PENGARUH KEBERADAAN PEDAGANG KAKI LIMA T
PENGARUH KEBERADAAN PEDAGANG KAKI LIMA
TERHADAP KENYAMANAN JALUR PEJALAN KAKI
Studi kasus : Jl. Asia Afrika Jakarta Pusat
Disusun Oleh :
Adella Miranda Reswara
2015101011
DOSEN PEMBIMBING :
Eka Permanasari, ST.,PhD
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA TANGERANG SELATAN
2017
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
BAB II LANDASAN TEORI
A.
B.
C.
D.
Jalur Pejalan Kaki
Persyaratan Jalur Pedestrian
Pejalan kaki
Hubungan manusia dengan lingkungannya
BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN STUDI KASUS
A. Lokasi
B. Pengaruh yang ditimbulkan dari keberadaan PKL
C. Hubungan dengan lingkungan sekitar
BAB IV PENTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Latar Belakang
Jalur pedestrian merupakan salah satu elemen di kota yang keberadaannya sangat dibutuhkan
oleh masyarakat kota yang bersangkutan untuk dapat bergerak dengan mudah, aman dan nyaman dari
suatu tempat ke tempat lainnya. Jumlah pejalan kaki di Indonesia masih tergolong sedikit bahkan
sebagai salah satu aktivitas yang paling di hindari.Kebanyakan orang lebih memilih menggunakan
kendaraan pribadi hanya untuk pergi ke tujuan yang jaraknya tidak begitu jauh.
Untuk sebuah kota seperti Jakarta ini dimana jumlah kendaraan selalu bertambah dari tahun
ke tahun peran pedestrian menjadi sangat penting. Pemerintah sudah menyediakan segala fasilitas
jalan untuk mempermudah mobilitas. Namun keselamatan serta kenyamanan pejalan kaki masih saja
terabaikan. Jalur pedestrian yang tidak terawat, tidak memadai, dan bahkan membuat orang enggan
berjalan kaki.
Terkadang dalam suatu perancangan kota, jalur pedestrian tersebut terlupakan untuk
dirancang agar memberikan kenyamanan bagi penggunanya. Fenomena yang paling terlihat jelas
bagaimana sebuah pedestrian beralih fungsi yang semestinya sebagai jalur untuk pejalan kaki namun
kini menjadi tempat atau wadah untuk para pedagang kaki lima berjualan. Tak hanya pedagang kaki
lima, pedestrian tersebut digunakan sebagai lahan parkir pengendara sepeda motor, selain itu
ketinggian trotoar yang tidak sama sehingga menyulitkan pejalan kaki yang naik turun, dan
sebagainya.
Padahal jalur pedestrian memiliki fungsi utama yaitu menampung segala aktivitas pejalan
kaki dan faktor elemen pendukung yang dapat mempengaruhi kenyamanan pedestrian antara lain :
keadaan fisik, sitting group, vegetasi, lampu penerangan, petunjuk arah dan yang lain nya. Kemudian
selanjutnya timbul pertanyaan siapa yang harus disalahkan atas kemunculan pedagang kaki lima,
bagaimana perkembangannya, apa alasan turut mendukungnya dan bagaimana dampak yang
ditimbulkan dari fenomena beralihnya fungsi pedestrian menjadi tempat berjualan.
Atas dasar tersebut maka pembahasan tentang fenomena beralih fungsinya jalur pedestrian
menjadi tempat berjualan pedagang kaki lima akan dimulai dari tempat-tempat yang menerapkan
konsep tersebut, hingga selanjutnya pembahasan lebih lanjut bagaimana dampak yang ditimbulkan
serta pengaruhnya terhada pengguna jalur pedestrian.
Pada tahapan berikutnya beberapa studi kasus di kawasan Senayan terutama di Jl. Asia Afrika
akan dibahas untuk mengetahui beralihnya fungsi pedestrian serta dampak dan manfaat dari
beralihnya fungsi pedestrian di tempat tersebut.
Rumusan masalah
Apakah dampak yang ditimbulkan dari kemunculan fenomena keberadaan pedagang kaki lima di jalur
pedestrian? serta bagaimana fungsi jalur pedestrian yang semestinya untuk pejalan kaki dapat beralih
fungsi?
BAB II LANDASAN TEORI
Jalur Pejalan Kaki
Pejalan kaki adalah orang yang bergerak dalam satu ruang, yaitu dengan berjalan kaki.
