KHASIAT EKSTRAK SAMBILOTO (Andrographis paniculata) DAN TEMULAWAK (Curcuma xanthorriza)TERHADAP SEL Th CD4+ MENCIT ddY YANG DIINDUKSI BCG The effect of Sambiloto (Andrographis paniculata) and Temulawak (Curcuma xanthorriza) extract onTHCD4+cell of DDY mic

  

KHASIAT EKSTRAK SAMBILOTO (Andrographis paniculata) DAN TEMULAWAK

  • +

    (Curcuma xanthorriza)TERHADAP SEL T CD4 MENCIT ddY YANG DIINDUKSI

    h

  

BCG

The effect of Sambiloto (Andrographis paniculata) and Temulawak (Curcuma

xanthorriza) extract onT CD4+cell of DDY mice induced with BCG

  H

Elrade Rofaani*, Tarwadi*, Sri Hartini**, Sriningsih*, Fifit Juniarti*, Churiyah*

  • Pusat Teknologi Farmasi dan Medika (PTFM) - BPPT
    • Instalasi Patologi Klinik RS. Kanker Dharmais PTFM, Jl. MH. Thamrin No. 8 BPPT Gd. II lt. 15 Jakarta Telp/Fax : 021-3169505 e-mail: elrade_ms2000@yahoo.com .com

  

ABSTRAK

Temulawak ( Curcuma xanthorrhiza) dan Sambiloto (Andrographis paniculata) merupakan tanaman obat

Indonesia yang khasiatnya sudah banyak diketahui dan dimanfaatkan untuk kesehatan secara turun temurun,

salah satunya sebagai imunostimulan atau peningkat daya tahan tubuh. Tujuan penelitian adalah untuk

+

mengetahui efikasi dari pengembangan formula herbal temulawak dan sambiloto dalam meningkatkan daya

tahan tubuh, yaitu melalui peningkatan jumlah sel T CD4 . Penelitian dilakukan menggunakan hewan coba

h

mencit jantan galur ddY (deutch democratic Yokohama) yang diinduksi dengan 0,1 ml vaksin BCG i.p. pada

hari pertama dan ketujuh, pemberian ekstrak selama 10 hari, kemudian pada hari terakhir (H-10) dilakukan

menggunakan flowsitometer. Hewan coba dikelompokkan menjadi 7 kelompok,
  • + pengukuran kadar CD4

    masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor. Kelompok pertama dan kedua diberi ekstrak sambiloto,

    temulawak secara oral dengan dosis 3 mg/20 g bb. Kelompok ketiga dan keempat formula ekstrak temulawak

    dan sambiloto dengan dosis 6 dan 30 g/20 gbb. Sedangkan kelompok lima, enam dan tujuh adalah kelompok

    +

    kontrol positif, negatif dan pembawa. Hasil menunjukkan bahwa pemberian ekstrak maupun formula

    temulawak dan sambiloto mampu meningkatkan jumlah sel T CD4 dibanding terhadap kontrol pembawa

    3 + h

    (p<0,05). Populasi sel T CD4 ekstrak sambiloto (4,19x10 /ml) tertinggi dibandingkan dengan kelompok

  • 3 h 3

    3

    3 3

    lainnya (II. 2,34x10 /ml; III. 2,13x10 /ml; IV. 2,70x10 /ml), positif (2,56x10 /ml), dan pembawa (3,21x10 /

    • +

      ml). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak maupun formula dari temulawak dan

      + sambiloto mampu meningkatkan jumlah sel T CD4 jika dibandingkan dengan kontrol pembawa (p<0,05). h

      Kata kunci: temulawak, sambiloto, imunostimulan, sel T CD4 h Volume 6, No. 1, Agustus 2013

      61 Elrade Rofaani, Tarwadi, Sri Hartini, Sriningsih, Fifit Juniarti, Churiyah ABSTRACT

      

