NILAI-NILAI KONVENSIONAL DALAM IMPLEMENTASI SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PADA PEMBIAYAAN MUSYARAKAH: SEBUAH STUDI FENOMENOLOGI

FENOMENOLOGI Silviana Putriandini ALUMNI MAGISTER AKUNTANSI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Jl. Dr. Wahidin Sudiro Husodo No. 223 Pasuruan

Abstract: Conventional Values on Internal Control Sistem Implementation of Musyarakah Financing: A

Phenomenology Study. This study aims to reveal the val- ues contained in the internal control system implementation of musharakah fi nancing in syariah banking. The research took place in BRI Syariah, Malang. This research is a quali- tative research that uses a phenomenological approach. The result shows that the conventional valuesare stillinher- ent in the Musharakah fi nancing which is syariah banking product. There are three conventional valuesfound: unbelief (su’udzon), vigilance, and dishonesty (lies). These valuesare (still) present becauseof the desire ofbankstoachievemaxim umprofi t(profi toriented).

Abstrak: Nilai-Nilai Konvensional dalam Implemen- tasi Sistem Pengendalian Internal Pada Pembiayaan

Musyarakah: Sebuah Studi Fenomenologi. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan nilai-nilai yang ter- kandung dalam sistem pengendalian internalpada pem- biayaan musyarakahdi perbankan syariah.Penelitian ini dilakukan di BRI Syariah Cabang Malang.Penelitian ini merupakan sebuah penelitian kualitatif dengan meng- gunakan pendekatan fenomenologi.Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai konvensional (masih) melekat pada pembiayaan musyarakahyang berbasis syariah.Nilai-nilai konvensional tersebut yaitu nilai keti- dakpercayaan (su’udzon), nilai kewaspadaan dan nilai ketidakjujuran.(Masih) melekatnya ketiga nilai tersebut disebabkan oleh keinginan bank untuk mencapai laba maksimal (profi t oriented).

Kata Kunci: Nilai-Nilai Konvensional, Sistem Pengenda- lian Internal, Pembiayaan Musyarakah, Fenomenologi.

Salah satu faktor berkem- Bank Umum Konvensional dan bangnya perbankan syariah di Bank Umum Syariah sama yaitu Indonesia adalah diberlakukan-

sebagai lembaga keuangan yang nya kebijakan sistem perbankan menghimpun dana dari masyara- ganda (dual banking system).Ber-

kat dan menyalurkannya kem- dasarkan Undang-Undang Per-

bali ke masyarakat dalam bentuk bankan yang baru, sistem per-

kredit atau lainnya (Kasmir, 2004:

Jurnal Akuntansi Multiparadigma JAMAL

bankan di Indonesia terdiri atas 11). Namun adanya sejumlah per-

Volume 3 Nomor 1

Bank Umum Konvensional dan bedaan cukup mendasar dalam

Halaman ..... Malang, April 2012

Bank Umum Syariah (Dual Bank- operasional bank syariah menun-

I SSN 2086-7603

ing System).Pada dasarnya, fungsi tut adanya perbedaan pengaturan

2 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 3, Nomor 1, April 2012, Hlm..... dan pengawasan bagi bank syariah. Perbe-

gendalian internal akan sangat menarik bila daan mendasar tersebut terutama: (1) per-

dipandang dalam prespektif syariah. Hal ini lunya jaminan pemenuhan ketaatan pada dikarenakan akuntabilitas bisnis syariah prinsip syariah dalam seluruh aktivitas berbeda dari akuntabilitas bisnis konven- bank; (2) perbedaan karakteristik operasion-

sional.Akuntansi syariah tidak dapat dipaha- al, khususnya akibat dari pelarangan bunga

mi melalui pendekatan konvensional, karena yang digantikan dengan skema Profi t-Lost

ini merupakan instrumen bisnis yang terkait Sharing (PLS) dengan instrumen nisbah bagi

dengan Tuhan, manusia, dan alam.Adanya hasil.

keterkaitan dengan Tuhan, manusia, dan Diskusi mengenai prespektif syariah alam ini telah membedakan akuntansi sya- pada dunia perbankan menjadi topik yang

riah dengan akuntansi modern, baik nilai sangat menarik untuk diangkat.Berbagai yang terkandung di dalamnya maupun pada penelitian di dunia menunjukkan perkem-

bentuk teori dan tujuan dasarnya. bangan pemikiran syariah telah menunjuk-

Berbagai penelitian yang berkaitan den- kan kemajuan yang cukup signifi kan. Khan

gan sistem pengendalian internal baik pada (1999); Gerrard dan Cunningham (1997); bank syariah maupun bank konvensional Naser et. al(1999) menemukan bahwa kes-

telah banyak dilakukan.Telaah terhadap je- adaran masyarakat serta kemajuan produk

jak penelitian terdahulu ini perlu dilakukan perekonomian yang berbasis syariah atau guna memperoleh gambaran yang nyata ten- hukum Islam semakin meningkat. Perkem-

tang posisi penelitian yang dilakukan oleh bangan ini tidak hanya terjadi pada negara

peneliti dan menjadi penguat alasan peneli- yang mayoritas penduduknya muslim atau-

tian dengan topik ini dilakukan. pun negara muslim, bahkan untuk negara

Penelitian tentang sistem pengenda- yang bukan negara muslim dan mayori-

lian internal pada bank syariah dilakukan tas warganya bukan muslim.Dibandingkan

oleh Rosalina (2004), Jusuf (2005), Syah- bank umum konvensional, bank syariah me-

putra (2005), Lutfi triansah (2007), Prasetyo miliki produk yang lebih bervariasi, bersifat

(2008), Anggadini (2008) dan Amira (2009) kemitraan, kemudahan dalam fasilitas yang

menyimpulkan bahwa masih adanya pelang- ditawarkan dan lebih memberikan nilai-nilai

garan-pelanggaran terhadap pembagian tu- kemanusiaan yang sesuai dengan nilai-nilai

gas dan tanggung jawab setiap karyawan, Islam.

sehingga sistem pengendalian internal dapat Di dalam organisasi bisnis, salah satu

dikatakan belum efektif karena masih dite- fungsi dasar manajemen adalah menjalank-

mukan adanya perangkapan jabatan sehing- an fungsi pengendalian yang akan menjamin

ga diindikasikan adanya praktek kerja yang tujuan organisasi dapat tercapai. Sistem pen-

tidak sehat dan juga ditemukan beberapa gendalian internal yang dirumuskan COSO

prosedur yang dijalankan masih menganut memiliki orientasi keuangan maupun non-

sistem induk bank konvensional. Penelitian keuangan. Komponen yang ada di dalam-

lain oleh Suprayogi (2006) juga membahas nya meliputi lima kategori sebagai berikut aktivitas pengendalian internal yang ter- : lingkungan pengendalian, pengukuran re-

dapat pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) siko, aktivitas pengendalian, informasi dan

Syariah.

komunikasi, dan pemantauan (Wilkinson, Beberapa penelitian tentang sistem 2000: 234-235).

