PENGARUH KELOMPOK SOSIALBUDAYA TERHADAP (1)

MAKALAH
PENGARUH KELOMPOK SOSIALBUDAYA
TERHADAP PERILAKU KONSUMEN
(BUYER BEHAVIOR)

DI SUSUN OLEH :
ANGGOTA KELOMPOK 1
1.

AKBAR FAUZIE

H0812009

2.

DINAN AZIFAH

H0812043

3.


HABSETO AJI PRATAMA H0812076

4.

KHONITA ARLIANISA

H0812092

5.

NUR HANIFAH

H0812134

6.

RATIH DWI KARTIKASARI

H0812149


7.

RIZQI RAMADHANI

H0812161

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014

I.
A.

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kebudayaan adalah faktor penentu keinginan dan perilaku seseorang,
terutama dalam perilaku pengambilan keputusan dan perilaku pembelian.

Faktor budaya memberikan pengaruh paling luas dan dalam pada perilaku
konsumen. Pengiklan harus mengetahui peranan yang dimainkan oleh
budaya, subbudaya dan kelas social pembeli. Budaya adalah penyebab
paling mendasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Budaya merupakan
kumpulan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan dan perilaku yang dipelajari
oleh seorang anggota masyarakat dari keluarga dan lembaga penting
lainnya. Setiap kebudayaan terdiri dari sub-budaya – sub-budaya yang lebih
kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk
para anggotanya.
Dalam perkembangan sejarah budaya konsumsi maka masyarakat
konsumsi lahir pertama kali di Inggris pada abad 18 saat terjadinya
tehnologi produksi secara massal. Tehnologi yang disebabkan oleh
berkembangnya revolusi industri memungkinkan perusahaan-perusahaan
memproduksi barang terstandarisasi dalam jumlah besar dengan harga yang
relatif murah. Pada saat yang bersamaan muncul revolusi kebudayaan, di
mana masyarakat secara bertahap berubah dari masyarakat agraris menjadi
masyarakat yang kekotaan, karena dengan berpindahnya ke perkotaan maka
budaya mereka berubah sehingga berkembanglah tata nilai baru dan pola
kehidupan yang baru akibat pekerjaan yang berbeda. Tidak hanya orang
yang kaya saja bahkan orang yang biasa juga merasa perlu membeli produk

yang dapat memuaskan kebutuhan budaya baru, seperti munculnya
perbedaan status yang makin menonjol di kalangan masyarakat perkotaan.
Gambaran

lahirnya

masyarakat

konsumsi

tersebut

diatas,

menunjukkan betapa pentingnya budaya dalam memahami perilaku
konsumen. Aspek-aspek budaya yang penting dapat diidentifikasi sehingga
dapat digunakan sebagai dasar untuk memahami bagaimana hal tersebut

dapat mempengaruhi konsumen dan tentunya dapat digunakan dalam
mengembangkan strategi pemasaran yang lebih efektif.

B.

C.

Rumusan Masalah
1.

Apa pengertian perilaku konsumen?

2.

Apa pengertian kebudayaan?

3.

Apa pengaruh kebudayaan dengan perilaku konsumen?

Tujuan
1. Mengatahui pengertian dari perilaku konsumen
2. Mengetahui pengertian kebudayaan

3. Mengetahui pengaruh kebudayaan terhadap perilaku konsumen

II.
A.

PEMBAHASAN

Pengertian Perilaku Konsumen
Pengertian perilaku konsumen menurut Shiffman dan Kanuk (2000)
adalah perilaku yang diperhatikan konsumen dalam mencari, membeli,
menggunakan, mengevaluasi dan mengabaikan produk, jasa, atau ide yang
diharapkan

