Makanan tradisional Khas dari Aceh
Pendahuluan
Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah pangan.
Berbeda dengan makhluk lain di bumi, manusia
mempunyai
kemampuan
lain
untuk
mencari,
memperoleh, mengolah, dan memanfaatkan bahan
pangan sehingga pangan yang dimakan oleh manusia
jauh lebih baik bagi kesehatan. Mengapa hal itu dapat
terjadi ? Jawabannya adalah karena manusia memiliki
budaya. Dengan kata lain, bahan pangan yang
diperoleh manusia telah melalui proses kebudayaan
sebelum dimakan atau kebudayaan telah mengatur
manusia dalam pemenuhan kebutuhan pangan.
Kebudayaan mengatur
masyarakat dalam
bertindak dan berperilaku. Dengan kata lain, perilaku
manusia juga diatur seperangkat budaya yang dimiliki
oleh masyarakat tersebut.
Jadi, setiap orang,
bagaimanapun bentuk kehidupannya dapat dipastikan
ia senantiasa menciptakan kebiasaan (habit), minimal
untuk
kepentingan diri pribadinya, baik disadari
maupun tidak. Karenanya, dalam suatu masyarakat
wajar pula jika kebiasaan orang yang satu dengan yang
lain saling berkaitan. Kebiasan yang baik atau positif
biasanya diakui serta dilakukan oleh sesama anggota
warga masyarakat lainnya. Lebih jauh lagi, pada tahap
selanjutnya, maka terciptalah apa yang dikenal sebagai
norma-norma atau kaidah-kaidah (Soekanto, 1969).
Salah satu norma yang mengatur perilaku manusia
adalah norma dalam hal makan dan minum. Menurut
Levi-Strauss makanan merupakan kebutuhan alamiah
pokok manusia (Koentjaraningrat, 1987: 212).
Dari paparan di atas dapat dikatakan bahwa
pada setiap komunitas ditemui perbedaan kebiasaan
1
makan dan pola makan antar suku bangsa berdasarkan
kebudayaan yang mereka miliki. Tradisi makan-minum
masyarakat kota akan berbeda dengan masyarakat
pedesaan, dan berbeda pula antara masyarakat petani
dengan nelayan, dan sebagainya. Misalnya, di daerah
Irian Jaya makanan pokok masyarakat di sana adalah
sagu, sedang makanan pokok masyarakat Maluku
adalah ubi. Demikian pula dengan masyarakat lain di
belahan bumi nusantara ini. Kebiasaan makan yang
berbeda antara satu dengan lainnya dapat dilihat dari
jenis makanan, pengolahan, penyajian, rasa dan
aromanya, serta cara menghidangkannya. Hal ini sama
seperti yang diutarakan oleh Kalangi (1985: 16) sebagai
berikut,
"Makanan adalah suatu konsep kebudayaan yang
merupakan bahan yang telah diterima dan diolah
secara budaya untuk dimakan sesudah melalui
proses penyiapan dan penyuguhan yang juga
secara budaya supaya dapat hidup dan berada
dalam kondisi kesehatan yang baik".
Pada dasarnya, makanan bagi manusia tidak
hanya berfungsi sebagai suatu yang mengenyangkan
perut saja, namun ia juga mempunyai arti simbolik.
Artinya, makanan mempunyai arti sosial, agama, dan
lain-lain. Arti sosial dalam arti mempunyai fungsi
kemasyarakatan, seperti mempererat kesatuan desa,
memperkukuh kedudukan golongan tertentu dalam
masyarakat, membedakan status golongan berdasarkan
perbedaan seks, usia, kasta, dan lain-lain. Untuk
memperkuat arti simbolik ini sering fungsi tersebut
dihubungkan dengan kepercayaan, keyakinan, dan
takhyul serta untuk menunjangnya sering ada sanksi,
baik berupa hukuman konkret maupun gaib.
2
Dengan demikian, biarpun makanan jelas
penting untuk kehidupan biologis, namun ia juga
penting untuk hubungan sosial. Menurut Foster dan
Anderson (1975: 268-271) secara simbolis makanan
sedikitnya dapat berupa empat ungkapan, yaitu ikatan
sosial, solidaritas kelompok, makanan dan ketegangan
jiwa, serta simbolisme makanan dalam bahasa.
Tradisi Makanan dan Minum Masyarakat Aceh
Makanan pokok masyarakat Aceh adalah nasi.
Perbedaan yang cukup menyolok di dalam tradisi
makan dan minum masyarakat Aceh dengan
masyarakat lain di Indonesia adalah pada laukpauknya. Lauk-pauk yang biasa dimakan oleh
masyarakat Aceh sangat spesifik dan bercitra rasa
seperti masakan India. Lauk-pauk utama masyarakat
Aceh dapat berupa ikan, daging (kambing/sapi). Di
antara makanan khas Aceh adalah gulai kambing (Kari
Kambing), sie reboih, keumamah, eungkot paya (ikan
Paya), mie Aceh, dan Martabak. Selain itu, juga ada nasi
gurih yang biasa dimakan pada pagi hari. Sedangkan
dalam tradisi minum pada masyarakat Aceh adalah
kopi.
Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila
pada pagi hari kita melihat warung-warung di Aceh
penuh sesak orang yang sedang menikmati makan pagi
dengan nasi gurih, ketan/pulut, ditemani secangkir kopi
atau pada siang hari sambil bercengkrama dengan
teman sejawat makan nasi dengan kari kambing, dan
sebagainya.
3
Potensi Makanan Khas
Ragam Pangan Tradisional
Provisni Aceh memiliki beragam pangan khas
tradisional. Makanan khas satu Kabupaten/kota
berbeda dengan kabupaten/kota lainnya, sesuai dengan
ramuan, pengalaman dan budaya dari masing-masing
daerah. Dapat dibayangkan betapa banyaknya ragam
makanan dan minuman khas dari 23 kabupaten/Kota
di Provinsi Aceh. Hal ini merupakan kekayaan
khasanah pangan tradisional yang dimiliki oleh
masyarakat Aceh. .
Ada makanan khas tertentu yang terdapat di
beberapa kab/kota, namun memiliki cita rasa yang
berbeda. Perbedaan ini disebabkan oleh bumbu dan
bahan yang digunakan sedikit berlainan. Salah satu
contoh adalah kuah plik ue, di Kabupaten Aceh Besar
dan Pidie misalnya terdapat perbedaan antara lain
bahan yang digunakan dan tampilannya terdapat
perbedaan.
Cita rasa panganan khas Aceh untuk bumbu
masakan didominasi oleh rasa pedas, asam dan asin.
