Pengaruh Kompetensi terhadap Kinerja Perawat dalam Memberikan Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura Tahun 2014
PENGARUH KOMPETENSI TERHADAP KINERJA PERAWAT DALAM MEMBERIKAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TANJUNG PURA TAHUN 2014
T E S I S
Oleh
DODY FIRMANSYAH 127032064/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
PENGARUH KOMPETENSI TERHADAP KINERJA PERAWAT DALAM MEMBERIKAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TANJUNG PURA TAHUN 2014
T E S I S
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Administrasi Rumah Sakit pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Oleh
DODY FIRMANSYAH 127032064/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(3)
Judul Tesis : PENGARUH KOMPETENSI TERHADAP KINERJA PERAWAT DALAM MEMBERIKAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
TANJUNG PURA TAHUN 2014 Nama Mahasiswa : Dody Firmansyah
Nomor Induk Mahasiswa : 127032064
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Administrasi Rumah Sakit
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Dr. Sitti Raha Agoes Salim, M.Sc) (
Ketua Anggota
Siti Saidah Nasution, S.Kp,M.Kep, Sp.Mat)
Dekan
(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)
(4)
Telah diuji
Pada Tanggal : 10 Pebruari 2015
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Sitti Raha Agoes Salim, M.Sc
Anggota : 1. Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat 2. dr. Fauzi, S.K.M
(5)
PERNYATAAN
PENGARUH KOMPETENSI TERHADAP KINERJA PERAWAT DALAM MEMBERIKAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TANJUNG PURA TAHUN 2014
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Pebruari 2015
Dody Firmansyah 127032064/IKM
(6)
ABSTRAK
Pemberian asuhan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan pasien diperlukan perawat yang berkompetensi, yakni memiliki pengetahuan dan keterampilan. Pengetahuan dan keterampilan ini berkorelasi dengan pencapaian kinerja rumah sakit secara organisasi. Kinerja perawat pelaksana yang belum optimal belum sepenuhnya didukung oleh pengetahuan dan keterampilan perawat pelaksana secara individu dalam memberikan asuhan keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tanjung Pura.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kompetensi (pengetahuan dan keterampilan) terhadap kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan di ruang rawat inap. Jenis penelitian survei explanatory. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana berjumlah 55 orang dan seluruh populasi dijadikan sampel. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner, dianalisis dengan regresi logistik berganda pada pengujian α=0,05.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik kompetensi, yaitu pengetahuan dan keterampilan berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi, yaitu pengetahuan sebanyak 54,5% pada kategori baik dan keterampilan sebanyak 58,2% tidak baik serta kinerja perawat sebanyak 61,8% tidak baik dalam memberikan asuhan keperawatan.
Disarankan kepada Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura agar mengupayakan peningkatan pengetahuan dan ketrampilan perawat melalui pelatihan secara berkala dan berkelanjutan, serta mengupayakan peningkatan pelayanan dengan sikap yang lebih terbuka dalam menanggapi keluhan pasien maupun keluarga
(7)
ABSTRACT
Nursing care service is needed by competent nurses to fulfill patients’ needs; they have to have knowledge and skill. These knowledge and skill is correlated with the performance of a hospital as an organization. The performance of nurse practitioners is not optimally supported by their knowledge and skill individually in providing nursing care service at RSUD (Regional General Hospital) Tanjung Pura.
The objective of the research was to analyze the influence of competence (knowledge and skill) on nurses’ performance in providing nursing care service in the impatient wards. The population was 55 nurse practitioners, and all of them were used as the samples. The data were gathered by conducting interviews and
questionnaires and analyzed by using multiple logistic regression analysis at α=0.05.
The result of the research showed that, statistically, knowledge and skill had positive and significant influence on nurses’ performance in providing nursing care service in the inpatient wards. It was also found that 54.5% of the respondents had good knowledge and 58.2% of the respondents had bad skill, and 61.8% of the respondents had bad performance in providing nursing care service.
It is recommended that the management of the hospital improve the nurses’ knowledge and skill by conducting training regularly and sustainably and increase the service transparently in responding to the complaint of the patients and their families.
(8)
KATA PENGANTAR
Segala Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat serta pertolonganNya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan tesis ini dengan judul "Pengaruh Kompetensi terhadap Kinerja Perawat dalam Memberikan Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura Tahun 2014".
Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi Rumah Sakit, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Penulis, dalam menyusun tesis ini mendapat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada :
1. Rektor Universitas Sumatera Utara, yaitu Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K).
2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
4. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si, Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
(9)
5. Dr. Sitti Raha Agoes Salim, M.Sc selaku Ketua Komisi Pembimbing yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.
6. Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat, selaku anggota komisi pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.
7. dr. Fauzi, S.K.M selaku ketua penguji tesis yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.
8. Dra. Syarifah, M.S selaku anggota penguji tesis yang dengan penuh perhatian dan meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan masukan kepada penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.
9. Para dosen, staf dan semua pihak yang terkait di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi Rumah Sakit Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
10.dr Sofyan Armaya, selaku direktur RSU Tanjung Pura yang telah berkenan memberikan izin meneliti untuk menyelesaikan studi pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara..
11.Ayahanda drg. H.Abdullah (Doll’s) dan Ibunda Hj. Erna Siregar yang telah membesarkan, memberikan cinta dan kasih sayang.
(10)
11. Seluruh keluarga yang selalu memberi doa, kasih sayang dan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan ini tepat waktu.
11. Rekan-rekan mahasiswa ARS B dan mahasiswa satu almamater di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat dan semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Teristimewa buat isteri tercinta Wahyuni Santoso, SE, serta anak-anak: Khairizio Fitra Imani dan Ghaisan Aditya Razbi yang penuh pengertian, kesabaran, pengorbanan dan do’a serta rasa cinta yang dalam setia menunggu, memotivasi dan memberikan dukungan moril agar bisa menyelesaikan pendidikan ini tepat waktu.
Penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan, dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.
Medan, Pebruari 2015 Penulis
Dody Firmansyah 127032064/IKM
(11)
RIWAYAT HIDUP
Dody Firmansyah, lahir pada tanggal 05 Mei 1981 di Medan, anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Ayahanda drg. H.Abdullah (Doll’s) dan Ibunda Hj. Erna Siregar
Pendidikan formal penulis, dimulai dari pendidikan sekolah dasar di Sekolah Dasar Sutomo 1 Medan, selesai Tahun 1993, Sekolah Menengah Pertama di SMP Sutomo I Medan, selesai Tahun 1996, Sekolah Menengah Atas di SMA Kartika I- 1 Medan, selesai tahun 1999, kemudian melanjutkan ke Perguruan Tinggi pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara selesai Tahun 2007, pendidikan S2 Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi Rumah Sakit Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sampai saat ini. Mulai bekerja tahun 2008 sebagai dokter PTT di Puskesmas Pangkalan Susu Kabupaten Langkat, tahun 2010 diterima sebagai PNS di Puskesmas Pangkalan Susu Kabupaten Langkat tahun 2007, sampai sekarang bekerja di tempat praktek atas nama pribadi di Medan.
