EVALUASI TEKNIK PEMADATAN DAN FAKTOR FAK
EVALUASI TEKNIK PEMADATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG
BERPENGARUH TERHADAP KARAKTERISTIK
CAMPURAN ASPAL BERBATUAN BESAR
Mudji Wahyudi, Ir., PhD
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Mataram
Jl. Majapahit 62 Mataram, NTB 83125, Telp/Fax : 0370-636126, E-mail: [email protected]
Abstrak : Prosedur pembuatan benda-uji campuran aspal di laboratorium, termasuk teknik pemadatan benda-uji,
mempengaruhi sifat-sifat fisik dan mekanis campuran aspal sebagai bahan pembentuk lapis
perkerasan jalan. Prosedur tersebut harus mudah dilaksanakan dan dapat mensimulasikan
teknik pemadatan yang digunakan dalam proses pembangunan konstruksi jalan raya. Penelitian
ini mencoba mengkaji secara komprehensif keuntungan dan kerugian beberapa teknik-teknik
pemadatan, teknik pemadatan yang cocok, serta variabel-variabel penelitian yang berpengaruh
terhadap kinerja campuran aspal berbatuan besar (menggunakan diameter maksimum butiran
agregat = 37.50 mm).
Menggunakan rancangan percobaan Faktorial dengan fraksional replikasi, variabel penelitian mencakup 3(tiga)
jenis aspal bitumen (C-170, C-320, dan Multigrade), 3(tiga) kadar aspal (kadar aspal optimum, 0.5% diatas dan
0.5% dibawah kadar aspal optimum), dan 3(tiga) jenis gradasi ( satu tipe gradasi senjang dengan maksimum
agregat = 37.5 mm, serta 2(dua) tipe gradasi menerus masing-masing dengan maksimum agregat = 25.4 mm, dan
37.5 mm). Agregat kasar dan halus berasal dari sungai Nepean, dan agregat batu-besar diambil dari lokasi
penambangan EMU, NSW-Australia. Prioritas teknik pemadatan diberikan pada teknik tekan-putar (Gyropac),
dan sebagai pembanding adalah teknik pemadatan getar (Kango Hammer) dan teknik jatuh bebas (Marshall).
Hasil penelitian di laboratorium memperlihatkan bahwa teknik pemadatan tekan-putar (Gyropac) menghasilkan
benda-uji yang relatif lebih baik karakteristiknya ( 2.40t / m3 ; e 3%; E 10GPa; 5000 pada
40.000 beban berulang) dibandingkan teknik pemadatan yang lain. Hubungan antara jumlah putaran dengan
tinggi benda-uji padat pada teknik pemadatan tekan-putar (h = I – m Log10 N) dapat digunakan untuk mengukur
kemudahan kerja campuran. Kemudahan kerja ini sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti: aspal bitumen
maupun koefisien kerataan campuran gradasi agregat.
Kata kunci : teknik pemadatan, karakteristik, campuran aspal berbatuan besar.
1.
PENDAHULUAN
Untuk ke-sahih-an suatu desain campuran aspal, benda-uji hasil pemadatan di laboratorium
seharusnya mempunyai kesamaan derajat kepadatan, pergerakan partikel agregat, serta sifat
-sifat fisik maupun mekanis dengan benda-uji hasil pengeboran di lapis perkerasan lentur
jalan. Sekaitan dengan prasyarat diatas, maka teknik pemadatan benda-uji di laboratorium
yang dapat mensimulasi teknik pemadatan di lapangan sangat dibutuhkan. Sampai saat ini,
informasi pustaka maupun hasil penelitian tentang prosedur pembuatan benda-uji campuran
aspal berbatuan besar (maksimum diameter butiran agregat = 37.50 mm) sangat kurang,
bahkan relatif jarang sekali dibahas oleh para pakar, praktisi maupun peneliti yang berminat di
bidang campuran aspal inovatif.