Sementara untuk panganan kue tradisional didominasi
oleh rasa manis. Aceh mempunyai aneka jenis makanan
khas yang dikenal, antara lain
1. Masakan
a. Sie reboh
b. Sie Teulheu
c. Sie Asam Keueng
4
d. Sie Manok Asam Keueng
e. Engkot asam keueng
f. Karie Kambeng
g. Ayam Tangkap
h. Engkot paya
i.
Keumamah
j.
Gule Plik Ue
k. Pepes Tiram
l.
Dendeng Sapi
m. Dendeng Ikan
n. Emping Belinjo
2. Kue
a. Timphan
b. Bhoi
c. Bada Retek
d. KekarahWajik Puteh
e. Halua Meusekat
f. Dodol
3. Minuman
a. Kopi
Potensi Makanan Khas Aceh
Budaya dan adat istiadat Aceh mempengaruhi citra
rasa dari makanan khas Aceh. Banyak ragam makan
dari Provinsi paling barat. Namun hanya beberapa
5
makanan khas yang dikenal dari Provinsi ini. di Industri
pengolahan hasil laut di daerah Aceh, sampai saat ini
masih
terdata
sebagai
industri
kecil
dan
menengah.Kebanyakan dalam pengolahan hasil laut
masih di lakukan perorangan sehingga sangat sulit
untuk mendata secara pasti jumlah pengusaha
pengolahan hasil laut.
Seperti contoh, produksi kerupuk, baik yang
berbahan baku ikan maupun udang banyak dilakukan
oleh perorangan atau home industri. Kebanyakan
pengolahannya masih menggunakan metode tradisional.
Beberapa panganan yang diolah secara tradisional dari
bahan ikan laut dan udang adalah sebagai berikut:
1. Ikan keumamah (ikan kayu) diolah dari ikan
tongkol
2. Ikan asin diolah dari berbagai jenis ikan, baik
ikan yang berasal dari laut maupun ikan air tawar
3. Kerupuk, merupakan makanan ringan yang
diolah dari bahan ikan maupun udang
4. Terasi atau belacan merupakan bumbu
masakan yang diolah dari udang ebi (salah satu
jenis udang laut)
5. Ikan teri yang dikeringkan
6. Bakso ikan dan lainnya.
Kalau dilihat dari pohon industri pengolahan hasil
laut di atas, banyak bahan-bahan dari ikan, udang dan
rumput laut yang belum dimanfaatkan secara
maksimal. Peluang untuk mendirkan industri-industri
hilir pengolahan hasil laut masih terbuka lebar. Hasil
laut
yang
berlimpah,
sebagian
besar
hanya
6
dimanfaarakan untuk kebutuhan lokal, diperlukan
peran pemerintah untuk membangun masyarakat
dalam mengolah hasil laut tersebut.
Data industri kecil pengolahan hasil laut yang ada
di Provinsi Aceh dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
7
N
O
NAMA
KELOMPOK
1
2
1
2
KSM
TUNA/KPK
TONGKOL
KUB
TENGGIRI
KONTAK
ALAMAT
DESA/KELURAHA KAB./KOT
N
A
PERSON
JALAN
3
4
5
-
FAUZIAH
HASDAWATI
BAK KARIENG
NO 3
NAMA
TELEPON
PRODUK
6
7
8
DESA LAMPULO
BANDA
ACEH
08527708663
4
ABON IKAN
KEUMAMAH
ULEE LHEUE
BANDA
ACEH
08526042131
4
PUNGE BLANG
CUT
BANDA
ACEH
08136069990
3
LHONG RAYA
BANDA
ACEH
08136073503
5
DESA LAMBUNG
BANDA
ACEH
08136036364
8
ABON IKAN
KEUMAMAH
MEUSEKAT
DODOL
SEUPIT
BUNGONG KAYEE
BHOI
KEKARAH
MEUSEKAT
BUNGONG KAYEE
BHOI
KEKARAH
MEUSEKAT
BHOI
BOH HUSEN
BOH HUSEN
BADA RETEK
KERIPIK
PEPES TIRAM
BUBUK KOPI Tgk.
ACEH
3
-
NURAINI
4
KEL. JEUMPA
PUTEH
CUT
BAHRIEN
5
KEL.
LAMBUNG
KARYA
MAGHFIRAH
6
BHOI PUTRI
PUTRI
ZULVITA
GEUCEU MENARA
BANDA
ACEH
08527718192
4
DESA ALUE DEAH
TENGOH
MEURAXA
BANDA
ACEH
08526069810
6
GEUCE MENARA
BANDA
ACEH
-
7
-
RASYIDAH
8
-
HERIANTO
JL TGK
MEUNARA III
8
9
-
ASNAWI
10
-
NURDIN
11
CAP
TENGGIRI
MUKHTAR.SA
12
DENDENG
SEULAWAH
LUKMAN
HAKIM
13
HOME
INDUSTRIES
HOME
INDUSTRIES
HOME
INDUSTRIES
HOME
INDUSTRIES
HOME
INDUSTRIES
HOME
INDUSTRIES
SAMSUL
BAHRI
AINUN
MARDHIAH
JAELANI
IBRAHIM
14
15
16
17
18
ULEEE KARENG
TWK RAJA
KEUMALA
MERDUATI
ATEUK JAWO
TWK IMUM
LHONG BATA
NEUSU ACEH
KAMPUNG
KERAMAT
DESA BLANG CUT
HERAWATI
DESA LAMBHUK
JAHIAR
LAMTUI, COT GLE
MIKUN
SUKA DAMAI,
SAREE
BANDA
ACEH
BANDA
ACEH
BANDA
ACEH
BANDA
ACEH
BANDA
ACEH
BANDA
ACEH
BANDA
ACEH
BANDA
ACEH
ACEH
BESAR
ACEH
BESAR
08136001741
BBK KOPI ULEE
KARENG
-
ABON IKAN
08136054118
4
DENDENG IKAN
0651-33367
DENDENG SAPI
KERUPUK KULIT
EMPING BELINJO
KERIPIK UBI
KUE SEPIT
08526005293
9
RUJAK ACEH
08126988066
BUBUR KANJI
RUMBI
08527708003
4
08526040161
6
ACEH
BESAR
19
N
O
HOME
INDUSTRIES
NAMA
KELOMPOK
YUSRIANI
KONTAK
PERSON
BANDA ACEH
- LHOKNGA
JALAN
LAMPISANG
ALAMAT
KAB./KOT
PRODUK
A
9
08527706057
8
TELP
DODOL TAPE UBI
KERIPIK UBI
BHOI
KEKARAH
BUNGONG KAYE
DODOL
MEUSEKAT
BADA RETEK
SEUPET
NAMA PRODUK
1
2
20
HOME
INDUSTRIES
21
HOME
INDUSTRIES
HOME
INDUSTRIES
HOME
INDUSTRIES
22
23
3
WARDIAH
1
BANDA ACEH
- LHOKNGA
LAMPISANG
ACEH
BESAR
CUT
MARIANA
DARMAWATI
ERLY
HOME
INDUSTRIES
JUSWARDI
HOME
INDUSTRIES
