POTENSI DAN ENERGI NUKLIR (1)

ABSTRACT

POTENSI

Energi nuklir adalah sebuah energi alternatif yang
relatif besar potensinya untuk menggantikan
energi fosil. Saat ini, tanpa memperhitungkan
eksplorasi baru, cadangan uranium dunia akan
cukup untuk memenuhi kebutuhan energi dunia
hingga 100 tahun.

Fahmy Munawar
2413105005

ENERGI NUKLIR
ENERGI BARU DAN TERBARUKAN

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK FISIKA
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2014


1 POTENSI SUMBER NUKLIR
Energi nuklir adalah sebuah energi alternatif yang relatif besar potensinya untuk menggantikan energi
fosil. Saat ini, tanpa memperhitungkan eksplorasi baru, cadangan uranium dunia akan cukup untuk
memenuhi kebutuhan energi dunia hingga 100 tahun. Dan bahkan dengan teknologi pengolahan dan
pembiakan (pada jens reaktor tertentu) dapat mencukupi hingga 3600 tahun mendatang. Dan uranium
sendiri memiliki kelebihan karena punya potensi kekuatan yang besar dan lebih hemat. Melihat tingkat
peluangnya energi nuklir dalam kaitannya dengan masa depan adalah potensi sumber yang bisa
dikatakan tidak terbatas. Setelah uranium-235 habis terpakai (perkiraan dalam 50 tahun dengan tingkat
konsumsi sekarang), PLTN generasi selanjutnya akan menggunakan uranium-238 yang dikonversikan
ke plutonium-239. Cadangan uranium 238 yang dapat ditambang secara ekonomis diperkirakan dapat
memasok PLTN yang ada sekarang selama 3000 tahun. Bandingkan dengan cadangan batubara,
minyak dan gas yang akan berakhir masing2 setelah 210, 40, dan 70 tahun.

Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) memperkirakan terdapat cadangan 70 ribu ton Uranium dan
117 ribu ton Thorium yang tersebar di sejumlah lokasi di Indonesia, yang bisa bermanfaat sebagai
energi alternatif di masa depan. Potensi uranium dikategorikan menjadi beberapa kategori, ada yang
dengan kategori terukur, tereka, teridentifikasi dan kategori hipotesis, sedangkan Thorium baru kategori
hipotesis belum sampai terukur.
Sebagian besar cadangan Uranium kebanyakan berada di Kalimantan Barat, sebagian lagi ada di Papua,

Bangka Belitung dan Sulawesi Barat, sedangkan Thorium kebanyakan di Babel dan sebagian di Kalbar.
Kajian terakhir dilakukan di Mamuju, Sulbar, dimana deteksi pendahuluan menyebut kadar Uranium di
lokasi tersebut berkisar antara 100-1.500 ppm (part per milion) dan Thorium antara 400-1.800 ppm.
Kecamatan Singkep, Kabupaten Mamuju juga menjadi kawasan yang laju dosis radiasi gammanya
tercepat di Indonesia dibanding rata-rata nilai laju dosis radiasi Gamma di Indonesia yang 46 nSv per
jam.

1

2 IPTEK DAN REKAYASA BIDANG NUKLIR
Panas yang digunakan untuk membangkitkan uap diproduksi sebagai hasil dari pembelahan inti atom
yang dapat diuraikan sebagai berikut:
Apabila satu neutron (dihasilkan dari sumber neutron) tertangkap oleh satu inti atom uranium-235, inti
atom ini akan terbelah menjadi 2 atau 3 bagian/fragment. Sebagian dari energi yang semula mengikat
fragmen-fragmen tersebut masing-masing dalam bentuk energi kinetik, sehingga mereka dapat bergerak
dengan kecepatan tinggi. Oleh karena fragmen-fragmen itu berada di dalam struktur kristal uranium,
mereka tidak dapat bergerak jauh dan gerakannya segera diperlambat.
Dalam proses perlambatan ini energi kinetik diubah menjadi panas (energi termal). Sebagai gambaran
dapat dikemukakan bahwa energi termal yang dihasilkan dari reaksi pembelahan 1 kg uranium-235 murni
besarnya adalah 17 milyar kilo kalori, atau setara dengan energi termal yang dihasilkan dari pembakaran

2,4 juta kg (2400 ton) batubara.
Selain fragmen-fragmen tersebut reaksi pembelahan menghasilkan pula 2 atau 3 neutron yang
dilepaskan dengan kecepatan lebih besar dari 10.000 km/s. Neutron-neutron ini disebut neutron cepat
yang mampu bergerak bebas tanpa dirintangi oleh atom-atom uranium atau atom-atom kelongsongnya.
Agar mudah ditangkap oleh inti atom uranium guna menghasilkan reaksi pembelahan, kecepatan
neutron ini harus diperlambat. Zat yang dapat memperlambat kecepatan neutron disebut moderator.

2.1 AIR SEBAGAI PEMERLAMBAT NEUTRON (MODERATOR)
Seperti telah disebutkan di atas, panas yang dihasilkan dari reaksi pembelaha, oleh air yang bertekanan
160 atm dan temperatur 300 0C secara terus menerus dipompakan ke dalam reaktor melalui saluran
pendingin reaktor. Air bersirkulasi dalam saluran pendingin ini tidak hanya berfungsi sebagai pendingin
saja melainkan juga bertindak sebagai moderator, yaitu sebagai medium yang dapat memperlambat
neutron. Neutron cepat akan kehilangan sebagai energinya selama menumbuk atom-atom hidrogen.
Setelah kecepatan neutron turun sampai 200 m/s atau sama dengan kecepatan molekul gas pada
temperatur 300 0C, barulah ia mampu membelah inti atom uranium-235. Neutron yang telah diperlambat
disebut neutron termal.

2.2 REAKSI PEMBELAHAN INTI BERANTAI TERKENDALI
Untuk mendapatkan keluaran termal yang mantap, perlu dijamin agar banyaknya reaksi pembelahan inti
yang terjadi dalam teras reaktor dipertahankan pada tingkat tetap, yaitu 2 atau 3 neutron yang dihasilkan

dalam reaksi itu hanya satu yang dapat meneruskan reaksi pembelahan. Neutron lainnya dapat lolos
keluar reaktor, atau terserap oleh bahan lainnya tanpa menimbulkan reaksi pembelahan atau diserap
oleh batang kendali. Batang kendali dibuat dari bahan-bahan yang dapat menyerap neutron, sehingga
jumlah neutron yang menyebabkan reaksi pembelahan dapat dikendalikan dengan mengatur keluar atau
masuknya batang kendali ke dalam teras reaktor.
Sehubungan dengan uraian di atas perlu digarisbagawi bahwa:
a. Reaksi pembelahan berantai hanya dimungkinkan apabila ada moderator.
b. Kandungan uranium-235 di dalam bahan bakar nuklir maksimum adalah 3,2%. Kandungan ini
kecil sekali dan terdistribusi secara merata dalam isotop uranium-238, sehingga tidak mungkin
terjadi reaksi pembelahan berantai secara tidak terkendali di dalamnya.
2

2.3 RADIASI DAN HASIL BELAHAN
Fragmen-fragmen yang diproduksi selama reaksi pembelahan inti disebut hasil belahan, yang
kebanyakan berupa atom-atom radioaktif seperti xenon-133, kripton-85 dan iodium-131. Zat radioaktif ini
meluruh menjadi atom lain dengan memancarkan radiasi alpha, beta, gamma atau neutron.
Selama proses peluruhan, radiasi yang dipancarkan dapat diserap oleh bahan-bahan lain yang berada
di dalam reaktor, sehingga energi yang dilepaskan berubah menjadi panas. Panas ini disebut panas
peluruhan yang akan terus diproduksi walaupun reaktor berhenti beroperasi. Oleh karena itu reaktor
dilengkapi dengan suatu sistem pembuangan panas peluruhan. Selain hasil belahan, dalam reaktor

dihasilkan pula bahan radioaktif lain sebagai hasil aktivitas neutron. Bahan radioaktif ini terjadi karena
bahan-bahan lain yang berada dalam reaktor (seperti kelongsongan atau bahan struktur) menangkap
neutron sehingga berubah menjadi unsur lain yang bersifat radioaktif.
Radioaktif adalah sumber utama timbulnya bahaya dari suatu PLTN, oleh karena itu semua sistem
pengamanan PLTN ditujukan untuk mencegah atau menghalangi terlepasnya zat radioaktif ke
lingkungan dengan aktivitas yangmelampau nilai batas ambang yang diizinkan menurut peraturan yang
berlaku.