(12)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB 1. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 9
1.3. Tujuan Penelitian ... 10
1.4. Hipotesis ... 10
1.5. Manfaat Penelitian ... 10
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 11
2.1. Kompetensi ... 11
2.1.1. Pengertian Kompetensi ... 11
2.1.2. Keterampilan ... 13
2.1.3. Pengetahuan ... 14
2.1.4. Kompetensi Perawat... 20
2.2. Pengertian Kinerja ... 22
2.2.1 Faktor-faktor yang Memengaruhi Kinerja ... 23
2.2.2. Penilaian Kerja ... 23
2.2.3. Indikator Kerja ... 26
2.2.4. Standar Penilaian Kinerja Perawat ... 27
2.2.5. Kinerja Perawat Pelaksana ... 31
2.3. Keperawatan ... 31
2.3.1. Pengertian Keperawatan... 32
2.4. Landasan Teori ... 36
2.5. Kerangka Konsep ... 37
BAB 3. METODE PENELITIAN ... 38
3.1 Jenis Penelitian ... 38
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 38
3.2.1 Lokasi Penelitian ... 38
3.2.2 Waktu Penelitian ... 38
(13)
3.3.1 Populasi ... 38
3.3.2 Sampel ... 39
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 39
3.4.1 Data Primer ... 39
3.4.2 Data Sekunder ... 39
3.4.3 Validitas dan Reliabilitas ... 40
3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 41
3.5.1. Variabel Independen ... 41
3.5.2. Variabel Dependen ... 42
3.6 Metode Pengukuran ... 43
3.6.1 Metode Pengukuran Variabel Bebas ... 43
3.6.2 Metode Pengukuran Variabel Terikat ... 43
3.7 Metode Analisis Data ... 44
BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 45
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian... 45
4.1.1 Sejarah Singkat RSUD Tanjung Pura ... 45
4.1.2 Geografi... 45
4.1.3 Organisasi RSUD Tanjung Pura ... 47
4.2 Analisis Univariat... 48
4.2.1 Identitas Responden ... 48
4.2.2 Kompetensi ... 49
4.2.3 Kinerja ... 53
4.3 Analisis Bivariat ... 59
4.3.1 Hubungan Pengetahuan dengan Kinerja ... 59
4.3.2 Hubungan Keterampilan dengan Kinerja ... 59
4.4 Analisis Multivariat ... 59
BAB 5. PEMBAHASAN ... 60
5.1 Kompetensi ... 60
5.1.1 Pengetahuan ... 60
5.1.2 Keterampilan ... 63
5.2. Pengaruh Kompetensi terhadap Kinerja Perawat dalam Memberikan Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura ... 67
5.2.1 Pengaruh Pengetahuan terhadap Kinerja ... 67
5.2.2 Pengaruh Keterampilan terhadap Kinerja ... 68
5.3 Kinerja Perawat ... 70
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 72
6.1 Kesimpulan ... 72
6.2 Saran ... 72
DAFTAR PUSTAKA ... 74
(14)
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
1.1 Kinerja RSUD Tanjung Pura Tahun 2010-2013 ... 8
3.1 Metode Pengukuran Variabel Independen ... 43
3.2 Metode Pengukuran Variabel Dependen ... 44
4.1 Distribusi Identitas Responden ... 49
4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan ... 50
4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan ... 51
4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Keterampilan ... 52
4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Keterampilan ... 53
4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pengkajian Keperawatan ... 54
4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Rencana Kegiatan Keperawatan ... 54
4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Catatan Keperawatan ... 55
4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Resume Keperawatan ... 56
4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Kinerja ... 56
4.11 Hubungan Pengetahuan dengan Kinerja ... 57
4.12 Hubungan Keterampilan dengan Kinerja ... 58
(15)
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
(16)
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
1 Kuesioner Penelitian ... 78
2 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 82
3 Uji Univariat dan Bivariat ... 83
4 Uji Multivariat ... 90
5 Struktur Organisasi RSUD Tanjung Pura ... 92
6 Surat izin penelitian dari Program Studi S2 IKM FKM USU Medan ... 93
7 Surat izin selesai penelitian dari RSUD Tanjung Pura ... 94
5. Dokumentasi Penelitian ... 154
6. Surat Izin Penelitian dari Pascasarjana USU ... 155
7. Surat Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar ... 156
(17)
ABSTRAK
Pemberian asuhan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan pasien diperlukan perawat yang berkompetensi, yakni memiliki pengetahuan dan keterampilan. Pengetahuan dan keterampilan ini berkorelasi dengan pencapaian kinerja rumah sakit secara organisasi. Kinerja perawat pelaksana yang belum optimal belum sepenuhnya didukung oleh pengetahuan dan keterampilan perawat pelaksana secara individu dalam memberikan asuhan keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tanjung Pura.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kompetensi (pengetahuan dan keterampilan) terhadap kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan di ruang rawat inap. Jenis penelitian survei explanatory. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana berjumlah 55 orang dan seluruh populasi dijadikan sampel. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner, dianalisis dengan regresi logistik berganda pada pengujian α=0,05.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik kompetensi, yaitu pengetahuan dan keterampilan berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi, yaitu pengetahuan sebanyak 54,5% pada kategori baik dan keterampilan sebanyak 58,2% tidak baik serta kinerja perawat sebanyak 61,8% tidak baik dalam memberikan asuhan keperawatan.
Disarankan kepada Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura agar mengupayakan peningkatan pengetahuan dan ketrampilan perawat melalui pelatihan secara berkala dan berkelanjutan, serta mengupayakan peningkatan pelayanan dengan sikap yang lebih terbuka dalam menanggapi keluhan pasien maupun keluarga
(18)
ABSTRACT
Nursing care service is needed by competent nurses to fulfill patients’ needs; they have to have knowledge and skill. These knowledge and skill is correlated with the performance of a hospital as an organization. The performance of nurse practitioners is not optimally supported by their knowledge and skill individually in providing nursing care service at RSUD (Regional General Hospital) Tanjung Pura.
The objective of the research was to analyze the influence of competence (knowledge and skill) on nurses’ performance in providing nursing care service in the impatient wards. The population was 55 nurse practitioners, and all of them were used as the samples. The data were gathered by conducting interviews and
questionnaires and analyzed by using multiple logistic regression analysis at α=0.05.
The result of the research showed that, statistically, knowledge and skill had positive and significant influence on nurses’ performance in providing nursing care service in the inpatient wards. It was also found that 54.5% of the respondents had good knowledge and 58.2% of the respondents had bad skill, and 61.8% of the respondents had bad performance in providing nursing care service.
It is recommended that the management of the hospital improve the nurses’ knowledge and skill by conducting training regularly and sustainably and increase the service transparently in responding to the complaint of the patients and their families.