Hughes (1989) melaporkan bahwa sifat-sifat fisik maupun mekanis campuran aspal sangat
dipengaruhi oleh teknik pemadatan benda-uji. Oleh sebab itu, pemilihan teknik pemadatan
laboratorium berpengaruh sangat nyata terhadap campuran aspal sebagai bahan pembentuk
lapis perkerasan jalan. Kekeliruan prediksi dan analisis kinerja dari benda uji laboratorium
dapat mengakibatkan rendahnya mutu layanan perkerasan lentur jalan terhadap lalu-lintas
kendaraan angkutan barang dan penumpang sehari-hari. Fakta menunjukkan bahwa banyak
Simposium III FSTPT, Gedung Pascasarjana UGM, 15 November 2000
lapis perkerasan jalan mengalami kerusakan struktur secara dini saat konstruksi jalan tersebut
dibuka untuk lalu-lintas, terutama bagi jenis kendaraan angkutan berbeban berat. Mutu
layanan jalan menurun secara drastis sehingga tidak sesuai dengan umur rencana jalan.
Terkait dengan kebutuhan teknik pemadatan diatas, upaya penelitian untuk menganalisis
secara komprehensif teknik-teknik pemadatan yang cocok untuk campuran aspal berbatuan
besar, serta mengevaluasi variabel-variabel penelitian yang berpengaruh terhadap kinerja
campuran aspal tersebut dilakukan di laboratorium Teknik Sipil UNSW, Sydney, Australia.
Kajian diprioritas pada teknik pemadatan tekan-putar (alat pemadat Gyropac), dan sebagai
pembanding digunakan teknik tumbukan jatuh-bebas (alat pemadat Marshall) dan teknik
getaran (alat pemadat Kango-hammer). Dari hasil penelitian laboratorium ini diharapkan
dapat diidentifikasi variabel-variabel campuran yang berpengaruh terhadap karakteristik fisik
dan kemudahan kerja campuran, keuntungan maupun kerugian, serta tingkat ke-akurasi-an
masing-masing teknik pemadatan untuk proses replikasi benda-uji campuran aspal.
2.
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Dalam rangka evaluasi prosedur pembuatan benda-uji di laboratorium, benda-uji campuran
aspal (diameter 150 mm dan tebal + 85 mm) dicetak dan disiapkan dengan beberapa
kombinasi perlakuan variabel campuran. Tiga jenis aspal bitumen yang dipakai adalah C-170,
C-320, dan jenis Multigrade. Kadar aspal yang diamati meliputi kadar aspal optimum, 0.5%
diatas dan 0.5% dibawah kadar aspal optimum (diperoleh dengan metode Marshall 75x
tumbukan). Agregat kasar berasal dari sungai Nepean di Sydney, Australia. Sebagian besar
dari agregat ini merupakan batu pecah dengan dua sisi permukaan bertekstur kasar, namun
sekitar 15% dari agregat kasar tersebut berbentuk pipih dan lonjong. Agregat halus berupa
pasir alam dan diambil dari lokasi penggalian yang sama. Agregat batu-besar berupa batu
pecah, dan termasuk jenis batuan granit yang diambil dari tempat penambangan EMU, NSW.
Upaya merancang gradasi agregat baru dengan proporsi agregat kasar yang lebih kasar
dibandingkan dengan proporsi agregat kasar yang biasanya digunakan pada campuran aspal
konvensional (45% - 55% dari total campuran agregat) dilakukan dalam penelitian ini. Hal
ini dimaksudkan untuk membentuk suatu kerangka struktur batuan dalam campuran aspal
padat. Untuk itu, proporsi agregat kasar digeser kearah bawah garis kurva Fuller (rumusan
standar gradasi yang bereksponen 0.45), sehingga proporsi agregat kasar menjadi sekitar 65%
- 80% dari total campuran agregat. Rumusan gradasi, sebagaimana terlihat pada rumusan 1
(Brown dkk. 1991), diadopsi untuk mencampur gradasi yang direncanakan.
[ ( 100 - F ) x ( dn - 0.075n )]
P = { ---------------------------------------- + F }
( Dn - 0.075n )
(1)
dimana :
P = persentase lolos saringan berdiameter d (mm),
D = maksimum ukuran agregat batuan (mm),
F = kadar mineral pengisi (material passing sieve no.200#),
n = exponen antara 0 sampai dengan 1.
Kadar mineral pengisi adalah 5% - 7%, dan memakai semen sebagai pengganti debu batu.