5
RAMLI
HOME
INDUSTRIES
HOME
INDUSTRIES
HOME
INDUSTRIES
4
RAWA SAKTI
2
3
MEUSEKAT
BADA RETEK
SEUPET
SUKA DAMAI,
SAREE
MEUNASAH
BALEK,
DS TEUNGOH
BLANG
ACEH
BESAR
08136018371
2
KERIPIK UBI
PIDIE
-
ADE
PIDIE
08526018613
7
HALUA BLUEK
BLANGPIDIE
ABDYA
DS DURIAN
RAMPAK
ABDYA
KERIPIK UBI
KERIPIK PISANG
KUE BAWANG
KUE SAGU
KEKARAH
BHOI
EPI MARLINA
ACEH JAYA
KUE MARHABAN
SANTI
ACEH JAYA
KUE MARHABAN
BIREUEN
KERIPIK UBI
KERIPIK PISANG
BHOI
MEUSEKAT/DODO
L
ADHE
KUE GRIENG
KEKARAH
HALUWA
HENDRIANT
O, SE
10
Dari data beberapa makanan khas Aceh yang ada,
potensi makanan khas aceh dapat dikembangkan
adalah kue Bhoi, Bada Retek dan Kekarah. Ketiga
makanan (kue tradisional) Aceh ini bisa menjadi simbol
dari makanan khas/kue tradisional Aceh dikarenakan
ketiga macam makanan ini memiliki ciri tersendiri dan
hanya ada di Provinsi paling barat dari negara Republik
Indonesia.
1. Kue Bhoi
Kue Bhoi merupakan panganan yang terbuat dari
tepung beras, namun sekarang telah dimodifikasi
dengan menggunakan tepung gandum/terigu. Kue bhoi
dicetak benbentuk ikan, bunga dan bentuk topi. Pada
acara perkawinan adat Aceh, Kue Bhoi digunakan
sebagai hantaran dari pihak perempuan.
Seiring dengan perkembangan, tradisi hantaran
berupa kue bhoi tetap lestari. Hal ini memberikan
peluang yang besar bagi perkembangan kue bhoi.
Masyarakat Aceh yang berada di perantauan sering
membawa makan ini ke tempat mereka yang baru,
sehinggga makanan khas ini sudah dikenal hampir
diseluruh Indonesia. Tidak heran bila makanan ini
merupakan salah satu oleh-oleh dari Aceh
yang
diberikan kepada kerabat, teman dan saudara.
Bahan dan cara pembuatan Kue Bhoi sangat
praktis. Namun karena kue ini dibuat secara
tradisional, peralatan yang digunakanpun seadanya.
11
Karena bahan-bahan yang digunakan dengan takaran
yang sama maka masyarakat Aceh sering menggunakan
gelas sebagai alat ukurnya.
Cara Pembuatan kue Bhoi
Bahan
:-
Cara Membuat
1 Gelas Tepung terigu (penuh)
1 Gelas gula pasir
1 Gelas telur ayam
Vanili
Mentega secukupnya
mengoles cetakan)
(untuk
:
- Kocok telur
mengembang
dan
gula
sampai
- Campurkan tepunpg sedikit demi
sedikit sampai habis
- Masukan adonan kedalam cetakan
yang telah di oleskan dengan
mentega
- Panggang di atas api sedang
Kue Bhoi diharapkan dapat dikenal hingga ke
pasar internasional. Namun hal ini tidak mudah.
Banyak faktor yang harus dipenuhi untuk maksud
tersebut. Diantaranaya kemasan yang baik dan
menarik. Dengan kemasan yang menarik membuat
konsumen tertarik untuik membeli.
12
Hal lain adalah standar mutu yang harus dipenuhi
oleh produk makanan, antara lain syarat kesehatan
berupa tampilan nilai gizi yang terkandung pada
makanan. Selain itu serifikasi halal dari MUI dan
serifikasi dari Balai Pengawasan Obat dan Makanan.
Syarat-syarat tersebut membutuhnya dana yang
tidak sedikit. Permasalahan yang ada adalah bahwa kue
bhoi ini diproduksi oleh industri rumah tangga yang
merupakan industri mikro. Dapat dibayangkan, untuk
modal pembuatan kue ini saja mereka sudah
kewalahan, apalagi harus mengeluarkan dana untuk
hal-hal penunjang penjualan. Oleh karena itu, perajin
hanya
menggunakan
wadah
plastik
sebagai
pembungkus kue.
2. Bada Retek
Sama halnya dengan kue Bhoi, Bada retek juga
merupakan kue tradisional yang bahan utamanya
terbuat dari tepung beras dan kacang hijau. Namun ada
beberapa daerah bahan utamanya berbeda, ada yang
menggunakan tepung terigu dan kelapa.
Bada retek merupakan makanan kecil yang biasa
di santap dengan secangkir kopi atau teh untuk mengisi
waktu senja Bada retek merupakan salah satu kue yang
dibawa
sebagai
oleh-oleh
dari
Provinsi
Aceh.
Keberadaan Bada retek di pasar tradisional sangat
terbatas.
13
Bahan dan cara membuat kue bada retek juga
banyak terdapat di pasar-pasar tradisional. Cara
pembuatan bada retek adalah sebagai berikut:
Bada Retek
Bahan
: lalu ditumbuk halus
Cara Membuat
1 kg kacang hijau, digongseng
1 kg manisan tebu
1 Butir telur ayam
1 Kg tepung beras
Garam secukupnya
Minyak untuk menggoreng
Air secukupnya
:
- Aduk tepung beras, telur, garam
dan air hingga adonan mengental
-
Panaskan manisan tebu lalu
masukkan kacang hijau tumbuk,
aduk sampai rata
- Giling tipis adonan kacang hijau ½
cm atau 1 cm dan potong
berbentuk irisan wajik
- Masukan kacang hijau ke dalam
adonan
tepung
lalu
digoreng
hingga berwarna kekuningan.