(19)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri dan dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Pelayanan di rumah sakit merupakan pelayanan multi disiplin, dan salah satu bagian pelayanan kesehatan yang memiliki kontribusi penentu mutu dan membentuk
image tentang rumah sakit adalah perawat. Pelayanan keperawatan di rumah sakit merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dari pelayanan kesehatan secara keseluruhan, bahkan sebagai salah satu faktor penentu mutu bagi pelayanan rumah sakit di mata masyarakat (Depkes RI, 2001).
Kompleksnya sumber daya rumah sakit sebagai akibat meluasnya peran dan cakupan kegiatan suatu rumah sakit, memerlukan perhatian besar, perbaikan dan perubahan besar dalam manajemen. Jika dibandingkan dengan sumber daya lain, sumber daya manusia merupakan aset yang bernilai tinggi karena mempunyai potensi untuk terus tumbuh (Ilyas, 2002). Diantara sumber daya manusia yang terlibat secara langsung dalam pemberian pelayanan kepada pasien rumah sakit, sekitar 40% adalah tenaga perawat dan bidan (Depkes R.I, 2001). Pelayanan keperawatan merupakan
(20)
bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan, sehingga kepentingan pelayanan keperawatan mempunyai arti penting bagi pasien khususnya dalam proses penyembuhan maupun rehabilitasi di rumah sakit (Depkes RI, 2008).
Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi keperawatan baik didalam maupun diluar negeri yang diakui oleh pemerintah RI sesuai dengan peraturan perundangan dan telah disiapkan untuk memiliki kompetensi yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia serta teregistrasi. Perawat di rumah sakit sebagai perawat pelaksana yaitu pemberi asuhan keperawatan sehingga apabila kita akan melihat kinerja perawat maka yang dilihat adalah hasil yang dicapai oleh perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Hasil kerja perawat di rumah sakit dapat dinilai melalui pengamatan langsung yaitu proses pemberian asuhan keperawatan atau laporan dan catatan pasien (dokumentasi) asuhan keperawatan yang telah di berikan (hasil asuhan keperawatan) PPNI, 2002. Dengan demikian pencapaian standar praktik keperawatan yang tinggi atau kinerja perawat yang tinggi dalam pelayanan keperawatan akan memengaruhi tingkat kualitas dalam keperawatan. Asuhan keperawatan yang optimal merupakan salah satu indikator dari kinerja perawat, dimana untuk mewujudkan sangat diperlukan dukungan tenaga keperawatan yang berdasarkan kaidah-kaidah profesinya yang berlaku (Gillies, 2006).
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan / asuhan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan / asuhan kesehatan., didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan
(21)
masyarakat, baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Asuhan keperawatan adalah proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan baik langung ataupun tidak langsung diberikan kepada sistem klien disarana dan tatanan kesehatan lainnya, dengan menggunakan pendekatan ilmiah keperawatan berdasarkan kode etik dan standar praktik keperawatan.
Kompetensi sangat perlu dipahami petugas perawat dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya. Menurut Linda (1999), kompetensi adalah kombinasi spesifik antara pengetahuan, dan keterampilan yang dibutuhkan untuk mengerjakan suatu kegiatan khusus. Berdasarkan uraian di atas kompetensi adalah kemampuan dan kemauan untuk melakukan sebuah tugas dengan kinerja yang efektif.
Kompetensi perawat terdiri dari kompetensi pengetahuan dan kompetensi ketrampilan dalam melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan standar praktik keperawatan yang menjadi fokus utama dalam tindakan keperawatan (Swansburg 1999 dalam Nurachmah 2000). Agar seseorang memiliki kompetensi yang sesuai dengan pekerjaannya, dia harus memanfaatkan secara optimal kedua komponen utama kompetensi tersebut. Sehingga ia memiliki kompetensi yang sesuai dengan apa yang disyaratkan oleh pekerjaannya.
Perawat adalah seorang professional yang mempunyai kemampuan, tanggung jawab dan kewenangan melaksanakan pelayanan asuhan keperawatan pada berbagai jenjang pelayanan keperawatan. Pemenuhan kebutuhan kepuasan pasien selama di rumah sakit diperlukan tenaga kesehatan yang harus mempunyai pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) yang tinggi serta mempunyai sikap professional
(22)
(attitude) dan dapat menunjang pembangunan kesehatan. Pelayanan yang diberikan akan berkualitas dan dapat memberikan kepuasan pada pasien sebagai penerima pelayanan maupun perawat sebagai pemberi pelayanan (Hamid, 2000).
Lindberg (1995); dalam Hamid, (2000) menyatakan bahwa karakterisitik keperawatan sebagai profesi antara lain memiliki pengetahuan yang melandasi keterampilan dan pelayanan serta pendidikan yang memenuhi standar. Pelayanan keperawatan yang professional haruslah dilandasi oleh ilmu pengetahuan. Mutu pelayanan perawat antara lain juga ditentukan oleh pendidikan keperawatan (Hamid, 2000). Perawat dengan pendidikan yang cukup baik akan melakukan praktik keperawatan yang efektif dan efisien yang selanjutnya akan menghasilkan pelayanan kesehatan yang bermutu tinggi.
Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang. Bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan semakin baik pula tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang dan pengetahuan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan serta domain penting dalam melakukan tindakan. Faktor yang mempengaruhi tindakan keperawatan adalah karakteristik perawat (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, lama kerja, status kerja) dan tingkat pengetahuan (Suliha, 2001). Faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah pendidikan, media, keterpaparan informasi, pengalaman dan lingkungan (Meliono, 2007).
Notoatmodjo (2012) mengatakan pengetahuan adalah merupakan hasil ”tahu” dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu tempat
(23)
tertentu. Penginderaan terhadap obyek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2012).
Apabila dilihat kompetensi pengetahuan dan kompetensi ketrampilan secara terpisah, dengan hanya memiliki salah satu kompetensi tersebut belumlah cukup bagi seseorang untuk mampu melakukan pekerjaan dengan prestasi yang luar biasa secara konsisten. Seseorang yang memiliki kompetensi pengetahuan yang baik mampu mengerjakan suatu perkerjaan secara teknis, namun hal tersebut belum menjamin orang tersebut dapat berprestasi secara berkesinambungan, karena untuk melaksanakan perkerjaan dengan baik orang juga mampu berinteraksi dengan lingkungan di sekitar pekerjaan tersebut (Hutapea, 2008).
Tingkat pengetahuan perawat yang kurang dapat menyebabkan komplikasi dan keluhan yang membahayakan bagi pasien, sehingga dapat menyebabkan kematian (Nashrulloh, 2009). Pengetahuan yang kurang akan memberikan dampak yang negatif terhadap pasien maupun terhadap perawat, hal ini dapat menyebabkan
(24)
pelayanan yang diterima kurang bermutu, memperberat kondisi sakit pasien karena pelayanan yang diperoleh tidak sesuai dengan kebutuhan pasien (Hamid, 2000).