    Temulawak (Curcuma xanthorriza) and Sambiloto (Andrographis paniculata) are known as Indonesian medicinal

    plant that has many properties and used for health for generations, one of them as an immunostimulant or

    endurance enhancer. The research objective was to determine the efficacy of herbal formulas development of

    temulawak and sambiloto in improving endurance, i.e.by increasing the number of Th CD4+ cells. The study was

    conducted using experimental animals ddY strain male mice (deutch democratic Yokohama) induced with 0.1 ml

    i.p. BCG vaccine on the first day and the seventh, the extract was administered for 10 days. At the last days (H-10)

    levels of Th CD4+ was measured using flowcytometer. Experimental animals were grouped into 7 groups, each

    group consists of 5 mices. The first and second groups were given extracts of sambiloto, temulawakorally at a dose

    of 3 mg/20 g bw. The third and fourth groups were administered with formula extracts of javanese turmeric and

    sambiloto with a dose of 6 and 30 g/20 g bw. While group of five, six, and seven are the positive control group,

    negative and carrier. Results showed that the extract of javanese turmeric and sambiloto formula increased

    the number of Th CD4+ cells compared to the carrier control (p<0.05). Population of Th CD4+ cells of sambiloto

    3 3

      /ml; III. 2,13x10 /ml; extract group (4.19x103/ml) was the highest, compared with the other groups (II. 2,34x10 3 IV. 2,70x10 /ml) , positive (2.56x103/ml), and carrier (3.21x103/ml). It can be concluded that the single extract

    or formula extract of temulawak and sambilotowere able to increase the number of Th CD4+ cells compared with

    carrier control (p <0,05).

      Keywords: temulawak, sambiloto, immunostimulant, CD4 + Th cells

    PENDAHULUAN sementara jika kurang dari < 200 adalah positif

    • + Sel Th CD4 (Cluster of Differentiation 4) HIV. Intravesical Bacillus Calmette-Guerin (BCG) adalah molekul protein yang terekspresikan di merupakan imunoterapi yang sangat efektif permukaan sel T , T , monosit, makrofag dan untuk kanker. Intravesical BCG menghasilkan helper reg + dendritik. CD4 dewasa disebut juga sel T CD4 . Sel respon sel yang termediasi secara signifikan + h

      T CD4 digunakan sebagai salah satu parameter dalam ginjal. Hal ini ditunjukkan oleh ada dan h utama untuk mendeteksi adanya infeksi HIV pada meluasnya sel limfosit T, dan menurunnya pasien karena CD4 berfungsi sebagai molekul sejumlah sitokin yang berasosiasi dengannya. target HIV. Molekul protein permukaan amplop Sebagai tambahan, BCG memiliki mekanisme HIV gp120 berikatan kuat dengan CD4. Ikatan ini imunitas pada profil sel T -sitokin, yang h1 + + menyebabkan adanya pergeseran konformasi co- sangat penting dari pengaruh tumor. Fungsi ini reseptor yang terekspresi pada sel inang. Adanya tergantung juga pada sel CD4 , CD8 , dan Natural + infeksi HIV menyebabkan turunnya jumlah sel Killer. limfosit T helper CD4 secara drastis, hal ini yang Tanaman obat sambiloto (Andrographis mengantarkan infeksi pada tahap simfotik atau paniculata) secara empirik terbukti berkhasiat

      

    acquired immunodeficiency syndrome (AIDS). antiinflamasi, antipiretik, analgesik, diuretik,

    • + Menurut WHO, kategori seseorang yang memiliki batuk darah, fever, disentri, radang paru, jumlah CD4 antara 500-1.600 adalah normal,

      radang usus dan lain-lain. Terdapat 3 (tiga)

      Volume 6, No. 1, Agustus 2013

      Volume 6, No. 1, Agustus 2013

      63 KHASIAT EKSTRAK SAMBILOTO (Andrographis paniculata) DAN TEMULAWAK (Curcuma xanthorriza) TERHADAP SEL

      THCD4+ MENCIT ddY YANG DIINDUKSI BCG The effect of Sambiloto (Andrographis paniculata) and Temulawak (Curcuma xanthorriza) extract on THCD4+cell of DDY mice induced with BCG