(Shirvani, 1985) bahwa penggunanya memerlukan jalur khusus yang disebut juga sebagai pedestrian,
yang merupakan salah satu dari elemen-elemen perancangan kawasan yang dapat menentukan
keberhasilan dari proses perancangan di suatu kawasan kota. Pedestrian termasuk dalam elemen path
yang diartikan sebagai pergerakan atau sirkulasi perpindahan manusia/ pengguna dari satu tempat
menuju tempat yang ditujunya dengan berjalan kaki selain itu pedestrian juga termasuk dalam salah
satu element yang dapat dijadikan pembatas dari satu wilayah/distrik/blok. (Lynch, 1960)
Keberadaan jalur pedestrian tidak hanya sekedar sebagai pemberi kesan pada sebuah kota,
dimana jika jalan-jalan dan jalur pedestriannya mengesankan maka kota tersebut juga akan
mengesankan, namun juga harus diingat fungsi utamanya yait sebagai wadah bagi pejalan kaki untuk
dapat bergerak dan berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya dengan aman dan nyaman, tanpa
rasa takut baik terhadap sesama pengguna jalur tersebut maupun kendaraan. (Jacobs, 1961)
Jalur pedestrian dalam konteks perkotaan biasanya dimaksudkan sebagai ruang khusus untuk
pejalan kaki yang berfungsi sebagai sarana pencapaian yang dapat melindungi pejalan kaki dari
bahaya yang datang dari sebuah kendaraan. Di Indonesia sendiri lebih dikenal dengan trotoar, yang
berarti jalur jalan kecil selebar 1,5 meter sampai 2 meter atau lebih memanjang sepanjang jalan
umum.Menurut Uterman (1984) kenyamanan dipengaruhi oleh jarak tempuh. Faktor yang
mempengaruhi jarak tempuh adalah :
Waktu yang berkaitan dengan maksud atau kepentingan berjalan kaki
Kenyamanan orang berjalan kaki dipengaruhi oleh cuaca dan jenis aktifitas.
Tingkat kenyamanan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas berjalan dapat dicapai apabila
jalur pedestrian tersebut lancar dan bebas hambatan untuk berjalan tanpa adanya gangguan dari
aktivitas lain yang memakai jalur tersebut, selain itu jalur pedestrian harus lebar agar dapat
menampung arus lalu lints pejalan kaki dari dua arah. Adapun untuk menunjang kenyamanan pejalan
kaki di jalur pedestrian adalah adanya fasilitas yang berupa tempat peristirahatan yang cukup, adanya
telepon umum yang memadai, adanya tempat sampah, serta vegatasi atau bahkan tempat menunggu
kendaraan umum.
Persyaratan Jalur Pedestrian
Agar pengguna pedestrian lebih leluasa, aman serta nyaman dalam mengerjakan aktivitas
didalamnya, pedestrian haruslah memenuhi syarat- syarat dalam perancangannya. Menurut Iswanto
(2003), syarat- syarat rancangan yang harus dimiliki jalur pedestrian agar terciptanya jalur pejalan
kaki yang baik adalah sebagai berikut:
1. Kondisi permukaan bidang pedestrian:
- Haruslah kuat, stabil, datar dan tidak licin.
- Material yang biasanya digunakan adalah paving block, batubata, beton, batako, batu alam,
atau kombinasi- kombinasi dari yang telah disebutkan.
2. Kondisi daerah- daerah peristirahatan:
- Sebaiknya dibuat pada jarak- jarak tertentu dan disesuaikan dengan skala jarak
kenyamanan berjalan kaki,
- Biasanya berjarak sekitar 180 meter.
3. Ukuran tanjakan (ramp):
- Ramp dengan kelandaian di bawah 5% untuk pedestrian umum.
- Ramp dengan kelandaian mencapai 3% penggunaannya lebih praktis.
- Ramp dengan kelandaian 4% sampai dengan 5% harus memiliki jarak sekitar 165 cm.
- Ramp dengan kelandaian di atas 5% dibutuhkan desain khusus.
4. Dimensi pedestrian:
Dimensi pedestrian berdasarkan jumlah arah jalan:
- Lebar minimal sekitar 122 cm untuk jalan satu arah.
- Lebar minimal sekitar 165 cm untuk jalan dua arah.
Hamid Shirvani ( 1985 ), menurutnya dalam merencanakan sebuah jalur pedestrian perlu
mempertimbangkan adanya :
1. keseimbangan interaksi antara pejalan kaki dan kendaraan
2. faktor keamanan, ruang yang cukup bagi pejalan kaki
3. fasilitas yang menawarkan kesenangan sepanjang area pedestrian
4. dan tersedianya fasilitas publik yang menyatu dan menjadi elemen penunjang
Pejalan kaki
Pejalan kaki adalah subjek yang melakukan aktivitas berjalan kaki yang dilakukan dari
tempat asal menuju tempat yang dituju. Berikut merupakan beberapa tinjauan dan pengertian dasar
mengenai berjalan kaki, yaitu:
1) Menurut Fruin (1979): Berjalan kaki merupakan alat untuk pergerakan internal kota, satusatunya alat untuk memenuhi kebutuhan interaksi tatap muka yang ada didalam aktivitas
komersial dan cultural di lingkungan kehidupan kota. Berjalan kaki merupakan suatu alat
penghubung antara moda- moda angkutan yang lain.
