DAMPAK KEBIJAKAN HARGA BBM TERHADAP KEMI
DAMPAK KEBIJAKAN HARGA BBM TERHADAP KEMISKINAN DI INDONESIA
: Sebuah Pendekatan Model Dinamik
Prof. Dr. Ir. Budisantoso Wirjodirdjo, M.Eng., Kuntum Khoiro Ummatin
Jurusan Teknik Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya
Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111
Email: purple_kuntum@yahoo.co.id ; santoso@ie.its.ac.id
Abstrak
Gejolak perekonomian global melanda hampir seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia.
Untuk itu, berbagai kebijakan pengendalian harga BBM telah dilakukan pemerintah yang berdampak
pada tingkat PDB, jumlah pengangguran, serta jumlah orang miskin. Data BPS menyebutkan jumlah
orang miskin 2008 sebesar 15.42 % penduduk Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
bagaimana hubungan antara kebijakan harga BBM dengan angka kemiskinan. Sehingga diketahui
variabel-variabel yang berpengaruh terhadap sistem untuk dapat mengelaborasi pengaruh kebijakan
harga BBM terhadap masyarakat miskin di Indonesia. Salah satu pendekatan yang digunakan adalah
permodelan sistem dinamik untuk mengevaluasi kebijakan yang telah dilakukan. Variabel yang
mempengaruhi kemiskinan antara lain adalah pendapatan, pendidikan, kesehatan dan tingkat
kesempatan kerja.
Hasil penelitian menyebutkan dari simulasi skenario didapatkan bahwa skenario kebijakan
kompensasi BBM secara langsung pada masyarakat miskin dapat mengurangi angka kemiskinan.
Dengan skenario ini jumlah orang miskin pada tahun 2015 sebesar 1.09 %. Sedangkan dengan skenario
kedua yaitu penurunan harga BBM didapatkan bahwa jumlah orang miskin pada 2015 sebesar 13.2 %.
Namun untuk variabel tingkat pendapatan dan tingkat kesempatan kerja, nilai yang lebih tinggi
ditunjukkan pada skenario penurunan harga BBM.
Kata kunci : Harga BBM, kemiskinan, Kebijakan, model, sistem dinamik
ABSTRACT
Global economic fluctuate stricken almost the whole state around the world include Indonesia.
Because of that, vary of fuels price policies had been done that impact at PDB level, amount of
unemployment, and also the amount of pauper. BPS data mention the amount of pauper at 2008 equal to
15.42 percent of total Indonesian population.This research is done to find the relation between fuels
price and the poverty rate. So variables influence the system that elaborate fuels policy relation with
Indonesian poverty rate could be found. One of approximation method used is dynamic system model.
This method to evaluate the policy that had been done.
The result of scenario simulation shows that policy of direct fuels compensation to pauper
scenario could reduce the poverty rate. With this scenario amount of the pauper at 2015 is 1.09%.
Whereas with the second scenario, fuels price reduction, amount of the pauper at 2015 is 13.2%. But for
the rate of return and job opportunities va riables, fuels price reduction scenario shows bigger value
than other scenario.
Keywords: fuels price, poverty, policy, model, dynamic system
1.
Pendahuluan
Di Indonesia, tingkat kesejahteraan
masyarakat termasuk pada urutan ke 111 dari
sebanyak 174 negara di dunia (BKKBN, 2005).
Terdapat tiga pilar yang menjadi parameter kualitas
kesejahteraan tersebut adalah indeks pembangunan
manusia (HDI) yaitu pendidikan, pendapatan dan
kesehatan. Berdasarkan data kemiskinan yang
terakhir diterbitkan Badan Pusat Statistik, yang
selanjutnya disebut BPS, jumlah penduduk miskin
di Indonesia, pada tahun 2006 terjadi peningkatan
angka kemiskinan yang tak terduga. Ada dua hal
yang menjadi penyebab utama kenaikan tersebut,
yaitu akibat krisis pangan yang diindikasikan
dengan melonjaknya harga beras. Penyebab kedua
1
adalah krisis energi yang diindikasikan oleh
kenaikan harga BBM. Diperkirakan kenaikan
sekitar 33 persen harga beras yang dikonsumsi
kaum miskin, antara bulan Februari 2005 dan
Maret 2006, yang sebagian besar menyebabkan
peningkatan jumlah penduduk miskin menjadi 17,75
persen.
Angka kemiskinan (%)
30
25
20
15
10
5
19
96
19
98
19
99
20
00
20
01
20
02
20
03
20
04
20
05
20
06
20
07
20
08
0
Tahun
Sumber: BPS (diolah)
Grafik 1.1 Angka Kemiskinan di Indonesia
Berbagai
kebijakan telah dikeluarkan
pemerintah dalam rangka meminimumkan jumlah
penduduk miskin demi tercapainya kesejahteraan
rakyat dan peningkatan pertumbuhan ekonomi.
Salah satu kebijakan yang mempengaruhi angka
kemiskinan adalah kebijakan penentuan harga
BBM. Karena Harga BBM inilah yang
mempengaruhi inflasi yang menjadi salah satu
indikator kunci perekonomian. Berikut merupakan
tabel fuktuasi harga BBM selama periode lima
tahun terakhir.
Tabel 1.1 Fluktuasi harga BBM selama
periode 5 tahun Terakhir
Sumber : Data harga premium, pertamina (diolah)
Harga BBM mempengaruhi pola konsumsi
masyarakat, baik konsumsi langsung dan tidak
langsung. Karena dampak dari perubahan harga
BBM ini mempengaruhi
biaya produksi sehingga
harga-harga barang yang
makanan pokok pun juga
beras dan minyak goreng.
distribusi, transportasi,
berpengaruh juga pada
lain. Kebutuhan bahan
terpengaruh, antara lain
Untuk mengetahui kebijakan pemerintah
yang selama ini belum dilakukan dalam rangka
meningkatkan
kesejahteraan masyarakat
di
Indonesia, maka diperlukan suatu kajian atau studi
yaitu dengan penghampiran permodelan sistem.
Salah satu teknik yang dapat digunakan adalah
melalui pendekatan sistem dinamik. Dengan
demikian dapat dilakukan pengendalian pada
perilaku variabel-variabel yang mempengaruhi
suatu sistem tersebut. sehingga didapatkan alternatif
skenario perbaikan dari kebijakan yang telah
diambil sebelumnya.
Maka dalam penelitian ini
terlebih dahulu dilakukan pembuatan model untuk
mengidentifikasi
indikator-indikator
yang
berhubungan
dengan
tingkat
kesejahteraan
masyarakat di Indonesia kemudian disimulasikan.
Dalam model simulasi tersebut dimasukkan nilainilai harga BBM tertentu dan mengevaluasi pada
nilai harga BBM berapa didapatkan alternatif
skenario perbaikan dari kebijakan pemerintah.
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah
dilakukan maka permasalahan yang akan diangkat
dalam penelitian tugas akhir kali ini adalah “
Bagaimana hubungan antara kebijakan harga
BBM dengan angka kemiskinan ”
Adapun tujuan dari penelitian tugas akhir
ini adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi variabel-variabel yang
berpengaruh terhadap sistem kemiskinan
khususnya terkait dengan kebijakan
penyesuaian harga BBM
2. Merumuskan permodelan sistem untuk
dapat mengelaborasi pengaruh kenaikan
BBM terhadap masyarakat miskin di
Indonesia.
3. Mengetahui perilaku sistem dari waktu ke
waktu mengenai dampak harga BBM
terhadap jumlah orang miskin di Indonesia
4. Memberikan alternatif evaluasi kebijakan
pemerintah
yang
berkaitan
dengan
penentuan harga BBM dalam usaha untuk
meminimasi bertambahnya jumlah orang
miskin.
Sesuai dengan permasalahan dan tujuan
dari kajian ini maka terdapat beberapa hal yang
menjadi batasan dalam penelitian ini, diantaranya:
1. Sistem yang dimodelkan dalam penelitian
ini adalah jumlah orang miskin di Indonesia
2
yang dipengaruhi oleh dampak fluktuasi
harga BBM
2. Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data yang didapat dari BPS, dan
data sekunder dari instasi pemerintahan
yang terkait.
3. Pembuatan model sistem dalam penelitian
ini hanya melihat dari sudut pandang
pemerintah saja
4. Harga BBM dan harga pangan merupakan
faktor yang mempengaruhi inflasi.
Sedangkan asumsi yang digunakan pada
penelitian ini adalah perubahan kebijakan
pemerintah atas harga BBM digunakan dalam
model sebagai skenario kebijakan.
2. Metodologi Penelitian
2.1 Tahap Identifikasi dan Perumusan Masalah
- Identifikasi dan Perumusan Masalah
Tahapan awal dalam penelitian ini adalah
mengidentifikasi permasalahan yang akan dijawab
pada penelitian ini. Permasalahan yang akan diteliti
adalah menentukan bagaimana hubungan antara
dampak kebijakan harga BBM terhadap angka
kemiskinan.
- Penetapan Tujuan dan Manfaat Penelitian
Untuk dapat merencanakan langkahlangkah yang dapat diambil pada penelitian nanti
maka harus ditetapkan terlebih dahulu tujuan dari
penelitian ini berdasarkan permasalahan yang ada.
Selain itu peneliti dapat memfokuskan diri pada
langkah-langkah tersebut, sehingga penelitian dapat
dijalankan dengan lancar. Adapun tujuan penelitian
telah dirumuskan dan dinyatakan dalam Bab I
Pendahuluan. Juga ditentukan manfaat dari
penelitian yang akan dilakukan.
- Studi Pustaka
Sebagai dasar penelitian, harus ada studi
literatur yang digunakan sebagai pedoman dalam
menyelasaikan masalah dan mencapai tujuan
penelitian. Dengan adanya studi pustaka ini, maka
diharapkan dapat menjadi pembanding antara apa
yang terjadi di dunia nyata dan sebagai penuntun
langkah-langkah atas tindakan yang akan diambil
untuk penelitian ini. Pustaka yang digunakan dapat
diambil dari buku – buku teks dan jurnal yang dapat
dijadikan sebagai referensi dari penelitian.
- Identifikasi Variabel
Pada tahapan ini dilakukan identifikasi
semua variabel dari data-data sekunder yang
diambil dari BPS dan informasi dari sumber sumber yang ada.
2.2 Tahap Pembuatan model
Setelah mengatahui variabel-variabel input,
dan informasi-informasi yang diperoleh, maka
dilakukan pembuatan model jumlah orang miskin
yang terintegrasi. Tahapan dalam pembuatan model
ini terdiri dari pengumpulan data dan pembuatan
model.
- Pengumpulan Data
Pengumpulan data disini adalah data-data
yang digunakan sebagai variabel input dalam model
kemiskinan di Indonesia. Data yang dikumpulkan
adalah data-data sekunder yang berkaitan dengan
kondisi perekonomian di Indonesia, data demografi
penduduk, serta informasi-informasi lain yang
dibutuhkan untuk membangun konseptualisasi dari
sistem yang diamati.
- Pembuatan Model Dampak Harga BBM terhadap
Kemiskinan
Berdasarkan data – data yang ada maka
dapat dilakukan pembuatan model. Pembuatan
model ini dilakukan dengan menggunakan perangkat
lunak yaitu Vensim. Setelah model dibuat, maka
dilalukan percobaan dan melihat apakah model
sesuai atau tidak.
2.3 Tahap Simulasi dan Evaluasi Kebijakan
- Formulasi Model
Berdasarkan
diagram
sebab-akibat,
diagram alir disusun dan dibuat persamaan
matematis dari variabel-variabel yang terdapat
dalam sistem.
- Menjalankan Simulasi dan validasi model
Setelah semua variabel input dimasukkan,
maka simulasi dijalankan. Disini variabel-variabel
tersebut akan disimulasikan berdasarkan periode
waktu yang telah ditentukan dan didapatkan hasil
berupa berapa tingkat signifikansi kebijakan harga
BBM dalam mempengaruhi kemiskin di Indonesia.
Selanjutnya dilakukan validasi terhadap output dari
simulasi model.
- Simulasi Perubahan Kondisi dan Evaluasi
Kebijakan
Perubahan kondisi pada model dilakukan
dengan membuat skenario kebijakan baru atau
mengubah nilai parameter variabel pada model
sistem. Dari perubahan kondisi yang dilakukan
dihasilkan output simulasi yang berbeda.
Berdasarkan output simulasi tersebut dapat dilihat
pengaruh perubahan kondisi yang terjadi atau
penerapan kebijakan baru terhadap sistem.
2.4 Tahap Analisa dan Kesimpulan
- Analisa dan Interpretasi Variabel
3
Hasil yang didapat dari simulasi
selanjutnya
dianalisis
bagaimana
pengaruh
penyesuaian harga BBM terhadap kemiskinan di
Indonesia.
Metode Head Count Index berdasarkan Pendekatan
Kebutuhan Dasar (Basic Needs Approach).
Tabel 3.1. Mutasi penduduk miskin feb 2005 mrt 2007
- Kesimpulan dan Saran
Ini merupakan tahapan terakir dalam
penelitian. Dari hasil analisa maka dapat diambil
kesimpulan dari penelitian dan dapat memberikan
saran-saran untuk pemerintah berdasarkan hasil
penelitian.
Langkah-langkah penelitian dapat disusun
dalam bentuk flowchart seperti pada Gambar 2.1.
Identifikasi dan
perumusan masalah
Sumber : Susenas Panel 2005, 2006, & 2007
Penetapan Tujuan &
Manfaat Penelitian
Studi Pustaka:
Kemiskinan
BBM
Sistem dan Model
Identifikasi
Variabel
3.2 Kebijakan Kompensasi BBM
Tahap Indetifikasi dan
Perumusan Masalah
Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan
: :
- Data demografi
penduduk
- Data harga BBM
- Data angka pengangguran,
- Data variabel kemiskinan
(Data sosio ekonomi
nasional)
Pembuatan model kemiskinan:
- Penentuan batasan model
- Pengidentifikasian causal loop
- Penyusunan causal loop
Tahap pembuatan
model kemiskinan
Agenda kesejahteraan masyarakat sudah
menjadi agenda yang tertuang dalam SJSN. Peran
pemerintah terhadap kelangsungan sistem jaminan
sosial pekerja sangat diperlukan yaitu untuk
menekan tingkat inflasi serendah mungkin menyusul
memberlakukan tingkat bunga pasar yang rendah
dan membuat mata uang stabil sehingga investasi
dapat diarahkan untuk tujuan jangka panjang.