pengendalian internal pada bank umum Jika sistem pengendalian internal Konvensional dilakukan oleh Aryani (2006) suatu satuan usaha lemah, maka kemung-

dan Rachmat (2006) yang menyimpulkan kinan terjadinya kesalahan, ketidakaku-

bahwa sistem pengendalian internal secara ratan ataupun kecurangan dalam perusa-

keseluruhan sudah cukup baik hanya saja haan sangat besar. Kebutuhan akan sistem

ada kelemahan sedikit pada pengendalian pengendalian internal adalah suatu hal yang

dalam penyaluran kredit yang masih kurang wajar, karena dengan adanya praktik pen-

efektif. Hal ini ditunjukkan dengan adanya gendalian internal yang baik merefl eksikan

perangkapan tugas administrasi kredit yang adanya praktik manajerial yang baik. Ad-

menangani register, pemeriksa dokumen anya praktik manajerial yang baik akan me-

dan pembuat offering letter.Permadi (2005) ningkatkan kepercayaan masyarakat terha-

dan Sari (2009) meneliti sistem pengenda- dap perusahaan itu sendiri (Triyuwono dan

lian internal pemberian kredit mikro, hasil Roekhuddin,2000).

penelitiannya menunjukan bahwa fungsi Pemahaman akan praktik sistem pen-

bagian yang terdapat padabank tidak terjadi

Rahman, Fitriasari, ..........3

perangkapan tugas dan wewenang. beberapa penelitian yang membanding- kan bank syariah dengan bank umum kon- vensional dilakukan oleh Thoyibatun (2008) yang meneliti BPR Syariah dan BPR Konven- sional menemukan bahwa Sistem Pengen- dalian Internal BPR Syariah masih fl eksibel berdasarkan nilai keyakinan yang diikuti dan pagar-pagar yang dikembangkan ham- pir tanpa batas yang jelas, sehingga diten- garai masih seringnya terjadi kecurangan. Berkembang persepsi di masyarakat bahwa bank konvensional lebih unggul daripada bank syariah sehingga beredar anggapan di masyarakat bahwa bank syariah menganut sistem operasional bank konvensional.

Pada obyek penelitian yang lain, Purn- omo (2004) mengemukakan suatu pandan- gan bahwa pengendalian internal cukup di- jalankan dengan mengandalkan kesadaran diri semata sebagai pengendali perilaku tan- pa perlu kerangka khusus yang diwujudkan menjadi suatu sistem. Bertentangan dengan Purnomo (2004), Yuniati (2009) mengemuka- kan bahwa dalam penerapan sistem pengen- dalian internal perlu dibuat suatu kerangka khusus yang harus dipatuhi oleh semua karyawan agar perusahaan berjalan den- gan efektif, terkendali, dan sesuai dengan tanggung jawab masing-masing karyawan untuk menghindari perangkapan jabatan. Erwin (2006) juga menekankan bahwa den- gan adanya struktur organisasi dan sistem wewenang yang sudah terbagi sesuai den- gan tugas dan tanggungjawab masing-mas- ing karyawan dan dijalankan oleh karyawan sesuai dengan amanah merupakan perwuju- dan sistem pengendalian internal yang baik bagi bank syariah, sehingga menunjang kin- erja perusahaan.

Pada beberapa penelitian yang mem- bahas tentang sistem pengendalian internal tersebut pada dasarnya pelaksanaan opera- sional perbankan syariah baik sistem mau- pun prosedur yang dijalankan masih menga- nut sistem induk bank konvensional, dengan kata lain bahwa perbankan syariah masih melekatkan nilai-nilai konvensional dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan dalam penerapan sistem pengendalian internal bank syariah masih melekatkan nilai-nilai konvensional di dalamnya. Dengan demikian, perlu diung- kap, dengan adanya resiko yang tinggi pada sistem bagi hasil ini, mengapa perbankan syariah masih menggunakan nilai-nilai kon- vensional yang menganut sistem ekonomi

kapitalis dalam pelaksanaan pengendalian internalnya, yang seharusnya perbankan syariah memiliki mekanisme sistem pen- gendalian yang lebih baik agar tidak terjadi fraud yang lebih ditekankan pada etika dan moralitas yang merupakan tanggung jawab sosial, bahkan ada pertanggungjawaban di akhirat, dimana setiap orang akan memper- tanggungjawabkan tindakannya di hadapan Allah SWT.

Berdasarkan temuan-temuan dari penelitian terdahulu, maka peneliti ingin mengetahui seperti apa sistem pengendalian internal BRI Syariah Cabang Malang. Pilihan terhadap pembiayaan musyarakahpada BRI Syariah Cabang Malang disebabkan oleh ma- sih banyaknya persoalan yang menyeruak pada pembiayaan ini berdasar interviu awal dengan informan.

Ada beberapa pertimbangan peneliti dalam memilih Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah Cabang Malang sebagai obyek pene- litian ini yaitu 1) BRI Syariah merupakan unit usaha syariah dari BRI Konvensional yang merupakan bank umum berskala na- sional dan berstatus BUMN. Sehingga, BRI Syariah merupakan bank yang terpercaya dalam mengelola sektor perbankan, 2) BRI Syariah telah memiliki banyak cabang ham- pir di seluruh Indonesia. Dengan kondisi ini, maka sistem perbankan dalam BRI Syariah telah mapan dan stabil, sehingga sasaran penelitian ini dapat terpenuhi yaitu memiliki sistem yang kompleks (karena berskala be- sar).Keberadaan BRI Syariah Cabang Malang sebagai objek penelitian oleh peneliti sudah tidak asing lagi, peneliti sering berkunjung untuk mencari informasi yang berkaitan dengan penelitian. Seringnya berinteraksi sehingga hubungan keakraban dengan be- berapa karyawan sudah terjalin erat. Ke- dekatan dan aksesibilitas sangat penting dan diperlukan dalam penelitian kualitatif.

Berdasarkan pernyataan awal para in- forman yang notabene adalah karyawan BRI Syariah Cabang Malang, peneliti menang- kap makna bahwa sebenarnya terlepas dari apakah itu bank syariah ataukah bank kon- vensional yang membedakan disini adalah bagaimana sumber daya manusia memak- nai sebuah peraturan yang diterapkan oleh perusahaan tempat mereka bekerja dan melaksanakan tanggungjawabnya dengan baik. Pengendalian internal ini lebih kepada bagaimana seseorang bisa mengendalikan dirinya dalam situasi dan kondisi apapun. Pengendalian bisa dikatakan kompleks jika

4 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 3, Nomor 1, April 2012, Hlm..... tidak terbatas pada peraturan yang mengikat

saja tetapi yang lebih penting adalah pen- gendalian terhadap diri sendiri. Berdasar- kan pernyataan Dimas(SME&Commercial Marketing Manager),terlihat adanya nilai-ni- lai konvensional dimana evaluasi kelayakan investasi baik itu BRI Syariah maupun BRI Konvensional menggunakan 5C, hanya saja terdapat tambahan pada BRI Syariah yaitu 5C+MAGHRIB (maysir, gharar, riba, dan bathil). Diperoleh indikasi adanya nilai keti- dakpercayaan (su’udzon) BRI Syariah ter- hadap BRI Konvensionalbahwa usaha yang dibiayai oleh BRI Konvensional masih men- gandung hal-hal yang bersifat MAGHRIB (maysir, gharar, riba, dan bathil). Oleh karena itu, penambahan tersebut dilakukan untuk memperkuat prinsip-prinsip syariah pada BRI Syariah dan untuk menghindari hal-hal yang bisa menimbulkan kemaksiatan.