2) Menurut Rapoport (1977): Dilihat dari kecepatannya, moda jalan kaki memiliki hal yang
menjadi kelebihannya, yakni memiliki kecepatan rendah sehingga menguntungkan karena
dapat mengamati lingkungan sekitar dan mengamati objek secara detail serta mudah
menyadari lingkungan sekitarnya.
3) Menurut Gideon (1977): Berjalan kaki merupakan sarana transportasi yang menghubungkan
antara fungsi kawasan satu dengan yang lain terutama perdagangan, kawasan budaya, dan
kawasan permukiman. Dengan berjalan kaki menjadikan suatu kota menjadi lebih manusiawi.
Hubungan Manusia dengan Lingkungannya
Menurut Colhun (1995) tentang penyesuaian dan hubungan kemanusian bahwa lingkungan
dapat mempengaruhi perilaku. Lingkungan dapat menghalangi perilaku akibatnya juga dapat
membatasi pa yang diinginkan.Faktor lain yang mempengaruhi pejalan kaki adalah penematan elemen
pendukung disepanjang jalur pedestrian, apabila spanjang jalur pedestrian tidak terdapat elemen
pendukung, tidak banyak pejalan kaki yang mau berjalan diatasnya dan cenderung berjalan dengan
cepat ke tujuan.
Hubungan pejalan kaki di ruang kota dengan lingkungan nya merupakan suatu jalinan saling
ketergantungan dengan lainnya. Manusia mempengaruhi lingkungannya dan sebaliknya. Dalam
melakukan aktivitasnya diruang kota pejalan kaki diengaruhi oleh lingkunganya baik fisik maupun
non fisik.
Sekarang pedagang kaki lima semakin marak berjualan di jalur pedestrian, keberadaan PKL
(pedagang kaki lima) tersebut sebetulnya mengganggu, karena wilayah badan jalan (jalur pedestrian)
atau biasa disebut trotoar yang seharusnya digunakan oleh pejalan kaki untuk lewat lalu lalang,
terpaksa tak bisa digunakan sebagaimana mestinya. Dari situlah muncul berbagai dampak seperti
kemacetan serta kotornya lingkungan setempat.
BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN STUDI KASUS
Kawasan JL. Asia Afrika Gelora, Tanah Abang, Kota Jakarta Pusat Daerah Khusus Ibukota
Jakarta
Jalur pedestrian yang menjadi obyek pengamatan adalah di Jalan Asia Afrika, Jakarta Pusat
dimana jalur tersebut merupakan jalur pedestrian yang berada di sepanjang jalan Asia Afrika serta
bersebrangan dengan Stadium Gelora Bung Karno dan merupakan area Ring 1 Jakarta. Sebenarnya
tidak ada yang istimewa dari jalur pedestrian ini jika dilihat dari segi fungsinya sebagai jalur bagi
pejalan kaki, namun karena di sepanjang jalan terdapat pemandangan gedung-gedung berupa hotel,
mall, stadium.
www.googlempas.com
Dokumentasi Pribadi
Tentunya nya yang menarik perhatian dari pada obyek ini adalah saat pagi hari hingga siang
hari pedestrian ini memiliki fungsi yang semestinya yaitu sebagai jalur pejalan kaki, dimana orangorang dapat mengaksesnya. Jalur pedestrian ini memiliki lebar yang cukup untuk pejalan kaki selain
itu tersedianya juga jalur bagi penyandang cacat. Terdapat vegetasi disepanjang jalur pedestrian yang
cukup teduh akan tetapi memiliki beberapa kekurangan juga dimana tak ada tempat duduk untuk
beristirahat serta pelindung bila terhadi hujan. Sepanjang jalur pedestrian dibatasi oleh tembok dan
terlihat jalur pedestrian seperti lowong atau tak begitu banyak aktivitas.
Dokumentasi Pribadi
Pada pukul 17: 35 WIB, para pedagang mulai berdatangan satu persatu mulai dari tukang
jualan minuman, hingga ketoprak bahkan terdapat mobil-mobil yang parkir menunnggu orang yang
akan dijemput.
Dokumentasi Pribadi
Dan uniknya semua gerobak atau peralatan berdagang di simpan tidak jauh dari area
pedestrian tersebut dan menumpuk terlihat seperti kumuh. Dipinggiran gang menuju komplek
perumahan PLN. Ketika waktu berjualan telah tiba para pedagang kaki lima akan mengambil gerobak
dagangan nya dari tempat tersebut.Para pedagang kaki lima ini kebanyakan bertempat tinggal tak jauh
dari kawasan mereka berdagang yaitu dibelakang.
