MAKALAH SOSIOLOGI KELUARGA DAN GENDER

MAKALAH
SOSIOLOGI KELUARGA DAN GENDER
KODRAT SEORANG WANITA
PERAN PEREMPUAN SEBAGAI ISTRI DAN IBU RUMAH
TANGGA DALAM KELUARGA

Oleh:
FITRIANA
SAKTI
(084564220)
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITA NEGERI SURABAYA
2010

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah.

Didunia ini ada 2 jenis manusia, yakni kaum wanita dan adam. Wanita
merupakan seseorang yang tidak punya otot yang kekar seperti halnya kaum

adam. Tangannya-pun tidak sekuat kaum adam. jika dibandingkan laki-laki, ia
lemah. Banyak jabatan sebagai seorang pemimpin yang didomisili dari kaum
adam. sampai jabatan lurah di suatu desa juga dipangku oleh kaum adam.
Wanita di kodratkan sebagai makhluk yang di fungsikan untuk melahirkan
keturunan demi mempertahankan spesiesnya.Sebagai konsekuensi dari tugas
melahirkan anak tersebut, wanita seara instinktif merasa wajib untuk menyususi
dan memelihara anak yang di lahirkannya agar dapat terus hidup.Kelengkapan
untuk melakukan tugas itupun diberi oleh Tuhan ,dengan tugas yang di terimanya
tersebut (dan memang harus mau menerima tanpa syarat), wanita mesti tinggal di
rumah,sementara suami dan anggota keluarga yang lain dapat bebas pergi karena
tidak menerima tugas yang mendesak dan sangat penting seperti dirinya.
Wanita dikodratkan di bawah laki-laki di hampir semua posisi di
masyarakat. Tradisi Jawa mengatakan bahwa perempuan dikodratkan sebagai
yang masak, manak, dan macak (memasak, beranak, dan berhias diri). Perempuan
diposisikan menempati wilayah domestik dan sekadar patner belakang laki-laki.
Posisi perempuan untuk berbagai hal masih tersubordinasi di bawah laki-laki.
Peranan kunci ada pada hierarki yang note bene terdiri dari laki-laki
semua. “Kadang kita memahami kodrat sebagai sesuatu yang terberi (the given),
sudah harga mati dan tidak bisa diotak-atik lagi.
Kata kodrat sering digunakan untuk merepresentasikan peran perempuan

menurut agama, terutama Islam. Sehingga daya ikatnya begitu kuat. Bila agama
sudah mengeluarkan suatu larangan, maka hal tersebut bila dilanggar dihukumi
haram. Seperti yang terdapat dalam kaidah Ushul Fiqh al-ashlu fi al-Nahyi li altahrim (asal dari larangan adalah haram). Larangan melanggar kodrat bagi seorang
perempuan terus dipertahankan sampai saat ini. Tradisi pemahaman ini
mengendap di alam bawah sadar masyarakat. Sehingga pada saat seorang

perempuan ingin mengaktualisasikan dirinya di ranah publik, maka secara
otomastis larangan melanggar kodrat menyertainya.
kata kodrat berpengaruh pada konsepsi perempuan tentang dirinya.
Perempuan cenderung menganggap dirinya tidak sederajat dengan laki-laki.
Hadirnya perempuan hanyalah sebagai pelengkap saja. Eksistensi perempuan
hanya untuk laki-laki. Sehingga wajar saat ini di layar TV sering kita saksikan
perempuan-perempuan yang mempercantik dirinya dan berlomba-lomba hanya
untuk menarik perhatian laki-laki. Bahkan sampai terlibat konflik antar sesama
perempuan demi mendapatkan laki-laki yang dicintai. Seolah itulah tujuan hidup
dan kodrat seorang perempuan.
Pemahaman tentang “kodrat“ yang disamakan dengan pemahaman
“taqdir” membawa akibat pada terjadinya ketidakadilan gender yang dialami
perempuan. Karena kata kodrat bukan sesuatu yang di dasarkan factor biologis.
Kodrat bukan pula sesuatu yang terberi begitu saja dari Allah (given) yang harus