Gambar 1 memperlihatkan campuran gradasi agregat yang dipakai dalam penelitian ini.
2
Simposium III FSTPT, Gedung Pascasarjana UGM, 15 November 2000
100
Upper limit (AS-2734)
Cumulative Passing ( % )
90
80
70
Lower limit(AS-2734)
60
50
40
Grading I
Grading II
30
20
10
Grading III
0
0.01
0.10
1.00
10.00
100.00
Sieve Size (mm)
Gambar 1 Campuran gradasi agregat yang digunakan
Aplikasi metode penelitian faktorial dengan fraksional replikasi (Montgomery, 1991)
menghasilkan sekitar 18 benda-uji dipadatkan dengan alat pemadat Gyropac yang memakai
usulan prosedur rutin (inovasi baru) untuk pembuatan benda-uji campuran aspal berbatuan
besar sebagaimana terlihat pada Lampiran 1. Selanjutnya, 2(dua) kelompok benda-uji yang
masing-masing terdiri dari 9 benda-uji dipadatkan dengan menggunakan alat pemadat
Marshall (75 x tumbukan jatuh bebas) serta alat pemadat getar Kango hammer ( + 3 menit).
Evaluasi kemudahan kerja (workability) campuran aspal berbatuan besar dilakukan pada saat
pemadatan dengan menggunakan alat Gyropac. Sifat-sifat volumetrik benda-uji diukur dan
diuji statistik Ftest dan Ttest untuk mengetahui kemampuan alat Gyropac tersebut dalam
membuat ulangan (replikasi) maupun variabilitas benda-uji. Berdasarkan sifat-sifat fisik dan
mekanis benda-uji tersebut, kemampuan masing-masing alat pemadatan dievaluasi dan
dipelajari untung dan ruginya untuk prosedur rutin pembuatan benda-uji di laboratorium.
3.
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1
Uji Kemampuan Mencetak Ulang (Repeatability)
Sebagaimana telah disebut sebelumnya, prioritas kajian diberikan kepada alat pemadat
Gyropac (teknik tekan-putar). Untuk evaluasi sifat-sifat fisik (volumetrik) benda-uji
campuran aspal antara kelompok utama dan replikasinya, Tabel 1 menunjukkan hasil
perhitungan uji statistik Ftest maupun Ttest untuk sifat-sifat volumetrik benda-uji tersebut.
Uji Ftest memperlihatkan hasil yang relatif tidak jauh berbeda untuk variabilitas dari dua
kelompok benda-uji tersebut. Hasil yang sama didapatkan pula dari uji Ttest untuk rataan
tengah dari sifat-sifat volumetrik dua kelompok benda-uji tersebut. Hal ini menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata dari proses pencetakan ulang benda-uji campuran
aspal berbatuan besar dengan menggunakan alat Gyropac. Hasil analisis serupa yang
menyimpulkan bahwa alat pemadat Gyropac mampu membuat replikasi benda-uji yang sama
di laboratorium dilaporkan oleh Walter (1993). Meskipun penelitian Walter ini sebenarnya
hanya untuk campuran aspal konvensional.