4. Kue Kekarah
14
Kue kekarah merupakan kue tradisional yang
tampilannya sangat unik. Berbentuk seperti jalinan
benang yang disusun sedemikian rupa dibentuk
menyerupai sarang burung. Karena bentuk inilah kue
tradisional ini ada yang menyebutnya sebagai kue
sarang burung.
Bahan kue kekarah ini juga terbuat dari tepung
beras. Adonan kue dibentuk dengan cetakan khusus
yang kemudian digoreng. Bahan dan cara pembuatan
kue ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
KEKARAH
Bahan
:-
Cara Membuat
Tepng beras
1 kg manisan tebu
1 Butir telur ayam
1 Kg tepung beras
Garam secukupnya
Minyak untuk menggoreng
Air secukupnya
:
- Aduk tepung beras, telur, garam
dan air hingga adonan mengental
-
Panaskan manisan tebu lalu
masukkan kacang hijau tumbuk,
aduk sampai rata
15
- Giling tipis adonan kacang hijau ½
cm atau 1 cm dan potong
berbentuk irisan wajik
- Masukan kacang hijau ke dalam
adonan
tepung lalu
digoreng
hingga berwarna kekuningan.
Kue kekarah yang memiliki rasa gurih sangat pas
bila dikonsumsi dengan secangkir kopi atau teh. Kue ini
juga sering diberikan sebagai hantaran pada pesta
perkawinan adat masyarakat Aceh.
Strategi Pemerintah Daerah/Instansi dalam
Pengembangan Sektor Industri Makanan Khas Aceh
Pengembangan makanan/kue trasional Aceh yang
memiliki cita rasa yang nikmat
merupakan tugas
bersama antara pemerintah Aceh, Perajin, Stakeholder
dan masyarakat Aceh. Isu yang lagi trend saat ini
berupa pencaplokan suatu produk intelektual Bangsa
Indonesia oleh negara tetangga merupakan salah satu
hal yang harus diwaspadai. Perlu langkah-langkah
strategis yang dilakukan secara cepat dan tepat.
Untuk menghindari terjadinya pencaplokan suatu
produk oleh negara-negara lain, maka Pemerintah perlu
mempatenkan makanan ini sebagai salah satu
kekayaan kasanah budaya Indonesia, khusunya
makanan khas Aceh.
16
Pembinaan terhadap para perajin dan usaha
secara berkelanjutan merupakan langkah yang
dilakukan pemerintah daerah untuk menunjang
peningkaqtan dan pengembangan industri makanan
khas Aceh. Dengan dilakukan pembinaan yang
berkelanjutan diharapkan para perajin mendapatkan
pengayaan wawasan tentang cara-cara memajukan
usahanya.
Kreatifitas
perajin
diharapkan
akan
meningkat sehingga kue Bhoi, Kekarah dan Bada Retek
mengalami metamorfosis dalam hal bentuk yang lebih
menarik dan rasa yang lebih fantatis.
Desain kemasan juga merupakan salah satu unsur
penting dalam menunjang peningkatan nilai jual
produk. Dengan kemasan yang menarik akan menggoda
konsumen untuk memiliki. Kemasan merupakan alat
promosi pertama bila produk masuk dalam mekanisme
pasar.
Bantuan modal kepada industri kecil yang
bergerak di bidang pengolahan makanan khas Aceh
merupakan salah satu strategi Pemerintah Daerah
untuk menunjang kelangsungan operasional usaha
IKM. Bantuan modal berupa dana segar disalurkan
melalui koperasi, sementara bantuan modal berupa
peralatan disalurkan kepada kelompok-kelompok
usaha.
Permasalahan
Belum adanya industri besar yang bergerak dalam
pengolahan makanan khas Aceh menyebabkan kurang
17
dikenalnya beberapa makanan khas Aceh diluar daerah.
Hal ini disebabkan karena makanan khas Aceh masih
didominasi oleh industri rumah tangga. Produksi
makanan hasil dari industri rumah tangga umumnya
hanya untuk memenuhi pesanan lokal.
Sentra-sentra makanan khas Aceh masih belum
terfokus, sehingga pemasaran makanan khas Aceh ini
sulit didapat. Masalah kendala pemasaran makanan
khas Aceh lainnya adalah:
1. Belum ada toko atau tempat penjualan kue
tradisional khas Aceh yang terletak di
sepanjang jalan menuju bandara internasional
Sultan Iskandar Muda.
2. Sulitnya mencari tempat penjualan kue
tradisional disepanjang jalan menuju kawasan
wisata.
3. Belum banyaknya sentra makanan/kue khas
Aceh di Provinsi Aceh sehingga masyarakat
yang ingin membeli oleh-oleh berupa kue
tradisional merasa enggan untuk membeli kue
disentra yang ada karena lokasinya jauh dari
pusat kota.
4. Kurangnya Promosi terhadap kue Bhoi,
Kekarah dan bada retek, sehingga kurang
terkenalnya kue-kue ini sebagai makanan khas
yang bisa dijadikan buah tangan dari Provinsi
Aceh
Budaya masyarakat Aceh juga mempengaruhi
pengembangan industri makanan khas khususnya kue
tradisional yang dikenal dengan nama kue Bhoi,
Kekarah dan Bada retek ini. Sifat yang gampang puas
18
menyebabkan kurang majunya industri makanan ini.
Umumnya perajin merasa puas dengan keuntungan
yang telah diperoleh selama ini. Merasa mahal untuk
mengurus hal-hal yang perlu seperti regestrasi dari
POM dan Depkes sebagai unsur pendukung dalam
penjualan produknya.
Bila usaha dagang mengalami kendala sehingga
keuntungan menurun, jarang ada yang mencari solusi
agar industri mereka tetap bertahan dan berkembang,
hal yang sering dilakukan adalah hijrah ke bidang
industri lain mengikuti trend yang sedang diminati.
Penutup
Bahasan yang dipaparkan pada bagian terdahulu
memperlihatkan bahwa Aceh memiliki potensi yang
cukup baik terkait dengan makanan khas. Apabila
dikembangkan dengan baik potensi tersebut bukan
tidak mungkin akan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan daerah. Untuk itu, dibutuhkan
politicall will dari semua pihak dalam rangka
pengembangan makanan khas Aceh.
Daftar Pustaka
Foster, George M dan Barbara Anderson. 1978. Medical
Antropology. New York, Chichester, Bribane &
Toronto: John Willey & Sons.
19
Kalangi, Nico S. 1985
"Makanan
sebagai
Suatu
Sistem",
dalam
Ilmu-ilmu
Sosial
dalam
Pembangunan Kesehatan. Jakarta: Gramedia.
Koentjaraningrat. 1987. Sejarah Teori Antropologi I.