dapat

memuaskan

konsumen

untuk dapat


memuaskan

kebutuhannya dengan mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan.
Selain itu perilaku konsumen menurut Loudon dan Della Bitta (1993)
adalah proses pengambilan keputusan dan kegiatan fisik individu-individu
yang semuanya ini melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan,
menggunakan, atau mengabaikan barang-barang dan jasa-jasa.
Perilaku konsumen adalah proses yang dilalui oleh seseorang atau
organisasi dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan
membuang produk atau jasa setelah dikonsumsi untuk memenuhi
kebutuhannya. Perilaku konsumen akan diperlihatkan dalam beberapa tahap
yaitu tahap sebelum pembelian, pembelian, dan setelah pembelian. Pada
tahap sebelum pembelian konsumen akan melakukan pencarian informasi
yang terkait produk dan jasa. Pada tahap pembelian, konsumen akan
melakukan pembelian produk, dan pada tahap setelah pembelian, konsumen
melakukan konsumsi (penggunaan produk), evaluasi kinerja produk, dan
akhirnya membuang produk setelah digunakan.Atau kegiatan-kegiatan
individu


yang

secara

langsung

terlibat

dalam

mendapatkan

dan

menggunakan barang dan jasa termasuk di dalamnya proses pengambilan
keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut.
Konsumen dapat merupakan seorang individu ataupun organisasi,
mereka memiliki peran yang berbeda dalam perilaku konsumsi, mereka
mungkin berperan sebagai initiator, influencer, buyer, payer atau user.
Dalam upaya untuk lebih memahami konsumennya sehingga dapat

memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen, perusahaan dapat
menggolongkan konsumennya ke dalam kelompok yang memiliki

kemiripan tertentu, yaitu pengelompokan menurut geografi, demografi,
psikografi, dan perilaku
Berdasarkan landasan teori, ada dua faktor dasar yang mempengaruhi
perilaku konsumen yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor
eksternal merupakan faktor yang meliputi pengaruh keluarga, kelas sosial,
kebudayaan, marketing strategy, dan kelompok referensi. Kelompok
referensi merupakan kelompok yang memiliki pengaruh langsung maupun
tidak langsung pada sikap dan prilaku konsumen. Kelompok referensi
mempengaruhi perilaku seseorang dalam pembelian dan sering dijadikan
pedoman oleh konsumen dalam bertingkah laku. Faktor-faktor yang
termasuk ke dalam faktor internal adalah motivasi, persepsi, sikap, gaya
hidup, kepribadian dan belajar. Belajar menggambarkan perubahan dalam
perilaku seseorang individu yang bersumber dari pengalaman. Seringkali
perilaku manusia diperoleh dari mempelajari sesuatu.
Adapun beberapa teori perilaku konsumen adalah sebagai berikut:
1.


Teori Ekonomi Mikro. Teori ini beranggapan bahwa setiap konsumen
akan berusaha memperoleh kepuasan maksimal. Mereka akan berupaya
meneruskan pembeliannya terhadap suatu produk apabila memperoleh
kepuasan dari produk yang telah dikonsumsinya, di mana kepuasan ini
sebanding atau lebih besar dengan marginal utility yang diturunkan dari
pengeluaran yang sama untuk beberapa produk yang lain.

2.

Teori Psikologis. Teori ini mendasarkan diri pada faktor-faktor
psikologis

individu

yang

dipengaruhi

oleh


kekuatan-kekuatan

lingkungan. Bidang psikologis ini sangat kompleks dalam menganalisa
perilaku konsumen, karena proses mental tidak dapat diamati secara
langsung.
3.

Teori Antropologis. Teori ini juga menekankan perilaku pembelian dari
suatu kelompok masyarakat yang ruang lingkupnya sangat luas, seperti
kebudayaan, kelas-kelas sosial dan sebagainya.

B.

