RELEVANSI KHAMR DAN NARKOBA DALAM HUKUM

MANAJEMEN BANK SYARI’AH
RELEVANSI KHAMR DAN NARKOBA DALAM HUKUM
ISLAM

DISUSUN OLEH

Ruchimat Nur Seha

10010213089

Aris Priatna

10010213103

Syamsu Rizal

10010213101

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
FAKULTAS SYARI’AH – KEUANGAN PERBANKAN
KELAS B – 2014/2015

1.1 LatarBelakang

Tugas in imenerangkan mengenai Narkoba sebagai khamr modern yang dalam transaksinya
diharamkan islam dalam kelompok haram li dzatihi.
Khamr di haramkandalamislamsepertidalamfirman Allah SWT dalamsurat Al - Maidahayat
90-91 yang berbunyi :
"Hai orang-orang yang beriman, sesungguh nyakhamr, berjudi, (berkorbanuntuk) berhala,
dan mengundi dengan anak panahitu adalah perbuatan najis termasuk perbuatan syetan, maka
jauhilah agar kamu mendapatkan keberuntungan. Sesungguhnya syetan bermaksud hendak
menimbulkan permusuhan dan kebencian diantara kamu lantaran (meminum) khamr dan berjudi
itu, dan menghalangi kamu dari mengingat kepada Allah dan shalat, maka berhentilah kamu (dari
mengerjakan pekerjaan itu)" (Al Maidah 90-91).
Narkoba memang tidak di jelaskan secara rinci di dalam Al – Qur’an namun barang ini
dapat di kiaskan kedalam kategori khamr yang efek sampingny asama yaitu memambukan,
membuat ketagihan dan menimbulkan kerusakan terhadap kesehatan manusia bila pemakaiannya
tidak sesuai dengan faedah/ketentuannya.
NamunNarkoba pun bias sangat berguna dalam ilmu kedokteran dan pengobatan seperti
contohnya :



Kokain digunakan sebagai penekan rasa sakit dikulit, digunakan untuk anestesi (bius)
khususnya untuk pembedahan mata, hidung dan tenggorokan.



Kodein merupakan analgesic lemah. Kekuatannya sekitar 1/12 dari morfin. Oleh karena itu,
kodein tidak digunakan sebagai analgesik, tetapi sebagai anti batuk yang kuat



Morfin adalah hasil olahan dari opium atau candu mentah. Morfin mempunyai rasa pahit,
berbentuk tepung halus berwarna putih atau cairan berwarna putih. Morfin, terutama
digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri yang hebat yang tidak dapat diobati dengan
analgetik non narkotika. Apabila rasa nyerimakin hebat makadosis yang digunakan juga
makin tinggi. Semua analgetik narkotika dapat menimbulkan adiksi (ketagihan). Morfin
juga digunakan untuk mengurangi rasa tegang pada penderita yang akandioperasi.

Dan masih banyak lagi bentuk-bentuk narkoba yang berguna bagi kesehatan.

Maka dari itu apakah hukum jual beli narkoba itu benar-benar haram sedangkan narkoba

bisa berguna dalam aspek kesehatan.
1.2 Rumusan masalah







Apa pengertian Khamr dan Narkotika?
Apa Relevansi Khamr dengan Narkotika?
Bagaimana Dasar Hukum Normatif dan Positif Narkotika?
Bagaimana Narkotika dalam dunia kesehatan?
Bagaimana Hukum Jual Beli Narkotika?
Tinjauan Islam Narkotika untuk Pengobatan

1.3 Tujuan
Memenuhi tugas pertama dari mata kuliah Management Bank syariah yang di bimbing
oleh Bapak Dudung Abdurahman,SE.,M.Si.
Serta mewujudkan pemahaman setelah mengkaji tugas ini secara menyeluruh , di harapkan

mahasiswa mampu memahami hal-hal sebagai berikut :
1. Memahami apa itu Khamar dan Narkoba.
2. Memahami relevansi khamar dan Narkoba dari segi jenis dan kiasan islam.
3. Memahami akan dasar hukum pelarangan khamr dan Narkoba baik dari sudut
pandang hukum Normatif dan Hukum Positif.
4. Mengerti kegunaan narkoba jika di gunakan dalam faedah nya pada dunia ksehatan.
5. Mengerti apa hukum jual-beli narkoba.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Khamr dan Narkotika
Khamr menurut bahasa berarti “penutup”, asal dari kata Khamara yang artinya “menutupi”
yang bermaksud bahwa khamr bisa menutupi akal fikiran dari mengetahui keadaan yang benar. Ada
beberapa pendapat para ulama mengenai penjelasan dan hakikat Khamr, diantaranya :
1. Pendapat pertama, Khamr adalah nama lain anggur yang tidak dimasak (mentah), ketika
mendidih dan kuat. Setelah itu buih yang ada hilang, lalu tidak mendidih lagi dan menjadi
jernih serta memabukkan.
Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa arti memabukkan tidak akan sempurna melainkan
dengan hilangnya buih atau busa yang ada. Jadi, minuman tidak bias disebut Khamr tanpa

proses tersebut (menghilangnya busa).
2. Pendapat kedua, Imam Abu Yusuf dan Imam Muhammad menguraikan bahwa Khamr
adalah juz anggur yang mentah saat mendidih dan kuat, baik buihnya hilang atau tidak,
sudah tidak mendidih lagi atau masih mendidih. Arti kata memabukkan sudah terealisasi
tanpa ada unsure membuang buih tersebut. Ukuran yang memabukkan yang haram adalah
apabila dibuat dari bahan kurma dan anggur saja. Pendapat ini berdasarkan pada dalil :
“Dan dari buah kurma dan anggur, kamu buat minuman yang memabukkan dan rezeki yang
baik.”
3. Pendapat ketiga, Imam Malik, Imam Syafi’I, Imam Ahmad, Abu Sufyan, golongan zahiyah
dan lainya menyatakan bahwa segala sesuatu yang dianggap memabukkan adalah Khamr.
Mereka tidak memedulikan bahan pembuatanya, maka segala macam hal yang
memabukkan disebut Khamr secara nyata.

