TRADISI KEPERCAYAAN CHINA KUNO DAN KONFU

TRADISI KEPERCAYAAN CHINA KUNO DAN KONFUSIANISME
A. PENDAHULUAN
a. Latar belakang
China adalah sebuah peradaban besar yang sudah ada semenjak ribuan tahun
sebelum masehi, terbukti dengan banyak etnis china atau pecihinan yang tersebar
diseluruh dunia. Maka agama atau kepercayaan menjadi sorotan penting yang sangat
menarik untuk diperbincangkan. Agama China purba dan konfusius atau yang sering
disebut di indonesia adalah khong hu chu, agama ini kononya adalah agama yang tertua
namun bukan satu-satunya yang ada di China.
Dalam sebuah pepatah cina menyatakan bahwa cina memiliki tiga agama yang
dimaksud yaitu: konfusianisme taosme dan buddha. Dalam artian bahwa ketiga agama
tersebut saling mempengaruhi satu sama lain sehingga sulit untuk membicarakan salah
satunya tanpa mengaitkan yang lain1. Khong hu chu merupakan salah satu ajaran yang
bersumber pada kitab-kitab klasik yang di populerkan oleh konfisius dan para
penganutnya dalam istilah cina agama ini menunjuk pada dua hal; ju chiao dan ju chia.
Ju chiao ini sudut pandanganya tentang shih chiao (budisme) dan tao chiao (taoime),
sedangkan adalah yaitu mengkaji tentang filsafat, budaya maupun ilmu pengetahuan2.
Jadi dapat di jelaskan jika agama konfusius itu mengkaji selain ilmu agama juga
mengkaji tentang kefilsafatan dan pengetahuan lain.
Meskipun demikian pada bagian ini kami akan berusaha untuk mengaji
bagaimana


proses

munculnya

agama

di

China

terutama

Konfusiaus

dan

perkembangannya meskipun dengan segala keterbatasan kami. Selain itu juga agama ini
tidak pernah lepas dari teradisi purba yang ada di china yang akan sedikit besar
mempegaruhi proses terbentuknya agama Kong hu chu.

Dari latar belakang diatas dapat kita rumuskan beberapa masalah yang nantinya
akan jadi fokus kita dalam pembahasan makalah ini.

b. Rumusan Masalah
1 Di kutip dari buku editor Ismai Roni dkk, agama-agama dunia (blukar, yogyakarta,
2012 ) hm. 282
2 Di kutip dari buku Dr. Th samaratna dkk, konfusianisme di indonesia pegulatan
mencari jati diri (Interfedie , yogyakarta 1995) bagian 1 hlm. 3

1.
2.
3.
4.

Bagaimana tradisi kepercayaan Tiongkok atau China kuno ?
Apa itu Konfusianisme ?
Bagaimana pertumbuhan dan perkembangannya ?
Dan bagaimana dengan konfusianisme di Indonesia ?

B. PEMBAHASAN

A. TRADISI DAN KEPERCAYAAN ASLI TIONGKOK
Masyarakat Tiongkok tradisional percaya bahwa alam adalah sesuatu yang
sangat berpengaruh dalam kehidupan mereka, dan mereka membagi alam menjadi tiga,
yang mereka kenal dengan konsep tiga alam yang menjadi inti kepercayaan masyarakat
Tiongkok kuno, tiga alam yang dimaksud adalah :
Alam Langit (Tian Jie) adalah menunjuk pada alam yang didiami dan menjadi
tempat kegiatan para raja-raja Langit (Tian Wang) dan dewa-dewi langit (Tian Shen).
Alam ini dianggap sebagai pusat pemerintahan alam semesta, yang mengatur seluruh
kehidupan di alam bumi. Orang-orang besar yang berjasa di bidangnya masing-masing
terhadap masyarakat Tionghoa di zamannya dapat naik menjadi dewa-dewi di alam
Langit.
Alam Bumi (Ming Jie) adalah menunjuk pada bumi tempat kita berada, yang
menjadi tempat tinggal dan tempat kegiatan dari seluruh makhluk hidup. Dewa-dewi
dan pejabat di alam Langit bertanggung jawab melaksanakan tugas pemerintahan
mereka di alam Bumi. Juga disebut sebagai Yang Jian ataupun Ren Jian.
Alam Baka (You Jie) adalah menunjuk pada alam di bawah bumi ataupun alam
sesudah kematian, yaitu alam yang menjadi tempat domisili dan kegiatan dari roh-roh
(Ling) dan hantu (Gui) dari manusia setelah meninggal dunia.
Di alam ini, ada sekelompok dewa dan pejabat alam yang khusus memerintah
di alam ini. Dalam kepercayaan tradisional, leluhur orang Tiongkok mempercayai

