BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Kompetensi 2.1.1 Pengertian Kompetensi - Pengaruh Kompetensi terhadap Kinerja Perawat dalam Memberikan Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura Tahun 2014

  

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Kompetensi

2.1.1 Pengertian Kompetensi

  Kompetensi adalah suatu kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas keterampilan dan pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh pekerja tersebut (Wibowo, 2011).

  Makna kompetensi mengandung bagian kepribadian yang mendalam dan melekat pada seseorang dengan perilaku yang dapat diprediksi pada berbagai keadaan dan tugas pekerjaan. Prediksi siapa yang berkinerja baik dan kurang baik dapat diukur dari kriteria atau standar yang digunakan. Analisis kompetensi disusun sebagian besar untuk pengembangan karier, tetapi penentuan tingkat kompetensi dibutuhkan untuk mengetahui efektivitas tingkat kinerja yang diharapkan.

  Kompetensi merupakan suatu karakteristik yang mendasar dari seseorang individu, yaitu penyebab yang terkait dengan acuan kriteria tentang kinerja yang efektif ”A competency is an underlying characteristic of an individual that is

  

causally related to criterion-referenced effective and/or superior performance in a

job or situation “ (Spencer & Spencer, 1993).

  Ada lima tipe karakteristik kompetensi, yaitu: (1) motif-motif (motives), sesuatu yang secara konsisten dipikirkan dan diinginkan, yang menyebabkan tindakan seseorang; (2) ciri-ciri (traits), karakteristik fisik dan respon-respon yang konsisten terhadap situasi atau informasi; (3) konsep diri ( self-concept ), sikap-sikap, nilai-nilai atau gambaran tentang diri sendiri seseorang; (4) pengetahuan (knowledge), informasi yang dimiliki seseorang dalam area spesifik tertentu; (5) keterampilan (skill ), kecakapan seseorang untuk menampilkan tugas fisik atau tugas mental tertentu.

  Menurut kriteria kinerja pekerjaan (job performance criterion) yang diprediksi, kompetensi dapat dibagi ke dalam dua kategori, yaitu kompetensi permulaan atau ambang ( threshold competencies) dan kompetensi yang membedakan ( differentiating competencies ). Yang pertama ( threshold competencies ) merupakan karakteristik esensial-minimal (biasanya adalah pengetahuan dan keterampilan) yang dibutuhkan oleh seseorang untuk dapat berfungsi efektif dalam pekerjaannya akan tetapi tidak membedakan kinerja pekerja yang superior dan kinerja pekerja yang biasa saja. Kompetensi kategori kedua adalah kompetensi yang membedakan yaitu faktor- faktor yang membedakan antara pekerja yang memiliki kinerja superior dan biasa- biasa saja (rata-rata).

  Kompetensi skill dan knowledge cenderung lebih nyata (visible) dan relatif berada di permukaan (ujung) sebagai karakteristik yang dimiliki manusia.

  Kompetensi pengetahuan dan keahlian relatif mudah untuk dikembangkan, misalnya dengan program pelatihan untuk meningkatkan tingkat kemampuan sumber daya manusia. Sedangkan motif kompetensi dan trait berada pada kepribadian sesorang, sehingga cukup sulit dinilai dan dikembangkan. Salah satu cara yang paling efektif adalah memilih karakteristik tersebut dalam proses seleksi.

  Dengan demikian kompetensi itu mempunyai standar kinerja yang harus dicapai, dapat membantu mengembangkan keahlian pengetahuan dan kemampuan pekerja sehingga pekerja dapat meningkatkan kinerjanya setelah memperoleh pelatihan yang berbasis kompetensi.

2.1.2. Ketrampilan

  Keterampilan adalah kemampuan seseorang menerapkan pengetahuan kedalam bentuk tindakan. Keterampilan seorang karyawan diperoleh melalui pendidikan dan latihan. Ada beberapa manfaat yang diperoleh dengan adanya pendidikan dan latihan yakni :a). membantu individu untuk dapat membuat keputusan dan pemecahan masalah secara lebih baik; b) internalisasi dan operasionalisasi motivasi kerja, prestasi, tanggung jawab, dan kemajuan; c) mempertinggi rasa percaya diri dan pengembangan diri; d) membantu untuk mengurangi rasa takut dalam menghadapi tugas-tugas baru (Sirait, 2006).

  Menurut Riduwan (2008), secara psikologis keterampilan/kemampuan pegawai terdiri dari kemampuan potensi dan kemampuan reality. Artinya, pegawai yang memiliki kemampuan di atas rata-rata dengan pendidikan atau pengetahuan memandai untuk menjalankan pekerjaan sehari-hari, maka akan lebih mudah untuk mencapaikan kinerja (prestasi) yang diharapkan. Oleh karena itu pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya, jadi dimensi variabel kemampuan pegawai adalah pengetahuan dan keterampilan. Serta menurut Sulistiyani dan Rosidah (2003), ketrampilan adalah kemampuan dan penguasaan teknis operasional terhadap bidang tertentu, yang bersifat kekaryaan. Keterampilan berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan atau menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang bersifat teknik.