Tabel 3.2 Distribusi Pengeluaran Untuk BBM
menurut kelompok Pengeluaran (orang/bulan)
Formulasi Model
Simulasi & Validasi Model
Model
Tidak
Sesuai
?
Ya
Simulasi Perubahan Kondisi &
Mencari skenario kebijakan
harga BBM
Tahap Simulasi dan
mencari alternatif
perbaikan kebijakan
Analisa dan Interpretasi
Hasil Simulasi
Kesimpulan dan
Saran
Tahap analisis
dan kesimpulan
Gambar 2.1 Diagram Alir Langkah Penelitian
3. Pengembangan Model
3.1 Perkembangan Jumlah penduduk miskin
Indonesia
BPS menghitung jumlah dan persentase
penduduk miskin. Sumber data utama merupakan
hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas).
Dan Metode penghitungan yang digunakan adalah
Kelompok
Pendapatan
Distribusi
Subsidi BBM
Dalam
Triliun
Rupiah
20 % Teratas
43 %
48.9
20 %
teratas
23 %
26.2
20 % di tengah
16 %
18.2
20 % kedua
terbawah
11 %
12.5
20 % terbawah
7%
7.9
Jumlah
100%
113
kedua
Sumber : Diolah dari data BPS 2002
Diagram dibawah ini
ringkasan keseluruhan program.
menggambarkan
4
3.3.2 Penyusunan Causal Loop Diagram
“Dikasih Kail”
“Diajari Mancing”
“Dikasih Ikan”
II. Pemberdayaan
Masyarakat
I. Bantuan dan
Perlindungan Sosial
Kelompok Sasaran
Sasaran 19,1 juta RTS/
Rumah Tangga Sasaran
(Raskin, PKH, BOS,
JAMKESMAS, dll),
termasuk pemberian
layanan khusus bagi 3,9
juta RT sangat miskin.
+ Minyak goreng, Kedele
(PSH)
+ BLT
+ Beras bersubsidi nonmiskin
Program-program yang
tergabung dalam PNPM.
Fokus :
5720 kecamatan Bentuk:
Bantuan Langsung
Masyarakat (BLM) Rp. 3
Milyar/kec/tahun
III. Pemberdayaan
Usaha Mikro Kecil
(UMK)
Sasaran : Pelaku usaha
mikro kecil.
Penyalur KUR : diarahkan
untuk kredit Rp. 5 juta ke
bawah. Plus : penyaluran
programpendanaan K/L
Sumber : Depkominfo
Gambar 3.1. Program Pengurangan Orang
Miskin 2008-2009
3.3 Konseptualisasi Model
3.3.1 Pembatasan Model (Model Boundary
Chart)
Pembatasan model dilakukan dengan
membatasi
lingkup
pemodelan
dengan
mengidentifikasi variabel apa yang akan masuk
dalam model, berupa variabel endogenous atau
exogenous dan variabel apa saja yang tidak
termasuk di dalam pemodelan (excluded from the
model).
Tabel 3.3. Model Boundary Chart
Secara Garis Besar, model yang akan
dibuat nantinya akan mencakup faktor-faktor yang
mempengaruhi kemiskinan yaitu pendapatan,
kesempatan kerja, pendidikan dan kesehatan. Dari
masing-masing variable tersebut dapat terjadi
hubungan atau keterkaitan dengan variable yang
lain. Artinya satu variable dapat mempengaruhi
variable yang lain. Hubungan tersebut bisa bersifat
positif jika penambahan pada satu variabel akan
menyebabkan penambahan pada variabel lain,
namun juga bisa bersifat negatif jika penambahan
pada satu variabel menyebabkan pengurangan pada
variabel lain.
Setelah dilakukan identifikasi terhadap
variable-variabel yang terlibat dalam sistem,
kemudian ditentukan hubungan yang logis antar
variable tersebut. Pendekatan sistem juga dilakukan
dengan mendefinisikan interaksi antar elemen sistem
yang akan digambarkan dengan causal loop
diagram seperti gambar 3.2
Dari konseptualisasi model melalui Causal
Loop Diagram tersebut, terlihat bahwa tujuan
utama pemodelan adalah untuk mengetahui
seberapa jauh dampak harga BBM terhadap
kemiskinan di Indonesia.
Elemen-elemen
yang
mempengaruhi,
didefinisikan sesuai dengan identifikasi variabel
yang telah dilakukan sebelumnya. Tanda positif (+)
di ujung tanda panah mengindikasikan bahwa kedua
variabel yang terhubung memiliki hubungan yang
sebanding,
sedangkan
tanda
negatif
(-)
mengindikasikan bahwa kedua variabel yang
terhubung memiliki hubungan yang saling
berkebalikan. Misalnya variabel fraksi peningkatan
harga BBM dan variabel inflasi memiliki hubungan
positif, artinya semakin besar fraksi peningkatan
harga BBM maka tingkat inflasi juga semakin
besar. Variabel inflasi memiliki hubungan negatif
dengan variable daya beli, artinya semakin besar
tingkat inflasi akan semakin menurunkan daya beli
masyarakat.
Model Utama "Dampak Kebijakan BBM terhadap Kemiskinan di Indonesia"
Inflasi base year
Initial kapasitas
produksi
+
Fraksi peningkatan
harga BBM
-
Inflasi
-
+
+
Pendapatan per
kapita
Pendapatan riil
per bulan
+
+
Initial PDB
+
+
Jumlah orang
miskin
Peningkatan
+
+
kesejahteraan
+
Indeks
peningkatan
kesejahteraan
-
Tingkat
pengangguran
-
+
Pertumbuhan
ekonomi
PDB
+
Total pengeluaran
orang miskin
Tingkat
kesempatan kerja
Peningkatan
lapangan kerja
Pendapatan Riil
+
+
+
Daya Beli
Kapasitas
produksi
-
-
Jumlah lapangan
kerja
Pengurangan
lapangankerja
+
+
Keluar dari
kemiskinan
Gambar 3.2 Causal Loop Diagram dampak Kebijakan
BBM terhadap kemiskinan
3.3.3
Penyusunan Stock and Flow Maps
Dalam pemodelan Dampak harga BBM
terhadap angka kemiskinan, penyusunan Stock and
Flow Maps dilakukan dengan menyusun model
utama dan pembagian sub modelnya. Penyusunan
sub model dimaksudkan agar model akan semakin
detail.
Model utama dalam Sistem ini adalah
dampak harga BBM terhadap angka kemiskinan.
Sedangkan submodel (subsistem) yaitu sebagai
berikut :
1. Sub Model Dampak harga BBM terhadap
Inflasi
Dari sub model dampak harga BBM
terhadap inflasi gambar 3.3, diketahui bahwa
variabel yang mempengaruhi inflasi adalah adanya
kenaikan harga dari berbagai komoditas. Dalam
model tersebut, diasumsikan bahwa variabel yang
menjadi kontrol dalam naik turunnya inflasi adalah
variabel harga BBM dan harga pangan. Karena
kedua komoditas tersebut adalah barang kebutuhan
primer dan bukan barang substitusi sehingga bobot
terhadap pengeluaran besar.
Sub Model Inflasi
Fraksi peningkatan
harga makanan
bobot Indeks jasa
transportasi
Indeks jasa
transportasi
Bobot indeks bahan
makanan
Indeks Bahan
Makanan
bobot makanan
jadi
Indeks makanan
jadi
Indeks Pendidikan
bobot indeks
pendidikan
+ + +
+
+
Inflasi
+
+
+
+
+
Indeks Kesehatan
Indeks Sandang
Indeks BBM
bobot indeks
BBM
bobot indeks
sandang
Fraksi peningkatan
harga BBM
Gambar 3.3 Stock and Flow Maps Sub
Model Dampak Harga BBM pada inflasi
2. Sub Model Kemiskinan
Pada sub model kemiskinan tersebut, yang menjadi
variabel utama adalah banyaknya jumlah orang
miskin, yang dipengaruhi oleh variabel “menjadi
bobot indeks
kesehatan
miskin” dan variabel “keluar dari kemiskinan”.
Variabel “menjadi miskin” dipengaruhi variabel
“rentan miskin”.
Tidak rentan
miskin
Persentase penduduk
rentan miskin
+
Jumlah penduduk +
rentan miskin
Menjadi miskin
+
Jumlah
orang miskin
Keluar dari
kemiskinan
Indeks peningkatan
kesejahteraan
Konsumsi
makanan
Total pendapatan
orang miskin
+
Program BOS
+
+ +
+
Program BLT
Program
JAMKESMAS
Raskin
Total pengeluaran
orang miskin
Proporsi
Pendidikan
Pengeluaran orang
miskin
Proporsi
Konsumsi
makanan
Pengeluaran
pendidikan
Pendapatan orang
miskin
Pengeluaran
kesehatan
Laju pertambahan
garis kemiskinan
rate pertambahan
garis kemiskinan
Garis
kemiskinan
Pengeluaran RT
lain-lain
Proporsi
Kesehatan
Proporsi
Keperluan RT
yang lain
Gambar 3.4 Stock and Flow Maps Sub Model Kemiskinan
Jika besar pendapatan orang miskin kurang
dari garis kemiskinan, dimana dimana garis
kemiskinan dihitung dari pengeluaran yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar (basic
need) seperti kebutuhan pangan, pendidikan,
kesehatan dan pengeluaran rumah tangga lainnya,
maka penduduk yang rentan miskin akan menjadi
miskin. Sedangkan jika pendapatan orang miskin
bertambah (jika ada kebijakan kompensasi BBM)
sehingga pendapatan orang miskin lebih besar
daripada pengeluaran orang miskin maka penduduk
miskin akan keluar dari kemiskinan.
dalam model ini hanya memperhitungkan jumlah
industri pengolahan karena sektor ini mempunyai
kontribusi cukup besar dalam lapangan kerja utama
penduduk Indonesia. Sedangkan pengurangan
lapangan kerja dipengaruhi oleh laju penurunan
lapangan kerja yang disebabkan oleh fraksi
peningkatan harga BBM.
4. Sub Model Pendapatan riil
3. Sub Model Tingkat Kesempatan Kerja
Variabel utama dalam sub model ini yaitu
pendapatan riil per bulan yang akan dipengaruhi
oleh pendapatan perkapita nasional per kapita dan
inflasi. Pendapatan per kapita per bulan merupakan
pembagian antara besar PDB dan Jumlah penduduk
Indonesia. Variabel PDB dipengaruhi oleh variable
pertambahan PDB yang dipengaruhi oleh Faktor
pembentuk PDB dari sisi pengeluaran, yaitu
pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran
konsumsi pemerintah, pembentuk modal tetap
domestik bruto, serta ekspor barang dan jasa
dimana nilai sektor tersebut diketahui dari proporsi
masing-masing sektor tersebut berdasarkan data
PDB dari BPS. (lihat gambar 3.5)
Dalam sub model ini, yang menjadi variabel
utama adalah tingkat kesempatan kerja yang secara
langsung mempengaruhi
persentase jumlah
pengangguran. Tingkat kesempatan kerja ini adalah
perbandingan antara jumlah lapangan kerja dan
jumlah tenaga kerja. Jumlah tenaga kerja akan
dipengaruhi oleh laju peningkatan angkatan kerja.
Sedangkan jumlah lapangan kerja dipengaruhi oleh
peningkatan lapangan kerja yang disebabkan faktor
pertumbuhan ekonomi, peningkatan kapasitas
produksi dan peningkatan jumlah industri, dimana
Sedangkan variabel yang mempengaruhi
pengurangan PDB adalah variable impor, dimana
peningkatan impor dipengaruhi oleh faktor
komoditas dalam negeri kurang dan faktr harga
komoditas. Karena sering kali banyak dilakukan
impor karena harga barang impor lebih rendah dari
pada komoditas dalam negeri. Untuk bobot masingmasing faktor tersebut diasumsikan sesuai dengan
subjektifitas penulis. Untuk varibel yang
mempengaruhi pengurangan impor disebabkan oleh
adanya kebijakan proteksi dari pemerintah.
Jumlah orang miskin juga dipengaruhi oleh
jumlah orang tidak rentan miskin. Kelompok tidak
rentan ini dianggap tidak berpengaruh meskipun
terjadi perubahan harga. Jumlah penduduk tidak
rentan miskin adalah sebesar 51 % dari penduduk
Indonesia. Jumlah ini diketahui dari data dari bank
dunia 2007 yang menyebutkan bahwa jumlah
penduduk miskin sebesar 49 %.
1
Sub Model Pendapatan Riil
Per kapita
Laju pertambahan
penduduk
Laju pengurangan
penduduk
+
+
Pertambahan
penduduk
Pendapatan riil
+
per bulan
Pengurangan
penduduk
+
Pendapatan per
kapita
+
Pendapatan Riil
Jumlah penduduk
Indonesia
-
+
Pengeluaran
konsumsi RT
+
Inflasi
+
PDB
+
Pertambahan PDB
+
+
Pengurangan PDB
Komoditas dalam
negeri kurang
+
+
peningkatan impor
pengurangan impor
Impor
+
Pembentukan modal
tetap domestik bruto
Ekspor
barang&jasa
+
+
Pengeluaran
konsumsi pemerintah
Harga komoditas
Kebijakan
proteksi
Gambar 3.5. Stock and Flow Maps Sub Model Pendapatan riil
Semakin besar kesempatan akses sarana pendidikan,
akses sarana kesehatan, dan akses pangan maka
akan semakin besar pula nilai indeks kesejahteraan.
5. Sub Model Indeks Kesejahteraan
Indeks Kesejahteraan ini merupakan
variabel yang mempengaruhi jumlah orang miskin.
Variabel ini dipengaruhi oleh indeks taraf
pendidikan, indeks akses sarana kesehatan, tingkat
pengangguran dan rasio peningkatan pendapatan.
Berikut adalah gambar diagram alir indeks
peningkatan kersejahteraan.