3 TEKNOLOGI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR YANG
SUDAH DIGUNAKAN
Dalam pembangkit listrik konvensional, air diuapkan di dalam suatu ketel melalui pembakaran bahan
fosil (minyak, batubara, dan gas). Uang yang dihasilkan dialirkan ke turbin uap yang akan bergerak
apabila ada tekanan upa. Perputaran turbin selanjutnya digunakan untuk menggerakkan generator,
sehingga akan dihasilkan tenaga listrik.
Pembangkit listrik dengan bahan bakar batubara, minyak dan gas mempunyai potensi yang dapat
menimbulkan dampak lingkungan dan masalah transportasi bahan bakar dari tambang menuju lokasi
pembangkitan. Dampak lingkungan akibat pembakaran bahan fosil tersebut dapat berupa CO 2, SO2, dan
NO2, serta debu yang mengandung logam berat. Kekhawatiran terbesar dalam pembangkit listrik dengan
bahan bakar fosil adalah dapat menimbulkan hujan asam dan peningkatan pemanasan global.


3

PLTN beroperasi dengan prinsip yang sama seperti pembangkit listrik konvensional, hanya panas yang
digunakan untuk menghasilkan uap tidak dihasilkan dari pembakaran bahan fosil, tetapi dihasilkan dari
reaksi fisi inti uranium dalam suatu reaktor nuklir. Tenaga panas tersebut digunakan untuk
membangkitkan uap di dalam sistem pembangkit uap (steam generator) dan selanjutnya sama seperti
pada pembangkit listrik konvensional, uap digunakan untuk menggerakkan turbin-generator sebagai
pembangkit tenaga listrik. Sebagai pemindah panas biasa digunakan air yang disirkulasikan secara terus
menerus selama PLTN beroperasi.
Proses pembangkitan listrik ini tidak membebaskan asap atau debu yang mengandung logam berat yang
dibuang ke lingkungan atau melepaskan partikel yang berbahaya seperti CO 2, SO2, dan NO2 ke
lingkungan, sehingga PLTN ini merupakan pembangkit listrik yang ramah lingkungan. limbah radioaktif
yang dihasilkan dari pengoperasian PLTN adalah berupa elemen bakar bekas dalam bentuk padat.
Elemen bakar bekas ini untuk sementara bisa disimpan di lokasi PLTN sebelum dilakukan penyimpanan
secara lestari.

4 ALTERNATIF PENINGKATAN KINERJA PLTN
Teknologi PLTN dirancang agar energi nuklir yang terlepas dari proses fisi dapat dimanfaatkan sebagai
sumber energi dalam kehidupan sehari-hari. PLTN merupakan sebuah sistim yang dalam operasinya
menggunakan reaktor daya yang berperan sebagai tungku penghasil panas. Dewasa ini ada berbagai

jenis PLTN yang beroperasi. Perbedaan tersebut ditandai dengan perbedaan tipe reaktor daya yang
digunakannya. Masing-masing jenis PLTN/tipe reaktor daya umumnya dikembangkan oleh negaranegara tertentu, sehingga seringkali suatu jenis PLTN sangat menonjol dalam suatu negara, tetapi tidak
dioperasikan oleh negara lain. Perbedaan berbagai tipe reaktor daya itu bisa terletak pada penggunaan
bahan bakar, moderator, jenis pendinging serta perbedaan-perbedaan lainnya.
Perbedaan jenis reaktor daya yang dikembangkan antara satu negara dengan negara lain juga
dipengaruhi oleh tingkat penguasaan teknologi yang terkait dengan nuklir oleh masing-masing negara.
Pada awal pengembangan PLTN pada tahun 1950-an, pengayaan uranium baru bisa dilakukan oleh
Amerika Serikat dan Rusia, sehingga kedua negara tersebut pada saat itu sudah mulai mengembangkan
4

reaktor daya berbahan bakar uranium diperkaya. Sementara itu di Kanada, Perancis dan Ingris pada
saat itu dipusatkan pada program pengembangan reaktor daya berbahan bakar uranium alam. Oleh
sebab itu, PLTN yang pertama kali beroperasi di ketiga negara tersebut menggunakan reaktor berbahan
bakar uranium alam. Namun dalam perkembangan berikutnya, terutama Inggris dan Perancis juga
mengoperasikan PLTN berbahan bakar uranium diperkaya.
Sebagian besar reaktor daya yang beroperasi dewasa ini adalah jenis Reaktor Air Ringan atau LWR
(Light Water Reactor) yang mula-mula dikembangkan di AS dan Rusia. Disebut Reaktor Air Ringan
karena menggunakan H2O kemurnian tinggi sebagai bahan moderator sekaligus pendingin reaktor.
Reaktor ini terdiri atas Reaktor Air tekan atau PWR (Pressurized Water Reactor) dan Reaktor Air Didih
atau BWR (Boiling Water Reactor) dengan jumlah yang dioperasikan masing-masing mencapai 52 %

dan 21,5 % dari total reaktor daya yang beroperasi. Sedang sisanya sebesar 26,5 % terdiri atas berbagai
type reaktor daya lainnya. Berikut ini akan dibahas lebih lanjut berbagai jenis PLTN yang dewasa ini
beroperasi diberbagai negara.


Reaktor Air Didih

Pada reaktor air didih, panas hasil fisi dipakai secara langsung untuk menguapkan air pendingin dan
uap yang terbentuk langsung dipakai untuk memutar turbin. Turbin tekanan tinggi menerima uap pada
suhu sekitar 290 ºC dan tekanan sebesar 7,2 MPa. Sebagian uap diteruskan lagi ke turbin tekanan
rendah. Dengan sistim ini dapat diperoleh efisiensi thermal sebesar 34 %. Efisiensi thermal ini
menunjukkan prosentase panas hasil fisi yang dapat dikonversikan menjadi energi listrik. Setelah melalui
turbin, uap tersebut akan mengalami proses pendinginan sehingga berubah menjadi air yang langsung
dialirkan ke teras reaktor untuk diuapkan lagi dan seterusnya. Dalam reaktor ini digunakan bahan bakar
235U dengan tingkat pengayaannya 3-4 % dalam bentuk UO2.
Pada tahun 1981, perusahaan Toshiba, General Electric dan Hitachi melakukan kerja sama dengan
perusahaan Tokyo Electric Power Co. Inc. untuk memulai suatu proyek pengembangan patungan dalam
rangka meningkatkan unjuk kerja sistim Reaktor Air Didih dengan memperkenalkan Reaktor Air Didih
Tingkat Lanjut atau A-BWR (Advanced Boiling Water Reactor). Kapasitas A-BWR dirancang lebih besar
untuk mempertinggi keuntungan ekonomis. Di samping itu, beberapa komponen reaktor juga mengalami

peningkatan, seperti peningkatan dalam fraksi bakar, penyempurnaan sistim pompa sirkulasi pendingin,
mekanisme penggerak batang kendali dan lain-lain.