Narkotikan atau obat bius yang bahasa inggrisnya dixebut Narcotic adalah sebuah bahan
obat yang mempunyaiefek kerja pada umumnya bersifat membius (menurunkan kesadaran),

merangsang (meninngkatkan semangat kegiatan atau aktifitas), ketagihan (ketergantungan,
mengikat) menimbulkan daya hayal (halusinasi). Zat ini digolongkan menjadi dua macam :
1. Narkotika dalam arti sempit bersifat alami yaitu sebuah bahan obat opiaten, kokain, ganja.
2. Narkotika dalam arti luas bersifat alami dan synthesis yaitu semua bahan obat obatan yang

berasal dari papaver Somniferum (opium/candu, morphine, heroine, dsb) Eryth Roxylon
Coca (Cocaine), cannabisa sativa (ganja), golongan obat-obatan depressants (obat-obat
penenang), golongan obat-obatan stimulants (obat-obat perangsang), dan golongan obatobat hallucinogen (obat pemicu hayal).
Menurut UU No.22 Tahun 1997 tentang narkotika, pasal 1 ayat 1 yang berbunyi “Narkotika
dalah zat/obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis
yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketrgantungan yang dibedakan
kedalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang ini atau yang
kemudian ditetapkan dengan keputusan mentri kesehatan.

2.2 Relevansi Khamr dengan Narkotika
Meminum minuman keras yang memabukkan, misalnya arak dan sebagainya, hukumnya
haram dan merupakan sebagian dari dosa besar karena menghilangkan akal adalah suatu larangan
yang keras sekali. Betapa tidak, karena akal itu sungguh penting dan berguna. Maka wajib
dipelihara dengan sebaik-baiknya.
Tiap-tiap minuman yang memabukkan, diminum banyak ataupun sedikit tetap haram, walaupun
yang sedikit itu tidak sampai memabukkan.
Sabda Rasulullah saw:
“Sesuatu yang memabukkan, banyak atau sedikitnya pun haram.” (Riwayat Nasai dan Abu Daud)
Firman Allah swt:


“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk)
berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah Termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah
perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” (Al-Maidah: 90)

Sabda Rasulullah saw:
“Setiap yang memabukkan adalah khamar dan setiap khamar adalah haram.” (Riwayat Muslim)
Firman Allah swt:
“dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang
buruk.” (Al-A’raf: 157)
Q.S. al-Baqarah: 219
“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa
yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya".
dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: " yang lebih dari
keperluan." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir”.
Maka menurut nash al-Qur’an, pada khamar itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat.
Adapun yang dimaksud dengan manfaat di sini ialah manfaat ekonomi, dari segi perdagangan dan
produktivitas. Ada beberapa Negara yang penduduknya menanam anggur untuk dijual dan dibuat
khamar demi mendapatkan uang berjuta-juta. Keuntungan-keuntungan inilah yang mendorong
banyak orang pada masa sekarang memperdagangkan khamar, dan mereka beranggapan bahwa hal

ini dapat menarik wisatawan.
Sementara bahaya khamar terhadap seseorang diantaranya dapat merusak badan, akal dan
jiwanya, dan hal ini telah banyak ditulis dan dibicarakan oleh para dokter. Arak yang diminum
seseorang dapat merusak kesehatan secara bertahap sehingga tubuhnya menjadi sarang berbagai
macam penyakit. Maka meminum minuman yang memabukkan ini hanyalah menimbulkan penyakit
bagi jiwa dan saraf. Di samping itu, minuman keras dapat merusak keluarga dan rumah tangga,
karena orang yang suka mabuk akan mengabaikan istri dan anak-anaknya, padahal mereka
memerlukan makan dan sebagainya. Mereka mengabaikan kewajibannya untuk menciptakan

kehidupan keluarga yang tenang, lalai akan tugasnya mendidik anak-anaknya, serta tidak mau lagi
melakukan sesuatu yang berguna untuk agama dan dunianya.
Dari ayat di atas ditetapkanlah suatu kaidah Islamiyah:
“Segala sesuatu yang madharatnya (bahayanya) lebih besar daripada manfaatnya adalah haram.”
Islam hanya menghalalkan sesuatu yang bermanfaat atau yang kemanfaatannya lebih besar
daripada madharatnya, dan mengharamkan segala sesuatu yang hanya menimbulkan madharat atau
sesuatu yang madharatnya lebih besar daripada manfaatnya.
Jika kebiasaan meminum khamr mengakibatkan mabuk dan ketagihan, maka terdapat
kesamaan dengan narkoba (narkotik dan obat terlarang). Mengkonsumsi narkoba dalam dosis
tertentu dapat menimbulkan dampak yang sangat merusak bagi pemakainya, seperti ketagihan dan
merusak akal pikiran. Khamr dan narkoba merupakan dua jenis yang berbeda, tapi mempunyai