Jakarta: UI-Press.
20
Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah pangan.
Berbeda dengan makhluk lain di bumi, manusia
mempunyai
kemampuan
lain
untuk
mencari,
memperoleh, mengolah, dan memanfaatkan bahan
pangan sehingga pangan yang dimakan oleh manusia
jauh lebih baik bagi kesehatan. Mengapa hal itu dapat
terjadi ? Jawabannya adalah karena manusia memiliki
budaya. Dengan kata lain, bahan pangan yang
diperoleh manusia telah melalui proses kebudayaan
sebelum dimakan atau kebudayaan telah mengatur
manusia dalam pemenuhan kebutuhan pangan.
Kebudayaan mengatur
masyarakat dalam
bertindak dan berperilaku. Dengan kata lain, perilaku
manusia juga diatur seperangkat budaya yang dimiliki
oleh masyarakat tersebut.
Jadi, setiap orang,
bagaimanapun bentuk kehidupannya dapat dipastikan
ia senantiasa menciptakan kebiasaan (habit), minimal
untuk
kepentingan diri pribadinya, baik disadari
maupun tidak. Karenanya, dalam suatu masyarakat
wajar pula jika kebiasaan orang yang satu dengan yang
lain saling berkaitan. Kebiasan yang baik atau positif
biasanya diakui serta dilakukan oleh sesama anggota
warga masyarakat lainnya. Lebih jauh lagi, pada tahap
selanjutnya, maka terciptalah apa yang dikenal sebagai
norma-norma atau kaidah-kaidah (Soekanto, 1969).
Salah satu norma yang mengatur perilaku manusia
adalah norma dalam hal makan dan minum. Menurut
Levi-Strauss makanan merupakan kebutuhan alamiah
pokok manusia (Koentjaraningrat, 1987: 212).
Dari paparan di atas dapat dikatakan bahwa
pada setiap komunitas ditemui perbedaan kebiasaan
1
makan dan pola makan antar suku bangsa berdasarkan
kebudayaan yang mereka miliki. Tradisi makan-minum
masyarakat kota akan berbeda dengan masyarakat
pedesaan, dan berbeda pula antara masyarakat petani
dengan nelayan, dan sebagainya. Misalnya, di daerah
Irian Jaya makanan pokok masyarakat di sana adalah
sagu, sedang makanan pokok masyarakat Maluku
adalah ubi. Demikian pula dengan masyarakat lain di
belahan bumi nusantara ini. Kebiasaan makan yang
berbeda antara satu dengan lainnya dapat dilihat dari
jenis makanan, pengolahan, penyajian, rasa dan
aromanya, serta cara menghidangkannya. Hal ini sama
seperti yang diutarakan oleh Kalangi (1985: 16) sebagai
berikut,
"Makanan adalah suatu konsep kebudayaan yang
merupakan bahan yang telah diterima dan diolah
secara budaya untuk dimakan sesudah melalui
proses penyiapan dan penyuguhan yang juga
secara budaya supaya dapat hidup dan berada
dalam kondisi kesehatan yang baik".
Pada dasarnya, makanan bagi manusia tidak
hanya berfungsi sebagai suatu yang mengenyangkan
perut saja, namun ia juga mempunyai arti simbolik.
Artinya, makanan mempunyai arti sosial, agama, dan
lain-lain. Arti sosial dalam arti mempunyai fungsi
kemasyarakatan, seperti mempererat kesatuan desa,
memperkukuh kedudukan golongan tertentu dalam
masyarakat, membedakan status golongan berdasarkan
perbedaan seks, usia, kasta, dan lain-lain. Untuk
memperkuat arti simbolik ini sering fungsi tersebut
dihubungkan dengan kepercayaan, keyakinan, dan
takhyul serta untuk menunjangnya sering ada sanksi,
baik berupa hukuman konkret maupun gaib.
2
Dengan demikian, biarpun makanan jelas
penting untuk kehidupan biologis, namun ia juga
penting untuk hubungan sosial. Menurut Foster dan
Anderson (1975: 268-271) secara simbolis makanan
sedikitnya dapat berupa empat ungkapan, yaitu ikatan
sosial, solidaritas kelompok, makanan dan ketegangan
jiwa, serta simbolisme makanan dalam bahasa.
Tradisi Makanan dan Minum Masyarakat Aceh
Makanan pokok masyarakat Aceh adalah nasi.
Perbedaan yang cukup menyolok di dalam tradisi
makan dan minum masyarakat Aceh dengan
masyarakat lain di Indonesia adalah pada laukpauknya. Lauk-pauk yang biasa dimakan oleh
masyarakat Aceh sangat spesifik dan bercitra rasa
seperti masakan India. Lauk-pauk utama masyarakat
Aceh dapat berupa ikan, daging (kambing/sapi). Di
antara makanan khas Aceh adalah gulai kambing (Kari
Kambing), sie reboih, keumamah, eungkot paya (ikan
Paya), mie Aceh, dan Martabak. Selain itu, juga ada nasi
gurih yang biasa dimakan pada pagi hari. Sedangkan
dalam tradisi minum pada masyarakat Aceh adalah
kopi.
Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila
pada pagi hari kita melihat warung-warung di Aceh
penuh sesak orang yang sedang menikmati makan pagi
dengan nasi gurih, ketan/pulut, ditemani secangkir kopi
atau pada siang hari sambil bercengkrama dengan
teman sejawat makan nasi dengan kari kambing, dan
sebagainya.
3
Potensi Makanan Khas
Ragam Pangan Tradisional
Provisni Aceh memiliki beragam pangan khas
tradisional. Makanan khas satu Kabupaten/kota
berbeda dengan kabupaten/kota lainnya, sesuai dengan
ramuan, pengalaman dan budaya dari masing-masing
daerah. Dapat dibayangkan betapa banyaknya ragam
makanan dan minuman khas dari 23 kabupaten/Kota
di Provinsi Aceh. Hal ini merupakan kekayaan
khasanah pangan tradisional yang dimiliki oleh
masyarakat Aceh. .
Ada makanan khas tertentu yang terdapat di
beberapa kab/kota, namun memiliki cita rasa yang
berbeda. Perbedaan ini disebabkan oleh bumbu dan
bahan yang digunakan sedikit berlainan. Salah satu
contoh adalah kuah plik ue, di Kabupaten Aceh Besar
dan Pidie misalnya terdapat perbedaan antara lain
bahan yang digunakan dan tampilannya terdapat
perbedaan.
Cita rasa panganan khas Aceh untuk bumbu
masakan didominasi oleh rasa pedas, asam dan asin.