  Sedangkan menurut Robbins dan Coulter (2000), bahwa keterampilan dapat dikategorikan menjadi empat, yaitu : Keahlian dasar (basic literacy) yakni keahlian seseorang yang pasti dan wajib dimiliki oleh kebanyakan orang, seperti membaca, menulis dan mendengar, Keahlian teknik (Technical skill) yakni keahlian seseorang dalam pengembangan teknik yang dimiliki, seperti menghitung secara cepat, mengoperasikan komputer, Keahlian interpersonal (Interpersonal skill) yakni kemampuan seseorang secara efektif untuk berinteraksi dengan orang lain maupun dengan rekan sekerja, seperti menjadi pendengar yang baik, menyampaikan pendapat secara jelas dan bekerja dalam satu tim, Menyelesaikan masalah (Problem solving) Menyelesaikan masalah adalah proses aktifitas untuk menjalankan logika, beragumentasi dan menyelesaikan masalah serta kemampuan untuk mengetahui penyebab, mengembangkan alternatif dan menganalisis serta memilih menyelesaikan yang baik.

2.1.3. Pengetahuan

  Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2012).

  Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah ada dan tersedia, sementara orang lain tinggal menerimanya. Pengetahuan bukan sesuatu yang dapat dipindahkan dari pikiran seseorang yang telah mempunyai pengetahuan kepada pikiran orang lain yang belum memiliki pengetahuan tersebut dan manusia juga dapat mengetahui sesuatu dengan menggunakan inderanya (Budiningsih, 2005).

  Pengetahuan adalah proses kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri. Pengetahuan adalah merupakan penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya seperti mata, hidung, telinga, dan lain sebagainya (Taufik, 2007). Berdasarkan beberapa definisi diatas bisa diambil kesimpulan bahwa pengetahuan adalah aktivitas manusia berupa pengalaman mendengar dan membaca.

  Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil tau setelah seseorang melakukan penginderaan suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, indera penciuman, pendengaran, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh dari mata dan telinga dan pengetahuan merupakan domain kognitif dalam melakukan tindakan (Notoatmodjo, 2012).

  Kraiger (1993) membagi knowledge menjadi dua bagian yang saling berhubungan, yaitu: 1) Theoritical Knowledge

  Pengetahuan dasar yang dimiliki karyawan seperti prosedur bekerja, moto dan misi perusahaan serta tugas dan tanggung jawab, informasi-informasi lainnya yang diperlukan dan yang diperoleh baik secara formal (sekolah, universitas) maupun dari non formal (pengalaman-pengalaman).

  2) Practical Knowledge Pengetahuan yang diberikan kepada karyawan dengan tujuan untuk memahami bagaimana dan kapan karyawan bersikap dan bertindak dalam menghadapi berbagai masalah dan penerapan prosedur kerja berdasarkan dari pengetahuan secara teori maupun dari pengalaman-pengalaman yang terjadi.

  Menurut Notoatmodjo (2012) pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu: a. Tahu (Know)

  Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

  (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

  rangsangan yang telah diterima, jadi “tahu” adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur apakah orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

  b. Memahami (Comprehension) Memahami dapat diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi, harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

  c. Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi atau yang sebenarnya. Aplikasi ini bisa diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain.

  d. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjalankan materi obyek ke dalam komponen tetapi masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja dengan menggunakan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokan dan sebagainya.

  e. Sintesis (Synthetis) Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan dan menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

  Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formula baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori-teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

  f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian terhadap suatu evaluasi didasari suatu kinerja yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

  Menurut Meliono (2007), pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: a. Pendidikan

  Pendidikan adalah sebuah proses perubahan sikap dan tata laku seseorang dan juga kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

  b. Media Media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Contoh dari media masa kini adalah televisi, radio, koran, dan majalah.

  c. Keterpaparan Informasi Pengertian informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui. Ada pula yang menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Selain itu arti informasi juga memiliki arti yang lain sebagaimana diartikan oleh RUU teknologi informasi yang mengartikannya sebagai suatu tehnik untuk menyiapkan, mengumpulkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisa dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu. Informasi sendiri mencakup data, teks, image, suara, kode, program computer, data bases.Perubahan definisi informasi dikarenakan pada hakekatnya informasi tidak dapat diuraikan (intangible), sedangkan informasi itu dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, yang diperoleh dari data dan observasi terhadap dunia sekitar kita, serta diteruskan melalui komunikasi.

  d. Pengalaman Seseorang itu berperilaku tertentu salah satunya disebabkan karena adanya pemikiran dan perasaan dalam diri seseorang yang terbentuk dalam pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan-kepercayaan dan penilaian- penilaian seseorang terhadap objek tertentu, seseorang dapat memperoleh pengetahuan baik dari pengalaman pribadi maupun pengalaman orang lain.

  e. Lingkungan Belajar berbagai pengetahuan, keterampilan, sikap atau norma-norma tertentu dari lingkungan sekitar, lingkungan tersebut-disebut sebagai sumber-sumber belajar, karena dengan lingkungan tersebut memungkinkan seseorang berubah menjadi tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari tidak terampil menjadi terampil.

