KESADARAN DAN MODAL SAJA BELUM CUKUP UNT

KESADARAN DAN MODAL SAJA BELUM CUKUP UNTUK MEMBANGUN
KOPERASI!

Sudah 66 tahun telah berlalu semenjak dilaksanakannya kongkres pertama
koperasi yang dilaksanakan pad tanggal 12 juli 1947 di Tasikmalaya yang akhirnya
ditetapkan sebagai Hari Koperasi Nasional yang kita peringati sampai sekarang. 66
tahun bukanlah waktu yang sedikit bagi koperasi untuk berbenah, mulai dari
zamannya koperasi desa atau yang lebih dikenal sebagai KUD (Koperasi Unit Desa)
sampai sekarang pada tahun 2013 yang lagi digalakkan koperasi syariah atau yang
lebih dikenal dengan KJKS (Koperasi Jasa Keuangan Syariah) ialah salah satu bentuk
terbaru dari koperasi simpan pinjam yang banyak diminati oleh masyarakat.
Sebenarnya kalau kita mencoba untuk bertanya pada masyarakat awam
tentang apa itu koperasi, maka mereka akan menjawab dengan lantang bahwa koperasi
itu adalah tempat meminjam dan menyimpan uang. Jadi kalau kita bandingkan dengan
hari koperasi yang sudah 66 kali kita peringati, maka ini sangat tidak sesuai dengan
perkembangannya. Koperasi akan bisa berkembang jika masyarakat sendiri sadar akan
koperasi. Karena kekuatan koperasi sangat bergantung dari kesadaan dan keaktifan
dari anggotanya untuk bisa terlibat secara langsung dalam membangun koperasi.
Kalau pemahaman koperasi ditengah masyarakat seperti ini maka koperasi akan sulit
berkembang karena sekarang telah banyak bertebaran Bank-bank yang bisa
memberikan pelayanan yang prima bagi masyarakat. Kita contohkan pada KPR

(Koperasi Pegawai Negeri) dan Koperasi Karyawan yang akan ramai melayani
anggotanya jika diakhir bulan. Hal ini terjadi karena Koperasi hanya digunakan untuk
tempat pelarian dan tempat untuk meminjam. Sebaliknya koperasi akan sepi jika awal
bulan, karena setiap pegawai dan karyawan pada saat mereka gajian akan ramai-ramai

pergi ke Mall atau supermarket untuk berbelanja, atau mereka akan ramai-ramai
menyimpan uang ke bank.
Usaha-usaha yang telah dilakukan oleh pemerintah khususnya Kementerian
Koperasi dan UMKM dalam menggerakkan sikap sadar koperasi sebenarnya sudah
cukup, dapat kita lihat dengan berdirinya banyak koperasi disetiap daerah. Hal ini
ditambah lagi dengan dikeluarkannya bantuan oleh Kementerian Koperasi dan
UMKM dalam bentuk modal untuk memperkuat permodalan koperasi. Namun hal ini
sangat disayangkan dari sekian banyak jumlah koperasi yang ada. hanya seper sekian
persen yang melaksanakan RAT (Rapat Anggota Tahunan) sehingga dapat dilihat
bahwa koperasi yang melaksanakan RAT inilah yang bisa berjalan dengan normal.
Koperasi yang lainnya akan jalan jika ada bantuan permodalan saja.
Kesimpulannya adalah untuk membangun koperasi di negeri ini tidak cukup
dengan mengeluarkan bantuan permodalan dan menggalakkan sadar koperasi saja tapi
pemerintah harus bisa membuktikan bahwa koperasi itu harus dikelola dengan cara
profesional dan dengan manajemen yang baik. Contohnya saja jika hal-hal yang

berhubungan dengan kehidupan dan kepentingan masyarakat banyak bisa dikelola
oleh koperasi. Disini penulis mencontohkan sepeti air minum bersih yang sekarang
dikelola oleh pemerintah dalam bentuk BUMD agar diserahkan kepada koperasi
untuk bisa dikelola dengan baik. Maka jika hal ini bisa terwujut, dengan tidak
mungkin Masyarakat akan merasa yakin bahwa Koperasi itu memang Sokoguru dari
Perekonomian bangsa Indonesia.

Penulis adalah Ketua Keperasi Mahasiswa Universitas Negeri Padang