Sementara untuk panganan kue tradisional didominasi
oleh rasa manis. Aceh mempunyai aneka jenis makanan
khas yang dikenal, antara lain
1. Masakan
a. Sie reboh
b. Sie Teulheu
c. Sie Asam Keueng
4
d. Sie Manok Asam Keueng
e. Engkot asam keueng
f. Karie Kambeng
g. Ayam Tangkap
h. Engkot paya
i.
Keumamah
j.
Gule Plik Ue
k. Pepes Tiram
l.
Dendeng Sapi
m. Dendeng Ikan
n. Emping Belinjo
2. Kue
a. Timphan
b. Bhoi
c. Bada Retek
d. KekarahWajik Puteh
e. Halua Meusekat
f. Dodol
3. Minuman
a. Kopi
Potensi Makanan Khas Aceh
Budaya dan adat istiadat Aceh mempengaruhi citra
rasa dari makanan khas Aceh. Banyak ragam makan
dari Provinsi paling barat. Namun hanya beberapa
5
makanan khas yang dikenal dari Provinsi ini. di Industri
pengolahan hasil laut di daerah Aceh, sampai saat ini
masih
terdata
sebagai
industri
kecil
dan
menengah.Kebanyakan dalam pengolahan hasil laut
masih di lakukan perorangan sehingga sangat sulit
untuk mendata secara pasti jumlah pengusaha
pengolahan hasil laut.
Seperti contoh, produksi kerupuk, baik yang
berbahan baku ikan maupun udang banyak dilakukan
oleh perorangan atau home industri. Kebanyakan
pengolahannya masih menggunakan metode tradisional.
Beberapa panganan yang diolah secara tradisional dari
bahan ikan laut dan udang adalah sebagai berikut:
1. Ikan keumamah (ikan kayu) diolah dari ikan
tongkol
2. Ikan asin diolah dari berbagai jenis ikan, baik
ikan yang berasal dari laut maupun ikan air tawar
3. Kerupuk, merupakan makanan ringan yang
diolah dari bahan ikan maupun udang
4. Terasi atau belacan merupakan bumbu
masakan yang diolah dari udang ebi (salah satu
jenis udang laut)
5. Ikan teri yang dikeringkan
6. Bakso ikan dan lainnya.
Kalau dilihat dari pohon industri pengolahan hasil
laut di atas, banyak bahan-bahan dari ikan, udang dan
rumput laut yang belum dimanfaatkan secara
maksimal. Peluang untuk mendirkan industri-industri
hilir pengolahan hasil laut masih terbuka lebar. Hasil
laut
yang
berlimpah,
sebagian
besar
hanya
6
dimanfaarakan untuk kebutuhan lokal, diperlukan
peran pemerintah untuk membangun masyarakat
dalam mengolah hasil laut tersebut.
Data industri kecil pengolahan hasil laut yang ada
di Provinsi Aceh dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
7
N
O
NAMA
KELOMPOK
1
2
1
2
KSM
TUNA/KPK
TONGKOL
KUB
TENGGIRI
KONTAK
ALAMAT
DESA/KELURAHA KAB./KOT
N
A
PERSON
JALAN
3
4
5
-
FAUZIAH
HASDAWATI
BAK KARIENG
NO 3
NAMA
TELEPON
PRODUK
6
7
8
DESA LAMPULO
BANDA
ACEH
08527708663
4
ABON IKAN
KEUMAMAH
ULEE LHEUE
BANDA
ACEH
08526042131
4
PUNGE BLANG
CUT
BANDA
ACEH
08136069990
3
LHONG RAYA
BANDA
ACEH
08136073503
5
DESA LAMBUNG
BANDA
ACEH
08136036364
8
ABON IKAN
KEUMAMAH
MEUSEKAT
DODOL
SEUPIT
BUNGONG KAYEE
BHOI
KEKARAH
MEUSEKAT
BUNGONG KAYEE
BHOI
KEKARAH
MEUSEKAT
BHOI
BOH HUSEN
BOH HUSEN
BADA RETEK
KERIPIK
PEPES TIRAM
BUBUK KOPI Tgk.
ACEH
3
-
NURAINI
4
KEL. JEUMPA
PUTEH
CUT
BAHRIEN
5
KEL.
LAMBUNG
KARYA
MAGHFIRAH
6
BHOI PUTRI
PUTRI
ZULVITA
GEUCEU MENARA
BANDA
ACEH
08527718192
4
DESA ALUE DEAH
TENGOH
MEURAXA
BANDA
ACEH
08526069810
6
GEUCE MENARA
BANDA
ACEH
-
7
-
RASYIDAH
8
-
HERIANTO
JL TGK
MEUNARA III
8
9
-
ASNAWI
10
-
NURDIN
11
CAP
TENGGIRI
MUKHTAR.SA
12
DENDENG
SEULAWAH
LUKMAN
HAKIM
13
HOME
INDUSTRIES
HOME
INDUSTRIES
HOME
INDUSTRIES
HOME
INDUSTRIES
HOME
INDUSTRIES
HOME
INDUSTRIES
SAMSUL
BAHRI
AINUN
MARDHIAH
JAELANI
IBRAHIM
14
15
16
17
18
ULEEE KARENG
TWK RAJA
KEUMALA
MERDUATI
ATEUK JAWO
TWK IMUM
LHONG BATA
NEUSU ACEH
KAMPUNG
KERAMAT
DESA BLANG CUT
HERAWATI
DESA LAMBHUK
JAHIAR
LAMTUI, COT GLE
MIKUN
SUKA DAMAI,
SAREE
BANDA
ACEH
BANDA
ACEH
BANDA
ACEH
BANDA
ACEH
BANDA
ACEH
BANDA
ACEH
BANDA
ACEH
BANDA
ACEH
ACEH
BESAR
ACEH
BESAR
08136001741
BBK KOPI ULEE
KARENG
-
ABON IKAN
08136054118
4
DENDENG IKAN
0651-33367
DENDENG SAPI
KERUPUK KULIT
EMPING BELINJO
KERIPIK UBI
KUE SEPIT
08526005293
9
RUJAK ACEH
08126988066
BUBUR KANJI
RUMBI
08527708003
4
08526040161
6
ACEH
BESAR
19
N
O
HOME
INDUSTRIES
NAMA
KELOMPOK
YUSRIANI
KONTAK
PERSON
BANDA ACEH
- LHOKNGA
JALAN
LAMPISANG
ALAMAT
KAB./KOT
PRODUK
A
9
08527706057
8
TELP
DODOL TAPE UBI
KERIPIK UBI
BHOI
KEKARAH
BUNGONG KAYE
DODOL
MEUSEKAT
BADA RETEK
SEUPET
NAMA PRODUK
1
2
20
HOME
INDUSTRIES
21
HOME
INDUSTRIES
HOME
INDUSTRIES
HOME
INDUSTRIES
22
23
3
WARDIAH
1
BANDA ACEH
- LHOKNGA
LAMPISANG
ACEH
BESAR
CUT
MARIANA
DARMAWATI
ERLY
HOME
INDUSTRIES
JUSWARDI
HOME
INDUSTRIES