  Menurut Arikunto (2002), untuk mengukur tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari objek penelitian atau responden. Penilaian-penilaian didasarkan pada suatu kriteria yang di tentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Menurut Nursalam (2008), kriteria pengetahuan dibagi dalam 3 kategori, yaitu : a. Baik : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 76% - 100% dari seluruh petanyaan. b. Cukup : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 56% - 75% dari seluruh pertanyaan.

  c. Kurang : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 40% - 55% dari seluruh pertanyaan

2.1.4. Kompetensi Perawat

  Kompetensi perawat terdiri dari kompetensi pengetahuan dan kompetensi ketrampilan dalam melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan standar praktik keperawatan yang menjadi fokus utama dalam tindakan keperawatan (Swansburg 1999 dalam Nurachmah 2000). Kompetensi perawat dipengaruhi oleh karakteristik perawat (Budiharto,2003), Karakteristik perawat yang dimaksud antara lain: usia, jenis kelamin, pendidikan, pelatihan, dan pengalaman (masa kerja).

  Kompetensi perawat terdiri dari kompetensi pengetahuan dan kompetensi ketrampilan dalam melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan standar praktik keperawatan yang menjadi fokus utama dalam tindakan keperawatan (Swansburg 1999 dalam Nurachmah 2000). Agar seseorang memiliki kompetensi yang sesuai dengan pekerjaannya, dia harus memanfaatkan secara optimal kedua komponen utama kompetensi tersebut. Sehingga ia memiliki kompetensi yang sesuai dengan apa yang disyaratkan oleh pekerjaannya. Apabila dilihat kompetensi pengetahuan dan kompetensi ketrampilan secara terpisah, dengan hanya memiliki salah satu kompetensi tersebut belumlah cukup bagi seseorang untuk mampu melakukan pekerjaan dengan prestasi yang luar biasa secara konsisten. Seseorang yang memiliki kompetensi pengetahuan yang baik mampu mengerjakan suatu perkerjaan secara teknis, namun hal tersebut belum menjamin orang tersebut dapat berprestasi secara berkesinambungan, karena untuk melaksanakan perkerjaan dengan baik orang juga mampu berinteraksi dengan lingkungan di sekitar pekerjaan tersebut (Hutapea, 2008).

  Dalam beraktivitas memerlukan kompetensi, menurut Hutapea (2008), kompetensi ada 2 jenis, yaitu : (1) kompetensi pengetahuan, lebih menekankan kepada pencapaian efektifitas kerja, (2) kompetensi ketrampilan (konsep diri, ciri diri dan motif individu), yang lebih menekankan kepada perilaku produktif yang harus dimiliki dan diperagakan oleh petugas, agar dapat berpretasi. Kompetensi dasar perawat berdasarkan standar kompetensi perawat (PPNI 2012) yaitu:

  1. Menerapkan prinsip etika dalam keperawatan 2.

  Melakukan komunikasi interpersonal dalam asuhan keperawatan 3. Mewujudkan dan memelihara lingkungan keperawatan yang aman melalui jaminan kualitas dan manajemen resiko

  4. Menerapkan prinsip pengendalian dan pencegahan infeksi yang diperoleh RS 5.

  Melakukan tindakan-tindakan untuk mencegah cedera pada klien 6. Memfasilitasi kebutuhan oksigen 7. Memfasilitasi kebutuhan elektrolit dan cairan 8. Mengukur tanda-tanda vital 9. Menganalisis, menginterpretasikan dan mendokumentasikan data secara akurat 10.

  Melakukan perawatan luka 11. Memberikan obat dengan aman dan benar

12. Mengelola pemberian darah dengan aman

  Kompetensi perawat ahli madya berdasarkan PPNI 2012 yaitu: 1. Praktik professional, legal, etis dan peka budaya 2.

  Pemberian asuhan keperawatan dan manajemen keperawatan 3. Pengembangan kualitas personal dan professional

2.2. Pengertian Kinerja

  

Kinerja adalah penampilan hasil karya personel baik kuantitas maupun

  kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan penampilan individu maupun kerja kelompok personel. Penampilan hasil karya tidak terbatas kepada personel yang memangku jabatan fungsional maupun struktural, tetapi juga kepada keseluruhan jajaran personel di dalam organisasi (Ilyas, 2001).