3
Simposium III FSTPT, Gedung Pascasarjana UGM, 15 November 2000
Tabel 1 Hasil dan evaluasi kemampuan mencetak ulang benda uji di laboratorium
Berat
Berat
Jenis
Jenis
(t/m3)
(t/m3)
Utama
Replika
1
Gradasi I, C-170, 4.0%
2.408
2.373
2
Gradasi II, C-320, 4.0%
2.394
2.421
3
Gradasi III, Multi, 4.0%
2.415
2.414
4
Gradasi I, Multi, 4.5%
2.412
2.405
5
Gradasi II, C-170, 4.5%
2.448
2.376
6
Gradasi III, C-320, 4.5%
2.438
2.413
7
Gradasi I, C-320, 5.0%
2.376
2.368
8
Gradasi II, Multi, 5.0%
2.444
2.400
9
Gradasi III, C-170, 5.0%
2.404
2.393
10
Gradasi III, C-320, 4.0%
2.396
2.408
t-Test: Paired Two-Sample for Means
Mean
2.414
2.397
Variance
0.001
0.000
Observations
10
10
Pearson Correlation
0.093
Hypothesised Mean Difference
0
df
9
t Stat
1.810
P(T
BERPENGARUH TERHADAP KARAKTERISTIK
CAMPURAN ASPAL BERBATUAN BESAR
Mudji Wahyudi, Ir., PhD
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Mataram
Jl. Majapahit 62 Mataram, NTB 83125, Telp/Fax : 0370-636126, E-mail: [email protected]
Abstrak : Prosedur pembuatan benda-uji campuran aspal di laboratorium, termasuk teknik pemadatan benda-uji,
mempengaruhi sifat-sifat fisik dan mekanis campuran aspal sebagai bahan pembentuk lapis
perkerasan jalan. Prosedur tersebut harus mudah dilaksanakan dan dapat mensimulasikan
teknik pemadatan yang digunakan dalam proses pembangunan konstruksi jalan raya. Penelitian
ini mencoba mengkaji secara komprehensif keuntungan dan kerugian beberapa teknik-teknik
pemadatan, teknik pemadatan yang cocok, serta variabel-variabel penelitian yang berpengaruh
terhadap kinerja campuran aspal berbatuan besar (menggunakan diameter maksimum butiran
agregat = 37.50 mm).
Menggunakan rancangan percobaan Faktorial dengan fraksional replikasi, variabel penelitian mencakup 3(tiga)
jenis aspal bitumen (C-170, C-320, dan Multigrade), 3(tiga) kadar aspal (kadar aspal optimum, 0.5% diatas dan
0.5% dibawah kadar aspal optimum), dan 3(tiga) jenis gradasi ( satu tipe gradasi senjang dengan maksimum
agregat = 37.5 mm, serta 2(dua) tipe gradasi menerus masing-masing dengan maksimum agregat = 25.4 mm, dan
37.5 mm). Agregat kasar dan halus berasal dari sungai Nepean, dan agregat batu-besar diambil dari lokasi
penambangan EMU, NSW-Australia. Prioritas teknik pemadatan diberikan pada teknik tekan-putar (Gyropac),
dan sebagai pembanding adalah teknik pemadatan getar (Kango Hammer) dan teknik jatuh bebas (Marshall).
Hasil penelitian di laboratorium memperlihatkan bahwa teknik pemadatan tekan-putar (Gyropac) menghasilkan
benda-uji yang relatif lebih baik karakteristiknya ( 2.40t / m3 ; e 3%; E 10GPa; 5000 pada
40.000 beban berulang) dibandingkan teknik pemadatan yang lain. Hubungan antara jumlah putaran dengan
tinggi benda-uji padat pada teknik pemadatan tekan-putar (h = I – m Log10 N) dapat digunakan untuk mengukur
kemudahan kerja campuran. Kemudahan kerja ini sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti: aspal bitumen
maupun koefisien kerataan campuran gradasi agregat.
Kata kunci : teknik pemadatan, karakteristik, campuran aspal berbatuan besar.
1.
PENDAHULUAN
Untuk ke-sahih-an suatu desain campuran aspal, benda-uji hasil pemadatan di laboratorium
seharusnya mempunyai kesamaan derajat kepadatan, pergerakan partikel agregat, serta sifat
-sifat fisik maupun mekanis dengan benda-uji hasil pengeboran di lapis perkerasan lentur
jalan. Sekaitan dengan prasyarat diatas, maka teknik pemadatan benda-uji di laboratorium
yang dapat mensimulasi teknik pemadatan di lapangan sangat dibutuhkan. Sampai saat ini,
informasi pustaka maupun hasil penelitian tentang prosedur pembuatan benda-uji campuran
aspal berbatuan besar (maksimum diameter butiran agregat = 37.50 mm) sangat kurang,
bahkan relatif jarang sekali dibahas oleh para pakar, praktisi maupun peneliti yang berminat di
bidang campuran aspal inovatif.