bahwa kehidupan setelah meninggal adalah lebih kurang sama dengan kehidupan
manusia di dunia ini. Di alam ini, setiap orang akan menjalani pengadilan yang akan
membawa kepada hadiah maupun hukuman dari dewa dan pejabat di alam ini. Alam
Baka keseluruhan berjumlah 10 Istana Yan Luo (Shi Dian Yan Luo) dan 18 Tingkat

Neraka (Shi Ba Ceng Di Yu) 3. Jadi tuhan disini bersifat teisme, menciptakan dan
berperan aktif terhadap alam.
a. Sikap terhadap alam
Alam bagi masyarakat Tiongkok kuno adalah sesuatu yang patut dihormati, ini
dikarenakan bagi leluhur Tiongkok dizaman dulu alam menjadi tantangan untuk
bertahan hidup. Menurut mereka dialam ini ada yang menguasainya, yang mereka kenal
dengan dewa-dewi. Seperti Yu Huang Da Di ( Raja Langit), merupakan bentuk
penghormatan pada langit. Dan bentuk penghormatan ini adalah penghormatan paling
tua, karena penghormatan terhadap alam sudah ada sebelum penghormatan terhadap
yang lainnya.
Tentang hormat menghormati ini juga tidak lepas dari pengaruh Konfusianisme
yang sangat menekankan pentingnya menghormati para leluhur. terutama yang berjasa
dan berkontribusi bagi orang banyak. Bentuk penghormatan terdiri dari tokoh-tokoh
sejarah besar, tokoh-tokoh mitologi yang dianggap sebagai leluhur jauh maupun dekat,
Bila diperhatikan, maka hampir semua dari dewa-dewi yang ditinggikan di dalam

kepercayaan tradisional ini adalah dimanusiakan tanpa memandang bentuk asalnya. Ini
terutama terlihat dalam bentuk penghormatan pada alam maupun bentuk-bentuk lain.
Namun apapun bentuk yang ditunjukkan (patung, papan nama penghormatan dll), yang
dipuja dan dihormati tentu bukan bentuk real darinya. Jadi yang dilakukan dalam
kepercayaan tradisional ini bukanlah memuja sang patung ataupun papan tadi, namun
adalah memuja dan menghormati dewa-dewi yang bersangkutan4

b. Sistem kalender, upacara, dan korban

3 http://vincentspirit.blogspot.com/2011/12/kepercayaan-tradisionalmasyarakat.html

4 http://uun-halimaah.blogspot.com/2008/04/sistem-kepercayaan-orang-cina.htm

Peradaban China kuno sudah memiliki sistem kalender yang koperehensif. Sistem
kalender China menggabungkan berbagai elemen yang dipadukan secara komperehensif
seperti :







Elemen matahari
Elemen bulan
Elemen shio (rasi bintang)
Elemen energi ( Yin dan Yang) dan
Karakteristik alam

Untuk mensingkronkan keempat elemen tersebut sistem penanggalan China memiliki
autokoreksi yakni dengan munculnya lun gwe’ atau tahun kabisat China yang terjadi
antara dua atau tiga tahun sekali, berselang satu kali musim. Sistem kalender China
memiliki sistem hari, bulan, tahun, priode 12 tahun dan 60 tahun.
Priode 60 tahun diperoleh dari kombinasi tiga faktor ( 12 shio [Tikus, Kerbau,
Harimau, Kelinci, Naga, Ular, Kuda, Kambing, Kera, Ayam, Anjing, dan Babi], 5 unsur
[Kayu, Api, Tanah/ Bumi, Logam, dan Air], 2 energi [Yin dan Yang] , ini artinya hanya
setahun dalam enam puluh tahun. Angka 60 diperoleh dari kelipatan nilai terkecil atau
KPK dari bilangan 12, 5,dan 2 ) sehingga akan terjadi hal yang sama setiap 60 tahun
sekali, misal tahun tikus api 1936 akan terulang kembali pada tahun 1996 ( 60 tahun
kemudian.
Selain itu bangsa tiongkok kuno selalu mengadakan upacara dengan tujuan