  Sedangkan perawat dalam melaksanakan tugasnya dapat dinilai dari kinerjanya. Yang dimaksud kinerja perawat adalah penampilan hasil karya dari perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan berupa asuhan keperawatan. Yang dimaksud asuhan keperawatan adalah suatu proses rangkaian kegiatan pada praktek keperawatan yang langsung berpedoman pada standar dan etika keperawatan, dalam lingkup dan wewenang tanggung jawab keperawatan.

2.2.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja

  Beberapa teori menerangkan tentang faktor-faktor yang memengaruhi kinerja seorang baik sebagai individu atau sebagai individu yang ada dan bekerja dalam suatu lingkungan. Sebagai individu setiap orang mempunyai ciri dan karakteristik yang bersifat fisik maupun non fisik. Dan manusia yang berada dalam lingkungan maka keberadaan serta perilakunya tidak dapat dilepaskan dari lingkungan tempat tinggal maupun tempat kerjanya.

  Menurut Gibson et al. (2003), secara teoritis ada tiga kelompok variabel yang memengaruhi perilaku kerja dan kinerja, yaitu: variabel individu, variabel organisasi dan variabel psikologis. Ketiga kelompok variabel tersebut memengaruhi kelompok kerja yang pada akhirnya memengaruhi kinerja personel. Perilaku yang berhubungan dengan kinerja adalah yang berkaitan dengan tugas-tugas pekerjaan yang harus diselesaikan untuk mencapai sasaran suatu jabatan atau tugas.

  Sedangkan menurut Notoatmodjo (2012), ada teori yang mengemukakan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja yang disingkat menjadi “ACHIEVE” yang artinya Ability (kemampuan pembawaan), Capacity (kemampuan yang dapat dikembangkan), Help (bantuan untuk terwujudnya kinerja), Incentive (insentif material maupun non material), Environment (lingkungan tempat kerja karyawan), Validity (pedoman/petunjuk dan uraian kerja), dan Evaluation (adanya umpan balik hasil kerja).

2.2.2. Penilaian Kinerja

  Penilaian kinerja adalah suatu sistem yang digunakan untuk menilai dan mengetahui apakah seseorang karyawan telah melaksanakan pekerjaannya dalam suatu organisasi melalui instrumen penilaian kinerja. Pada hakikatnya, penilaian kinerja merupakan suatu evaluasi terhadap penampilan kerja individu (personel) dengan membandingkan dengan standard baku penampilan. Menurut Hall, penilaian kinerja merupakan proses yang berkelanjutan untuk menilai kualitas kerja personel dan usaha untuk memperbaiki kerja personel dalam organisasi. Menurut Certo, penilaian kinerja adalah proses penelusuran kegiatan pribadi personel pada masa tertentu dan menilai hasil karya yang ditampilkan terhadap pencapaian sasaran sistem manajemen (Ilyas, 2001).

  Menurut teori kontrol yang dijelaskan oleh Carver dan Scheier (1981) yang dikutip oleh Ilyas (2001), individu harus menyelesaikan tiga tugas untuk mencapai tujuan mereka. Mereka harus (1) menetapkan standar untuk perilaku mereka,(2) mendeteksi perbedaan antara perilaku mereka dan standarnya (umpan balik), dan (3) berperilaku yang sesuai dan layak untuk mengurangi perbedaan ini. Selanjutnya, disarankan agar individu perlu melihat dimana dan bagaimana mereka mencapai tujuan mereka. Dengan pengenalan terhadap kesalahan yang dilakukan, mereka mempunyai kesempatan melakukan perbaikan dalam melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan mereka.

  Penelitian terhadap kinerja perawat juga dilakukan oleh Rivai (2000) dalam Samsualam dkk. (2008), yang menemukan ada beberapa tindakan keperawatan dilakukan oleh keluarga pasien seperti: pemenuhan kebersihan diri, eliminasi dan nutrisi (28%). Pembuatan asuhan keperawatan masih ada yang dikerjakan sebagian atau belum lengkap yaitu 11%. Selain itu, 44.2% pasien menyatakan kurang puas terhadap pelayanan rawat inap.

  Penilaian kinerja perawat bertujuan untuk mengevaluasi kinerja perawat sesuai dengan standar praktik professional dan peraturan yang berlaku. Penilaian kinerja perawat merupakan suatu cara untuk menjamin tercapainya standar praktek keperawatan. Penilaian kinerja merupakan alat yang paling dapat dipercaya oleh manajer perawat dalam mengontrol sumber daya manusia dan produktivitas. Proses penilaian kinerja dapat digunakan secara efektif dalam mengarahkan perilaku pegawai, dalam rangka menghasilkan jasa keperawatan dalam kualitas dan volume yang tinggi. Perawat manajer dapat menggunakan proses operasional kinerja untuk mengatur arah kerja dalam memilih, melatih, membimbing perencanaan karier serta memberi penghargaan kepada perawat yang berkompeten (Nursalam, 2008).