Pengertian Kebudayaan
Banyak definisi tentang budaya yang dipaparkan oleh para pakar,
diantaranya: Kebudayaan didefinisikan sebagai kompleks simbol dan
barang-barang buatan manusia (artifacts) yang diciptakan oleh masyarakat
tertentu dan diwariskan dari generasi satu ke generasi yang lain sebagai
faktor penentu (determinants) dan pengatur (regulator) perilaku anggotanya
(Setiadi, 2003).
Definisi budaya telah dipaparkan namun secara garis besar menurut
Engel, Blacwell & Miniard (1994) budaya dapat dibedakan menjadi Makro
budaya (macroculture) yang mengacu pada perangkat nilai dan simbol yang
berlaku pada keseluruhan masyarakat, dan Mikro budaya (microculture/
subculture) yang mengacu pada perangkat nilai dan simbol dari kelompok
yang lebih terbatas, seperti kelompok agama, etnis tertentu, atau subbagian
dari keseluruhan.
Budaya dapat melengkapi diri seseorang dengan rasa identitas dan
perilaku yang dapat diterima di masyarakat, terutama dapat diketahui dari
sikap dan perilaku yang dipengaruhi oleh budaya. Seperti halnya : pakaian,
penampilan, komunikasi, bahasa, makanan dan kebiasaan makan, hubungan,
kepercayaan, dan lain sebagainya yang seringkali meliputi semua hal yang
konsumen lakukan tanpa sadar memilih karena nilai kultur mereka, adat
istiadat dan ritual mereka telah menyatu dalam kebiasaan mereka seharihari.
Budaya merupakan sesuatu yang perlu dipelajari, karena konsumen
tidak dilahirkan spontan mengenai nilai atau norma kehidupan sosial
mereka, tetapi mereka harus belajar tentang apa yang diterima dari keluarga
dan teman-temannya. Anak menerima nilai dalam perilaku mereka dari
orang tua , guru dan teman-teman di lingkungan mereka. Namun dengan
kemajuan zaman yang sekarang ini banyak produk diarahkan pada
kepraktisan, misal anak-anak sekarang lebih suka makanan siap saji seperti
Chicken Nugget, Sossis, dan lain-lainnya karena kemudahan dalam

terutama bagi wanita yang bekerja dan tidak memiliki waktu banyak untuk
mengolah makanan.
Kebudayaan juga mengimplikasikan sebuah cara hidup yang dipelajari
dan diwariskan, misalnya anak yang dibesarkan dalam nilai budaya di
Indonesia harus hormat pada orang yang lebih tua, makan sambil duduk dsb.
Sedangkan di Amerika lebih berorientasi pada budaya yang mengacu pada
nilai-nilai di Amerika seperti kepraktisan, individualisme, dsb.
Budaya berkembang karena kita hidup bersama orang lain di
masyarakat. Hidup dengan orang lain menimbulkan kebutuhan untuk
menentukan perilaku apa saja yang dapat diterima semua anggota
kelompok. Norma budaya dilandasi oleh nilai-nilai, keyakinan dan sikap
yang dipegang oleh anggota kelompok masyarakat tertentu. Sistem nilai
mempunyai dampak dalam perilaku membeli, misalnya orang yang
memperhatikan masalah kesehatan akan membeli makanan yang tidak
mengandung bahan yang merugikan kesehatannya.
Nilai memberi arah pengembangan norma, proses yang dijalani dalam
mempelajari nilai dan norma disebut ”sosialisasi atau enkulturasi”.
Enkulturasi menyebabkan budaya masyarakat tertentu akan bergerak
dinamis mengikuti perkembangan zaman. Sebaliknya, bila masyarakat
cenderung sulit menerima hal-hal baru dalam masyarakat dengan
mempertahankan budaya lama disebut Accultiration.
C.

Pengaruh Kebudayaan Dengan Perilaku Konsumen
Kelas-kelas sosial adalah masyarakat yang relatif permanen dan
bertahan lama dalam suatu masyarakat, yang tersusun secara hierarki dan
keanggotaannya mempunyai nilai, minat dan perilaku yang serupa. Kelas
sosial bukan ditentukan oleh satu faktor tunggal, seperti pendapatan, tetapi
diukur dari kombinasi pendapatan, pekerjaan, pendidikan, kekayaan dan
variable lain.
Pengaruh budaya yang tidak disadari dengan adanya kebudayaan,
perilaku konsumen mengalami perubahan dengan memahami beberapa
bentuk budaya dari masyarakat, dapat membantu pemasar dalam

memprediksi penerimaan konsumen terhadap suatu produk. Pengaruh
budaya dapat mempengaruhi masyarakat secara tidak sadar. Pengaruh
budaya sangat alami dan otomatis sehingga pengaruhnya terhadap perilaku
sering diterima begitu saja. Ketika kita ditanya kenapa kita melakukan
sesuatu, kita akan otomatis menjawab, “ya karena memang sudah
seharusnya seperti itu”. Jawaban itu sudah berupa jawaban otomatis yang
memperlihatkan pengaruh budaya dalam perilaku kita. Barulah ketika
seseorang berhadapan dengan masyarakat yang memiliki budaya, nilai dan
kepercayaan yang berbeda dengan mereka, lalu baru menyadari bahwa
budaya telah membentuk perilaku seseorang. Kemudian akan muncul
apresiasi terhadap budaya yang dimiliki bila seseorang dihadapan dengan
budaya

yang

berbeda.