Dokumentasi Pribadi
Ketika malam tiba jalur pedestrian dikawasan ini terlihat gelap mencekam karena penerangan
yang jaran-jarang atau tidak merata, ada area yang benar-benar gelap kemudian terang kemudian
gelap lagi mungkin dikarenakan ada beberapa lampu yang tidak berfungsi dengan baik. Dapat dilihat
ketika malam tiba para pejalan kaki harus melewati para pedagang kaki lima yang sedang beraktivitas
untuk memulai berjualan sehingga dirasa sangat tidak nyaman atau aman.
Dokumentasi Pribadi
Ketika malam tiba semua pedagang kaki lima berbondong-bondong mengatur lapak mereka
masing-masing, dari hasil wawancara yang didapat bahwa para pedagang kaki lima ini sudah memliki
tempatnya masing-maing sehingga tidak mungkin ada pedagang lain yang mengambil lapak
sembarangan karena mereka juga membayar iuran dari lapak yang mereka pakai.
Dokumentasi Pribadi
Biasanya mereka akan berjualan dari pukul 20:00 WIB malam sampai jam 03:00 WIB pagi,
dagangan yang dijajakan kebanyakan sama yaitu seperti nasi goreng,sate taichan,sate
ayam,indomie,kopi,es kelapa,dan sebagainya. Dagangan yang paling dominan adalah sate taichan
hampir ditemukan disepanjang jalan.
Dokumentasi Pribadi
Fenomena lain nya yang terlihat jelas adalah dimana jalur pedestrian digunakan menjadi
tempat parkir motor pada sore harinya, tetapi ketika malam berubah menjadi tempat berjualan oleh
pedagang sate taichan dan yang berubah adalah posisi tempat parkir kendaraan sepeda motor, yang
tadinya berada dikanan dekat muka jalan kemudian menjadi menghadap depan bangunan.
Dokumentasi Pribadi
Terlihat jelas bahwa pedagang kaki lima ini memberikan pengaruh yang cukup jelas dimana,
mereka mendominasi jalur pedestrian dengan dagangan yang dijajakan hampir seluruh nya dipakai
untuk lapak hanya sisa jalan untuk satu orang lewat untuk berjalan yang dirasa kurang nyaman karena
jarak gerobak dengan pejalan kaki sangat dekat. Bila ada pejalan kaki yang akan lewat mau tidak mau
mereka berjalan dibadan jalan .
Dokumentasi Pribadi
Namun di lain sisi keberadaan pedagang kaki lima juga bermanfaat bagi para pengguna
jalanan ketika membeli sesuatu, contohnya ketika para pengguna jalan ingin membeli sesuatu yaitu
minuman, mereka tidak perlu repot-repot untuk mencari toko minuman. Harga yang ditawarkan
pedagang kaki lima pun jauh lebih murah ketimbang di toko. Dari proses transaksi jual-beli di jalanan
itulah para pedagang kaki lima mencari nafkah dan mendapatkan rejeki penghasilan,
Pemerintah pun telah menertibkan dan mengatur jalur pedestrian agar tidak disalahgunakan,
dengan menetirbkan nya sesekali namun mereka teteap berjualan kembali dikawasan tersebut karena
terdapat beberapa orag yang berkuasa, dengan membayar sejumlah iuran meeka tidak akan takut
terkena pentertetiban oleh petugas.
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan
Jalur pedesrian merupakan salah satu sarana yang seharusnya menciptakan rasa nyaman bagi
penggunanya, namun jalur pedestrian tidak bisaa diakses sebagaimana mestinya oleh pejalan kaki
karena telah beralih fungsi. Beberapa jalur pedestrian di indonesia, pada umumnya jalur pedestrian
tersebut tidak sepenuhnya dapat diakses oleh pejalan kaki. Jalur pedestrian yang seharusnya tempat
yang aman bagi pejalan kaki ketika berjalan di jalan raya, namun telah digunakan untuk berjualan
oleh pedagang kaki lima bahkan temat parkiran kendaraan roda dua. Sehingga menimbulkan berbagai
masalah.
Daftar Pustaka
Dovey, K. (2010). Becoming Places: Urbanism / Architecture / Identity / Power. London.
Jacobs, J. (1961). "The Uses of Sidewalks : Safety" from The Death and Life of Great American Cities.
Lynch, K. (1960). The Image of The City.
Shirvani, H. (1985). The Urban Design Process. Van Nonstrand Reinhold.
www.googleearth.com
www.googlemaps.com
Daftar Pustaka
Dovey, K. (2010). Becoming Places: Urbanism / Architecture / Identity / Power. London.
Jacobs, J. (1961). "The Uses of Sidewalks : Safety" from The Death and Life of Great American Cities.
Lynch, K. (1960). The Image of The City.
