AUDIT FUNGSI PRODUKSI DAN OPERASIONAL PA

Audit operasional; Fungsi produksi

1

AUDIT
FUNGSI PRODUKSI DAN OPERASI PADA PERUSAHAAN KECAP HASIL BUMI
TUGAS MAKALAH INTERNAL AUDIT OLEH KELOMPOK VI KELAS AKUNTANSI B

DOSEN PENGAMPU Bpk.Norsain.SE.,M.Ak

oleh:
Khalilatun Nuraniyah (713.2.2.0751)
Wiladatul Hasanah (713.2.2.0752)
Febri Gustiandari (713.2.2.0749)
Hainur Rasyid (713.2.2.048)
Moh. Agus H (713.2.2.0746)
Rudiyanto.B (713.2.2.0745)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP
Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Wiraraja Sumenep 2016

2016

Tumbuhan Gewang
Pemberi Manfaat
Untuk Masyarakat

Tuntutan Tinggi Kepada Perguruan Tinggi
UntukLebihBisaBerperanDalam
Optimalisasi Ekonomi Nasional

Pemeriksaan Fungsi Produksi
Perusahaan Kecap
HASIL BUMI

Kata Pengantar
Audit operasional; Fungsi produksi 2

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkat dan karunian-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan Audit pada

fungsi produksi dan operasional dalam memenuhi tugas mata kuliah Internal Audit.
Tulisan ini sebagai wujud pertanggungjawaban penulis sebagai mahasiswa yang telah
menyelesaikan pemeriksaan pada fungsi produksi dan operasi pada perusahaan kecap
manis “Hasil Bumi”. Selanjutnya, makalah ini bertujuan untuk mengarahkan kepada
para

pembaca,

khususnya

bagi

mahasiswa

tentang

pentingnya

dilakukannya


pemeriksanaan pada bagian produksi perusahaan sebagai upaya penilaian ekonomisasi,
efektifitas dan efisiensi.
Oleh karena itu sangat bermanfaat kiranya apabila makalah ini hadir sebagai
penambah wawasan baru dan khazanah ilmu yang senantiasa akan bermanfaat bagi para
pembaca pada umumnya. Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, masukan dan saran yang sifatnya membangun
sangat penulis harapkan dari para pembaca.

Sumenep, 20 Oktober 2016

Penulis

Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Wiraraja Sumenep

2016

Daftar Isi
Audit operasional; Fungsi produksi 3

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ................................................

2

DAFTAR ISI ...............................................................

3

BAB I PENDAHULUAN ...........................................

5

A. Latar Belakang Masalah ........................................

5

B. Rumusan Masalah .................................................


7

C. Tujuan Penulisan ...................................................

7

BAB II TINJAUAN LITERATURE .........................

9

A. Pengertian Audit Produksi dan Operasi..................

9

B. Tujuan Audit Produksi dan Operasi .......................

9

C. Manfaat Audit Produksi dan Operasi ..................... 10
D. Ruanglingkup Audit Produksi dan Operasi ............ 10

E. Tahap- Tahap Audit Produksi dan Operasi ............ 12
F. Pengertian Fungsi Produksi .................................... 13
BAB III METODE PENELITIAN............................ 14
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................... 14
B. Jenis Penelitian ...................................................... 14
C. Subjek dan Objek Penelitian ................................. 14
D. Teknik Pengumpulan Data .................................... 14
E. Teknik Analisa Data .............................................. 15
F. Kerangka Berfikir .................................................. 15
G. Paradigma Penelitian ............................................. 16
BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....... 17
A. Hasil Penelitian ...................................................... 17
Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Wiraraja Sumenep

2016

Audit operasional; Fungsi produksi 4

B. Analisis Data dan Rekomendasi ............................ 24
BAB V PENUTUP ................................................ 30

A. Kesimpulan ............................................................ 30
B. Saran ...................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA .......................................... 33
LAMPIRAN- LAMPIRAN

Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Wiraraja Sumenep

2016

Bab I
Audit operasional; Fungsi produksi 5

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan zaman yang pesat membuat dunia persaingan bisnis
semakin hari semakin ketat. Keadaan ini kian menjadi ancaman yang berisiko
bagi setiap perusahaan yang ikut serta di dalamnya, dibutuhkan cara dan
kemampuan khusus agar perusahaan mampu bertahan dan berhasil memenangi
persaingan. Kemampuan perusahaan dalam berinovasi, menerapkan ekonomisasi,

efektivitas, dan efisiensi dalam proses produksinya menjadi salah satu cara bagi
perusahaan

untuk

bisa

memperoleh

konsumen

sebanyak-

banyaknya,

meningkatkan profitabilitas, dan memenangi persaingan yang ada.
Upaya meningkatkan profitabilitas dan memenangi persaingan tidak
terlepas dari dukungan sebuah fungsi yang penting dalam perusahaan, yaitu
fungsi produksi. Fungsi produksi dalam sebuah perusahaan tidak hanya terbatas
pada fungsi dasarnya, berupa menambah atau menciptakan kegunaan nilai tambah

dan memanfaatkan sumber daya yang ada dan tersedia. Namun, secara umum
berfungsi untuk mentransformasikan input menjadi output dengan ketetapan
kualitas yang telah ditetapkan oleh pihak manajemen perusahaan. Penetapan
standar dan target produksi dalam suatu perusahaan sangat diperlukan sebagai
pembanding dengan hasil akhir yang diperoleh. Oleh karena itu, dalam proses
produksi

diperlukan

kegiatan

evaluasi

dengan mencocokkan target awal

dengan hasil akhir. Kegiatan ini dinamakan dengan audit produksi dan
operasional. Audit fungsi produksi dan operasi adalah suatu penilaian secara
komprehensif terhadap keseluruhan fungsi produksi dan operasi untuk
menentukan apakah fungsi ini telah berjalan dengan memuaskan (ekonomis,
efisien, dan efektif) (Bayangkara, 2008:107).

Fungsi produksi yang efektif dan efisien merupakan salah satu kunci
keberhasilan sebuah perusahaan karena dapat memberikan sejumlah keuntungan
atau laba bagi perusahaan. Laba perusahaan menjadi kunci utama atau sebagai
indikator bahwa perusahaan dapat dikatakan baik dan mampu mempertahankan
kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Peningkatan laba perusahaan akan
bergantung pada sejauh mana sumber daya digunakan secara ekonomis, efektif,
dan efesien. Maka dari itu, perusahaan memerlukan pengevaluasian dan
Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Wiraraja Sumenep