Angka melek huruf
Rata-rata lama
sekolah
Raskin
+
Akses Pangan
+
Indeks taraf
pendidikan
+
Akses Pendidikan
+
Program BOS
+
Indeks peningkatan
kesejahteraan
kelahiran balita
ditolong tenaga medis
+
Program
JAMKESMAS
-
+
+
+
Akses Kesehatan
Indeks akses sarana
kesehatan
+
RT dengan sumber air
minum dari mata air
Tingkat
pengangguran
+
+
Rasio peningkatan
pendapatan
Initial pendapatan
Gambar 3.6. Stock and Flow Maps Sub Model Indeks Kesejahteraan
3.4 Simulasi Software Vensim
Simulasi ini dilakukan dengan tujuan
untuk melihat perilaku dari model sistem yang
telah dibuat, dengan cara memasukkan nilai-nilai
pada konstanta dan tabel fungsi sesuai dengan
kondisi yang terdapat pada sistem nyata. Untuk
memudahkan dalam membandingkan perbedaan
2
antar variabel, maka output grafik hasil running
dikelompokkan menurut keterkaitan antar
variabel. Hasil running atau simulasi model
pada software Vensim dapat dilihat pada grafik.
Pada grafik perbandingan jumlah orang
miskin
pada
grafik
3.1
diperlihatkan
perbandingan dari jumlah penduduk Indonesia,
jumlah penduduk rentan miskin dan jumlah
penduduk miskin. Dari aspek tersebut terlihat
bahwa dengan adanya kenaikan harga BBM
tanpa disertai adanya kompensasi dari
pemerintah menyebabkan jumlah penduduk
miskin yang selalu bertambah bahkan jika
dibiarkan dalam jangka panjang, semua
penduduk yang rentan miskin akan menjadi
miskin.
Perbandingan aspek tenaga kerja
80 M Unit
200 M Orang
80 persen
40 M Unit
150 M Orang
40 persen
0 Unit
100 M Orang
0 persen
2005
2007
2009
2011
Time (Year)
2013
Jumlah lapangan kerja : Model Awal
Angkatan kerja : Model Awal
Tingkat kesempatan kerja : Model Awal
2015
Unit
Orang
persen
Grafik 3.2. Output Vensim untuk Aspek
Tenaga Kerja
3. Aspek Pendapatan
Output yang akan diperbandingkan
dalam aspek pendapatan ini adalah variabel
PDB, pendapatan riil dan pendapatan per kapita.
Berikut ini adalah grafik perbandingannya.
1. Aspek Jumlah Penduduk Miskin
Perbandingan Jumlah Orang miskin
400 M
300 M
Perbandingan aspek pendapatan
200 M
20 M Rp/Year
20 M Rp/Year
4e+015 Rp/Year
100 M
0
2005
2006
2007
2008
2009 2010 2011
Time (Year)
Jumlah penduduk Indonesia : Model Awal
Jumlah orang miskin : Model Awal
Jumlah penduduk rentan miskin : Model Awal
2012
2013
2014
2015
Orang
Orang
Orang
Grafik 3.1. Output Vensim untuk Jumlah
Penduduk
2. Aspek Tenaga kerja
Pada aspek tenaga kerja ini, diketahui
bahwa kenaikan harga BBM akan menyebabkan
meningkatnya tingkat pengangguran karena
kesempatan kerja yang semakin menurun.
Artinya jika laju pertumbuhan angkatan kerja
yang tidak diimbangi dengan laju pertumbuhan
lapangan kerja akan menyebabkan kesempatan
kerja semakin menurun dari tahun ke tahun.
13 M Rp/Year
13 M Rp/Year
2.5e+015 Rp/Year
6 M Rp/Year
6 M Rp/Year
1e+015 Rp/Year
2005
2007
Pendapatan Riil : Model Awal
Pendapatan per kapita : Model Awal
PDB : Model Awal
2009
2011
Time (Year)
2013
2015
Rp/Year
Rp/Year
Rp/Year
Grafik 3.3. Output Vensim untuk Aspek
Pendapatan
Pada aspek pendapatan ini, terlihat
bahwa pendapatan per kapita mengikuti
pertumbuhan PDB. Faktor inflasi yang
menyebabkan pendapatan riil lebih kecil dari
pada pendapatan per kapita. Faktor yang
mempengaruhi nilai PDB antara lain adalah
perkembangan ekspor dan impor barang dan
jasa. Peningkatan PDB ini yang menunjukkan
tingkat pertumbuhan ekonomi suatu bangsa.
4. Aspek Kesejahteraan
Pada aspek kesejahteraan, variabel yang
berpengaruh antara lain adalah indeks akses
sarana pendidikan dan indeks taraf pendidikan
dimana menunjukkan tren meningkat setiap
tahun. Peningkatan indeks akses sarana
kesehatan dan taraf pendidikan menyebabkan
peningkatan kesejahteraan.
2
Perbandingan indikator kesejahteraan
Jumlah orang miskin
45 Dmnl
62 Dmnl
2 Dmnl
200 M
150 M
44 Dmnl
61 Dmnl
1 Dmnl
100 M
43 Dmnl
60 Dmnl
0 Dmnl
50 M
2005 2006
2007
2008 2009 2010 2011 2012
Time (Year)
2013
Indeks akses sarana kesehatan : Model Awal
Indeks taraf pendidikan : Model Awal
Indeks peningkatan kesejahteraan : Model Awal
2014
2015
2005
Dmnl
Dmnl
Dmnl
Grafik 3.4. Output Vensim untuk Aspek
Kesejahteraan
3.5
0
Desain Skenario Kebijakan
Dalam perancangan skenario kebijakan,
terdapat variabel yang akan dijadikan indikator
utama. Variabel ini merupakan variable yang
berpengaruh dalam mengurangi jumlah orang
miskin, yaitu:
2006
2007
2008
2009 2010 2011
Time (Year)
2012
Jumlah orang miskin : Model Awal
Jumlah orang miskin : Model Skenario 1
Jumlah orang miskin : Model Skenario 2
2013
2014
2015
Orang
Orang
Orang
Grafik 3.5. Output simulasi model awal dan
2 skenario
Dari Grafik 3.5 dapat dilihat bahwa,
semua
skenario memperlihatkan adanya
penurunan jumlah orang miskin dibandingkan
dengan model awal tanpa skenario. Pada
skenario 1 menunjukkan penurunan yang lebih
signifikan dibandingkan dengan skenario 2.
1. Fraksi peningkatan harga BBM
2. Adanya bantuan untuk kompensasi
kenaikan harga BBM
Skenario perbaikan yang akan dilakukan,
diambil berdasarkan kondisi-kondisi yang
memungkinkan untuk dikontrol, Skenario
perbaikan yaitu sebagai berikut :
1. Skenario 1 : Harga Naik 30 % , Terdapat
program kompensasi BBM
2. Skenario 2 : Harga Turun 30 % , Tidak ada
program kompensasi BBM
Dalam skenario ini, fraksi peningkatan
harga BBM diturunkan sebesar 30% dan tidak
ada program kompensasi BBM yang diberikan
karena dana kompensasi ini sudah disalurkan
dalam bentuk
Dari kedua skenario tersebut, setelah
dirunning pada Vensim, maka dapat dilihat
output salah satu variabel kontrol yaitu variabel
jumlah orang miskin yaitu sebagai berikut :
4. Analisa dan Intepretasi
4.1
Analisa Hasil Simulasi Model Awal
1. Aspek Jumlah Penduduk Miskin
Pada aspek jumlah penduduk miskin,
selama 10 tahun kedepan diperkirakan terus
terjadi peningkatan. Data dapat dilihat pada tabel
5.1. Hal yang perlu diperhatikan adalah jumlah
penduduk Indonesia, jumlah penduduk rentan
miskin dan jumlah penduduk miskin. Dari aspek
tersebut terlihat bahwa dengan adanya kenaikan
harga BBM tanpa disertai adanya kompensasi
dari pemerintah menyebabkan jumlah penduduk
miskin yang selalu bertambah bahkan jika
dibiarkan dalam jangka panjang, semua
penduduk yang rentan miskin akan menjadi
miskin. Oleh karena itu ketika harga BBM
dinaikkan yang berarti bahwa harga kebutuhan
lain ikut naik, pemerintah harus mengkompensasi
hal tersebut untuk meminimasi bertambahnya
jumlah orang miskin di Indonesia.
Tabel 4.1. Nilai Perubahan Variabel pada aspek
jumlah penduduk miskin
Tahun
Jumlah
penduduk
Indonesia
Jumlah
penduduk
rentan
Jumlah
penduduk
miskin
3
miskin
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
21985200
0
22266611
2
22551624
0
22840284
8
23132640
0
23428737
6
23728625
6
24032352
0
24339966
4
24651518
4
24967057
6
70352640
35100000
71253152
54095216
72165200
73333568
73088912
92818176
74024448
97390976
74971960
98637576
75931600
99900144
10117886
4
10247395
2
10378561
6
10511408
0
76903528
77887896
78884856
79894584
menurun akibat adanya kenaikan harga BBM
bisa ditingkatkan untuk investasi dan
peningkatan ekspor untuk bidang lain, sehingga
pertumbuhan lapangan kerja tetap mengesuaikan
dengan laju pertumbuhan angkatan kerja. Hal ini
dapat memperbesar kesempatan kerja.
Tabel 4.2. Nilai Perubahan Variabel pada aspek
tenaga kerja
2013
Jumlah
lapangan
kerja
6590000
0
5245640
0
4175529
6
3323721
6
2645682
4
2105963
2
1676346
7
1334372
0
1062160
1
2014
8454794
2015
6730016
Time
(Year)
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2. Aspek Tenaga kerja
Pada aspek tenaga kerja ini, diketahui
bahwa kenaikan harga BBM akan menyebabkan
meningkatnya tingkat pengangguran karena
kesempatan kerja yang semakin menurun. Pada
titik perpotongan antara lapangan kerja dan
jumlah angkatan kerja adalah titik kesempatan
kerja sama dengan satu. Artinya jika laju
pertumbuhan angkatan kerja yang tidak
diimbangi dengan laju pertumbuhan lapangan
kerja akan menyebabkan kesempatan kerja
semakin menurun dari tahun ke tahun.
Oleh karena itu perlu dilakukan
peningkatan produktivitas untuk faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan lapangan kerja,
sehingga dapat mengimbangi laju pertumbuhan
angkatan kerja yang mengikuti laju pertumbuhan
penduduk.
Faktor
yang
mempengaruhi
pertumbuhan lapangan kerja adalah besar
kapasitas produksi serta pertumbuhan ekonomi
yang dipengaruh oleh peningkatan ekspor dan
peningkatan investasi. Jadi, ketika banyak
industri pengolahan dimana industri ini banyak
menggunakan BBM sebagai bahan dalam
produksinya. Sehingga kapasitas produksinya
berkurang disebabkan daya beli masyarakat
2011
2012
Angkatan
kerja
10708001
6
10845064
0
10983881
6
11124475
2
11266868
0
11411084
0
11557145
6
11705077
6
11854902
4
12006645
6
12160330
4
Tingkat
kesempata
n kerja
61.542763
48.368916
38.015064
29.877558
23.481968
18.455418
14.50485
11.399941
8.9596701
7.0417619
5.5344024
3. Aspek Pendapatan
Aspek pendapatan memperlihatkan kenaikan
terus menerus dari tahun ke tahun. Variabel yang
diperhatikan dalam aspek ini adalah PDB,
pendapatan per kapita dan pendapatan riil per
bulan. Pendapatan riil per bulan adalah
pendapatan per kapita yang diterima setiap
penduduk Indonesia setelah mendapatkan
penguranan nilai dari faktor inflasi. Namun,
variabel pendapatan riil ini tetap meningkat
secara terus menerus dari tahun ke tahun setelah
memperhitungkan faktor inflasi.
Tabel 4.3. Nilai Perubahan Variabel pada Aspek
Pendapatan
4
Time
(Year)
PDB
Pendapatan
per kapita
Pendapatan
riil per bulan
2005
1.751E+15
7963630.5
546998.8125
2006
1.847E+15
8295448
645610.5625
2007
1.949E+15
8641091
671666.0625
2008
2.056E+15
9001137
709092.5625
2009
2.169E+15
9376185
712072.25
2010
2.288E+15
9766859
741741.9375
2011
2.414E+15
10173811
772647.8125
2012
2.547E+15
10597719
804841.4375
2013
2.687E+15
11039291
838376.5
2014
2.835E+15
11499262
873308.8125
2015
2.991E+15
11978397
909696.6875
Peningkatan
pendapatan
ini
akan
menunjukkan besar pertumbuhan ekonomi suatu
negara. Jadi perlu diperhatikan variabel yang
mempengaruhi tingkat pertumbuhan PDB. Pada
tabel 5.4 berikut besar impor yang menunjukkan
peningkatan dari tahun ke tahun merupakan
variabel yang mengurangi PDB. Jadi,
peningkatan nilai impor juga harus disertai
dengan peningkatan nilai ekspor dan investasi.
Tabel 4.4. Nilai Perubahan Variabel pada Aspek
Pertambahan dan Pengurangan Pendapatan
Time
(Year)
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Impor
1E-11
1.069E-11
1.143E-11
1.223E-11
1.307E-11
1.398E-11
1.495E-11
1.599E-11
1.709E-11
1.828E-11
1.955E-11
Pertambahan
PDB
9.62951E+13
1.01591E+14
1.07179E+14
1.13074E+14
1.19293E+14
1.25854E+14
1.32776E+14
1.40078E+14
1.47783E+14
1.55911E+14
1.64486E+14
4. Aspek Kesejahteraan
Pada aspek kesejahteraan, variabel yang
berpengaruh antara lain adalah indeks akses
sarana pendidikan dan indeks taraf pendidikan
dimana sesuai dengan grafik 4.6 menunjukkan
tren meningkat setiap tahun. Peningkatan indeks
akses sarana kesehatan dan taraf pendidikan
menyebabkan peningkatan kesejahteraan.
Jadi untuk mewujudkan peningkatan
keejahteraan sehingga dapat meminimiasi
pertambahan jumlah orang miskin diperlukan
kebijakan untuk memberikan kemudahan untuk
mendapatkan akses pangan, kesehatan, dan
pendidikan bagi orang miskin. Peningkatan
indeks kesejahteraan ini secara jangka panjang
dapat mengurangi kemiskinan. Dalam model
penelitian ini, diasumsikan indeks kesejahteraan
bisa mengurangi jumlah orang miskin sebesar 1
%.