Shirvani, H. (1985). The Urban Design Process. Van Nonstrand Reinhold.
www.googleearth.com
www.googlemaps.com
TERHADAP KENYAMANAN JALUR PEJALAN KAKI
Studi kasus : Jl. Asia Afrika Jakarta Pusat
Disusun Oleh :
Adella Miranda Reswara
2015101011
DOSEN PEMBIMBING :
Eka Permanasari, ST.,PhD
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA TANGERANG SELATAN
2017
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
BAB II LANDASAN TEORI
A.
B.
C.
D.
Jalur Pejalan Kaki
Persyaratan Jalur Pedestrian
Pejalan kaki
Hubungan manusia dengan lingkungannya
BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN STUDI KASUS
A. Lokasi
B. Pengaruh yang ditimbulkan dari keberadaan PKL
C. Hubungan dengan lingkungan sekitar
BAB IV PENTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Latar Belakang
Jalur pedestrian merupakan salah satu elemen di kota yang keberadaannya sangat dibutuhkan
oleh masyarakat kota yang bersangkutan untuk dapat bergerak dengan mudah, aman dan nyaman dari
suatu tempat ke tempat lainnya. Jumlah pejalan kaki di Indonesia masih tergolong sedikit bahkan
sebagai salah satu aktivitas yang paling di hindari.Kebanyakan orang lebih memilih menggunakan
kendaraan pribadi hanya untuk pergi ke tujuan yang jaraknya tidak begitu jauh.
Untuk sebuah kota seperti Jakarta ini dimana jumlah kendaraan selalu bertambah dari tahun
ke tahun peran pedestrian menjadi sangat penting. Pemerintah sudah menyediakan segala fasilitas
jalan untuk mempermudah mobilitas. Namun keselamatan serta kenyamanan pejalan kaki masih saja
terabaikan. Jalur pedestrian yang tidak terawat, tidak memadai, dan bahkan membuat orang enggan
berjalan kaki.
Terkadang dalam suatu perancangan kota, jalur pedestrian tersebut terlupakan untuk
dirancang agar memberikan kenyamanan bagi penggunanya. Fenomena yang paling terlihat jelas
bagaimana sebuah pedestrian beralih fungsi yang semestinya sebagai jalur untuk pejalan kaki namun
kini menjadi tempat atau wadah untuk para pedagang kaki lima berjualan. Tak hanya pedagang kaki
lima, pedestrian tersebut digunakan sebagai lahan parkir pengendara sepeda motor, selain itu
ketinggian trotoar yang tidak sama sehingga menyulitkan pejalan kaki yang naik turun, dan
sebagainya.
Padahal jalur pedestrian memiliki fungsi utama yaitu menampung segala aktivitas pejalan
kaki dan faktor elemen pendukung yang dapat mempengaruhi kenyamanan pedestrian antara lain :
keadaan fisik, sitting group, vegetasi, lampu penerangan, petunjuk arah dan yang lain nya. Kemudian
selanjutnya timbul pertanyaan siapa yang harus disalahkan atas kemunculan pedagang kaki lima,
bagaimana perkembangannya, apa alasan turut mendukungnya dan bagaimana dampak yang
ditimbulkan dari fenomena beralihnya fungsi pedestrian menjadi tempat berjualan.
Atas dasar tersebut maka pembahasan tentang fenomena beralih fungsinya jalur pedestrian
menjadi tempat berjualan pedagang kaki lima akan dimulai dari tempat-tempat yang menerapkan
konsep tersebut, hingga selanjutnya pembahasan lebih lanjut bagaimana dampak yang ditimbulkan
serta pengaruhnya terhada pengguna jalur pedestrian.
Pada tahapan berikutnya beberapa studi kasus di kawasan Senayan terutama di Jl. Asia Afrika
akan dibahas untuk mengetahui beralihnya fungsi pedestrian serta dampak dan manfaat dari
beralihnya fungsi pedestrian di tempat tersebut.
Rumusan masalah
Apakah dampak yang ditimbulkan dari kemunculan fenomena keberadaan pedagang kaki lima di jalur
pedestrian? serta bagaimana fungsi jalur pedestrian yang semestinya untuk pejalan kaki dapat beralih
fungsi?
BAB II LANDASAN TEORI
Jalur Pejalan Kaki
Pejalan kaki adalah orang yang bergerak dalam satu ruang, yaitu dengan berjalan kaki.