Berdasarkan pernyataan Gunawati (Operating Manager)dapat diketahui bahwa Pmpinan Cabang BRI Syariah Cabang Malang berasal dari BRI Konvensional, sehingga peneliti bertanya-tanya akankah sistem pen- gendalian internal yang diterapkan pada BRI Syariah Cabang Malang juga masih terdapat nilai-nilai konvensional di dalamnya? Dari pernyataan awal informan tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam sistem pengenda- lian internal pembiayaan musyarakah. Per- masalahan berikutnya adalah mempertan- yakan mengapa nilai-nilai konvensional ma- sih melekat dengan melihat fenomena yang dijumpai peneliti selama di lapangan.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan fenomenologi. Secara paradigmatik, peneli- tian ini merupakan jenis penelitian yang ter- masuk dalam paradigma interpretif. Menu- rut Sudikin (2002), paradigma interpretif menempatkan subjek terteliti sebagai subjek yang kritis dan problematik, artinya menyer- takan pengetahuan yang dimiliki oleh subjek terteliti. Dengan menggunakan paradigma interpretif, kita dapat melihat fenomena dan menggali pengalaman dari objek penelitian.

Penelitian ini menggunakan pendeka- tan fenomenologidengan lokasi penelitian di PT. Bank Rakyat Indonesia Syariah Cabang Malang. Adapun unit analisis dalam peneli- tian ini adalah sistem pengendalian internal pada pembiayaan musyarakah khususnya pada 2 komponen yaitu komponen penaksir-

an resiko dan komponen pengawasan (prin- sip keadilan) yang tercermin dari 5 Tahapan Proses Standar Pembiayaan Musyarakah.

Pendekatan fenomenologi mengakui adanya kebenaran empiris etik yang me- merlukan akal budi untuk melacak dan menjelaskan serta berargumentasi.Akal budi disini mengandung makna bahwa kita perlu menggunakan kriteria lebih tinggi lagi dari sekedar truth or false (Muhadjir, 2000: 116).Pandangan fenomenologi dipengaruhi oleh pemikiran Edmund Husserl, Alferd Schultz, dan Weber yang memberi tekanan verstehen (pemahaman), yaitu pengertian interpretif terhadap pemahaman manusia. Inkuiri fenomenologis dimulai dengan diam. Diam merupakan tindakan untuk menang- kap pengertian sesuatu yang sedang diteliti. Yang ditekankan oleh kaum fenomenolo- gis ialah aspek subjektif dari perilaku ses- eorang. Mereka berusaha masuk ke dalam dunia konseptual para subjek yang ditelitin- ya sedemikian rupa sehingga mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang dikembangkan di sekitar peristiwa dalam ke- hidupan sehari-harinya. Kaum fenomenolog percaya makhluk hidup melakukan berbagai cara menginterpretasikan pengalaman mer- eka melalui interaksi dengan orang lain, dan pengertian pengalaman kitalah yang mem- bentuk kenyataan (Moleong, 2004: 9).

Secara metodologi, fenomenologi ber- tugas untuk menjelaskan things in them- selves, mengetahui apa yang masuk sebe- lum kesadaran, dan memahami makna dan esensinya, dalam intuisi dan refl eksi diri. Menurut Husserl, dengan fenomenologi kita dapat mempelajari bentuk-bentuk pengala- man dari sudut pandang orang yang men- galaminya secara langsung, seolah-olah kita mengalaminya sendiri.Fenomenologi adalah ilmu tentang hakikat dan bersifat a priori. Selama ini setiap organisasi bisnis, pengu- kuran kinerja manajemen hanya selalu diu- kur (didominasi) dengan perspektif keuan- gan dengan menggunakan rasio keuangan baik dengan menggunakan tolok ukur tra- disional, kontemporer (balanced scorecard), dan juga CAMEL yang hanya dapat melihat sisi paling luar dari prestasi suatu perbank- an, baik bank umum konvensional maupun bank syariah. jika bank umum konvensional dan bank syariah dihayati sebagai pribadi, sebagaimana yang dikatakan oleh Husserl bahwa dunia tidak dipahami sebagai du- nia obyektif dalam pengertian fi sik material, tetapi dihayati oleh subyek sebagai pribadi,

Rahman, Fitriasari, ..........5

maka ruh dari bank umum konvensional dan bank syariah itu berbeda. Namun, bentuk pengawasan (penilaian) terhadap perbankan syariah dan perbankan konvensional sama- sama menggunakan CAMEL, hal inilah yang dipandang oleh peneliti sebagai sebuah ke- sengajaan dan nilai-nilai konvensional yang melekat pada bank syariah.Oleh karena itu, peneliti menggunakan pemikiran Husserl se- bagai dasar dalam memaknai fenomenologi.

Tujuan utama dari pendekatan fenom- enologi dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami secara jelas dan nyata mengenai fenomena implementasi sistem pengendalian internal pembiayaan musyarakah pada PT. BRI Syariah yang ma- sih menggunakan nilai-nilai konvensional. Daymon dan Holloway (2008: 231) menjelas- kan bahwa inti dari riset fenomenologi adalah gagasan yang berhubungan dengan pemahaman realitas kehidupan masing-ma- sing individu yang berbeda melalui perspe- ktif bersama, sehingga tugas peneliti untuk mengakses ’pemikiran akal sehat’ orang- orang dengan tujuan menafsirkan motif-mo- tif, tindakan, dan dunia sosial dari sudut pandang individu.

Dalam upaya memahami sebuah fenomena seorang peneliti harus memiliki pemahaman yang cukup tentang objek yang akan ditelitinya. Sanders (1982) menjelas- kan beberapa prinsip dalam fenomenologi. Pertama, prinsip yang berdasarkan pada sumber-sumber intuition dan insight yang tidak dapat digeneralisasikan. Dalam ra- nah ini tugas peneliti melakukan investigasi deskriptif berkaitan dengan fenomena con- sciousness (kesadaran) antara yang obyek- tif dan subyektif atau kesadaran itu send- iri, seperti bentuk kesadaran atas apa yang dilihat yang berhubungan dengan deskripsi budaya dan simbol-simbol. Kedua, pendeka- tan fenomenologi dilakukan dengan tribal language phenomenology, yang meliputi in- tentionality (kesadaran), epoche (prosedur), eidos (ide atau bentuk), eidetic reduction (esensi atau hakikat), noesis (pemahaman subyektif), noema (objek yang dipersepsi- kan), dan apodictic (intuisi murni tanpa ter- campur akal).Ketiga, sebagai implikasi dari prinsip pertama dan kedua, maka metode riset yang dilakukan adalah metode kualita- tif. Dimulai dari pengujian pengalaman ke- sadaran individual (phenomena), kemudian dilakukan analisis “how meanings develop in the continuing restructuring process of the consciousness”, dan terakhir pada “the

individual’s critical reviewing of experience” (Sanders, 1982). Singkatnya, fenomenologi sebenarnya merupakan pertemuan antara kejadian dan kesadaran.