Hughes (1989) melaporkan bahwa sifat-sifat fisik maupun mekanis campuran aspal sangat
dipengaruhi oleh teknik pemadatan benda-uji. Oleh sebab itu, pemilihan teknik pemadatan
laboratorium berpengaruh sangat nyata terhadap campuran aspal sebagai bahan pembentuk
lapis perkerasan jalan. Kekeliruan prediksi dan analisis kinerja dari benda uji laboratorium
dapat mengakibatkan rendahnya mutu layanan perkerasan lentur jalan terhadap lalu-lintas
kendaraan angkutan barang dan penumpang sehari-hari. Fakta menunjukkan bahwa banyak
Simposium III FSTPT, Gedung Pascasarjana UGM, 15 November 2000
lapis perkerasan jalan mengalami kerusakan struktur secara dini saat konstruksi jalan tersebut
dibuka untuk lalu-lintas, terutama bagi jenis kendaraan angkutan berbeban berat. Mutu
layanan jalan menurun secara drastis sehingga tidak sesuai dengan umur rencana jalan.
Terkait dengan kebutuhan teknik pemadatan diatas, upaya penelitian untuk menganalisis
secara komprehensif teknik-teknik pemadatan yang cocok untuk campuran aspal berbatuan
besar, serta mengevaluasi variabel-variabel penelitian yang berpengaruh terhadap kinerja
campuran aspal tersebut dilakukan di laboratorium Teknik Sipil UNSW, Sydney, Australia.
Kajian diprioritas pada teknik pemadatan tekan-putar (alat pemadat Gyropac), dan sebagai
pembanding digunakan teknik tumbukan jatuh-bebas (alat pemadat Marshall) dan teknik
getaran (alat pemadat Kango-hammer). Dari hasil penelitian laboratorium ini diharapkan
dapat diidentifikasi variabel-variabel campuran yang berpengaruh terhadap karakteristik fisik
dan kemudahan kerja campuran, keuntungan maupun kerugian, serta tingkat ke-akurasi-an
masing-masing teknik pemadatan untuk proses replikasi benda-uji campuran aspal.
2.
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Dalam rangka evaluasi prosedur pembuatan benda-uji di laboratorium, benda-uji campuran
aspal (diameter 150 mm dan tebal + 85 mm) dicetak dan disiapkan dengan beberapa
kombinasi perlakuan variabel campuran. Tiga jenis aspal bitumen yang dipakai adalah C-170,
C-320, dan jenis Multigrade. Kadar aspal yang diamati meliputi kadar aspal optimum, 0.5%
diatas dan 0.5% dibawah kadar aspal optimum (diperoleh dengan metode Marshall 75x
tumbukan). Agregat kasar berasal dari sungai Nepean di Sydney, Australia. Sebagian besar
dari agregat ini merupakan batu pecah dengan dua sisi permukaan bertekstur kasar, namun
sekitar 15% dari agregat kasar tersebut berbentuk pipih dan lonjong. Agregat halus berupa
pasir alam dan diambil dari lokasi penggalian yang sama. Agregat batu-besar berupa batu
pecah, dan termasuk jenis batuan granit yang diambil dari tempat penambangan EMU, NSW.
Upaya merancang gradasi agregat baru dengan proporsi agregat kasar yang lebih kasar
dibandingkan dengan proporsi agregat kasar yang biasanya digunakan pada campuran aspal
konvensional (45% - 55% dari total campuran agregat) dilakukan dalam penelitian ini. Hal
ini dimaksudkan untuk membentuk suatu kerangka struktur batuan dalam campuran aspal
padat. Untuk itu, proporsi agregat kasar digeser kearah bawah garis kurva Fuller (rumusan
standar gradasi yang bereksponen 0.45), sehingga proporsi agregat kasar menjadi sekitar 65%
- 80% dari total campuran agregat. Rumusan gradasi, sebagaimana terlihat pada rumusan 1
(Brown dkk. 1991), diadopsi untuk mencampur gradasi yang direncanakan.
[ ( 100 - F ) x ( dn - 0.075n )]
P = { ---------------------------------------- + F }
( Dn - 0.075n )
(1)
dimana :
P = persentase lolos saringan berdiameter d (mm),
D = maksimum ukuran agregat batuan (mm),
F = kadar mineral pengisi (material passing sieve no.200#),
n = exponen antara 0 sampai dengan 1.
Kadar mineral pengisi adalah 5% - 7%, dan memakai semen sebagai pengganti debu batu.
Gambar 1 memperlihatkan campuran gradasi agregat yang dipakai dalam penelitian ini.