4.2
Analisa
Skenario
Hasil
Simulasi
Model
Perancangan skenario dan running
simulasinya
akan
dipergunakan
untuk
pertimbangan-pertimbangan atas kebijakan apa
saja yang diperlukan dalam usaha meminimasi
bertambahnya jumlah orang miskin dan
peningkatan kesejahteraan sebagai dampak
kebijakan BBM. Pada simulasi model skenario,
variabel yang terus diamati adalah Jumlah orang
miskin, besar pendapatan riil per bulan,
Persentase
pengangguran,
dan
indeks
peningkatan kesejahteraan.
Dari dua skenario yang telah dijalankan,
maka akan terlihat pada skenario mana yang
paling mempercepat penurunan jumlah orang
miskin di Indonesia. Seperti terlihat pada tabel
5.7 di bawah ini. Variabel jumlah lapangan
kerja, tingkat kesempatan kerja, menunjukkan
nilai tertinggi adalah pada skenario 2. Karena
dalam skenario 2, dengan penurunan harga BBM
sebesar 30 % menyebabkan nilai faktor inflasi
yang turun sehingga mempengaruhi variabel
makro perekonomian, yaitu jumlah lapangan
kerja yang meningkat, sehingga tingkat
kesempatan kerja pun meningkat. Dengan
penurunan harga BBM akan memberi
kesempatan pada industri yang banyak
membutuhkan BBM sebagai bahan utamanya
untuk membuka lapangna kerja. Dengan
penurunan ini pula kapasitas produksi bisa lebih
besar akibat adanya daya beli masyarakat yang
naik sehingga permintaan barang dan jasa
meningkat pula.
Namun jumlah orang miskin yang lebih
kecil ditunjukkan pada skenario 1, yaitu dengan
meningkatkan harga BBM sebesar 30 % namun
memberikan kebijakan kompensasi pada orang
miskin akibat peningkatan harga BBM tersebut.
Demikian juga nilai indeks peningkatan
5
kesejahteraan yang lebih besar pada skenario 1.
Hal ini dikarenakan dengan adanya kebijakan
komsensasi menyebabkan akses pada faktor
penentu kesejahteraan, yaitu akses pangan, akses
pendidikan dan akses kesehatan difasilitasi
dengan adanya kebijakan BLT, BOS,
JAMKESMAS, dan Raskin. Dengan adanya hal
tersebut, maka tingkat kesejahteraan penduduk
miskin akan meningkat dan jumlah penduduk
miskin pun akan berkurang.
Pada skenario 1, program kompensasi
berupa pemberian uang tunai sebesar Rp.
100.000,00 dan dengan adanya program BOS,
BLT, dan JAMKESMAS maka akses penduduk
miskin dalam pendidikan, kesehatan dan pengan
akan bertambah.
Hasil Output Angka hasil Simulasi
Skenario dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.5. Output Angka hasil Simulasi Skenario
Variabel
Model Awal
Model
Skenario 1
Model
Skenario 2
Jumlah
lapangan kerja
6,730,016
348,420
65,900,000
Tingkat
kesempatan
kerja
5.53440237
0.286521465
54.19260788
Jumlah orang
miskin
105114080
239658.5625
26218684
Indeks
peningkatan
kesejahteraan
0.192666337
0.320559382
0.317049146
: nilai tertinggi
Dari semua analisis yang telah dilakukan
sebelumnya, ditambahkan dengan analisis hasil
simulasi model skenario, dengan memfokuskan
tujuan penelitian untuk meminimasi jumlah
orang miskin dan meningkatkan kesejahteraan
penduduk miskin maka dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa skenario 1 yaitu pemberian
kompensasi BBM ketika terjadi kenaikan harga
BBM merupakan kebijakan yang paling
signifikan mempercepat penurunan jumlah orang
miskin di Indonesia. Walaupun dengan skenario
1, faktor penentu variabel makro mempunyai
nilai yang lebih tinggi, namun untuk
kesejahteraan masyarakat miskin, pemberian
kompensasi secara langsung dan memberi
kesempatan akses pangan, pendidikan dan
kesehatan akan lebih mensejahterakan bagi
penduduk miskin.
4.3
Analisa Kebijakan Kompensasi untuk
Mengurangi Jumlah Penduduk Miskin
di Indonesia
Untuk melihat tingkat kesejahteraan
penduduk miskin, dipergunakan pengukuran
jumlah penduduk miskin di Indonesia. Talah
diketahui dalam skenario simulasi model
kemiskinan bahwa dengan adanya program
kompensasi ketika BBM dinaikkan sebesar 30 %
merupakan kebijakan yang cukup efektif dalam
meminimasi jumlah orang miskin.
Pengalihan dana subsidi Harga BBM pada
subsidi kompensasi yang diberikan langsung
pada orang miskin memberikan dampak yang
signifikan dalam penurunan jumlah orang
miskin. Hal ini dikarenakan distribusi subsidi
BBM untuk 20 % terbawah (golongan termiskin)
hanya sebesar 7 % dari total subsidi BBM,
sedangkan porsi terbesar adalah untuk kelompok
pendapatan 20 % teratas (golongan terkaya),
yaitu sebesar 43 %. Meskipun hal ini tidak
dimasukkan dalam simulasi model, namun dapat
dilihat pada tabel 4.5 distribusi pengeluaran
untuk BBM menurut kelompok pengeluaran.
Berdasarkan simulasi scenario Kebijakan,
Skenario 1 dengan pemberian kompensasi pada
orang miskin merupakan scenario dengan jumlah
orang miskin yang menurun secara signifikan,
karena untuk subsidi kompensasi berupa bantuan
langsung pada masyarakat miskin memberikan
manfaat antara lain sebagai berikut:
1. Untuk jangka pendek memberikan
income effect kepada rumah tangga
miskin melalui pengurangan beban
pengeluaran rumah tangga miskin.
2. Untuk jangka panjang dapat memutus
rantai kemiskinan antar generasi
melalui:
- Peningkatan
kualitas
kesehatan/nutrisi, pendidikan dan
kapasitas pendapatan anak di
masa depan (price effect anak
keluarga miskin)
- Memberikan kepastian kepada si
anak akan masa depannya
(insurance effect).
3. Merubah perilaku keluarga miskin
untuk memberikan perhatian yang
6
4.4
besar
kepada
pendidikan
kesehatan anaknya.
Analisa Asumsi Inflasi
dan
Besaran inflasi sangat menentukan
dalam menilai dampak kenaikan harga BBM
terhadap kemiskinan. Karena faktor inilah yang
langsung terkena dampak dari penyesuaian harga
BBM. Dari kenaikan besaran inflasi ini akan
mempengaruhi variabel makro ekonomi lain.
Dalam penelitian ini, diasumsikan bahwa fraksi
peningkatan harga BBM dan fraksi peningkatan
harga pangan yang mempengaruhi besaran
inflasi, sedangkan faktor lain dianggap konstan.
Dua variabel ini yang digunakan untuk
mengasumsikan besaran inflasi karena kedua
komoditas tersebut merupakan kebutuhan primer
dan bukan barang substitusi. Kenaikan besaran
inflasi ditentukan oleh kenaikan harga BBM dan
bahan pangan, namun penurunan harga BBM
hanya dipengaruhi oleh penurunan harga BBM
namun tidak diikuti penurunan harga pangan.
Sedangkan akibat buruk dari inflasi
adalah besaran inflasi ini biasanya berlaku lebih
cepat dari kenaikan upah para pekerja. Namun
kondisi ini belum dimasukkan dalam model
penelitian.
4.5
Dampak kenaikan harga BBM
terhadap kinerja Ekonomi Makro
Secara teoritis, kenaikan biaya BBM
akan meningkatkan biaya produksi, selanjutnya
harga-harga di pasar akan naik (inflasi) dan
output keseimbangan yang baru menjadi turun.
Dari sisi konsumen inflasi akan menyebabkan
daya beli menjadi berkurang. Sedangkan dari sisi
produsen, turunnya output akan menurunkan
permintaan tenaga kerja. Kondisi ini tentu saja
berimplikasi terhadap tingkat pengangguran di
Indonesia, yang kemungkinan besar akan
meningkat dan kondisi ini juga menyebabkan
pendapatan riil masyarakat yang semakin
berkurang.
Dari simulasi kebijakan yang telah
dilakukan, maka untuk variabel makro ekonomi
yaitu jumlah lapangan kerja dan dan kesempatan
kerja menunjukkan bahwa penurunan harga
BBM sebesar 30 % akan menyebabkan kedua
variabel terebut meningkat. Berikut adalah grafik
simulasi skenario kebijakan tersebut.
Tingkat kesempatan kerja
80
60
40
20
0
2005
2006
2007
2008
2009 2010 2011
Time (Year)
Tingkat kesempatan kerja : Model Skenario 2
Tingkat kesempatan kerja : Model Skenario 1
Tingkat kesempatan kerja : Model Awal
2012
2013
2014
2015
persen
persen
persen
Grafik.4.1 Output Simulasi Skenario
Kebijkan untuk variabel tingkat kesempatan
kerja.
Peningkatan
harga
BBM
akan
mempengaruhi produksi industri lainnya,
terutama industri yang banyak menggunakan
bahan baku BBM. Industri yang mengurangi
konsumsi BBM nya karena kenaikan harga ini
berdampak pada turunnya produksi di seluruh
sektor. Dalam model penelitian ini diasumsikan
dengan peningkatan harga BBM akan
menurunkan jumlah lapangan kerja sebesar 6.8
%.
5. Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan, maka
kesimpulan yang dapat ditarik sesuai tujuan
penelitian yaitu sebagai berikut:
1. Variabel yang berpengaruh terhadap
sistem kemiskinan khususnya terkait
dengan kebijakan penyesuaian harga
BBM antara lain adalah :
- tingkat inflasi, yaitu adanya
peningkatan harga komoditas
- pendapatan nasional, yang turut
mempengaruhi nilai pendapatan
per kapita setiap penduduk
Indonesia
- Tingkat
kesempatan kerja,
Aspek pendidikan dan aspek
kesehatan
2. Dampak kenaikan harga BBM dimulai
dari fraksi peningkatan harga BBM yang
mempengaruhi besaran inflasi. Kenaikan
inflasi akan menyebabkan turunnya daya
beli sehingga kapasitas produksi juga
akan menurun. Kapasitas produksi yang
menurun
ini
yang
kemudian
mempengaruhi tingkat kesempatan kerja
7
dan
kesejahteraan.
Inflasi
juga
menyebabkan pendapatan riil yang
diterima menjadi berkurang. Faktor
pendapatan inilah yang menjadi faktor
utama dalam menentukan kesejahteraan
masyarakat.
3. Simulasi dengan menaikkan harga BBM
dengan model awal tanpa scenario
kebijakan untuk mengkonpensasikannya
didapatkan bahwa jumlah orang miskin
akan semakin meningkat dari tahun ke
tahun, orang yang rentan akan menjadi
miskin. Total jumlahnya mencapai 105,1
juta pada tahun 2015, meningkat hampir
tiga kali lipat dari jumlah awal 35.1 juta
orang
4. Dari dua skenario perbaikan yang
diberikan, pada skenario 1 dimana harga
BBM dinaikkan namun terdapat
kompensasi berupa cash transfer
sebesar Rp. 100.000, program bantuan
JAMKESMAS, BOS dan Raskin
didapatkan hasil jumlah orang miskin
menunjukkan angka paling sedikit
dibanding dengan yang lain. Namun
untuk variabel pendapatan riil per bulan,
tingkat pengangguran, dan bahwa
skenario kedua lebih baik, yaitu dengan
menurunkan harga BBM sebesar 30 %
namun tidak memberikan bantuan
kompensasi.
6. Daftar Pustaka
Ala, Andre Bayo (1996). “Kemiskinan dan
Strategi Memerangi Kemiskinan”.
Liberty, 3
BAPPENAS , Desember 2007. “Kebijakan
Peningkatan
Kesempatan
dan
Kesejahteraan Masyarakat” Vol 4.
No.2, 42-53
Borschev.A, & Filippov.A.2006. „From system
dynamics and discrete event to
practical
agent
based
modelling:reason, technique, tools‟.
Paper of St.Petersburg Technical
University&XJ Technologies, Rusia
Bowerman, O‟Connel, & Koehler.2005. Time
Series and Regression Analysis, fourth
edtion. Thomson, USA.
BPS. Perkembangan beberapa indikator utama
sosial-ekonomi Indonesia, BPS Maret
2008,
diakses 12 Agustus 2008
BPS. 2008. Statistik Indonesia: Statistical
Yearbook of Indonesia 2008. Jakarta:
BPS
BPS. 2008. Survey Sosial Ekonomi Nasional
(Susenas Panel 2008). Jakarta: BPS
Bulog (2006) Laporan Pelaksanaan Monitoring
dan Evaluasi Program Raskin Tahun
Anggaran 2006.Jakarta: Bulog
Depkeu, Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang.
2009. Perkembangan Utang Negara
(Pinjaman Luar Negeri & Surat Utang
Negara), 2001-2009. Jakarta: Depkeu
Depkominfo. 2008. Enam Pertanyaan Penting
Tentang Kebijakan BBM. Jakarta:
Depkominfo
Deptan, 2007. Direktorat Jenderal Penelitian dan
Pengembangan: Mutasi
penduduk
Miskin. Jakarta: Deptan
Dumairy. 1997: Perekonomian Indonesia ,
Penerbit Erlangga. Jakarta
Eriyatno (1999), Ilmu Sistem, Meningkatkan
Mutu dan Efektifitas Manajemen ,
Bogor : IPB Press.
Fajarningtyas, L (2008). “Pemodelan Sistem
Pembiayaan Di Bank Syari‟ah Dengan
Pendekatan
Metodologi
Sistem
Dinamik : Studi Kasus Pembiayaan
Pada Usaha Sapi Perah Dan
Perkebunan Tebu”.Laporan Tugas
Akhir. Institut Teknologi Sepuluh
Nopember, Surabaya.
Harimurti, T (2005). “Rekaan Kebijakan
Pengentasan Masyarakat Miskin Di
Kota Surabaya Dengan Pendekatan
Sistem Dinamik”.Laporan Tugas
Akhir. Institut Teknologi Sepuluh
Nopember, Surabaya.
