TINJAUAN FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL P (1)

TINJAUAN FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL PENYEBAB
PERUSAHAAN MELAKUKAN AUDITOR SWITCH

Sulfiana
email : Sulfi_ana32@yahoo.co.id
Jurusan Akuntansi Uin Alauddin Makassar
abstract
Auditor switching is the turn performed by the auditor client companies. In a
company auditor switch occur voluntary (voluntary) is derived from the company
and is mandatory (compulsory) derived from the government's decision through
PMK-17/PMK.01/2008 on Public Accountant Services. External factors cause the
switch auditors come from auditors while internal factors cause the switch
auditors come from the client company. This paper aims to determine the effect of
the audit opinion, company size, and the audit fee as part of the external factors
and inernal companies do switch auditors. The results of this paper indicate that
the audit opinion, audit fees aukuran company and have an influence on the
change of auditors.
Keywords : auditor switching, audit opinion, size company, fee audit.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sebuah perusahaan dibutuhkan adanya auditor eksternal yang

dibawahi oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) sebagai pihak independen dalam
mengaudit

laporan

keuangan

yang

dibutuhkan

oleh

pihak-pihak

yang

berkepentingan seperti, pemilik perusahaan, kreditor, pemerintah dan masyarakat.
Dalam pertimbangan terkait dengan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap
laporan keuangan maka auditor dituntut untuk memastikan bahwa laporan

keuangan sebuah perusahaan wajar dan dapat dipercaya serta menampilkan
informasi yang sebenarnya terkait dengan keadaan dan posisi keuangan suatu
perusahaan. Semakin pesatnya pertumbuhan dalam pendirian perusahaan menjadi
alasan utama timbul dan berkembangnya profesi akuntan publik.
Akuntan publik memiliki peran penting bagi suatu perusahaan, terutama
dalam mengaudit laporan keuangan yang di butuhkan oleh pihak-pihak yang
berkepentingan seperti pemilik perusahaan, investor, kreditur, pemerintah, dan
masyarakat. Akuntan publik sebagai pihak yang independen bertugas memastikan

bahwa laporan keuangan tersebut wajar dan dapat dipercaya serta menampilkan
informasi yang sebenarnya mengenai keadaan dan posisi keuangan suatu
perusahaan. Disamping itu, akuntan publik juga berperan sebagai pihak yang
menengahi perbedaan kepentingan antara manajemen dan pemilik perusahaan.
(Sulistiarini, 2012).
Dalam sebuah perusahaan, penggantian auditor bisa terjadi secara voluntary
(sukarela) atau secara mandatory (wajib). Jika penggantian auditor terjadi secara
voluntary, maka faktor-faktor penyebab dapat berasal dari sisi klien (misalnya
kesulitan keuangan, manajemen yang gagal, perubahan ownership, initial public
offering dan sebagainya) dari sisi auditor (misalnya fee audit, kualitas audit dan
sebagainya). Sebaliknya, jika penggantian terjadi secara mandatory seperti yang

terjadi di Indonesia, hal itu terjadi karena adanya peraturan yang mewajibkan
(Febrianto, 2009). Fenomena mengenai penggantian auditor atau Kantor Akuntan
Publik memang sangat menarik untuk dikaji, hal ini terlihat pada keterangan
sebelumnya bahwa banyak faktor yang mempengaruhi keputusan perusahaan
untuk melakukan penggantian auditor atau Kantor Akuntan Publik.
Perlu kita ketahui bahwa semakin banyak perusahaan publik, semakin
banyak pula jasa akuntan publik yang dibutuhkan. Dari hal tersebut Kantor
Akuntan Publik (KAP) saling bersaing untuk mendapatkan kepercayaan dari
perusahaan untuk digunakan jasa auditnya dan berusaha memberikan jasa audit
sebaik mungkin. Hal di atas juga mempengaruhi perusahaan dalam menentukan
sikap apakah tetap mnggunakan KAP yang sama atau melakukan auditor switch
dalam pemeriksaan laporan keuangan perusahaan.
Semua perusahaan tentunya menginginkan auditor memberikan opini wajar
tanpa pengecualian atas laporan keuangannya, namun itu semua tidak bisa
dipastikan kewajarannya jika tidak sesuai dengan sifat kewajaran dari laporan
keuangan itu sendiri dan sikap professionalisme dari seorang auditor. Seorang
auditor dituntut untuk selalu tetap menjaga sikap independensinya pada semua
jenis perusahaan yang diaudit untuk mempertahankan kepercayaan masyarakat
terhadap Kantor Akuntan Publik. Namun perlu diketahui bahwa perusahaan juga
memiliki hak untuk melakukan pergantian KAP jika hal itu diinginkan.


