2015 current ratio

mengalami kenaikan masing-masing yaitu 8%, 14% dan 18% dan di tahun 2016
CR mengalami penurunan yang signifikan sebesar 54% menjadi 283%. Secara
keseluruhan tabel 1.1 menunjukan current ratio perusahaan makanan dan
minuman mengalami kenaikan dan penurunan secara fluktuatif selama tahun
2007-2016.

Tingginya likuiditas (CR) mengindikasikan tingkat keamanan

kreditor, atau kemampuan perusahaan untuk membayar hutang jangka pendeknya
yang semakin baik, namun current ratio yang terlalu tinggi mengindikasikan tidak
optimalnya penggunaan asset lancar perusahaan sehingga akan mengurangi
profitabiltas.
Rata-rata debt equity ratio (DER) tahun 2007-2016 menunjukkan trend
kenaikan dan penurunan secara tidak konsisten. Tahun 2008 mengalami kenaikan
sebesar 14% dari tahun sebelumnya dan tahun 2009 mengalami kenaikan cukup
tinggi sebesar 49% menjadi 178%. Tahun 2010 DER mengalamai penurunan
signifikan sebesar 84% dan berlanjut ditahun 2011 turun 7% menjadi 87%.
Tahun 2012 DER mengalami kenaikan sebesar 19% dan ditahun 2013 mengalami
penurunan sebesar 12% menjadi 94%, kemudian kembali mengalami kenaikan di

6

tahun 2014 sebesar 27% menjadi 121%. Tahun 2015 mengalami penurunan 17%
dan akhir penelitian pada tahun 2016 kembali mengalami penurunan sebesar 13%
menjadi 91%.

Debt to equity ratio yang tinggi mencerminkan tingginya

kemampuan perusahaan dalam menggunakan hutang sebagai modalnya.

Jika

hutang yang dimiliki perusahaan bisa dimanfaatkan dengan optimal dan produktif
maka akan meningkatkan profit, namun DER yang terlalu tinggi akan
berpengaruh negatif terhadap perusahaan dan, jika dibiarkan akan menyebabkan
perusahaan mengalami kebangkrutan.
Sedangkan rata-rata total asset turnover tahun 2008 sebesar 140%,
mengalamai kenaikan sebesar 13% dari tahun 2007 yang hanya 127%. Tahun
2009 TAT mengalami penurunan 7% menjadi 133%, dan ditahun 2010 TAT
kembali mengalami penurunan menjadi 116%. Tahun 2011-2013 TAT mengalami
trend kenaikan masing-masing sebesar 3%, 9%, dan 12% menjadi 119%, 128%,
dan 146%. Pada tahun 2014 TAT bertahan di angka 146%, kemudian di tahun
2015 mengalami penurunan 18% menjadi 128%. Di akhir tahun penelitan (2016)
TAT kembali mengalami kenaikan sebesar 6% sehingg menjadi 134%. Secara
umum TAT tahun 2007-2016 mengalami trend kenaikan dan penurunan setiap
tahunya, yang mengindikasikan tidak stabilnya efektifitas pengelolaan asset
perusahaan untuk menghasilkan penjualan.
Sementara itu rata-rata return on equity tahun 2007 sebesar 15%, tahun
2008 naik 6% menjadi 21%, kemudian di tahun 2009 mengalami kenaikan
signifikan sebesar 26% sehingga menjadi 47%. Pada tahun 2010 ROE mengalami
penurunan yang sangat signifikan menjadi sebesar 22% atau mengalami
penurunan sebesar 25% dari tahun 2009, dan ini merupakan penurunan yang

7

tertinggi dalam 10 tahun terakhir. Pada tahun 2011 ROE bertahan di angka 22%
dan di tahun 2012 ROE kembali mengalami kenaikan cukup tinggi menjadi 43%.
Tahun 2013 ROE mengalami penurunan sebesar 14% menjadi 29% dan tahun
2014 kembali mengalami penurunan menjadi 28%, kemudian penurunan ROE
berlajut di tahun 2015 sebesar 7 % sehingga menjadi 21%, sementara di tahun
2016 ROE kembali mengalami kenaikan menjadi 29%. Semakin tinggi return on
equity diharapkan semakin baik kinerja keuangan perusahaan, artinya semakin
efiesien modal yang di gunakan dalam menghasilkan laba bagi perusahan
Berdasarkan data dan fenomema yang ada, telah terjadi perubahan laba dan
struktur modal yang digunakan perusahaan dalam 10 tahun terakhir (2007-20016),
serta terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut, yang telah
disederhanakan kedalam rasio keuangan agar lebih mudah di fahami.

Maka

peneliti melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS PENGARUH
CURRENT RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO DAN TOTAL ASSETS
TURNOVER TERHADAP RETURN ON EQUITY PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR SUBSEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (2007-2016)”.

1.2

Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, terdapat beberapa permasalahan yang

muncul. Dengan demikian penulis perlu mengidentifikasi permasalahan dalam
penelitian ini, sebagai berikut:
1.

Laporan keuangan belum cukup untuk menjelaskan secara spesifik
kondisi perusahaan, sehingga dibutuhkan analisis yang lebih

8

mendalam untuk mengetahui hasil yang ingin dicari, sebagai acuan
bagi investor, manajer keuangan atau pihak lain yang berkepentingan
dalam pengambilan keputusan.
2.

Tidak

stabilnya

perkembangan

rata-rata

Return

on

Equity

Perusahaan Makanan dan Minuman terdaftar di BEI tahun 20072016.
3.

Return on equity tahun 2010 dan 2013 mengalami penurunan dengan
signifikan, sehingga perlu di perhatikan DER dan TAT yang secara
bersamaan mengalamai penurunan yang signifikan, sementara CR
justru mengalami kenaikan.

4.

Tidak stabilnya rata-rata perkembangan current ratio, debt to equity
ratio dan total asset turnover Perusahaan Makanan and Minuman
yang terdaftar di BEI tahun 2007-2016.

5.

Current Ratio tahun 2007 merupakan yang terkecil selama periode
2007-2016, menunjukan rendahnya modal kerja perusahaan.
Sementara itu tahun 2016 CR mengalami kenaikan cukup signifikan
menjadi 283% atau 2,83 kali perbandingan asset lancar terhadap
hutang lancar, sehingga perlu di perhatikaan dari proporsi mana yang
menyebabkan tingginya current ratio pada tahun 2016.