      senyawa aktif dalam sambiloto yang terkenal dengan grup diterpenoid, yaitu andrografolid (AP1), 14-deoksi-11,12-didehidroandrografolid (AP3) dan neoandrografolid (AP4) (Pholpana, 2004). Kumar et al.(2004) melaporkan bahwa sambiloto memiliki potensi aktivitas antikanker dan imunostimulan. Fraksi diklorometan pada konsentrasi rendah menghambat sel kanker usus besar HT-29 dan mampu meningkatkan proliferasi sel limfosit. Selain itu, ketiga senyawa utama sambiloto tersebut, yaitu andrografolid menunjukkan aktivitas anti virus Herpes Simplex Virus 1 (HSV-1) (Wiart et al., 2005). Andrografolid berperan dalam mekanisme transduksi sel dari virus dengan mempengaruhi reproduksi enzim (Nanduri, 2003). Penelitian lain menemukan bahwa andrografolid mampu memodulasi antigen imunitas spesifik dan non-spesifik, seperti sel NK, makrofag dan sitokin (Peng etal., 2002). Efek imunostimulasi andrografolid berupa peningkatan proliferasi sel dan IL-2 (Rajagopal et al., 2003). Pada tahun 2000, Calabrese dan rekannya telah menguji andrografolid di fase klinik I terhadap pasien HIV, hasil menunjukkan bahwa andrografolid meningkatkan jumlah sel limfosit T helper CD4 + pada dosis 5,10, 15, dan 20 mg/kg BB selama

      3 minggu perlakuan. Dengan hal ini maka kemungkinan andrografolid menghambat HIV melalui disregulasi siklus sel, yang pada akhirnya bisa meningkatkan kadar limfosit CD4

    • + dari pasien yang terinfeksi HIV, namun indikasi lain menunjukkan bahwa tidak adanya perubahan kadar RNA HIV-1 pada plasma darah pasien HIV.

      Temulawak atau Curcuma xanthor-

      rhiza memiliki tiga (3) senyawa utama, yaitu demethoxycurcumin, bisdemethoxycurcumin dan curcumin (Rusley et al., 2007). Curcumin dan curcuminoid telah dilaporkan memiliki poten-

      si menghambat replikasi HIV (Liet al., 1993). Penghambatan curcumin ini melalui mekanisme penghambatan produksi p24 (protein inti HIV) dan transkripsi gen Tat (Mazumberet al., 1995).

      Sambiloto dan temulawak adalah salah satu tanaman obat Indonesia yang memiliki banyak potensi dan manfaat untuk kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, perlu adanya pembuktian secara ilmiah terhadap khasiat- khasiat sambiloto dan temulawak terutama terhadap peningkatan atau modulasi sistem imunitas, baik dalam rangka melawan infeksi virus maupun penyebaran sel kanker atau sel kanker yang disebabkan oleh infeksi virus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui khasiat ekstrak etanol sambiloto dan temulawak dalam meningkatkan atau memodulasi sistem imunitas selular spesifik, yaitu sel limfosit T h

      CD4 + pada hewan coba mencit yang diinduksi dengan BCG i.p.

      METODE PENELITIAN Penyiapan simplisia dan ekstrak

      Simplisia sambiloto dan temulawak diperoleh dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional Tawangmangu (B2P2TOOT). Simplisia diseleksi, dicuci, dan dibersihkan secara manual, kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari selama 7 hari. Simplisia kering dihancurkan sehingga diperoleh serbuk. Sebanyak 500 g serbuk dilarutkan ke dalam etanol 70% dan 96%. Filtrat yang diperoleh Volume 6, No. 1, Agustus 2013 Elrade Rofaani, Tarwadi, Sri Hartini, Sriningsih, Fifit Juniarti, Churiyah

      kemudian dikeringkan menggunakan rotavapor pada suhu 40°C selama 7 jam, dan akhirnya diperoleh 30-40 g ekstrak kental sambiloto dan temulawak. Ekstrak tersebut digunakan dalam penelitian untuk mengevaluasi aktivitas imunitas (sel limfosit T h CD4 + ) hewan coba mencit galur ddY.

