AKUNTABILITAS DALAM BIMBINGAN DAN KONSEL

http://bdkmedan.kemenag.go.id
26/01/2015

AKUNTABILITAS DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING

Oleh: Dra. Seriwati Bukit, M.Psi.
Widyaiswara Madya Balai Diklat Keagamaan Medan

Abstrak
Dalam kegiatan Bimbingan dan Konseling agar terlihat hasilnya baik atau tidak maka
kegiatan akuntabilitas harus dikerjakan, dalam pelaksanaan akuntabilitas suatu kegiatan harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut yaitu: Mengetahui pengertian, Mengetahui stakeholder
kegiatan, syarat-syarat, bentuk-bentuk, kriteria, faktor pendukung dan penghambat serta implikasi
akuntabilitas disekolah.

Kata Kunci : Akuntabilitas, Bimbingan dan Konseling.
I. PENDAHULUAN.
Seorang konselor yang profesional harus memperhatikan proses akuntabilitas pada saat
program kerja sudah selesai. Karena sebelum melakukan berbagai kegiatan guru pembimbing
atau konselor harus memahami proses kerja dan hal-hal yang akan dipertanggung jawabkan,
sesuai dengan standar program Bimbingan dan Konseling, dengan demikian diharapkan

keberadaan Bimbingan dan Konseling mendapat kepercayaan dari masyarakat luas. Guru
pembimbing atau konselor sangat perlu menyusun program yang sesuai dengan kebutuhan siswa
atau masyarakat. Adanya program yang sistematis, memerlukan suatu kondisi tertentu untuk
dipertanggung jawabkan, sedangkan

kondisi untuk dipertanggung jawabkan memerlukan

standar sebagai ukuran keberhasilan atau prestasi yang dicapai oleh guru pembimbing.
Oleh karena itu, pelayanan Bimbingan dan Konseling yang baik dan benar serta efektif dan
efisien dalam mengembangkan misi Bimbingan dan Konseling yang telah disepakati adalah hal
yang esensial, sehingga pengakuan dan kepercayaan masyarakat akan bertambah. Apabila
1

http://bdkmedan.kemenag.go.id
26/01/2015
akuntabilitas atau pertanggung jawaban Bimbingan dan Konseling dilakukan secara periodik dan
sesuai dengan ketentuan atau aturan yang berlaku, tentu saja keberadaan dari Bimbingan dan
Konseling merupakan kebutuhan pokok yang harus diprioritaskan dalam kehidupan sekolah pada
khususnya dan masyarakat pada umum.


II. PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Konsep
Secara harafiah konsep akuntabilitas atau accountability berasal dari dua kata yaitu “
account” (rekening, laporan atau catatan ) dan “ability” (kemampuan). Akuntabilitas bisa
diartikan

sebagai

kemampuan

menunjukkan

laporan

atau

catatan

yang


dapat

dipertanggungjawabkan (Suharto,2006). Akuntabilitas berasal dari bahasa inggris “
Accountability “ artinya keadaan untuk dipertanggung jawabkan. Akuntabilitas disebut juga
unjuk kerja (Prayitno 1987), kemudian Gibson & Mitchell dalam Munandir (1996:299),
mendefenisikan “akuntabilitas sebagai pertanggung jawaban untuk sesuatu kepada seseorang
dengan konsekwensi yang dapat diramalkan demi kinerja yang dikehendaki dan dapat
dipahami dari apa yang dipertanggung jawabkan ”.
Konsep dasar akuntabilitas didasarkan pada klasifikasi responsibilitas menejerial pada
tiap tingkatan dalam suatu organisasi, yang bertujuan untuk pelaksanaan kegiatan pada tiap
bagian, Tiap unit pada suatu organisasi, walaupun yang kecil sekalipun bertanggung jawab
atas setiap kegiatan yang di laksanakan pada bagiannya. Mereka mempunyai beban tugas
kegiatan tertentu dan perlu mempertanggung jawabkan kepada pemberi tugas kegiatan
tersebut.
Akuntabilitas tidak sama dengan responsibilitas. Akuntabilitas lebih mengacu pada
pertanggung jawaban keberhasilan atau kegagalan pencapaian hasil organisasi. Bila dikaitkan
dengan profesi Bimbingan dan Konseling sebagai tenaga professional konselor adalah
penyandang profesi pendidik yang menguasasi dan mewujudkan praktik keprofesionalaanya
maka akuntabilitas Bimbingan dan Konseling harus dilaksanakan sebagai suatu perwujudan
kewajiban untuk mempertanggung jawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi

Bimbingan dan Konseling dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Oleh
karena itu, akuntabilitas Bimbingan dan Konseling harus disampaikan dihadapan pemberi
wewenang tugas/amanah tentang keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan program,
manajemen dan administrtif dalam jangka waktu tertentu.