6.

Debt to equity ratio tahun 2011 sebesar 87% dan merupakan yang
terendah dalam 10 tahun terakhir (2007-2016), ini mengindikasikan
tingginya penggunaan modal sendiri sebagai modal kerja yang
menyebabkan rendahnya ROE di tahun 2011. Sebaliknya di tahun
2009 DER sebesar 178%, merupakan yang tertinggi selama periode

9

2007-2016, maka harus diperhatikan proporsi penggunaan utang
agar tidak terjadi kebangkrutan.

7.

Total asset turnover tahun 2010 mengalami penurunan dengan
signifikan dan menjadi yang terendah selama periode penelitian
(2007-2016), mengindikasikan rendahnya penjualan dan tidak
efektifnya penggunaan asset perusahaan.

1.3

Batasan Masalah
Dari identifikas masalah tersebut penulis menyadari adanya keterbatasan

waktu dan kemampuan maka penulis memandang perlunya memberikan batasan
masalah secara jelas dan terfokus. Dalam penelitian ini penulis memfokuskan
pembahasan mengenai return on equity, current ratio, debt to equity ratio dan
total asset turnover.

Penulis juga membatasi sampel penelitian ini yaitu 10

perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.4

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan

masalah, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:
1.

Bagaimana current ratio, debt to equity ratio dan total asset
turnover berpengaruh secara simultan terhadap return on equity
Industri Makanan dan Minuman?

2.

Bagaimana current ratio berpengaruh secara parsial terhadap return

10

on equity Industri Makanan dan Minuman?
3.

Bagaimana debt to equity ratio berpengaruh secara parsial terhadap
return on equity Industri Makanan dan Minuman?

4.

Bagaimana total asset turnover berpengaruh secara parsial terhadap
return on equity Industri Makanan dan Minuman?

1.5

Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.5.1 Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukanya penelitian ini adalah:
1.

Untuk mengkaji dan menganalisis pengaruh current ratio secara
parsial terhadap return on equity Industri Makanan dan Minuman.

2.

Untuk mengkaji dan menganalisis pengaruh debt to equity ratio
secara parsial terhadap return on equity Industri Makanan dan
Minuman.

3.

Untuk mengkaji dan menganalisis pengaruh total asset turnover
secara parsial terhadap return on equity Industri Makanan dan
Minuman.

4.

Untuk mengkaji dan menganalisis pengaruh current ratio, debt to
equity ratio dan total asset turnover berpengaruh secara simultan
terhadap return on equity Industri Makanan dan Minuman.

1.5.2 Manfaat Penelitian
Kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.

Akademisi

11

Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai variable-variabel
yang berpengaruh terhadap return on equity perusahaan, serta dapat
memperkuat argument-argumen yang telah ada dengan bukti empiris
yang menggunakan sampel perusahaan Industri Makanan dan
Minuman.
2.

Praktisi
Memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu manajemen
keuangan bagi praktisi keuangan serta bagi kreditor dan investor
diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan untuk
pengkreditan dan investasi.

3.

Untuk penelitian selanjutnya
Penelitian ini bisa memberikan informasi, menjadi referensi dan bisa
di kembangkan lagi dalam penelitian selanjutnya.

BAB II
KAJIAN TEORI

12

2.1

Tinjauan Pustaka

2.1.1.

Manajemen keuangan

Manajemen keuangan merupakan salah satu bidang manajemen fungsional
dalam suatu perusahaan, yang mempelajari tentang penggunaan dana,
memperoleh dana dan pembagian hasil operasi perusahaan.
Manajemen keuangan yang dikemukakan oleh Wahyu Murti (2014) adalah
“Kegiatan mengatur keuangan dengan mencari sumber keuangan secara maksimal
dan pengunaan keuangan seefisien mungkin untuk mencapai nilai maksimal
dalam suatu organisasi. Organisasi disini berupa pemerintah atau perusahaan baik
yang mancari keuntungan atau tidak mencari keuntungan. Sumber keuangan
tercermin dalam neraca sebelah passiva yang terdiri dari hutang jangka pendek
antara lain hutang dagang, hutang pajak, dan hutang bunga, sedangkan hutang
jangka panjang terdiri dari hipotik dan obligasi. Sementara itu ekuitas tercermin
dari laba ditahan dan saham.”
Prawironegoro (2008) mendefinisikan manajemen keuangan sebagai
“Aktivitas pemilik dan manajemen perusahaan untuk memperoleh modal yang
semurah – murahnya dan menggunakan seefektif, seefisien dan seproduktif untuk
menghasilkan laba.” Aktifitas – aktifitas tersebut meliputi:
1. Aktifitas pembiayaan (Financing Acticity).
2. Aktifitas investasi (Investment Activity).
3. Aktifitas Bisnis (Business Activity).
Sementara itu menurut Farah Margaretha (2007) manajemen keuangan
adalah “Proses pengembalian keputusan tentang asset, pembiayaan dari asset

13

tersebut, dan pendistribusian dari seluruh cash flow yang potensial yang
dihasilkan dari asset tadi.”
Sedangkan pengertian manajemen keuangan menurut Weston dan
Copeland yang diterjemahkan oleh Jaka dan Kirbandoko (2007) yaitu
“Manajemen dapat dirumuskan oleh fungsi dan tanggung jawab para manajer
keuangan. Fungsi pokok manajemen keuangan antara lain menyangkut keputusan
tentang penanaman modal, pembiayaan kegiatan usaha suatu perusahaan.”
Dalam literature lain menyatakan manajemen keuangan adalah segala
aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan bagaimana memperoleh dana,
menggunakan dana, dan mengelola asset sesuai tujuan perusahaan secara
menyeluruh.

Dengan kata lain manajemen keuangan merupakan manajemen

(pengelolaan) mengenai bagaimana memperoleh asset, mendanai asset dan
mengelola asset untuk mecapai tujuan perusahaan. Dari definisi tersebut ada 3
(tiga) fungsi utama manajemen keuangan yaitu keputusan investasi, keputusan
pendanaan dan keputusan pengelolaan asset (Martono, 2010).
Dari beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa manajemen
keuangan merupakan kegiatan yang berhubungan dengan memperoleh sumber
dana dengan semaksimal mungkin dan membelanjakan dana tersebut secara
efektif dan efisien dengan tujan maksimalkan laba untuk kemakmuran para
pemegang saham.