Sedangkan menurut Robbins dan Coulter (2000), bahwa keterampilan dapat dikategorikan menjadi empat, yaitu : keahlian dasar (basic literacy) yakni keahlian seseorang yang pasti dan wajib dimiliki oleh kebanyakan orang, seperti membaca, menulis dan mendengar, keahlian teknik (Technical skill) yakni keahlian seseorang dalam pengembangan teknik yang dimiliki, seperti menghitung secara cepat, mengoperasikan komputer, keahlian interpersonal (Interpersonal skill) yakni kemampuan seseorang secara efektif untuk berinteraksi dengan orang lain maupun dengan rekan sekerja, seperti menjadi pendengar yang baik, menyampaikan pendapat secara jelas dan bekerja dalam satu tim, menyelesaikan masalah (Problem solving)
Menyelesaikan masalah adalah proses aktivitas untuk menjalankan logika, beragumentasi dan menyelesaikan masalah serta kemampuan untuk mengetahui penyebab, mengembangkan alternatif dan menganalisis serta memilih menyelesaikan yang baik.
Keberhasilan dan pelayanan keperawatan sangat ditentukan oleh kinerja perawat. Oleh karena itu, peningkatan kinerja perawat perlu dan harus selalu dilaksanakan melalui sistem yang terstandar sehingga hasilnya lebih optimal. Tingkat kinerja perawat dapat terukur berdasarkan beberapa indikator, indikator kinerja antara lain efisiensi dalam melaksanakan tugas, disiplin kerja, ketelitian, kejujuran, dan kreatif. Tuntutan dan kebutuhan asuhan keperawatan yang berkualitas dimasa depan
(25)
merupakan tantangan yang harus dipersiapkan secara benar-benar dan ditangani secara mendasar, terarah dan sungguh-sungguh dirumah sakit.
Perawat harus mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang memadai dalam semua aspek perawatan perioperatif mencakup fungsi pernapasan yang optimal, pemeliharaan suhu tubuh normal, bebas dari cidera, pemeliharaan keseimbangan nutrisi (Baradero, 2008).
Menurut As’ad (2004), kinerja adalah suatu hasil yang telah dicapai seseorang menurut ukuran yang berlaku untuk pekerjaan yang bersangkutan. Kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktek keperawatan yang langsung diberikan pada pasien meliputi : pengkajian, diagnosa, rencana tindakan, pelaksanaan tindakan keperawatan dan evaluasi tindakan keperawatan, kemudian hasil pelaksanaan asuhan keperawatan ini didokumentasikan dalam dokumentasi asuhan keperawatan.
Pada dasarnya tingkat kinerja perawat dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri perawat itu sendiri dan faktor dari luar diri perawat. Faktor dari dalam diri perawat antara lain pengetahuan dan ketrampilan, kompetensi yang sesuai dengan pekerjaannya, sedangkan faktor dari luar diri perawat, yaitu beban kerja dan gaya kepemimpinan dalam organisasi yang sangat berperan dan mempengaruhi kinerja perawat (Nursalam, 2007).
Penilaian pasien yang kurang baik terhadap sikap dan perilaku perawat menjadi perhatian pihak manajemen yang diharapkan dalam pengelolaannya memperhatikan kepentingan pegawai yang dapat memberikan kepuasan kerja dan
(26)
menimbulkan semangat bagi perawat dalam bekerja karena pengabdiannya membuahkan hasil yang sangat tinggi, sehingga tujuan organisasi rumah sakit dapat tercapai.
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tanjung Pura merupakan rumah sakit milik Pemerintah Kabupaten Langkat, rumah sakit ini memiliki 90 unit tempat tidur. Kinerja RSUD Tanjung Pura selama 3 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Kinerja RSUD Tanjung Pura Tahun 2010-2013 Keterangan 2011 2012 2013 Standar
BOR 26,45 26,14 32,31 60-80% TOI 8,63 8,88 7,39 1-3 hari ALOS 3,10 3,14 3,32 6-9 hari BTO 31,08 30,35 36,44 40-50 kali GDR 0,01% 0,02% 0,01% 45% NDR 0,00% 0,00% 0,00% 25 0/00
Sumber: RSUD Tanjung Pura, 2014.
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa tahun 2010-2013 angka BOR dibawah standar 60-80%. Angka BTO berada dibawah standar yaitu 40-50 kali per tahun. Angka Alos dibawah standar, yaitu 6-9 hari. Angka TOI pada berada diatas standar, yaitu 1-3 hari. Angka GDR, dibawah standar, yaitu kurang dari 45 per 1.000 penderita keluar.
Hasil penelitian Sayuni (2012), menyimpulkan bahwa ada hubungan antara kompetensi dengan kinerja positif, artinya untuk meningkatkan kinerja perawat maka perlu ditingkatkan mengenai kompetensi perawat. Berdasarkan penelitian lain, yaitu penelitian Fitri (2009), menyimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pelatihan dengan kompetensi perawat.
(27)
Berdasarkan survei pendahuluan pada bulan Mei 2014 terhadap kepala bidang keperawatan Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura, diperoleh informasi bahwa pendidikan berkelanjutan tentang kompetensi belum dilaksanakan sepenuhnya, karena keterbatasan dana, sehingga dalam melakukan asuhan keperawatan perawat belum sepenuhnya mengetahui informasi terbaru tentang asuhan keperawatan.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap beberapa perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura ditemukan beberapa fenomena terkait dengan kinerja perawat, yaitu perawat sering terlambat masuk jam kerja, karena tempat tinggal perawat jauh dengan rumah sakit, dan belum ada promosi kepada pegawai yang berprestasi, kurangnya komunikasi dengan direktur rumah sakit, sehingga perawat kurang mendapat pengawasan, sehingga kedisiplinan dan tanggung jawab terhadap pekerjaan masih rendah. Kerjasama antar perawat juga kurang baik, dalam pertukaran shift kerja, sehingga mempengaruhi kinerja perawat.
Berdasarkan permasalahan di atas, perlu dilakukan penelitian tentang ”Pengaruh kompetensi terhadap kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura.
1.2. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, yang menjadi masalah pada penelitian ini adalah bagaimana pengaruh kompetensi (pengetahuan dan ketrampilan) terhadap kinerja perawat dalam memeberikan asuhan keperawatan di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura.
(28)
1.3. Tujuan Penelitian
Mengetahui dan menganalisis pengaruh kompetensi (pengetahuan dan ketrampilan) terhadap kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura.
1.4. Hipotesis
Kompetensi (pengetahuan dan ketrampilan) berpengaruh terhadap kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura.
1.5. Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini sebagai masukan bagi Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura dalam upaya peningkatan kinerja perawat dimasa yang akan datang.
2. Penelitian ini sebagai bahan untuk memperluas wawasan penelitian dalam bidang ilmu manajemen keperawatan, khususnya kinerja perawat pada Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura.
3. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai informasi tambahan tentang penelitian keperawatan dan dikembangkan oleh peneliti selanjutnya dalam lingkup yang sama.