Alat utama penelitian fenomenologi adalah intuisi dan refl eksi yang subyek-

tif atas hasil analisis intensional dari sub- jek yang dilakukan dengan proses epoche dengan menyertakan ekstensi atau proses pemahaman, yaitu dengan memperhatikan makna hal-hal yang bersifat subyektif dibalik apa yang terlihat. Menurut Sanders (1982) langkah yang perlu dilakukan dalam metode fenomenologi meliputiintentional analysis, epoche, dan eidetic reduction.

Penelitian ini menggunakan kombinasi dua jenis data, yaitu hasil wawancara den- gan informan dan database hasil dokumen- tasi yang berkaitan dengan penelitian ini. Data primer pada dasarnya adalah berupa data kualitatif yang diperoleh dari hasil pen- gamatan dan wawancara mendalam dengan informan (Rasyid, 1997: 14-15). Informan yang akan dijadikan sumber data dalam kaji- an ini berjumlah enam orang yang terdiri dari staf Operating Manager, SME & Commercial Marketing Manager, AO, Appraisal and In- vestigation, Administrasi Pembiayaan(ADP), dan Legal Offi ceryang terlibat langsung dalam pembiayaan musyarakah di BRI Sya- riah Cabang Malang.

Penentuan enam informan yang dise- butkan diatas kalau dikaitkan dengan lima kriteria yang diajukan oleh Kuswarno (2009: 60-61),secara teoritis telah terpenuhi. Hal ini dilandasi oleh pemahaman enam orang in- forman tentang fenomena yang terjadi pada BRI Syariah Cabang Malang. Alasan digu- nakannya perspektif ini adalah agar peneliti dapat memahami secara mendalam makna dan pemahaman yang dimiliki oleh masing- masing informan pada variabel yang penulis kaji.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dokumentasi dimana data diperoleh bukan dari sumbernya se- cara langsung melainkan dari pihak-pihak yang terkait dengan penelitian ini. Arikunto (2002:206) menyatakan bahwa teknik pen- gumpulan data dengan teknik dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah dan notulen rapat. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berhubungan dengan pembi- ayaan musyarakah karena fenomena yang diteliti oleh peneliti berkaitan dengan pembi-

6 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 3, Nomor 1, April 2012, Hlm.....

Gambar 1 Skema Teknik Analisis Data

ayaan musyarakah. dilihat pada gambar di bawah ini: Pada dasarnya kedudukan data

Mengikuti Sanders (1982), langkah sekunder dalam kajian ini memiliki kedudu-

awal peneliti melakukan intentional analy- kan yang sama dengan data primer seb-

sis dengan menggabungkan objek yang di- agaimana dijelaskan di atas. Sumber data persepsikan (noema) dan pemahaman sub- sekunder meliputi: (1) Gambar Alur Proses

jektif (noesis) pada objek penelitian (PT. BRI Standar Pembiayaan;(2) Surat Edaran No. Syariah Cabang Malang) melalui catatan dan 03-DIR-COM/FRS/01/2010 tentang Syarat

laporan-laporan, individu yang bekerja pada Realisasi Pembiayaan; (3) Struktur Organ-

organisasi, aktivitas organisasi, dan persepsi isasi BRI Syariah Cabang Malang; (4) Hasil

masyarakat mengenai bank syariah. Langkah penelitian dan kajian terdahulu yang diang-

kedua peneliti melakukan epoche, berkaitan gap relevan dalam penelitian ini dan layak

dengan perilaku peneliti dalam melakukan untuk kajian.

penggalian data lapangan secara personal Berdasarkan pemahaman ini maka menggunakan pertanyaan yang berkaitan proses analisis data penelitian dilakukan me-

dengan masalah yang terikat dalam mental lalui beberapa langkah, seperti yang dapat

individu.Langkah ketiga melakukan eidetic

Rahman, Fitriasari, ..........7

Gambar 2 Rerangka Penelitian

reduction untuk mengabstraksi esensi dari orang sebagai karyawan outsourcing. kesadaran atau pengalaman dengan meng-

Berdasar jenisnya, BRI Syariah melak- gunakan intuisi dan refl eksi peneliti. Tera-

sanakan operasinya berdasarkan nilai-nilai khir, peneliti menyimpulkan hasil penelitian

syariah.Nilai-nilai syariah inilah yang mem- berdasarkan temuan peneliti selama di la-

bedakan dengan praktik pada bank konven- pangan seperti terlihat pada Gambar 2.2 di

sional.Dalam kaitan dengan pertanggung- bawah ini:

jawaban yang diemban oleh karyawan dalam mematuhi kebijakan/prosedur perusahaan,

HASIL DAN PEMBAHASAN

karyawan bank syariah terikat pada tang- BRI Syariah Cabang Malang merupak-

gung jawab yang tidak hanya kepada sesa- an Kantor Cabang kelima yang membawahi

ma manusia saja tapi juga kepada Tuhan.

3 Kantor Cabang Pembantu yang berada di Pernyataan tersebut diungkap oleh Lina (Su- Kepanjen, Pasuruan, dan Banyuwangi. Kan-

pervisior Adm.Internal):

tor Cabang BRI Syariah Malang juga memi- “Hal tersebut idealnya memang liki 1 jaringan Kantor Kas yang berada di

seperti itu dan telah disadari oleh Pandaan. Dalam melaksanakan kegiatan

semua karyawan, namun mereka operasionalnya memberikan pelayanan jasa

tetap menyadari bahwa selalu saja di bidang keuangan berbasis syariah kepada

ada kemungkinan manusia untuk seluruh lapisan masyarakat, khususnya un-

berbuat kecurangan, sama saja tuk wilayah Malang. Menurut Adelia (Cus-

dengan bisnis konvensional.” tomer Service) jumlah karyawan BRI Sya-

riah Cabang Malang sebanyak 65 orang, 40 Gunawati (Operating Manager) menam- orang diantaranya sebagai karyawan tetap,

bahkan bahwa:

15 orang sebagai karyawan kontrak, dan 10 “Bank syariah mana saja dapat

8 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 3, Nomor 1, April 2012, Hlm..... memiliki struktur yang sama

dengan bank konvensional, mis- alnya dalam hal komisaris dan direksi, namun ada suatu unsur yang mernbedakan antara bank syariah dan bank konvensional adalah keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah yang bertugas mengawasi operasional bank dan produk-produknya agar sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, yang bertindak sebagai internal auditor pada BRI Syariah yaitu bagian Operation Quality Assur- ance dibawah naungan Dewan Pengawas Syariah, pimpinan ca- bang BRI Syariah Cabang Malang saja dulunya adalah orang dari BRI Konvensional.”

Dengan adanya pemahaman ini, maka diperoleh kesimpulan bahwa sistem pengen- dalian internal BRI Syariah sama saja dengan BRI Konvensional, yang membedakan disini hanyalah bagaimana sumber daya manusia memaknai dan melaksanakan tanggungjaw- abnya dengan baik. Pengendalian bisa di- katakan kompleks jika tidak terbatas pada peraturan yang mengikat saja tetapi yang lebih penting adalah pengendalian terhadap diri sendiri.

Sebagai langkah awal mendapatkan pemahaman, peneliti melakukan wawancara dengan beberapa informan terkait dengan Sistem Pengendalian Internal BRI Syariah Cabang Malang secara menyeluruh.Proses Pengendalian Internal suatu organisasi ter- diri dari lima elemen menurut COSO yaitu lingkungan pengendalian, penaksiran re- siko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi dan pengawasan.