Ihsan, Muhammad. 2005< Kajian LPEM soal
Kenaikan
Harga
BBM
dan
Kemiskinan.htm> diakses 2 februari
2009
Kementerian Sekretaris Negara RI. 2009,
: Sebuah Pendekatan Model Dinamik
Prof. Dr. Ir. Budisantoso Wirjodirdjo, M.Eng., Kuntum Khoiro Ummatin
Jurusan Teknik Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya
Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111
Email: purple_kuntum@yahoo.co.id ; santoso@ie.its.ac.id
Abstrak
Gejolak perekonomian global melanda hampir seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia.
Untuk itu, berbagai kebijakan pengendalian harga BBM telah dilakukan pemerintah yang berdampak
pada tingkat PDB, jumlah pengangguran, serta jumlah orang miskin. Data BPS menyebutkan jumlah
orang miskin 2008 sebesar 15.42 % penduduk Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
bagaimana hubungan antara kebijakan harga BBM dengan angka kemiskinan. Sehingga diketahui
variabel-variabel yang berpengaruh terhadap sistem untuk dapat mengelaborasi pengaruh kebijakan
harga BBM terhadap masyarakat miskin di Indonesia. Salah satu pendekatan yang digunakan adalah
permodelan sistem dinamik untuk mengevaluasi kebijakan yang telah dilakukan. Variabel yang
mempengaruhi kemiskinan antara lain adalah pendapatan, pendidikan, kesehatan dan tingkat
kesempatan kerja.
Hasil penelitian menyebutkan dari simulasi skenario didapatkan bahwa skenario kebijakan
kompensasi BBM secara langsung pada masyarakat miskin dapat mengurangi angka kemiskinan.
Dengan skenario ini jumlah orang miskin pada tahun 2015 sebesar 1.09 %. Sedangkan dengan skenario
kedua yaitu penurunan harga BBM didapatkan bahwa jumlah orang miskin pada 2015 sebesar 13.2 %.
Namun untuk variabel tingkat pendapatan dan tingkat kesempatan kerja, nilai yang lebih tinggi
ditunjukkan pada skenario penurunan harga BBM.
Kata kunci : Harga BBM, kemiskinan, Kebijakan, model, sistem dinamik
ABSTRACT
Global economic fluctuate stricken almost the whole state around the world include Indonesia.
Because of that, vary of fuels price policies had been done that impact at PDB level, amount of
unemployment, and also the amount of pauper. BPS data mention the amount of pauper at 2008 equal to
15.42 percent of total Indonesian population.This research is done to find the relation between fuels
price and the poverty rate. So variables influence the system that elaborate fuels policy relation with
Indonesian poverty rate could be found. One of approximation method used is dynamic system model.
This method to evaluate the policy that had been done.
The result of scenario simulation shows that policy of direct fuels compensation to pauper
scenario could reduce the poverty rate. With this scenario amount of the pauper at 2015 is 1.09%.
Whereas with the second scenario, fuels price reduction, amount of the pauper at 2015 is 13.2%. But for
the rate of return and job opportunities va riables, fuels price reduction scenario shows bigger value
than other scenario.
Keywords: fuels price, poverty, policy, model, dynamic system
1.
Pendahuluan
Di Indonesia, tingkat kesejahteraan
masyarakat termasuk pada urutan ke 111 dari
sebanyak 174 negara di dunia (BKKBN, 2005).
Terdapat tiga pilar yang menjadi parameter kualitas
kesejahteraan tersebut adalah indeks pembangunan
manusia (HDI) yaitu pendidikan, pendapatan dan
kesehatan. Berdasarkan data kemiskinan yang
terakhir diterbitkan Badan Pusat Statistik, yang
selanjutnya disebut BPS, jumlah penduduk miskin
di Indonesia, pada tahun 2006 terjadi peningkatan
angka kemiskinan yang tak terduga. Ada dua hal
yang menjadi penyebab utama kenaikan tersebut,
yaitu akibat krisis pangan yang diindikasikan
dengan melonjaknya harga beras. Penyebab kedua
1
adalah krisis energi yang diindikasikan oleh
kenaikan harga BBM. Diperkirakan kenaikan
sekitar 33 persen harga beras yang dikonsumsi
kaum miskin, antara bulan Februari 2005 dan
Maret 2006, yang sebagian besar menyebabkan
peningkatan jumlah penduduk miskin menjadi 17,75
persen.
Angka kemiskinan (%)
30
25
20
15
10
5
19
96
19
98
19
99
20
00
20
01
20
02
20
03
20
04
20
05
20
06
20
07
20
08
0
Tahun
Sumber: BPS (diolah)
Grafik 1.1 Angka Kemiskinan di Indonesia
Berbagai
kebijakan telah dikeluarkan
pemerintah dalam rangka meminimumkan jumlah
penduduk miskin demi tercapainya kesejahteraan
rakyat dan peningkatan pertumbuhan ekonomi.
Salah satu kebijakan yang mempengaruhi angka
kemiskinan adalah kebijakan penentuan harga
BBM. Karena Harga BBM inilah yang
mempengaruhi inflasi yang menjadi salah satu
indikator kunci perekonomian. Berikut merupakan
tabel fuktuasi harga BBM selama periode lima
tahun terakhir.
Tabel 1.1 Fluktuasi harga BBM selama
periode 5 tahun Terakhir
Sumber : Data harga premium, pertamina (diolah)
Harga BBM mempengaruhi pola konsumsi
masyarakat, baik konsumsi langsung dan tidak
langsung. Karena dampak dari perubahan harga
BBM ini mempengaruhi
biaya produksi sehingga
harga-harga barang yang
makanan pokok pun juga
beras dan minyak goreng.
distribusi, transportasi,
berpengaruh juga pada
lain. Kebutuhan bahan
terpengaruh, antara lain
Untuk mengetahui kebijakan pemerintah
yang selama ini belum dilakukan dalam rangka
meningkatkan
kesejahteraan masyarakat
di
Indonesia, maka diperlukan suatu kajian atau studi
yaitu dengan penghampiran permodelan sistem.
Salah satu teknik yang dapat digunakan adalah
melalui pendekatan sistem dinamik. Dengan
demikian dapat dilakukan pengendalian pada
perilaku variabel-variabel yang mempengaruhi
suatu sistem tersebut. sehingga didapatkan alternatif
skenario perbaikan dari kebijakan yang telah
diambil sebelumnya.
Maka dalam penelitian ini
terlebih dahulu dilakukan pembuatan model untuk
mengidentifikasi
indikator-indikator
yang
berhubungan
dengan
tingkat
kesejahteraan
masyarakat di Indonesia kemudian disimulasikan.
Dalam model simulasi tersebut dimasukkan nilainilai harga BBM tertentu dan mengevaluasi pada
nilai harga BBM berapa didapatkan alternatif
skenario perbaikan dari kebijakan pemerintah.
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah
dilakukan maka permasalahan yang akan diangkat
dalam penelitian tugas akhir kali ini adalah “
Bagaimana hubungan antara kebijakan harga
BBM dengan angka kemiskinan ”
Adapun tujuan dari penelitian tugas akhir
ini adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi variabel-variabel yang
berpengaruh terhadap sistem kemiskinan
khususnya terkait dengan kebijakan
penyesuaian harga BBM
2. Merumuskan permodelan sistem untuk
dapat mengelaborasi pengaruh kenaikan
BBM terhadap masyarakat miskin di
Indonesia.
3. Mengetahui perilaku sistem dari waktu ke
waktu mengenai dampak harga BBM
terhadap jumlah orang miskin di Indonesia
4. Memberikan alternatif evaluasi kebijakan
pemerintah
yang
berkaitan
dengan
penentuan harga BBM dalam usaha untuk
meminimasi bertambahnya jumlah orang
miskin.
Sesuai dengan permasalahan dan tujuan
dari kajian ini maka terdapat beberapa hal yang
menjadi batasan dalam penelitian ini, diantaranya:
1. Sistem yang dimodelkan dalam penelitian
ini adalah jumlah orang miskin di Indonesia
2
yang dipengaruhi oleh dampak fluktuasi
harga BBM
2. Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data yang didapat dari BPS, dan
data sekunder dari instasi pemerintahan
yang terkait.
3. Pembuatan model sistem dalam penelitian
ini hanya melihat dari sudut pandang
pemerintah saja
4. Harga BBM dan harga pangan merupakan
faktor yang mempengaruhi inflasi.
Sedangkan asumsi yang digunakan pada
penelitian ini adalah perubahan kebijakan
pemerintah atas harga BBM digunakan dalam
model sebagai skenario kebijakan.
2. Metodologi Penelitian
2.1 Tahap Identifikasi dan Perumusan Masalah
- Identifikasi dan Perumusan Masalah
Tahapan awal dalam penelitian ini adalah
mengidentifikasi permasalahan yang akan dijawab
pada penelitian ini. Permasalahan yang akan diteliti
adalah menentukan bagaimana hubungan antara
dampak kebijakan harga BBM terhadap angka
kemiskinan.
- Penetapan Tujuan dan Manfaat Penelitian
Untuk dapat merencanakan langkahlangkah yang dapat diambil pada penelitian nanti
maka harus ditetapkan terlebih dahulu tujuan dari
penelitian ini berdasarkan permasalahan yang ada.
Selain itu peneliti dapat memfokuskan diri pada
langkah-langkah tersebut, sehingga penelitian dapat
dijalankan dengan lancar. Adapun tujuan penelitian
telah dirumuskan dan dinyatakan dalam Bab I
Pendahuluan. Juga ditentukan manfaat dari
penelitian yang akan dilakukan.
- Studi Pustaka
Sebagai dasar penelitian, harus ada studi
literatur yang digunakan sebagai pedoman dalam
menyelasaikan masalah dan mencapai tujuan
penelitian. Dengan adanya studi pustaka ini, maka
diharapkan dapat menjadi pembanding antara apa
yang terjadi di dunia nyata dan sebagai penuntun
langkah-langkah atas tindakan yang akan diambil
untuk penelitian ini. Pustaka yang digunakan dapat
diambil dari buku – buku teks dan jurnal yang dapat
dijadikan sebagai referensi dari penelitian.
- Identifikasi Variabel
Pada tahapan ini dilakukan identifikasi
semua variabel dari data-data sekunder yang
diambil dari BPS dan informasi dari sumber sumber yang ada.
2.2 Tahap Pembuatan model
Setelah mengatahui variabel-variabel input,
dan informasi-informasi yang diperoleh, maka
dilakukan pembuatan model jumlah orang miskin
yang terintegrasi. Tahapan dalam pembuatan model
ini terdiri dari pengumpulan data dan pembuatan
model.
- Pengumpulan Data
Pengumpulan data disini adalah data-data
yang digunakan sebagai variabel input dalam model
kemiskinan di Indonesia. Data yang dikumpulkan
adalah data-data sekunder yang berkaitan dengan
kondisi perekonomian di Indonesia, data demografi
penduduk, serta informasi-informasi lain yang
dibutuhkan untuk membangun konseptualisasi dari
sistem yang diamati.
- Pembuatan Model Dampak Harga BBM terhadap
Kemiskinan
Berdasarkan data – data yang ada maka
dapat dilakukan pembuatan model. Pembuatan
model ini dilakukan dengan menggunakan perangkat
lunak yaitu Vensim. Setelah model dibuat, maka
dilalukan percobaan dan melihat apakah model
sesuai atau tidak.
2.3 Tahap Simulasi dan Evaluasi Kebijakan
- Formulasi Model
Berdasarkan
diagram
sebab-akibat,
diagram alir disusun dan dibuat persamaan
matematis dari variabel-variabel yang terdapat
dalam sistem.
- Menjalankan Simulasi dan validasi model
Setelah semua variabel input dimasukkan,
maka simulasi dijalankan. Disini variabel-variabel
tersebut akan disimulasikan berdasarkan periode
waktu yang telah ditentukan dan didapatkan hasil
berupa berapa tingkat signifikansi kebijakan harga
BBM dalam mempengaruhi kemiskin di Indonesia.
Selanjutnya dilakukan validasi terhadap output dari
simulasi model.
- Simulasi Perubahan Kondisi dan Evaluasi
Kebijakan
Perubahan kondisi pada model dilakukan
dengan membuat skenario kebijakan baru atau
mengubah nilai parameter variabel pada model
sistem. Dari perubahan kondisi yang dilakukan
dihasilkan output simulasi yang berbeda.
Berdasarkan output simulasi tersebut dapat dilihat
pengaruh perubahan kondisi yang terjadi atau
penerapan kebijakan baru terhadap sistem.
2.4 Tahap Analisa dan Kesimpulan
- Analisa dan Interpretasi Variabel
3
Hasil yang didapat dari simulasi
selanjutnya
dianalisis
bagaimana
pengaruh
penyesuaian harga BBM terhadap kemiskinan di
Indonesia.
Metode Head Count Index berdasarkan Pendekatan
Kebutuhan Dasar (Basic Needs Approach).
Tabel 3.1. Mutasi penduduk miskin feb 2005 mrt 2007
- Kesimpulan dan Saran
Ini merupakan tahapan terakir dalam
penelitian. Dari hasil analisa maka dapat diambil
kesimpulan dari penelitian dan dapat memberikan
saran-saran untuk pemerintah berdasarkan hasil
penelitian.
Langkah-langkah penelitian dapat disusun
dalam bentuk flowchart seperti pada Gambar 2.1.
Identifikasi dan
perumusan masalah
Sumber : Susenas Panel 2005, 2006, & 2007
Penetapan Tujuan &
Manfaat Penelitian
Studi Pustaka:
Kemiskinan
BBM
Sistem dan Model
Identifikasi
Variabel
3.2 Kebijakan Kompensasi BBM
Tahap Indetifikasi dan
Perumusan Masalah
Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan
: :
- Data demografi
penduduk
- Data harga BBM
- Data angka pengangguran,
- Data variabel kemiskinan
(Data sosio ekonomi
nasional)
Pembuatan model kemiskinan:
- Penentuan batasan model
- Pengidentifikasian causal loop
- Penyusunan causal loop
Tahap pembuatan
model kemiskinan
Agenda kesejahteraan masyarakat sudah
menjadi agenda yang tertuang dalam SJSN. Peran
pemerintah terhadap kelangsungan sistem jaminan
sosial pekerja sangat diperlukan yaitu untuk
menekan tingkat inflasi serendah mungkin menyusul
memberlakukan tingkat bunga pasar yang rendah
dan membuat mata uang stabil sehingga investasi
dapat diarahkan untuk tujuan jangka panjang.