(29)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Kompetensi
2.1.1 Pengertian Kompetensi
Kompetensi adalah suatu kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas keterampilan dan pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh pekerja tersebut (Wibowo, 2011).
Makna kompetensi mengandung bagian kepribadian yang mendalam dan melekat pada seseorang dengan perilaku yang dapat diprediksi pada berbagai keadaan dan tugas pekerjaan. Prediksi siapa yang berkinerja baik dan kurang baik dapat diukur dari kriteria atau standar yang digunakan. Analisis kompetensi disusun sebagian besar untuk pengembangan karier, tetapi penentuan tingkat kompetensi dibutuhkan untuk mengetahui efektivitas tingkat kinerja yang diharapkan.
Kompetensi merupakan suatu karakteristik yang mendasar dari seseorang individu, yaitu penyebab yang terkait dengan acuan kriteria tentang kinerja yang efektif ”A competency is an underlying characteristic of an individual that is causally related to criterion-referenced effective and/or superior performance in a job or situation “ (Spencer & Spencer, 1993).
Ada lima tipe karakteristik kompetensi, yaitu: (1) motif-motif (motives), sesuatu yang secara konsisten dipikirkan dan diinginkan, yang menyebabkan tindakan seseorang; (2) ciri-ciri (traits), karakteristik fisik dan respon-respon yang
(30)
konsisten terhadap situasi atau informasi; (3) konsep diri ( self-concept ), sikap-sikap, nilai-nilai atau gambaran tentang diri sendiri seseorang; (4) pengetahuan (knowledge), informasi yang dimiliki seseorang dalam area spesifik tertentu; (5) keterampilan (skill ), kecakapan seseorang untuk menampilkan tugas fisik atau tugas mental tertentu.
Menurut kriteria kinerja pekerjaan (job performance criterion) yang diprediksi, kompetensi dapat dibagi ke dalam dua kategori, yaitu kompetensi permulaan atau ambang ( threshold competencies) dan kompetensi yang membedakan ( differentiating competencies ). Yang pertama ( threshold competencies ) merupakan karakteristik esensial-minimal (biasanya adalah pengetahuan dan keterampilan) yang dibutuhkan oleh seseorang untuk dapat berfungsi efektif dalam pekerjaannya akan tetapi tidak membedakan kinerja pekerja yang superior dan kinerja pekerja yang biasa saja. Kompetensi kategori kedua adalah kompetensi yang membedakan yaitu faktor-faktor yang membedakan antara pekerja yang memiliki kinerja superior dan biasa-biasa saja (rata-rata).
Kompetensi skill dan knowledge cenderung lebih nyata (visible) dan relatif berada di permukaan (ujung) sebagai karakteristik yang dimiliki manusia. Kompetensi pengetahuan dan keahlian relatif mudah untuk dikembangkan, misalnya dengan program pelatihan untuk meningkatkan tingkat kemampuan sumber daya manusia. Sedangkan motif kompetensi dan trait berada pada kepribadian sesorang, sehingga cukup sulit dinilai dan dikembangkan. Salah satu cara yang paling efektif adalah memilih karakteristik tersebut dalam proses seleksi.
(31)
Dengan demikian kompetensi itu mempunyai standar kinerja yang harus dicapai, dapat membantu mengembangkan keahlian pengetahuan dan kemampuan pekerja sehingga pekerja dapat meningkatkan kinerjanya setelah memperoleh pelatihan yang berbasis kompetensi.
2.1.2. Ketrampilan
Keterampilan adalah kemampuan seseorang menerapkan pengetahuan kedalam bentuk tindakan. Keterampilan seorang karyawan diperoleh melalui pendidikan dan latihan. Ada beberapa manfaat yang diperoleh dengan adanya pendidikan dan latihan yakni :a). membantu individu untuk dapat membuat keputusan dan pemecahan masalah secara lebih baik; b) internalisasi dan operasionalisasi motivasi kerja, prestasi, tanggung jawab, dan kemajuan; c) mempertinggi rasa percaya diri dan pengembangan diri; d) membantu untuk mengurangi rasa takut dalam menghadapi tugas-tugas baru (Sirait, 2006).
Menurut Riduwan (2008), secara psikologis keterampilan/kemampuan pegawai terdiri dari kemampuan potensi dan kemampuan reality. Artinya, pegawai yang memiliki kemampuan di atas rata-rata dengan pendidikan atau pengetahuan memandai untuk menjalankan pekerjaan sehari-hari, maka akan lebih mudah untuk mencapaikan kinerja (prestasi) yang diharapkan. Oleh karena itu pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya, jadi dimensi variabel kemampuan pegawai adalah pengetahuan dan keterampilan. Serta menurut Sulistiyani dan Rosidah (2003), ketrampilan adalah kemampuan dan penguasaan teknis operasional terhadap bidang tertentu, yang bersifat kekaryaan. Keterampilan
(32)
berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan atau menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang bersifat teknik.
Sedangkan menurut Robbins dan Coulter (2000), bahwa keterampilan dapat dikategorikan menjadi empat, yaitu : Keahlian dasar (basic literacy) yakni keahlian seseorang yang pasti dan wajib dimiliki oleh kebanyakan orang, seperti membaca, menulis dan mendengar, Keahlian teknik (Technical skill) yakni keahlian seseorang dalam pengembangan teknik yang dimiliki, seperti menghitung secara cepat, mengoperasikan komputer, Keahlian interpersonal (Interpersonal skill) yakni kemampuan seseorang secara efektif untuk berinteraksi dengan orang lain maupun dengan rekan sekerja, seperti menjadi pendengar yang baik, menyampaikan pendapat secara jelas dan bekerja dalam satu tim, Menyelesaikan masalah (Problem solving)
Menyelesaikan masalah adalah proses aktifitas untuk menjalankan logika, beragumentasi dan menyelesaikan masalah serta kemampuan untuk mengetahui penyebab, mengembangkan alternatif dan menganalisis serta memilih menyelesaikan yang baik.
2.1.3. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2012).
(33)
Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah ada dan tersedia, sementara orang lain tinggal menerimanya. Pengetahuan bukan sesuatu yang dapat dipindahkan dari pikiran seseorang yang telah mempunyai pengetahuan kepada pikiran orang lain yang belum memiliki pengetahuan tersebut dan manusia juga dapat mengetahui sesuatu dengan menggunakan inderanya (Budiningsih, 2005).
Pengetahuan adalah proses kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri. Pengetahuan adalah merupakan penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya seperti mata, hidung, telinga, dan lain sebagainya (Taufik, 2007). Berdasarkan beberapa definisi diatas bisa diambil kesimpulan bahwa pengetahuan adalah aktivitas manusia berupa pengalaman mendengar dan membaca.
Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil tau setelah seseorang melakukan penginderaan suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, indera penciuman, pendengaran, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh dari mata dan telinga dan pengetahuan merupakan domain kognitif dalam melakukan tindakan (Notoatmodjo, 2012).