      Penyiapan hewan coba

      Hewan coba yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit galur deutch

      democratic Yokohama (ddY) jantan sebanyak 28

      ekor yang memiliki berat badan 20-30 g. Hewan coba dikelompokkan menjadi 7 dan masing- masing kelompok terdapat 5 ekor mencit. Sebelum penelitian diperhitungkan, hewan coba dipelihara (aklimatisasi) selama seminggu untuk menyesuaikan kondisi atmosfer ruangan coba dengan diberi makan dan minu secara teratur sesuai kaidah penelitian dan berat badan tetap dikontrol tiap seminggu sekali. Pada H-1 dan H-7, hewan coba diinduksi dengan 0,1 ml vaksin BCG i.p., kecuali kelompok kontrol pelarut. Kelompok I dan II masing-masing diberi ekstrak sambiloto dan temulawak secara oral dengan dosis 3 mg/20 gbb (150 g/kg bb) selama 10 hari. Sedangkan kelompok III dan IV diberi perlakuan formula ekstrak sambiloto dan temulawak dengan dosis 6 dan 30 mg/20 g bb (300 dan 1.500 g/kg bb). Kelompok V adalah kontrol positif yang mendapatkan ekstrak produk komersial. Kelompok VI dan VII tidak diberi ekstrak, namun hanya kontrol negatif dan pelarut pembawa.

      Penghitungan sel limfosit T h CD4+

      Penghitungan CD4 + dilakukan pada hari ke-10 setelah induksi BCG i.p. dan pemberian ekstrak atau formula ekstrak. CD4 + diukur dari sampel darah hewan coba menggunakan kit reagen flowsitometriCD4PE/CD8FITC/ CD3PECy7 (produk BD), yang dilakukan di RS Kanker Dharmais, Jakarta. Sebanyak 0,5 ml sampel darah hewan coba ditempatkan pada tabung yang telah terisi 10% heparin untuk menghindari pembekuan darah. Sebanyak 20µl poliklonal antibodi CD4PE/CD8FITC/ CD3PECy7 dan 20 µl sampel darah hewan coba dihomogenkan dan diinkubasi pada ruang gelap selama 15 menit, dan ditambahkan larutan pelisis darah sebanyak 460 µl. Kemudian sampel siap untuk dianalisis kadar CD4 + nya pada instrumen flowsitometri. Data yang diperoleh diolah menggunakan program CellQuestPro.

      Analisis statistik

      Rerata dan standard error dari rerata hasil olah data CD4

    • + dihitung untuk melihat adanya perubahan peningkatan atau penurunan jumlah sel limfosit T h

      CD4 + . Analysis of variance (ANOVA) juga digunakan untuk mengetahui adanya tingkat perbedaan antar kelompok.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

      Ekstrak sambiloto dan temulawak, masing-masing diberikan dengan dosis 3 mg/20 gbb (150 mg/kg bb) pada hewan coba kelompok I dan II. Sementara formula ekstrak keduanya dengan dosis yang berbeda, yaitu 6 dan 30 mg/20 gbb (300 dan 1.500 mg/kg bb) diberikan pada kelompok hewan coba III dan IV. Kontrol positif produk komersial (kelompok V). Sementara VI dan VII adalah kelompok kontrol negatif dan pelarut pembawa. Ekstrak dan formula tersebut diberikan untuk mengevaluasi aktivitas imunitas hewan coba dengan parameter CD4 + , yang diukur menggunakan flowsitometri. KHASIAT EKSTRAK SAMBILOTO (Andrographis paniculata) DAN TEMULAWAK (Curcuma xanthorriza) TERHADAP SEL THCD4+ MENCIT ddY YANG DIINDUKSI BCG The effect of Sambiloto (Andrographis paniculata) and Temulawak (Curcuma xanthorriza) extract on THCD4+cell of DDY mice induced with BCG

      Sampel darah dan reagen CD4PE/ Tiga parameter telah didapatkan dari CD8FITC/CD3PECy7 yang telah dihomogenkan analisa flowsitometri diatas, yaitu jumlah sel dan diinkubasi pada ruang gelap selama 15 limfosit yang mengekspresikan antigen CD3, menit untuk memberi waktu poliklonal antibodi CD4, dan CD8. Sementara yang digunakan + tersebut berinteraksi dengan antigen sampel dalam penelitian ini hanya melihat parameter darah yang terekspresikan karena induksi BCG CD4, yaitu CD4 . Meskipun antara CD3 dan CD4

    • + i.p. dan pemberian ekstrak selama 10 hari. Plot akan berkorelasi positif secara linier. Hasil data sitogram forward dan side scattering digunakan CD3 dan CD4

      hewan coba mencit yang telah untuk mengalokasikan populasi sel leukosit (R1) diinduksi dengan BCG i.p. dan diberi ekstrak yang dilanjutkan dengan analisis plot sitogram maupun formula selama 10 hari bisa ditemukan flouresen label yang terdapat pada poliklonal pada Tabel 1 dan Gambar 2. + antibodi. Kit reagen poliklonal antibodi digunakan

    • + Tabel 1. Jumlah CD3+ dan CD4 masing-masing kelompok perlakuan

      dalam analisa CD4 . Poliklonal antibodi terdiri 3 dari CD3 yang dikonjugasi dengan label PECy7.