kesamaan dalam akibat yang ditimbulkannya.
Dewasa ini penyalahgunaan narkoba telah merambah hampir ke seluruh strata (lapisan)
masyarakat. Mulai dari kalangan elite yang tinggal di kota-kota besar sampai kalangan yang tinggal
di pelosok desa. Dari kalangan masyarakat yang berkecukupan sampai pada kalangan menengah ke
bawah. Juga dari kalangan elite politik dalam pemerintahan, pengusaha dan bahkan sering juga
terdapat oknum anggota legislatif dan oknum penegak hukum. Kelihatannya trend penggunaan
narkoba telah bergeser dari motive hanya sekedar untuk melarikan pikiran dari tekanan masalah
yang sedang melanda hidup seseorang, berubah menjadi semacam gaya hidup, terutama dikalangan
para selebritis untuk membantu mereka dalam menghadapi tekanan dan persaingan yang sangat
keras dalam profesi mereka.
Seperti halnya orang yang sudah kecanduan meminum minuman keras, pada awalnya para
pengguna narkoba juga bertujuan sebagai ekspresi pelarian dari problem-problem yang mereka
hadapi. Narkoba diharapkan menjadi semacam solusi, meskipun hanya bersifat sementara. Tapi
bukan solusi seperti yang mereka harapkan, justru problem yang mereka hadapai semakin rumit dan
menumpuk, karena selanjutnya mereka akan sangat tergantung dengan hal itu. Namun dalam era
kehidupan modern yang dipelopori oleh semangat kapitalisme global yang ditandai dengan gaya
hidup yang serba materialisme dan konsumerisme, manusia akhirnya terjebak ke dalam perasaan
keterasingan dan depresi. Manusia menjadi begitu terasing dan gagap ketika berhadapan dengan

gaya hidup modern. Kondisi seperti inilah yang menjadi pemicu semakin berkembangnya para

pengguna dan pengedar narkoba untuk memperluas jaringan pemasarannya.
Ganja , heroin, serta bentuk lainnya baik padat maupun cair yang terkenal dengan sebutan
mukhaddirat (narkotika) adalah termasuk benda-benda yang diharamkan syara’ tanpa
diperselisihkan lagi diantara ulama. Dalil yang menunjukkan keharamannya adalah sebagai berikut:
1. Ia termasuk kategori khamar menurut batasan yang dikemukakan Amirul Mukminin Umar
bin Khattab r.a.:
“Khamar adalah segala sesuatu yang menutup akal.”
Yakni yang mengacaukan, menutup, dan mengeluarkan akal dari tabiatnya yang biasanya
dapat membedakan antar sesuatu dan mampu menetapkan sesuatu.
2. Barang-barang tersebut, seandainya tidak termasuk dalam kategori khamar atau
“memabukkan”, maka ia tetap haram dari segi “melemahkan” (menjadikan loyo). Imam Abu Daud
meriwayatkan dari Ummu Salamah:
“Bahwa Nabi saw melarang segala sesuatu yang memabukkan dan melemahkan (menjadikan
lemah)”.
Al-Mufattir adalah sesuatu yang menjadikan tubuh loyo tidak bertenaga.
3. Bahwa benda-benda tersebut seandainya tidak termasuk dalam kategori memabukkan dan
melemahkan, maka ia termasuk dalam jenis khabaits (sesuatu yang buruk) dan membahayakan,
sedangkan diantara ketetapan syara’ : bahwa Islam mengharamkan memakan sesuatu yang buruk
dan membahayakan, sebagaimana firman Allah dalam Q.S. al-A’raf: 157
“menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang

buruk .”
4. Menanam Candu dan Ganja Dengan Maksud Menjual Atau Digunakan Sendiri
Menanam ganja atau candu dengan maksud akan membuat benda memabukkan untuk
dipakai sendiri atau diperjualbelikan adalah haram hukumnya. Keterangan yang terdapat dalam
hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan lain-lain dari Ibnu Abbas dari Rasulullah yang
mengatakan:

“Sesungguhnya orang yang memerah anggur pada hari-hari memetiknya kemudian menjualnya
kepada orang yang akan menjadikannya khamar, maka sesungguhnya dia telah menceburkan diri ke
neraka.”
Hadits ini menunjukkan haramnya menanam ganja dan candu untuk maksud-maksud
menjual dan menggunakannya sendiri. Perbuatan seperti itu berarti mendukung kamaksiatan, yaitu
menggunakan benda-benda yang memabukkan atau memperjualbelikannya.
2.3 Dasar Hukum Normatif dan Positif terhadap Khamr dan Narkotika
Salah satu persoalan besar yang tengah dihadapi bangsa Indonesia, dan juga bangsabangsalainnya di dunia saat ini adalah seputar maraknya penyalahgunaan narkotika dan obatobatan berbahaya (narkotika), yang semakin hari semakin mengkhawatirkan. Saat ini, jutaan orang
telah terjerumus ke dalam ‘lembah hitam’ narkotika, ribuan nyawa telah melayang karena jeratan
‘lingkaran setan’ bernama narkotika, telah banyak keluarga yang hancur karenanya dan tidak sedikit
pula generasi muda yang kehilangan masa depan karena perangkap ‘makhluk’ yang disebut
narkotika ini. Kita tahu bahwa pondasi utama penyokong tegaknya bangsa ini dimulai dari keluarga,
sehingga ketika keluarga hancur, rapuh pula bangunan bangsa di negeri ini. Pada pasal 1 angka 12
Undang-undang Narkotika, dijelaskan bahwa pecandu adalah orang yangmenggunakan atau
menyalahgunakan Narkotika dan dalam keadaan ketergantungan pada Narkotika, baik secara fisik
maupun psikis. Sementara pasal 1 angka 13 Undang-undang Narkotika, dijelaskan bahwa
ketergantungan Narkotika adalah gejala dorongan untuk menggunakan Narkotika secara terus
menerus, toleransi dan gejala putus Narkotika apabila penggunaan dihentikan. Sedangkan pasal 1
angka 14 Undang-undang Narkotika, dijelaskan bahwa penyalahguna adalah orang yang
menggunakan Narkotika tanpa sepengetahuan dan pengawasan dokter. Sebagaimana yang
diamanatkan dalam konsideran Undang-undang Narkotika, bahwa ketersediaan Narkotika jenis
tertentu yang sangat dibutuhkan sebagai obatdimaksudkan untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, namun di sisi lain mengingatdampak yang dapat ditimbulkan dan tingkat bahaya yang
ada apabila digunakan tanpa pengawasan dokter secara tepat dan ketat maka harus dilakukan
tindakan pencegahan dan pemberantasan terhadap bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap
Narkotika.Memahami pengertian penyalahguna yang diatur dalam pasal 1 angka 14 Undangundang Narkotika, maka secara sistematis dapat diketahui tentang pengertian penyalahgunaan
Narkotika,yaitu pengunaan Narkotika tanpa sepengetahuan dan pengawasan dokter. Pengertian
tersebutmenyatakan bahwa ancaman dan bahaya pemakaian Narkotika secara terus-menerus dan

tidak terawasi dan jika tidak segera dilakukan pengobatan serta pencegahan akan menimbulkan efek
ketergantungan baik fisik maupun psikis yang sangat kuat terhadap pemakaianya, atas dasar
haltersebut, secara sederhana dapat disebutkan bahwa penyalahgunaan Narkotika adalah pola
penggunaan Narkotika yang patologik sehingga mengakibatkan hambatan dalam fungsi
sosial.Penyalahgunaan narkotika adalah bentuk kejahatan berat yang sekaligus merupakan
penyebabyang dapat menimbulkan berbagai bentuk kejahatan. Hambatan fungsi sosial dapat
berupakegagalan untuk memenuhi tugasnya bagi keluarga atas teman-temannya akibat perilaku
yang tidak wajar dan ekspresi perasaan agresif yang tidak wajar, dapat pula membawa akibat
hukumkarena kecelakaan lalu lintas akibat mabuk atau tindak kriminal demi mendapatkan uang
untuk membeli Narkotika. Terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang tersebut, hukum
harustetap ditegakkan. Hukum berfungsi sebagai pengendalian sosial (social control), memaksa
wargamasyarakat untuk mematuhi perundang-undangan yang berlaku.
Kebijakan penanggulangan tindak pidana penyalahgunaan narkotika tidak bisa lepas dari
tujuan Negara untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum berdasarkan Pancasila dan Undang– undang Dasar 1945.
Kebijakan dalam penanggulangan dan pemberantasan tindak pidana narkotika dilakukan
dengan menggunakan instrumen hukummelalui penegakan hukum terhadap tindak pidana
narkotika. Penegakan hukum pada hakikatnyaadalah penegakan norma-norma hukum, baik yang
berfungsi suruhan (gebot, command) atau berfungsi lain seperti memberi kuasa (ermachtigen to
empower), membolehkan (erlauben, to permit), dan menyimpangi (derogieren, to derogate).
Kebijakan dalam penanggulangan dan pemberantasan narkotika dimulai dengan penegakan hukum
oleh instansi kepolisian.
Perkembangan jenis narkotika begitu pesat. Badan Narkotika Nasional (BNN) mencatat
hampir tiap tahun muncul narkotika jenis baru. Kemunculan narkotika bentuk baru ini tentulah
sangat berbahaya bagi masyarakat yang awam. Bahaya yang dimaksud terutama terkait dengan
bentuk dan efek sampingnya yang masih belum dikenal luas. Selain itu, narkotika jenis baru juga
sangatmenyulitkan lembaga penyelidik, penyidik, dan peradilan, karena posisinya yang berada di
luar

kategori-kategori

narkotika

yang

diklasifikasikan

dalam

peraturan

perundang-

undangan.Absennya pengaturan terhadap narkotika jenis baru tersebut berpotensi mengakibatkan
proses

peradilan

yang

tidak

adil

bagi

pihak

pelaku

penyalahgunaan,

mengingat

penyalahgunaannarkotika merupakan salah satu bentuk tindakan pidana yang pada dasarnya
menganut asas legalitas. Asas legalitas itu sendiri merupakan isi dari pasal 1 KUHP yang berbunyi