Reaktor Air Tekan

Reaktor Air Tekan juga menggunakan H2O sebagai pendingin sekaligus moderator. Bedanya dengan
Reaktor Air Didih adalah penggunaan dua macam pendingin, yaitu pendingin primer dan sekunder.
Panas yang dihasilkan dari reaksi fisi dipakai untuk memanaskan air pendingin primer. Dalam reaktor ini
dilengkapi dengan alat pengontrol tekanan (pessurizer) yang dipakai untuk mempertahankan tekanan
sistim pendingin primer.
Sistim pressurizer terdiri atas sebuah tangki yang dilengkapi dengan pemanas listrik dan penyemprot air.
Jika tekanan dalam teras reaktor berkurang, pemanas listrik akan memanaskan air yang terdapat di
dalam tangki pressurizer sehingga terbentuklah uap tambahan yang akan menaikkan tekanan dalam
sistim pendingin primer. Sebaliknya apabila tekanan dalam sistim pendingin primer bertambah, maka
sistim penyemprot air akan mengembunkan sebagian uap sehingga tekanan uap berkurang dan sistim
pendingin primer akan kembali ke keadaan semula. Tekanan pada sistim pendingin primer
dipertahankan pada posisi 150 Atm untuk mencegah agar air pendingin primer tidak mendidih pada suhu
sekitar 300 ºC. Pada tekanan udara normal, air akan mendidih dan menguap pada suhu 100 ºC.
5


Dalam proses kerjanya, air pendingin primer dialirkan ke sistim pembangkit uap sehingga terjadi
pertukaran panas antara sistim pendingin primer dan sistim pendingin sekunder. Dalam hal ini antara
kedua pendingin tersebut hanya terjadi pertukaran panas tanpa terjadi kontak atau percampuran, karena
antara kedua pendingin itu dipisahkan oleh sistim pipa. Terjadinya pertukaran panas menyebabkan air
pendingin sekunder menguap. Tekanan pada sistim pendingin sekunder dipertahankan pada tekanan
udara normal sehingga air dapat menguap pada suhu 100 ºC. Uap yang terbentuk di dalam sistim
pembangkit uap ini selanjutnya dialirkan untuk memutar turbin.
Dari uraian di atas tergambar bahwa sistim kerja PLTN dengan Reaktor Air Tekan lebih rumit
dibandingkan dengan sistim Reaktor Air Didih. Namun jika dilihat pada sistim keselamatannya, Reaktor
Air Tekan lebih aman dibandingkan dengan Reaktor Air Didih. Pada Reaktor Air Tekan perputaran sistim
pendingin primernya betul-betul tertutup, sehingga apabila terjadi kebocoran bahan radioaktif di dalam
teras reaktor tidak akan menyebabkan kontaminasi pada turbin. Sedang pada Reaktor Air Didih,
kebocoran bahan radioaktif yang terlarut dalam air pendingin primer dapat menyebabkan terjadinya
kontaminasi pada turbin. Reaktor Air Tekan juga mempunyai keandalan operasi dan keselamatan yang
sangat baik. Salah satu faktor penunjangnya adalah karena reaktor ini mempunyai koefisien reaktivitas
negatif. Apabila terjadi kenaikan suhu dalam teras reaktor secara mendadak, maka daya reaktor akan
segera turun dengan sendirinya. Namun karena menggunakan dua sistim pendingin, maka efisiensi
thermalnya sedikit lebih rendah dibandingkan dengan Reaktor Air Didih.



Reaktor Air Berat atau HWR (Heavy Water Reactor)

Reaktor Air Berat merupakan jenis reaktor yang menggunakan D2O (air berat) sebagai moderator
sekaligus pendingin. Reaktor ini menggunakan bahan bakar uranium alam sehingga harus digunakan air
berat yang penampang lintang serapannya terhadap neutron sangat kecil. PLTN dengan Reaktor Air
berat yang paling terkenal adalah CANDU (Canadian Deuterium Uranium) yang pertama kali
dikembangkan oleh Canada. Seperti halnya Reaktor Air tekan, Reaktor CANDU juga mempunyai sistim
pendingin primer dan sekunder, pembangkit uap dan pengontrol tekanan untuk mempertahankan
tekanan tinggi pada sistim pendingin primer. D2O dalam reaktor CANDU hanya dimanfaatkan sebagai
sistim pendingin primer, sedang sistim pendingin sekundernya menggunakan H2O.
Dalam pengoperasian reaktor CANDU, kemurnian D2O harus dijaga pada tingkat 95-99,8 %. Air berat
merupakan bahan yang harganya sangat mahal dan secara fisik maupun kimia tidak dapat dibedakan
secara langsung dengan H2O. Oleh sebab itu, perlu adanya usaha penanggulangan kebocoran D2O
baik dalam bentuk uap maupun cairan. Aliran ventilasi dari ruangan dilakukan secara tertutup dan selalu
dipantau tingkat kebasahannya, sehingga kemungkinan adanya kebocoran D2O dapat diketahui secara
dini.


Reaktor Magnox atau MR (Magnox Reactor)

Reaktor Magnox menggunakan bahan bakar dalam bentuk logam uranium atau paduannya yang
dimasukkan ke dalam kelongsong paduan magnesium (Mg). Reaktor ini dikembangkan dan banyak
dioperasikan oleh Inggris. Termasuk dalam reaktor jenis ini adalah reaktor penelitian pertama di dunia
yang dibangun oleh tim pimpinan Enrico Fermi di Chicago, Amerika Serikat. Reaktor Magnox
menggunakan CO2 sebagai pendingin, grafit sebagai moderator, dan uranium alam sebagai bahan
bakar. Panas hasil fisi diambil dengan mengalirkan gas CO2 melalui elemen bakar menuju ke sistim
pembangkit uap. Dari pertukaran panas ini akan dihasilkan uap air yang selanjutnya dapat dipakai untuk
memutar turbin.

6

Hasil dari usaha dalam penyempurnaan unjuk kerja Reaktor Magnox adalah diperkenalkannya Reaktor
Maju Berpendingin Gas atau AGR (Advanced Gas-cooled Reactor). Dalam reaktor ini juga menggunakan
CO2 sebagai pendingin, grafit sebagai moderator, namun bahan bakarnya berupa uranium sedikit
diperkaya yang dibungkus dengan kelongsong dari baja tahan karat. Pengayaan bahan bakar ini
dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi thermal dan fraksi bakar bahan bakarnya.