untuk menghormati dewa-dewi. Upacara selalu ditetapkan pada saat yang khusus dalam
kehidupan manusia. Sikap pemujaan ini menimbulkan hal-hal yang tabu dan sakral
dalam kehidupan masyarakat. Dengan kata lain, kehidupan masyarakat Tiongkok kuno
baik dalam kalangan bangsawan maupun rakyat jelata selalu diikat dengan peraturan
yang bertujuan mempertahankan harmonisasi antara satu dengan yang lain, antara
manusia dengan makhluk lainnya, antara bawahan dan atasan, antara susunan dunia
dengan susunan yang ada dilangit, dan antara manusia dengan alam sekitarnya. Dan
harmonisasi ini juga dianut oleh konfusianisme sebagai keseimbangan.
B. KONFUSIANISME
a. Biografi Konfusius dan Pemujaan atas dirinya

Konfusius adalah nama latin dari K’ung Tzu atau Kong Hu Tsu atau k’Urng,
Dilahirkan di negri Lu, yang sekarang adaah provinsi Shantung pada tahun 551 S.M,
dari sebuah kelurga yag sederhana, jujur dan setia bakti kepada Tian. Konon keahiranya
di iringi dengan peristiwa ajaib dan pada tubuhnya juga nampak tanda-tanda yang luar
biasa. Ayahnya meningga ketika berusia 3 tahun. Tahun 528 S.M dia berhenti dari
pekerjaan yang dimilikinya karna ibunya meninggal dunia. Selama berduka cita kurang
lebih 3 tahun ia megasigkan diri untuk belajar dan bemeditasi dan akhirnya dia muncul
dari pengasingan sebagai seorang Guru, dan berhasil menarik sejumlah besar murid
yang setia.

Pada usianya yang 50 tahun ia memasuki kehidupan masyarakat umum dan di
tunjuk sebagai kepala hakim di kota Chung-tu dan segera di angkat menjadi mentri
pekerjaan dan pengadian, jabatan tersebut

sangat memberi kontribusi terhadapnya

untuk melakukan praktik mengajar dan menyelenggarakan sistem administrasi yang
teratur dan dia berhasil menjadikan negara tentram dan adil, sehingga kejahatan dan
kerusakan akhlak menjadi hilang.
Keadilan yang pernah di terapkan ketika beliau menjadi pejabat mengundang
musuh untuk menjatuhkanya, tahun 497 S.M pada zaman tersebut para pejabat sangat
takut dengan keterusterangan dan ketulusan hati konfusius, sehingga
mengangkatnya dalam jabatan yang memiiki kekuasaan

5

tidak mau

dan setelah itu beliau


menggunakan waktu kurag lebih 13 tahun untuk merenungkan masa lampau dan
menolak langkah dan meruskan menuju perjalanan panjang, beliau berkeliling dari satu
negara ke negara lain,
mengenai

cara

menawarkan nasehat yang tidak diminta para penguasa

memperbaiki

pemerintahanya.

Dan

pada

saatnya

pergantian


pemerintahan, beliau diundang untuk kembali, tapi beliau sadar sudah terlalu tua untuk
menjadi pejabat, beliau menghabiskan sisa waktunya selama 5 tahun dengan megajar
dan menyunting kitab klasik secara tenang, dalam tahun 497 S.M dalam usianya 73
tahun beliau meninggal dunia6

5 Ibid. 190
6 Ibid. 191

Gambaran keperibadiandan cara hidupnya dihimpun dalam lun yu (analekta kehidupan
konfusius)

antara lain menyebutkan bahwa beliau adalah orang mudah bergaul selalu

tampak gembira, halus, teliti, hormat, ramah dan sebagainya.
Setelah wafatnya konfusius, kemudian para muridnya melanjutkan ajaran
konfusius. Akan tetapi, diantara para muridnya terjadi perbedaan pola pikir dan
pandangan tentang konfusius, satu golongan mengatakan Konfusius adalah Tuhan
penyelamat, sedangkan kelompok yang lain tetap mempertahankan paham lama bahwa
Konfusius hanyalah seorang Nabi/ Guru.