Tabel 3.2 Distribusi Pengeluaran Untuk BBM
menurut kelompok Pengeluaran (orang/bulan)
Formulasi Model
Simulasi & Validasi Model
Model
Tidak
Sesuai
?
Ya
Simulasi Perubahan Kondisi &
Mencari skenario kebijakan
harga BBM
Tahap Simulasi dan
mencari alternatif
perbaikan kebijakan
Analisa dan Interpretasi
Hasil Simulasi
Kesimpulan dan
Saran
Tahap analisis
dan kesimpulan
Gambar 2.1 Diagram Alir Langkah Penelitian
3. Pengembangan Model
3.1 Perkembangan Jumlah penduduk miskin
Indonesia
BPS menghitung jumlah dan persentase
penduduk miskin. Sumber data utama merupakan
hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas).
Dan Metode penghitungan yang digunakan adalah
Kelompok
Pendapatan
Distribusi
Subsidi BBM
Dalam
Triliun
Rupiah
20 % Teratas
43 %
48.9
20 %
teratas
23 %
26.2
20 % di tengah
16 %
18.2
20 % kedua
terbawah
11 %
12.5
20 % terbawah
7%
7.9
Jumlah
100%
113
kedua
Sumber : Diolah dari data BPS 2002
Diagram dibawah ini
ringkasan keseluruhan program.
menggambarkan
4
3.3.2 Penyusunan Causal Loop Diagram
“Dikasih Kail”
“Diajari Mancing”
“Dikasih Ikan”
II. Pemberdayaan
Masyarakat
I. Bantuan dan
Perlindungan Sosial
Kelompok Sasaran
Sasaran 19,1 juta RTS/
Rumah Tangga Sasaran
(Raskin, PKH, BOS,
JAMKESMAS, dll),
termasuk pemberian
layanan khusus bagi 3,9
juta RT sangat miskin.
+ Minyak goreng, Kedele
(PSH)
+ BLT
+ Beras bersubsidi nonmiskin
Program-program yang
tergabung dalam PNPM.
Fokus :
5720 kecamatan Bentuk:
Bantuan Langsung
Masyarakat (BLM) Rp. 3
Milyar/kec/tahun
III. Pemberdayaan
Usaha Mikro Kecil
(UMK)
Sasaran : Pelaku usaha
mikro kecil.
Penyalur KUR : diarahkan
untuk kredit Rp. 5 juta ke
bawah. Plus : penyaluran
programpendanaan K/L
Sumber : Depkominfo
Gambar 3.1. Program Pengurangan Orang
Miskin 2008-2009
3.3 Konseptualisasi Model
3.3.1 Pembatasan Model (Model Boundary
Chart)
Pembatasan model dilakukan dengan
membatasi
lingkup
pemodelan
dengan
mengidentifikasi variabel apa yang akan masuk
dalam model, berupa variabel endogenous atau
exogenous dan variabel apa saja yang tidak
termasuk di dalam pemodelan (excluded from the
model).
Tabel 3.3. Model Boundary Chart
Secara Garis Besar, model yang akan
dibuat nantinya akan mencakup faktor-faktor yang
mempengaruhi kemiskinan yaitu pendapatan,
kesempatan kerja, pendidikan dan kesehatan. Dari
masing-masing variable tersebut dapat terjadi
hubungan atau keterkaitan dengan variable yang
lain. Artinya satu variable dapat mempengaruhi
variable yang lain. Hubungan tersebut bisa bersifat
positif jika penambahan pada satu variabel akan
menyebabkan penambahan pada variabel lain,
namun juga bisa bersifat negatif jika penambahan
pada satu variabel menyebabkan pengurangan pada
variabel lain.
Setelah dilakukan identifikasi terhadap
variable-variabel yang terlibat dalam sistem,
kemudian ditentukan hubungan yang logis antar
variable tersebut. Pendekatan sistem juga dilakukan
dengan mendefinisikan interaksi antar elemen sistem
yang akan digambarkan dengan causal loop
diagram seperti gambar 3.2
Dari konseptualisasi model melalui Causal
Loop Diagram tersebut, terlihat bahwa tujuan
utama pemodelan adalah untuk mengetahui
seberapa jauh dampak harga BBM terhadap
kemiskinan di Indonesia.
Elemen-elemen
yang
mempengaruhi,
didefinisikan sesuai dengan identifikasi variabel
yang telah dilakukan sebelumnya. Tanda positif (+)
di ujung tanda panah mengindikasikan bahwa kedua
variabel yang terhubung memiliki hubungan yang
sebanding,
sedangkan
tanda
negatif
(-)
mengindikasikan bahwa kedua variabel yang
terhubung memiliki hubungan yang saling
berkebalikan. Misalnya variabel fraksi peningkatan
harga BBM dan variabel inflasi memiliki hubungan
positif, artinya semakin besar fraksi peningkatan
harga BBM maka tingkat inflasi juga semakin
besar. Variabel inflasi memiliki hubungan negatif
dengan variable daya beli, artinya semakin besar
tingkat inflasi akan semakin menurunkan daya beli
masyarakat.
Model Utama "Dampak Kebijakan BBM terhadap Kemiskinan di Indonesia"
Inflasi base year
Initial kapasitas
produksi
+
Fraksi peningkatan
harga BBM
-
Inflasi
-
+
+
Pendapatan per
kapita
Pendapatan riil
per bulan
+
+
Initial PDB
+
+
Jumlah orang
miskin
Peningkatan
+
+
kesejahteraan
+
Indeks
peningkatan
kesejahteraan
-
Tingkat
pengangguran
-
+
Pertumbuhan
ekonomi
PDB
+
Total pengeluaran
orang miskin
Tingkat
kesempatan kerja
Peningkatan
lapangan kerja
Pendapatan Riil
+
+
+
Daya Beli
Kapasitas
produksi
-
-
Jumlah lapangan
kerja
Pengurangan
lapangankerja
+
+
Keluar dari
kemiskinan
Gambar 3.2 Causal Loop Diagram dampak Kebijakan
BBM terhadap kemiskinan
3.3.3
Penyusunan Stock and Flow Maps
Dalam pemodelan Dampak harga BBM
terhadap angka kemiskinan, penyusunan Stock and
Flow Maps dilakukan dengan menyusun model
utama dan pembagian sub modelnya. Penyusunan
sub model dimaksudkan agar model akan semakin
detail.
Model utama dalam Sistem ini adalah
dampak harga BBM terhadap angka kemiskinan.
Sedangkan submodel (subsistem) yaitu sebagai
berikut :
1. Sub Model Dampak harga BBM terhadap
Inflasi
Dari sub model dampak harga BBM
terhadap inflasi gambar 3.3, diketahui bahwa
variabel yang mempengaruhi inflasi adalah adanya
kenaikan harga dari berbagai komoditas. Dalam
model tersebut, diasumsikan bahwa variabel yang
menjadi kontrol dalam naik turunnya inflasi adalah
variabel harga BBM dan harga pangan. Karena
kedua komoditas tersebut adalah barang kebutuhan
primer dan bukan barang substitusi sehingga bobot
terhadap pengeluaran besar.
Sub Model Inflasi
Fraksi peningkatan
harga makanan
bobot Indeks jasa
transportasi
Indeks jasa
transportasi
Bobot indeks bahan
makanan
Indeks Bahan
Makanan
bobot makanan
jadi
Indeks makanan
jadi
Indeks Pendidikan
bobot indeks
pendidikan
+ + +
+
+
Inflasi
+
+
+
+
+
Indeks Kesehatan
Indeks Sandang
Indeks BBM
bobot indeks
BBM
bobot indeks
sandang
Fraksi peningkatan
harga BBM
Gambar 3.3 Stock and Flow Maps Sub
Model Dampak Harga BBM pada inflasi
2. Sub Model Kemiskinan
Pada sub model kemiskinan tersebut, yang menjadi
variabel utama adalah banyaknya jumlah orang
miskin, yang dipengaruhi oleh variabel “menjadi
bobot indeks
kesehatan
miskin” dan variabel “keluar dari kemiskinan”.
Variabel “menjadi miskin” dipengaruhi variabel
“rentan miskin”.
Tidak rentan
miskin
Persentase penduduk
rentan miskin
+
Jumlah penduduk +
rentan miskin
Menjadi miskin
+
Jumlah
orang miskin
Keluar dari
kemiskinan
Indeks peningkatan
kesejahteraan
Konsumsi
makanan
Total pendapatan
orang miskin
+
Program BOS
+
+ +
+
Program BLT
Program
JAMKESMAS
Raskin
Total pengeluaran
orang miskin
Proporsi
Pendidikan
Pengeluaran orang
miskin
Proporsi
Konsumsi
makanan
Pengeluaran
pendidikan
Pendapatan orang
miskin
Pengeluaran
kesehatan
Laju pertambahan
garis kemiskinan
rate pertambahan
garis kemiskinan
Garis
kemiskinan
Pengeluaran RT
lain-lain
Proporsi
Kesehatan
Proporsi
Keperluan RT
yang lain
Gambar 3.4 Stock and Flow Maps Sub Model Kemiskinan
Jika besar pendapatan orang miskin kurang
dari garis kemiskinan, dimana dimana garis
kemiskinan dihitung dari pengeluaran yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar (basic
need) seperti kebutuhan pangan, pendidikan,
kesehatan dan pengeluaran rumah tangga lainnya,
maka penduduk yang rentan miskin akan menjadi
miskin. Sedangkan jika pendapatan orang miskin
bertambah (jika ada kebijakan kompensasi BBM)
sehingga pendapatan orang miskin lebih besar
daripada pengeluaran orang miskin maka penduduk
miskin akan keluar dari kemiskinan.
dalam model ini hanya memperhitungkan jumlah
industri pengolahan karena sektor ini mempunyai
kontribusi cukup besar dalam lapangan kerja utama
penduduk Indonesia. Sedangkan pengurangan
lapangan kerja dipengaruhi oleh laju penurunan
lapangan kerja yang disebabkan oleh fraksi
peningkatan harga BBM.
4. Sub Model Pendapatan riil
3. Sub Model Tingkat Kesempatan Kerja
Variabel utama dalam sub model ini yaitu
pendapatan riil per bulan yang akan dipengaruhi
oleh pendapatan perkapita nasional per kapita dan
inflasi. Pendapatan per kapita per bulan merupakan
pembagian antara besar PDB dan Jumlah penduduk
Indonesia. Variabel PDB dipengaruhi oleh variable
pertambahan PDB yang dipengaruhi oleh Faktor
pembentuk PDB dari sisi pengeluaran, yaitu
pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran
konsumsi pemerintah, pembentuk modal tetap
domestik bruto, serta ekspor barang dan jasa
dimana nilai sektor tersebut diketahui dari proporsi
masing-masing sektor tersebut berdasarkan data
PDB dari BPS. (lihat gambar 3.5)
Dalam sub model ini, yang menjadi variabel
utama adalah tingkat kesempatan kerja yang secara
langsung mempengaruhi
persentase jumlah
pengangguran. Tingkat kesempatan kerja ini adalah
perbandingan antara jumlah lapangan kerja dan
jumlah tenaga kerja. Jumlah tenaga kerja akan
dipengaruhi oleh laju peningkatan angkatan kerja.
Sedangkan jumlah lapangan kerja dipengaruhi oleh
peningkatan lapangan kerja yang disebabkan faktor
pertumbuhan ekonomi, peningkatan kapasitas
produksi dan peningkatan jumlah industri, dimana
Sedangkan variabel yang mempengaruhi
pengurangan PDB adalah variable impor, dimana
peningkatan impor dipengaruhi oleh faktor
komoditas dalam negeri kurang dan faktr harga
komoditas. Karena sering kali banyak dilakukan
impor karena harga barang impor lebih rendah dari
pada komoditas dalam negeri. Untuk bobot masingmasing faktor tersebut diasumsikan sesuai dengan
subjektifitas penulis. Untuk varibel yang
mempengaruhi pengurangan impor disebabkan oleh
adanya kebijakan proteksi dari pemerintah.
Jumlah orang miskin juga dipengaruhi oleh
jumlah orang tidak rentan miskin. Kelompok tidak
rentan ini dianggap tidak berpengaruh meskipun
terjadi perubahan harga. Jumlah penduduk tidak
rentan miskin adalah sebesar 51 % dari penduduk
Indonesia. Jumlah ini diketahui dari data dari bank
dunia 2007 yang menyebutkan bahwa jumlah
penduduk miskin sebesar 49 %.
1
Sub Model Pendapatan Riil
Per kapita
Laju pertambahan
penduduk
Laju pengurangan
penduduk
+
+
Pertambahan
penduduk
Pendapatan riil
+
per bulan
Pengurangan
penduduk
+
Pendapatan per
kapita
+
Pendapatan Riil
Jumlah penduduk
Indonesia
-
+
Pengeluaran
konsumsi RT
+
Inflasi
+
PDB
+
Pertambahan PDB
+
+
Pengurangan PDB
Komoditas dalam
negeri kurang
+
+
peningkatan impor
pengurangan impor
Impor
+
Pembentukan modal
tetap domestik bruto
Ekspor
barang&jasa
+
+
Pengeluaran
konsumsi pemerintah
Harga komoditas
Kebijakan
proteksi
Gambar 3.5. Stock and Flow Maps Sub Model Pendapatan riil
Semakin besar kesempatan akses sarana pendidikan,
akses sarana kesehatan, dan akses pangan maka
akan semakin besar pula nilai indeks kesejahteraan.
5. Sub Model Indeks Kesejahteraan
Indeks Kesejahteraan ini merupakan
variabel yang mempengaruhi jumlah orang miskin.
Variabel ini dipengaruhi oleh indeks taraf
pendidikan, indeks akses sarana kesehatan, tingkat
pengangguran dan rasio peningkatan pendapatan.
Berikut adalah gambar diagram alir indeks
peningkatan kersejahteraan.