“Tidak dapatdipidana seseorang kecuali atas perbuatan yang dirumuskan dalam suatu aturan
perundang-undangan yang telah ada terlebih dahulu.” Asas legalitas bisa diuraikan, bahwa dalam
menentukan perbuatan-perbuatan yang dilarang di dalam peraturan bukan saja tentang macamnya
perbuatan yang harus dirumuskan dengan jelas, tetapi juga macamnya pidana yangdiancamkan.
Dengan cara demikian maka orang yang akan melakukan perbuatan yang dilarangitu telah
mengetahui terlebih dahulu pidana apa yang akan dijatuhkan kepadanya jika nanti betul- betul
melakukan perbuatan, sehingga dalam batin orang itu akan mendapat tekanan untuk tidak berbuat.
Andaikata dia ternyata melakukan juga perbuatan yang dilarang, maka dipandang diamenyetujui
pidana yang akan dijatuhkan kepadanya.
Terkait dengan proses hukum terhadap pelaku penyalahgunaan narkotika yang
belumterklarifikasi dan terdaftar oleh hukum di Indonesia, Kepala Badan Nasional Narkotika
(BNN),Komjen Pol Anang Iskandar telah memberikan pernyataan:
"Saat itu Zarima diputus tahun 1996 belum ada undang-undang narkotika, setahun
kemudian baru ada. Tetapi hakim tahu obat itu berbahaya, sehingga diputus bersalah,"
Zarima yang dimaksudkan dalam pernyataan tersebut adalah seorang aktris yang juga
menjadi pelaku penyalahgunaan narkotika yang ditahan karena memiliki hampir 30.000 pil ekstasi.
Melalui pernyataan di atas, kami menemukan bahwa ternyata asas legalitas memang
merupakan asas yang sangat penting dan sebisa mungkin tidak akan disimpangi, tetapi dalam suatu
kondisi tertentu maka hakim harus menggunakan dasar hukum di luar undang-undanguntuk
memutus suatu perkara, termasuk terkait dengan kasus narkotika jenis baru ini. Dasar hukum yang
dimaksudkan antara lain putusan kepada Zarima yang dijelaskan dialinea sebelumnya itu menjadi
yurisprudensi atau dasar bagi penegakan hukum dari obat-obat jenis baru yang mempunyai efek
adiktif laiknya narkotika, atau interpretasi hakim terhadap peraturan perundang-undangan lain yang
sudah ada, misalnya melalui metode penafsiran analogis.

2.4 Narkotika dalam Dunia Kesehatan
Dalam dunia kesehatan, narkotika ternyata bisa dimanfaatkan untuk pengobatan. Namun
dalam batas seperti apa narkotika boleh dipakai?
Hingga kini, pemakaian narkotika masih banyak disalahgunakan oleh masyarakat. Padahal,
narkotika bisa menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat
menimbulkan ketergantungan pada seseorang.

Namun berbeda untuk kebutuhan pengobatan, narkotika masih bisa dimanfaatkan. Hanya
saja, pemakaian narkotika di Indonesia harus merujuk pada aturan yang ditetapkan Kementerian
Kesehatan. Berikut ini detail penjelasannya:
1. Dalam UU No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika, narkotika dikelompokkan ke dalam 3
golongan, Golongan I, Golongan II, Golongan III, tercantum dalam pasal 6 ayat 1.
“Narkotika Golongan I” adalah Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan
ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi
mengakibatkan ketergantungan. Narkotika Golongan I dilarang digunakan untuk kepentingan
pelayanan kesehatan (pasal 8 ayat 1). Dalam jumlah terbatas, Narkotika Golongan I dapat
digunakan untuk pengembangan IPTEK, reagensia dan laboratorium setelah mendapatkan
persetujuan Menteri atas rekomendasi Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (pasal 8 ayat 2).
2. Yang dapat digunakan dalam pelayanan kesehatan adalah Narkotika Golongan II dan Golongan
III. “Narkotika Golongan II” adalah Narkotika berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan
terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Sementara itu, “Narkotika
Golongan III” adalah Narkotika berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau
untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan.
3. Ganja termasuk Narkotika Golongan I, dan apabila ganja akan digunakan dalam pelayanan
kesehatan harus melalui beberapa tahap yaitu: a) melalui serangkaian penelitian; b) setelah
mendapatkan kesepakatan internasional, selanjutnya memindahkan ganja dari Narkotika Golongan I
menjadi Narkotika Golongan II atau Golongan III melalui keputusan Menteri Kesehatan
sebagaimana diatur dalam UU.35 Tahun 2009 tentang Narkotika (penjelasan pasal 6 ayat 3).
4. Dengan demikian dapat disimpulkan memang ada golongan narkotika yang dapat digunakan
untuk pengobatan/terapi (Golongan II dan Golongan III), sedangkan Narkotika Golongan I
(termasuk ganja) dilarang digunakan.

Dampak narkoba terhadap kesehatan
Pengaruh narkoba secara umum ada tiga:
1. Depresan
-menekan ataumemperlambat fungsi systemsaraf pusat sehingga dapat mengurangi aktivitas
fungsional tubuh.
-dapat membuat pemakai merasa tenang, memberikan rasa melambung tinggi, member rasa
bahagia dan bahkanmembuatnya tertidur atau tidak sadarkan diri
2. Stimulan
-merangsang systemsaraf pusat danmeningkatkan kegairahan (segar dan bersemangat) dan
kesadaran.
-Obat ini dapat bekerja mengurangi rasa kantuk karena lelah, mengurangi nafsu makan,
mempercepat detak jantung, tekanan darah dan pernafasan.
3. Halusinogen
-dapat mengubah rangsangan indera yang jelas serta merubah perasaan dan pikiran sehingga
menimbulkan kesan palsu atau halusinasi.