Auditor switch ini dapat dibedakan menjadi pergantian wajib dan pergantian
sukarela. Pergantian wajib dilakukan sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan
Republik Indonesia. Pergantian wajib dilakukan sesuai dengan KMK359/KMK.06
2003 tentang Jasa Akuntan Publik (merupakan perubahan atas KMK –
423/KMK.06/2002 yang berlaku sejak tanggal 30 Sepetmber 2002), yang isinya
antara lain menyebutkan akuntan publik yang menadatangani laporan audit hanya
boleh menangani perusahaan yang sama paling lama tiga tahun. Sedangkan KAP
dibatasi paling lama lima tahun. Peraturan ini berlaku sejak tanggal 21 Agustus
2003. Peraturan tersebut kemudian diperbaharui dengan PMK-17/PMK.01/2008
tentang Jasa Akuntan Publik yang berlaku sejak tanggal 5 Februari 2008.
Perubahannya ada 2 yaitu Pemberian Jasa Audit Umum oleh KAP paling lama
untuk 6 tahun berturut-turut pada satu klien yang sama (pasal 3 ayat 1), serta KAP
dan akuntan publik boleh menerima kembali penugasan setalah satu tahun buku
tidak memberikan jasa audit umum kepada klien tersebut (pasal 3 ayat 2 dan 3)
(Susan, dkk. 2011:132).
Pengaruh Internal
Purwadiredja (2010) dalam Angraini (2011) mengemukakan bahwa pengaruh
internal adalah sejumlah variabel yang mempengaruhi faktor psikologis yang
meliputi kesanggupan, tingkat stress, sikap dan sebagainya

Dalam sebuah perusahaan terdapat faktor internal yang mempengaruhi
perusahaan dalam melakukan audior switch, pengaruh tersebut juga bisa
dikatakan sebagai pengaruh yang terjadi secara voluntary, karena hal itu terkait
langsung dengan klien. Faktor yang dapat berasal dari sisi klien misalnya
kesulitan keuangan, manajemen yang gagal, perubahan ownership, initial public
offering, terdapat perbedaan antara auditor sebelumnya dengan perusahaan,,
penggantian

susunan

manajemen

perusahaan, perusahaan

ditutup, terjadi

merger atau akuisisi perusahaan, besarnya ukuran perusahaan, serta adanya
kewajiban penggantian auditor oleh perusahaan yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan.
Menurut Wijayani (2011) Bukti empiris menunjukkan, bahwa perusahaan

yang melakukan pergantian KAP secara voluntary, disebabkan karena KAP

yang terdahulu bertindak konservatif dan tidak sejalan dengan kepentingan
manajemen perusahaan, sehingga perusahaan melakukan pergantian KAP
secara voluntary. Pergantian KAP disebabkan perusahaan ingin mencari KAP
yang dapat memenuhi kepentingannya.
Pengaruh eksternal
Pengaruh eksternal perusahaan adalah hal-hal yang tidak terkait langsung
dengan perusahaan namun dapat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan
perusahaan.
Pengaruh eksternal dalam pergantian KAP dapat diidentifikasi dalam beberapa
hal diantaranya adalah opini audit, ukuran KAP, penawaran biaya audit yang lebih
rendah, auditor
penggantian

sakit,

susunan

auditor meninggal,

manajemen

auditor

perusahaan, tidak

dipensiunkan, adanya
adanya

uang

muka

pembayaran, besarnya biaya auditor dan lokasi kantor auditor. Stocken (2000)
Dari beberapa hal tersebut di atas tidak semua memiliki kemungkinan
pengaruh yang signifikan terhadap pergantian KAP, yang paling umum sering
dijadikan variabel bagi peneliti adalah opini audit dan ukuran KAP. Menurut
Wijayani, dkk. (2011) opini audit berpengaruh positif terhadap auditor switching
sementara ukuran KAP berpengaruh negatif terhadap auditor switching. Hal ini
didukung dengan pendapat Chadegani, dkk (2011) mengungkapkan bahwa opini

audit memiliki pengaruh positif terhadap auditor switch sementara ukuran auditor
berpengaruh negatif terhadap auditor switch.
Dalam pemeriksaan laporan keuangan yang dilakukan oleh auditor sikap
independensi sangat diutamakan. Indepensensi merupakan sikap mental yang
bebas

dari

pengaruh

maupun

tekanan

dari

pihak

lain,


jujur

serta

mempertimbangkan fakta sesuai kenyataannya (Luh Komang, dkk. 2011). Sikap
ini merupakan kunci utama bagi profesi akuntan publik dan sangatlah penting
untuk kualitas audit. Perusahaan yang sedang berkembang cenderung untuk
mempertahankan KAP mereka karena dianggap telah memahami dengan baik
seluk beluk perusahaan dan potensi lainnya yang dapat dikembangkan dari
perusahaan tersebut (Gede, 2011).