2016

Audit operasional; Fungsi produksi 6

penilaian terhadap efektivitas dan efisiensi operasional perusahaan. Dengan
demikian diperlukan sebuah audit internal perusahaan untuk melakukan hal
tersebut. Dengan menyadari pentingnya audit internal dilakukan dalam sebuah
perusahaan maka banyak perusahaan yang melakukan audit tersebut.
Audit ini dilakukan tidak hanya terbatas pada unit produksi tetapi juga
berlaku untuk keseluruhan proses produksi, termasuk dalam hal mengidentifikasi
dan mengetahui kekurangan, kelemahan, dan tindakan apa yang sebaiknya

dilakukan atas temuan dari proses produksi yang dilaksanakan. Audit internal
perusahaan bertujuan untuk mengidentifikasi kegiatan. program, dan aktivitas
yang masih memerlukan perbaikan, sehingga dengan rekomendasi yang
diberikan oleh auditor terhadap pihak manajemen perusahaan (auditee) yang
nantinya akan menjadi saran perbaikan atas pengelolaan berbagai program dan
aktivitas pada perusahaan tersebut untuk masa yang akan datang.
HASIL BUMI merupakan unit bisnis yang bergerak dalam usaha
produksi kecap. Sebagai sebuah unit usaha komersial, diperlukan keunggulan
daya saing untuk dapat berkompetisi dengan unit usaha sejenis maupun yang
berbeda jenis. Keunggulan daya saing ditentukan oleh faktor desain, mutu
produk, pengembangan produk, input teknologi, nilai tambah, harga, penyerahan
tepat waktu dan pelayanan penjual. Adanya tekanan yang sama kuat terhadap
bisnis manufaktur saat ini, menuntut HASIL BUMI sebagai perusahaan yang
memproduksi kecap agar lebih cerdas dalam menjalankan operasinya. Fungsi
produksi dan operasi yang mentransformasikan input menjadi output
bertanggungjawab untuk menghasilkan produk dalam kuantitas dan kualitas
yang telah ditentukan karena semakin kompleksnya permasalahan yang dihadapi
oleh suatu perusahaan, pihak manajemen tersebut harus mampu bekerja secara
efektif, efisien, dan ekonomis berdasarkan tujuan yang ingin dicapai serta
mampu mengidentifikasi kekuatan (strenght), kelemahan (weakness), peluang
(opportunity), serta tantangan (threat) yang mungkin dihadapi oleh perusahaan,
sehingga pengelolaan perusahaan tersebut dapat berjalan dengan baik.
Masalah umum perusahaan yang terjadi salah satunya adalah rendahnya
pengawasan atas standar dan target yang ditetapkan, dan belum diterapkannya
pencatatan secara tertulis tentang peristiwa yang terjadi, baik output yang
dihasilkan, input yang harus dibeli, serta output yang direncanakan seperti
Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Wiraraja Sumenep

2016

Audit operasional; Fungsi produksi 7

adanya standar dan target perusahaan secara tertulis. Keadaan lain yang terjadi
yaitu adanya bahan kemasan (botol) yang tidak sesuai atau pecah padahal dalam
ketentuan di perusahaan bahan kemasan seharusnya tidak ada yang mengalami
kerusakan. Setelah ditelaah lebih dalam, ternyata kerusakan tersebut diakibatkan
oleh supplier dan pelanggan yang mengirim bahan kemasan tidak sesuai dengan
kualitas serta kurangnya pemeriksaan bahan baku, sehingga hal tersebut
mengakibatkan terjadinya botol yang pecah atau kondisi botol yang tidak
sempurna.
Audit ini difokuskan pada fungsi produksi di perusahaan kecap HASIL
BUMI.

Agar target produksi dapat dicapai dan penyebab kegagalan dalam

mencapai target produksi dapat diketahui, maka pihak manajemen pada fungsi
produksi memerlukan suatu alat bantu yaitu audit atas fungsi produksi dan
operasional. Mengingat besarnya pengaruh audit pada fungsi produksi dan
operasional dalam meningkatkan pencapaian target produksi perusahaan, maka
penerapan audit ini harus dilaksanakan dengan tepat sesuai dengan standar dan
norma yang berlaku. Berkaitan dengan penjabaran dan pemikiran di atas, maka
penulis

menetapkan judul “Audit Fungsi Produksi dan Operasi pada

Perusahaan Kecap Hasil Bumi”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam
makalah ini antara lain sebagai berikut:
1.

Bagaimana aktivitas atas fungsi poduksi pada perusahaan kecap HASIL
BUMI?

2.

Bagaimana efektivitas fungsi produksi pada perusahaan kecap HASIL
BUMI?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui aktivitas atas fungsi poduksi pada perusahaan kecap
HASIL BUMI.
2. Untuk mengetahui efektivitas fungsi produksi pada perusahaan kecap

HASIL BUMI.
Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Wiraraja Sumenep

2016

Audit operasional; Fungsi produksi 8

3. Untuk memberikan saran atau rekomendasi untuk peningkatan efektivitas
fungsi produksi pada perusahaan kecap HASIL BUMI.

Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Wiraraja Sumenep

2016

Bab II
Audit operasional; Fungsi produksi 9

BAB II
TINJAUAN LITERATURE
A. Pengertian Audit Produksi dan Operasi
Menurut Bayangkara (2008:177), audit produksi dan operasi melakukan
penilaian secara komprehensif terhadap keseluruhan fungsi produksi dan operasi
untuk menentukan apakah fungsi tersebut telah berjalan dengan memuaskan
(ekonomis, efektif, dan efisien). Audit produksi dan operasi tidak hanya dilakukan
terbatas pada unit produksi, tetapi juga berlaku untuk keseluruhan proses produksi
dan operasi.
B. Tujuan Audit Produksi dan Operasi
Tujuan utama audit produksi dan operasi adalah mengevaluasi efektifitas
dan efisiensi organisasi, namun audit ini juga dapat menjangkau aspek yang
ketiga, yaitu ekonomisasi. Evaluasi ekonomi adalah pemeriksaan atas biaya dan
manfaat dari suatu kebijakan atau prosedur. Dalam konteks audit operasional,
evaluasi ekonomi merupakan pertimbangan jangka panjang tentang apakah
manfaat kebijakan atau prosedur lebih besar dari pada biayanya. Selain itu,
menurut Bhayangkara (2008:178) tujuan yang ingin dicapai melalui pelaksanaan
audit ini adalah untuk mengetahui:
1.

Apakah produk yang dihasilkan telah mencerminkan kebutuhan pelanggan
(pasar)?

2.

Apakah strategi serta rencana produksi dan operasi sudah secara cermat
menghubungkan antara kebutuhan untuk memuaskan pelanggan dengan
ketersediaan sumber daya serta fasilitas yang dimiliki perusahaan?

3.

Apakah strategi operasional dan produksi telah mempertimbangkan
kelemahan – kelemahan internal, ancaman lingkungan eksternal serta peluang
yang dimiliki perusahaan?

4.

Apakah penetapan fasilitas operasional dan produksi telah mendukung
berjalannya proses secara ekonomis, efektif dan efisien?

5.

Apakah pemeliharaan dan perbaikan fasilitas operasional dan produksi telah
berjalan sesuai dengan jadwal tang telah ditetapkan dalam mendukung
penghasilan produk yang sesuai dengan kualitas yang ditetapkan dan
diinginkan?

Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Wiraraja Sumenep

2016

Audit operasional; Fungsi produksi 10

6.

Apakah setiap bagian yang terlibat dalam proses produksi dan operasi telah
melaksanakan aktivitasnya sesuai dengan ketentuan serta aturan yang telah
ditetapkan perusahaan?

C. Manfaat Audit Produksi dan Operasi
Manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya audit operasional menurut
Bhayangkara (2008:178) adalah:
1.