(Shirvani, 1985) bahwa penggunanya memerlukan jalur khusus yang disebut juga sebagai pedestrian,
yang merupakan salah satu dari elemen-elemen perancangan kawasan yang dapat menentukan
keberhasilan dari proses perancangan di suatu kawasan kota. Pedestrian termasuk dalam elemen path
yang diartikan sebagai pergerakan atau sirkulasi perpindahan manusia/ pengguna dari satu tempat
menuju tempat yang ditujunya dengan berjalan kaki selain itu pedestrian juga termasuk dalam salah
satu element yang dapat dijadikan pembatas dari satu wilayah/distrik/blok. (Lynch, 1960)
Keberadaan jalur pedestrian tidak hanya sekedar sebagai pemberi kesan pada sebuah kota,
dimana jika jalan-jalan dan jalur pedestriannya mengesankan maka kota tersebut juga akan
mengesankan, namun juga harus diingat fungsi utamanya yait sebagai wadah bagi pejalan kaki untuk
dapat bergerak dan berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya dengan aman dan nyaman, tanpa
rasa takut baik terhadap sesama pengguna jalur tersebut maupun kendaraan. (Jacobs, 1961)
Jalur pedestrian dalam konteks perkotaan biasanya dimaksudkan sebagai ruang khusus untuk
pejalan kaki yang berfungsi sebagai sarana pencapaian yang dapat melindungi pejalan kaki dari
bahaya yang datang dari sebuah kendaraan. Di Indonesia sendiri lebih dikenal dengan trotoar, yang
berarti jalur jalan kecil selebar 1,5 meter sampai 2 meter atau lebih memanjang sepanjang jalan
umum.Menurut Uterman (1984) kenyamanan dipengaruhi oleh jarak tempuh. Faktor yang
mempengaruhi jarak tempuh adalah :
Waktu yang berkaitan dengan maksud atau kepentingan berjalan kaki
Kenyamanan orang berjalan kaki dipengaruhi oleh cuaca dan jenis aktifitas.
Tingkat kenyamanan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas berjalan dapat dicapai apabila
jalur pedestrian tersebut lancar dan bebas hambatan untuk berjalan tanpa adanya gangguan dari
aktivitas lain yang memakai jalur tersebut, selain itu jalur pedestrian harus lebar agar dapat
menampung arus lalu lints pejalan kaki dari dua arah. Adapun untuk menunjang kenyamanan pejalan
kaki di jalur pedestrian adalah adanya fasilitas yang berupa tempat peristirahatan yang cukup, adanya
telepon umum yang memadai, adanya tempat sampah, serta vegatasi atau bahkan tempat menunggu
kendaraan umum.
Persyaratan Jalur Pedestrian
Agar pengguna pedestrian lebih leluasa, aman serta nyaman dalam mengerjakan aktivitas
didalamnya, pedestrian haruslah memenuhi syarat- syarat dalam perancangannya. Menurut Iswanto
(2003), syarat- syarat rancangan yang harus dimiliki jalur pedestrian agar terciptanya jalur pejalan
kaki yang baik adalah sebagai berikut:
1. Kondisi permukaan bidang pedestrian:
- Haruslah kuat, stabil, datar dan tidak licin.
- Material yang biasanya digunakan adalah paving block, batubata, beton, batako, batu alam,
atau kombinasi- kombinasi dari yang telah disebutkan.
2. Kondisi daerah- daerah peristirahatan:
- Sebaiknya dibuat pada jarak- jarak tertentu dan disesuaikan dengan skala jarak
kenyamanan berjalan kaki,
- Biasanya berjarak sekitar 180 meter.
3. Ukuran tanjakan (ramp):
- Ramp dengan kelandaian di bawah 5% untuk pedestrian umum.
- Ramp dengan kelandaian mencapai 3% penggunaannya lebih praktis.
- Ramp dengan kelandaian 4% sampai dengan 5% harus memiliki jarak sekitar 165 cm.
- Ramp dengan kelandaian di atas 5% dibutuhkan desain khusus.
4. Dimensi pedestrian:
Dimensi pedestrian berdasarkan jumlah arah jalan:
- Lebar minimal sekitar 122 cm untuk jalan satu arah.
- Lebar minimal sekitar 165 cm untuk jalan dua arah.
Hamid Shirvani ( 1985 ), menurutnya dalam merencanakan sebuah jalur pedestrian perlu
mempertimbangkan adanya :
1. keseimbangan interaksi antara pejalan kaki dan kendaraan
2. faktor keamanan, ruang yang cukup bagi pejalan kaki
3. fasilitas yang menawarkan kesenangan sepanjang area pedestrian
4. dan tersedianya fasilitas publik yang menyatu dan menjadi elemen penunjang
Pejalan kaki
Pejalan kaki adalah subjek yang melakukan aktivitas berjalan kaki yang dilakukan dari
tempat asal menuju tempat yang dituju. Berikut merupakan beberapa tinjauan dan pengertian dasar
mengenai berjalan kaki, yaitu:
1) Menurut Fruin (1979): Berjalan kaki merupakan alat untuk pergerakan internal kota, satusatunya alat untuk memenuhi kebutuhan interaksi tatap muka yang ada didalam aktivitas
komersial dan cultural di lingkungan kehidupan kota. Berjalan kaki merupakan suatu alat
penghubung antara moda- moda angkutan yang lain.