Lingkungan Pengendalian Organisasi adalah komponen pertama dari lima kom- ponen pengendalian internal, dan meru- pakan fondasi dari komponen-komponen pengendalian sistem yang lain. Lingkungan pengendalian merupakan dampak kumu- latif atas faktor-faktor untuk membangun, mendukung dan meningkatkan efektivitas kebijakan dan prosedur tertentu. Pada pem- biayaan musyarakah, faktor -faktor pengen- dalian lingkungan terlihat pada : 1) Struktur Organisasi; Struktur Organisasi pada BRI Syariah Cabang Malang didefi nisikan seb- agai pola otoritas dan tanggung jawab yang ada dalam organisasi, 2) Cara memberikan wewenang dan tanggung jawab; metode

pemberian wewenang dan tanggung jawab pada karyawan BRI Syariah Cabang Malang menggunakan dua metode yaitu informal atau lisan dan formal dengan mengunakan dokumen tertulis atau memo tertulis. 3) Ke- bijakan dan sumber daya manusia; BRI Sya- riah Cabang Malang mengharuskan pega- wainya kompeten, memiliki kemampuan dan mendapat pelatihan yang cukup terkait den- gan pekerjaan yang harus mereka lakukan agar mereka mengerti apa saja yang menjadi tanggung jawabnya. 4) Pemisahan Tugas dan berdasarkan bagian-bagian yang ada; Tang- gung jawab untuk tugas dalam pembiayaan BRI Syariah Cabang Malang secara jelas di- rancang dalam deskripsi pekerjaan sedang- kan detail prosedur dituliskan dalam buku pedoman pembiayaan yang mengungkapkan secara eksplisit tugas yang menjadi tang- gung jawab setiap individu dan karyawan per departemen. 5) Etika Budaya Kerja; Eti- ka budaya kerja yang ditanamkan BRI Sya- riah Cabang Malang adalah KTPP DKI yang artinya Komitmen, Team Work, Profesional, Pelayanan, Disiplin, Kerja Keras dan Integ- ritas, dan nilai-nilai dari budaya kerja terse- but terdapat dalam buku panduan perilaku budaya kerja yang ada pada BRI Syariah Ca- bang Malang. Dengan terpenuhinya faktor- faktor pengendalian lingkungan yang telah dijelaskan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa komponen lingkungan pengendalian ini sudah memadai.

Penaksiran Resiko merupakan kom- ponen kedua, terdiri dari proses indenti- fi kasi, menganalisis, dan mengelola risiko yang mempengaruhi tujuan perusahaan. Tahapan yang paling kritis dalam menaksir risiko adalah mengidentifi kasi tindakan yang diperlukan. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa masih sering terjadi kasus penunggakan nasabah pembiayaan khususnya nasabah pembiayaan musyara- kah. Pada prosedur pemberian pembiayaan musyarakah BRI Syariah Cabang Malang, analisis pembiayaan merupakan landasan utama kegiatan pembiayaan yang berguna untuk menilai kelayakan usaha, mengukur besar, jenis dan sifat keperluan keuangan, serta menetapkan stuktur pembiayaannya. Penaksiran resiko pembiayaan musyara- kah BRI Syariah Cabang Malang ini terli- hat pada Alur Proses Standar Pembiayaan Musyarakah. Dengan ditemukannya kasus penunggakan yang dilakukan oleh nasabah, maka dapat disimpulkan bahwa komponen penaksiran resiko ini masih terdapat kelema-

Rahman, Fitriasari, ..........9

han dan perlu untuk dilakukan pendalaman untuk menelusuri nilai-nilai yang terkand- ung dalam setiap Tahapan Proses Standar Pembiayaan Musyarakah tersebut.

Komponen ketiga, aktivitas pengen- dalian, merupakan kebijakan dan prose- dur yang dibangun untuk membantu me- mastikan bahwa arahan manajemen dilak- sanakan dengan baik. Pada aktifi tas pengen- dalian pembiayaan musyarakah yang ada di BRI Syariah Cabang Malang terlihat dari : a) Ada berbagai macam wujud dokumen dan catatan, mulai dari dokumen yang beru- pa soft copy dan hard copy; b) Pengecekan akuntabilitas dan tinjauan kinerja oleh pihak Independen, dan c) Persetujuan, merupakan penerimaan bahwa permohonan pembiay- aan musyarakah boleh diproses lebih lanjut. Persetujuan ini terjadi setelah otorisasi dan digunakan untuk mendeteksi transaksi yang tanpa otorisasi. Dengan ditemukannya fak- tor-faktor aktivitas pengendalian yang baik, maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas pengendalian ini sudah memadai.

Komponen keempat adalah informasi dan komunikasi.Informasi mengacu pada sistem akuntansi organisasi, yang terdiri dari metode dan catatan yang diciptakan untuk mengidentifi kasi, merangkai, men- ganalisis, mengelompokan, mencatat, dan melaporkan transaksi perusahaan dan un- tuk memelihara akuntabilitasnya. Komuni- kasi terkait dengan memberikan pemaha- man yang jelas mengenai semua kebijakan dan prosedur yang terkait dengan pengenda- lian. Komunikasi yang dimaksud pada pem- biayaan musyarakah BRI Syariah Cabang Malang yaitu dengan memberikan pemaha- man yang jelas mengenai prosedur pembe- rian pembiayaannya, salah satunya adalah dengan teknik dokumentasi yang mengam- barkan prosedur dan alur dokumen untuk memudahkan pengerjaan bagi tiap bagian yang terkait. Pada aspek ini, dapat disimpul- kan bahwa pada komponen informasi dan komunikasi sudah memadai.

Komponen terakhir adalah pengawasan (monitoring). Aspek ini melibatkan proses yang berkelanjutan untuk menaksir kualitas pengendalian internal dari waktu ke waktu serta untuk mengambil tindakan koreksi yang diperlukan. Untuk memastikan apakah pembiayaan musyarakah pada BRI Syariah Cabang Malang telah memenuhi prinsip- prinsip bank syariah, maka hal ini dapat ter- lihat dari: a) prinsip pengharaman riba; prin- sip ini tercermin dari produk-produk yang

ada serta penyaluran pembiayaannya harus dalam usaha-usaha yang tidak bertentan- gan dengan syariah. Berdasarkan pernyata- an Dimas (SME&Commercial Manager),bisa dikatakan bahwa produk pembiayannya BRI Syariah Cabang Malang sudah dapat sesuai dengan aturan dan prinsip syariah yaitu prisip pengharaman riba/ bunga, b) prinsip keadilan; prinsip ini tercermin dari pengambilan keuntungan berdasarkan ha- sil kesepakatan dua belah pihak yang dis- epakati di akad. Berdasarkan pernyataanAr- ianto (Account Offi cer). ternyata di lapangan masih ditemukan beberapa kesulitan yang berkaitan dengan pembiayaan musyarakah yaitu kesulitan menarik kembali dana apa- bila terjadi wanprestasi dan kesulitan perhi- tungan keuntungan/bagi hasil karena cici- lan pengembalian dana yang tidak pasti dan disesuaikan dengan pendapatan usaha na- sabah yang bervariasi. Sehingga dalam pem- biayaan musyarakah, dapat disimpulkan bahwa prinsip keadilannya belum terpenuhi,