Namun, pada masa dinasti Han, yang paling berpengaruh adalah kelompok yang
mengatakan bahwa Konfusius adalah Tuhan penyelamat. Sehingga ditahun 59 M,
ditetapkanlah acara-acara untuk memuja Konfusius, termasuk memberikan korban
kepadanya di semua lembaga pendidikan yang dikelola oleh pemerintah. Ia kemudian
dikenal sebagai “ Dewa Pendidikan” bagi bangsa China waktu itu. Disinilah bermula
pemujaan terhadap diri konfusius. kemudian ditahun 505 M, dibangunlah kuil-kuil
untuk memuja konfusius diseluruh wilayah kekaisaran, dan puncaknya diabad ke 7 M,
pada masa pemerintahan dinasti Tang, pemujaan terhadap konfusius telah mendapat
bentuknya yang sempurna, lengkap dengan kitab-kitab yang membahas upacara
kurbannya.
b. Kitab suci konfusius7
Kitab-kitab yang dihasilkan baik itu oleh konfusius sendiri atau yang dihasilkan oleh
para murid-muridnya sebenarnya banyak sekali. Namun yang diimani oleh umat
Konfusian dan yang sudah dibakukan hingga saat ini ialah :
 Ngo King ( kitab suci yang lima )
Kitab Ngo King ini adalah kitab yang menjadi dasar ajaran agama Konfusius.
Ngo king sendiri terdiri atas beberapa kitab, yaitu :
 Si King ( Kitab Sajak), berisi kumpulan sajak dari berbagai negeri,
sehingga ia juga disebut sebagai Kok Hong ( adat istiadat berbagai
negeri), dan sifatnya lagu puja atau Siong yang mengiringi berbagai

7 Lasiyo, Haksu Tjhie Tai Ing, dkk, pergulatan mencari jati diri, (Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 1995), hal.32

upacara sembahyang. Sajak yang tertua berasal dari dinasti Siang atau


IEN ( 1766 S.M – 1122 S.M).
Su King ( Kitab Dokumentasi Sejarah), yang berisi sejarah agama
konfusianisme, yang tertua berasal dari abad ke -23 S.M, dan yang



terakhir berasal dari abad ke-7 S.M.
Yak King ( Kitab Wahyu tentang Perubahan ), isinya mengungkapkan
kejadian , perubahan dan segala sesuatu tentang semesta alam, hidup



manusia dan segala peristiwanya.
Lee King ( Kitab suci tentang Susila dan peribadahan), terdiri atas tiga
kitab, yaitu :
 Gi Lee ( Kitab Tata peribadatan)
 Ciu Lee ( Kitab Kesusilaan dinasti Ciu)
 Lee Ki ( merupakan catatan kesusilaan yang ditulis oleh para



murid konfusius )
Chun Chiu King ( Kitab sejarah zaman Chun Chiu ) beserta tiga tafsir

dan penjabarannya yang ditulis oleh para murid konfusius, yaitu :
 Chun Chiu Coo Thoan
 Chun Chiu Kong- Yang Thoan
 Chun Chiu Kok- Liang Thoan
 Su Si (Kitab yang Empat ) terdiri atas :
 Thai Hak ( Kitab Ajaran Besar ), berisi ajaran yang memberi tuntunan
dan membina diri, dimulai dari yang terdalamdiri sendiri sampai kepada


hal rumah tangga, Masyarakat, Negara, dan Dunia.
Tiong Yong ( Kitab Tengah Sempurna), merupakan ajaran keimanan ,
yang memberi tuntunan bagaimana cara manusia beriman kepada Thians
serta tanggung jawabnya sebagai pengemban firman Tuhan, dan
bagaimana mampu membangun watak dan sikap agar mampu bertindak
tengah –tepat ( Tiong), dan dalam pelaksanaannya dapat menciptakan



suasana harmonis ( Hoo).
Lun Gi (Kitab Suci), kitab ini terdiri atas 20 jilid, berisi sabda-sabda
konfusius, atau perbincangan konfusius dengan murid-muridnya dan
orang-orang pada zaman itu. Kitab ini ditulis oleh para murid konfusius



dan cucunya sendiri.
Bingcu ( Kitab Meng Zi atau Mencius) , kitab ini ditulis oleh Meng Zi
murid Konfusius yang bertujuan untuk meluruskan ajaran Konfusius dari
penyimpangan akibat munculnya berbagai aliran.