Kraiger (1993) membagi knowledge menjadi dua bagian yang saling berhubungan, yaitu:
1) Theoritical Knowledge
Pengetahuan dasar yang dimiliki karyawan seperti prosedur bekerja, moto dan misi perusahaan serta tugas dan tanggung jawab, informasi-informasi lainnya yang
(34)
diperlukan dan yang diperoleh baik secara formal (sekolah, universitas) maupun dari non formal (pengalaman-pengalaman).
2) Practical Knowledge
Pengetahuan yang diberikan kepada karyawan dengan tujuan untuk memahami bagaimana dan kapan karyawan bersikap dan bertindak dalam menghadapi berbagai masalah dan penerapan prosedur kerja berdasarkan dari pengetahuan secara teori maupun dari pengalaman-pengalaman yang terjadi.
Menurut Notoatmodjo (2012) pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
(recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, jadi “tahu” adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur apakah orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami dapat diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi,
(35)
harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi atau yang sebenarnya. Aplikasi ini bisa diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjalankan materi obyek ke dalam komponen tetapi masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja dengan menggunakan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokan dan sebagainya.
e. Sintesis (Synthetis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan dan menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formula baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori-teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian terhadap suatu evaluasi didasari suatu
(36)
kinerja yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
Menurut Meliono (2007), pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
a. Pendidikan
Pendidikan adalah sebuah proses perubahan sikap dan tata laku seseorang dan juga kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
b. Media
Media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Contoh dari media masa kini adalah televisi, radio, koran, dan majalah. c. Keterpaparan Informasi
Pengertian informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui. Ada pula yang menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Selain itu arti informasi juga memiliki arti yang lain sebagaimana diartikan oleh RUU teknologi informasi yang mengartikannya sebagai suatu tehnik untuk menyiapkan, mengumpulkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisa dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu. Informasi sendiri mencakup data, teks, image, suara, kode, program computer, data bases.Perubahan definisi informasi dikarenakan pada hakekatnya informasi tidak dapat diuraikan (intangible), sedangkan informasi itu dijumpai dalam kehidupan
(37)
sehari-hari, yang diperoleh dari data dan observasi terhadap dunia sekitar kita, serta diteruskan melalui komunikasi.
d. Pengalaman
Seseorang itu berperilaku tertentu salah satunya disebabkan karena adanya pemikiran dan perasaan dalam diri seseorang yang terbentuk dalam pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan-kepercayaan dan penilaian-penilaian seseorang terhadap objek tertentu, seseorang dapat memperoleh pengetahuan baik dari pengalaman pribadi maupun pengalaman orang lain. e. Lingkungan
Belajar berbagai pengetahuan, keterampilan, sikap atau norma-norma tertentu dari lingkungan sekitar, lingkungan tersebut-disebut sebagai sumber-sumber belajar, karena dengan lingkungan tersebut memungkinkan seseorang berubah menjadi tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari tidak terampil menjadi terampil.
Menurut Arikunto (2002), untuk mengukur tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari objek penelitian atau responden. Penilaian-penilaian didasarkan pada suatu kriteria yang di tentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Menurut Nursalam (2008), kriteria pengetahuan dibagi dalam 3 kategori, yaitu :
a. Baik : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 76% - 100% dari seluruh petanyaan.
(38)
b. Cukup : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 56% - 75% dari seluruh pertanyaan.
c. Kurang : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 40% - 55% dari seluruh pertanyaan
2.1.4. Kompetensi Perawat
Kompetensi perawat terdiri dari kompetensi pengetahuan dan kompetensi ketrampilan dalam melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan standar praktik keperawatan yang menjadi fokus utama dalam tindakan keperawatan (Swansburg 1999 dalam Nurachmah 2000). Kompetensi perawat dipengaruhi oleh karakteristik perawat (Budiharto,2003), Karakteristik perawat yang dimaksud antara lain: usia, jenis kelamin, pendidikan, pelatihan, dan pengalaman (masa kerja).
Kompetensi perawat terdiri dari kompetensi pengetahuan dan kompetensi ketrampilan dalam melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan standar praktik keperawatan yang menjadi fokus utama dalam tindakan keperawatan (Swansburg 1999 dalam Nurachmah 2000). Agar seseorang memiliki kompetensi yang sesuai dengan pekerjaannya, dia harus memanfaatkan secara optimal kedua komponen utama kompetensi tersebut. Sehingga ia memiliki kompetensi yang sesuai dengan apa yang disyaratkan oleh pekerjaannya. Apabila dilihat kompetensi pengetahuan dan kompetensi ketrampilan secara terpisah, dengan hanya memiliki salah satu kompetensi tersebut belumlah cukup bagi seseorang untuk mampu melakukan pekerjaan dengan prestasi yang luar biasa secara konsisten. Seseorang yang memiliki kompetensi pengetahuan yang baik mampu mengerjakan suatu perkerjaan secara
(39)
teknis, namun hal tersebut belum menjamin orang tersebut dapat berprestasi secara berkesinambungan, karena untuk melaksanakan perkerjaan dengan baik orang juga mampu berinteraksi dengan lingkungan di sekitar pekerjaan tersebut (Hutapea, 2008).
Dalam beraktivitas memerlukan kompetensi, menurut Hutapea (2008), kompetensi ada 2 jenis, yaitu : (1) kompetensi pengetahuan, lebih menekankan kepada pencapaian efektifitas kerja, (2) kompetensi ketrampilan (konsep diri, ciri diri dan motif individu), yang lebih menekankan kepada perilaku produktif yang harus dimiliki dan diperagakan oleh petugas, agar dapat berpretasi.
Kompetensi dasar perawat berdasarkan standar kompetensi perawat (PPNI 2012) yaitu:
1. Menerapkan prinsip etika dalam keperawatan
2. Melakukan komunikasi interpersonal dalam asuhan keperawatan
3. Mewujudkan dan memelihara lingkungan keperawatan yang aman melalui jaminan kualitas dan manajemen resiko
4. Menerapkan prinsip pengendalian dan pencegahan infeksi yang diperoleh RS 5. Melakukan tindakan-tindakan untuk mencegah cedera pada klien
6. Memfasilitasi kebutuhan oksigen
7. Memfasilitasi kebutuhan elektrolit dan cairan 8. Mengukur tanda-tanda vital
9. Menganalisis, menginterpretasikan dan mendokumentasikan data secara akurat 10. Melakukan perawatan luka
(40)
12. Mengelola pemberian darah dengan aman
Kompetensi perawat ahli madya berdasarkan PPNI 2012 yaitu: 1. Praktik professional, legal, etis dan peka budaya
2. Pemberian asuhan keperawatan dan manajemen keperawatan 3. Pengembangan kualitas personal dan professional
2.2. Pengertian Kinerja
Kinerja adalah penampilan hasil karya personel baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan penampilan individu maupun kerja kelompok personel. Penampilan hasil karya tidak terbatas kepada personel yang memangku jabatan fungsional maupun struktural, tetapi juga kepada keseluruhan jajaran personel di dalam organisasi (Ilyas, 2001).