dilakukan dan tak ada seorang pun yang bisa menghindarinya. Tetapi ada manusia
(subjek) dan unsur-unsur budaya yang membentuknya. Kodrat perempuan pada
ahirnya sarat dengan muatan-muatan lokal. Dari pengertian ini, kodrat bisa
berubah dan bukan sebuah ketentuan. Perubahan kodrat dapat terjadi dari waktu
ke waktu dan dari tempat ke tempat lain.
Pengertian kodrat seperti ini ternyata mempunyai kesamaan dengan
definisi gender. Dimana gender diartikan sebagai “pembedaan antara perempuan
dan laki-laki berdasarkan jenis kelaminnya dalam hal sifat, peran, posisi, tanggung
jawab, akses, fungsi, control, yang dibentuk secara sosial yang dipengaruhi oleh
berbagai factor: budaya, penafsiran agama, sosial, politik, hukum, pendidikan dan
lain-lain yang bisa berubah sesuai dengan konteks waktu, tempat dan budaya”.
(Yanti Muchtar (ed), 2006: 115)
Pelanggaran terhadap kodrat bukan merupakan hal yang haram. Karena
kodrat sendiri bisa bermakana inner power atau kemampuan yang bersumber dari

dalam diri individu untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Kesuksesan
perempuan sama sekali tidak melanggar kodrat dan bukan kodrat. Perempuan
memiliki kesempatan sukses dalam kehidupan dan cinta karena itu bisa
berbanding lurus. Namun, apakah sudah kita sadari bahwa diatas kerberhasilan
kaum adam, dibalik kecermelangannya kaum adam, wanita lah yang sangat

berperan. Wanita laksana TUT WURI HANDAYANI. Ia lah yang selalu mensupport, memotivasi suaminya untuk terus maju dan maju.. ia selalu mendukung
semua ide-ide positif yang dilakukan oleh suaminya dan sebagai ibu, wanita juga
sangat berperan dalam mendidik buah hatinya, agar kelak menjadi anak yang baik.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka permasalahan dalam
makalah ini adalah sebagai berikut:
Apa saja peran perempuan dalam keluarga sebagai istri dan ibu rumah
tangga?
3. Tujuan
Untuk menambah referensi para pembaca, terutama para pembaca
perempuan agar tidak lemah atau di kuasai oleh laki-laki. Meskipun dengan
sikapnya yang lemah,tetapi mempunyai peranan yang sangat penting dalam
keluarga baik sebagai istri atau seorang ibu rumah tangga.

BAB II
LANDASAN TEORI

Pengertian Kodrat Menurut Bahasa.Kodrat berasal dari bahasa Arab
qadara/qadira- yaqduru/yaqdiru- qudratan. Dalam kamus al-munjid fil-al-Lughah
wa al-a’lam kata ini diartikan dengan qawiyyun ‘ala al-syai (kuasa mengerjakan

sesuatu), ja’alahu ‘ala miqdarih (membagi sesuatu menurut porsinya) atau qashshara (memendekan/membatasi). Dari akar kata qadara/qadira ini juga lahir kata
taqdir (qaddara-yuqaddiru-taqdir) yang berarti menentukan (ketentuan) atau
menetapkan.( Nassaruddin Umar, 1999:. 4). Demikian pula dalam kamus alMunawwir yang mengartikan qudrah sebagai kekuatan, kekuasaan dan
kemampuan.( Ali Ma’shum dan Zainal Abidin Munawwir,1997: 1095). Dari akar
kata ini kaitu kodrat (qudrah) dan taqdir (taqdir) dalam bahasa Indonesia sering
dipakai dalam pengertian yang sama. Menunjuk pada “apa yang telah ditentukan
Tuhan”. Sehingga kata kodrat dan takdir bermuara pada kekuasaan mutlak Tuhan.
Kata kodrat dalam arti kemampuan, kekuasaan atau sifat bawaan
menunjukan adanya keterlibatan aktif dari si pelaku terhadap apa yang bisa
dilakukannya sendiri. Tanpa bergantung/terkait dengan selain dirinya. Kata kodrat
kemudian lebih bermakana kemampuan yang bersumber dari dalam individu
untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu (free will & free act). Sementara
kata takdir (taqdir) dalam arti ketentuan/ketetapan menunjukan adanya sebuah
garis kekuasaan harus tunduk patuh (bahkan tidak mampu mengelak dari)
ketentuan yang berasal dari atas. Seperti pemberian alat kelamin pada manusia
oleh Tuhan yang menentukan seseorang secara biologis laki-laki atau perempuan
tanpa bisa ditawar kalaupun bisa itu pun hanya bisa karena operasi, itupun tidak
akan pernah bisa menyamai yang alami. Dalam konsep agama Islam seperti
kematian yang tak ada seorang pun bisa mengelak dari takdir ini. Yang
menentukan kematian bukan dirinya. Ia hanyalah menerima apa yang telah