2) Menurut Rapoport (1977): Dilihat dari kecepatannya, moda jalan kaki memiliki hal yang
menjadi kelebihannya, yakni memiliki kecepatan rendah sehingga menguntungkan karena
dapat mengamati lingkungan sekitar dan mengamati objek secara detail serta mudah
menyadari lingkungan sekitarnya.
3) Menurut Gideon (1977): Berjalan kaki merupakan sarana transportasi yang menghubungkan
antara fungsi kawasan satu dengan yang lain terutama perdagangan, kawasan budaya, dan
kawasan permukiman. Dengan berjalan kaki menjadikan suatu kota menjadi lebih manusiawi.
Hubungan Manusia dengan Lingkungannya
Menurut Colhun (1995) tentang penyesuaian dan hubungan kemanusian bahwa lingkungan
dapat mempengaruhi perilaku. Lingkungan dapat menghalangi perilaku akibatnya juga dapat
membatasi pa yang diinginkan.Faktor lain yang mempengaruhi pejalan kaki adalah penematan elemen
pendukung disepanjang jalur pedestrian, apabila spanjang jalur pedestrian tidak terdapat elemen
pendukung, tidak banyak pejalan kaki yang mau berjalan diatasnya dan cenderung berjalan dengan
cepat ke tujuan.
Hubungan pejalan kaki di ruang kota dengan lingkungan nya merupakan suatu jalinan saling
ketergantungan dengan lainnya. Manusia mempengaruhi lingkungannya dan sebaliknya. Dalam
melakukan aktivitasnya diruang kota pejalan kaki diengaruhi oleh lingkunganya baik fisik maupun
non fisik.
Sekarang pedagang kaki lima semakin marak berjualan di jalur pedestrian, keberadaan PKL
(pedagang kaki lima) tersebut sebetulnya mengganggu, karena wilayah badan jalan (jalur pedestrian)
atau biasa disebut trotoar yang seharusnya digunakan oleh pejalan kaki untuk lewat lalu lalang,
terpaksa tak bisa digunakan sebagaimana mestinya. Dari situlah muncul berbagai dampak seperti
kemacetan serta kotornya lingkungan setempat.
BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN STUDI KASUS
Kawasan JL. Asia Afrika Gelora, Tanah Abang, Kota Jakarta Pusat Daerah Khusus Ibukota
Jakarta
Jalur pedestrian yang menjadi obyek pengamatan adalah di Jalan Asia Afrika, Jakarta Pusat
dimana jalur tersebut merupakan jalur pedestrian yang berada di sepanjang jalan Asia Afrika serta
bersebrangan dengan Stadium Gelora Bung Karno dan merupakan area Ring 1 Jakarta. Sebenarnya
tidak ada yang istimewa dari jalur pedestrian ini jika dilihat dari segi fungsinya sebagai jalur bagi
pejalan kaki, namun karena di sepanjang jalan terdapat pemandangan gedung-gedung berupa hotel,
mall, stadium.
www.googlempas.com
Dokumentasi Pribadi
Tentunya nya yang menarik perhatian dari pada obyek ini adalah saat pagi hari hingga siang
hari pedestrian ini memiliki fungsi yang semestinya yaitu sebagai jalur pejalan kaki, dimana orangorang dapat mengaksesnya. Jalur pedestrian ini memiliki lebar yang cukup untuk pejalan kaki selain
itu tersedianya juga jalur bagi penyandang cacat. Terdapat vegetasi disepanjang jalur pedestrian yang
cukup teduh akan tetapi memiliki beberapa kekurangan juga dimana tak ada tempat duduk untuk
beristirahat serta pelindung bila terhadi hujan. Sepanjang jalur pedestrian dibatasi oleh tembok dan
terlihat jalur pedestrian seperti lowong atau tak begitu banyak aktivitas.
Dokumentasi Pribadi
Pada pukul 17: 35 WIB, para pedagang mulai berdatangan satu persatu mulai dari tukang
jualan minuman, hingga ketoprak bahkan terdapat mobil-mobil yang parkir menunnggu orang yang
akan dijemput.
Dokumentasi Pribadi
Dan uniknya semua gerobak atau peralatan berdagang di simpan tidak jauh dari area
pedestrian tersebut dan menumpuk terlihat seperti kumuh. Dipinggiran gang menuju komplek
perumahan PLN. Ketika waktu berjualan telah tiba para pedagang kaki lima akan mengambil gerobak
dagangan nya dari tempat tersebut.Para pedagang kaki lima ini kebanyakan bertempat tinggal tak jauh
dari kawasan mereka berdagang yaitu dibelakang.