Sedangkan perawat dalam melaksanakan tugasnya dapat dinilai dari kinerjanya. Yang dimaksud kinerja perawat adalah penampilan hasil karya dari perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan berupa asuhan keperawatan. Yang dimaksud asuhan keperawatan adalah suatu proses rangkaian kegiatan pada praktek keperawatan yang langsung berpedoman pada standar dan etika keperawatan, dalam lingkup dan wewenang tanggung jawab keperawatan.
2.2.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Beberapa teori menerangkan tentang faktor-faktor yang memengaruhi kinerja seorang baik sebagai individu atau sebagai individu yang ada dan bekerja dalam suatu lingkungan. Sebagai individu setiap orang mempunyai ciri dan karakteristik yang
(41)
bersifat fisik maupun non fisik. Dan manusia yang berada dalam lingkungan maka keberadaan serta perilakunya tidak dapat dilepaskan dari lingkungan tempat tinggal maupun tempat kerjanya.
Menurut Gibson et al. (2003), secara teoritis ada tiga kelompok variabel yang memengaruhi perilaku kerja dan kinerja, yaitu: variabel individu, variabel organisasi dan variabel psikologis. Ketiga kelompok variabel tersebut memengaruhi kelompok kerja yang pada akhirnya memengaruhi kinerja personel. Perilaku yang berhubungan dengan kinerja adalah yang berkaitan dengan tugas-tugas pekerjaan yang harus diselesaikan untuk mencapai sasaran suatu jabatan atau tugas.
Sedangkan menurut Notoatmodjo (2012), ada teori yang mengemukakan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja yang disingkat menjadi “ACHIEVE” yang artinya Ability (kemampuan pembawaan), Capacity (kemampuan yang dapat dikembangkan), Help (bantuan untuk terwujudnya kinerja), Incentive (insentif material maupun non material), Environment (lingkungan tempat kerja karyawan), Validity (pedoman/petunjuk dan uraian kerja), dan Evaluation (adanya umpan balik hasil kerja).
2.2.2. Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja adalah suatu sistem yang digunakan untuk menilai dan mengetahui apakah seseorang karyawan telah melaksanakan pekerjaannya dalam suatu organisasi melalui instrumen penilaian kinerja. Pada hakikatnya, penilaian kinerja merupakan suatu evaluasi terhadap penampilan kerja individu (personel) dengan membandingkan dengan standard baku penampilan. Menurut Hall, penilaian
(42)
kinerja merupakan proses yang berkelanjutan untuk menilai kualitas kerja personel dan usaha untuk memperbaiki kerja personel dalam organisasi. Menurut Certo, penilaian kinerja adalah proses penelusuran kegiatan pribadi personel pada masa tertentu dan menilai hasil karya yang ditampilkan terhadap pencapaian sasaran sistem manajemen (Ilyas, 2001).
Menurut teori kontrol yang dijelaskan oleh Carver dan Scheier (1981) yang dikutip oleh Ilyas (2001), individu harus menyelesaikan tiga tugas untuk mencapai tujuan mereka. Mereka harus (1) menetapkan standar untuk perilaku mereka,(2) mendeteksi perbedaan antara perilaku mereka dan standarnya (umpan balik), dan (3) berperilaku yang sesuai dan layak untuk mengurangi perbedaan ini. Selanjutnya, disarankan agar individu perlu melihat dimana dan bagaimana mereka mencapai tujuan mereka. Dengan pengenalan terhadap kesalahan yang dilakukan, mereka mempunyai kesempatan melakukan perbaikan dalam melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan mereka.
Penelitian terhadap kinerja perawat juga dilakukan oleh Rivai (2000) dalam Samsualam dkk. (2008), yang menemukan ada beberapa tindakan keperawatan dilakukan oleh keluarga pasien seperti: pemenuhan kebersihan diri, eliminasi dan nutrisi (28%). Pembuatan asuhan keperawatan masih ada yang dikerjakan sebagian atau belum lengkap yaitu 11%. Selain itu, 44.2% pasien menyatakan kurang puas terhadap pelayanan rawat inap.
Penilaian kinerja perawat bertujuan untuk mengevaluasi kinerja perawat sesuai dengan standar praktik professional dan peraturan yang berlaku. Penilaian
(43)
kinerja perawat merupakan suatu cara untuk menjamin tercapainya standar praktek keperawatan. Penilaian kinerja merupakan alat yang paling dapat dipercaya oleh manajer perawat dalam mengontrol sumber daya manusia dan produktivitas. Proses penilaian kinerja dapat digunakan secara efektif dalam mengarahkan perilaku pegawai, dalam rangka menghasilkan jasa keperawatan dalam kualitas dan volume yang tinggi. Perawat manajer dapat menggunakan proses operasional kinerja untuk mengatur arah kerja dalam memilih, melatih, membimbing perencanaan karier serta memberi penghargaan kepada perawat yang berkompeten (Nursalam, 2008).
Sedangkan menurut Nursalam (2008) manfaat dari penilaian kerja yaitu: a. Meningkatkan prestasi kerja staf secara individu atau kelompok dengan
memberikan kesempatan pada mereka untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri dalam kerangka pencapaian tujuan pelayanan di rumah sakit.
b. Peningkatan yang terjadi pada prestasi staf secara perorangan pada gilirannya akan mempengaruhi atau mendorong sumber daya manusia secara keseluruhannya.
c. Merangsang minat dalam pengembangan pribadi dengan tujuan meningkatkan hasil karya dan prestasi dengan cara memberikan umpan balik kepada mereka tentang prestasinya.
d. Membantu rumah sakit untuk dapat menyusun program pengembangan dan pelatihan staf yang lebih tepat guna, sehingga rumah sakit akan mempunyai tenaga yang cakap dan tampil untuk pengembangan pelayanan keperawatan dimasa depan.
(44)
e. Menyediakan alat dan sarana untuk membandingkan prestasi kerja dengan meningkatkan gajinya atau sistem imbalan yang baik.
f. Memberikan kesempatan kepada pegawai atau staf untuk mengeluarkan perasaannya tentang pekerjaannya atau hal lain yang ada kaitannya melalui jalur komunikasi dan dialog, sehingga dapat mempererat hubungan antara atasan dan bawahan.
2.2.3. Indikator Kerja
Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu kegiatan yang telah ditetapkan (LAN RI, 2000). Indikator kinerja dikategorikan kedalam enam kelompok :
1. Masukan (Inputs) adalah segala sesuatu yangdibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dan program dapat berjalan atau dalam rangka menghasilkan output. Indikator ini dapat berupa dana, personil yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan, data/informasi, kebijakan/peraturan perundangan dan sebagainya. 2. Proses (Process), adalah berbagai aktifitas yang menunjukkan upaya yang
dilakukan dalam rangka mengolah masukan menjadi keluaran. Indikator ini menggambarkan perkembangan pelaksanaan pengolahan masukan menjadi keluaran.