Keluhan umum bagi kesehatan badan:

-Terganggunya fungsi otak
-Daya ingat, menurun
-sulit berkonsentrasi;
-Suka berkhayal;
-Intoksikasi (keracunan)
-Overdosis
-Gejala Putus Zat
-Gangguan perilaku/mental-sosial


Keluhan khusus bagi kesehatan badan:

-berat badan turun drastis
-mata terlihat cekung dan merah
-muka pucat
-bibir kehitam-hitaman

-buang air besar dan kecil kurang lancar
-sakit perut tiba-tiba
-batuk dan pilek berkepanjangan
-sering menguap
-mengaluarkan keringat berlebihan
-Mengalami nyeri kepala


Setiap bahan narkoba mempunyai gejala-gejala khsusus masing-masing:

A. Opiat (heroin, morfin, ganja)
– perasaan senang dan bahagia
– acuh tak acuh (apati)
– malas bergerak
– mengantuk
– rasa mual
– bicara cadel
– pupil mata mengecil (melebar jika overdosis)
– gangguan perhatian/daya ingat
B. Ganja
– rasa senang dan bahagia
– santai dan lemah
– acuh tak acuh
– mata merah
– nafsu makan meningkat
– mulut kering
– pengendalian diri kurang
– sering menguap/ngantuk
– kurang konsentrasi
– depresi
C. Amfetamin (shabu, ekstasi)
– kewaspadaan meningkat
– bergairah
– rasa senang, bahagia
– pupil mata melebar

– denyut nadi dan tekanan darah meningkat
– sukar tidur/ insomnia
– hilang nafsu makan
D. Kokain
– denyut jantung cepat
– agitasi psikomotor/gelisah
– euforia/rasa gembira berlebihan
– rasa harga diri meningkat
– banyak bicara
– kewaspadaan meningkat
– kejang
– pupil (manik mata) melebar
– tekanan darah meningkat
– berkeringat/rasa dingin
– mual/muntah
– mudah berkelahi
– psikosis
– perdarahan darah otak
– penyumbatan pembuluh darah
– nystagmus horisontal/mata bergerak tak terkendali
– distonia (kekakuan otot leher)
E. Alkohol
– bicara cadel
– jalan sempoyongan
– wajah kemerahan
– banyak bicara
– mudah marah
– gangguan pemusatan perhatian
– nafas bau alkohol
F. Benzodiazepin (pil nipam, BK, mogadon)
– bicara cadel
– jalan sempoyongan

– wajah kemerahan
– banyak bicara
– mudah marah
– gangguan pemusatan perhatian


Gangguan prilaku dan psikologis:

-malas
-sering melupakan tanggung jawab
-jarang mengerjakan tugas-tugas rutinnya
-menunjukan sikap tidak peduli
-menjauh dari keluarga
-mencuri uang di rumah, sekolah, ataupun tempat pekerjaan
-menggadaikan barang-barang berharga di rumah
-sering menyendiri
-menghabiskan waktu ditempat-tempat sepi dan gelap, seperti di kamar tidur, kloset, gudang, atau
kamar mandi
-bersikap manipulatif
-sering berbohong dan ingkar janji dengan berbagai macam alasan
-sering mengalami mimpi buruk


Overdosis (OD) Narkoba:

-Terjadi apabila tubuh mengabsorbsi obat lebih dari ambang batas kemampuannya (lethal doses)
-akibat proses toleransi tubuh terhadap obat yang terjadi terus menerus
-Gejalanya:
1. Penurunan kesadaran
2. Frekuensi pernafasan kurang dari 12 kali per menit
3. Pupil miosis
4. Riwayat pemakaian morfin atau heroin mempunyai ciri yang khas yakni tanda bekas jarum
suntik


Dampak tidak langsung narkoba:

-banyak uang yang dibutuhkan untuk penyembuhan dan perawatan

-Dikucilkan dalam masyarakat dan pergaulan orang baik-baik dan bersikap anti sosial.
-Keluarga akan malu besar karena punya anggota keluarga yang memakai zat terlarang.
-Kesempatan belajar hilang dan mungkin dapat dikeluarkan dari sekolah atau perguruan tinggi
-Tidak dipercaya lagi oleh orang lain karena umumnya pecandu narkoba akan gemar berbohong
dan melakukan tindak kriminal.
2.5 Hukum Jual Beli Narkotika
Dalam islam menganjurkan sesama manusia agar saling tolong-menolong untuk
melangsungkan kehidupannya didunia dan begitu juga anjuran untuk mencari mata pencaharian
dalam hal ini yaitu Jual-Beli. Namun Jual-Beli yang seperti apa yang diperintahkan oleh Syariat
Islam.
Hal lain yang harus diperhatikan adalah bahwa seluruh aktifitas jual-beli diharuskan sesuai
dengan Syari’at Allah SWT. Agar menjadi mabrur, maka jika aktifitas jual-beli tidak sesuai dengan
syari’at Allah SWT, walaupun dilakukan dengan cara yang jujur dan transparan, tidak termasuk
kategori jual-beli mabrur.
Ekonomi adalah “Perilaku manusia yang berhubungan dengan kegiatan mendapat uang dan
membelanjakannya” memperoleh perhatian yang besar dari al-qur’an dan sunnah, karena ini suatu
yang sangat penting dalam kehidupan dan bahkan dapat mengakibatkan runtuh dan tegaknya
kemanusiaannya.
Kegiatan Ekonomi merupakan salah satu aspek dari hubungan antar manusia. Jika demikian,
aspek moral tidak boleh ditinggalkan dalam setiap kegiatannya. Karena itu peraturan-peraturan
yang ditatapkan Allah swt. Dalam bidang Ekonomi selalu dikaitkan-Nya dengan memberikan
penekanan terhadap Aspek Moral.
Islam tidak mengharamkan perdagangan kecuali perdagangan yang mengandung unsur
kezhaliman, penipuan, eksploitasi, atau mempromosikan hal-hal yang dilarang. Perdagangan
Khamr, Ganja, bagi, patung, dan barang-barang sejenis, yang dikonsumsi, distribusi, atau pun
pemanfaatannya diharamkan, perdagangannya pun diharamkan atau tidak di Ridhai Islam. Setiap
penghasilan yang didapat melalui praktek itu adalah haram dan Kotor.
Jual-Beli merupakan salah satu sarana pertukaran manfaat yang menjadi cita-cita manusia
dan usaha kehidupannya. Maka segala bentuk pertukaran yang bertentangan dengan kedamaian
tidak dizinkan dalam ajaran Islam.