      Kelompok Jumlah (x10 sel/ml)

      Antibodi CD3PECy7 akan berinteraksi dengan

    CD3 CD4

      antigen CD3 sel leukosit (R3). Sel leukosit yang

      K1 7,57 4,19

      positif CD3PECy7 kemudian disubstraksi agar

      K2 4,30 2,34 diperoleh CD4PE positif dan CD8FITC positif. + K3 3,63 2,13

      CD4 adalah sel yang positif CD3PECy7 dan

    • + K4 4,54 2,70

      CD4PE (R4) dan CD8 adalah CD3PECy7 dan CD8 K5 4,77 2,56

      K6 6,11 3,21

      positif (R5). Sementara R2 adalah trucont bead,

      K7 3,82 1,97

      yang digunakan sebagai standar jumlah bead sebanyak 1.000 events persatuan waktu (Gambar 1.).

    • Gambar 2. Jumlah CD3 dan CD4 hewan coba mencit yang telah diinduksi dengan 0,1 ml BCG i.p. dan diberi ekstrak, formula sambiloto, dan temulawak selama 10 hari (K1=Sambiloto 3 mg/20gbb; K2=Temulawak 3 mg/20gbb; Gambar 1. Plot sitogram flowsitometri poliklonal K3=Formula Sambiloto dan Temulawak 6 antibodi CD4PE/CD8FITC/CD3PECy7 mg/20gbb; K4=30 mg/20gbb; K5=kontrol sampel darah hewan coba mencit ddY positif komersial; K6=kontrol negatif; dan K7=kontrol pelarut pembawa)

      Volume 6, No. 1, Agustus 2013

      65 Volume 6, No. 1, Agustus 2013 Elrade Rofaani, Tarwadi, Sri Hartini, Sriningsih, Fifit Juniarti, Churiyah

      Dari Tabel 1 dan Gambar 2 diatas, hasil menunjukkan bahwa kontrol negatif, yaitu kelompok hewan coba yang hanya diinduksi dengan 0,1 ml BCG i.p. memiliki jumlah CD3 dan CD4 + sebesar 6,11 dan 3,21 x 10 3 sel/ml. Jumlah ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan kontrol pelarut pembawa ekstrak, yaitu CMC-Na (3,82 dan 1,97 x10 3 sel/ml), perbedaan ini sangat bermakna (p<0.05). Demikian pula dengan kelompok lain kecuali sambiloto, yaitu ekstrak 3 mg/20 gbb temulawak; formula pada dosis 6 dan 30 mg/20 gbb lebih rendah dibanding dengan kontrol negatif BCG i.p. secara bermakna (p<0,05). Hal ini mengindikasikan bahwa dengan induksi BCG i.p. sebagai dasar standar jumlah ekspresi CD4 + dan pemberian ekstrak temulawak dan formula ekstrak tidak mampu meningkatkan jumlah CD3 dan CD4 + hewan coba mencit. Dengan kata lain, induksi BCG i.p. sendiri dapat memodulasi ekspresi CD4 + lebih kuat dibandingkan dengan induksi BCG i.p. yang dilengkapi dengan pemberian ekstrak temulawak maupun formulasinya di dosis rendah maupun tinggi. Kurkumin yang terdapat pada ekstrak temulawak dalam etanol 96% tidak bekerja dengan baik dalam memodulasi CD3 dan CD4 + . Namun ditemukan bahwa formulasi sambiloto dan temulawak pada dosis tinggi (30 mg/20gbb) memiliki CD3 dan CD4 + yang hampir setingkat dengan produk komersil yang ada di pasaran. Jika pengaruh BCG i.p. dihilangkan, ada potensi besar pada formula yang diberikan dibanding dengan ekstrak tunggal temulawak dan formula dosis rendah (3 mg/20 gbb). Meskipun, pada ekstrak tunggal temulawak juga menghasilkan tingkat CD3 dan CD4

    • + yang tidak berbeda nyata

      (p<0,05) terhadap formula dosis tinggi dan produk komersil. Hal ini mengindikasikan bahwa kurkumin pada ekstrak etanol 96% tidak banyak berpengaruh ketika diberikan secara tunggal maupun bersinergi dengan andrografolid sambiloto.