Dokumentasi Pribadi
Ketika malam tiba jalur pedestrian dikawasan ini terlihat gelap mencekam karena penerangan
yang jaran-jarang atau tidak merata, ada area yang benar-benar gelap kemudian terang kemudian
gelap lagi mungkin dikarenakan ada beberapa lampu yang tidak berfungsi dengan baik. Dapat dilihat
ketika malam tiba para pejalan kaki harus melewati para pedagang kaki lima yang sedang beraktivitas
untuk memulai berjualan sehingga dirasa sangat tidak nyaman atau aman.
Dokumentasi Pribadi
Ketika malam tiba semua pedagang kaki lima berbondong-bondong mengatur lapak mereka
masing-masing, dari hasil wawancara yang didapat bahwa para pedagang kaki lima ini sudah memliki
tempatnya masing-maing sehingga tidak mungkin ada pedagang lain yang mengambil lapak
sembarangan karena mereka juga membayar iuran dari lapak yang mereka pakai.
Dokumentasi Pribadi
Biasanya mereka akan berjualan dari pukul 20:00 WIB malam sampai jam 03:00 WIB pagi,
dagangan yang dijajakan kebanyakan sama yaitu seperti nasi goreng,sate taichan,sate
ayam,indomie,kopi,es kelapa,dan sebagainya. Dagangan yang paling dominan adalah sate taichan
hampir ditemukan disepanjang jalan.
Dokumentasi Pribadi
Fenomena lain nya yang terlihat jelas adalah dimana jalur pedestrian digunakan menjadi
tempat parkir motor pada sore harinya, tetapi ketika malam berubah menjadi tempat berjualan oleh
pedagang sate taichan dan yang berubah adalah posisi tempat parkir kendaraan sepeda motor, yang
tadinya berada dikanan dekat muka jalan kemudian menjadi menghadap depan bangunan.
Dokumentasi Pribadi
Terlihat jelas bahwa pedagang kaki lima ini memberikan pengaruh yang cukup jelas dimana,
mereka mendominasi jalur pedestrian dengan dagangan yang dijajakan hampir seluruh nya dipakai
untuk lapak hanya sisa jalan untuk satu orang lewat untuk berjalan yang dirasa kurang nyaman karena
jarak gerobak dengan pejalan kaki sangat dekat. Bila ada pejalan kaki yang akan lewat mau tidak mau
mereka berjalan dibadan jalan .
Dokumentasi Pribadi
Namun di lain sisi keberadaan pedagang kaki lima juga bermanfaat bagi para pengguna
jalanan ketika membeli sesuatu, contohnya ketika para pengguna jalan ingin membeli sesuatu yaitu
minuman, mereka tidak perlu repot-repot untuk mencari toko minuman. Harga yang ditawarkan
pedagang kaki lima pun jauh lebih murah ketimbang di toko. Dari proses transaksi jual-beli di jalanan
itulah para pedagang kaki lima mencari nafkah dan mendapatkan rejeki penghasilan,
Pemerintah pun telah menertibkan dan mengatur jalur pedestrian agar tidak disalahgunakan,
dengan menetirbkan nya sesekali namun mereka teteap berjualan kembali dikawasan tersebut karena
terdapat beberapa orag yang berkuasa, dengan membayar sejumlah iuran meeka tidak akan takut
terkena pentertetiban oleh petugas.
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan
Jalur pedesrian merupakan salah satu sarana yang seharusnya menciptakan rasa nyaman bagi
penggunanya, namun jalur pedestrian tidak bisaa diakses sebagaimana mestinya oleh pejalan kaki
karena telah beralih fungsi. Beberapa jalur pedestrian di indonesia, pada umumnya jalur pedestrian
tersebut tidak sepenuhnya dapat diakses oleh pejalan kaki. Jalur pedestrian yang seharusnya tempat
yang aman bagi pejalan kaki ketika berjalan di jalan raya, namun telah digunakan untuk berjualan
oleh pedagang kaki lima bahkan temat parkiran kendaraan roda dua. Sehingga menimbulkan berbagai
masalah.
Daftar Pustaka
Dovey, K. (2010). Becoming Places: Urbanism / Architecture / Identity / Power. London.
Jacobs, J. (1961). "The Uses of Sidewalks : Safety" from The Death and Life of Great American Cities.
Lynch, K. (1960). The Image of The City.
Shirvani, H. (1985). The Urban Design Process. Van Nonstrand Reinhold.
www.googleearth.com
www.googlemaps.com
Daftar Pustaka
Dovey, K. (2010). Becoming Places: Urbanism / Architecture / Identity / Power. London.
Jacobs, J. (1961). "The Uses of Sidewalks : Safety" from The Death and Life of Great American Cities.
Lynch, K. (1960). The Image of The City.
Shirvani, H. (1985). The Urban Design Process. Van Nonstrand Reinhold.
www.googleearth.com
www.googlemaps.com