Dalam hadits Rasulullah Saw:
“Sesungguhnya Allah melaknat khamr, pemerasnya, yang minta diperaskan, penjualnya,
pembelinya, peminum, pemakan hasil penjualannya, pembawanya, orang yang minta dibawakan
serta penuangnya.” (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Termasuk dalam masalah ini, bahkan lebih berat lagi Hukumnya, yaitu menjual narkoba,
ganja, opium dan jenis obat-obat psikotropika lainnya yang merebak pada saat ini. Orang yang
menjualnya dan orang yang menawarkannya adalah mujrim (pelaku keriminal). Karena narkoba
merupakan senjata pemusnah bagi manusia. Jadi orang yag menjual narkoba, melariskannya serta
para pendukungnya terkena laknat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Hasil penjualannya
merupakan harta haram. Orang yang membuatnya laris berhak dijatuhi hukuman mati, karena ia
termasuk pelaku kerusakan di muka bumi.
Dan dalam Hadits yang lain Rasulullah Saw juga memerintahkan agar mencari mata
pencaharian yang bersih dari segala sesuatu yang dilarang.
Rasulullah bersabda :
“Dari Rif’ah Bin Rafi’, bahwa rasulullah saw. Ditanya : Pencaharian manakah yang lebih
baik? Beliau menjawab : Pekerjaan seseorang dengan tangannya dan setiap Jual-Beli yang bersih”
(HR. Al-Bizaar dan dishahihkan oleh Hakim).
Dalam Hadits diatas bisa dijadikan dasar dalam Jual-Beli, transaksi Jual-Beli yang bersih
dan sesuai dengan Syarat dan Rukun Jual-Beli. Karena Jual-Beli merupakan transaksi atau usaha
yang baik dalam pertukaran barang dalam memenuhi kebutuhan kehidupan. Oleh karena itu jangan
menjual-belikan barang haram seperti Narkotika secara Ilegal. Karena dapat membahayakan jiwa
manusia dan hancurnya generasi muda suatu Bangsa.
2.6 Tinjauan Islam Narkotika untuk Pengobatan

Narkotika banyak jenisnya yang sering dijadikan untuk Pelayanan Medis ataupun digunakan untuk
Pengobatan. Karena Narkotika sangat bermanfaat bagi kelangsungan kesehatan manusia namun
dalam pemakaiannya harus dalam pengawasan para Ahli dibidangnya.
Dalam Undang-undang No.35 tahun 2009 telah mengatur semua tentang yang berkaitan
dengan Narkotika, memang Narkotika mempunyai sisi Positif dan Negatif. Akan tetapi dalam dunia
kesehatan terutama untuk pengobatan (Pelayanan Medis) dan juga bisa digunakan untuk
Rehabilitasi para pecandu narkotika yaitu tahap rehabilitasi (Terapi Rumatan) yang menggunakan
Narkotika untuk terapi kesembuhan para pecandu ketergantungan Narkotika.
Penggunaan Narkotika Menurut Undang-undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika yang
isinya salah satunya mengatur tentang Pengobatan Dan Rehabilitasi para pecandu Narkotika sebagai
berikut :
1.

Pengobatan Dan Rehabilitasi

a.

Pengobatan

Pengobatan menggunakan Narkotika menurut Pasal 53 ayat 1-3 UU. No.35 tahun 2009 Sebagai
berikut :
1)

Untuk kepentingan pengobatan dan berdasarkan Indikasi Medis, dokter dapat memberikan

Narkotika Golongan II atau Golongan III dalam jumlah terbatas dan sediaan tertentu kepada pasien
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2)

Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat memiliki, menyimpan, dan/atau membawa

Narkotika untuk dirinya sendiri.
3)

Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mempunyai bukti yang sah bahwa

Narkotika yang dimiliki, disimpan, dan/atau dibawa untuk digunakan diperoleh secara sah sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan.
Menurut pasal dan ayat-ayat UU. No.35 tahun 2009, bahwa dalam pelayanan medis jika
dibutuhkan sejenis Narkotika. Maka boleh para Dokter Ahli dibidang tersebut memberikan jenis
Narkotika yang dibutuhkan dalam pelayanan medis tersebut untuk pasien.
Namun dalam jumlah terbatas atau tidak berlebihan. Dan menurut ayat (2) bahwa pasien
boleh memiliki Narkotika hanya untuk kepentingan sendiri atau tidak boleh diedarkan untuk orang
lain. Dan dalam hal ini si pasien harus memiliki bukti yang sah bahwa boleh memakai dan memiliki
Narkotika untuk kepentingannya sendiri.
b.