ditentukan atas dirinya.
Dengan kodrat yang sudah melekat pada seorang wanita,bawasannay lakilaki mengangga bahwa wanita adalah sosok yang lemah lembut.Namun di balik
sikapnya yang lemah,yang sering diremehkan olel laki-laki.Seorang perempuan
sangat berperan sekali dalam keluarga ( suami dan anaknya). Laki-laki yang

bekerja dengan susah payah memeras keringat di luar rumah memerlukan seorang
istri yang dapat menyenangkan, melegakan, menenangkan, melepaskan rasa penat
badan maupun pikiran dan memberikan harapan serta semangat baru untuk
menunaikan tugas-tugasnya pada hari-hari berikutnya.Begitupun dengan seorang
anak yang membutuhkan kasih sayang seorang ibu.
A.Teori Fungsionalis dan Marxis: lingkunganlah yang membuat wanita
lemah
Teori-teori Freduian secara tidak langsung mengatakan bahwa pembagian
kerja secara seksual merupakan akibat wajar dari”kodrat wanita” itu sendiri, yang
membuat wanita kurang aktif dibandingkan laki-laki, kurang memiliki keinginan
untuk berkuasa karena keinginannya yang paling utama adalah menjadi ibu.
Teori fungsionalis berpendapat bahwa pembagian kerja secara seksual
merupakan kebutuhan masyarakat dan diciptakan untuk keuntungan seluruh
masyarakat itu sebagai keseluruhan.Teori ini berpendapat bahwa wanita harus
tinggal didalam lingkungan rumah tangga karena ini merupakan pengaturan yang

paling baik dan berguna bagi keuntungan masyarakat secara keseluruhan. Karena
itulah Murdock mengatakan bahwa “keluarga inti merupakan pengelompokan
manusia yang paling universal, terdapat di segala tempat dan segala jaman”
Meskipun bentuknya sedikit berbeda-beda. Keluarga inti juga diperkuat oleh
faktor-faktor lain seperti: kerja sama ekonomi yang didasarkan pada pembagian
kerja secara seksual.Seperti juga halnya dengan hubungan seksual, kerja sama
ekonomi lebih baik bila dilakukan oleh orang-orang yang tinggal bersama, karena
dengan begitu mereka jadi saling melengkapi. Kepuasan yang satu akan
memuaskan yang lainnya, dan karena itu akan saling memperkuat”. (Murdock,
1964:41).
Talcot Parson tokoh dari aliran fungsionalis di amerika serikat mengatakan
bahwa wanita

harus

bekerja

didalam

rumah


tangga,

maka

ditiadakan

kemungkinan terjadinya persaingan antara suami dan istri. Pembagian kerja secara

seksual memperjelas fungsi suami dan isteri dalam keluarga inti, dan ini
memberikan rasa tenang bagi keduanya.Kritik terhadap teori dilancarkan oleh
kaum marxis.
Teori fungsionalis menganggap bahwa keserasian (harmoni) dalam
masyarakat adalah sesuatu yang terberi secara wajar.keserasian itu juga perlu dan
berguna bagi keseluruhan masyarakat itu sendiri. Menurut kaum marxis,
keserasian dalam masyarakat bukan merupakan sesuatu yang terberi, tapi buatan
manusia. Dan pembagian kerja secara seksual bias bertahan lama bukan karena itu
merupakan sesuatu yang wajar dan alamiah, tapi karena laki-laki masih berkuasa.
Engels dalam bukunya ,the origin of the family , private property and the
state secara tidak langsung berbicara tentang asal mula pembagian kerja secara