c) prinsip kesamaan; prinsip ini tercermin dengan menempatkan posisi nasabah serta bank pada posisi yang sederajat. Kesamaan ini terwujud dalam hak, kewajiban, dan risiko. Berdasarkan penjelasan Nurina (Ad- ministrasi Pembiayaan/ADP) dimana mas- ing-masing pihak terdapat kesamaan yaitu dalam hak dan kewajiban yang harus di- penuhi serta kesamaan resiko, maka dapat disimpulkan bahwa prinsip kesamaan pada BRI Syariah Cabang Malang telah terpenuhi. Berdasarkan hasil observasi, peneliti men- emukan bahwa masih terdapat kelemahan pada prinsip keadilan, sehingga peneliti ha- rus melakukan pendalaman lebih lanjut un- tuk mengungkap nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Dari hasil observasi dengan mengu- nakan rekomendasi COSO (Committee of Sponsoring Organizations of Tradeway Com- mission) yang terdiri dari 5 elemen dapat diketahui bahwa sistem pengendalian inter- nalnya belum sepenuhnya dikatakan baik, walaupun sudah terdapat Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang bertanggung jawab atas jalannya oprasional bank sehari-hari agar selalu sesuai dengan prinsip syariah. Pada praktiknya tetap saja ditemukan kelemahan berupa belum diterapkannya prinsip bank syariah secara menyeluruh. Hal ini terlihat pada penaksiran resiko dan prinsip keadi- lan yang belum terpenuhi pada pembiayaan musyarakah. Oleh karena itu, peneliti akan menyoroti dua komponen tersebut yang ter-

10 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 3, Nomor 1, April 2012, Hlm.....

diri dari komponen penaksiran resiko dan pengawasan (prinsip keadilan) yang tercer- min dari tahapan proses standar pembi- ayaan musyarakah. Langkah selanjutnya adalah mengungkap nilai-nilai yang terkan- dung dalam lima tahapan proses standar pembiayaan musyarakahdan juga mengung- kap penyebab melekatnya nilai-nilai konven- sional dalam tahapan proses standar pembi- ayaan musyarakah.

Dari pemaparan beberapa informan tersebut, maka diperoleh kesimpulan bahwa secara garis besar struktur pengendalian in- ternal BRI Syariah sama dengan BRI Kon- vensional Perbedaaannya terdapat beberapa perbedaan pada BRI Syariah yaitu suatu ke- harusan adanya Dewan Pengawas Syariah yang bertugas mengawasi operasional bank dan produk-produknya agar sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, tugas Account Offi - cer, dan pemisahan unit dalam bagan alur proses standar pembiayaan. Pemisahan tu- gas tersebut dilakukan untuk memperkecil resiko dan menghilangkan sisi subyektifi tas karyawan. Diperoleh anggapan bahwa ma- nusia itu “jahat”, mereka akan menggunak- an kesempatan yang ada untuk memupuk keuntungan yang sifatnya pribadi. Untuk menghindari hal tersebut, maka dilakukan pemisahan tugas/fungsi antara Account Offi cer(AO), Appraisal Unit, dan Debt Collec- tor. Hal ini juga didukung oleh Gunawati (Op- erating Manager) yang mengatakan bahwa

“Bank syariah mana saja dapat memiliki struktur yang sama den- gan bank konvensional, misalnya dalam hal komisaris dan direksi, namun ada suatu unsur yang mernbedakan antara bank syariah dan bank konvensional adalah ke- harusan adanya Dewan Pengawas Syariah pada bank syariah yang bertugas mengawasi operasional bank dan produk-produknya agar

sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, yang bertindak sebagai internal auditor pada BRI Syariah yaitu bagian Operation Quality Assurance (OQA) dibawah naun- gan Dewan Pengawas Syariah.”

Operation Quality Assurance (OQA) merupakan pejabat independen yang ber- tindak sebagai internal auditor BRI Syariah Cabang Malang dibawah Dewan Pengawas Syariah yang akan mengawasi jalannya op- erasional perusahaan agar sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Termasuk yang dilakukan oleh seorang AO yang bertang- gungjawab dalam pelaksanaan pembiayaan musyarakah. Ada Ketentuan Umum Operasi (KUO) tentang mekanisme operasi pembi- ayaan yang harus dipatuhi oleh AO sebagai bentuk pengendalian dalam aktivitas pem- biayaan. Tugas seorang AO tidak selalu be- rada di kantor BRI Syariah Cabang Malang. AO adalah pejabat Bank yang berhubungan langsung dengan nasabah dan tugas uta- manya adalah berkaitan langsung dengan proses dan persetujuan pembiayaan serta pengelolaan nasabah (account manage- ment).AO akan kembali ke kantor jika sudah memperoleh semua data dari nasabah pem- biayaan baik data keuangan maupun data non keuangan. Setelah semua data yang dibutuhkan tersebut telah terpenuhi, maka AO akan segera melakukan analisis yang dibantu oleh tim reviewer.

Alur proses standar pembiayaan musyarakah BRI Syariah Cabang Malang terdapat limatahapan yang harus dikenda- likan oleh seorang AO.Kelima tahap tersebut secara ringkas sebagai berikut:

Tahap permohonan fasilitas pembiay- aan musyarakah merupakan tahap pertama dimana nasabah pembiayaan bertemu lang- sung dengan AO BRI Syariah Cabang Malang untuk pertama kalinya. Tahap pertama ini merupakan tahap yang penting dimana AO

Gambar 3 Tahapan Proses Standar Pembiayaan Musyarakah

Rahman, Fitriasari, ..........11

menentukan bahwa nasabah pembiayaan masuk dalam target marketBRI Syariah Cabang Malang karena tahap ini AO harus mengetahui jenis usaha nasabah pembiay- aan. Ada beberapa nilai yang dituangkan oleh peneliti yang akan dibahas berikut ini. Tahap ini merupakan tahap awal dimana AO harus turun lapangan untuk memeriksa kembali kebenaran, keabsahan, kelengkapan dan kekinian data/dokumen yang diberikan oleh nasabah. Data yang diperlukan ada 2 jenis yaitu data legalitas: akte pendirian pe- rusahaan, SIUP (Surat Ijin Usaha Perdagan- gan), SITU (Surat Ijin Tempat Usaha), IG (Ijin Dagang), TDP (Tanda Daftar Perusahaan), NPWP (Nilai Pokok Wajib Pajak), fotokopi KTP seluruh pengurus perusahaan, NPWP, dokumen jaminan; dan data fi nansial yang terdiri dari laporan keuangan perusahaan; berkas permohonan dari nasabah.