2
Simposium III FSTPT, Gedung Pascasarjana UGM, 15 November 2000
100
Upper limit (AS-2734)
Cumulative Passing ( % )
90
80
70
Lower limit(AS-2734)
60
50
40
Grading I
Grading II
30
20
10
Grading III
0
0.01
0.10
1.00
10.00
100.00
Sieve Size (mm)
Gambar 1 Campuran gradasi agregat yang digunakan
Aplikasi metode penelitian faktorial dengan fraksional replikasi (Montgomery, 1991)
menghasilkan sekitar 18 benda-uji dipadatkan dengan alat pemadat Gyropac yang memakai
usulan prosedur rutin (inovasi baru) untuk pembuatan benda-uji campuran aspal berbatuan
besar sebagaimana terlihat pada Lampiran 1. Selanjutnya, 2(dua) kelompok benda-uji yang
masing-masing terdiri dari 9 benda-uji dipadatkan dengan menggunakan alat pemadat
Marshall (75 x tumbukan jatuh bebas) serta alat pemadat getar Kango hammer ( + 3 menit).
Evaluasi kemudahan kerja (workability) campuran aspal berbatuan besar dilakukan pada saat
pemadatan dengan menggunakan alat Gyropac. Sifat-sifat volumetrik benda-uji diukur dan
diuji statistik Ftest dan Ttest untuk mengetahui kemampuan alat Gyropac tersebut dalam
membuat ulangan (replikasi) maupun variabilitas benda-uji. Berdasarkan sifat-sifat fisik dan
mekanis benda-uji tersebut, kemampuan masing-masing alat pemadatan dievaluasi dan
dipelajari untung dan ruginya untuk prosedur rutin pembuatan benda-uji di laboratorium.
3.
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1
Uji Kemampuan Mencetak Ulang (Repeatability)
Sebagaimana telah disebut sebelumnya, prioritas kajian diberikan kepada alat pemadat
Gyropac (teknik tekan-putar). Untuk evaluasi sifat-sifat fisik (volumetrik) benda-uji
campuran aspal antara kelompok utama dan replikasinya, Tabel 1 menunjukkan hasil
perhitungan uji statistik Ftest maupun Ttest untuk sifat-sifat volumetrik benda-uji tersebut.
Uji Ftest memperlihatkan hasil yang relatif tidak jauh berbeda untuk variabilitas dari dua
kelompok benda-uji tersebut. Hasil yang sama didapatkan pula dari uji Ttest untuk rataan
tengah dari sifat-sifat volumetrik dua kelompok benda-uji tersebut. Hal ini menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata dari proses pencetakan ulang benda-uji campuran
aspal berbatuan besar dengan menggunakan alat Gyropac. Hasil analisis serupa yang
menyimpulkan bahwa alat pemadat Gyropac mampu membuat replikasi benda-uji yang sama
di laboratorium dilaporkan oleh Walter (1993). Meskipun penelitian Walter ini sebenarnya
hanya untuk campuran aspal konvensional.
3
Simposium III FSTPT, Gedung Pascasarjana UGM, 15 November 2000
Tabel 1 Hasil dan evaluasi kemampuan mencetak ulang benda uji di laboratorium
Berat
Berat
Jenis
Jenis
(t/m3)
(t/m3)
Utama
Replika
1
Gradasi I, C-170, 4.0%
2.408
2.373
2
Gradasi II, C-320, 4.0%
2.394
2.421
3
Gradasi III, Multi, 4.0%
2.415
2.414
4
Gradasi I, Multi, 4.5%
2.412
2.405
5
Gradasi II, C-170, 4.5%
2.448
2.376
6
Gradasi III, C-320, 4.5%
2.438
2.413
7
Gradasi I, C-320, 5.0%
2.376
2.368
8
Gradasi II, Multi, 5.0%
2.444
2.400
9
Gradasi III, C-170, 5.0%
2.404
2.393
10
Gradasi III, C-320, 4.0%
2.396
2.408
t-Test: Paired Two-Sample for Means
Mean
2.414
2.397
Variance
0.001
0.000
Observations
10
10
Pearson Correlation
0.093
Hypothesised Mean Difference
0
df
9
t Stat
1.810
P(T