Kinerja yang baik dapat dipengaruhi oleh kepuasan kerja yang baik. Jika
auditor merasa puas dengan pekerjaannya, kinerja yang dihasilkan juga akan
baik (good performance). Sebaliknya jika auditor merasa tidak puas dengan
pekerjaannya, kinerjanya pun bisa menjadi bad performance (Yasmin, 2013). Jadi
semua keputusan dan faktor pendukungnya kembali lagi kepada auditornya,
dalam melaksanakan fungsi dann tugasnya auditor dituntut untuk dapat
menunjukkan kinerja yang tinggi agar dapat menghasilkan audit yang berkualitas.
Timbulnya kajian mengenai masalah pergantian auditor ini berawal dari
terbongkarnya kasus Enron ke ranah publik, dimana KAP nya yang merupakan

salah satu dari anggota KAP big five saat itu yakni Arthur Andersen gagal
mempertahankan independensinya dalam mengaudit kliennya, Enron (Sulistiarini
dkk, 2012). Penelitian yang dilakukan Sinason (2001) mengenai sifat audit tenure
dan auditor switching dengan kesimpulan bahwa variable ukuran klien dan tingkat
pertumbuhan klien mempunyai pengaruh terhadap auditor switching. Sedangkan
variable yang lain, yaitu ukuran KAP, risiko klien, dan opini audit qualified tidak
memiliki

pengaruh

terhadap

auditor switching. Kemudian pada penelitian

Febrianto (2009) faktor dari sisi klien seperti kesulitan keuangan, manajemen
yang gagal, perubahan ownership, initial public offering dan sebagainya dari sisi
auditor (misalnya fee audit, kualitas audit dan sebagainya. Kemudian menurut
Divianto (2011) variable ukuran KAP dan opini auditor positif dan signifikan
secara simultan terhadap auditor switch.
Dari


penelitian

sebelumnya

terkait

dengan

faktor-faktor

yang

mempengaruhi perusahaan melakukan pergantian kantor akuntan publik terdapat
ketidakkonsistenan dari hasil penelitian tersebut, untuk itu penelitian ini
bermaksud untuk mengkonfirmasi serta mengembangkan penelitian terdahulu
mengenai variabel penelitian lain yang berkaitan dengan auditor switch.
Penelitian ini mencoba untuk membuktikan apakah ukuran KAP, dan faktor dari
sisi klien mempengaruhi keputusan perusahaan dalam melakukan auditor switch
serta penelitian ini ingin menambahkan pengaruh fee audit untuk mengembangkan
penelitian sebelumnya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, masalah-masalah yang dikemukakan penulis
sebagai bahan penelitian adalah :
1. Bagaimanakah pengaruh dari opini audit terhadap auditor switch pada
sebuah perusahaan?
2. Bagaimanakah pengaruh ukuran perusahaan terhadap auditor switch?
3. Bagaimanakah pengaruh fee audit terhadap auditor switch?
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN PEMBAHASAN
A. Teori Auditor Switching
Menurut Aprillia (2013) Auditor switching merupakan pergantian KAP
yang dilakukan oleh perusahaan baik secara voluntary maupun secara
mandatory.
Divianto (2011) mengemukakan bahwa ketika klien mengganti auditornya
ketika tidak ada aturan yang mengharuskan pergantian dilakukan, yang terjadi
adalah salah satu dari dua hal: auditor mengundurkan diri atau auditor
diberhentikan oleh klien. Manapun di antara keduanya yang terjadi, perhatian
adalah pada alasan mengapa peristiwa itu terjadi dan ke mana klien tersebut akan
berpindah. Jika alasan pergantian tersebut adalah karena ketidaksepakatan atas
praktik akuntansi tertentu, maka diekspektasi klien akan pindah ke auditor yang
dapat bersepakat dengan klien. Jadi, fokus perhatian peneliti adalah pada klien.
Selanjutnya menurut Wijayanti (2010) ketika klien mencari auditor baru
terjadi ketidaksimetrisan informasi antara auditor dan klien. Hal ini terjadi
karena informasi yang dimiliki klien lebih besar dibandingkan informasi
yang

dimiliki auditor. Pada saat itu klien pasti mencari auditor

kemungkinan besar akan sepakat

dengan

praktik

akuntansi

yang

perusahaan.