Serta ditambah satu kitab lagi yang disebut Hau King ( Kitab Bhakti), yang ditulis oleh
Cingcu. Kitab ini berisi tentang makna laku bakti dan bagaimana wajib
menjalankannya.yang diterimanya dari gurunya yaitu konfusius.
 Analekta
Analekta adalah kitab yang membahas tentang kepribadian dan cara hidup Konfusius
yang ditulis oleh para muridnya dan dihimpun dalam Lun Yu ( analekta kehidupan
konfusius). Analekta konfusius ini sendiri terbagi menjadi tiga versi, yaitu : versi Lu
( ini yang berlaku saat ini ), versi Shi’i, dan Versi Naskah kuno.
c. Pokok-pokok keimanan
Sama halnya dengan aliran keagamaan yang lain, konfusianisme juga memiliki pokokpokok keimanan yang menjadi tolak ukur bagi para kofusian untuk mencapai tujuannya
dalam

beragama.

Pokok-pokok

keimanan

konfusianisme

atau

intisri

ajaran

konfusianisme diantaranya adalah :
1. Percaya kepada satu Tuhan yang maha esa, pencipta alam semesta, yang mereka
sebut sebagai Thian. Thian dalam kepercayaan mereka dilambangkan dengan
ciri-ciri sebagai berikut :
o Yuan ( Yang selalu Hadir)
o Heng ( Yang selalu Berhasil)
o Li (Yang selalu membawa Berkah)
o Zhen ( Yang selalu Adil [tidak membeda-bedakan])
2. Xing adalah jati diri manusia, kodrat, perwujudan firman Tuhan dalam diri
Manusia.
3. Ren ialah prikemanusiaan, prikemanusiaan ini terbagi dua, yaitu :
o Zhong (setia), merupakan kependekan dari Zhong Yi Tian ( Setia kepada
Tuhan ), yaitu berserah diri lahir dan batin kepad Tuhan.
o Shu ( Solidaritas), merupakan kependekan dari Shu Yi Ren (solider
kepada sesama manusia) cinta kasih sejati.
 Thian
Thian adalah nama yang sangat umum didalam kitab suci konfusianisme ( Ngo King
dan Su Si) untuk menyebut Tuhan Yang Maha Esa. Didalam kitab suci Ngo King dan Su
Si ditanamkan iman bahwa :

 Thian adalah sang pencipta.
 Maha Besar, Maha Tinggi Thian, Dialah ayah bunda kita ( Si King II, V, IV, I)
 Thian menaruh kasih sayang-NYA kepada rakyat, apa yang menjadi kehendak
rakyat, Thian akan meluluskan. ( Su King II, III, III.7).
 Dan masih banyak lagi ayat didalam kitab suci konfusianisme yang
menyebutkan Thian sebagai Tuhan Yang Maha Esa.8
Maka dapat disimpulkan bahwa agama Konfusius adalah agama yang bertuhan dan
tergolong Monotheism.


Yin dan Yang
Kaum Konfusian percaya bahwa segala sesuatu dalam semesta ini terdiri dari

dua prinsip yang saling berlawanan, yaitu prinsip Yin (prinsip feminin), yaitu sifat-sifat
menerima dan menghasilkan, dan Yang (maskulin), yaitu sifat-sifat yang bersifat aktif
dan keras hati. Prinsip yang berlawanan dari Yin dan Yang harus seimbang agar
keharmonisan dalam semesta dapat terjaga.9
d. Etika Konfusius
Etika adalah perilaku manusia dalam kehidupan ini, dan sifatnya sangat praktis. Etika
dan agama itu sangat berkaitan erat, karena akan sangat janggal orang yang beretika
tidak memiliki pokok keimanan atau keyakinan. Begitupulalah halnya dengan etika
konfusius ini sangat berkaitan erat dengan pokok-pokok keimanan konfusius. Karena
etika konfusius adalah penjabaran dari keimanan konfusiani. Tentang pokok-pokok
keimanan konfusius sedah dijelaskan diatas. Sedangkan etika konfusius dijabarkan
secara singkat sebagai berikut10 :
 San kang ( Tiga hubungan )
 Hubungan seorang raja denga menterinya atau hubungan atasan dengan
bawahan. Maksudnya adalah bahwa raja harus memperlakukan mentrinya
dengan Li (kesopanan atau dengan budi pekerti yang baik), dan seorang mentri


harus mengabdi dengan setia kepada sang raja. (lihat Lun Gi III :19)
Hubungan orang tua dengan Anak. Maksudnya adalah seorang ayah hendaklah
bertindak seperti ayah dan anak hendaklah mengerti dengan kedudukannya,