seksual ini. Dia berbicara tentang hubungan bentuk masyarakat dan bentuk
keluarga.
2.Teori Scanzoni dan Scanzoni (1981) Tentang peran wanita dalam keluarga.
Istri adalah milik suami sama seperti uang dan barang berharga
lainnya.Tugas suami adalah mencari.nafkah dan tugas istri adalah menyediakan
makanan untuk suami dan anak-anak dan menyelesaikan tugas-tugas rumah
tangga yang lain.
karena suami telah bekerja untuk menghidupi dirinya dan anak-anaknya.
1. Tugas istri adalah untuk membahagiakan suami dan memenuhi
semua keinginan dan kebutuhan rumah tangga suami.
2. Istri harus menurut pada suami dalam segala hal.
3. Istri harus melahirkan anak-anak yang akan membawa nama suami.
4. Istri harus mendidik anak-anaknya sehingga anak-anaknya bisa
membawa nama baik suami.
istri dianggap bukan sebagai pribadi sebagai perpanjangan suaminya saja.
Ia hanya merupakan kepentingan, kebutuhan, ambisi, dan cita-cita dari suami.
Suami adalah bos dan istri harus tunduk padanya. Bila terjadi ketidaksepakatan,
istri harus tunduk pada suami. Dengan demikian akan tercipta kestabilan dalam

Istri juga bertugas untuk memberikan kepuasan seksual kepadasuami. Adalah hak

suami untuk mendapatkan hal ini dari istrinya. Bila suami ingin melakukan
hubungan seksual, istri harus menurut meskiun dunia tidak menginginkannya.
Suami bisa rumah tangga. Tugas utama istri untuk mengurus keluarga. Karena
istri tergantung pada suami dalam hal pencarian nafkah, maka suami dianggap
lebih mempunyaikuasa (wewenang). Kekuasaan suami dapat dikuatkan dengan
adanyanorma bahwa istri harus tunduk dan tergantung pada suami secara
ekonomis.
Dari sudut teori pertukaran, istri mendapatkan pengakuan dari kebutuhan
yang disediakan suami. Istri mendapatkan pengakuan dari kerabat dan peer group
berdasarkan suami. Demikian juga dengan status sosial, status sosial istri
mengikuti status sosial suami. Istri mendapat dukungan dan pengakuan dari orang
lain karena ia telah menjalankantugasnya dengan baik.menceraikan istri dengan
alasan bahwa istrinya tidak bisa memberikan kepuasan seksual. Bila istri ingin
mengunjungi kerabat atau tetangga, tetapi suami menginginkan ia ada dirumah,
istri harus menurut keinginan suami hanya karena normanyaseperti itu. Istri tidak
boleh memiliki kepentingan pribadi. Kehidupan pribadi wanita menjadi hak suami
begitu ia menikah, sehingga seakan-akan wanita tidak punya hak atas dirinya
sendiri

BAB III

METDOLOGI PENEITIAN
A. Sifat Penelitian

Dalam penelitian yang di lakukan ini, akan menggunakan metode
penelitian deskrptif yang bertujuan untuk membuat deskriptif atau
gambaran secara umum dan sistematis, sesuai dengan fakta, dan akurat
mengenai fakta-fakt, Sifat-sifat, serta hubungan antara fenomenafenomena yang akan di teliti dalam penelitian ini. Sedangkan pendekatan
yang di lakukan dalam penelitian ini bersifat kualitatif.
Peneitian kualitatif adalah riset yang bersifat deskriptif dan cenderung
menggunakan analisis dengan menggunakan indukatif. Proses dan makna
(prespektif

subyek) lebih di utamakan dalam penelitian ikualitatif.

Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian
sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat
untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai
bahan pembahasan hasil penelitian.
B. Lokasi dan waku penelitian
Penelitian dilakukan di desa Sumbrgede kab. Bojonegoro.
Sedangkan waktu pelaksanaan penelitian kurang lebih satu minggu
yaitu pada tanggal 24-31 mei 2010.
C. Teknik pengumpulan data
Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti dan
informan.Peneliti bisa disebut intervier, sedangkan untuk kagiatannya di
sebut interview. Adapun informan yang akan di lakukan intervier yaitu,
para perempuan yang sudah berkeluarga dan mempunayi anak.
Teknik

wawancara

di

lakukan

akan

mempermudah

peneliti

menanyakan berbagai pertanyaan dan menggali informasi pada subyek
peneliti yang telah di temukan. Menggali sebuah informasi dari subyek
peneliti berbeda penelitian kuantitatif, Karena di sini peneliti tidak
memberikan angket atau kuesioner yang jawabannya hanya terbatas pada
jawaban yang di berikan oleh peneliti.

BAB IV
PEMBAHASAN

Seorang wanita sebagai istri dan ibu dalam keluarga memiliki arti yang
sangat penting, bahkan bisa dikatakan dia merupakan satu tiang yang menegakkan
kehidupan keluarga dan termasuk pemeran utama dalam mencetak “orang-orang
besar.” Sehingga tepat sekali bila dikatakan: “Di balik setiap orang besar ada
seorang wanita yang mengasuh dan mendidiknya.” Di balik keberhasilan seorang
pria, setidaknya ada 2 (dua) orang wanita yang ikut mengambil peran penting:
ibunya dan isterinya. Itu berarti bahwa wanita begitu penting keberadaannya
dalam sebuah keluarga. Baik perempuan itu sendiri maupun anggota keluarga
lainnya harus memahami peran yang dijalankan oleh wanita dalam keluarga.
Kekurang-pahaman dalam memahami peran wanita akan berdampak cukup fatal
bagi seluruh keluarga. Sebaliknya, apabila seorang wanita dapat memainkan
perannya dengan benar, maka keluarga akan memperoleh berkat bahkan menjadi
berkat bagi banyak orang.
A. Peran Perempuan Sebagai istri
Perempuan sebagai istri dalam keluarga, berperan sebagai penolong,
teman hidup pasangannya di kala suka dan duka. Melayani suami bisa disebut hak
kita sebagai istri, bisa juga disebut sebagai kewajiban kita sebagai istri. Istri juga
adalah teman berbagi dan teman untuk mendiskusikan segala sesuatunya sebelum
keputusan diambil oleh suami sebagai kepala rumah tangga.Perempuan sebagai
istri juga harus tunduk dan taat kepada suami dengan sikap hati yang benar.
Artinya, sebagai istri mungkin pendapat kita kadang berbeda, tetapi bila
keputusan sudah diambil kita harus mendukung keputusan tersebut, karena di
sebuah kapal hanya ada satu nahkoda dan di dalam pernikahan hanya ada satu
kepala keluarga.
Seorang istri berperan mengelola rumah tangganya agar tercapai
keharmonisan di dalam keluarga. Dalam hal keuangan, istri diharapkan dapat
mengatur sedemikian rupa nafkah yang diberikan oleh suami agar mencukupi
kebutuhan hidup sehari-hari, apalagi jika penghasilan suami tidak seberapa besar.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara menyusun daftar rencana pemasukan dan

pengeluaran dalam satu bulan, dengan prioritas pengeluaran yang dianggap paling
penting. Jika kebutuhan hidup masih belum mencukupi, dengan izin suami
seorang istri bisa saja membantu suami dalam menambah ekonomi keluarga. Jika
memungkinkan carilah peluang pemasukan yang tidak banyak menyita waktu ke
luar rumah, misalnya dengan menulis artikel dan buku; atau yang dapat membuka
kesempatan untuk berinteraksi lebih banyak dengan masyarakat, seperti menjual
busana Muslimah atau kebutuhan hidup sehari-hari di rumah; atau yang dapat
menambah wawasan dan pengalaman dalam mendidik anak, misalnya dengan
menggeluti bidang pendidikan anak. Yang jelas, semua itu tidak boleh melalaikan
kewajibannya yang lainnya seperti mendidik anak ataupun berdakwah.
Dalam hal pemenuhan fungsi proteksi keluarga, seorang istri harus dapat
mengkondisikan suasana rumah yang tenang, bersih dan tertata rapi agar menjadi
tempat berlindung yang nyaman dan membuat betah para penghuninya.
Rasulullah saw. memuji seorang istri yang pandai merapikan rumah dengan
mengatakan, “Ia tidak memenuhi rumah kita dengan sarang burung.” (Muttafaqun
‘alaihi).
Kepedulian dan kesabaran istri dalam menyikapi persoalan yang dihadapi
anggota keluarga dapat menjadikan suami dan anak-anak ingin segera kembali ke
rumah untuk menyampaikan setiap suka dan duka yang dihadapinya di luar
rumah. Keluarga menjadi tempat yang paling aman dan menyenangkan secara
fisik dan psikis bagi anggotanya untuk saling berbagi. Apalagi bagi anak-anak,
sebab sangat riskan jika mereka mencari kenyamanan di tempat lain yang bisa jadi
berbahaya bagi pergaulannya.Demikian tuntunan yang dapat dilakukan seorang
perempuan dengan perannya sebagai ibu dan pengatur rumah tangga untuk
membawa keluarganya menjadi keluarga yang harmonis; sakînah mawaddah wa
rahmah. Adanya kerjasama dengan suami akan sangat membantu tugas yang
sangat berat ini.
Seorang wanita tidak bisa menjadi sakan (ketenangan dan ketentraman)
bagi suaminya sampai dia memahami hak dan kedudukan suami, kemudian ia