Dengan demikian perananan dari manajemen keuangan suatu perusahaan
menjadi penting karena berkaitan dengan fungsi utama dari manajemen keuangan
yaitu pendanaan dan pengalokasian yang berkaitan langsung dengan keputusan

14

perusahaan dan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Selain itu juga

menentukan besarnya deviden yang bibayar kepada para investor.
2.1.1.2 Tujuan Manajemen Keuangan
Harmono (2011) menjabarkan tujuan manajemen keuangan perusahaan
adalah memaksimalkan nilai kekayaan pemegang saham. Nilai kekayaan dapat
dilihat melalui perkembangan saham perusahaan di pasar. Dalam hal ini, nilai
saham dapat mereflesikan investasi keuangan perusahaan dan kebijakan deviden.
Sementara menurut Martono dan Agus (2010) tujuan manajemen
keuangan

adalah

“Memaksimumkan

nilai

perusahaan

(memaksimumkan

kemakmuran pemegang saham) yang diukur dari harga saham perusahaan.”
Sedangkan menurut Brigham dan Houston (2010) yang diterjemahakan
oleh Yulianto tujuan manajemen keuangan adalah “ Memaksimalkan keuntungan
pemegang saham dalam jangka panjang, tetapai bukan untuk memaksimumkan
ukuran – ukuran akutansi seperti laba bersih dan EPS.”
Selanjutnya menurut Husnan (2008) menjelaskan tujuan manajemen
keuangan adalah untuk mengambil keputusan-keputusan yang benar, keputusan
keuangan adalah untuk memaksimalkan nilai perusahaan.
Sumber

lain

menjelaskan

tujuan

manajemen

keuangan

adalah

memaksimalkan nilai perusahaan. Memaksimumkan nilai bermakna lebih luas
dan lebih umum daripada memaksimumkan laba (Lontoh, Frederich dan
Lindrawati, 2006).
Berdasarkan beberapa difinisi manajemen keuangan di atas dapat
disimpulkan bahwa tujuan manajemen keuangan yaitu memaksimumkan nilai
perusahaan atau memaksimumkan kemakmurkan pemegang saham.

15

2.1.2 Laporan Keuangan
2.1.2.1 Definisi Laporan Keuangan
Laporan keuangan mereflesikan prestasi manajemen pada suatu periode
tertentu. Laporan Keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan,
serta ringkasan dari transaksi keuangan yang disusun untuk menyediakan
informasi keuangan mengenai suatu perusahaan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan
ekonomi.

Laporan keuangan juga merupakan sumber informasi utama untuk

berbagai pihak yang membutuhkan (Mia Lasmi, 2013).
Sementara Birgham dan Houston (2010) mengemukakan “Laporan
keuangan adalah beberapa lembar kertas yang berisi tulisan angka-angka namun
sangat penting juga untuk memikirkan aset nyatanya yang berada di balik angka
tersebut.

Pengetahuan dan pemahaman lingkungan pelaporan keuangan yang

baik sangat mendukung dalam penyampaian informasi posisi keuangan
perusahaan sesungguhnya agar dicapai kinerja perusahaan yang lebih baik.”
Laporan keuangan memuat informasi mengenai jumlah kekayaan (asset)
dan jenis-jenis kekayaan yang dimiliki (disisi aktiva) yang memuat kewajiban
jangka pendek maupun jangka panjang serta ekuitas yang dimilikinya. Laporan
keuangan bertujuan memberikan informasi keuangan perusahaan baik kepada
pemilik, manajemen, maupun pihak luar yang berkepentingan terhadap laporan
keuangan tersebut (Kasmir, 2008).
Menurut Sofyan (2007) “Laporan keuangan adalah menggambarkan kondisi
keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu
tertentu” sedangkan menurut Martono dan Agus (2007) menyatakan bahwa

16

“Laporan keuangan merupakan ikhtisar mengenai keadaan keuangan suatu
perusahaan pada suatu saat tertentu.”
Dari beberapa definisi diatas diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa
laporan keuangan merupakan hasil dari proses pencatatan, penggolongan dan
peringkasan dari kejadian-kejadian yang bersifat keuangan yang terjadi selama
periode tertentu dan digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dalam
mengambil kebijakan.

Sebagai bahan acuan pengambilan kebijakan dan

pertanggungjawaban manajemen maka laporan keuangan harus sesuai dengan
prinsip-prinsip akuntasi yang dilaksanakan secara konsisten.
2.1.2.2 Tujuan Laporan keuangan
Laporan keuangan dibuat dengan maksud untuk memberikan gambaran
atau laporan kemajuan secara periodik yang dilakukan pihak manajemen atau
investor. Sofyan Harahap (2009), menyatakan tujuan laporan keuangan sebagai
berikut:
1.

Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai
aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan.

2.

Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan
dalam aktiva netto ( aktiva dikurangi kewajiban ) suatu perusahaan yang
timbul dari kegiatan usaha dalam rangka memperoleh laba.

3.

Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai.

4.

Untuk memberikan informasi yang penting lainnya mengenai perubahan
dalam aktiva dan kewajiban suatu perusahaan, seperti informasi
mengenai aktivitas pembiayaan dan investasi.

17

5.

Untuk menyatakan sejauh mungkin informasi lain berhubungan dengan
laporan keuangan yang relevan yang diperlukan para pemakai, seperti
informasi mengenai kebijakan akuntansi yang dianut perusahaan.

2.1.2.3 Pemakai Laporan keuangan
Beberapa pihak yang membutuhkan laporan keuangan suatu perusahaan
menurut Sofyan Harahap, (2008), antara lain:
1. Manajer atau Pimpinan Perusahaan
Laporan keuangan akan sangat berguna terutama untuk membantu
pelaksanaan (permintaan kredit) struktur modal kerja dari segi likuiditas
perusahaan yang bersangkutan, sedangkan kreditur jangka panjang
berkepentingan terhadap prospek keuntungan di masa yang akan datang
dan perkembangan perusahaan selanjutnya, serta jaminan investasinya
dan kondisi kerja atau kondisi keuangan jangka panjang perusahaan
tersebut.