  Sedangkan menurut Nursalam (2008) manfaat dari penilaian kerja yaitu:

  a. Meningkatkan prestasi kerja staf secara individu atau kelompok dengan memberikan kesempatan pada mereka untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri dalam kerangka pencapaian tujuan pelayanan di rumah sakit.

  b. Peningkatan yang terjadi pada prestasi staf secara perorangan pada gilirannya akan mempengaruhi atau mendorong sumber daya manusia secara keseluruhannya.

  c. Merangsang minat dalam pengembangan pribadi dengan tujuan meningkatkan hasil karya dan prestasi dengan cara memberikan umpan balik kepada mereka tentang prestasinya.

  d. Membantu rumah sakit untuk dapat menyusun program pengembangan dan pelatihan staf yang lebih tepat guna, sehingga rumah sakit akan mempunyai tenaga yang cakap dan tampil untuk pengembangan pelayanan keperawatan dimasa depan. e. Menyediakan alat dan sarana untuk membandingkan prestasi kerja dengan meningkatkan gajinya atau sistem imbalan yang baik.

  f. Memberikan kesempatan kepada pegawai atau staf untuk mengeluarkan perasaannya tentang pekerjaannya atau hal lain yang ada kaitannya melalui jalur komunikasi dan dialog, sehingga dapat mempererat hubungan antara atasan dan bawahan.

2.2.3. Indikator Kerja

  Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu kegiatan yang telah ditetapkan (LAN RI, 2000). Indikator kinerja dikategorikan kedalam enam kelompok :

  1. Masukan (Inputs) adalah segala sesuatu yangdibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dan program dapat berjalan atau dalam rangka menghasilkan output.

  Indikator ini dapat berupa dana, personil yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan, data/informasi, kebijakan/peraturan perundangan dan sebagainya.

  2. Proses (Process), adalah berbagai aktifitas yang menunjukkan upaya yang dilakukan dalam rangka mengolah masukan menjadi keluaran. Indikator ini menggambarkan perkembangan pelaksanaan pengolahan masukan menjadi keluaran.

  3. Keluaran (Outputs) adalah segala sesuatu yang diharapkan lansung dapat diperoleh/dicapai dari suatu kegiatan, baik kegiatan berupa fisik maupun non fisik.

  4. Hasil (Outcomes) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah. Outcomes merupakan ukuran seberapa jauh setiap produk/jasa memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat.

  5. Manfaat (Benefits) adalah kegunaan suatu keluaran (outcomes) yang dirasakan langsung oleh masyarakat. Dapat berupa tersedianya fasilitas yang dapat diakses oleh publik.

  6. Dampak (Impact) adalah ukuran tingkat pengaruh sosial, ekonomi, lingkungan atau kepentingan umum lainnya yang dimulai oleh capaian kinerja setiap indikator dalam suatu kegiatan.

  Indikator-indikator tersebut secara lansung atau tidak lansung dapat mengindikasikan sejauhmana keberhasilan pencapaian sasaran. Penetapan indikator kinerja kegiatan harus didasarkan pada perkiraan yang realistis dengan memperhatikan tujuan dan sasaran yang ditetapkan serta data pendukung yang harus diorganisasikan.

  Indikator kinerja dimaksud hendaknya : spesifik dan jelas, dapat diukur secara objektif, relevan dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai, tidak bias (LAN RI, 2000).

2.2.4 Penilaian Kinerja Perawat

  Menurut Nursalam (2008) standar pelayanan keperawatan adalah pernyataan deskriptif mengenai kualitas pelayanan yang diinginkan untuk menilai pelayanan keperawatan yang telah diberikan pada pasien. Tujuan standar keperawatan adalah meningkatkan kualitas asuhan keperawatan, mengurangi biaya asuhan keperawatan, dan melindungi perawat dari kelalaian dalam melaksanakan tugas dan melindungi pasien dari tindakan yang tidak terapeutik. Dalam menilai kualitas pelayanan keperawatan kepada klien digunakan standar praktik keperawatan yang merupakan pedoman bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Standar praktek keperawatan telah di jabarkan oleh PPNI

  Persatuan Perawat Nasional Indonesia (2002) yang mengacu dalam tahapan proses keperawatan yang meliputi: (1) Pengkajian; (2) Diagnosa keperawatan; (3) Perencanaan; (4) Implementasi; (5) Evaluasi.