Sehingga ada dua kemungkinan yang terjadi jika auditor bersedia menerima
klien baru. Kemungkinan pertama adalah auditor telah memiliki informasi yang
cukup lengkap tentang usaha klien. Kemungkinan kedua auditor sebenarnya
tidak memiliki informasi yang cukup tentang klien tetapi menerima klien
hanya untuk alasan lain, misalnya alasan finansial. Menurut Stocken (2000)

Penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa
tidak ada alasan khusus yang mendominasi pergantian auditor. Ada banyak
faktor yang menyebabkan pergantian auditor, sehingga membuat peneliti sulit
untuk menentukan penyebab utamanya karena terlalu banyak faktor penyebab
yang secara simultan membuahkan hasil yang sama.
B. Teori Agensi (Agency Theory)
Studi ini menggunakan teori keagenan sebagai grand theory. Menurut
Pratini, dkk (2013) Teori agensi membahas tentang hubungan kontrak antara
agent (manajemen) dan principle (pemegang saham) serta permasalahannya.
Prinsipal sebagai pemasok modal memberikan kepercayaan pada agen untuk
mengelola aset yang dimilikinya dan agen wajib melaporkan perkembangan
aset tersebut kepada prinsipal secara berkala. Menurut Sulistiarini (2012) Salah
satu asumsi dalam teori keagenan menekankan bahwa manusia memiliki sifat
untuk mementingkan dirinya sendiri (self interest). Baik prinsipal maupun
agen ingin mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Kedua pihak tersebut
juga sama-sama ingin terhindar dari resiko yang kemungkinan terjadi.
Karena sifat itulah, dibutuhkan auditor independen sebagai penengah antara
hubungan prinsipal dengan agen.
Dalam hubungan antara agen dan prinsipal yang diharapkan harmonis ternyata
menimbulkan konflik, sehingga diperlukan pihak ketiga untuk menjembatani
konflik antara prinsipal dan agen yaitu auditor. Menurut Wijayani (2011) ada dua
bentuk hubungan keagenan, yaitu antara manajer dan pemegang saham, serta
hubungan antara manajer dan pemberi pinjaman (bondholder).
Pratini (2013) menyatakan kualitas KAP berdampak pada persepsi pemakai
auditor, dan biaya (fee audit) yang dikeluarkan perusahaan. Dalam konsep
agensi melibatkan dua pihak dalam kondisi tertentu berbeda kepentingannya.
Perbedaan kepentingan ini mengakibatkan perbedaan kepentingan tentang
kantor akuntan yang dipilih. Perbedaan antara dua kubu tersebut tidak bisa
mengabaikan kondisi perusahaan itu sendiri. Kinerja keuangan perusahaan yang
buruk akan mendorong manajemen untuk memilih kantor akuntan publik yang
berkualitas.

Febriana (2012) mengungkapkan bahwa teori agensi menunjukkan bahwa
manjemen bertindak atas kepentingannya sendiri daripada bertindak sesuai
kepentingan para investor sebagai pemilik sah perusahaan. Hal ini akan
membentuk adanya perlindungan terhadap kepentingan pemegang saham dan
kreditur yang bertentangan dengan ketidakjujuran yang dilakukan manajemen.
Wujud pertanggungjawaban manajemen dalam konsep agensi ditunjukkan dalam
kinerja manajemen yang bersangkutan. Terdapat kontradiksi yang timbul dalam
pemilihan KAP karena kualitas KAP berdampak pada persepsi pemakai auditor,
dan biaya (fee audit) yang dikeluarkan perusahaan.
Perusahaan yang memiliki masalah keuangan akan memilih KAP yang
baik. Hal ini dilakukan agar kelemahan perusahaan akan tertutupi dengan reputasi
baik dari KAP yang dipilihnya. Namun demikian, keinginan untuk memilih KAP
yang besar dihalangi oleh kemampuan keuangan, sehingga pada perusahaanperusahaan

yang mempunyai

masalah

keuangan

akan memperhatikan

kemampuan keuangan perusahaan dalam memilih kantor akuntan publik.
C. Teori Audit Opinion
Menurut Angraini (2011) hampir setiap perusahaan pada saat ini memiliki
komite audit, yang berguna untuk melakukan pengawasan terhadap aktifitas
finansial

yang

dilakukan perusahaan.