Ada beberapa nilai yang terkandung dalam tahap permohonan fasilitas pembi- ayaan musyarakahini. Pertama, nilai keti- dakpercayaan (su’udzon).Ketidakpercayaan (su’udzon) ini tercermin pada proses awal yang dilakukan oleh AO dalam memasti- kan kebenaran, keabsahan, kelengkapan, dan kekinian data/dokumen yang diberi- kan oleh nasabah pembiayaan saat nasabah mengajukan permohonan pembiayaan. AO harus bekerja keras pada tahap awal ini karena data yang dikumpulkan merupak- an data keuangan dan non keuangan. BRI Syariah Cabang Malang berasumsi bahwa data-data yang diberikan oleh nasabah pem- biayaan pada saat pengajuan permohonan bisa direkayasa. Oleh karena itu, AO harus turun lapangan untuk memastikan kebena- ran, keabsahan, kelengkapan, dan kekinian data/dokumen yang diberikan oleh nasabah pembiayaan karena berdasarkan fakta yang didapat oleh peneliti bahwa BRI Syariah Ca- bang Malang beberapa kali sering mengalami masalah penunggakan (Side Streaming) atas nasabah pembiayaan musyarakah dan juga faktor ketidakjujuran nasabah dalam me- nyampaikan berapa besar pendapatan yang diperoleh nasabah tiap tahunnya. AOseb- agai perpanjangan tangan dari BRI Syariah Cabang Malang harus memantau pengem- balian dana pembiayaan yang diberikan oleh bank agar tidak terjadi kecurangan. Nilai kedua yang muncul adalah kepatuhan. Ini tercermin dari nilai-nilai Islam yang dijun- jung tinggi oleh BRI SyariahCabang Malang dalam menetapkan segmentasi nasabah yang artinya tidak semua usaha bisa dibi-

ayai oleh BRI Syariah Cabang Malang, maka AOsebagai perpanjangan tangan dari BRI Syariah Cabang Malang harus bekerja keras untuk memastikan bahwa nasabah pembi- ayaan musyarakah tersebut termasuk dalam target market BRI Syariah Cabang Malang. Kepatuhan tersebut merupakan wujud ke- setiaan BRI SyariahCabang Malang dalam menjunjung tinggi nilai-nilai Islam.

Tahap kedua adalahtahap penyelidikan atas analisis pembiayaan musyarakah.Tahapan ini merupakan tahap analisis data.Analisis data tidak hanya dilakukan oleh AO tapi juga oleh bagian Administrasi Pembiayaan (ADP), Legal, dan Appraisal Unit yang dise- but sebagai tim reviewer. Dengan kata lain terdapat dua lapis pengendalian yang tercer- min dalam pembiayaan musyarakah pada tahap kedua ini. Pengendalian pertama di- lakukan oleh AO terhadap nasabah pembi- ayaan dan pengendalian kedua dilakukan oleh tim reviewer terhadap AO.

Beberapa nilai yang terkandung dalam tahap penyelidikan atas analisis pembiay- aan musyarakah adalah nilai ketidakpercay- aan (su’udzon), nilai kewaspadaan, dan nilai kepatuhan. Nilai pertama, ketidakpercayaan (su’udzon),tercermin pada saat timreview- er (ADP, Legal, Appraisal Unit) memeriksa kembali laporan yang dihasilkan oleh AO dengan tujuan untuk mengidentifi kasi ada tidaknya kecurangan yang bisa dilakukan oleh AO. Kecurangan tersebut bisa berben- tuk persekongkolan antara AO dan nasabah pembiayaan. Persekongkolan tersebut juga bisa terjadi antara tim reviewer dengan AO, kecurangan tersebut juga bisa terjadi jika ti- dak ada pemisahaan antara tugas AO den- gan tim reviewer. Nilai kedua, kewaspadaan, tercermin pada pemisahan tugas/fungsi saat proses analisis ulang laporan yang dikum- pulkan oleh AO. Pemisahan tugas/fungsi yang dimaksud disini adalah dibentuknya tim reviewer yang terdiri dari tiga bagian yaitu Administrasi Pembiayaan (ADP), Legal, dan Appraisal Unit. Pada tahap ini terlihat bahwa terdapat penilaian BRI Syariah Ca- bang Malangyang sangat ketat terhadap na- sabah pembiayaan. Nilai ketiga, kepatuhan, tercermin pada saat proses analisis ulang yang dilakukan oleh timreviewersebagai per- panjangan tangan dari BRI Syariah Cabang Malang. Kepatuhan yang tercermin pada tim reviewer ini lebih mengarah pada kepatuhan terhadap prosedur yang dijalankan oleh BRI Syariah Cabang Malangyang menjunjung

12 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 3, Nomor 1, April 2012, Hlm..... tinggi prinsip-prinsip syariah.

Tahapan ketiga pembiayaan musyara- kah adalah tahap keputusan atas permo- honan fasilitas pembiayaan musyarakah. Tahap ini merupakan tahap paling rumit, di- mana tahap ini merupakan tahap penentuan apakah permohonan fasilitas pembiayaan musyarakah yang diajukan oleh nasabah pembiayaan diterima oleh BRI Syariah Ca- bang Malang atau bahkan ditolak. Pihak-pi- hak yang terlibat pada tahap ini bukan saja melibatkan Komite Kantor Cabang BRI Sya- riah Malang saja tetapi juga Komite Kantor Pusat/Kantor Cabang Induk. Pada tahap ini, hasil analisis dari tim reviewer akan dikem- balikan kepada AO untuk dibuatkan MUP (Memorandum Usulan Pembiayaan) dan ke- mudian dibuatkan lembar persetujuan pem- biayaan dan diberikan limit putusan pembi- ayaan oleh Pimpinan Cabang (PINCA) yang akan diajukan ke Kantor Pusat (KP)/Kantor Cabang Induk (KCI) untuk diputuskan limit pembiayaan yang akan diberikan kepada na- sabah. Setelah melalui proses reviewer KP/ KCI dan kesesuaian limit maka KP/KCI akan segera memberikan persetujuannya atau bahkan menolaknya.

Beberapa nilai yang terkandung dalam tahap ketiga ini antara lain: 1) Nilai ke- waspadaan. Nilai initercermin dari hasil analisis dari tim reviewer Kantor Cabang (KC) yang diberikan kembali kepada AO dan dibuatkan MUP (Memorandum Usulan Pem- biayaan) yang kemudian diajukan kepada Pimpinan Cabang (PINCA) dan oleh PINCA akan dianalisis ulang terlebih dahulu sebe- lum pada akhirnya diajukan kepada Kantor Pusat (KP)/Kantor Cabang Induk (KCI) untuk segera diberi keputusan atas permohonan pembiayaan musyarakah. Tetapi sebelum dikeluarkannya putusan akan dilakukan review lagi oleh Komite Kantor Pusat (KP)/ Kantor Cabang Induk (KCI). Pada tahap ini terlihat ada empat tahap pengendalian BRI Syariah yaitu pengendalian AO terhadap na- sabah, pengendalian tim reviewer Kantor Ca- bang terhadap AO, pengendalian Pimpinan Cabang (PINCA) terhadap tim reviewer dan AO, dan pengendalian Komite Kantor Pusat (KP)/Kantor Cabang Induk (KCI) terhadap Komite Kantor Cabang (KC). Tahap pengen- dalian yang ditunjukkan semakin kuat kare- na tahap ini merupakan tahap dimana BRI Syariah akan menitipkan hartanya kepada nasabah pembiayaan yang tepat. 2) Nilai kepatuhan; tercermin pada ketaatan setiap karyawan baik itu karyawan Kantor Cabang