8 Ibid hal.34
9 Michael Keene, Agama-Agama Dunia, Penerbit Kansius( anggota IKAPI),
Yogyakarta, 2012, hal. 171
10 Hm. Arifin, menguak mesteri ajaran-ajaran besar, Golden Taylor (jakarta, 1995)
hal. 62

sehingga semua berfungsi sesuai dengan norma yang berlaku.( lihat Lun Gi XII :


11)
Hubungan suami dengan istri. Maksudnya adalah dalam hubungan suami istri
haruslah saling hormat menghormati. Dan seorang istri yang baik adalah istri
yang patuh pada suaminya, dan suami yang baik adalah suami yang tidak
memberikan nuansa keburukan.( lihat Mencius III, 2:2) Ini mengisyaratkan
bahwa apa yang baik itu datangnya dari Thian ( Tuhan), maka siapa yang

menjalankannya berarti dia telah mengikuti petunjuk Thian.
 Ngo lun ( Lima norma kesopanan dalam Masyarakat)
Dalam bidang sosial, konfusius menekankan perasaan berkawan atau timbal
balik, penanaman rasa simpati dan kerjasama yang dimulai bertahap dari skala
lingkungan kecil hingga skala yang lebih besar. Pada intinya Ngo lun ini sama
dengan San kang yang ada diatas, hanya saja disini ditambah dua point lagi,
yaitu :
 Hubungan saudara dengan saudara. Maksudnya adalah dalam hidup
bermasyarakat hendaklah seorang muda berbakti, dan bersikap rendah hati,
amanah, dan menjalin silaturrahmi atau kekerabatan dengan masyarakat.


( lihat Lun Gi, I :6)
Hubungan teman dengan teman. Maksudnya adalah bahwa pandai-pandailah
dalam mencari teman. Dan hendaklah berteman dengan orang yang
membawa manfaat dan jangan berteman dengan orang yang membawa

mudorat. (lihat Lun Gi, XIV: 4)
 Wu chang ( lima sifat yang mulia)
Lima sifat mulia yang dimaksud Konfusius adalah :
 Ren/ Jin : cinta kasih, rasa kebenaran,kebajikan,tahu diri,sopan santun,
dan dapat menyelami perasaan orang lain. (lihat dalam kitab saabda suci


XII : 1)
GI/I : rasa solidaritas, senasip sepenanggungan, rasa membela kebenaran.



( lihat Meng Zi VB : 7:8)
Li/ Lee : sopan santun, tata krama,dan budi pekerti.( lihat sabda suci VIII



:2 )
Ce / Ti : bijaksana atau kebijaksanaan, pengertian dan kearifan.( lihat



kitab tengah sempurna XXVI :6)
Sin : kepercayaan, rasa untuk dapat dipercaya oleh orang lain serta dapat

memegang janji dan menepatinya.( lihat sabda suci 1:13)
 Pa Te ( delapan sifat mulia)







Siau / Hau : rasa bakti yang tulus terhadap orang tua, guru, dan leluhur.
Thi / Tee : rasa hormat terhadap yang lebih tua diantara saudara.
Cung / Tiong : setia terhadap atasan, setia terhadap teman dan kerabat.
Sin ; kepercayaan, rasa untuk dapat dipercaya dan menepati janji.
Lien / Liam : memperaktekkan cara hidup sederhana dan tidak





melakukan penyelewengan.
Li / Lee : sopan santun, tata krama dan budi pekerti.
Gi / I : rasa solideritas, senasib sepenanggungan.
Che / Thi : dapat menahan diri untuk tidak melakukan hal-hal amoral