Dari hasil analisis laporan keuangan yang telah dilakukan,

mereka dapat menentukan keputusan dan langkah-langkah yang harus
ditempuh.
2. Pemerintah
Laporan keuangan penting untuk pemerintah karena dengan laporan
keuangan tersebut dapat ditentukan besarnya pajak yang harus
ditanggung oleh perusahaan dan untuk kepentingan pemerintah dalam
merumuskan kebijakan.
3. Pihak – pihak lain
Pihak lain yang juga memerlukan laporan keuanagn perusahaan antara

18

lain adalah para pengajar dalam ilmu ekonomi, asosiasi perusahaan
sejenis, pemasok, pelanggan, pelajar dan lain-lain.
2.1.2.4 Jenis-jenis Laporan Keuangan
Telah disajikan pada bagian terdahulu bahwa yang dimaksud dengan
laporan keuangan pada umumnya terdiri dari neraca, laporan rugi-laba dan
laporan perubahan modal atau laba ditahan. Berikut ini akan dijelaskan lebih
terperinci mengenai jenis-jenis laporan keuangan:
1.

Neraca
Harjito dan Martono (2008) menyatakan bahwa neraca adalah laporan

yang menggambarkan jumlah kekayaan (harta). Munawir (2007) menyatakan
bahwa neraca adalah laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal
suatu perusahaan pada suatu saat tertentu.
Tujuan neraca adalah untuk menunjukkan posisi keuangan suatu
perusahaan pada tanggal waktu tertentu, biasanya pada waktu dimana buku-buku
ditutup dan ditentukan sisanya pada suatu akhir tahun fiskal atau tahun kalender.
Dengan demikian neraca terdiri dari tiga bagian utama yaitu aktiva, hutang dan
modal. Pada dasarnya aktiva dapat diklasifikasikan menjadi 2 bagian utama yaitu
aktiva lancar dan aktiva tidak lancar.
Munawir, (2007) menyatakan bahwa “Aktiva lancar adalah uang kas dan
aktiva lainnya yang dapat diharapkan untuk dicairkan atau ditukarkan menjadi
uang tunai, dijual atau dikonsumer dalam periode berikutnya.”
Wild, dkk (2005) menyatakan bahwa “Aktiva lancar adalah investasi
dalam aktiva jangka pendek. Penyajian pos-pos aktiva lancar di dalam neraca
didasarkan pada urutan likuiditasnya, yang dimulai dari aktiva yang paling likuid

19

sampai dengan aktiva yang paling tidak likuid.” Adapun yang termasuk kelompok
aktiva lancar adalah:
a.

Kas atau uang tunai yang dapat digunakan untuk membiayai operasi
perusahaan.

b.

Investasi jangka pendek (surat-surat berharga) adalah investasi yang
sifatnya sementara (jangka pendek).

c.

Piutang wesel adalah tagihan perusahaan kepada pihak lain yang
dinyatakan dalam suatu wesel atau perjanjian yang diatur dalam undangundang.

d.

Piutang dagang adalah tagihan kepada pihak lain (kepada kreditur atau
langganan) sebagai akibat adanya penjualan barang dagangan.

e.

Persediaan, untuk perusahaan manufakturing yaitu persediaan bahan
mentah, persediaan barang dalam proses dan persediaan barang jadi.

f.

Piutang penghasilan adalah penghasilan yang masih harus diterima
pembayarannya sehingga merupakan tagihan.

g.

Persekot adalah biaya yang dibayar dimuka.
Munawir (2007) menyatakan bahwa “aktiva tidak lancar adalah aktiva

yang

mempunyai umur kegunaan relatif permanen atau jangka panjang

(mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun atau tidak akan habis dalam
satu kali perputaran operasi perusahaan). Adapaun yang termasuk aktiva tidak
lancar adalah:
a.

Investasi jangka panjang. Bagi perusahaan yang cukup besar dalam arti
mempunyai kekayaan atau modal yang cukup atau sering melebihi dari

20

yang dibutuhkan, maka perusahaan ini dapat menanamkan modalnya
dalam investasi jangka panjang di luar usaha pokoknya.
b.

Aktiva tetap adalah kekayaan yang dimiliki perusahaan yang fisiknya
nampak (konkrit).

c.

Aktiva tetap tidak berwujud adalah kekayaan perusahaan yang secara fisik
tidak nampak, tetapi merupakan suatu hak yang mempunyai nilai dan
dimiliki oleh perusahaan untuk digunakan dalam kegiatan perusahaan.

d.

Beban yang ditangguhkan, menunjukkan adanya pengeluaran atau biaya
yang mempunyai manfaat jangka panjang (lebih dari satu tahun) atau suatu
pengeluaran yang akan dibebankan juga pada periode-periode berikutnya.

e.

Aktiva lain-lain adalah menunjukkan kekayaan atau aktiva perusahaan
yang tidak dapat atau belum dapat dimasukkan dalam klasifikasiklasifikasi sebelumnya.
Munawir (2007) menyatakan bahwa hutang adalah “Semua kewajiban

keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini
merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditur.
Hutang atau kewajiban perusahaan dapat dibedakan kedalam hutang lancar
(hutang jangka pendek) dan hutang jangka panjang.”
Hutang lancar atau hutang jangka pendek adalah kewajiban keuangan
perusahaan yang pelunasannya atau pembayarannya akan dilakukan dalam jangka
pendek dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Hutang
lancar antara lain :
a.

Hutang dagang adalah hutang yang timbul karena adanya pembelian barang
dagangan secara kredit.

21

b.

Hutang wesel adalah hutang yang disertai dengan janji tertulis (yang diatur
dengan undang-undang) untuk melakukan pembayaran sejumlah tertentu
pada waktu tertentu dimasa yang akan datang.

c.

Hutang pajak, baik pajak untuk perusahaan yang bersangkutan maupun
pajak pendapatan karyawan yang belum disetorkan ke kas negara.

d.

Biaya yang masih harus dibayar adalah biaya-biaya yang sudah terjadi tetapi
belum dilakukan pembayarannya.

e.

Hutang jangka panjang yang segera jatuh tempo adalah sebagian (seluruh)
hutang jangka panjang yang sudah menjadi hutang jangka pendek, karena
harus segera dilakukan pembayarannya.

f.