Dapat memberikan gambaran kepada pihak yang berkepentingan tentang
ketaatan dan kemampuan fungsi operasional dan produksi dalam menerapkan
kebijakan serta strategi yang telah ditetapkan.

2.

Dapat memberikan informasi tentang usaha- usaha perbaikan proses
operasional dan produksi yang telah dilakukan perusahaan serta hambatanhambatan yang dihadapi.

3.

Dapat menentukan area permasalahan yang masih dihadapi dalam mencapai
tujuan operasional serta tujuan perusahaan secara keseluruhan.

4.

Dapat menilai kekuatan dan kelemahan strategi produksi dan operasi serta
kebutuhan perbaikannya dalam meningkatkan kontribusi fungsi ini terhadap
pencapaian tujuan perusahaan.

D. Ruang Lingkup Audit Produksi dan Operasi
Ruang lingkup audit produksi dan operasi meliputi keseluruhan dari
program/ aktivitas yang dikelola pada fungsi ini, yang merupakan bagian dari
wewenang dan tanggung jawab untuk mendukung pencapaian tujuan perusahaan.
Secara keseluruhan ruang lingkup audit produksi dan operasi meliputi:
1.

Rencana produksi dan operasi
Rencana produksi dan operasi mengakomodasi rencana fungsi- fungsi bisnis
lain, yang merupakan penjabaran dari rencana pencapaian tujuan perusahaan
secara keseluruhan. Suatu rencana induk memuat tentang:
a. Jadwal induk produksi (master production schedule-MPS)
b. Penilaian atas penggunaan kapasitas produksi
c. Tingkat persediaan
d. Perencanaan keseimbangan lintas produksi

2.

Produktivitas dan peningkatan nilai tambah
Transformasi yang mengubah input menjadi output selalu diikuti dengan
peningkatan nilai tambah. Nilai tambah meliputi seluruh usaha dalam
Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Wiraraja Sumenep

2016

Audit operasional; Fungsi produksi 11

peningkatan manfaat yang diperoleh baik oleh perusahaan maupun
pelanggan.
3.

Pengendalian produksi dan operasi
Pengendalian produksi dan operasi menyangkut pengamatan atas hubungan
antara proses yang berjalan dengan standar (kriteria) operasi yang telah
ditetapkan. Tujuan utama pengendalian produksi dan operasi meliputi tiga hal
penting dalam keunggulan bersaing perusahaan, meliputi:
a. Memaksimalkan tingkat pelayanan
b. Meminimalkan investasi pada persediaan
c. Efisiensi produksi dan operasi
Pengendalian produksi

dan operasi

meliputi

pengendalian terhadap

keseluruhan komponen dan tahapan dalam proses produksi meliputi hal- hal
sebagai berikut:
a. Pengendalian bahan baku
b. Pengendalian peralatan dan fasilitas produksi
c. Pengendalian transformasi
d. Pengendalian kualitas
e. Pengendalian barang jadi
Menurut Agoes (2004:180) ada tiga elemen pokok dalam ruang lingkup
audit, yaitu:
1.

Kriteria (Criteria )
Kriteria merupakan standar yang harus dipatuhi oleh setiap bagian dalam
perusahaan. Standar bisa berupa kebijakan yang telah ditetapkan manajemen,
kebijakan perusahaan sejenis atau kebijakan industri, dan peraturan
pemerintah.

2.

Penyebab (Cause)
Cause adalah tindakan- tindakan yang dilakukan manajemen atau pegawai

perusahaan termasuk tindakan- tindakan yang seharusnya dilakukan untuk
memenuhi criteria tetapi tidak dilakukan oleh manajemen atau pegawai
perusahaan. Dengan kata lain, cause adalah tindakan-tindakan yang
menyimpang dari standar yang berlaku.
3.

Akibat (Effect)
Effect adalah akibat dari tindakan- tindakan yang menyimpang dari standar
Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Wiraraja Sumenep

2016

Audit operasional; Fungsi produksi 12

yang berlaku.
E. Tahap- Tahap Audit Produksi dan Operasi
Menurut Bayangkara (2008: 9), tahap audit produksi dan operasi meliputi:
1. Audit Pendahuluan
Audit pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan informasi latar belakang
terhadap objek yang diaudit.
2. Review dan Pengujian Pengendalian Manajemen
Pada tahapan ini auditor melakukan review dan pengujian terhadap
pengendalian

manajemen

objek

audit,

dengan tujuan untuk menilai

efektivitas pengendalian manajemen dalam mendukung pencapaian tujuan
perusahaan. Dari hasil pengujian ini, auditor dapat lebih memahami
pengendalian yang berlaku dalam objek audit sehingga dengan lebih mudah
dapat diketahui potensi-potensi terjadinya kelemahan pada berbagai aktivitas
yang dilakukan.
3. Audit Lanjutan (Terinci)
Pada tahap ini auditor melakukan pengumpulan bukti yang cukup dan
kompeten untuk mendukung tujuan audit yang telah ditentukan. Pada tahap
ini juga dilakukan pengembangan temuan untuk mencari keterkaitan antara
satu temuan dengan temuan yang lain dalam menguji permasalahan yang
berkaitan dengan tujuan audit. Temuan yang cukup, relevan, dan kompeten
dapat disajikan dalam suatu kertas kerja audit (KKA) untuk mendukung
kesimpulan audit yang dibuat dan rekomendasi yang diberikan.
4. Pelaporan
Tahapan ini bertujuan untuk mengkomunikasikan hasil audit termasuk
rekomendasi yang diberikan kepada berbagai pihak yang berkepentingan. Hal
ini menyakinkan pihak manajemen tentang keabsahan hasil audit dan
mendorong pihak-pihak yang berwenang untuk melakukan perbaikan
terhadap berbagai kelemahan yang ditemukan.
5. Tindak Lanjut
Sebagai tahap akhir dari audit manajemen, tindak lanjut bertujuan untuk
mendorong pihak-pihak yang berwenang untuk melaksanakan tindak lanjut
(perbaikan) sesuai dengan rekomendasi yang diberikan. Auditor tidak

Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Wiraraja Sumenep

2016

Audit operasional; Fungsi produksi 13

memiliki wewenang untuk mengharuskan manajemen melaksanakan tindak
lanjut sesuai dengan rekomendasi yang diberikan.
Menurut Tunggal (2000:177-178) terdapat langkah- langkah dalam
melakukan audit produksi dan operasi antara lain sebagai berikut:
1. Merumuskan maksud dan tujuan dari dilaksanakannya audit produksi.
2. Menentukan ruang lingkup audit yang akan dijalankan.
3. Melakukan audit pendahuluan untuk mendapatkan data dan informasi yang
bersifat umum tentang objek audit.
4. Menyusun program dan prosedur audit yang akan dilaksanakan.
5. Melaksanakan audit yang telah ditetapkan sesuai dengan program dan
prosedur audit yang mencakup pengumpulan dan pemeriksaan data serta
mengadakan wawancara.
6. Mengolah dan menganalisis hasil temuan.
F. Pengertian Fungsi Produksi
Menurut Harming dan Numajamuddin (2007:3) definisi fungsi produksi
adalah Fungsi yang diserahi tugas dan tanggungjawab untuk melakukan aktivitas
pengubahan dan pengolahan sumber daya produksi (aset of input) menjadi
keluaran (output), barang atau jasa, sesuai dengan perencanaan. Fungsi produksi
menciptakan keguanaan bentuk (form utility), karena melalui kegiatan produksi
nilai dan keguanaan suatu benda meningkat akibat dilakukannya penyempurnaan
bentuk atas benda (input) yang bersangkutan. Secara singkat prawirosentono
(2001:5) membagi ruang lingkup fungsi produksi menjadi tiga kategori:
1. Perencanaan produksi, merencanakan skala dan jenis produksi (Rencana
Induk Produksi).
2. Pelaksanaan produksi, melaksanakan produksi sesuai dengan Rencana Induk
Produksi.
3. Pengendalian produksi, mengendalikan proses produksi.

Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Wiraraja Sumenep

2016

Bab III
Audit operasional; Fungsi produksi 14

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada perusahaan kecap HASIL BUMI yang
beralamat di desa Grujugan dusun Tolasan RT/RW: 015/004 kecamatan Gapura
kabupaten Sumenep. Penelitian ini dimulai pada tanggal 02 Oktober 2016 untuk
tahap pra penelitian yaitu melakukan survei pendahuluan. Selanjutnya, dilakukan
observasi serta pengambilan data mulai 20 Oktober 2016.
B. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode expost
facto yaitu penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi

untuk mengetahui faktor- faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut
(Sugiyono, 2001:7). Penelitian ini dilakukan untuk meneliti kejadian yang telah
terjadi pada fungsi produksi perusahaan kecap HASIL BUMI dan menemukan
penyebab kejadian tersebut. Penelitian ini juga termasuk dalam penelitian
deskriptif kualitatif yang merupakan analisis data dengan cara mengumpulkan
dan menjelaskan data non angka (kualitatif) yang kemudian dibandingkan dengan
teori yang bersangkutan untuk

memperoleh kejelasan hasil yang dijadikan

sebagai kesimpulan dan saran.
C. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah pemilik sekaligus menjadi direktur
pada perusahaan kecap HASIL BUMI. Objek penelitian ini adalah data berupa
catatan pemilik yang berkaitan dengan bagian produksi, dokumen- dokumen
yang berhubungan dengan aktivitas fungsi produksi di perusahaan kecap HASIL
BUMI yang beralamat di desa Grujugan Dusun Tolasan RT/RW: 015/004
kecamatan Gapura Kabupaten Sumenep.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data untuk penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan teknik sebagai berikut:
1. Wawancara (Interview), yaitu dengan mengajukan pertanyaan yang
berhubungan dengan audit fungsi produksi dan operasi kepada
narasumber, yaitu pemilik sekaligus direktur perusahaan kecap HASIL
BUMI.
Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Wiraraja Sumenep

2016

Audit operasional; Fungsi produksi 15

2. Dokumentasi, memperoleh dan mendapatkan dokumen- dokumen atau
catatan yang terdapat di perusahaan, misalnya struktur organisasi, lokasi
perusahaan dan lainnya khususnya dokumen- dokumen data terkait fungsi
produksi.
3. Observasi, mengamati secara langsung pada objek yang diteliti yait
terhadap aktivitas perusahaan yang erat kaitannya dengan masalah audit
fungsi produksi dan operasional agar memperoleh gambaran dengan jelas
dan sebenarnya mengenai perusahaan serta masalah yang dihadapi oleh
perusahaan, khususnya pada bagian produksi perusahaan kecap HASIL
BUMI.
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif,
melingkupi beberapa tahap yang berfungsi untuk mengukur tingkat keberhasilan
manajemen perusahaan dalam mencapai efektifitas, diantaranya sebagai berikut:
1. Criteria (Kriteria)
2. Cause (Penyebab)
3. Effect (Akibat)

F. Kerangka Berfikir
Dalam usaha pencapaian tujuan perusahaan permasalahan yang dihadapi
bukan hanya terdapat pada modal, sumber daya manusia, uang, dan lingkungan
kerja saja, tetapi menyangkut pengendalian fungsi produksi dan operasi. Fungsi
produksi dan operasi dapat dikelola dengan baik sehingga menghasilkan produksi
yang sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan perusahaan dan dapat mencapai
tujuan perusahaan secara ekonomis, efektif, dan efisien.
Secara umum fungsi produksi menciptakan kegunaan bentuk (form utility),
karena melalui kegiatan produksi nilai dan kegunaan suatu benda meningkat
akibat

dilakukannya

penyempurnaan

bentuk

atas

benda

(input)

yang

bersangkutan. Audit ini dilakukan sebagai suatu penilai dan pengkaji (review) atas
setiap prosedur dan metode yang ditetapkan pada perusahaan untuk mengevaluasi
tingkat efisiensi dan efektifitas unit produksi guna memeperbaiki pengendalian
operasi dan produksi dalam mencapai tujuan perusahaan. Proses audit yang harus
dilakukan adalah dengan cara tahap survey pendahuluan, tahap review dan

Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Wiraraja Sumenep

2016

Audit operasional; Fungsi produksi 16

pengujian terhadap pengendalian manajemen, tahap pemeiksaan terinci (condisi,
criteria, cause, effect) dan tahap pelaporan.

G. Paradigma Penelitian

Survey Pendahuluan
Perusahaan Kecap HASIL BUMI

Review dan Pengujian Pengendalian Manajemen
atas Fungsi Produksi perusahaan kecap
HASIL BUMI

Menyusun Program
Pengujian Terinci

Pelaksanaan Audit atas
Fungsi Produksi dan Operasi:
1. Menentukan Kondisi
2. Menentukan Kriteria
3. Menentukan Penyebab
4. Mengetahui Akibat

Mengadakan Evaluasi

Pelaporan Hasil Audit
atas Fungsi Produksi dan Operasi
pada Perusahaan Kecap HASIL BUMI

Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Wiraraja Sumenep

2016

Bab IV
Audit operasional; Fungsi produksi 17

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Hasil Audit Pendahuluan
a. Sejarah Berdirinya Perusahaan
Kecap HASIL BUMI yang biasa dikenal sebagai kecap “Dua Kelapa”
didirikan oleh Bapak. H. Mustofa.Alm pada tahun 1999 di desa Grujugan
dusun Tolasan RT/RW: 015/004 kecamatan Gapura, kabupaten Sumenep.
Perusahaan kecap ini secara resmi telah terdaftar: D.00 2011044009 dengan
P-IRT. No.1113529030234-20/1999.
Pada awalnya Bapak. H.Mustofa.Alm sering melihat kecap digunakan
sebagai pendamping makanan atau ditambahkan dalam masakan. Karena hal
itulah beliau berpikir untuk membuat kecap. Usaha ini berawal dari industri
rumah tangga pada tahun 1999, karena pembuatan kecap hanya dilakukan
dirumah, dengan pemasaran yang hanya dilakukan dengan menggunakan
sepeda. Dari tahun ke tahun, produksi kecap ini semakin maju dan akhirnya
berkembang menjadi indutri perusahaan kecap yang memiliki ijin dari
pemerintah.
Pada tahun 2009, setelah meninggalnya Bapak. H.Mustofa usaha ini
dilanjutkan oleh putranya yaitu Norhasan. Karena produk kecap tersebut
sangat laris dipasar, Norhasan memperbaiki sistem manajemen usaha. Untuk
manajemen dan produksi ditangani sendiri oleh Norhasan dengan bantuan
15 orang karyawan. Kemudian sistem pemasaran yang hanya menggunakan
sepeda diganti dengan menggunakan mobil keliling (pick up) untuk
membantu memperluas area pemasaran produknya.
Pada awalnya, kemasan yang digunakan untuk mengemas kecap yang
diproduksi yaitu menggunakan plastik, harga yang ditawarkan pun cukup
terjangkau, mulai dari harga Rp.500,- s/d Rp.1000,-. Kemudian dengan
semakin berkembangnya usaha tersebut, juga digunakan kemasan botol
kaca. Adapun pemasarannya dilakukan di daerah Madura (Sumenep,
Pamekasan, Sampang, dan Bangkalan), hingga ke luar madura seperti
daerah Situbondo, dsb.

Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Wiraraja Sumenep

2016

Audit operasional; Fungsi produksi 18
Kecap cap “Dua Kelapa” diproduksi melalui proses masak hingga
pengemasan produk. Pemeriksaan kualitas bahan baku dilakukan secara
rutin untuk menjaga kualitas produk tetap baik dan layak untuk dikonsumsi.
Kebersihan botol kecap, kebersihan ruangan dan petugas operator menjadi
syarat mutlak dalam proses produksi.
b. Visi dan Misi Perusahaan
Menurut hasil wawancara kepada pemilik Visi Perusahaan kecap
HASIL BUMI yaitu menjadi perusahaan yang dapat memberikan
kesejahteraan lingkungan dan manfaat bagi masyarakat. Sedangkan Misi
perusahaan yaitu:
1) Bersikap peduli terhadap dinamika kebutuhan masyarakat akan
ketersediaan pangan.
2) Menghasilkan produk yang halal, aman dan berkualitas dengan
memperhatikan citarasa dan selera konsumen.
3) Menjadikan produk HASIL BUMI sebagai pelengkap hidangan
keluarga yang sehat dan bernilai gizi tinggi.
4) Menjalin kemitraan yang harmonis dan membentuk jaringan pasar
yang luas untuk meraih posisi terdepan dibidang pemasaran.
5) Senantiasa

mengutamakan

kepuasan

pelanggan

secara

berkesinambungan dan maksimal.
Tujuan dari perusahaan kecap HASIL BUMI antara lain:
1) Menciptakan lapangan pekerjaan dengan tujuan untuk mengurangi
jumlah pengangguran
2) Memenuhi kebutuhan konsumen
3) Memanfaatkan sumber daya alam
4) Memaksimalkan

keuntungan

dan

meminimalkan

biaya

tanpa

mengurangi kualitas produk yang dihasilkan.

Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Wiraraja Sumenep

2016

Audit operasional; Fungsi produksi 19

c. Data Karyawan
Menurut hasil wawancara yang dilakukan, jumlah karyawan perusahaan
kecap HASIL BUMI berjumlah 15 orang, yaitu:
No

Nama

1

Hamid

2

Zehma

3

Juma’eya

4

Pusiani

5

Ebbhu

6

Sahwani

7

Errus

8

Ekkis

9

Punima

10

Iis

11

Mulki

12

Horri

13

Jenis
Kelamin

Keterangan

L

Melaksanakan, dan bertanggungjawab
terhadap seluruh kegiatan proses produksi.

langsung

L

Melaksanakan, dan bertanggungjawab
terhadap seluruh kegiatan proses produksi.

langsung

P

Bertanggungjawab terhadap penanganan produk tidak
sesuai selama proses dan produk jadi.

P

Melaksanakan
pengemasan
produk,
dan
bertanggungjawab terhadap penyimpanan produk jadi.

P

Melaksanakan
pengemasan
produk,
dan
bertanggungjawab terhadap penyimpanan produk jadi.

P

Melaksanakan
pengemasan
produk,
dan
bertanggungjawab terhadap penyimpanan produk jadi.

P

Melaksanakan
pengemasan
produk,
dan
bertanggungjawab terhadap penyimpanan produk jadi.

P

Melakukan kegiatan pemeliharaan, dan perawatan
terhadap peralatan, dan bahan kemasan produksi.

P

Melakukan kegiatan pemeliharaan, dan perawatan
terhadap peralatan dan bahan kemasan produksi.

P

Melakukan kegiatan pemeliharaan, dan perawatan
terhadap peralatan dan bahan kemasan produksi.

L

Bertanggungjawab dalam mengeluarkan bahan baku
(input) dan produk jadi dari gudang (output).

L

Bertanggungjawab dalam memasarkan produk jadi.

Rusdi

L

Bertanggungjawab dalam memasarkan produk jadi.

14

Enjid

L

Bertanggungjawab dalam memasarkan produk jadi.

15

As’ari

L

Bertanggungjawab dalam memasarkan produk jadi.

Sumber: hasil wawancara kepada pemilik perusahaan.

Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Wiraraja Sumenep

2016

Audit operasional; Fungsi produksi 20

d. Struktur Organisasi
Menjamin kelancaran mekanisme manajemen perusahaan kecap HASIL
BUMI membentuk suatu struktur organisasi, dengan struktur organisasi
dapat diketahui dan dimengerti akan tugas, hak, dan tanggungjawab masingmasing sesuai dengan posisi atau kedudukannya.
Menurut hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis perusahaan tidak
memiliki struktur organisasi secara tergambar seperti pada organisasi pada
umumnya, menurut Bapak. Norhasan (pemilik) perusahaan berjalan secara
sederhana dengan garis kekuasaan dan tanggungjawab dari pemilik yang
menjadi pimpinan/ direktur yang secara langsung serta memberikan
pengawasan kepada bawahan (karyawan)

dalam menjalani tugas dan

tanggungjawab yang diberikan pada masing- masing bagian. Adapun
gambaran struktur organisasi perusahaan dapat dilihat pada gambar dibawah
ini:

Direktur/ Pemilik

Karyawan:

Karyawan:

Karyawan:

Karyawan:

Karyawan:

Pada Bagian
yang
memproduksi
produk

Pada bagian
pengemasan
dan
penyimpanan
produk

Pada bagian
pemeliharaan
dan perawatan
peralatan dan
bahan
kemasan
produksi

Yang
mengeluarkan
input dan
output dari
gudang

Pada bagian
pemasaran
produk

Sumber: hasil wawancara kepada pemilik perusahaan.

Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Wiraraja Sumenep

2016

Audit operasional; Fungsi produksi 21

e. Proses Produksi
Dalam aktivitas normal perusahaan proses produksi kecap dilakukan 5
kali dalam 1 minggu sebanyak 1,5 ton bahan baku yang diproses. Akan
tetapi apabila terjadi menurunnya tingkat permintaan di pasar, hal yang
dilakukan perusahaan adalah mengurangi jadwal produksi kecap dari yang
awalnya berkisar 20 kali dalam 1 bulan menjadi 15 kali dalam 1 bulan,
sebaliknya, apabila permintaan di pasar naik melewati batas perencanaan
maka perusahaan kecap HASIL BUMI juga menambah produksi kecapnya
dari 20 kali dalam 1 bulan menjadi 25 kali.
Peralatan yang digunakan perusahaan dalam memproduksi kecap
yaitu, (1) Bak pencucian (2) Bak perendam (3) Tungku (4) Tampah (5)
Alat penyaring (6) Tempat penampungan kecap (7) Bak penampungan
garam (8) Botol. Adapun proses produksi kecap dapat dilihat pada siklus
berikut ini:

Air, Gula, Garam

Karamelisasi

Sari Kedelai

Botol Kaca
Bekas
Rempah- rempah
yang telah dikupas
dan dihaluskan

Pendidihan
± 5°�

Pencucian

Penyaringan
Pengeringan
Pendinginan
Plastik
Sachet

Pengemasan

Botol Kaca
Bersih

Kecap
Sumber: hasil wawancara kepada pemilik perusahaan.
Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Wiraraja Sumenep

2016

Audit operasional; Fungsi produksi 22

2. Hasil Review dan Pengujian Pengendalian Fungsi Produksi Perusahaan
Kecap HASIL BUMI
a. Persiapan Proses Produksi
1) Cek kondisi peralatan produk
a) Botol kecap, bila botol mengalami retak, atau tidak sempurna maka
botol harus diganti dengan yang baru.
b) Krat, bila karet krat sudah mengalami kerusakan, maka krat tidak
boleh dipergunakan dan harus diganti dengan krat yang baru atau
diperbaiki bila dapat masih dapat dilakukan.
2) Cek kesiapan pengemasan produk
a) Persiapan kondisi ruangan pengemasan
b) Menjaga kebersihan ruangan dan alat pengisi botol kecap
3) Cek kesiapan bahan baku penolong
a) Cek kondisi bahan penolong yang telah diperiksa oleh bagian Quality
Control.

b) Periksa jumlah bahan penolong sesuai dengan kebutuhan produksi
c) Periksa botol dan krat yang akan digunakan
d) Botol bekas yang kotor maupun berbau dilakukan pencucian sesuai
dengan intruksi kerja pencucian botol, yaitu dengan cara disikat
bagian luar dan dalam, kemudian dibilas menggunakan air bersih.
4) Cek kesiapan operator
Pastikan operator meggunakan sarana pengaman (masker, tutup
kepala, sarung tangan, dan sepatu boots) guna mengurangi risiko- risiko
yang dapat terjadi lainnya yang dapat membahayakan keselamatan kerja
operator dalam proses produksi kecap.
b. Pelaksanaan Proses Produksi
1) Air sebanyak volume tertentu dididihkan, kemudian gula jawa
dimasukkan sesuai kapasitas yang telah ditentukan. Perubahan warna
dan bentuk pada larutan yang terjadi disebut dengan karamelisasi. Pada
tahap ini tidak dilakukan penyaringan terhadap kotoran yang mungkin
berasal dari gula karena tahap penyaringan akan dilakukan pada proses
selanjutnya.

Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Wiraraja Sumenep

2016

Audit operasional; Fungsi produksi 23

2) Hasil dari proses fermentasi moroni (kedelai) diambil dalam jumlah
tertentu. Kemudian disaring untuk diambil sari kedelainya. Penyaringan
dilakukan dengan menggunakan alat penyaring sehingga didapatkan sari
kedelai yang bebas dari kotoran.
3) Proses selanjutnya, gula karamel dan sari kedelai dididihkan hingga
aroma dan rasanya terbentuk. Bumbu dan rempah- rempah yang lain
ditambahkan sesuai resep. Untuk mencapai kekentalan tertentu diambil
sampel untuk diteliti, apabila sudah memenuhi standart kekentalan yang
ditentukan, kemudian dilakukan penyaringan dan dilakukan pemindahan
kecap dari tungku ke tempat penampungan.
4) Proses penyaringan dilakukan sebanyak 2 kali, pertama menggunakan
penyaring yang ukuran meshnya lebih besar dan pada tahap kedua
digunakan penyaring yang ukuran meshnya lebih kecil. Diharapkan pada
produk akhir kecap yang dihasilkan dapat benar- benar murni dan bersih
sehingga dapat dialirkan kedalam kemasan dengan lancar.
5) Proses pengisian, kecap disalurkan dari tempat penampungan kemudian
diisikan ke dalam kemasan dalam keadangan dingin. Pengisian kecap
kedalam kemasan dilakukan dengan cara manual dengan menggunakan
kran- kran pasif yang dapat dibuka dan ditutup oleh kayawan bagian
pengemasan. Terdapat standar volume pengisian atau aturan pengisian
produk kecap ke dalam kemasan. Pengisian kecap ke dalam botol (kaca)
tidak diisikan sampai penuh. Hal ini memiliki tujuan untuk
meminimalkan kandungan oksigen dalam tabung, mengatur tekanan
dalam botol, serta mengontrol mutu produk. Botol (kaca) yang
digunakan merupakan bekas dari botol kecap sebelumnya, baik yang
berasal dari suplier maupun dari konsumen itu sendiri. Botol botol
tersebut dicuci terlebih dahulu secara manual hingga bersih. Kemudian
setelah dikeringkan dilakukan proses labelling.
6) Proses sortasi, setelah pengisian kecap kedalam kemasan yang telah
berlabel dilanjutkan dengan proses sortasi untuk mengendalikan faktor
yang mempengaruhi kualitas kecap secara fisik, kimia, maupun
mikrobiologis. Faktor fisik dipengaruhi oleh adanya labelling dan
penutupan botol, sedangkan faktor mikrobiologi dipengaruhi oleh
Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Wiraraja Sumenep