Salah

satu

fungsi

auditor adalah

memberikan opini audit terhadap kesimpulan akhir dari aktifitas audit yang
mereka lakukan. Wijayani (2011) mendefenisikan bahwa opini audit sebagai
pernyataan pendapat yang diberikan oleh auditor dalam menilai kewajaran
perjanjian laporan keuangan perusahaan yang diauditnya.
Prahartari (2013) mengungkapkan bahwa opini yang terdapat dalam laporan
audit sangat penting sekali dalam proses audit atapun proses atestasi lainnya
karena opini tersebut merupakan informasi utama yang dapat diinformasikan
kepada pemakai informasi tentang apa yang dilakukan auditor dan kesimpulan
yang diperolehnya. Pemberian opini audit dilakukan oleh auditor melalui
beberapa tahap proses audit sehingga auditor dapat memberikan kesimpulan atas
opini yang harus diberikan terhadap laporan kuangan klien yang telah diaudit.

Berdasarkan standar profesional akuntan publik seksi 508, pendapat
auditor dikelompokkan ke dalam lima tipe, yaitu :
a. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified)
Pendapat ini dikeluarkan auditor jika tidak adanya pembatasan terhadap
auditor dalam lingkup audit dan tidak ada pengecualian yang signifikan
mengenai kewajaran, tidak

menemukan adanya kesalahan

material atau

penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, serta
penerapan standar akutansi keuangan dalam laporan keuangan disertai dengan
pengungkapan yang memadai dalam laporan keuangan. Laporan audit tipe ini
merupakan laporan yang paling diharapkan dan dibutuhkan oleh semua pihak,
baik oleh klien maupun oleh pihak-pihak berkepentingan lainnya.
Pendapat wajar tanpa pengecualian ini dikeluarkan jika semua laporan
keuangan (neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus
kas, serta catatan atas laporan keuangan) telah lengkap diberikan dan tidak ada
keadaan yang mengharuskan auditor untuk menambah paragraf penjelas atau
modifikasi kata-kata dalam laporan audit. Dengan mengeluarkan pendapat
wajar tanpa pengecualian (unqualified), auditor menyatakan bahwa laporan
keuangan klien disajikan secara wajar dalam semua hal material sesuai dengan
prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia.
b. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelas
(Unqualified Opinion with Explanatory Paragraph)
Suatu paragraf penjelas dalam laporan audit diberikan oleh auditor dalam
keadaan tertentu yang mungkin mengharuskannya melakukan hal tersebut,
meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian atas
laporan keuangan. Keadaan yang menjadi penyebab utama ditambahkannya
suatu kalimat penjelas atau modifikasi kata-kata dalam laporan audit baku
adalah:
1) Ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi berterima umum,
2) Keraguan besar tentang kelangsungan hidup entitas,
3) Auditor setuju dengan suatu penyimpangan dari prinsip akuntansi yang
dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan,

4) Penekanan atas suatu hal,
5) Di antara dua periode akuntansi terdapat suatu perubahan material dalam
penggunaan prinsip akuntansi atau dalam metode penerapannya,
6) Pendapat wajar sebagian didasarkan pada laporan audit yang melibatkan
auditor lain.
Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelas diberikan
ketika auditor merasa perlu memberikan informasi tambahan mengenai
laporan keuangan yang disajikan klien. Meskipun suatu proses audit telah
dilaksanakan dengan hasil yang memuaskan serta laporan keuangan telah
disajikan secara wajar, jika auditor merasa perlu untuk memberikan informasi
tambahan, maka dikeluarkanlah pendapat wajar tanpa pengecualian dengan
paragraf penjelas.
c. Pendapat Wajar dengan Pengecualian (Qualified)
Ada beberapa kondisi yang mengharuskan seorang auditor memberikan
pendapat wajar dengan pengecualian, diantaranya yaitu:
1) Klien membatasi ruang lingkup audit,
2) Kondisi-kondisi yang ada diluar kekuasaan klien ataupun auditor
menyebabkan auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting,
3) Laporan keuangan tidak disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan,
4) Ketidakkonsistenan

penerapan

standar

akuntansi

keuangan

yang

digunakan dalam menyusun laporan keuangan.
Auditor menyimpulkan bahwa keseluruhan laporan keuangan memang telah
disajikan secara wajar, tetapi lingkup audit telah dibatasi secara material atau
terjadi penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum pada saat
penyiapan laporan keuangan. Dengan adanya kondisi-kondisi tersebut, auditor
dapat mengeluarkan pendapat wajar dengan pengecualian (qualified).
d. Pendapat tidak Wajar (Adverse)
Pendapat

ini

merupakan

pengecualian. Auditor

kebalikan

memberikan

dari

pendapat

pendapat
tidak

wajar

wajar
jika

tanpa
laporan

keuangan klien tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha,

perubahan ekuitas dan arus kas perusahaan klien. Hal ini disebabkan karena
laporan keuangan tidak disusun berdasar standar akuntansi keuangan.
Selain itu, pendapat tidak wajar disebabkan karena ruang lingkup auditor
dibatasi