Penghasilan yang diterima di muka adalah penerimaan uang untuk
penjualan barang/ jasa yang belum direalisir.
Hutang jangka panjang adalah kewajiban keuangan yang jangka waktu

pembayarannya (jatuh tempo) masih jangka panjang (lebih dari satu tahun sejak
tanggal neraca). Utang jangka panjang biasanya timbul karena adanya kebutuhan
dana untuk pembelian tambahan aktiva tetap, menaikan jumlah modal kerja
permanen, membeli perusahaan lain ataupun bisa juga untuk melunasi utangutang yang lain dan yang termasuk hutang jangka panjang antara lain hutang
obligasi dan pinjaman jangka lain.
Modal adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang
ditunjukkan dalam pos modal (modal saham), surplus dan laba yang ditahan atau
kelebihan nilai aktiva yang dimiliki oleh perusahaan terhadap seluruh hutanghutangnya.
Contoh Neraca T Form

22

Gambar 2.1
PTXXX
Neraca
Per 31 Desember 20xx
ASET

KEWAJIBAN DAN MODAL

Aset Lancar

Kewajiban Jangka Pendek

Kas

Rpxxx

Hutang Usaha

Rpxxx

Piutang Usaha

Rpxxx

Hutang Buga

Rpxxx

Persediaan

Rpxxx

Hutang Gaji

Rpxxx

Total Aset Lancar

Total Kewajiban Jangka Pendek

Rpxxx

Rpxxx

Aset Tetap

Kewajiban Jangka Panjang

Tanah

Rpxxx

Gedung
Ak Peny Gedung

Rpxxx

Hutang Hipotik

Total Kewajiban Jangka Panjang

(Rpxxx)

Rpxxx
Rpxxx

Peralatan

Rpxxx

Ak Peny Peralatan

(Rpxxx)

Total Kewajiban
Rpxxx

Rpxxx
Total Aset Tetap
Rpxxx
Total Aset

Rpxxx

Rpxxx

Modal
Modal

Rpxxx

Laba Ditahan

Rpxxx

Total Modal

Rpxxx

Total Kewajiban + Modal Rpxxx

Contoh Neraca L Form
Gambar 2.2
PT XXX
Neraca
Per 31 Desember 20xx

ASET
Aset Lancar
Kas
Piutang Usaha
Persediaan
Total Aset Lancar

Rpxxx
Rpxxx
Rpxxx
Rpxxx

23

Aset Tetap
Tanah
Gedung
Ak Peny Gedung

Rpxxx
Rpxxx
(Rpxxx)
Rpxxx

Peralatan
Ak Peny Peralatan

Rpxxx
(Rpxxx)
Rpxxx

Total Aset Tetap
Total Aset
KEWAJIBAN DAN MODAL
Kewajiban Jangka Pendek
Hutang Usaha
Hutang Buga
Hutang Gaji
Total Kewajiban Jangka Pendek
Kewajiban Jangka Panjang
Hutang Hipotik
Total Kewajiban Jangka Panjang
Total Kewajiban

2.

Modal
Modal
Laba Ditahan
Total Modal
Total Kewajiban + Modal
Laporan Rugi-Laba

Rpxxx
Rpxxx

Rpxxx
Rpxxx
Rpxxx
Rpxxx

Rpxxx
Rpxxx
Rpxxx

Rpxxx
Rpxxx
Rpxxx
Rpxxx

Munawir (2007) menyatakan bahwa “Laporan rugi-laba merupakan suatu
laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya, laba-rugi yang diperoleh oleh
suatu perusahaan selama periode tertentu. Dari pengertian tersebut, maka dapat
dilihat pentingnya laporan rugi-laba sebab di dalam laporan tersebut tercantum
hasil yang diperoleh perusahaan. Begitupula kemajuan perusahaan dapat dilihat
dari laporan rugi-laba.”

24

Sementara menurut Wild, Subramanyam, dan Halsey (2007) “Laporan
laba rugi adalah suatu laporan yang mengukur kinerja keuangan sebuah
perusahaan di antara tanggal neraca. Laporan ini merepresentasikan kegiatan
operasional perusahaan.

Laporan laba rugi menyediakan informasi secara

menyeluruh mengenai pendapatan, biaya, laba dan rugi perusahaan dalam suatu
kurun waktu tertentu”.
Short, Libby dan Libby (2007) menyatakan “Laporan laba rugi adalah
suatu laporan utama akuntan dalam mengukur kinerja ekonomi suatu usaha, yaitu
pendapatan dikurangi dengan biaya-biaya selama periode akuntansi tertentu.”
Menurut Baridwan (2009, hal 39-40) laporan laba rugi dalam
penyajiannya dibagi menjadi dua bentuk, yaitu:
a. Single step model
Adalah bentuk laporan laba rugi yang tidak dilakukan pengelompokanpengelompokan atas pendapatan dan biaya ke dalam kelompok-kelompok
usaha dan di luar usaha tetapi hanya dipisahkan antara pendapatan-pendapatan
dan laba dengan biaya-biaya kerugian.
Contoh Laporan Laba Rugi Single Step
Gambar 2.3
PT XXX
Laporan Laba Rugi
Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 20XX
PENDAPATAN :




Penerimaan dari pelanggan
Pendapatan Bunga
Pendapatan Penjualan Aktiva Tetap
Total Pendapatan

Rpxxx
Rpxxx
Rpxxx
Rpxxx

25

BEBAN:










Beban Gaji
Beban Sewa
Beban Perlengkapan Kantor
Beban Perlengkapan Reparasi
Beban Listrik, Air, Telepon
Beban Penyusutan Peralatan
Beban Serba Serbi
Beban Bunga
Rugi Penjualan Aktiva Tetap
Total Beban

Rpxxx
Rpxxx
Rpxxx
Rpxxx
Rpxxx
Rpxxx
Rpxxx
Rpxxx
Rpxxx
(Rpxxx)

Laba Bersih Sebelum Pajak

Rpxxx

Pajak Penghasilan

(Rpxxx)

Laba Bersih Setelah Pajak

Rpxxx

b. Multiple Step model
Adalah bentuk laporan laba rugi dimana dilakukan beberapa pengelompokan
terhadap pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya yang disusun dalam urutan
tertentu.