5
RAMLI
HOME
INDUSTRIES
HOME
INDUSTRIES
HOME
INDUSTRIES
4
RAWA SAKTI
2
3
MEUSEKAT
BADA RETEK
SEUPET
SUKA DAMAI,
SAREE
MEUNASAH
BALEK,
DS TEUNGOH
BLANG
ACEH
BESAR
08136018371
2
KERIPIK UBI
PIDIE
-
ADE
PIDIE
08526018613
7
HALUA BLUEK
BLANGPIDIE
ABDYA
DS DURIAN
RAMPAK
ABDYA
KERIPIK UBI
KERIPIK PISANG
KUE BAWANG
KUE SAGU
KEKARAH
BHOI
EPI MARLINA
ACEH JAYA
KUE MARHABAN
SANTI
ACEH JAYA
KUE MARHABAN
BIREUEN
KERIPIK UBI
KERIPIK PISANG
BHOI
MEUSEKAT/DODO
L
ADHE
KUE GRIENG
KEKARAH
HALUWA
HENDRIANT
O, SE
10
Dari data beberapa makanan khas Aceh yang ada,
potensi makanan khas aceh dapat dikembangkan
adalah kue Bhoi, Bada Retek dan Kekarah. Ketiga
makanan (kue tradisional) Aceh ini bisa menjadi simbol
dari makanan khas/kue tradisional Aceh dikarenakan
ketiga macam makanan ini memiliki ciri tersendiri dan
hanya ada di Provinsi paling barat dari negara Republik
Indonesia.
1. Kue Bhoi
Kue Bhoi merupakan panganan yang terbuat dari
tepung beras, namun sekarang telah dimodifikasi
dengan menggunakan tepung gandum/terigu. Kue bhoi
dicetak benbentuk ikan, bunga dan bentuk topi. Pada
acara perkawinan adat Aceh, Kue Bhoi digunakan
sebagai hantaran dari pihak perempuan.
Seiring dengan perkembangan, tradisi hantaran
berupa kue bhoi tetap lestari. Hal ini memberikan
peluang yang besar bagi perkembangan kue bhoi.
Masyarakat Aceh yang berada di perantauan sering
membawa makan ini ke tempat mereka yang baru,
sehinggga makanan khas ini sudah dikenal hampir
diseluruh Indonesia. Tidak heran bila makanan ini
merupakan salah satu oleh-oleh dari Aceh
yang
diberikan kepada kerabat, teman dan saudara.
Bahan dan cara pembuatan Kue Bhoi sangat
praktis. Namun karena kue ini dibuat secara
tradisional, peralatan yang digunakanpun seadanya.
11
Karena bahan-bahan yang digunakan dengan takaran
yang sama maka masyarakat Aceh sering menggunakan
gelas sebagai alat ukurnya.
Cara Pembuatan kue Bhoi
Bahan
:-
Cara Membuat
1 Gelas Tepung terigu (penuh)
1 Gelas gula pasir
1 Gelas telur ayam
Vanili
Mentega secukupnya
mengoles cetakan)
(untuk
:
- Kocok telur
mengembang
dan
gula
sampai
- Campurkan tepunpg sedikit demi
sedikit sampai habis
- Masukan adonan kedalam cetakan
yang telah di oleskan dengan
mentega
- Panggang di atas api sedang
Kue Bhoi diharapkan dapat dikenal hingga ke
pasar internasional. Namun hal ini tidak mudah.
Banyak faktor yang harus dipenuhi untuk maksud
tersebut. Diantaranaya kemasan yang baik dan
menarik. Dengan kemasan yang menarik membuat
konsumen tertarik untuik membeli.
12
Hal lain adalah standar mutu yang harus dipenuhi
oleh produk makanan, antara lain syarat kesehatan
berupa tampilan nilai gizi yang terkandung pada
makanan. Selain itu serifikasi halal dari MUI dan
serifikasi dari Balai Pengawasan Obat dan Makanan.
Syarat-syarat tersebut membutuhnya dana yang
tidak sedikit. Permasalahan yang ada adalah bahwa kue
bhoi ini diproduksi oleh industri rumah tangga yang
merupakan industri mikro. Dapat dibayangkan, untuk
modal pembuatan kue ini saja mereka sudah
kewalahan, apalagi harus mengeluarkan dana untuk
hal-hal penunjang penjualan. Oleh karena itu, perajin
hanya
menggunakan
wadah
plastik
sebagai
pembungkus kue.
2. Bada Retek
Sama halnya dengan kue Bhoi, Bada retek juga
merupakan kue tradisional yang bahan utamanya
terbuat dari tepung beras dan kacang hijau. Namun ada
beberapa daerah bahan utamanya berbeda, ada yang
menggunakan tepung terigu dan kelapa.
Bada retek merupakan makanan kecil yang biasa
di santap dengan secangkir kopi atau teh untuk mengisi
waktu senja Bada retek merupakan salah satu kue yang
dibawa
sebagai
oleh-oleh
dari
Provinsi
Aceh.
Keberadaan Bada retek di pasar tradisional sangat
terbatas.
13
Bahan dan cara membuat kue bada retek juga
banyak terdapat di pasar-pasar tradisional. Cara
pembuatan bada retek adalah sebagai berikut:
Bada Retek
Bahan
: lalu ditumbuk halus
Cara Membuat
1 kg kacang hijau, digongseng
1 kg manisan tebu
1 Butir telur ayam
1 Kg tepung beras
Garam secukupnya
Minyak untuk menggoreng
Air secukupnya
:
- Aduk tepung beras, telur, garam
dan air hingga adonan mengental
-
Panaskan manisan tebu lalu
masukkan kacang hijau tumbuk,
aduk sampai rata
- Giling tipis adonan kacang hijau ½
cm atau 1 cm dan potong
berbentuk irisan wajik
- Masukan kacang hijau ke dalam
adonan
tepung
lalu
digoreng
hingga berwarna kekuningan.