melaksanakan hak-hak tersebut dalam rangka taat kepada Allah dengan penuh
kesenangan dan keridhaan. Seorang wanita perlu mengetahui tentang besarnya
hak suami terhadapnya, sampai-sampai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: “Seandainya aku boleh memerintahkan seseorang untuk sujud kepada
orang lain niscaya aku perintahkan seorang istri untuk sujud kepada suami.” [HR.
Ahmad, 4/381. Dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahihul Jami’
no.5295 dan Irwa-ul Ghalil no.19.
Seorang istri juga harus taat secara sempurna kepada suaminya dalam
perkara yang bukan maksiat kepada Allah. Taat ini merupakan asas ketenangan
karena suami sebagai qawwam (pemimpin) tidak akan bisa melaksanakan
kepemimpinannya tanpa ketaatan. Dan ketaatan kepada suami ini lebih
didahulukan daripada melakukan ibadah-ibadah sunnah. Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:“Tidak boleh seorang wanita puasa (sunnah) sementara
suaminya ada di tempat kecuali setelah mendapatkan izin suaminya.” (HR. AlBukhari no. 5195 dan Muslim no. 1026)
Al-Imam An-Nawawi rahimahullah juga memberikan alasan dalam hal ini:
“Sebabnya adalah suami memiliki hak untuk istimta’ (bermesraan) dengan si istri
sepanjang hari, haknya dalam hal ini wajib untuk segera ditunaikan sehingga
jangan sampai hak ini luput ditunaikan karena si istri sedang melakukan ibadah
sunnah ataupun ibadah yang wajib namun dapat ditunda.” (Syarah Shahih
Muslim, 7/115)
Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan: “Hadits ini menunjukkan
bahwa lebih ditekankan kepada istri untuk memenuhi hak suami daripada
mengerjakan kebajikan yang hukumnya sunnah, karena hak suami itu wajib
sementara menunaikan kewajiban lebih didahulukan daripada menunaikan perkara
yang sunnah.” (Fathul Bari, 9/356).
Ciri-ciri istri yang shalih, yaitu sebagai berikut :

 Melegakan hati bila dilihat.Hal ini tersebut di dalam hadits Ibnu
Majah dari sahabat Abu Umamah AI-Bahily. "Bagi seorang
mukmin laki-laki, sesudah taqwa kepada Allah,maka tidak ada
sesuatu paling berguna bagi dirinya, selain istri yang shaleh, yaitu;
taat bila diperintah, melegakan bila dilihat, nrima bila diberi janji,
dan menjaga kehormatan dirinya dan suaminya, ketika suaminya
pergi. " (HR. 1bnu Majah).
 Dapat diberi amanah Halini diriwayatkan oleh sahabat Sa' ad bin
Abi

Waqash

bahwa

Rasulullah

saw

bersabda:

Ada tiga macam keberuntungan, yaitu : 1.istri yang shalihah, kalau
kamu lihat melegakan dan kalau kamu tinggal pergi ia amanah
serta menjaga kehormatan dirinya dan hartamu. 2. Kuda yang
penurut dan cepat larinya sehingga dapat membawa kamu
menyusul temen-temanmu.3.Rumah besar yang banyak didatangi
tamu. (HR.Hakim) .