Contoh Laporan Laba Rugi Multiple Step
Gambar 2.4
PT XXX
Laporan Laba Rugi
Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 20XX

Pendapatan Operasi:


Penerimaan dari pelanggan
Total Pendapatan Operasi
Beban Operasi:

Rpxxx
Rpxxx

26










Beban Gaji
Beban Sewa
Beban Perlengkapan Kantor
Beban Perlengkapan Reparasi
Beban Listrik, Air, Telepon
Beban Bunga
Beban Penyusutan Peralatan
Beban Serba Serbi
Total Beban Operasi

Laba Operasi
Pendapatan Non Operasi:
 Pendapatan Bunga
 Pendapatan Penjualan Aktiva Tetap
Total Pendapatan Non Operasi

Rpxxx
Rpxxx
Rpxxx
Rpxxx
Rpxxx
Rpxxx
Rpxxx
Rpxxx
(Rpxxx)
Rpxxx
Rpxxx
Rpxxx
Rpxxx

Beban Non Operasi:
 Beban Bunga
 Rugi Penjualan Aktiva Tetap
Total Beban Non Operasi

3.

Rpxxx
Rpxxx
(Rpxxx)

Laba Non Operasi
Laba Bersih Sebelum Pajak

Rpxxx
Rpxxx

Pajak Penghasilan

(Rpxxx)

Laba Bersih Setelah Pajak

Rpxxx

Laporan Laba Ditahan
Laba ditahan (retained earning) merupakan laba bersih yang tidak

didistribusikan kepada para pemegang saham.

Maksud laba yang ditahan

(retained earning) menurut pendapat Martono dan Agus Harjito (2005) yaitu
“Laba yang tidak dibagi”.
Ada beberapa unsur yang mempengaruhi (faktor) perubahan laba ditahan,
antara lain:

27

a.

Adanya laba bersih (net income) atau rugi bersih (net
loss).

b.

Adanya penyesuaian periode sebelumnya (prior period
adjusment) dan perubahan kebijakan akuntansi (change in accounting
policy).

c.

Adanya deviden (cash devicend, stock devidend,
property dividend dan scrip dividend).

d.

Adanya transaksi atas treasury stock (pembelian saham
untuk sementara waktu).

e.

Adanya

penyesuaian

akibat quasi

reorganization

(tindakan penghapusan laba minus).
Laporan laba ditahan berisikan informasi mengenai perubahan laba
ditahan perusahaan yang menyebabkan terjadinya perubahan modal sendiri
perusahaan. Perhitungan laba ditahan adalah laba bersih dikurangi deviden yang
dibagikan. Laba ditahan diinvestasikan kembali dengan harapan peningkatan laba
perusahaan pada tahun mendatang. Laporan ini digunakan investor untuk menilai
usulan kebijakan manajemen perusahaan mengenai deviden. Pembagian deviden
yang merupakan hak pemegang saham yang diatur dalam Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS) biasanya tidak dibagikan seluruhnya, tetapi sebagian digunakan
kembali untuk berinvestasi. Sebagian yang digunakan untuk berinvestasi inilah
menjadi laba ditahan perusahaan. Semakin besar laba ditahan perusahaan akan
semakin besar aset perusahaan, dan dapat dikatakan perusahaan tersebut “sehat”
Contoh Laporan Laba Ditahan
Gambar 2.5

28

PTXXX
Laporan Laba Ditahan
Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember 200A
Laba Ditahan Awal

Rpxxx

Laba Tahun Berjalan

Rpxxx

Deviden

(Rpxxx)

Pengurangan terhadap Laba Ditahan

(Rpxxx)

Laba Ditahan Akhir

Rpxxx

4.

Laporan Arus Kas
Laporan arus kas seringkali juga disebut sebagai laporan sumber dan

penggunaan dana. Warren, etal (2007) menyatakan bahwa “Laporan arus kas
adalah suatu ringkasan mengenai penerimaan dan pembayaran kas dari suatu
perusahaan dalam jangka waktu tertentu.”
Sedangkan menurut Helfert (2008) “Laporan arus kas adalah laporan yang
memperlihatkan hasil-hasil operasi selama periode serta perubahan yang terjadi di
dalam neraca.” Laporan ini dibuat dengan melakukan perbandingan antara neraca
di awal periode dengan neraca di akhir periode serta menggunakan pos-pos kunci
di dalam laporan laba rugi.
Dalam penyajiannya, menurut Hackel dan Livnat (2008), Laporan arus kas
dibagi dalam tiga kelompok yaitu:
a.

Aktivitas operasional (Operating)
Adalah kelompok yang meliputi seluruh transaksi dan kegiatan lainnya

yang tidak termasuk di dalam kegiatan investasi maupun pembiayaan perusahaan.

29

Secara lebih jelas, arus kas yang berasal dari kegiatan operasional meliputi arus
kas dari kegiatan produksi, distribusi barang dan penyediaan jasa. Arus kas dari
kegiatan operasi adalah arus kas hasil dari transaksi dan kegiatan lainnya yang
ikut menentukan laba bersih.
b.

Aktivitas Investasi (Investing)
Adalah kelompok yang meliputi pembelian dan penagihan piutang,

pengembalian persediaan barang dagang, pembayaran pinjaman, pengadaan serta
penjualan ekuitas dan harta kekayaan perusahaan (tanah), bangunan, dan peralatan
serta aktiva-aktiva produktif lainnya, yaitu aktiva yang digunakan oleh perusahaan
untuk melakukan produksi barang dan jasa.
c.