2

http://bdkmedan.kemenag.go.id
26/01/2015
B. Stakeholder (Pelanggan)
Pemilik (stakeholder) pelayanan Bimbingan dan Konseling disekolah, (Dirjen
Dikdasmen 2004:46) yaitu:
1. Siswa;
2. Orang tua siswa;
3. Personil sekolah;
4. Masyarakat, termasuk organisasi profesi (ABKIN);
5. Pemerintah.

C. Syarat Akuntabilitas
Menurut A.Yusuf (2002), manajemen dalam suatu organisasi akan dikatakan akuntabel

apabila kegiatan pelaksanaanya telah:
1. Menentukan tujuan yang tepat.
2. Mengembangkan standar yang dibutuhkan untuk pencapai tujuan tersebut.
3. Secara efektif mempromosikan penerapan pemakaian standar.
4. Mengembangkan standar organisasi dan operasi secara efektif,ekonomis,dan efisien.

D. Bentuk - bentuk Akuntabilitas.
Untuk menjamin terciptanya akuntabilitas yang baik maka dalam akuntabilitas itu
sendiri wajib memiliki :
1. Akuntabilitas program.
Akuntabilitas program yaitu mengacu pada pertanggung jawaban berkenaan dari
hasil kegiatan-kegiatan BK yang telah dilaksanakan. Hal ini akan berkaitan erat dengan
rencana program yang disusun sebelumnya dan juga akan menampilkan akuntabilitas
proses yang berhubungn dengan proses pelaksanaan kegiatan.
2. Akuntabilitas manajemen.
Akuntabilitas manajemen menitik beratkan pada efisiensi dan efektifitas dalam
penggunaan dana,fasilitas,SDM dan sumber daya lainnya. Akuntabilitas ini menampilkan
peranan manajer,bukan hanya dalam menerapkan peraturan yang ada tetapi juga
menerapkan proses yang berkelanjutan, sehingga memungkinkan memberikan pelayanan
yang terbaik. Akuntabilitas manajemen ini dapat dirinci lagi menjadi akuntabilitas

keuangan, fasilitas, Administrasi dan sumber daya manusia.

3

http://bdkmedan.kemenag.go.id
26/01/2015
E. Kriteria Akuntabilitas.
Agar sistem akuntabilitas bimbingan membawa hasil yang di kehendaki ada tujuh
kriteria yang menurut Krumboltz 1974 (dalam munandir,1996;300). Ketujuh kriteria itu
adalah :
1. Agar bisa merumuskan apa saja yang menjadi tanggung jawab konselor, dan tujuh umum
konseling harus disepakati oleh semua pihak yang berkepentingan.
2. Apa yang dikerjakan dan dicapai konselor harus dinyatakan dalam rumusan perubahan
tingkah laku klien yang penting dapat diamati.
3. Kegiatan yang di lakukan konselor harus dinyatakan sebagai biaya bukan sebagai kerja
dan capaiannya.
4. Sistem akuntabilitas harus dibangun dengan tujuan untuk memajukan keefektifan
profesional dan untuk melakukan perbaikan oleh diri sendiri, bukan untuk menunjukan
kesalahan atau menghukum kinerja yang buruk.
5. Agar laporan dapat dibuat sebenar-benarnya, laporan mengenai kegagalan dan hasil yang

tidak diketahui hendaknya tidak dilarang.
6. Semua pengguna sistem akuntabilitas harus diikut sertakan (diwakili) dalam merancang
sistem itu.
7. Sistem akuntabilitas itu sendiri harus dinilai dan bisa diubah.