Reaktor Temperatur Tinggi atau HTR (High Temperature Reactor)

Reaktor Temperatur Tinggi adalah jenis reaktor yang menggunakan pendingin gas helium (He) dan
moderator grafit. Reaktor ini mampu menghasilkan panas hingga 750 ºC dengan efisiensi thermalnya
sekitar 40 %. Panas yang dibangkitkan dalam teras reaktor dipindahkan menggunakan pendingin He
(sistim primer) ke pembangkit uap. Dalam pembangkit uap ini panas akan diserap oleh sistim uap air
umpan (sistim sekunder) dan uap yang dihasilkannya dialirkan ke turbin. Dalam reaktor ini juga ada sistim
pemisah antara sistim pendingin primer yang radioaktif dan sistim pendingin sekunder yang tidak
radioaktif.
Elemen bahan bakar yang digunakan dalam Reaktor Temperatur Tinggi berbentuk bola, tiap elemen
mengandung 192 gram carbon, 0,96 gram 235U dan 10,2 gram 232Th yang dapat dibiakkan menjadi
bahan bakar baru 233U. Proses fisi dalam teras reaktor mampu memanaskan gas He hingga mencapai
suhu 750 _C. Setelah terjadi pertukaran panas dengan sistim sekunder, suhu gas He akan turun menjadi
250 ºC. Gas He selanjutnya dipompakan lagi ke teras reaktor untuk mengambil panas fisi, demikian
seterusnya. Dalam operasi normal, reaktor ini membutuhkan bahan bakar bola berdiameter 60 mm
sebanyak ± 675.000 butir yang diletakkan di dalam teras reaktor. Rata-rata setiap butir bahan bakar
tinggal di dalam teras selama enam bulan pada operasi beban penuh. q

5 DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF DARI PLTN
Kelebihan dari PLTN adalah:
a. Menghasilkan energi dalam jumlah besar
Reaksi nuklir melepaskan energi satu juta kali lebih banyak dibandingkan dengan energi air dan
angin. Oleh karena itu, sejumlah besar tenaga listrik dapat dihasilkan melalui energi nuklir. Saat
ini, sekitar 10-15% dari listrik di dunia dihasilkan melalui energi nuklir. Dapat diperkirakan bahwa
1 kg uranium-235 menghasilkan energi sekitar 1500 ton batu bara.
b. Tidak menimbulkan efek rumah kaca
Keuntungan terbesar dari energi nuklir adalah bahwa gas rumah kaca seperti karbon dioksida,
metana, ozon, dan chlorofuorocarbon (CFC) tidak dilepaskan selama reaksi nuklir. Gas rumah
kaca adalah ancaman besar karena menyebabkan pemanasan globan dan perubahan iklim.
c. Polusi udara
Pembakaran bahan bakar minyak menyebabkan produksi karbondioksida. Ini adalah ancaman
bagi lingkungan serta kehidupan semua makhluk. Produksi energi nuklir tidak memancarkan
asap, maka tidak ada polusi udara. Namun, pembuangan limbah radioaktif merupakan masalah
besar.
d. Bahan Bakar

7

Reaktor nuklir menggunakan uranium sebagai bahan bakar. Reaksi fisi dari sejumlah kecil
uranium menghasilkan sejumlah besar energi. Meski saat ini cadangan uranium yang ditemukan
di bumi diperkirakan hanya dapat berlangsung untuk 100 tahun, menggunakan energi ini tidak
tergantung pada bahan bakar minyak yang harus
Tanpa adanya faktor human error, kecelakaan, atau bencana alam, maka reaktor nuklir akan bekerja
dengan sangat baik untuk waktu yang lama. Selain itu juga membutuhkan sangat sedikit orang untuk
mengoperasikannya, meski akhirnya berdampak pada pengangguran.
Kelemahan PLTN adalah:
a. Radiasi
Kebocoran radiasi adalah salah satu kelemahan terbesar dari energi nuklir. Radiasi yang kontak
dengna lingkungan mengakibatkan kerusakan parah pada ekosistem dan hilangnya nyawa.
b. Bahan bakar
Meskipun reaktor nuklir menghasilkan sejumlah besar energi, reaktor nuklir tergantung pada
uranium, yang merupakan bahan bakar terbatas. Setelah habis, reaktor nuklir akan tetap
menempati lahan tersebut dan mencemari lingkungan.
c. Senjata nuklir
Energi ini dapat digunakan untuk memproduksi dan proliferasi senjata nuklir. Senjata nuklir
menggunakan fisi, fusi, atau kombinasi dari reaksi keduanya untuk tujuan merusak. Ini adalah
ancaman besar bagi dunia karena dapat menyebabkan kerusakan besar-besaran. Efek buruknya
dapat diamati, contohnya adalah bom atom Nagasaki dan hiroshima.
d. Biaya
Meskipun sejumlah besar energi dapat dihasilkan dari pembangkit listrik tenaga nuklir, hal itu
memerlukan biaya yang sangat besar. sementara itu reaktor nuklir akan bekerja selama uranium
masih tersedia.
e. Limbah nuklir
Limbah yang dihasilkan setelah reaksi fisi mengandung unsur tidak stabil. Hal ini sangat
berbahaya bagi lingkungan serta kesehatan manusia, dan akan tetap begitu selama ratusan
tahun. Perlu penanganan serius dan harus terisolasi dari lingkungan hidup. Hal ini sangat sulit
untuk menyimpan elemen radioaktif untuk jangka waktu lama.
f.

Transportasi
Transportasi bahan bakar uranium dan limbah radioaktif sangat sulit. Uranium memancarkan
sejumlah radiasi, dan karenanya harus ditangani dengan hati-hati. Limbah nuklir yang dihasilkan
lebih berbahaya dan membutuhkan perlindungan ekstra. Semua sarana transportasi harus
mengikuti standar keamanan internasional.

6 PERAN PLTN TERHADAP ASPEK KEHIDUPAN
Pada Nopember 2005, di seluruh dunia terdapat 441 buah pembangkit listrik tenaga nuklir yang
beroperasi di 31 negara, menghasilkan tenaga listrik sebesar lebih dari 363 trilyun watt. Reaktor yang
dalam tahap pembangunan sebanyak 30 buah dan 24 negara (termasuk 6 negara yang belum pernah
8

mengoperasikan reaktor nuklir) merencanakan untuk membangun 104 reaktor nuklir baru. Saat ini energi
listrik yang dihasilkan PLTN menyumbang 16% dari seluruh kelistrikan dunia, yang secara kuantitatif
jumlahnya lebih besar dari listrik yang dihasilkan di seluruh dunia pada tahun 1960.

Negara-negara di Eropa merupakan negara yang paling tinggi persentase ketergantungannya pada
energi nuklir. Perancis, Lithuania dan Slovakia merupakan tiga negara yang memiliki ketergantungan
listrik pada energi nuklir yang tinggi, yaitu masing-masing sebesar 78%, 72% dan 55%.

9

10

Di masa mendatang, pemakaian energi nuklir akan berkembang lebih maju lagi, tidak hanya
sekedar untuk pembangkit listrik saja, tetapi juga untuk keperluan energi selain kelistrikan, seperti
produksi hidrogen, desalinasi air laut, dan pemanas ruangan.

7 PERAN PEMERINTAH DAN
PENGEMBANGAN PLTN

MASYARAKAT

DALAM

Pemerintah memiliki peran penting dalam pengembangan PLTN. Pemerintah menyusun strategi dalam
pengembangan PLTN yang dituangkan dalam suatu buku putih energi. Langkah-langkah
pengembangan PLTN dilakukan secara bertahap mulai tahun 2005 sampai dengan 2025. Target serta
strategi disusun secara komprehensif. Berikut merupakan roadmap sektor industri energi nuklir.

Jangka Pendek
(2005-2010)

Jangka Menengah
(2011-2015)
Penelitian dan Pengembangan (litbang)
Peran Pemerintah

Bahan Bakar Nuklir dan
Limbah Radioaktif

11

Jangka Panjang
(2016-2025)

Basis data untuk pengambilan
kebijakan pengembangan
bahan bakar nuklir dan
pengelolaan Uranium jangka
panjang.
Eksplorasi uranium di daerah
Kalimantan, serta
pengembangan pabrik Uranium
Oksida (Yellow Cake) skala
pilot.
Kajian teknologi dan ekonomi
bahan bakar nuklir yang
disesuaikan dengan jenis PLTN
yang akan dikembangkan di
Indonesia.
Kajian teknologi pengolahan
limbah nuklir dan proses
penyimpanan bahan bakar
nuklir bekas.
Teknologi Reaktor dan
Sistem PLTN

Updating data sebagian bagian
dari pengembangan kapasitas
pasokan Uraniun jangka
panjang.