Angka melek huruf
Rata-rata lama
sekolah
Raskin
+
Akses Pangan
+
Indeks taraf
pendidikan
+
Akses Pendidikan
+
Program BOS
+
Indeks peningkatan
kesejahteraan
kelahiran balita
ditolong tenaga medis
+
Program
JAMKESMAS
-
+
+
+
Akses Kesehatan
Indeks akses sarana
kesehatan
+
RT dengan sumber air
minum dari mata air
Tingkat
pengangguran
+
+
Rasio peningkatan
pendapatan
Initial pendapatan
Gambar 3.6. Stock and Flow Maps Sub Model Indeks Kesejahteraan
3.4 Simulasi Software Vensim
Simulasi ini dilakukan dengan tujuan
untuk melihat perilaku dari model sistem yang
telah dibuat, dengan cara memasukkan nilai-nilai
pada konstanta dan tabel fungsi sesuai dengan
kondisi yang terdapat pada sistem nyata. Untuk
memudahkan dalam membandingkan perbedaan
2
antar variabel, maka output grafik hasil running
dikelompokkan menurut keterkaitan antar
variabel. Hasil running atau simulasi model
pada software Vensim dapat dilihat pada grafik.
Pada grafik perbandingan jumlah orang
miskin
pada
grafik
3.1
diperlihatkan
perbandingan dari jumlah penduduk Indonesia,
jumlah penduduk rentan miskin dan jumlah
penduduk miskin. Dari aspek tersebut terlihat
bahwa dengan adanya kenaikan harga BBM
tanpa disertai adanya kompensasi dari
pemerintah menyebabkan jumlah penduduk
miskin yang selalu bertambah bahkan jika
dibiarkan dalam jangka panjang, semua
penduduk yang rentan miskin akan menjadi
miskin.
Perbandingan aspek tenaga kerja
80 M Unit
200 M Orang
80 persen
40 M Unit
150 M Orang
40 persen
0 Unit
100 M Orang
0 persen
2005
2007
2009
2011
Time (Year)
2013
Jumlah lapangan kerja : Model Awal
Angkatan kerja : Model Awal
Tingkat kesempatan kerja : Model Awal
2015
Unit
Orang
persen
Grafik 3.2. Output Vensim untuk Aspek
Tenaga Kerja
3. Aspek Pendapatan
Output yang akan diperbandingkan
dalam aspek pendapatan ini adalah variabel
PDB, pendapatan riil dan pendapatan per kapita.
Berikut ini adalah grafik perbandingannya.
1. Aspek Jumlah Penduduk Miskin
Perbandingan Jumlah Orang miskin
400 M
300 M
Perbandingan aspek pendapatan
200 M
20 M Rp/Year
20 M Rp/Year
4e+015 Rp/Year
100 M
0
2005
2006
2007
2008
2009 2010 2011
Time (Year)
Jumlah penduduk Indonesia : Model Awal
Jumlah orang miskin : Model Awal
Jumlah penduduk rentan miskin : Model Awal
2012
2013
2014
2015
Orang
Orang
Orang
Grafik 3.1. Output Vensim untuk Jumlah
Penduduk
2. Aspek Tenaga kerja
Pada aspek tenaga kerja ini, diketahui
bahwa kenaikan harga BBM akan menyebabkan
meningkatnya tingkat pengangguran karena
kesempatan kerja yang semakin menurun.
Artinya jika laju pertumbuhan angkatan kerja
yang tidak diimbangi dengan laju pertumbuhan
lapangan kerja akan menyebabkan kesempatan
kerja semakin menurun dari tahun ke tahun.
13 M Rp/Year
13 M Rp/Year
2.5e+015 Rp/Year
6 M Rp/Year
6 M Rp/Year
1e+015 Rp/Year
2005
2007
Pendapatan Riil : Model Awal
Pendapatan per kapita : Model Awal
PDB : Model Awal
2009
2011
Time (Year)
2013
2015
Rp/Year
Rp/Year
Rp/Year
Grafik 3.3. Output Vensim untuk Aspek
Pendapatan
Pada aspek pendapatan ini, terlihat
bahwa pendapatan per kapita mengikuti
pertumbuhan PDB. Faktor inflasi yang
menyebabkan pendapatan riil lebih kecil dari
pada pendapatan per kapita. Faktor yang
mempengaruhi nilai PDB antara lain adalah
perkembangan ekspor dan impor barang dan
jasa. Peningkatan PDB ini yang menunjukkan
tingkat pertumbuhan ekonomi suatu bangsa.
4. Aspek Kesejahteraan
Pada aspek kesejahteraan, variabel yang
berpengaruh antara lain adalah indeks akses
sarana pendidikan dan indeks taraf pendidikan
dimana menunjukkan tren meningkat setiap
tahun. Peningkatan indeks akses sarana
kesehatan dan taraf pendidikan menyebabkan
peningkatan kesejahteraan.
2
Perbandingan indikator kesejahteraan
Jumlah orang miskin
45 Dmnl
62 Dmnl
2 Dmnl
200 M
150 M
44 Dmnl
61 Dmnl
1 Dmnl
100 M
43 Dmnl
60 Dmnl
0 Dmnl
50 M
2005 2006
2007
2008 2009 2010 2011 2012
Time (Year)
2013
Indeks akses sarana kesehatan : Model Awal
Indeks taraf pendidikan : Model Awal
Indeks peningkatan kesejahteraan : Model Awal
2014
2015
2005
Dmnl
Dmnl
Dmnl
Grafik 3.4. Output Vensim untuk Aspek
Kesejahteraan
3.5
0
Desain Skenario Kebijakan
Dalam perancangan skenario kebijakan,
terdapat variabel yang akan dijadikan indikator
utama. Variabel ini merupakan variable yang
berpengaruh dalam mengurangi jumlah orang
miskin, yaitu:
2006
2007
2008
2009 2010 2011
Time (Year)
2012
Jumlah orang miskin : Model Awal
Jumlah orang miskin : Model Skenario 1
Jumlah orang miskin : Model Skenario 2
2013
2014
2015
Orang
Orang
Orang
Grafik 3.5. Output simulasi model awal dan
2 skenario
Dari Grafik 3.5 dapat dilihat bahwa,
semua
skenario memperlihatkan adanya
penurunan jumlah orang miskin dibandingkan
dengan model awal tanpa skenario. Pada
skenario 1 menunjukkan penurunan yang lebih
signifikan dibandingkan dengan skenario 2.
1. Fraksi peningkatan harga BBM
2. Adanya bantuan untuk kompensasi
kenaikan harga BBM
Skenario perbaikan yang akan dilakukan,
diambil berdasarkan kondisi-kondisi yang
memungkinkan untuk dikontrol, Skenario
perbaikan yaitu sebagai berikut :
1. Skenario 1 : Harga Naik 30 % , Terdapat
program kompensasi BBM
2. Skenario 2 : Harga Turun 30 % , Tidak ada
program kompensasi BBM
Dalam skenario ini, fraksi peningkatan
harga BBM diturunkan sebesar 30% dan tidak
ada program kompensasi BBM yang diberikan
karena dana kompensasi ini sudah disalurkan
dalam bentuk
Dari kedua skenario tersebut, setelah
dirunning pada Vensim, maka dapat dilihat
output salah satu variabel kontrol yaitu variabel
jumlah orang miskin yaitu sebagai berikut :
4. Analisa dan Intepretasi
4.1
Analisa Hasil Simulasi Model Awal
1. Aspek Jumlah Penduduk Miskin
Pada aspek jumlah penduduk miskin,
selama 10 tahun kedepan diperkirakan terus
terjadi peningkatan. Data dapat dilihat pada tabel
5.1. Hal yang perlu diperhatikan adalah jumlah
penduduk Indonesia, jumlah penduduk rentan
miskin dan jumlah penduduk miskin. Dari aspek
tersebut terlihat bahwa dengan adanya kenaikan
harga BBM tanpa disertai adanya kompensasi
dari pemerintah menyebabkan jumlah penduduk
miskin yang selalu bertambah bahkan jika
dibiarkan dalam jangka panjang, semua
penduduk yang rentan miskin akan menjadi
miskin. Oleh karena itu ketika harga BBM
dinaikkan yang berarti bahwa harga kebutuhan
lain ikut naik, pemerintah harus mengkompensasi
hal tersebut untuk meminimasi bertambahnya
jumlah orang miskin di Indonesia.
Tabel 4.1. Nilai Perubahan Variabel pada aspek
jumlah penduduk miskin
Tahun
Jumlah
penduduk
Indonesia
Jumlah
penduduk
rentan
Jumlah
penduduk
miskin
3
miskin
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
21985200
0
22266611
2
22551624
0
22840284
8
23132640
0
23428737
6
23728625
6
24032352
0
24339966
4
24651518
4
24967057
6
70352640
35100000
71253152
54095216
72165200
73333568
73088912
92818176
74024448
97390976
74971960
98637576
75931600
99900144
10117886
4
10247395
2
10378561
6
10511408
0
76903528
77887896
78884856
79894584
menurun akibat adanya kenaikan harga BBM
bisa ditingkatkan untuk investasi dan
peningkatan ekspor untuk bidang lain, sehingga
pertumbuhan lapangan kerja tetap mengesuaikan
dengan laju pertumbuhan angkatan kerja. Hal ini
dapat memperbesar kesempatan kerja.
Tabel 4.2. Nilai Perubahan Variabel pada aspek
tenaga kerja
2013
Jumlah
lapangan
kerja
6590000
0
5245640
0
4175529
6
3323721
6
2645682
4
2105963
2
1676346
7
1334372
0
1062160
1
2014
8454794
2015
6730016
Time
(Year)
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2. Aspek Tenaga kerja
Pada aspek tenaga kerja ini, diketahui
bahwa kenaikan harga BBM akan menyebabkan
meningkatnya tingkat pengangguran karena
kesempatan kerja yang semakin menurun. Pada
titik perpotongan antara lapangan kerja dan
jumlah angkatan kerja adalah titik kesempatan
kerja sama dengan satu. Artinya jika laju
pertumbuhan angkatan kerja yang tidak
diimbangi dengan laju pertumbuhan lapangan
kerja akan menyebabkan kesempatan kerja
semakin menurun dari tahun ke tahun.
Oleh karena itu perlu dilakukan
peningkatan produktivitas untuk faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan lapangan kerja,
sehingga dapat mengimbangi laju pertumbuhan
angkatan kerja yang mengikuti laju pertumbuhan
penduduk.
Faktor
yang
mempengaruhi
pertumbuhan lapangan kerja adalah besar
kapasitas produksi serta pertumbuhan ekonomi
yang dipengaruh oleh peningkatan ekspor dan
peningkatan investasi. Jadi, ketika banyak
industri pengolahan dimana industri ini banyak
menggunakan BBM sebagai bahan dalam
produksinya. Sehingga kapasitas produksinya
berkurang disebabkan daya beli masyarakat
2011
2012
Angkatan
kerja
10708001
6
10845064
0
10983881
6
11124475
2
11266868
0
11411084
0
11557145
6
11705077
6
11854902
4
12006645
6
12160330
4
Tingkat
kesempata
n kerja
61.542763
48.368916
38.015064
29.877558
23.481968
18.455418
14.50485
11.399941
8.9596701
7.0417619
5.5344024
3. Aspek Pendapatan
Aspek pendapatan memperlihatkan kenaikan
terus menerus dari tahun ke tahun. Variabel yang
diperhatikan dalam aspek ini adalah PDB,
pendapatan per kapita dan pendapatan riil per
bulan. Pendapatan riil per bulan adalah
pendapatan per kapita yang diterima setiap
penduduk Indonesia setelah mendapatkan
penguranan nilai dari faktor inflasi. Namun,
variabel pendapatan riil ini tetap meningkat
secara terus menerus dari tahun ke tahun setelah
memperhitungkan faktor inflasi.
Tabel 4.3. Nilai Perubahan Variabel pada Aspek
Pendapatan
4
Time
(Year)
PDB
Pendapatan
per kapita
Pendapatan
riil per bulan
2005
1.751E+15
7963630.5
546998.8125
2006
1.847E+15
8295448
645610.5625
2007
1.949E+15
8641091
671666.0625
2008
2.056E+15
9001137
709092.5625
2009
2.169E+15
9376185
712072.25
2010
2.288E+15
9766859
741741.9375
2011
2.414E+15
10173811
772647.8125
2012
2.547E+15
10597719
804841.4375
2013
2.687E+15
11039291
838376.5
2014
2.835E+15
11499262
873308.8125
2015
2.991E+15
11978397
909696.6875
Peningkatan
pendapatan
ini
akan
menunjukkan besar pertumbuhan ekonomi suatu
negara. Jadi perlu diperhatikan variabel yang
mempengaruhi tingkat pertumbuhan PDB. Pada
tabel 5.4 berikut besar impor yang menunjukkan
peningkatan dari tahun ke tahun merupakan
variabel yang mengurangi PDB. Jadi,
peningkatan nilai impor juga harus disertai
dengan peningkatan nilai ekspor dan investasi.
Tabel 4.4. Nilai Perubahan Variabel pada Aspek
Pertambahan dan Pengurangan Pendapatan
Time
(Year)
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Impor
1E-11
1.069E-11
1.143E-11
1.223E-11
1.307E-11
1.398E-11
1.495E-11
1.599E-11
1.709E-11
1.828E-11
1.955E-11
Pertambahan
PDB
9.62951E+13
1.01591E+14
1.07179E+14
1.13074E+14
1.19293E+14
1.25854E+14
1.32776E+14
1.40078E+14
1.47783E+14
1.55911E+14
1.64486E+14
4. Aspek Kesejahteraan
Pada aspek kesejahteraan, variabel yang
berpengaruh antara lain adalah indeks akses
sarana pendidikan dan indeks taraf pendidikan
dimana sesuai dengan grafik 4.6 menunjukkan
tren meningkat setiap tahun. Peningkatan indeks
akses sarana kesehatan dan taraf pendidikan
menyebabkan peningkatan kesejahteraan.
Jadi untuk mewujudkan peningkatan
keejahteraan sehingga dapat meminimiasi
pertambahan jumlah orang miskin diperlukan
kebijakan untuk memberikan kemudahan untuk
mendapatkan akses pangan, kesehatan, dan
pendidikan bagi orang miskin. Peningkatan
indeks kesejahteraan ini secara jangka panjang
dapat mengurangi kemiskinan. Dalam model
penelitian ini, diasumsikan indeks kesejahteraan
bisa mengurangi jumlah orang miskin sebesar 1
%.