F. Faktor Pendukung dan Penghambat.
1. Faktor Pendukung.
Kepemimpinan yang memberi teladan.
Mendiskusikan program-program yang akan dilaksanakan dengan benar dan tuntas.
Sehingga dapat ditentukan dengan jelas apa tujuan yang akan dicapai dan apa pula
indikator kinerjanya.
a. Ciptakan koordinasi yang baik inter dan antar unit terkait.
b. Rumuskan standar kerja yang jelas.
c. Komunikasikan pada semua pihak tujuan dan makna akuntabilitas.
2. Faktor Penghambat.
Kegagalan implementasi akuntabilitas banyak ditentukan oleh :
a. Rendahnya kesadaran tentang akuntabilitas.
b. Kurangnya kemauan untuk menerapkan akuntabilitas.
c. Penurunan nilai-nilai normal
4


http://bdkmedan.kemenag.go.id
26/01/2015
d. Faktor budaya.
e. Rendahnya kualitas petugas/pejabat.
f. Krisis lingkungan.
g. Kelemahan hukum tentang akuntabilitas.
h. Usangnya teknologi. Rendahnya standar hidup masyarakat

G. Implikasi Pelaksanaan Akuntabilitas dan Pengawasan
Akuntabilitas Bimbingan dan Konseling akan dapat diimplementasikan dengan baik
apabila sejak dini kondisi seperti yang telah dikemukakan diatas (faktor penghambat) dapat
di miniminalkan dan beberapa faktor yang mendukung yang telah di kemukakan diatas
terselenggara, akuntabilitas dalam BK melalui pelayanan hasil dan penilaian proses, serta
program pengawasan keseluruhan kegiatan bimbingan dan konseling dipertanggung
jawabkan kepada stakeholder pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah (siswa, orang
tua siswa, personil sekolah, masyarakat dan pemerintahan).
Pelaksanaan akuntabilitas yang baik akan menciptakan implikasi yang positif terhadap
diri konselor dan sekolah tempat konselor bekerja, hal ini dapat dilihat dari penatalaksanaan
organisasi dan manajemen yang lebih sehat dan kompetitif. Akuntabilitas berarti konselor

sekolah dapat mempertanggung jawabkan dokumen pekerjaan yang dilakukan terhadap
stakeholder.
Lebih lanjut Gibson dan Mitchel, 1981 mengungkapkan bahwa dengan melaksanakan
akuntabilitas konselor belajar bagaimana untuk membantu klien lebih efektif dan efesien,
konselor akan mendapatkan:
1. Banyak masalah yang penyelesaiannya dilakukan berdasarkan kecakapan/kopetensi yang
mendorong adanya pengakuan dari penerima layanan;
2. Meningkatnya dukungan keuangan;
3. Lebih dalam hubungan kerja dengan profesi lainnya;
4. Diakui berdiri propesional dan;
5. Tingkat kepuasan terhadap layanan terus menerus dilakukan yang diarahkan pada sasaran
perbaikan (program dan pelkasanaannya) dan adanya penghargaan yang lebih mantap.

III. PENUTUP
Kegiatan akuntabilitas terhadap pelaksaaan kegiatan Bimbingan dan Konseling sangat
diperlukan, karena melalui kegiatan akuntabilitas ini hasil kegiatan bimbingan dan konseling
5

http://bdkmedan.kemenag.go.id
26/01/2015

yang terurai didalam program mingguan sampai program tahunan dapat dilihat terlaksana atau
tidak terlaksana, dan dapat dilihat juga faktor-faktor penghambat serta faktor-faktor pendukung
yang dapat dievaluasi untuk kegiatan tahun berikutnya. Seorang konselor yang propesional
diharapkan didalam pelaksanaan tugasnya harus selalu menyertakan kegiatan akuntabilitas
disetiap akhir dari kegiatannya.

DAFTAR PUSTAKA
Dirjen Diknas, Bimbingan dan Konseling 2004: Jakarta
Djumhur I. Dan Moh. Surya. 1975. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah.Bandung : Pustaka Ilmu.
Dewa Ketut Sukardi. 1990. Bimbingan Penyuluhan di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta.
Ee Ah Meng. 1997. Pekhidmatan Bimbingan dan Konseling. Shah Alam : Siri Pendidikan Fajar
Bakhi.
Prayitno. 1997. Pelayanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah Umum. Jakarta : Ikrar
Mandiria Abad

6