atau hal-hal yang dapat merusak moral.11
 Kuncu( susilawan)
Kuncu atau manusia yang berwatak susilawan, namun dia tetaplah manusia biasa, bukan
nabi dan bukan pula manusia suci. Kuncu adalah manusia biasa yang sadar akan
tanggung jawabnya sebagai ciptaan Thian dan mengemban firman-NYA. Selalu
berusaha untuk menjadi manusia yang tidak sampai menanggung malu dihadapan
Thian, manusia, dan dunia ini.
Menjadi seorang susilawan adalah hal yang sering disabdakan oleh konfusius,
terbukti dengan banyaknya kitab suci yang mengangkat tentang sikap dan sifat seorang
susilawan atau kuncu. Diantaranya tersurat dalam kitab Lun Gi XVI: 8, Lun Gi XX: 3,
Bing Cu VIIA :20 dan 21, dan masih banyak lagi ayat dalam kitab suci konfusianisme
yang menyinggung tentang kemuliaan seorang kuncu atau susilawan.
e. Hari raya dan kebaktian
Imlek adalah tahun baru menurut penanggalan kalender China, yang sudah
digunakan oleh masyarakat China kuno. Oleh kerena itu, umat konfusius yang
mayoritasnya adalah etnis China, maka mereka juga ikut merayakan imlek sebagai hari
besar. Dan timbah dengan perayaan-perayaan lain seperti, peringatan hari lahir
Konfusius ( 27-8 imlek), wafatnya konfusius (18-2 imlek), hari genta rohani (Tangce)
22 Desember, Chingming( 5 april), dan Qing Di Gong (8/9 imlek).
Kebaktian yang sangat penting dalam Konfusianisme adalah memperingati
peristiwa-peristiwa kelahiran, kematian, dan perkawinan. Karena menurut ajaran
konfusianisme semua kesadaran berakhir dengan kematian. Maka dari itu sudah
11 Con-lao.blogspot.com/2012/05/etika-dalam-agama-konghucu.html

menjadi tugas manusialah untuk menghormati para leluhur mereka. Dan untuk ritual
penghormatan ini disediakan tempat khusus untuk keperluan ini, di dalam rumah atau di
dalam kuil (kelenteng).12
C. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN KONFUSIANISME
Perkembangan agama Konfusianisme dimulai sejak wafatnya Konfusius
diusianya yang ke 73 tahun. Diantara muridnya yang paling terkenal dan gigih dalam
menyebarkan ajaran-ajaran konfusius adalang Meng Zi atau Mencius dan Hsun Tsu.
Sekitar tahun 206 S.M – 220 M, dibawah kekuasaan dinasti Han, konfusius
dikembangkan bukan hanya sebagai pemikiran filsafat, tetapi juga sebagai agama yang
penuh aspek-aspek spiritual, moral, dan kultural, dan tokoh utamanya adalah Tsung
Chuang Shu. Akan tetapi, dikarenakan perbedaan pola pemikiran tentang ajaran
konfusius dan tentang kedudukan konfusius sendiri, sebagai Tuhan atau hanya sebagai
seorang Nabi atau Guru. Menyebabkan kunfusianisme terbagi kedalam beberapa
kelompok dan aliran.
a. Neo Konfusianisme
Pada abad pertengahan muncul dan berkembanglah sebuah aliran baru dari
konfusianisme yang disebut sebagai Li Huch Chia ( Neo Konfusianisme), pengikut
aliran ini adalah murid- murid spiritual Konfusius, namun pola pikir mereka banyak
dipengaruhi oleh para pengajar yang beraliran Chan atau Zen, sehingga aliran ini lebih
dikenal sebagai perevisi atau perbaikan terhadap sistem moral, etika, dan kepercayaan
lama berdasarkan perkembangan-perkembangan baru.
b. Hubungan konfusianisme dengan Taoisme dan Budhisme
Hubungan antara ketiga agama ini sangatlah rumit untuk dijabarkan, karena
ketiga agama ini hidup berdampingan dan saling bersinergi dan melengkapi dalam
kepercayaan masyarakat China. Seperti yang telah disampaikan pada pendahuluan
bahwa di China ada pepatah yang mengatakan bahwa China memiliki tiga agama, tetapi
yang tiga itupun sebenarnya hanya satu. Agama yang dimaksud adalah agama
Konfusianisme, Taoisme, dan Budhisme. Misalnya, seorang penganut Konfusianisme,
akan meminta seorang pendeta Budha untuk membacakan doa bagi simayit, karena
Budha memiliki presfektif yang menarik tentang orang mati, dan memperaktekkan