Aktivitas pendanaan atau pembiayaan (Financing)
Adalah kelompok yang meliputi perolehan sumber daya dari para pemilik

dan pemberian hasil atas investasi yang telah dilakukan, peminjaman, serta
pembayaran kembali hutang oleh pemiliknya atau sebaliknya penyelesaian
kewajiban perusahaan kepada pemilik, dan perolehan serta pembayaran sumber
daya lainnya yang berasal dari pembiayaan jangka panjang.
Contoh Laporan Arus Kas
Gambar 2.6
PTXXX
Laporan Arus Kas
Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 200A

Saldo awal kas
Rpxxx
Arus kas dari aktivitas operasi:
Kas yang diterima dari pelanggan

Rpxxx

30

Pembayaran kas untuk beban dan hutang

(Rpxxx)
Rpxxx

Arus kas dari aktivitas investasi:
Kas yang diterima dari penjualan aktiva tetap
Pembayaran kas untuk pembelian aktiva tetap

Rpxxx
(Rpxxx)
Rpxxx

Arus kas dari aktivitas pendanaan:
Kas yang diterima sebagai investasi pemilik
Pembayaran deviden atau prive pemilik

Rpxxx
(Rpxxx)
Rpxxx

Saldo akhir kas

2.1.3

Rpxxx

Analisis Rasio Keuangan

2.1.3.1 Definisi Analisis Rasio Keuangan
Menurut Munawir (2010) pada umumnya laporan keuangan itu terdiri dari
neraca dan perhitungan laba rugi serta laporan perubahan ekuitas. Analisis rasio
keuangan memerlukan ukuran yang biasa disebut dengan istilah rasio. Rasio
mempunyai pengertian alat yang dinyatakan dalam arithmetical terms yang dapat
digunakan untuk menjelaskan hubungan dua macam data.
Harvarindo (2010) “menambahkan Rasio adalah satu angka yang
dibandingkan dengan angka lain sebagai suatu hubungan.” Selanjutnya Toto
Pribadi (2008) menyatakan “Rasio akan lebih tepat digunakan sebagai indikator
atau awal analisis yang mana bila menggunakan rasio kita akan mencoba
menganalisis lebih jauh atau mencari penyebab terjadinya hal tersebut.”
SementaraKasmir (2008) mendifinisikan “Rasio keuangan merupakan
kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan

31

cara membagi satu angka dengan angka lainya, perbandingan dapat dilakukan
antara satu komponen dengan komponen lain dalam satu laporan keuangan,
kemudian angka yang diperbandingkan dapat berupa angka-angka dalam suatu
periode maupun beberapa periode.”
Weygandt & Kieso (2008) menggambarkan “Jika kita melakukan analisis
terhadap rasio keuangan perusahaan berarti menggambarkan hubungan matematis
antara penjumlahan yang satu dengan penjumlahan yang lain dalam bentuk
prosentase (%), rates atau proporsi yang sederhana.”
Berdasarkan beberapa definisi yang ada maka dapat disimpulkan bahwa
analisis rasio keuangan merupakan proses untuk mempelajari data keuangan agar
dapat dipahami dengan mudah dalam mengetahui posisi keuangan, hasil operasi
dan perkembangan suatu perusahaan dengan cara mempelajari hubungan antar pos
dalam suatu laporan keuangan serta kecenderungannya yang terdapat dalam suatu
laporan keuangan sehingga laporan keuangan dapat dijadikan dasar dalam
pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
2.1.3.2 Jenis-jenis Rasio Keuangan
Laporan keuangan harus dapat dipahami dan dimengerti oleh berbagai
pihak, sehingga perlu dilakukan analisis laporan keuangan. Bagi pihak pemilik
dan manajemen, tujuan utama analisis laporan keuangan adalah agar dapat
mengetahui posisi keuangan perusahaan saat ini.

Dengan mengetahui posisi

keuangan, setelah dilakukan analisis laporan keuangan secara mendalam akan
terlihat apakah perusahaan dapat mencapai target yang telah direncanakan
sebelumnya atau tidak.

32

Hasil analisis laporan keuangan juga akan memberikan informasi tentang
kelemahan dan kekuatan yang dimiliki perusahaan.

Dengan mengetahui

kelemahan ini, manajemen akan memperbaiki atau menutupi kelemahan tersebut.
Kemudian, kekuatan yang dimiliki perusahaan harus dipertahankan bahkan
ditingkatkan. Kekuatan ini dapat dijadikan modal selanjutnya ke depan. Dengan
adanya kelemahan dan kekuatan yang dimilki, akan tergambar kinerja manajemen
selama ini.
Analisis laporan keuangan perlu dilakukan secara cermat dengan
menggunakan metode dan teknik analisis yang tepat sehingga hasil yang
diharapkan benar-benar tepat. Kesalahan dalam angka atau rumus akan berakibat
pada tidak akuratnya hasil yang hendak dicapai. Kemudian, hasil perhitungan
tersebut, dianalisis dan diinterpretasikan sehingga diketahui posisi keuangan yang
sesungguhnya. Kesemuanya ini harus dilakukan secara teliti, mendalam, dan
jujur.

Dalam menganalisis laporan keuangan diperlukan alat analisis keuangan,

salah satunya adalah dengan menggunakan rasio-rasio keuangan.
Menurut Martono dan Agus (2008) ada 4 jenis rasio yang digunakan untuk
menilai kinerja keuangan perusahaan, yaitu sebagai berikut:
1. Rasio Likuiditas (likuidity ratio) yaitu rasio yang menunjukkan hubungan
antara kas perusahaan dan aktiva lancar lainnya dengan hutang lancar.
2. Rasio aktivitas (activity ratio) atau dikenal juga sebagai rasio efisiensi,
yaitu rasio yang mengukur efisiensi perusahaan dalam menggunakan
asset-assetnya.

33

3. Rasio leverage financial (financial leverage ratio), yaitu rasio yang
mengukur seberapa banyak perusahaan menggunakan dana dari hutang
(pinjaman).
4. Rasio keuntungan (profitability ratio), yaitu rasio yang mengukur
kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba dari penggunaanya
modalnya.
2.1.3.3 Keunggulan dan Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan merupakan analisis yang paling sering dilakukan
untuk menilai kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Analisis rasio keuangan
memiliki beberapa keunggulan sebagai alat analisis sebagaimana yang
dikemukakan oleh Harahap (2008) yaitu:
1.

Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah
dibaca dan ditafsirkan.

2.

Rasio merupakan pengganti yang sederhana dari informasi yang
disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.

3.

Rasio mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.

4.

Rasio sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model
pengambilan keputusan dan model prediksi (z-score).

5.

Rasio menstandarisir size perusahaan.

6.

Dengan rasio lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan
perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik
atau time series.

34

7.

Dengan rasio lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan
prediksi di masa yang akan datang.

Sebagai alat analisis keuangan, analisis rasio keuangan juga memiliki
keterbatasan atau kelemahan.