4.2
Analisa
Skenario
Hasil
Simulasi
Model
Perancangan skenario dan running
simulasinya
akan
dipergunakan
untuk
pertimbangan-pertimbangan atas kebijakan apa
saja yang diperlukan dalam usaha meminimasi
bertambahnya jumlah orang miskin dan
peningkatan kesejahteraan sebagai dampak
kebijakan BBM. Pada simulasi model skenario,
variabel yang terus diamati adalah Jumlah orang
miskin, besar pendapatan riil per bulan,
Persentase
pengangguran,
dan
indeks
peningkatan kesejahteraan.
Dari dua skenario yang telah dijalankan,
maka akan terlihat pada skenario mana yang
paling mempercepat penurunan jumlah orang
miskin di Indonesia. Seperti terlihat pada tabel
5.7 di bawah ini. Variabel jumlah lapangan
kerja, tingkat kesempatan kerja, menunjukkan
nilai tertinggi adalah pada skenario 2. Karena
dalam skenario 2, dengan penurunan harga BBM
sebesar 30 % menyebabkan nilai faktor inflasi
yang turun sehingga mempengaruhi variabel
makro perekonomian, yaitu jumlah lapangan
kerja yang meningkat, sehingga tingkat
kesempatan kerja pun meningkat. Dengan
penurunan harga BBM akan memberi
kesempatan pada industri yang banyak
membutuhkan BBM sebagai bahan utamanya
untuk membuka lapangna kerja. Dengan
penurunan ini pula kapasitas produksi bisa lebih
besar akibat adanya daya beli masyarakat yang
naik sehingga permintaan barang dan jasa
meningkat pula.
Namun jumlah orang miskin yang lebih
kecil ditunjukkan pada skenario 1, yaitu dengan
meningkatkan harga BBM sebesar 30 % namun
memberikan kebijakan kompensasi pada orang
miskin akibat peningkatan harga BBM tersebut.
Demikian juga nilai indeks peningkatan
5
kesejahteraan yang lebih besar pada skenario 1.
Hal ini dikarenakan dengan adanya kebijakan
komsensasi menyebabkan akses pada faktor
penentu kesejahteraan, yaitu akses pangan, akses
pendidikan dan akses kesehatan difasilitasi
dengan adanya kebijakan BLT, BOS,
JAMKESMAS, dan Raskin. Dengan adanya hal
tersebut, maka tingkat kesejahteraan penduduk
miskin akan meningkat dan jumlah penduduk
miskin pun akan berkurang.
Pada skenario 1, program kompensasi
berupa pemberian uang tunai sebesar Rp.
100.000,00 dan dengan adanya program BOS,
BLT, dan JAMKESMAS maka akses penduduk
miskin dalam pendidikan, kesehatan dan pengan
akan bertambah.
Hasil Output Angka hasil Simulasi
Skenario dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.5. Output Angka hasil Simulasi Skenario
Variabel
Model Awal
Model
Skenario 1
Model
Skenario 2
Jumlah
lapangan kerja
6,730,016
348,420
65,900,000
Tingkat
kesempatan
kerja
5.53440237
0.286521465
54.19260788
Jumlah orang
miskin
105114080
239658.5625
26218684
Indeks
peningkatan
kesejahteraan
0.192666337
0.320559382
0.317049146
: nilai tertinggi
Dari semua analisis yang telah dilakukan
sebelumnya, ditambahkan dengan analisis hasil
simulasi model skenario, dengan memfokuskan
tujuan penelitian untuk meminimasi jumlah
orang miskin dan meningkatkan kesejahteraan
penduduk miskin maka dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa skenario 1 yaitu pemberian
kompensasi BBM ketika terjadi kenaikan harga
BBM merupakan kebijakan yang paling
signifikan mempercepat penurunan jumlah orang
miskin di Indonesia. Walaupun dengan skenario
1, faktor penentu variabel makro mempunyai
nilai yang lebih tinggi, namun untuk
kesejahteraan masyarakat miskin, pemberian
kompensasi secara langsung dan memberi
kesempatan akses pangan, pendidikan dan
kesehatan akan lebih mensejahterakan bagi
penduduk miskin.
4.3
Analisa Kebijakan Kompensasi untuk
Mengurangi Jumlah Penduduk Miskin
di Indonesia
Untuk melihat tingkat kesejahteraan
penduduk miskin, dipergunakan pengukuran
jumlah penduduk miskin di Indonesia. Talah
diketahui dalam skenario simulasi model
kemiskinan bahwa dengan adanya program
kompensasi ketika BBM dinaikkan sebesar 30 %
merupakan kebijakan yang cukup efektif dalam
meminimasi jumlah orang miskin.
Pengalihan dana subsidi Harga BBM pada
subsidi kompensasi yang diberikan langsung
pada orang miskin memberikan dampak yang
signifikan dalam penurunan jumlah orang
miskin. Hal ini dikarenakan distribusi subsidi
BBM untuk 20 % terbawah (golongan termiskin)
hanya sebesar 7 % dari total subsidi BBM,
sedangkan porsi terbesar adalah untuk kelompok
pendapatan 20 % teratas (golongan terkaya),
yaitu sebesar 43 %. Meskipun hal ini tidak
dimasukkan dalam simulasi model, namun dapat
dilihat pada tabel 4.5 distribusi pengeluaran
untuk BBM menurut kelompok pengeluaran.
Berdasarkan simulasi scenario Kebijakan,
Skenario 1 dengan pemberian kompensasi pada
orang miskin merupakan scenario dengan jumlah
orang miskin yang menurun secara signifikan,
karena untuk subsidi kompensasi berupa bantuan
langsung pada masyarakat miskin memberikan
manfaat antara lain sebagai berikut:
1. Untuk jangka pendek memberikan
income effect kepada rumah tangga
miskin melalui pengurangan beban
pengeluaran rumah tangga miskin.
2. Untuk jangka panjang dapat memutus
rantai kemiskinan antar generasi
melalui:
- Peningkatan
kualitas
kesehatan/nutrisi, pendidikan dan
kapasitas pendapatan anak di
masa depan (price effect anak
keluarga miskin)
- Memberikan kepastian kepada si
anak akan masa depannya
(insurance effect).
3. Merubah perilaku keluarga miskin
untuk memberikan perhatian yang
6
4.4
besar
kepada
pendidikan
kesehatan anaknya.
Analisa Asumsi Inflasi
dan
Besaran inflasi sangat menentukan
dalam menilai dampak kenaikan harga BBM
terhadap kemiskinan. Karena faktor inilah yang
langsung terkena dampak dari penyesuaian harga
BBM. Dari kenaikan besaran inflasi ini akan
mempengaruhi variabel makro ekonomi lain.
Dalam penelitian ini, diasumsikan bahwa fraksi
peningkatan harga BBM dan fraksi peningkatan
harga pangan yang mempengaruhi besaran
inflasi, sedangkan faktor lain dianggap konstan.
Dua variabel ini yang digunakan untuk
mengasumsikan besaran inflasi karena kedua
komoditas tersebut merupakan kebutuhan primer
dan bukan barang substitusi. Kenaikan besaran
inflasi ditentukan oleh kenaikan harga BBM dan
bahan pangan, namun penurunan harga BBM
hanya dipengaruhi oleh penurunan harga BBM
namun tidak diikuti penurunan harga pangan.
Sedangkan akibat buruk dari inflasi
adalah besaran inflasi ini biasanya berlaku lebih
cepat dari kenaikan upah para pekerja. Namun
kondisi ini belum dimasukkan dalam model
penelitian.
4.5
Dampak kenaikan harga BBM
terhadap kinerja Ekonomi Makro
Secara teoritis, kenaikan biaya BBM
akan meningkatkan biaya produksi, selanjutnya
harga-harga di pasar akan naik (inflasi) dan
output keseimbangan yang baru menjadi turun.
Dari sisi konsumen inflasi akan menyebabkan
daya beli menjadi berkurang. Sedangkan dari sisi
produsen, turunnya output akan menurunkan
permintaan tenaga kerja. Kondisi ini tentu saja
berimplikasi terhadap tingkat pengangguran di
Indonesia, yang kemungkinan besar akan
meningkat dan kondisi ini juga menyebabkan
pendapatan riil masyarakat yang semakin
berkurang.
Dari simulasi kebijakan yang telah
dilakukan, maka untuk variabel makro ekonomi
yaitu jumlah lapangan kerja dan dan kesempatan
kerja menunjukkan bahwa penurunan harga
BBM sebesar 30 % akan menyebabkan kedua
variabel terebut meningkat. Berikut adalah grafik
simulasi skenario kebijakan tersebut.
Tingkat kesempatan kerja
80
60
40
20
0
2005
2006
2007
2008
2009 2010 2011
Time (Year)
Tingkat kesempatan kerja : Model Skenario 2
Tingkat kesempatan kerja : Model Skenario 1
Tingkat kesempatan kerja : Model Awal
2012
2013
2014
2015
persen
persen
persen
Grafik.4.1 Output Simulasi Skenario
Kebijkan untuk variabel tingkat kesempatan
kerja.
Peningkatan
harga
BBM
akan
mempengaruhi produksi industri lainnya,
terutama industri yang banyak menggunakan
bahan baku BBM. Industri yang mengurangi
konsumsi BBM nya karena kenaikan harga ini
berdampak pada turunnya produksi di seluruh
sektor. Dalam model penelitian ini diasumsikan
dengan peningkatan harga BBM akan
menurunkan jumlah lapangan kerja sebesar 6.8
%.
5. Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan, maka
kesimpulan yang dapat ditarik sesuai tujuan
penelitian yaitu sebagai berikut:
1. Variabel yang berpengaruh terhadap
sistem kemiskinan khususnya terkait
dengan kebijakan penyesuaian harga
BBM antara lain adalah :
- tingkat inflasi, yaitu adanya
peningkatan harga komoditas
- pendapatan nasional, yang turut
mempengaruhi nilai pendapatan
per kapita setiap penduduk
Indonesia
- Tingkat
kesempatan kerja,
Aspek pendidikan dan aspek
kesehatan
2. Dampak kenaikan harga BBM dimulai
dari fraksi peningkatan harga BBM yang
mempengaruhi besaran inflasi. Kenaikan
inflasi akan menyebabkan turunnya daya
beli sehingga kapasitas produksi juga
akan menurun. Kapasitas produksi yang
menurun
ini
yang
kemudian
mempengaruhi tingkat kesempatan kerja
7
dan
kesejahteraan.
Inflasi
juga
menyebabkan pendapatan riil yang
diterima menjadi berkurang. Faktor
pendapatan inilah yang menjadi faktor
utama dalam menentukan kesejahteraan
masyarakat.
3. Simulasi dengan menaikkan harga BBM
dengan model awal tanpa scenario
kebijakan untuk mengkonpensasikannya
didapatkan bahwa jumlah orang miskin
akan semakin meningkat dari tahun ke
tahun, orang yang rentan akan menjadi
miskin. Total jumlahnya mencapai 105,1
juta pada tahun 2015, meningkat hampir
tiga kali lipat dari jumlah awal 35.1 juta
orang
4. Dari dua skenario perbaikan yang
diberikan, pada skenario 1 dimana harga
BBM dinaikkan namun terdapat
kompensasi berupa cash transfer
sebesar Rp. 100.000, program bantuan
JAMKESMAS, BOS dan Raskin
didapatkan hasil jumlah orang miskin
menunjukkan angka paling sedikit
dibanding dengan yang lain. Namun
untuk variabel pendapatan riil per bulan,
tingkat pengangguran, dan bahwa
skenario kedua lebih baik, yaitu dengan
menurunkan harga BBM sebesar 30 %
namun tidak memberikan bantuan
kompensasi.
6. Daftar Pustaka
Ala, Andre Bayo (1996). “Kemiskinan dan
Strategi Memerangi Kemiskinan”.
Liberty, 3
BAPPENAS , Desember 2007. “Kebijakan
Peningkatan
Kesempatan
dan
Kesejahteraan Masyarakat” Vol 4.
No.2, 42-53
Borschev.A, & Filippov.A.2006. „From system
dynamics and discrete event to
practical
agent
based
modelling:reason, technique, tools‟.
Paper of St.Petersburg Technical
University&XJ Technologies, Rusia
Bowerman, O‟Connel, & Koehler.2005. Time
Series and Regression Analysis, fourth
edtion. Thomson, USA.
BPS. Perkembangan beberapa indikator utama
sosial-ekonomi Indonesia, BPS Maret
2008,
diakses 12 Agustus 2008
BPS. 2008. Statistik Indonesia: Statistical
Yearbook of Indonesia 2008. Jakarta:
BPS
BPS. 2008. Survey Sosial Ekonomi Nasional
(Susenas Panel 2008). Jakarta: BPS
Bulog (2006) Laporan Pelaksanaan Monitoring
dan Evaluasi Program Raskin Tahun
Anggaran 2006.Jakarta: Bulog
Depkeu, Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang.
2009. Perkembangan Utang Negara
(Pinjaman Luar Negeri & Surat Utang
Negara), 2001-2009. Jakarta: Depkeu
Depkominfo. 2008. Enam Pertanyaan Penting
Tentang Kebijakan BBM. Jakarta:
Depkominfo
Deptan, 2007. Direktorat Jenderal Penelitian dan
Pengembangan: Mutasi
penduduk
Miskin. Jakarta: Deptan
Dumairy. 1997: Perekonomian Indonesia ,
Penerbit Erlangga. Jakarta
Eriyatno (1999), Ilmu Sistem, Meningkatkan
Mutu dan Efektifitas Manajemen ,
Bogor : IPB Press.
Fajarningtyas, L (2008). “Pemodelan Sistem
Pembiayaan Di Bank Syari‟ah Dengan
Pendekatan
Metodologi
Sistem
Dinamik : Studi Kasus Pembiayaan
Pada Usaha Sapi Perah Dan
Perkebunan Tebu”.Laporan Tugas
Akhir. Institut Teknologi Sepuluh
Nopember, Surabaya.
Harimurti, T (2005). “Rekaan Kebijakan
Pengentasan Masyarakat Miskin Di
Kota Surabaya Dengan Pendekatan
Sistem Dinamik”.Laporan Tugas
Akhir. Institut Teknologi Sepuluh
Nopember, Surabaya.
Ihsan, Muhammad. 2005< Kajian LPEM soal
Kenaikan
Harga
BBM
dan
Kemiskinan.htm> diakses 2 februari
2009
Kementerian Sekretaris Negara RI. 2009,