Data terbukti tentang pasokan
Uranium jangka panjang untuk
mengamankan operasi PLTN.

Eksplorasi Uranium di daerah
Sumatera dan daerah lainnya di
Indonesia.

Cadangan Uranium di seluruh
wilayah Indonesia

Desain pabrik bahan dan
elemen bahan nuklir

Produksi bahan dan elemen
bakar nuklir.

Desain pabrik pengolahan
limbah nuklir dan penyimpanan
bahan bakar nuklir bekas.

Proses pengolahan limbah
nuklir dan penyimpanan bahan
bakar nuklir bekas.

Dukungan untuk persiapan
pembangunan (Pre-project
activites), penyiapan URD, BIS,
PSAR, transfer teknologi dan
partisipasi industri nasional.
Pembangunan &
Pengoperasian PLTN 4 x 1000
Mwe

Penyiapan laboratorium
Science & technology base
bidang teknologi PLTN,
khususnya nuklir

Dukungan litbang untuk operasi
dan perawatan serta desain
komponen sistem PLTN.

Public information & education,
program penerimaan
masyarakat terhadap PLTN.
UU dan aturan
pelaksanaannya, penyiapan
dan penyelesaian sistem
perizinan nasional, perizinan
konstruksi PLTN ke 1 & 2.
Penyiapan tapak dan draf
dokumen pendukung URD,
PSAR, BIS serta pendanaan
dan pembentukan pemilik
(owner) untuk PLTN 1 & 2.
Litbang pembangunan dan
pengoperasian PLTN, serta
transfer teknologi dan
partisipasi industri nasional
(parnas).

Penerimaan masyarakat
terhadap pembangunan PLTN.

Penerimaan masyarakat
terhadap pengoperasian PLTN.

Sistem perizinan untuk
pembangunan dan
pengoperasian PLTN.

Perizinan pembangunan PLTN
ke 3, 4 dan izin pengoperasian
PLTN ke 2, 3, 4.

Penyiapan tapak dan draf
dokumen pendukung URD,
PSAR, BIS untuk PLTN 3 & 4

Penyiapan studi tapak terpilih
lainnya di Wilayah Jamali.

Transfer teknologi dan
partisipasi industri nasional.

Panas mencapai > 30 %

12

Litbang keselamatan untuk
mendukung perizinan
pembangunan dan
pengoperasian PLTN, serta
dikuasainya karakteristik
keselamatan calon reaktor.

Analisis keselamatan untuk
dokumen izin konstruksi.

Jaminan keselamatan operasi
PLTN berikutnya.

Peran Industri
Bahan Bakar Nuklir dan
Limbah Radioaktif
Bekerjasama dnegan institusi
litbang pemerintah dalam
pengembangan teknolog,
ekonomi dan pendanaan
pabrikasi bahan bakar nuklir
dan pengolahan limbah
radioaktif.

Bekerjasama dengan institusi
litbang pemerintah dalam
pengembangan teknologi
produksi bahan bakar nuklir dan
pengolahan limbah radioaktif
dalam rangka transfer teknologi
dan partisipasi industri nasional.

Bekerjasama dengan institusi
litbang pemerintah dalam
pengembangan desain dan
prototipe untuk komponen
peralatan pabrikasi dan proses
manufacturing serta
pengembangan material/bahan
peralatan yang semakin efisien
dengan harga yang makin
bersaing.

Bekerjasama dengan institusi
litbang pemerintah dalam
pengembangan teknologi
PLTN, khususnya bagian
kenukliran (nuclear island)
dalam rangka transfer teknologi
dan partisipasi industri nasional.

Bekerjasama dengan institusi
litbang pemerintah dalam
pengembangan desain dan
prototipe untuk komponen
PLTN dan proses
manufacturing, serta
pengembangan material/bahan
peralatan yang semakin efisien
dengan harga yang makin
bersaing

Bekerjasama dengan institusi
litbang pemerintah dalam
penyiapan tapak dan draf
dokumen pendukung URD,
PSAR, BIS untuk PLTN 3 & 4.

Bekerjasama dengan institusi
litbang pemerintah dalam
pelaksanaan studi detil tapak
terpilih lainnya di Wilayah
Jamali.

Bekerjasama dengan institusi
litbang pemerintah dalam
pengembangan teknologi
PLTN, khususnya bagian
kenukliran (nuclear island)

Bekerjasama dengan institusi
litbang pemerintah dalam
pengembangan desain dan
prototipe untuk komponen

Teknologi Reaktor dan
Sistem PLTN
Bekerjasama dengan isntitusi
litbang pemerintah dalam
pengembangan teknologi,
ekonomi dan pendanaan dalam
rangka persiapan
pembangunan PLTN, rangka
transfer teknologi dan
partisipasi industri nasional.

Pembangunan &
Pengoperasian PLTN 4 x 1000
Mwe
Bekerjasama dengan institusi
litbang pemerintah dalam
penyiapan tapak dan draf
dokumen pendukung URD,
PSAR, BIS serta pendanaan
dan pembentukan pemilik
(owner) untuk PLTN 1 & 2.
Bekerjasama dengan institusi
litbang pemerintah dalam
pengembangan teknologi,
ekonomi dan pendanaan dalam
rangka persiapan

13

pembangunan PLTN, rangka
transfer teknologi dan
partisipasi industri nasional.

dalam rangka transfer teknologi
dan partisipasi
industri nasional.

PLTN dan proses
manufacturing,
serta pengembangan
material/bahan peralatan yang
semakin efisien dengan harga
yang makin bersaing.

Peluang Pasar
Peran Pemerintah
Bahan Bakar Nuklir dan
Limbah Radioaktif
Membantu BUMN dalam
mengusahakan transfer
teknologi tentang komponen
dan sistem pabrikasi bahan
bakar nuklir dan pengolahan
limbah radioaktif.
Teknologi Reaktor dan
Sistem PLTN

Membantu BUMN dalam
mengembangankan desain
komponen dan sistem
pabrikasi, serta pembangunan
pabrik bahan bakar nuklir dan
pengolahan limbah radioaktif.

Membantu BUMN dalam
mengembangankan desain dan
manufacturing komponen dan
sistem pabrikasi bahan bakar
nuklir dan pengolahan limbah
radioaktif.

Membantu BUMN/Swasta
dalam mengushakan transfer
teknologi dan pengembangan
desain komponen dan sistem
PLTN.
Pembangunan &
Pengoperasian PLTN 4x1000
Mwe

Membantu BUMN/Swasta
dalam pengembangan desain
komponen dan sistem PLTN.

Membantu BUMN/Swasta
dalam pengembangan desain
komponen dan
sistem PLTN.

Membantu BUMN/Swasta
dalam program penyiapan
pembangunan PLTN 1 & 2,
termasuk penyiapan partisipasi
industri nasional.

Membantu BUMN/Swasta
dalam proses pembangunan
PLTN 1 & 2 dan penyiapan
pembangunan PLTN 3 & 4.

Membantu BUMN/Swasta
dalam proses pembangunan
PLTN 3 & 4.

Peran Industri
Bahan Bakar Nuklir dan
Limbah Radioaktif
Mengusahakan transfer
teknologi tentang komponen
dan sistem pabrikasi bahan
bakar nuklir dan pengolahan
limbah radioaktif.