      Hal yang lebih baik ditunjukkan oleh ekstrak etanol 70% sambiloto, dengan dosis 3 mg/20gbb meningkatkan jumlah CD3 dan CD4 + berbeda nyata (p<0,05) terhadap kelompok hewan coba yang diberi temulawak, formula dan kontrol positif, negatif maupun pelarut pembawa. Kemungkinan besar andrografolid berperan besar dalam peningkatan CD4

    • + ini, dimana telah disebutkan bahwa andrografolid mampu memodulasi antigen imunitas spesifik dan non-spesifik, seperti sel NK, makrofag dan sitokin (Peng et al., 2002). Efek imunostimulasi andrografolid yaitu meningkatkan proliferasi sel dan IL-2 (Rajagopal et al., 2003).

      KESIMPULAN

      Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ekstrak sambiloto dengan kandungan andrografolidnya bisa bekerja dengan baik dalam memodulasi imunitas spesifik sel limfosit T h CD4 + ketika diberikan secara tunggal. Dan, andrografolid ini tidak bersinergi bagus dengan kurkumin ekstrak etanol 96% temulawak terhadap modulasi CD4

    • + .

    UCAPAN TERIMA KASIH

      Penelitian ini didanai oleh Insentif Kemenristek 2011. KHASIAT EKSTRAK SAMBILOTO (Andrographis paniculata) DAN TEMULAWAK (Curcuma xanthorriza) TERHADAP SEL THCD4+ MENCIT ddY YANG DIINDUKSI BCG The effect of Sambiloto (Andrographis paniculata) and Temulawak (Curcuma xanthorriza) extract on THCD4+cell of DDY mice induced with BCG

      DAFTAR PUSTAKA Sirat H., Israf DA., Lajis NH., Sharin. 2007.

      Kumar RA., K. Sridevi K., Kumar NV., Nanduri Characterization of the components S., Rajagopal S. 2004. Anticancer and present in the active fractions of health immunostimulatory compounds from gingers (Curcuma xanthorrhiza and

      Andrographis paniculata.Journal of Zingiber zerumbet) by HPLC–DAD–ESIMS. Ethnopharmacology, 92: 292-295. Food Chemistry, 104: 1183–1191.

      Li CJ., Zhang LJ., Dezube BJ., CrumpackerCS., Wiart C., Kumar K., Yusof MY., Hamimah H., and Pardee AB. 1993.Three inhibitors of Fauzi ZM. and Sulaiman M. 2005. Antiviral type 1 human immunodeficiency virus Properties of Ent-labdene Diterpenes of long terminal repeated-directed gene Andrographis paniculata Nees, Inhibitors expression and virus replication. Proc. Natl. of Herpes Simplex Virus Type 1. Phytother.

      Acad. Sci., 90:1839-1842. Res.19:1069-1070.

      Mazumder A., Raghavan K., Weinstein J., Kohn KW., and Pommier Y. 1995. Inhibition of human immunodefndrographis aniciency virus type-1 integrase by curcumin.

      Biochem Pharmacol., 49(8):1165-1170.

      NanduriS., Rajagopal S., Pothukuchi S., Bhadramma S., Pillai K., and Chakrabati R. 2003. United States Patent 6576662.

      Compound having anticancer activity: Process of their preparation and pharmaceuticalcompositions containing them (US Patent Issued on June, 10, 2003).

      PholphanaN.,Rangkadilok N., Thongnest S., Ruchirawat S., Ruchirawat M., and Satayavivad J. 2004.Determination and Variation of Three ActiveDiterpenoids in Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees.

      Phytochem. Anal., 15:365-371.

      Rajagopa S., Kumar RA., Deevi DS., Satyanaraya

      C., Rajagopalan R. 2003.Andrografolid, a potential cancer therapeutic agents isolated from Andrographis paniculata. J. Exp. Ther.

      Oncol. 3(3):147-158.

      Ruslay S.,Abas F.,Shaari K., Zainal Z., Maulidiani,

      Volume 6, No. 1, Agustus 2013

      67