  Proses keperawatan merupakan suatu siklus yang terus berlanjut, proses keperawatan diawali dengan kegiatan pengkajian saat pasien masuk rumah sakit.

  Pengkajian bertujuan untuk menggali informasi yang penting (data) yang akan digunakan untuk menyusun diagnosis keperawatan setelah melalui analisis data.

  Setelah tersusun diagnosis, maka disusun suatu rencana tindakan keperawatan sesuai kebutuhan pasien dan prioritas masalah yang ada. Implementasi adalah langkah nyata dari perencanaan tindakan yang dilanjutkan dengan evaluasi. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah tindakan yang dilakukan efektif atau tidak dalam mengatasi masalah pasien.

A. Standar Satu: Pengkajian Keperawatan

  Perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan klien secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat, dan berkesinambungan. Kriteria pengkajian keperawatan, meliputi: 1) Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnesa, observasi, pemeriksaan fisik serta dari pemeriksaan penunjang.

  2) Sumber data adalah klien, keluarga, atau orang yang terkait, tim kesehatan, rekam medis, dan catatan lain.

  3) Data yang dikumpulkan, difokuskan untuk mengidentifikasi:

  a) Status kesehatan klien masa lalu

  b) Status kesehatan klien saat ini

  c) Status biologis-psikologis-sosial-spiritual

  d) Respon terhadap terapi

  e) Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal

  f) Resiko-resiko tinggi masalah

  B. Standar Dua: Diagnosa Keperawatan

  Perawat menganalisa data pengkajian untuk merumuskan dignosa keperawatan. Adapun kriteria proses: 1) Proses diagnosa terdiri dari analisa, interpretasi data, identikasi masalah klien, dan perumusan diagnose keperawatan.

  2) Diagnosa keperawatan terdiri dari: masalah (P), Penyebab (E), dan tanda atau gejala (S), atau terdiri dari masalah dan penyebab (PE).

  3) Bekerjasama dengan klien, dan petugas kesehatan lain untuk memvalidasi diagnosa keperawatan.

  4) Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosa berdasarkan data terbaru.

  C. Standar Tiga: Perencanaan Keperawatan

  Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah dan meningkatkan kesehatan klien. Kriteria prosesnya, meliputi:

  1) Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan, dan rencana tindakan keperawatan.

  2) Bekerjasama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan. 3) Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi atau kebutuhan klien. 4) Mendokumentasi rencana keperawatan.

  D. Standar Empat: Implementasi

  Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam rencana asuhan keperawatan. Kriteria proses, meliputi: 1) Bekerja sama dengan klien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan 2) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain.

  3) Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan klien. 4) Memberikan pendidikan pada klien dan keluarga mengenai konsep keterampilan asuhan diri serta membantu klien memodifikasi lingkungan yang digunakan.

  5) Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan respon klien.

  E. Standar Lima: Evaluasi Keperawatan

  Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan keperawatan dalam pencapaian tujuan dan merevisi data dasar dan perencanaan. Adapun kriteria prosesnya: 1) Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara komprehensif, tepat waktu dan terus menerus.

  2) Menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengikuti perkembangan ke arah pencapaian tujuan.

  3) Memvalidasi dan menganalisa data baru dengan teman sejawat. 4) Bekerja sama dengan klien keluarga untuk memodifikasi rencana asuhan keperawatan.

  5) Mendokumentasi hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan.

2.2.5. Kinerja Perawat Pelaksana

  Pelayanan keperawatan profesional merupakn praktek keperawatan yang dilakukan oleh perawat didasarkan atas profesi keperawatan. Ciri dari praktek keperawatan profesional secara umum adalah memiliki otonomi, bertanggungjawab dan menggunakan metode ilmiah berdasarkan standar praktek dan kode etik profesi dan memiliki aspek legal (Depkes RI, 2004).

  Keperawatan sebagai profesi merupakan salah satu pekerjaan didasarkan pada ilmu pengetahuan dan perwat memiliki keterampilan dalam keahliannya, sebagai profesi keperawatan otonomi dalam kewenangan dan tanggungjawab dalam memberikan tindakan disertai dengan kode etik dalam implemnetasinya yang berorientasi pada pelayanan melalui pemberian asuhan keperawatan kepada individu, kelompok atau masyarakat (Hidayat, 2009).

  Menurut Henderson (1996) (dalam Nurjannah, 2010) indikator kinerja perawat dapat dilihat dari pelaksanaan standar asuhan keperawatan yang merupakan pemberdayaan proses keperawatan meliputi: 1) Pengkajian perawatan: data di anamnesa, untuk menegakkan diagnosa keperawatan, 2) Diagnosa keperawatan: respon pasien yang dirumuskan berdasarkan data status kesehatan pasien, 3)Perencanaan keperawatan: disusun sebelum melaksanakan tindakan, 4)Implementasi atau pelaksanaan tindakan keperawatan: ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien dipenuhi secara maksimal, 5) Evaluasi Perawat: dilakukan secara periodik dari semua tindakan dan rencana tindakan yang tidak terlaksana.