Mengembangkan desain
komponen dan sistem
pabrikasi, serta pembangunan
pabrik bahan bakar nuklir dan
pengolahan limbah radioaktif.

Mengembangkan desain dan
manufacturing komponen dan
sistem pabrikasi bahan bakar
nuklir dan pengolahan limbah
radioaktif.

Teknologi Reaktor dan
Sistem PLTN

Mengusahakan transfer
teknologi serta
pengembangan desain
komponen dan sistem PLTN.

Mengusahakan transfer
teknologi serta
pengembangan desain dan
manufacturing komponen
dan sistem PLTN.

Mengusahakan transfer
teknologi yang terkait dengan
komponen dan sistem PLTN.

14

Pembangunan &
Pengoperasian PLTN
4x1000MWe
Bekerjasama dengan institusi
litbang pemerintah
melaksanakan program
penyiapan pembangunan PLTN
1 & 2, khususnya partisipasi
industri nasional.

Berperan aktif pada proses
pembangunan PLTN 1 & 2,
khususnya partisipasi industri
nasional dan penyiapan
pembangunan PLTN 3 & 4.

Berperan aktif pada proses
pembangunan PLTN 3 & 4,
khususnya partisipasi industri
nasional.

Kebijakan dan Inisiatif
Peran Pemerintah
Bahan Bakar Nuklir dan
Limbah Radioaktif
Bersama BUMN merencanakan
dan mengusahakan sendiri
pabrikasi bahan bakar nuklir
dan pengolahan limbah
adioaktif, karena sifatnya yang
strategis secara politis dan
keamanan nasional.
Teknologi Reaktor dan
Sistem PLTN

Menetapkan sistem insentif dan
disinsentif dalam transfer
teknologi dan pengembangan
istem pabrikasi bahan bakar
nuklir dan pengolahan limbah
radioaktif.

Menetapkan sistem insentif dan
disinsentif dalam
pengembangan/desain
komponen dan sistem serta
manufakturing pabrik bahan
bakar nuklir dan pengolahan
limbah radioaktif.

Merencanakan dan
melaksanakan program transfer
teknologi,
pengembangan/desain
komponen dan sistem PLTN,
serta mengusahakan partisipasi
industri nasional
Pembangunan &
Pengoperasian PLTN
4x1000MWe

Menetapkan sistem insentif dan
disinsentif dalam transfer
teknologi dan pengembangan
desain komponen dan sistem
PLTN.

Menetapkan sistem insentif dan
disinsentif serta pengembangan
desain komponen dan sistem
PLTN.

Mendorong penggunaan energi
nuklir dalam program
diversifikasi energi nasional,
serta menetapkan persentase
kontribusi energi nuklir terhadap
penyediaan energi nasional,
dan kontribusi prosentasi
parnas.

Mendukung dan menetapkan
sistem insentif dan disinsentif
pada proses penyiapan dan
pembangunan PLTN 1 & 2 dan
penyiapan pembangunan PLTN
3 & 4.

Mendukung dan menetapkan
sistem insentif dan disinsentif
pada proses pembangunan
PLTN 3 & 4.

Bahan Bakar Nuklir dan
Limbah Radioaktif
Merencanakan dan
mengusahakan pabrikasi

Peran Industri
Mengusahakan transfer
teknologi dan pengembangan
sistem pabrikasi bahan bakar
nuklir dan pengolahan limbah
radioaktif.
15

Mengusahakan
pengembangan/desain
komponen dan sistem serta
manufakturing pabrik
bahan bakar nuklir dan

bahan bakar nuklir dan
pengolahan limbah radioaktif.
Teknologi Reaktor dan
Sistem PLTN

pengolahan limbah
radioaktif.

Merencanakan dan
melaksanakan program transfer
teknologi,
pengembangan/desain
komponen dan sistem PLTN,
serta mengusahakan partisipasi
industri nasional.
Pembangunan &
Pengoperasian PLTN
4x1000MWe

Melaksanakan program transfer
teknologi dan
pengembangan/desain
komponen dan sistem PLTN.

Melaksanakan program
pengembangan/ desain dan
manufakturing komponen dan
sistem PLTN.

Mengusahakan pembentukan
pemilik (owner) PLTN dan
proses pendanaannya.

Mengusahakan proses
penyiapan dan pembangunan
PLTN 1 & 2 dan penyiapan
pembangunan PLTN 3 & 4.

Mengusahakan proses
pembangunan PLTN 3 & 4.

16

8 KENDALA DAN ALTERNATIF SOLUSI TERHADAP PENERAPAN
PLTN
Keadaan saat ini dan keadaan masa mendatang dalam penerapan PLTN ini dirumuskan dalam skema
berikut.

Kendala dalam penerapan PLTN dirinci sebagai berikut:
1. Potensi Energi nasional
Potensi energi nasional yang melimpah ruah memang tidak diragukan, terutama energi
terbarukan yang sangat bervariatif. Namun sejauh ini belum dimanfaatkan secara optimal.
Besaran energi terbarukan di Indonesia dipetakan sebagai berikut: (a). Tenaga air diperkirakan
75,67 GW (b). Panas bumi: 28,00 GW; (c). Biomassa: 49,81 GW; (d). Energi laut (Hydro-kinetic
Energi): 240,00GW dan (e). Matahari (6-8 jam/hari): 1200,00 GW. Disisi lain juga terdapat potensi
energi fosil, seperti batubara (104 Miliar Ton) dan gas bumi (384,7 TSCF) yang cenderung
produksinya saat ini diekspor sebagai sumber pendapatan negara. Disamping itu, Indonesia juga
dikenal sebagai penghasil minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) terbesar di dunia, di mana
CPO dapat dijadikan sebagai Biofuel. Meskipun besar potensi sumber daya energi baru dan
terbarukan, akan tetapi yang terjadi sebaliknya, krisis energi listrik semakin menghantui
Indonesia. Krisis energi listrik yang terjadi bukan disebabkan Indonesia tidak mempunyai sumber
daya energi primer, namun lebih disebabkan karena belum melakukan tata kelola energi yang
tepat, baik dan benar untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut.