sehingga

bukti

kompeten

yang

cukup

untuk

mendukung

pendapatnya tidak dapat dikumpulkan. Jika laporan keuangan diberi pendapat
tidak wajar oleh auditor maka informasi yang disajikan klien dalam laporan
keuangan sama sekali tidak dapat dipercaya, sehingga tidak dapat dipakai
oleh pemaka i informasi keuangan untuk pengambilan keputusan.
e. Pernyataan tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer)
Jika auditor tidak memberikan pendapat atas objek audit , maka laporan ini
disebut laporan tanpa pendapat (disclaimer). Hal ini disebabkan beberapa kondisi,
yaitu adanya pembatasan yang sifatnya luar biasa terhadap lingkungan auditnya,
kemudian karena auditor dan manajemen tidak mencapai kata sepakat dalam
aspek

kinerja,

maka

kondisi

ini

dapat

menyebabkan

auditor

untuk

memberikan opini disclaimer. Perbedaan antara pernyataan tidak memberikan
pendapat dengan pendapat tidak wajar adalah pendapat tidak wajar ini
diberikan dalam keadaan auditor mengetahui adanya ketidakwajaran dalam
laporan keuangan klien, sedangkan auditor menyatakan tidak memberikan
pendapat (disclaimer) karena ia tidak cukup memperoleh bukti atau kurang
memiliki pengetahuan mengenai kewajaran laporan keuangan auditan atau
karena adanya ketidaktercapaian kata sepakat dengan klien.
D. Keputusan

Menteri

Keuangan

Republik

Indonesia

Nomor

359/KMK.06/2003 Pasal 2 Tentang “Jasa Akuntan Publik”.
Sekarang ini, isu independensi auditor telah semakin penting dalam hal
pemberian jasa audit oleh akuntan publik. Pihak pemerintah sebagai regulator
diharapkan dapat memfasilitasi kepentingan dari semua pihak, baik pihak
perusahaan, pihak akuntan, dan pihak eksternal. Bentuk campur tangan
pemerintah dalam hal isu independensi adalah adanya peraturan-peraturan yang
mewajibkan adanya rotasi auditor ataupun masa kerja audit (audit tenure).
Peraturan tersebut merupakan perubahan atas Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 423/KMK.06/2002, yang mengatur bahwa pemberian jasa audit umum

atas laporan keuangan dari suatu entitas dapat dilakukan oleh KAP paling lama
untuk 5 (lima) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang akuntan publik paling
lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut. Peraturan tersebut kemudian
diperbaharui dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 tentang “Jasa Akuntan Publik” pasal 3.
Peraturan ini mengatur tentang pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan
dari suatu entitas dilakukan oleh KAP paling lama untuk 6 (enam) tahun buku
berturut-turut, dan oleh seorang akuntan publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun
buku berturut-turut. Akuntan publik dan kantor akuntan boleh menerima kembali
penugasan setelah satu tahun buku tidak memberikan jasa audit kepada klien yang
di atas.
E. Hubungan Opini Audit Terhadap Auditor Switch
Opini audit didefinisikan sebagai pernyataan pendapat yang diberikan
oleh auditor

dalam

menilai

kewajaran

perjanjian

laporan

keuangan

perusahaan yang diauditnya. Dalam Standar Profesional Akuntan Publik
(2001)

dijelaskan

bahwa tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor

independen adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran mengenai
semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas,
dan arus kas.
Opini audit memberikan informasi yang bermanfaat bagi pengguna
laporan keuangan eksternal karena bermanfaat untuk keputusan investasi.
Ketidakpuasan atas pendapat auditor menyebabkan timbulnya ketegangan
hubunganantara manajemen dan KAP sehingga perusahaan akan mengganti KAPnya. Menurut Divianto (2011) Opini audit selain WTP cenderung mempengaruhi
klien untuk melakukan Auditor switch. Hal ini disebabkan oleh pemberian opini
audit selain WTP mengindikasikan terdapat masalah dalam laporan keuangan
sehingga pandangan investor dan kreditor cenderung negatif.
Opini qualified memang cenderung kurang disukai oleh klien. Klien berusaha
sedapat mungkin menghindari untuk mendapat opini qualified. Klien memiliki
insentif untuk menggunakan tekanan terhadap auditor agar memberikan opsi
pelaporan terhadap laporan keuangan klien yang lebih memuaskan. Tekanan

tersebut dimanifestasikan dalam bentuk ancaman untuk mengganti

auditor

kepada auditor yang baru jika auditor yang mengaudit sekarang mengajukan
opini yang tidak memuaskan manajemen (Stocken, 2000).
F. Hubungan Ukuran Klien Terhadap Auditor Switch
Ukuran perusahaan dapat diukur dengan menggunakan total aktiva, nilai
pasar

saham, nilai penjualan, dan

lain-lain.