Menurut Syahyunan (2005) ada beberapa

keterbatasan atau kelemahan analisis rasio keuangan yaitu:
1.

Kesulitan dalam mengidentifikasi kategori industri dari perusahaan yang
dianalisis apabila perusahaan tersebut bergerak di beberapa bidang usaha.

2.

Perbedaan metode akuntansi akan menghasilkan perhitungan yang
berbeda, misalnya perbedaan metode penyusutan atau metode penilaian
persediaan.

3.

Rasio keuangan disusun dari data akuntansi dan data tersebut dipengaruhi
oleh cara penafsiran yang berbeda bahkan bisa merupakan hasil
manipulasi.

4.

Informasi rata-rata industri adalah data umum dan hanya merupakan hasil
manipulasi.

2.1.4

Current Ratio
Menurut Tampubolon (2005) ada dua jenis rasio likuiditas yaitu “current

ratio” dan “quick ratio.” Current ratio menggambarkan kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang telah jatuh tempo.
Selanjutnya menurut Kasmir (2008) current ratio merupakan rasio untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek
atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara kesuluruhan. Current
ratio sendiri merupakan salah satu indikator dari rasio likuiditas. Current ratio

35

merupakan rasio antara aktiva lancar dengan hutang lancar yang dimiliki oleh
perusahaan.
Rasio ini mengukur aktiva yang dimiliki perusahaan dalam hutang lancar
perusahaan. Perusahaan harus mengubah aktiva lancar tertentu menjadi kas untuk
membayar kewajiban lancarnya, misalnya perusahaan perlu menagih piutang atau
menjual persediaannya sehingga perusahaan memperoleh kas. Perusahaan dapat
mengalami kesulitan keuangan baik dimulai dari yang sifatnya ringan (kesulitan
likuiditas) sampai kesulitan keuangan baik dimulai dari yang sifatnya parah
(kesulitan solvabilitas).
Current ratio juga digunakan untuk mengukur penyelesaian jangka
pendek. Sejauh mana tagihan kreditur jangka pendek dapat dipenuhi oleh aktiva
yang diharapkan dapat dikonversi ke kas dalam jangka waktu yang kira-kira sama
dengan jatuh tempo tagihan. Current yang terlalu tinggi menunjukkan kelebihan
uang kas atau aktiva lancar lainnya dibandingkan dengan yang dibutuhkan
sekarang (Wild, Subramanyam dan Halsey, 2005).
Menurut Sofyan Syafri Harahap (2011), merupakan rasio yang
menunjukan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar.
Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan utang lancar semakin tinggi
kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya.
Menurut S Munawir (2007), menerangkan bahwa “Rasio lancar (Current
ratio) yaitu perbandingan antara jumlah aktiva lancar dengan hutang lancar, rasio
ini menunjukan bahwa nilai kekayaan lancar (yang segera dapat dijadikan uang)
ada sekian kali hutang jangka pendek.”

36

Selanjutnya menurut Riccardo (2012) menyatakan peningkatan current
ratio berbanding terbalik dengan ukuran profitabilitas perusahaan.

Tingkat

likuiditas perusahaan yang baik dapat berarti bahwa penurunan laba. Hal ini
dapat terjadi karena laba operasi banyak dipergunakan untuk melakukan
pembayaran hutang jangka pendeknya, sehingga berakibat pada adanya penurunan
laba dan penurunan dari hutang jangka pendek, sehingga mengakibatkan likuiditas
meningkat dan tingkat profitabilitas menjadi menurun.
Menurut Jumingan (2006), menerangkan bahwa ada banyak faktor yang
mempengaruhi ukuran rasio lancar (current ratio) sebagai berikut:
1

Surat-surat berharga yang dimiliki dapat segera diuangkan.

2

Bagaimana tingkat pengumpulan piutang.

3

Bagaimana tingkat perputaran persediaan.

4

Membandingkan antara aktiva lancar dengan hutang lancar.

5

Menyebut pos masing – masing beserta jumlah rupiahnya.
Dari beberapa definisi yang ada maka dapat disimpulkan current rasio

merupakan salah satu dari rasio likuiditas yang membandingkan antara asset
lancar dan hutang lancar. Rasio ini menggambarkan sejauh mana kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

Semakin besar

current semakin tinggi pula kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
jangka pendeknya tetapi sebuah perusahaan dengan current ratio yang tinggi
belum tentu menjamin akan dibayarnya hutang perusahaan pada saat jatuh tempo
jika proporsi atau distribusi dari aktifa lancar yang tidak menguntungkan.
Kasmir (2008) merumuskan current rasio sebagai berikut:
CR=

Asset Lancar
Utang Lancar

x 100%

37

2.1.5

Debt to Equity Ratio
Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur tingkat leverage (penggunaan hutang) terhadap total shareholders
equity yang dimiliki perusahaan.

Menurut Sofyan Syafri Harahap (2010)

Rasio ini menggambarkan hubungan antara utang perusahaan terhadap modal.
Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang pihak
luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal.
Perusahaan yang baik mestinya memiliki komposisi modal yang lebih besar
dari utang. Rasio ini bisa juga dianggap bagian dari rasio solvabilitas.
Rasio leverage menggambarkan sampai sejauh mana aktiva suatu
perusahaan dibiayai oleh hutang. Suatu perusahaan dengan rasio leverage
yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan banyak dibiayai oleh investor
atau kreditur luar. Semakin tinggi rasio leverage berarti semakin besar pula
proporsi pendanaan perusahaan yang dibiayai dari hutang.
Debt to Equity Ratio (DER) mencerminkan kemampuan perusahaan
dalam memenuhi seluruh kewajibannya, yang ditunjukkan oleh berapa bagian
modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang.

Oleh karena itu,

semakin rendah DER akan semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk
membayar semua kewajibannya.

Semakin besar proporsi utang yang

digunakan untuk struktur modal suatu perusahaan, maka akan semakin besar
jumlah kewajiban.
Menurut Brigham dan Houston (2010), rasio hutang terhadap aktiva
mengukur presentase total dana yang disediakan oleh kreditur, umumnya
disebut rasio hutang. Debt to Equity Ratio (DER), menurut Gibson (2011),

38

rasio hutang terhadap modal i