17

Sebagaimana diketahui, Indonesia telah memiliki Pusat Reaktor Atom pertama di
Bandung, yang diresmikan oleh Presiden Soekarno pada 1965. Dengan fasilitas Reaktor
Penelitian tersebut, maka berdasarkan UU No. 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran, Badan
Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) dapat menyelenggarakan penelitian dan pengembangan
produksi bahan baku untuk pembuatan dan produksi bahan bakar nuklir. BATAN sudah mampu
melakukan rekayasa isotop dan hasilnya telah diekspor ke berbagai negara untuk keperluan
industri peralatan pencuci darah, pengembangan padi varietas unggul, dan lain-lain. Saat ini
Indonesia belum memproduksi uranium dan belum mendapat ijin untuk melakukan pengayaan
uranium sebagai bahan bakar nuklir. Kebijakan Energi Nasional 2010-Jurnal Kajian Lemhannas
RI | Edisi 16 | November 2013 19 Ekonomi 2050 yang dikeluarkan Kementerian ESDM maupun
Rencana Umum Pembangunan Tenaga Listrik sampai 2025 belum menyebutkan adanya
rencana pembangunan PLTN. Dalam UU No. 10 Tahun 1997, BATAN ditugaskan untuk
menguasai teknologi produksi uranium sebagai bahan baku untuk bahan bakar nuklir. Namun
ironisnya apabila PLTN dibangun di Indonesia, maka uranium tersebut harus diimpor. Apabila
tidak dipikirkan lebih jauh, maka hal ini menambah ketergantungan Indonesia dengan negara
lain.
2. Keekonomian PLTN dan faktor lainnya
Apabila PLTN menjadi pilihan di tengah ancaman krisis energi, maka pemerintah perlu
memperhatikan studi keekonomian energi listrik yang dihasilkan oleh PLTN. Studi keekonomian
PLTN yang pernah dilakukan oleh Keystone Center 2007 di Amerika menunjukan bahwa biaya
konstruksi pembangunan PLTN bervariasi antara US$ 3600-4000/KW dengan harga listrik antara
US$ 8-11 cents/KWH. Sementara, studi yang dilakukan oleh Standard & Poor’s and Moody’s,
mendeskripsikan biaya konstruksi PLTN sebesar US$ 5000-6000/KW. Sedangkan berdasarkan
beberapa kontrak PLTN di Amerika dengan menggunakan type Advanced Passive - AP 1000
diperlukan investasi sebesar US$ 5000/KW. Apabila biaya decommissioning dan biaya
pengolahan limbah uranium dimasukan sebagai biaya investasi, maka harga listrik PLTN pada
tahun 2008 adalah sebesar US$ 7000/KW dan harga energi listriknya sebesar U$ 811cents/KWH. Sedangkan harga pada 2020 diperkirakan akan meningkat dua kali lipatnya
(Moody’s Corporate Finance). Pembangunan PLTN di Indonesia harus memperhatikan kondisi
geografs Indonesia yang beresiko tinggi, karena terletak di daerah gempa dan pada “Ring of
Fire”. Disamping itu, instalasi PLTN juga menjadi titik terlemah dari serangan musuh dan kegiatan
sabotase. Dalam konteks keamanan negara, instalasi PLTN perlu diinformasikan dengan rinci
dan apa adanya tentang resiko apabila terjadi bencana nuklir (penguasaan teknologi,
ketergantungan dengan negara lain, bahaya radiasi yang dapat meresahkan masyarakat, boikot
negara lain, kondisi daerah bencana, SDM yang stabil secara emosional dan variabel lainnya).
Pembangunan PLTN merupakan pilihan, karena Indonesia mempunyai sumber energi lain
yang lebih murah dan tidak beresiko tinggi dengan memanfaatkan sumber energi yang tersedia
secara optimal. Dengan demikian, PLTN bukan menjadi pilihan utama dalam memenuhi
kebutuhan energi Indonesia. Pandangan serta pendapat yang menyarankan PLTN bukan
dijadikan sebagai pilihan utama, bukan semata-mata menyiratkan penolakan pembangunan
PLTN. Namun, dalam hal ini yang perlu menjadi penekanan bagaimana pemerintah dan
masyarakat perlu mendapatkan informasi yang benar sebagai bahan pertimbangan secara
komprehensif untuk pengambilan keputusan tentang pembangunan PLTN.
3. Perbandingan Biaya Pembangkitan Listrik

18

Untuk saat ini batubara memiliki efsiensi tertinggi jika dibandingkan dengan bahan bakar
lainnya. Harga 1 Kwh itu sekitar Rp 500 atau Rp 600. Posisi kedua tingkat efsiensi adalah
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dengan investasi awal lebih mahal. Pada kenyataannya
PLN harus membeli listrik dari Pembangkit Listrik Mikrohidro (PLTMH) yaitu Rp787 per Kwh.
Selanjutnya, nomor tiga adalah gas dengan harga sekitar Rp 900 per Kwh dan posisi keempat
adalah BBM dengan kisaran harga sekitar Rp 1.800 per Kwh. Untuk Pembangkit Listrik Tenaga
Matahari (PLTM), jika digunakan siang dan malam harganya Rp 2.500 hingga Rp 3.000 per Kwh,
sama seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Bagaimana dengna PLTN? Data dari
luar negeri memperlihatkan Korea, dengan pembangkit PLTN mempunyai harga jual listriknya
hanya 4 sen per Kwh sekitar Rp 400. Hal ini berarti Indonesia mempunyai harga lebih mahal
berdasarkan harga hasil subsidi, harga jual listrik Rp 700. Namun demikian perlu diperhatikan
biaya awal dari pembangungan pembangkit tersebut.
4. PLTN dukung stabilitas politik
Pada masa lalu penguasaan teknologi nuklir merupakan hal yang sensitif karena berkaitan
erat dengan “senjata nuklir”, hal tersebut disebabkan oleh isu pengkayaan uranium dan olah
ulang bahan bakar
uranium tersebut. Sebagai contoh, dengan memiliki kemampuan
pengkayaan uranium U235 di atas 20%, berarti negara tersebut kemungkinan mampu membuat
“senjata nuklir”. Sedangkan kebutuhan uranium untuk PLTN hanya membutuhkan pengkayaan
uranium sekitar 3 sampai dengan 4 %. Pada era 1970 – 1990-an, BATAN melakukan penelitian
terhadap teknologi pengkayaan dan olah ulang uranium, baik yang dilakukan di dalam maupun
luar negeri, sehingga sumber daya manusia BATAN dapat menguasai IPTEK ketenaganukliran.
Namun ketidakjelasan program pembangunan PLTN ke depan dan adanya inspeksi International
Atomic Energy Agency (IAEA) secara berkala yang meminta rincian program nuklir di Indonesia,
me-nyebabkan program dan kegiatan penelitian nuklir untuk PLTN menjadi surut.
Indonesia memiliki potensi mineral radioaktif seperti uranium, yaitu di Kalan dan Kawat
(Kalimantan) dengan total potensi sebesar 34.863 ton U3O8. Disamping itu, juga terdapat di 20
daerah sumber daya spekulatif berindikasi memilki potensi yang tersebar di beberapa pulau, siap
ditingkatkan menjadi sumber daya potensial. Sedangkan sumber daya potensial bahan baku
nuklir berupa thorium, terdapat di daerah Bangka-Belitung dan sekitarnya, dengan total potensi
di Bangka Selatan sebesar 5.487 ton. Belum lagi terdapat potensi lainnya yang berada di dasar
laut. Adanya laju pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan penduduk yang sebanding dengan
meningkatnya kebutuhan energi, maka pemerintah Indonesia bermaksud menerapkan bauran
energi secara optimum dari berbagai sumber energi, salah satunya yang memungkinkan dari
PLTN. PLTN merupakan pembangkit paling cepat dan handal untuk memenuhi kebutuhan
pasokan listrik berdaya besar dibandingkan pembangkit energi baru terbarukan lainnya, seperti
tenaga surya, panas bumi atau angin. Paling tidak menurut Oktaufk; setidaknya pembangkit
pertama sudah dimulai dengan pertimbangan teknis berkapasitas 2 GW dan ditambah sekitar 1
GW per tahun.
5. Kebijakan
Kegiatan yang dilakukan oleh BATAN di daerah Bangka-Belitung merupakan studi
kelayakan terhadap kemungkinan, bila suatu saat wilayah Bangka-Belitung dijadikan tapak
PLTN. BATAN sendiri tidak memiliki wewenang membangun PLTN. Namun sebagai lembaga
riset, BATAN mempunyai kewajiban melakukan penelitian pendahuluan untuk mempersiapkan
bahan kebijakan pemerintah dalam memutuskan pembangunan PLTN. Dalam kegiatan studi
tapak dan penelitian tersebut, BATAN menghadapi resistensi dari masyarakat di Bangka19