Memberikan
Hal

ini

suasana

Allah

teduh

firmankan

dan

di

ketenangan

dalam

QS.

30:

berpikir.
21

"Di antara tanda kekuasaan-Nya , yaitu Dia menciptakan pasangan
untuk diri kamu dari jenis kamu sendiri, agar kamu dapat
memperoleh ketenangan bersamanya dan Dia menjadikan rasa
cinta dan kasih sayang antara kamu. Sungguh di dalam hati yang
demikian itu merupakan tanda-tanda (kekuasaan) bagi kaum yang
berpikir. ".
 Membantu
Hal

ini

memelihara
dinyatakan

akidah

Rasulullah

dan
dalam

ibadah.
sabdanya:

"Barangsiapa diberi oleh Allah istri yang shalihah, maka
sesungguhnya ia telah diberi pertolongan oleh Allah meraih
separuh agamanya. Kemudian hendaklah ia bertakwa kepada Allah
di dalam memelihara separuh lainnya. " (HR. Thabrani dan
Hakim).

Ketentuan ilahi yang telah menempatkan laki- laki dan wanita pada fungsi
masing-masing sesuai dengan fitrahnya, adalah suatu aksioma yang tidak dapat
berubah. Segala sesuatu yang ada di alam ini, Allah telah berikan fungsi dan tugas
yang bersifat paten. Bumi yang ditakdirkan berputar pada porosnya, begitu pula
bulan dan bintang menjadikan segala yang ada di dunia berjalan dengan teratur
dan nyaman untuk dihuni. Maka begitu pulalah halnya dengan fungsi dan tugas
yang dibebankan kepada laki-laki dan wanita di dunia ini. Jikalau kita mencoba
untuk melanggar aksioma Ilahiyah ini. maka malapetakalah yang akan menjadi
hasilnya dan kita harus siap menerima segala akibat kehancurannya. Sebaliknya,
kalau kita mentaati secara tuntas apa yang sudah menjadi aksioma Ilahiyah ini,
maka kesehjateraan, ketenangan, kedamaian, persaudaraan, persatuan dan
kenikmatan dunia ini selalu dapat kita rasakan dengan tiada terkirakan. Karena
Allah akan Melimpahkan segala rahmat-Nya kepada umat manusia yang mau
patuh dan taat kepada ketentuan-Nya. Marilah kita meniti jalan mencapai
kebaikan.
Wajib bagi wanita/ istri untuk taat kepada suaminya dalam perkara yang ia
perintahkan dalam batasan kemampuannya, karena hal ini termasuk keutamaan
yang Allah berikan kepada kaum lelaki di atas kaum wanita,bawasannya kaum
lelaki adalah pemimpin bagi kaum wanita Seorang wanita harus bisa menjaga
rahasia suami dan kehormatannya sehingga menumbuhkan kepercayaan suami
secara penuh terhadapnya (Wanita itu sangat menjaga dan memelihara harta
suami dengan berbuat amanah dan tidak boros dalam membelanjakannya).
Bergaul dengan suami dengan cara yang baik, dengan memaafkan
kesalahan suami bila ia bersalah, membuatnya ridha ketika ia marah,
menunjukkan rasa cinta kepadanya dan penghargaan, mengucapkan kata-kata
yang baik dan wajah yang selalu penuh senyuman. Juga memperhatikan makanan,
minuman dan pakaian suami. Mengatur waktu sehingga semua pekerjaan
tertunaikan pada waktunya, menjaga kebersihan dan keteraturan rumah sehingga
selalu tampak rapi hingga menyenangkan pandangan suami dan membuat anakanak pun betah. Jujur terhadap suami dalam segala sesuatu, khususnya ketika ada