Umumnya, perusahaan

dikategorikan menjadi tiga kelompok berdasarkan total aset perusahaan, yaitu
perusahaan besar, perusahaan menengah, dan perusahaan kecil. Semakin besar
total aset yang dimiliki perusahaan, semakin besar pula ukuran perusahaan
tersebut.
Sinason (2001)

mengemukakan

bahwa

perusahaan

besar

mungkin

memerlukan biaya awal yang lebih besar untuk auditor baru. Kenaikan biaya (baik
fiskal

langsung

dan

tidak

langsung)

dapat

menyebabkan

peningkatan

hubungan auditor-klien, sehingga meningkatkan penguasaan auditor. Klien
juga dikenai biaya awal saat terlibat auditor baru. Misalnya, personil klien
banyak menghabiskan waktu dengan auditor baru untuk memberikan informasi
mengenai bisnis klien. Hal itu menimbulkan biaya tidak langsung ketika membina
hubungan baru dengan auditor baru. Mungkin benar bahwa biaya adalah
proporsional dengan ukuran klien. Berdasarkan argumen di atas, dapat dikatakan
bahwa biaya audit untuk klien yang kecil mungkin lebih sedikit dibandingkan
klien yang besar.
Karena ukuran perusahaan klien yang meningkat, memungkinkan jumlah
konflik agen juga meningkat dan ini dapat meningkatkan permintaan untuk
kualitas auditor (palmrose, 1984 dalam Wijayanti 2010), Yaitu perusahaan
audit besar (Big 4). Idealnya, ukuran perusahaan audit harus sesuai

dengan

ukuran perusahaan klien. Sebuah ketidaksesuaian ukuran antara perusahaan
klien

yang

besar

diaudit

oleh

perusahaan

audit

yang

kecil

dapat

menyebabkan berakhirnya keterlibatan audit.
G. Hubungan Fee Audit Terhadap Auditor Switch
Menurut Prahartari (2013) Fee audit adalah honorarium atau upah yang
dibebankan oleh akuntan publik kepada perusahaan auditee atas jasa audit yang

dilakukan akuntan publik terhadap laporan keuangan. Fee audit merupakan hal
yang tidak kalah pentingnya dalam penerimaan penugasan audit. Besarnya fee
anggota dapat bervariasi tergantung oleh risiko penugasan, kompleksitas jasa
yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan jasa
tersebut, struktur biaya KAP yang bersangkutan, dan pertimbangan profesional
lainnya. Anggota KAP tidak diperkenankan mendapatkan klien dengan cara
menawarkan
umumnya

fee

yang

cenderung

dapat merusak

citra

profesi.

Masyarakat

pada

mengasosiasikan harga yang mahal sebanding dengan

kualitas yang didapatkan, dan sebaliknya.
Jika auditor mengaudit klien atau bekerja untuk klien hanya satu atau 3 kali,
penghasilan auditor dari fee yang diberikan perusahaan saat berganti klien
tidak begitu material. Tetapi jika auditor bekerja untuk klien dalam jangka
waktu

yang lama, dan ukuran klien yang di audit itu besar, maka sangat

memungkinkan jumlah penghasilan yang didapat dari hasil pemberian jasa auditor
berkurang secara material jika dilakukan pergantian auditor atau KAP,
sehingga tidak mengherankan jika auditor (KAP) memiliki hubungan yang
lama dengan klien. Karena semakin lama hubungan KAP dengan klien,
maka semakin tinggi penghasilan yang didapat KAP dari klien. Banyak alasan
mengapa

perusahaan

melakukan

pergantian

auditor. Faktor-faktor

yang

berkaitan dengan pergantian auditor telah banyak diteliti dalam berbagai
konteks dengan menggunakan metode y ang berbeda. Salah satu alasan mengapa
perusahaan mengganti auditor adalah tingginya fee audit (Stocken,2000).
Dorongan untuk berpindah KAP dapat disebabkan oleh fee audit yang
relatif tinggi yang ditawarkan oleh suatu KAP pada perusahaan sehingga
tidak ada kesepakatan antara perusahaan dengan KAP tentang besarnya fee
audit dan dapat mendorong perusahaan untuk berpindah kepada KAP yang
lain. Penurunan fee audit berakibat kenaikan insiden kecurangan dan penurunan
upaya pendektesian kecurangan. Hal tersebut berarti mengindikasikan penurunan
kualitas audit. Dengan fee audit yang tinggi maka auditor akan semakin
independen dan memberikan kualitas audit yang tinggi.