2016

Audit operasional; Fungsi produksi 24

adanya kegagalan penutupan sehingga kecap yang dihasilkan dapat
ditumbuhi oleh mikroorganisme. Pengisian secara manual dapat
memungkinkan terjadinya perbedaan jumlah volume, penutupan yang
kurang rapat, dan sebagainya.
7) Produkdikemas kecap yang sudah dikemas dengan kemasan disimpan
dalam gudang penyimpanan produk jadi. Peletakan produk disesuaikan
dengan jenisnya masing- masing dan diberi kode atau catatan tanggal
produksi. Sehingga produk yang lebih dahulu diproduksi yang akan
keluar atau didistribusikan lebih dulu, atau dengan kata lain
menggunakan sistem FIFO (first in first out). Produk kecap
didistribusikan pada warung- warung, toko, restoran dsb oleh bagian
pemasaran.
B. Analisis Data dan Rekomendasi
1. Jadwal Induk Produksi
a. Kondisi (Condition)
Perusahaan kecap HASIL BUMI tidak memiliki jadwal induk produksi
(master production schedule- MPS) secara tertulis, akan tetapi proses
produksi dan operasional telah berjalan dan dilaksanakan dengan baik
sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh pemilik perusahaan, sehingga
tidak ada rencana secara tertulis yang memuat tentang kuantitas input yang
akan diproses seperti permintaan konsumen, kemampuan teknis,
ketersediaan SDM, fluktuasi persediaan, kinerja pemasok, dan berbagai
pertimbangan lainnya. Terdapat permasalahan ketika harga bahan baku
melambung tinggi, sedangkan harga produk tetap sama, hal ini dapat
membuat perusahaan menanggung kerugian dalam setiap produksi.
Selanjutnya, berubahnya cuaca dari musim kemarau pada musim hujan
dapat membuat perekonomian masyarakat menengah ke bawah semakin
melemah, sedangkan yang menjadi pasar sasaran perusahaan adalah
konsumen dari kalangan menengah ke bawah hingga masyarakat
menengah ke atas. Hal ini menjadi penyebab turunnya daya beli
masyarakat terhadap produk, sehingga perusahaan memilih mengubah
jadwal induk produksi, yang biasanya produksi dilakukan sebanyak 20 kali
dalam satu bulan, berkurang menjadi 15 kali.
Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Wiraraja Sumenep

2016

Audit operasional; Fungsi produksi 25

b. Kriteria (Criteria)
Jadwal induk produksi yang akurat akan dapat meminimalkan biaya
persediaan karena adanya jadwal ini telah menghubungkan antara
kebutuhan konsumen dengan jadwal pengiriman, penerimaan bahan baku
dan pengelolaan. Jadwal produksi yang akurat juga dapat meminimalkan
kerja lembur (overtime), waktu sumber daya yang menganggur dan
penentuan sumber daya yang optimal. sehingga perusahaan akan mudah
mengetahui keseluruhan aktivitas produksinya mulai dari kebutuhan bahan
baku, penggunaan dan pemeliharaan fasilitas produksi sampai dengan
pelepasan produk ke pasar. Secara otomatis didalamnya juga memuat
tentang jadwal produksi 20 kali dalam 1 bulan sebanyak 1,5 ton bahan
baku yang diolah per produksi, kemudian setelah proses produksi
dilakukan para karyawan langsung melanjutkan proses pengemasan
produk.
c. Penyebab (Cause)
Permasalahan ini terjadi ketika harga bahan baku di pasar naik, sehingga
perusahaan akan menanggung kerugian dalam setiap ton produksi.
Selanjutnya, permasalahan terjadi disebabkan menurunnya daya beli
masyarakat akan produk, sehingga perusahaan mengurangi jadwal
produksinya dari 20 kali dalam 1 bulan menjadi 15 kali.
d. Akibat (Effect)
Penetapan harga produk dalam kondisi naiknya harga bahan baku akan
membuat perusahaan menanggung kerugian dalam setiap produksi.
Turunnya daya beli masyarakat akan produk dapat membuat perusahaan
memilih keputusan untuk mengurangi jadwal produksinya.
Rekomendasi:
Agar perusahaan dapat menghindari terjadinya permasalahan
tersebut, maka perusahaan harus memilki jadwal induk produksi (master
production shcedule) yang akurat. Jadwal produksi yang akurat akan

memuat tentang kapan perusahaan harus memperbanyak stock bahan
baku, tentunya ketika harga stabil (normal) atau harga dibawah rata- rata.
Akan tetapi, perusahaan harus melakukan pengecekan terutama pada awal
pembelian sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian apabila kondisi
Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Wiraraja Sumenep

2016

Audit operasional; Fungsi produksi 26

bahan baku dapat diketahui, serta melakukan pengecekan bahan baku
secara rutin agar kualitas tetap terjaga. Selain itu, perusahaan harus
melibatkan pemasok kedalam rencana keberhasilan perusahaan, karena
model ini banyak dikembangkan dalam praktek produksi modern saat ini.
Karena dengan membangun hubungan yang erat (kemitraan) dengan
pemasok dan menjelaskan rencana dan standar kebutuhan bahan baku
kepadanya, pemasok akan memahami dengan baik kebutuhan perusahaan
terhadap pasokan bahan baku dalam kualitas, kuantitas dan waktu pasokan
tersebut dibutuhkan harus sudah tersedia diperusahaan.
2. Aktivitas Pengendalian Peralatan Dan Fasilitas Produksi
a. Kondisi (Condition)
Aktivitas pengendalian peralatan dan fasilitas produksi bertujuan untuk
memastikan bahwa semua peralatan dan fasilitas produksi ada dalam
keadaan siap untuk melaksanakan proses produksi sesuai dengan ketentuan
pengunaannya. Seluruh peralatan dan fasilitas produksi lainnya harus
sesuai dengan ukuran dan desain produk yang telah ditentukan. Akan
tetapi perusahaan kecap HASIL BUMI mengalami permasalahan untuk
memenuhi target bahan kemasan yaitu botol kaca yang digunakan sebagai
alat pengemas produk. Ternyata botol bekas yang ada masih banyak
mengalami adanya ketidaksesuaian atau rusak.
b. Kriteria (Criteria)
Peralatan ini harus berada pada tempat yang tepat sesuai dengan kebutuhan
proses produksi yang efektif dan efisien. Penempatan fasilitas dan
peralatan harus sesuai dengan karakteristik dan metode produksi yang
telah diterapkan, sehingga arus material dalam proses produksi dapat
berjalan secara efektif dan efisien. Disamping itu pengelolaan fasilitas dan
peralatan produksi harus didukung oleh aturan penggunaan dan
pemeliharaan. Aturan ini berfungsi untuk melindungi operator dari
kecelakaan.
c. Penyebab (Cause)
Peralatan dan

fasilitas produksi merupakan tonggak bagi perusahaan

untuk dapat melakukan proses produksi dengan baik, sehingga target
produksi yang ditetapkan perusahaan dapat dicapai dengan baik.
Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Wiraraja Sumenep

2016

Audit operasional; Fungsi produksi 27

Sebaliknya, apabila peralatan dan fasilitas produksi mengalami kerusakan
sehingga peralatan dan fasilitas produksi tidak terpenuhi sesuai dengan
yang ditetapkan, maka kuantitas produk akhir akan mengalami penurunan.
Hal tersebut menjadi penyebab terjadinya

ketidaktercapaian target

peralatan yang disebabkan oleh supplier dan pelanggan yang mengirim
bahan kemasan sebagai peralatan produksi tidak sesuai dengan kualitas
serta kurangnya pemeriksaan bahan kemasan, sehingga hal tersebut
mengakibatkan terjadinya botol yang pecah atau kondisi botol yang tidak
sempurna.
d. Akibat (Effect)
Ketersediaan peralatan dan fasilitas produksi menjadi suatu keharusan
yang bertujuan untuk menghasilkan produk akhir sesuai dengan target
yang telah ditetapkan. Terjadinya botol kaca yang retak atau tidak
sempurna masuk ke dalam proses produksi sehingga meningkatkan produk
cacat. Apabila bahan kemasan sebagai peralatan produksi tidak sesuai
target yang ditetapkan, maka secara otomatis jumlah produk akhir yang
diperoleh akan menurun dari target awal, dan menyebabkan perusahaan
akan mengeluarkan biaya tambahan untuk mengatasi hal tersebut.
Rekomendasi:
Perusahaan harus melakukan pengecekan terhadap pengembalian
bahan kemasan apabila itu dari pelanggan sebelumnya, dan dari supplier
agar kualitas peralatan produksi dapat diketahui. Dan melakukan
penyimpanan secara baik dan aman. Serta dilakukan perawatan secara baik
dan rutin. Dalam hal ini perusahaan juga harus memiliki suatu prosedur
tertulis yang menjadi pedoman penggunaan, pemeliharaan, dan perbaikan
peralatan dan fasilitas produksi lainnya. Prosedur tersebut secara jelas
memuat tentang pedoman

pembersihan peralatan setelah digunakan,

jadwal perawatan dan perbaikan- perbaikan signifikan yang diperlukan
untuk mendukung kelancaran proses produksi.

Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Wiraraja Sumenep

2016

Audit operasional; Fungsi produksi 28

3. Tingkat Produk Cacat
a. Kondisi (Condition)
Perusahaan telah melakukan upaya pengendalian terjadinya produk cacat.
Aturan proses produksi yang jelas dan teroganisir mulai dari penanganan
bahan baku, penyimpanan, pengemasan, hingga penyerahan untuk
menjamin kesesuaian produk jadi. Selain itu, identifikasi produk
membantu perusahaan mengatasi kegagalan produk. Namun, perusahaan
kecap HASIL BUMI mengalami permasalahan yaitu jumlah produk cacat
yaitu kurang lebih 3%.
b. Kriteria (Criteria)
Alur

dan

ketentuan

pengolahan

bahan

baku

dari

penanganan,

penyimpanan, pengemasan, hingga penyerahan. Pada bagian bahan baku
gula, kedelai, dan garam sesuai dengan kebutuhan yang kemudian
melakukan pengecekan dan pengujian bahan baku berdasarkan spesifikasi
yang telah ditentukan dan produk cacat maksimal 5% dari jumlah produksi
bulanan yang telah ditetapkan oleh perusahaan kecap HASIL BUMI.
c. Penyebab (Cause)
Penyebab adanya produk yang cacat yaitu karena faktor manusia
(operator) yang tidak memperhatikan aturan dengan benar. Sistematika dan
langkah produksi yang jelas dapat menghindari perusahaan dari terjadinya
produk cacat. Langkah produksi yang telah diatur dengan baik dan jelas
membuat perusahaan kecap HASIL BUMI mampu menghindari terjadinya
pemborosan dan produk cacat. Meski demikian, produk cacat masih tetap
ada namun jumlah yang dihasilkan akan terminimalisir dan sangat jarang
terjadi atau tidak akan terjadi.
d. Akibat (Effect)
Hal ini mengakibatkan terjadinya inefisiensi yang kemudian dapat
menimbulkan barang cacat sebesar 3%. Langkah produksi sistematis yang
disusun oleh HASIL BUMI membuat perusahaan mampu menghindari dan
meminimalisir, serta menghindari terjadinya produk cacat sehingga produk
perusahaan dapat menghindari terjadinya pemborosan.

Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Wiraraja Sumenep

2016

Audit operasional; Fungsi produksi 29

Rekomendasi:
Untuk menghindari terjadinya produk cacat maka seharusnya
perusahaan mengadakan prosedur atau langkah dan sistematika produksi
secara jelas, agar karyawan lebih hati- hati dalam kegiatan produksi.
Selanjutnya, karena kemasan yang digunakan untuk mengemas kecap
yang diproduksi hanya menggunakan botol kaca dan plastik sachet, maka
untuk menghindari produk cacat seharusnya perusahaan mengembangkan
usaha tersebut dengan menambah inovasi baru yaitu dengan menggunakan
kemasan dengan botol plastik, sehingga secara otomatis perusahaan dapat
menekan harga jual agar lebih murah dan harganya lebih terjangkau untuk
semua konsumen, sekaligus dapat menekan timbulnya jumlah kerusakan
pada peralatan dan fasilitas produksi.

Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Wiraraja Sumenep

2016

Bab V
Audit operasional; Fungsi produksi 30

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan telaah terhadap hasil penelitian tentang audit atas fungsi
produksi dan operasional pada perusahaan kecap HASIL BUMI, maka penelitian
ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Jadwal Induk Produksi
Perusahaan kecap HASIL BUMI tidak memiliki jadwal induk produksi (master
production schedule- MPS) secara tertulis, akan tetapi proses produksi dan

operasional telah berjalan dan dilaksanakan dengan baik sesuai dengan yang
telah ditetapkan oleh pemilik perusahaan, sehingga tidak ada rencana secara
tertulis yang memuat tentang kuantitas input yang akan diproses seperti
permintaan konsumen, kemampuan teknis, ketersediaan SDM, fluktuasi
persediaan, kinerja pemasok, dan berbagai pertimbangan lainnya. Terdapat
permasalahan ketika harga bahan baku melambung tinggi, sedangkan harga
produk tetap sama, hal ini dapat membuat perusahaan menanggung kerugian
dalam setiap produksi. Selanjutnya, berubahnya cuaca dari musim kemarau
pada musim hujan dapat membuat perekonomian masyarakat menengah ke
bawah semakin melemah, sedangkan yang menjadi pasar sasaran perusahaan
adalah konsumen dari kalangan menengah ke bawah hingga masyarakat
menengah ke atas. Hal ini menjadi penyebab turunnya daya beli masyarakat
terhadap produk, sehingga perusahaan memilih mengubah jadwal induk
produksi, yang biasanya produksi dilakukan sebanyak 20 kali dalam satu bulan,
berkurang menjadi 15 kali.
2. Aktivitas Pengendalian Peralatan Dan Fasilitas Produksi
Aktivitas pengendalian peralatan dan fasilitas produksi bertujuan untuk
memastikan bahwa semua peralatan dan fasilitas produksi ada dalam keadaan
siap

untuk

melaksanakan

proses

produksi

sesuai

dengan

ketentuan

pengunaannya. Seluruh peralatan dan fasilitas produksi lainnya harus sesuai
dengan ukuran dan desain produk yang telah ditentukan. Akan tetapi
perusahaan kecap HASIL BUMI mengalami permasalahan untuk memenuhi
target bahan kemasan yaitu botol kaca yang digunakan sebagai alat pengemas
Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Wiraraja Sumenep

2016

Audit operasional; Fungsi produksi 31

produk. Ternyata botol bekas yang ada masih banyak mengalami adanya
ketidaksesuaian atau rusak.
3. Tingkat Produk cacat
Perusahaan telah melakukan upaya pengendalian terjadinya produk cacat.
Aturan proses produksi yang jelas dan teroganisir mulai dari penanganan bahan
baku, penyimpanan, pengemasan, hingga penyerahan untuk menjamin
kesesuaian produk jadi. Selain itu, identifikasi produk membantu perusahaan
mengatasi kegagalan produk. Namun, perusahaan kecap HASIL BUMI
mengalami permasalahan