Belitung. Dilihat dari proses pengembangan energi nuklir, sebenarnya BATAN sudah menyiapkan
peta jalan pengembangan PLTN seperti terlihat pada Gambar 3.Berdasarkan Gambar 3 di
samping terlihat bahwa peta jalan pengembangan PLTN tidak serta merta dilakukan pada satu
periode waktu saja, melainkan harus melalui beberapa fase hingga mencapai tahap yang betulbetul aman.
Solusi atau upaya yang bisa dilakukan dalam penerapan PLTN adalah:
1. Studi Pengembangan Tapak dan Aspek Lingkungan
Jawa merupakan pulau yang paling padat penduduknya (59% dari populasi nasional)
dimana aktivitas industri terkonsentrasi di Pulau Jawa dan terdapat dua calon tapak alternatif
untuk PLTN di Pulau Jawa, yaitu; Semenanjung Muria (Ujung Lemahabang, Ujung Grenggengan
dan Ujung Watu) serta Banten (Kramatwatu-Bojonegara). Lokasi lain, Bangka merupakan tapak
alternatif yang potensial dan tidak jauh dari sistem JAMALI (Jawa-Madura-Bali). Secara
Geodinamic, pulau Bangka terletak pada Intra Plate, karena itu: Jauh dari gunung api aktif
(terdekat adalah gunung Lumut Balai di Lampung, ±303 km dari Bangka), seismisitas (aktivitas
seismik) rendah dan tidak ada potensi bahaya tsunami (kedalaman laut kurang dari 30m),
populasinya rendah dengan total penduduk Bangka-Belitung sekitar 1.074.775. Berdasarkan
prediksi, untuk menyelesaikan studi tapak Bangka diperlukan waktu paling tidak 3 tahun.
2. Studi Teknologi Reaktor dan Material serta Teknologi Pengolahan Limbah
Studi pemilihan tipe reaktor nuklir yang sesuai untuk kepentingan Indonesia, sesuai
dengan persyaratan yang ditetapkan pada PP No. 43 Tahun 2006 pasal 4 ayat 2 bahwa PLTN
hanya dibangun berdasarkan Ekonomi teknologi teruji (proven technology) adalah teknologi yang
digunakan dalam suatu desain yang telah terbukti melalui pengalaman operasi reaktor paling
singkat 3 (tiga) tahun secara selamat dengan faktor kapasitas rerata minimal 75% (tujuh puluh
lima persen).
3. Studi investasi dan keekonomian PLTN
Faktor yang mempengaruhi perbedaan biaya investasi PLTN antara lain adalah: harga
komponen lokal yang meliputi biaya material dan pekerja bervariasi di setiap negara dan akan
mempengaruhi tingkat kandungan lokal; lokasi di mana besarnya percepatan tanah akibat gempa
/Peak Ground Acceleration (PGA) serta Insentif dan jaminan yang diberikan pemerintah terhadap
proyek PLTN.Tinjauan keekonomian PLTN tidak hanya ditinjau dari harga listrik yang
dibangkitkan oleh PLTN, namun juga dari aspek eksternalitas (internalisasi biaya eksternal), yaitu
biaya yang seharusnya dibayar bila mempertimbangkan berbagai faktor lingkungan, misalnya
aspek kesehatan penduduk di sekitar lokasi dan emisi karbon di mana PLTN harus sudah
dilengkapi dengan sistem keselamatan yang sangat tinggi sehingga akhirnya tergolong sebagai
pembangkit listrik teknologi yang bersih dan ramah lingkungan.
4. Studi Sosial Budaya
Studi sosial budaya harus dilaksanakan berkenaan dengan kesiapan sumber daya
manusia Indonesia dalam mengelola PLTN dan kesiapan masyarakat bangsa Indonesia
menerima PLTN. Secara garis besar, masyarakat yang kurang senang akan kehadiran PLTN
dapat digolongkan menjadi tiga kelompok, pertama adalah kelompok masyarakat awam, bagi
mereka nuklir menimbulkan rasa takut, karena kurang paham terhadap sifat-sifat atau karakter
nuklir itu. Termasuk dalam kelompok ini adalah beberapa budayawan, politikus, tokoh
keagamaan dan beberapa anggota masyarakat umum lainnya. Ke dua adalah masyarakat yang
20

sedikit pahamnya tentang nuklir. Mereka menyangsikan kemampuan orang Indonesia dalam
megoperasikan PLTN dengan aman, termasuk pengambilan limbah radioaktif yang timbul dari
pengoperasian PLTN itu. Termasuk dalam kelompok ini adalah beberapa LSM dan kalangan
akademis. Ke tiga adalah kelompok masyarakat yang cukup paham tentang nuklir, tetapi mereka
menolak kehadiran PLTN. Karena mereka melihat PLTN dari kacamata berbeda, sehingga keluar
argumen-argumen yang berbeda pula. Termasuk dalam kelompok ini adalah beberapa pejabat
dan mantan pejabat pemerintah yang pernah berhubungan dengan masalah keenergian,
kelistrikan dan penukliran.
5. Studi esensi pembangunan PLTN
Kebutuhan akan listrik yang semakin meningkat sebagai konsekuensi dari pembangunan
di Indonesia mengakibatkan pemerintah bekerja sama dengan banyak pihak, baik dari sesama
lembaga pemerintah maupun pihak swasta, berusaha mencari solusi energi alternatif. Ditengah
hiruk-pikuknya wacana akan kebutuhan atas ketenaga listrikan, PLTN dipandang menjadi salah
satu solusi yang diperkirakan mampu menjawab permasalahan. Ditambah kebutuhan akan
kesadaran lingkungan yang semakin menguat, sehingga beberapa kali diadakan konfrensi
perubahan iklim, sehingga inovasi teknologi yang dipandang memiliki dampak lingkungan tingkat
minimum dipertimbangkan menjadi prioritas. Tentunya sebuah program pembangunan apapun
bentuknya tidak sekedar berlandaskan kecanggihan Teknologi semata. Perlu diperhatikan dan
bahkan dibutuhkan kajian secara menyeluruh akibat-akibatnya bagi masyarakat secara umum
ataupun khusus (masyarakat sekitar tapak pembangunan). Karena mereka inilah yang paling
merasakan secara langsung proses pembangunan, dimulai dari studi tapak, proses
pembangunan, operasional sampai pembongkaran bangunan ketika dirasa perlu dan renovasi
terhadap alam sekitar, sehingga memungkinkan untuk digunakan kembali.
6. Membangun PLTN skala laboratorium/pilot
Untuk mempersiapkan sumber daya manusia dalam menguasai teknologi PLTN, perlu dibangun
PLTN skala laboratorium atau skala pilot, sehingga pada saatnya negeri ini membangun PLTN,
maka tidak akan memiliki ketergantungan kepada pihak lain.
Bila memang PLTN akan dibangung di Indonesia, maka harus memperhatikan pengembangan teknologi
yang bersifat mandiri, tidak bergantung Negara Lain, aman dan ramah lingkungan serta mengadopsi
teknologi terkini. Kajian aspek sosial dan budaya masyarakat serta lingkungan di calon lokasi yang
bersifat komprehensif untuk memberikan pemahaman yang proporsional terhadap keberadaan PLTN.
juga bahan baku PLTN harus dipastikan tersedia dan diolah di Indonesia tidak ke negara lain agar tidak
menimbulkan ketergantungan.

REFERENSI
http://www.batan.go.id/pusdiklat/elearning/proteksiradiasi/pengenalan_radiasi/3-1.htm
Buku Putih Energi: Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Bidang
Sumber Energi Baru dan Terbarukan untuk Mendukung Keamanan Ketersediaan Energi Tahun
2025. Kementerian Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesa. Jakarta:2006
Pengenalan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Pusat Diseminasi Iptek Nuklir. Jakarta: 2005
http://rorygeobumi.blogspot.com/2012/11/potensi-nuklir-uranium-sebagai-energi.html
21