4. Kue Kekarah
14
Kue kekarah merupakan kue tradisional yang
tampilannya sangat unik. Berbentuk seperti jalinan
benang yang disusun sedemikian rupa dibentuk
menyerupai sarang burung. Karena bentuk inilah kue
tradisional ini ada yang menyebutnya sebagai kue
sarang burung.
Bahan kue kekarah ini juga terbuat dari tepung
beras. Adonan kue dibentuk dengan cetakan khusus
yang kemudian digoreng. Bahan dan cara pembuatan
kue ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
KEKARAH
Bahan
:-
Cara Membuat
Tepng beras
1 kg manisan tebu
1 Butir telur ayam
1 Kg tepung beras
Garam secukupnya
Minyak untuk menggoreng
Air secukupnya
:
- Aduk tepung beras, telur, garam
dan air hingga adonan mengental
-
Panaskan manisan tebu lalu
masukkan kacang hijau tumbuk,
aduk sampai rata
15
- Giling tipis adonan kacang hijau ½
cm atau 1 cm dan potong
berbentuk irisan wajik
- Masukan kacang hijau ke dalam
adonan
tepung lalu
digoreng
hingga berwarna kekuningan.
Kue kekarah yang memiliki rasa gurih sangat pas
bila dikonsumsi dengan secangkir kopi atau teh. Kue ini
juga sering diberikan sebagai hantaran pada pesta
perkawinan adat masyarakat Aceh.
Strategi Pemerintah Daerah/Instansi dalam
Pengembangan Sektor Industri Makanan Khas Aceh
Pengembangan makanan/kue trasional Aceh yang
memiliki cita rasa yang nikmat
merupakan tugas
bersama antara pemerintah Aceh, Perajin, Stakeholder
dan masyarakat Aceh. Isu yang lagi trend saat ini
berupa pencaplokan suatu produk intelektual Bangsa
Indonesia oleh negara tetangga merupakan salah satu
hal yang harus diwaspadai. Perlu langkah-langkah
strategis yang dilakukan secara cepat dan tepat.
Untuk menghindari terjadinya pencaplokan suatu
produk oleh negara-negara lain, maka Pemerintah perlu
mempatenkan makanan ini sebagai salah satu
kekayaan kasanah budaya Indonesia, khusunya
makanan khas Aceh.
16
Pembinaan terhadap para perajin dan usaha
secara berkelanjutan merupakan langkah yang
dilakukan pemerintah daerah untuk menunjang
peningkaqtan dan pengembangan industri makanan
khas Aceh. Dengan dilakukan pembinaan yang
berkelanjutan diharapkan para perajin mendapatkan
pengayaan wawasan tentang cara-cara memajukan
usahanya.
Kreatifitas
perajin
diharapkan
akan
meningkat sehingga kue Bhoi, Kekarah dan Bada Retek
mengalami metamorfosis dalam hal bentuk yang lebih
menarik dan rasa yang lebih fantatis.
Desain kemasan juga merupakan salah satu unsur
penting dalam menunjang peningkatan nilai jual
produk. Dengan kemasan yang menarik akan menggoda
konsumen untuk memiliki. Kemasan merupakan alat
promosi pertama bila produk masuk dalam mekanisme
pasar.
Bantuan modal kepada industri kecil yang
bergerak di bidang pengolahan makanan khas Aceh
merupakan salah satu strategi Pemerintah Daerah
untuk menunjang kelangsungan operasional usaha
IKM. Bantuan modal berupa dana segar disalurkan
melalui koperasi, sementara bantuan modal berupa
peralatan disalurkan kepada kelompok-kelompok
usaha.
Permasalahan
Belum adanya industri besar yang bergerak dalam
pengolahan makanan khas Aceh menyebabkan kurang
17
dikenalnya beberapa makanan khas Aceh diluar daerah.
Hal ini disebabkan karena makanan khas Aceh masih
didominasi oleh industri rumah tangga. Produksi
makanan hasil dari industri rumah tangga umumnya
hanya untuk memenuhi pesanan lokal.
Sentra-sentra makanan khas Aceh masih belum
terfokus, sehingga pemasaran makanan khas Aceh ini
sulit didapat. Masalah kendala pemasaran makanan
khas Aceh lainnya adalah:
1. Belum ada toko atau tempat penjualan kue
tradisional khas Aceh yang terletak di
sepanjang jalan menuju bandara internasional
Sultan Iskandar Muda.
2. Sulitnya mencari tempat penjualan kue
tradisional disepanjang jalan menuju kawasan
wisata.
3. Belum banyaknya sentra makanan/kue khas
Aceh di Provinsi Aceh sehingga masyarakat
yang ingin membeli oleh-oleh berupa kue
tradisional merasa enggan untuk membeli kue
disentra yang ada karena lokasinya jauh dari
pusat kota.
4. Kurangnya Promosi terhadap kue Bhoi,
Kekarah dan bada retek, sehingga kurang
terkenalnya kue-kue ini sebagai makanan khas
yang bisa dijadikan buah tangan dari Provinsi
Aceh
Budaya masyarakat Aceh juga mempengaruhi
pengembangan industri makanan khas khususnya kue
tradisional yang dikenal dengan nama kue Bhoi,
Kekarah dan Bada retek ini. Sifat yang gampang puas
18
menyebabkan kurang majunya industri makanan ini.
Umumnya perajin merasa puas dengan keuntungan
yang telah diperoleh selama ini. Merasa mahal untuk
mengurus hal-hal yang perlu seperti regestrasi dari
POM dan Depkes sebagai unsur pendukung dalam
penjualan produknya.
Bila usaha dagang mengalami kendala sehingga
keuntungan menurun, jarang ada yang mencari solusi
agar industri mereka tetap bertahan dan berkembang,
hal yang sering dilakukan adalah hijrah ke bidang
industri lain mengikuti trend yang sedang diminati.
Penutup
Bahasan yang dipaparkan pada bagian terdahulu
memperlihatkan bahwa Aceh memiliki potensi yang
cukup baik terkait dengan makanan khas. Apabila
dikembangkan dengan baik potensi tersebut bukan
tidak mungkin akan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan daerah. Untuk itu, dibutuhkan
politicall will dari semua pihak dalam rangka
pengembangan makanan khas Aceh.
Daftar Pustaka
Foster, George M dan Barbara Anderson. 1978. Medical
Antropology. New York, Chichester, Bribane &
Toronto: John Willey & Sons.
19
Kalangi, Nico S. 1985
"Makanan
sebagai
Suatu
Sistem",
dalam
Ilmu-ilmu
Sosial
dalam
Pembangunan Kesehatan. Jakarta: Gramedia.
Koentjaraningrat. 1987. Sejarah Teori Antropologi I.
Jakarta: UI-Press.
20