(KC) maupun karyawan Kantor Pusat (KP)/ Kantor Cabang Induk (KCI) yang menjun- jung tinggi prinsip-prinsip syariah dalam menjalankan setiap prosedur.3) Nilai keper- cayaan; tercermin pada saat Komite Kantor Pusat (KP)/Kantor Cabang Induk (KCI) me- nyetujui permohonan nasabah pembiayaan. Kepercayaan ini meliputi kepercayaan yang diberikan oleh Komite Kantor Pusat (KP)/ Kantor Cabang Induk (KCI) kepada Komite Kantor Cabang (KC) dan nasabah. Keper- cayaan ini muncul ketika seseorang mera- sa bahwa orang yang diberi amanah telah mampu mengemban amanah yang diberi- kan. Sama halnya dengan kepercayaan yang diberikan oleh Komite Kantor Pusat (KP)/ Kantor Cabang Induk (KCI) kepada Komite Kantor Cabang (KC) yang dirasa mampu me- menuhi amanah yang diberikan dan 4) Ni- lai keadilan;tercermin pada saat akad pem- biayaan dan jaminan telah ditandatangani oleh kedua belah pihak yaitu nasabah dan bank (BRI Syariah Cabang Malang). Keadi- lan ini tercermin dengan menempatkan po- sisi nasabah dan bank (BRI Syariah Cabang Malang ) pada posisi yang sederajat/sama. Kesamaan ini terwujud dalam hak, kewa- jiban, dan risiko.

Tahapan keempat adalah pencairan fasilitas pembiayaan musyarakah.Tahap ini bisa dibilang merupakan tahap terakhir bagi nasabah pembiayaan dalam proses permo- honan pembiayaan yang diajukan kepada BRI Syariah Cabang Malang karena pada tahap ini nasabah pembiayaan akan memperoleh dana pembiayaan dari BRI Syariah Cabang Malang jika permohonannya diterima. Pada tahap ini, permohonan pembiayaan musy- arakah telah disetujui oleh KP/KCI maka AO segera memberikan konfi rmasi mengenai bi- aya-biaya administrasi kepada nasabah dan segera dibuatkan SP3 (Surat Penawaran Pu- tusan Pembiayaan). Setelah mendapat kon- fi rmasi balasan dari nasabah maka AO akan segera membuatkan instruksi atas pelaksa- naan akad beserta fi le pembiayaan (MUP, legalitas, dll) dan dokumen jaminan untuk nasabah. Sebelum berkas tersebut diserah- kan kepada nasabah terlebih dahulu akan diperiksa oleh bagian Legal dan Administrasi Pembiayaan (ADP) dan Teller, bagian Legal juga mengajukan 2 syarat yang harus di- penuhi oleh nasabah yaitu syarat-syarat se- belum pencairan dan syarat-syarat sebelum penandatanganan akad. Bagain ADP akan melakukan analisis kelengkapan lanjutan. Setelah proses ini selesai, maka proses beri-

Rahman, Fitriasari, ..........13

Gambar 4 Penyatuan Nilai-Nilai Konvensional pada Tahapan Proses Standar Pembiayaan Musyarakah

kutnya adalah pencairan dana pembiayaan biayaan telah disetujui dan anasabah pem- yang dilakukan oleh teller.

biayaan akan segera mendapatkan fasilitas Pada tahap ini, peneliti menemukan pembiayaan. Dengan disetujuinya permo- tiga nilai yaitu nilai kepatuhan, nilai keper-

honan tersebut berarti bahwaBRI Syariah cayaan, dan nilai pertanggungjawaban. Ni-

Cabang Malang telah menaruh kepercay- lai kepatuhan tercermin pada saat penerbi-

aannya kepada nasabah pembiayaan.Nilai tan dokumen Instruksi Penyediaan Fasilitas

ketiga, pertanggungjawaban, tercermin dari (IPF) yang dibuat oleh AO dimana dokumen

syarat-syarat yang diajukan oleh bagian Le- ini bisa dibuat dan diterbitkan seletah na-

gal kepada nasabah pembiayaan. Nilai dari sabah memberikan konfi rmasi atas SP3 (Su-

sebuah pertanggungjawaban terkait erat rat Putusan Penawaran Pembiayaan).Doku-

dan berhubungan langsung dengan hak dan men IPF tersebut sebagai simbol bahwa na-

kewajiban bagi setiap individu. Pertanggung- sabah sudah memenuhi kriteria pembiayaan

jawaban dalam konteks muamalah adalah musyarakah BRI Syariah Cabang Malang.

sejauh mana seseorang dapat melaksanakan Nilai kedua, kepercayaan, tercermin pada ta-

kewajibannya dengan baik berdasarkan hap ini dimana permohonan nasabah pem-

prosedur atau aturan yang telah ditetapkan

14 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 3, Nomor 1, April 2012, Hlm..... dan disepakati di dalam akad sebelum tran-

sabah pembiayaan, b) nilai ketidakjujuran saksi berlangsung.

(dusta). Ini tercermin saat nasabah pembi- Tahap terakhir proses pembiayaan ayaan menyampaikan nominal pendapa- musyarakah ini adalah tahap pelunasan. tannya. Nasabah bisa saja menyampaikan Pada tahap ini, pihak yang berperan ak-

nominal pendapatannya tidak jujur kepada tif dalam mengelola nasabah pembiayaan BRI Syariah Cabang Malang, c) nilai pertang- adalah AO dan yang berperan pasif adalah

gungjawaban, tercermin pada tanggung jaw- bagian teller.Beberapa nilai yang menyeruak

ab nasabah dalam proses pelunasan fasilitas pada tahapan ini antara lain: a) kepatuhan;

pembiayaan musyarakah. Pertanggungjawa- tercermin pada kepatuhan nasabah untuk ban BRI Syariah Cabang Malang tercermin menggunakannya sesuai dengan kebutuhan

pada tanggung jawab seorang AO dalam me- agar tidak melanggar perjanjian/kesepaka-

mantau pengembalian dana yang ditanam- tan awal dengan BRI Syariah Cabang Malang.

kan BRI Syariah Cabang Malang pada keg- Kepatuhan juga tercermin dari persyaratan

iatan usahanasabah sesuai yang disepakati; yang diberikan oleh BRI Syariah Cabang mengelola nasabah dalam rangka menjaga Malang kepada nasabah pembiayaan karena

kualitas pembayaran, kelengkapan doku- BRI Syariah Cabang Malang ingin nasabah

men dan analisis kinerja nasabah; membina pembiayaan mematuhi semua persyaratan hubungan baik dengan nasabah atas dasar yang berlaku sebagai bentuk pengendalian

rasa saling menghargai dan saling mengun- BRI Syariah Cabang Malang terhadap na-

tungkan; dan mengelola nasabah berma-

Gambar 5 Alasan Melekatnya Nilai-Nilai Konvensional

Rahman, Fitriasari, ..........15

salah untuk diusahakan kembali lancar, tangi yo pengennya cepet-cepet sebelum diserahterimakan pengelolaannya

dilunasi, sama aja dengan bank kepadaSpecial Asset Management (SAM).

yang gak mau rugi...makanya ka- Berdasarkan penggalian makna terha-

lau bank gak mau rugi yo harus dap keseluruhan implementasi sistenm pen-

terus dipantau kan usahanya... gendalian internal pada proses pembiayaan

dan pekerjaan itu ya aku send- musyarakah BRI Syariah Cabang malang,

iri yang turun lapangan buat maka dapat dikupas perpaduan makna atas

mantau.”