sesuatu yang terjadi sementara suami berada di luar rumah. Jauhi sifat dusta
karena hal ini akan menghilangkan kepercayaan suami.
B. Peran Perempuan Sebagai Ibu Rumah Tangga
1. Ibadah kepada Allah
Dengan menegakkan ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala ini, akan
sangat membantu seorang wanita untuk melaksanakan perannya dalam rumah
tangga. Dan dengan ia melaksanakan ibadah disertai kekhusyuan dan ketenangan
yang sempurna akan memberi dampak positif kepada orang-orang yang ada di
dalam rumahnya, baik itu anak-anaknya ataupun selain mereka.
2. Mengerjakan pekerjaan rumah yang dibutuhkan dalam kehidupan
keluarga seperti memasak, menjaga kebersihan, mencuci.
Seorang wanita semestinya melakukan tugas-tugas di atas dengan penuh
kerelaan dan kelapangan hati dan kesadaran bahwa pekerjaan seorang ibu rumah
hal itu merupakan ibadah kepada Allah. Telah lewat teladan dari para sahabat
dalam masalah ini.
3. Mendidik Anak-anak
Tugas ini termasuk tugas terpenting seorang wanita di dalam rumahnya,
karena

dengan

memperhatikan

pendidikan

anak-anaknya

berarti

ia

mempersiapkan sebuah masa depan yang baik bagi anaknya kelak. Dan tanggung
jawab ini ia tunaikan bersama-sama dengan suaminya. Perempuan sebagai ibu
dalam keluarga, idealnya menjadikan dirinya teladan yang bisa dicontoh anak
perempuannya dalam segala hal yang dilakukannya di dalam urusan rumah
tangga.
4. Mengerjakan Pekerjaan lain di dalam rumah

Mengerjakan pekerjaan lain di dalam rumah bila ada kelapangan waktu
dan kesempatan, seperti menjahit pakaian untuk keluarga dan selainnya. Dengan
cara ini ia bisa berhemat untuk keluarganya di samping membantu suami
menambah penghasilan keluarga.

BAB V
PENUTUP

Arti kata Tut Wuri Handayani sangat tepat sekali untuk seorang peremuan.
Karena peremuan adalah orang yang memberi motivasi, dukungan, semangat bagi
anggota keluarga, termasuk didalamnya suami dan sang buah hati. Dalam rumah
tangga, wanita itu seperti akar dan suami adalah pohonnya. Sedangkan anak
adalah buahnya. Mengapa saya katakan demikian? 70% bagian dari akar itu
ditutupi oleh tanah. tidak nampak dari luar. Itulah wanita, perannya memang tidak
bisa dilihat secara riil. Namun, kita bisa lihat hasilnya, jika pohon [suami] tumbuh
dengan kuat dan berbatang besar dan apabila buahnya manis dan besar, itulah
hasil dari usaha akar. Bahkan kupu-kupupun yang menghinggapi pohon itu tidak
akan pernah tau, apa yang dan mengabdi dilakukan oleh akar. peranan wanita itu
tidak bisa kita nilai dari seberapa lama ia kerja untuk mencari nafkah demi
keluarga, melainkan.. keberhasilan wanita sangatlah terlihat pada apa yang sudah
dicapai dan diraih oleh sang suami dan buah hati mereka.. Itulah makna seorang
istri dan ibu rumah tangga di dalam keluarga.

DAFTAR PUSTAKA



Ali Ma’shum dan Zainal Abidin Munawwir, Kamus al-

Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, Surabaya: Pustaka
Progresif Surabaya 1997



Qurais Shihab, Tafsir Perempuan, Jakarta: Lentera Hati,

2006
Nassaruddin Umar, Kodrat Perempuan dalam Islam, Jakarta :
LKJA, 1999



Sumbulah, Umi. 2008. Spektrum Gender. Jalan Gajayana

Malang: UIN-Malang Press.



Yanti Muchtar (ed), Modul Pendidian Adil Gender Untuk

Perempuan Marginal, Jakarta: KAPAL Perempuan, 2006
 http://baitijannati.wordpress.com/2007/12/09/mengoptimalkanperan-ibu-rumah tangga
 http://suryadhie.wordpress.com/2008/05/19/arti-wanita-dalamkeluarga/
 http://oedzilla.blogspot.com/2009/10/teori-fungsionalis-danmarxis.html
 http://kodratbergerak.blogspot.com/2010/05/perempuan-kodratyang-bergerak.html