Misalnya,

di

budaya

yang

membiasakan

masyarakatnya menggosok gigi dua kali sehari dengan pasta gigi akan
merasa bahwa hal itu merupakan kebiasaan yang baik bila dibandingkan
dengan budaya yang tidak mengajarkan masyarakatnya menggosok gigi dua
kali sehari. Jadi, konsumen melihat diri mereka sendiri dan bereaksi
terhadap lingkungan mereka berdasarkan latar belakang kebudayaan yang
mereka miliki. Dan, setiap individu akan mempersepsi dunia dengan
kacamata budaya mereka sendiri.
Pengaruh budaya dapat memuaskan kebutuhan yang ada di
masyarakat. Budaya dalam suatu produk yang memberikan petunjuk, dan
pedoman dalam menyelesaikan masalah dengan menyediakan metode
“Coba dan buktikan” dalam memuaskan kebutuhan fisiologis, personal dan
sosial. Misalnya dengan adanya budaya yang memberikan peraturan dan
standar mengenai kapan waktu kita makan, dan apa yang harus dimakan tiap
waktu seseorang pada waktu makan. Begitu juga hal yang sama yang akan
dilakukan konsumen misalnya sewaktu mengkonsumsi makanan olahan dan
suatu obat.
Pengaruh budaya yang berupa tradisi. Tradisi adalah aktivitas yang
bersifat simbolis yang merupakan serangkaian langkah-langkah (berbagai
perilaku) yang muncul dalam rangkaian yang pasti dan terjadi berulang-

ulang. Tradisi yang disampaikan selama kehidupan manusia, dari lahir
hingga mati. Hal ini bisa jadi sangat bersifat umum. Hal yang penting dari
tradisi ini untuk para pemasar adalah fakta bahwa tradisi cenderung masih
berpengaruh terhadap masyarakat yang menganutnya. Misalnya yaitu natal,
yang selalu berhubungan dengan pohon cemara, dan untuk tradisi-tradisi
misalnya pernikahan, akan membutuhkan perhiasan-perhiasan sebagai
perlengkapan acara tersebut.

III.

KESIMPULAN

Perilaku konsumen adalah perilaku yang diperhatikan konsumen dalam
mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan mengabaikan produk, jasa,
atau ide yang diharapkan dapat memuaskan konsumen untuk dapat memuaskan
kebutuhannya dengan mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan. Teori
perilaku konsumen antara lain teori ekonomi mikro, teori psikologis dan teori
antropologis.
Kebudayaan merupakan simbol dan barang-barang buatan manusia
(artifacts) yang diciptakan oleh masyarakat tertentu dan diwariskan dari generasi
satu ke generasi yang lain sebagai faktor penentu (determinants) dan pengatur
(regulator) perilaku anggotanya
Budaya merupakan sesuatu yang perlu dipelajari dan berkaitan dengan
perilaku konsumen seperti pengaruh budaya dapat memuaskan kebutuhan yang
ada di masyarakat, serta pengaruh budaya yang berupa tradisi.

DAFTAR PUSTAKA
Engel FJ, Roger D Blakwell, Paul W Miniard. 1994. Perilaku Konsumen,
Terjemahan, Binarupa Aksara, Jakarta.
Loudon D and Della Bitta, JA. 1993. Consumer Behavior : Concepts and
Applications, Mc Graw-Hill.
Mowen CJ and Minor M. 1998. Consumer behavior. Prentice Hall
Nugroho J Setiadi. 2003. Perilaku Konsumen : Konsep & Implikasi untuk Strategi
dan Penelitian Pemasaran, Kencana, Jakarta.
Peter JP and Jerry C Olson. 2000. Consumer Behavior : Perilaku Konsumen dan
Strategi Pemasaran. Erlangga. Jakarta.
Sciffman GL and Kanuk,L. 1994. Consumer Behavior, Prentice Hall