12 Ibid hal 171

ajaran-ajaran Tao antuk menentukan tempat penguburan yang baik. Begitulah gambaran
keharmonisan agama di China.
D. KONFUSIANISME DI INDONESIA
Akulturasi yang sangat sempurna antara etnis Tiongkok atau sekarang yang
lebih dikenal dengan China dengan penduduk Nusantara bukanlah hal yang luar biasa.
Karena hubungan Indonesia dengan Tiongkok sudah terjadi semenjak zaman prasejarah.
Maka bukan hal baru jika agama Konfusius atau di Indonesia lebih dikenal dengan
nama Kong Hu Cu ada di Indonesia. Karena agama Kong Hu Cu sendiri sudah menjadi
agama negara semenjak 136 SM. Maka sudah barang tentu para etnis Tiongkok yang
datang ke Indonesia ini juga membawa ajaran dan keyakinan mereka yaitu
Konfusianisme.
Pada zaman penjajahan,perkembangan agama Konfusius ditandai dengan
berdirinya beberapa organisasi yang bertujuan memajukan agama tersebut. Ini dapat
kita lihat dari usaha mereka membentuk organisasi yang awalnya bernama Khong Kaw
Hwee ( Lembaga Agama Kong Hu Cu) tahun 1918, dan kemudian akhirnya dikenal
dengan sebutan “Majelis Tinggi Agama Kong Hu Cu Indonesia” yang disingkat menjadi
MATAKIN, serta memiliki cabang di seluruh Kabupaten dan Kota Madya dengan nama
MAKIN ( Majelis Agama Kong Hu Cu Indonesia). Serta usaha mereka untuk diakui di
Indonesia ini juga dapat kita lihat dari pengiriwan perwakilan ke Kementrian Agama
Republik Indonesia ditahun 1961, dan kemudian berdasarkan UU nomor 5 tahun 1979
agama Kong Hu Cu dinyatakan sebagai agama yang diakui sah di Republik Indonesia.
Dan sejak 5 April 1979 agama tersebut dikelola dibawah Direktorat Jendral Hindu dan
Budha di Deperteman Agama Republik Indonesia.13
C. KESIMPULAN
Dari berbagai uraian diatas dapat kita ambil beberapa kesimpulan diantaranya
ialah bahwa peradaban Tiongkok atau China kuno sangatlah penting dalam
kontribusinya menyumbangkan ilmu pengetahuan yang luar biasa seperti sistem
kalender yang sangat komprehensif, serta peran pemekirian Konfusius yang sangat
berarti bagi kehidupan umat konfusian khususnya dan dunia umumnya dalam bidang
filsafat, moral, etika, kultur, dan tentunya agama atau kepercayaan.
Meski kita tidak bisa memungkiri sejarah tentang perpecahan dan
penyelewengan yang dilakukan oleh orang-orang setelahnya yang melakukan
interpretasi berdasarkan kepentingan asing-masing. Namun, perlu diingat juga bahwa
13 Rahmat Fajri dik, Agama- Agama Dunia,diterbitkan Jurusan PA, UIN SUKA,
Yogyakarta bekerja sama dengan Penerbit Belukar, Yogyakarta, 2012. Hal. 299

sumbangan para murid Konfusius yang benar-benar ingin meluruskan kembali ajaran
Konfusius yang telah diselewengkan telah memberikan banyak pengaruh dalam
perkembangan agama Konfusius, seperti Mancius, Hsun Tsu, dan Li Huch Chia.
Disamping tentang keimanan Konfusius, Ajaran- ajaran etika Konfusius tentang
hubungan bawahan dengan bawahan, ayah dengan anak, suami dengan istri, teman
dengan teman sangatlah luar biasa jika dihayati secara menyeluruh dan tentunya akan
mengharmoniskan hubungan negara dengan rakyatnya, orang tua dengan anaknya,
suami dengan istrinya, dan teman dengan temannya.
A. DAFTAR PUSTAKA
 Rahmat Fajri, Roni Ismail, Khoirullah Zikri, dkk , Agama -Agama Dunia,
diterbitkan oleh Jurusan Perbandingan Agama, UIN SUKA, Yogyakarta,
bekerjasama dengan Penerbit Belukar, Yogyakarta 2012
 Lasiyo, Haksu Tjihe Tjai Ing, dkk, Pergulatan Mencari Jati Diri, Pustaka
Pelajar bekerja sama dengan MATAKIN Jakarta, Yogyakarta 1995
 Huston Smith, Agama- Agama Manusia, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2004
 Michael Keene, Agama- Agama Dunia, Penerbit kandis, Yogyakarta, 2012
 Hm. Arifin, menguak mesteri ajaran-ajaran besar, Golden Taylor (jakarta,
1995)
 Con-lao.blogspot.com/2012/05/etika-dalam-agama-konghucu.html dilihat 13
Okt 2014, pukul 19:30

 http://vincentspirit.blogspot.com/2011/12/kepercayaan-tradisionalmasyarakat.html dilihat 10 Okt 2014, pukul 15: 38
 http://uun-halimaah.blogspot.com/2008/04/sistem-kepercayaan-orang-cina.htm

dilihat 10 Okt 2014, pukul 15 : 49