2.3. Keperawatan

2.3.1 Pengertian Keperawatan

  Definisi keperawatan yang diberikan International Council Of Nurse(1965): The nurse is a person who has a complete a programe of a basic nursing education

  

and is a qualified an authorized in her country to supply the most responsible

nservice of nursing for the promotion of health, prevention of illness, and the care of

the sick” ( Kumar 2002).

  Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi Keperawatan baik didalam maupun diluar negeri yang diakui oleh pemerintah RI sesuai dengan peraturan perundangan dan telah disiapkan untuk memiliki kompetensi yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia serta teregistrsi. Perawat di rumah sakit sebagai perawat pelaksana yaitu pemberi asuhan keperawatan sehingga apabila kita akan melihat kinerja perawat maka yang dilihat adalah hasil yang dicapai oleh perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Hasil kerja perawat di rumah sakit dapat dinilai melalui pengamatan langsung yaitu proses pemberian asuhan keperawatan atau laporan dan catatan pasien (dokumentasi) asuhan keperawatan yang telah di berikan (hasil asuhan keperawatan) PPNI, 2002. Dengan demikian pencapaian standar praktik keperawatan yang tinggi atau kinerja perawat yang tinggi dalam pelayanan keperawatan akan memengaruhi tingkat kualitas dalam keperawatan. Asuhan keperawatan yang optimal merupakan salah satu indikator dari kinerja perawat, dimana untuk mewujudkan sangat diperlukan dukungan tenaga keperawatan yang berdasarkan kaidah-kaidah profesinya yang berlaku (Gillies, 1994).

  Sebagai profesi, keperawatan memiliki : 1. Landasan ilmu pengetahuan yang jelas (Scientific Nursing) 2. Memiliki kode etik profesi 3.

  Memiliki lingkup dan wewenang praktek keperawatan berdasarkan standar praktek keperawatan atau standar asuahan keperawatan yang bersifat dinamis.

4. Memiliki organisasi profesi.

  Persatuan Perawat Nasional Indonesia (2002) yang mengacu dalam tahapan proses keperawatan yang meliputi: (1) Pengkajian; (2) Diagnosa keperawatan; (3) Perencanaan; (4) Implementasi; (5) Evaluasi.

  a. Tahap Pengkajian Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai permasalahan yang ada.

  b. Tahap Diagnosis Keperawatan Merupakan keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau potensial. c. Tahap Perencanaan Merupakan suatu proses penyusunan berbagai intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan atau mengurangi masalah-masalah klien.

  Perencanaan ini merupakan langkah ketiga dalam membuat suatu proses keperawatan. Dalam menentukan tahap perencanaan bagi perawat diperlukan berbagai pengetahuan dan keterampilan diantaranya pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan klien, nilai dan kepercayaan klien, batasan praktek keperawatan, peran dari tenaga kesehatan lainnya, kemampuan dalam memecahkan masalah, mengambil keputusan, menulis tujuan serta memilih dan membuat strategi keperawatan yang aman dalam memenuhi tujuan, menulis intruksi keperawatan serta kemampuan dalam melaksanakan kerjasama dengan tingkat keseehatan lain.

  d. Tahap Pelaksanaan Merupakan langkah keempat dalam tahap proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan.

  e. Tahap Evaluasi Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Dalam melakukan evaluasi perawat seharusnya memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam memahami respon terhadap intervensi keperawatan, kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria hasil. Pada tahap evaluasi ini terdiri dari dua kegiatan yaitu kegiatan yang dilakukan dengan mengevaluasi selama proses keperawatan berlangsung atau menilai dari respon klien disebut evaluasi proses, dan kegiatan melakukan evaluasi dengan target tujuan yang diharapkan disebut sebagai evaluasi hasil.

  Sesuai dengan tingkat pendidikan Perawat Kesehatan dan kemampuan yang diharapkan, perawat kesehatan melaksanakan dua peran yaitu :

  1. Pelaksana Pelayanan Keperawatan. Perawat Kesehatan memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masayarakat dengan masalah kesehatan yang sering terjadi diberbagai tatanan pelayanan kesehatan, seperti rumah sakit, puskesmas, posyandu, panti, dan sebagainya.

  2. Sebagai perawat pengelola. Perawat kesehatan secara fungsional mengelola pelayanan keperawatan di rumah sakit dan puskesmas termasuk perlengkapan, peralatan, dan lingkungan tempat pelayanan kesehatan/keperawatan.