III. KESIMPULAN
1.

Opini auditor memiliki pengaruh terhadap auditor switch pada sebuah
perusahaan. Karena untuk tujuan tertentu manajemen perusahaan akan
mengganti auditornya karena mereka memberi opini audit yang tidak
diharapkan atas laporan keuangan perusahaan dan akan mencari auditor yang
lebih mudah diatur dalam memberikan opini terhadap laporan keuangan
perusahaan.

2.

Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap auditor switch. Karena ukuran
KAP harus sesuai dengan ukuran perusahaan klien. Akan menimbulkan
ketidaksesuaian ukuran jika perusahaan klien yang besar diaudit oleh
perusahaan audit yang kecil.

3. Fee audit berpengaruh terhadap auditor switch dimana pembayaran fee audit
yang mahal pada kondisi tertentu akan semakin membebani perusahaan,
sehingga perusahaan akan melakukan pergantian KAP.

DAFTAR PUSTAKA
Angraini H.A, 2011. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perusahaan di
Indonesia Melakukan Auditor Switching”. Jurnal : Universitas Bung
Hatta.
Aprillia Ekka, 2013. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Auditor
Switching”. Accounting Analysis Journal.
Chadegani Arezoo. A, Mohamed Z.M, dan Jari A, 2011. “The Determinant
Factors of Auditor Switch among Companies Listed on Tehran Stock
Exchange”. IPEDR vol.10 IACSIT Press, Singapore.
Divianto,

2011. ”Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perusahaan Dalam
Melakukan Auditor Switch”. Jurnal Ekonomi dan Informasi Akuntansi
Vol. 1 No.2.

Febriana Varadita, 2012. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pergantian Kantor
Akuntan Publik di Perusahaan Go Publik yang Terdaftar di BEI”.
Skripsi Semarang : Universitas Diponegoro.
Febrianto, 2009. ”Pergantian Auditor dan Kantor Akuntan Publik”. Rahmat on
Accounting.
Gede

W.M, 2011. “Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pergantian Kantor
Akuntan Publik Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek .

Ikatan Akuntan Indonesia.
“Standar Profesional Akuntan Publik Seksi
508:Laporan Auditor atas Laporan Keuangan Auditan “, IAI, Jakarta,
2011.
Luh K.M dan I Dewa N.B, 2011. “Pengaruh Moderasi Karakteristik Komite Audit
Dengan Opini Audit Going Concern Pada Pergantian Auditor”. Jurnal.
Bali : Universitas Udayana
Menteri

Keuangan,
2003, Keputusan
Menteri
Keuangan
Nomor
423/KMK.06/2002 jo 359/KMK.06/2003 tentang “Jasa Akuntan
Publik”, Jakarta.

Prahartari Frida Aurora, 2013. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Auditor Switching”. Skripsi, Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah.

Pratini Asti dan Astika Putra, 2013. “Fenomena Pergantian Auditor di Bursa Efek
Indonesia”. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 5.2 : 470-482.
Sinason David H, 2001. “An Investigation of Auditor and Client Tenure”.
American Journal of Business, Accounting Fall 2001: Vol. 16 No. 2.
Stocken, M. E., (2000), “Auditor Conservatism and Opinion Shopping:
Influence of Client Switching Expectations on Audit Opinion
Decision.”, Dissertation Unpublished.
Sulistiarini Endina dan Sudarno, 2012. “Analisis Faktor-Faktor Pergantian Kantor
Akuntan Publik”. Diponegoro Jurnal of Accounting Vol. 1 No. 2 Hal. 112.
Susan dan Estralita Trisnawati, 2011. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Perusahaan Melakukan Auditor Switch”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi
Vol 13, no.2, Agustus 2011, 131-144.
Wijayani E.D, 2011. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perusahaan Di
Indonesia Melakukan Auditor Switching”. Skripsi Semarang:
Universitas Diponegoro.
________, dan Januarti Indira, 2011. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Perusahaan Di Indonesia Melakukan Auditor Switching”. Simposium
Nasional Akuntansi XIV. Aceh.
Wijayanti M.P, 2010. “Analisis Hubungan Auditor-Klien: Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Auditor Switching Di Indonesia”. Skripsi Semarang:
Universitas Diponegoro.
Yasmin Arifia, 2013. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perusahaan
Melakukan Auditor switch”. Skripsi. Semarang : Universitas
Diponegoro.