Rehabilitasi

Rehabilitasi berarti pemulihan Fisik dan Mental kepada kondisi/keadaan sebelumnya.[52]
Dalam Rehabilitasi ini dilakukan sesuai dengan prosedur yang ada serta berpedoman dengan
undang-undang yang ada. Pada Rehabilitasi fisik, tubuh akan dibersihkan dari racun secara intensif
dan terkontrol.
Rehabilitasi sudah diatur dalam Undang-undang No.35 tahun 2009 tentang Narkotika, adalah
sebagai berikut:
1)

Aturan terapi Rehabilitasi Pecandu Narkotika Menurut undang-undang nomor 35 tahun 2009

tentang Narkotika :
a)

Pasal 54, Pecandu Narkotika dan korban penyalahgunaan Narkotika Wajib menjalani

Rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.
b)

Pasal 56 ayat 1-2

(1) Rehabilitasi medis pecandu Narkotika dilakukan dirumah sakit yang ditunjuk oleh menteri.
(2) Lembaga rehabilitasi tertentu yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah atau masyarakat
dapat dilakukan rehabilitasi medis pecandu Narkotika setelah mendapat persetujuan menteri.
c)

Pasal 57, Selain melalui pengobatan dan/atau rehabilitasi medis, penyembuhan pecandu

Narkotika dapat diselenggarakan oleh instansi pemerintah atau masyarakat melalui pendekatan
keagamaan dan tradisional.
d)

Pasal 58, Rehabilitasi sosial mantan pecandu Narkotika diselenggarakan baik oleh instansi

pemerintah maupun oleh masyarakat.
e)

Pasal 59 ayat 1-2

(1)

Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 56 dan pasal 57 diatur dengan

peraturan menteri.
(2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 58 diatur dengan peraturan menteri
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang sosial.
2)

Cetak Biru Rehabilitasi Menurut Badan Narkotika Nasional Tahapan asesmen (tindakan

penilaian) terhadap penyalahguna Narkoba sebelum terapi dilakukan sebagai berikut :
a)

Pemeriksaan atau rambut untuk mengetahui jenis narkoba dan riwayat penyalahguna Narkoba

b)

Wawancara menggunakan Format Asesmen yang berlaku/standar dalam PP 25 tahun 2011

tentang wajib lapor dan sesuai dengan Adiction Severity Index (ASI) yang meliputi riwayat
kesehatan, riwayat pekerjaan/dukungan hidup, riwayat penggunaan narkoba, riwayat keterlibatan
pada tindak kriminalitas, riwayat keluarga dan sosial serta riwayat psikiatris narkoba.
c)

Pemeriksaan fisik

d)

Pemberian terapi simptomatik jika diperlukan. Pemberian simptomatik tidak harus didahului

oleh asesmen, jika kondisi fisik tidak memungkinkan asesmen dapat ditunda dengan mendahulukan
penanganan kegawatdaruratan dan terapi simptomatik.
e)

Rencana terapi

Setelah melakukan asesmen, beberapa hal yang harus dilakukan oleh petugas /asesor berdasarkan
diagnosis kerja yang ditentukan dan berdasarkan hasil asesmen, petugas wajib lapor harus
menyusun rencana terapi dan kemungkinan melakukan kasus rujukan terkait kondisi fisik, psikis,
dan sosial residen.

BAB III
KESIMPULAN
Narkoba merupakan barang yang masuk dalam kategori Haram Lidzatihi apabila dalam
penggunaanya berlebihan, karena dalam penggunaan yang berlebihan akan menyebabkan tidak
sadarnya diri atau mabuk dan Narkoba itu sendiri dikiaskan dengan khamr dalam hukum Islam,
akan tetapi Narkoba diperbolehkan dalam dunia kesehatan.
Islam tidak mengharamkan perdagangan kecuali perdagangan yang mengandung unsur
kezhaliman, penipuan, eksploitasi, atau mempromosikan hal-hal yang dilarang. Perdagangan
Khamr, Ganja, babi, patung, dan barang-barang sejenis, yang dikonsumsi, distribusi, atau pun
pemanfaatannya diharamkan, perdagangannya pun diharamkan atau tidak di Ridhai Islam. Setiap
penghasilan yang didapat melalui praktek itu adalah haram dan Kotor. Narkotika, psitrofika dan
obat-obatan atau yang sering disebut NARKOBA adalah sebuah zat yang dapat di kiaskan sebagai
khamr modern, oleh karena itu sama dengan pendahulunya, Narkoba sangat di larang di jual belikan
secara bebas.

Daftar pustaka

Al Faruk, Asadullah, Hukum Pidana dalam Sistem Hukum Islam. Bogor : Gharia Indonesia, 2009.
Fauzan, Saleh bin, Fiqh Sehari-hari, Jakarta : Gema Insani Press, 2005.
http://lifestyle.okezone.com/read/2012/01/12/482/555889/narkotika-dalam-dunia-kesehatan
http://muslim.or.id/bahasan-utama-2/narkoba-dalam-pandangan-kesehatan.html
http://putera-bungsu.blogspot.com/2012/12/tinjauan-hukum-islam-tentang-jual-beli.html