  Sedangkan fungsi Perawat adalah: 1. Mengkaji kebutuhan dan masalah kesehatan 2.

  Menyusun rencana asuhan keperawatan 3. Melaksanakan asuhan keperawatan 4. Melaksanakan dokumentasi keperawatan 5. Mengelola perawatan klien sesuai dengan lingkup tanggung jawabnya

  Selain itu, menurut Ketua PPNI DKI Jakarta, Prayetni, SKp,M.Kep dalam sebuah seminar di Jakarta 22 November 2008, menyampaikan Dimensi kompetensi keperawatan ada lima yaitu: a.

  Task Skill: Melaksanakan tugas pekerjaannya sesuai dengan standar yang diisyaratkan oleh industri atau tempat bekerja.

  b.

  Task Management Skill: Membuat perencanaan serta mengorganisasi tugas tersebut.

  c.

  Contingency Management Skill: Melakukan tindakan yang tepat atas suatu masalah.

  d.

  Job/role Environment Skills: Berperan serta dalam mengelola lingkungan pekerjaan.

  e.

  Transfer/Adaptation skills: menerapkan keterampilan dan pengetahuan pada situasi yang baru.

2.4. Landasan Teori

  Kinerja perawat pelaksana dalam penelitian ini mengacu kepada tindakan keperawatan dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Variabel kerja tim dalam penelitian ini didasarkan atas kompetensi kerja pegawai dapat mendorong pegawai/karyawan suatu organisasi/perusahaan untuk bertindak dan berperilaku inovatif sesuai dengan kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki (Robbins, 2006).

  Marshal dalam Notoatmodjo (2012), menyatakan faktor yang memengaruhi kompetensi adalah pengetahuan dan ketrampilan. Kinerja perawat pelaksana di ruangan dapat ditinjau dari uraian tugas yang harus dilaksanakan. Kinerja perawat mengacu kepada Tupoksi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan, meliputi

  5 (lima) komponen proses asuhan keperawatan, yaitu: pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

  Kompetensi mempunyai pengaruh dengan peningkatan kinerja perawat pelaksana. Selanjutnya kinerja perawat juga merupakan salah satu faktor yang memengaruhi mutu pelayanan keperawatan. Adapun kompetensi dan kerja tim yang dilakukan, yaitu melalui kemampuan dan keterampilan perawat pelaksana, sehingga dapat melaksanakan perannya sebagai seorang perawat.

2.5 Kerangka Konsep

  Keranga konsep ini dibuat untuk mengetahui pengaruh kompetensi perawat terhadap kinerja perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura. Berdasarkan kerangka konsep ini dapat diketahui bahwa variabel independen adalah kompetensi perawat, yautu penegtahuan dan ketrampilan dan kinerja perawat sebagai variabel dependen. Untuk mendapat data tersebut diperoleh dengan observasi (pengamatan) dan wawancara kepada perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura.

  Variabel Bebas (X) Variabel Terikat (Y) Kinerja Perawat 1.

  Pengkajian

  Kompetensi Perawat 2.

  Diagnosa Keperawatan

  1. Pengetahuan 3.

  Perencanaan

  2. Ketrampilan 4.

  Implementasi 5. Evaluasi

Dokumen yang terkait

Pengaruh Kompetensi dan Kerja Tim terhadap Kinerja Perawat Pelaksana Rawat Inap di Rumah Sakit Sri Pamela Tebing Tinggi Tahun 2014

5 108 168

Pengaruh Kompetensi terhadap Kinerja Perawat dalam Memberikan Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura Tahun 2014

6 95 105

Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kabanjahe

7 97 94

Pengaruh Komunikasi Interpersonal terhadap Kinerja Perawat Pelaksana Ruang Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar Tahun 2014

10 131 148

Hubungan Motivasi Kerja dengan Kinerja Perawat dalam Memberikan Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Langsa.

9 60 126

Pengaruh Kompetensi Dan Kerja Tim Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung

8 71 121

Pengaruh Kompetensi dan Kerja Tim terhadap Kinerja Perawat Pelaksana Rawat Inap di Rumah Sakit Sri Pamela Tebing Tinggi Tahun 2014

0 2 47

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pengaruh Kompetensi dan Kerja Tim terhadap Kinerja Perawat Pelaksana Rawat Inap di Rumah Sakit Sri Pamela Tebing Tinggi Tahun 2014

0 1 14

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Kompetensi 2.2.1. Pengertian Kompetensi - Pengaruh Kompetensi terhadap Kinerja Perawat dalam Kesiapsiagaan Triase dan Kegawatdaruratan pada Korban Bencana Massal di Puskesmas Langsa Baro Tahun 2013

0 1 86

a. Pengetahuan - Pengaruh Kompetensi terhadap Kinerja Perawat dalam Memberikan Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura Tahun 2014

0 0 10