3. Keluaran (Outputs) adalah segala sesuatu yang diharapkan lansung dapat diperoleh/dicapai dari suatu kegiatan, baik kegiatan berupa fisik maupun non fisik.
(45)
4. Hasil (Outcomes) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah. Outcomes merupakan ukuran seberapa jauh setiap produk/jasa memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat.
5. Manfaat (Benefits) adalah kegunaan suatu keluaran (outcomes) yang dirasakan langsung oleh masyarakat. Dapat berupa tersedianya fasilitas yang dapat diakses oleh publik.
6. Dampak (Impact) adalah ukuran tingkat pengaruh sosial, ekonomi, lingkungan atau kepentingan umum lainnya yang dimulai oleh capaian kinerja setiap indikator dalam suatu kegiatan.
Indikator-indikator tersebut secara lansung atau tidak lansung dapat mengindikasikan sejauhmana keberhasilan pencapaian sasaran. Penetapan indikator kinerja kegiatan harus didasarkan pada perkiraan yang realistis dengan memperhatikan tujuan dan sasaran yang ditetapkan serta data pendukung yang harus diorganisasikan.
Indikator kinerja dimaksud hendaknya : spesifik dan jelas, dapat diukur secara objektif, relevan dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai, tidak bias (LAN RI, 2000).
2.2.4 Penilaian Kinerja Perawat
Menurut Nursalam (2008) standar pelayanan keperawatan adalah pernyataan deskriptif mengenai kualitas pelayanan yang diinginkan untuk menilai pelayanan keperawatan yang telah diberikan pada pasien. Tujuan standar keperawatan adalah meningkatkan kualitas asuhan keperawatan, mengurangi biaya asuhan keperawatan,
(46)
dan melindungi perawat dari kelalaian dalam melaksanakan tugas dan melindungi pasien dari tindakan yang tidak terapeutik. Dalam menilai kualitas pelayanan keperawatan kepada klien digunakan standar praktik keperawatan yang merupakan pedoman bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Standar praktek keperawatan telah di jabarkan oleh PPNI
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (2002) yang mengacu dalam tahapan proses keperawatan yang meliputi: (1) Pengkajian; (2) Diagnosa keperawatan; (3) Perencanaan; (4) Implementasi; (5) Evaluasi.
Proses keperawatan merupakan suatu siklus yang terus berlanjut, proses keperawatan diawali dengan kegiatan pengkajian saat pasien masuk rumah sakit. Pengkajian bertujuan untuk menggali informasi yang penting (data) yang akan digunakan untuk menyusun diagnosis keperawatan setelah melalui analisis data. Setelah tersusun diagnosis, maka disusun suatu rencana tindakan keperawatan sesuai kebutuhan pasien dan prioritas masalah yang ada. Implementasi adalah langkah nyata dari perencanaan tindakan yang dilanjutkan dengan evaluasi. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah tindakan yang dilakukan efektif atau tidak dalam mengatasi masalah pasien.
A. Standar Satu: Pengkajian Keperawatan
Perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan klien secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat, dan berkesinambungan. Kriteria pengkajian keperawatan, meliputi:
1) Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnesa, observasi, pemeriksaan fisik serta dari pemeriksaan penunjang.
(47)
2) Sumber data adalah klien, keluarga, atau orang yang terkait, tim kesehatan, rekam medis, dan catatan lain.
3) Data yang dikumpulkan, difokuskan untuk mengidentifikasi:
a) Status kesehatan klien masa lalu b) Status kesehatan klien saat ini c) Status biologis-psikologis-sosial-spiritual
d) Respon terhadap terapi e) Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal f) Resiko-resiko tinggi masalah
B. Standar Dua: Diagnosa Keperawatan
Perawat menganalisa data pengkajian untuk merumuskan dignosa keperawatan. Adapun kriteria proses:
1) Proses diagnosa terdiri dari analisa, interpretasi data, identikasi masalah klien, dan perumusan diagnose keperawatan.
2) Diagnosa keperawatan terdiri dari: masalah (P), Penyebab (E), dan tanda atau gejala (S), atau terdiri dari masalah dan penyebab (PE).
3) Bekerjasama dengan klien, dan petugas kesehatan lain untuk memvalidasi diagnosa keperawatan.
4) Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosa berdasarkan data terbaru. C. Standar Tiga: Perencanaan Keperawatan
Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah dan meningkatkan kesehatan klien. Kriteria prosesnya, meliputi:
(48)
1) Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan, dan rencana tindakan keperawatan.
2) Bekerjasama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan. 3) Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi atau kebutuhan klien. 4) Mendokumentasi rencana keperawatan.
D. Standar Empat: Implementasi
Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam rencana asuhan keperawatan. Kriteria proses, meliputi:
1) Bekerja sama dengan klien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan 2) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain.
3) Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan klien.
4) Memberikan pendidikan pada klien dan keluarga mengenai konsep keterampilan asuhan diri serta membantu klien memodifikasi lingkungan yang digunakan. 5) Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan
respon klien.
E. Standar Lima: Evaluasi Keperawatan
Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan keperawatan dalam pencapaian tujuan dan merevisi data dasar dan perencanaan. Adapun kriteria prosesnya:
1) Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara komprehensif, tepat waktu dan terus menerus.
2) Menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengikuti perkembangan ke arah pencapaian tujuan.
(49)
3) Memvalidasi dan menganalisa data baru dengan teman sejawat.
4) Bekerja sama dengan klien keluarga untuk memodifikasi rencana asuhan keperawatan.
5) Mendokumentasi hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan. 2.2.5. Kinerja Perawat Pelaksana
Pelayanan keperawatan profesional merupakn praktek keperawatan yang dilakukan oleh perawat didasarkan atas profesi keperawatan. Ciri dari praktek keperawatan profesional secara umum adalah memiliki otonomi, bertanggungjawab dan menggunakan metode ilmiah berdasarkan standar praktek dan kode etik profesi dan memiliki aspek legal (Depkes RI, 2004).
Keperawatan sebagai profesi merupakan salah satu pekerjaan didasarkan pada ilmu pengetahuan dan perwat memiliki keterampilan dalam keahliannya, sebagai profesi keperawatan otonomi dalam kewenangan dan tanggungjawab dalam memberikan tindakan disertai dengan kode etik dalam implemnetasinya yang berorientasi pada pelayanan melalui pemberian asuhan keperawatan kepada individu, kelompok atau masyarakat (Hidayat, 2009).
Menurut Henderson (1996) (dalam Nurjannah, 2010) indikator kinerja perawat dapat dilihat dari pelaksanaan standar asuhan keperawatan yang merupakan pemberdayaan proses keperawatan meliputi: 1) Pengkajian perawatan: data di anamnesa, untuk menegakkan diagnosa keperawatan, 2) Diagnosa keperawatan: respon pasien yang dirumuskan berdasarkan data status kesehatan pasien, 3)Perencanaan keperawatan: disusun sebelum melaksanakan tindakan, 4)Implementasi atau pelaksanaan tindakan keperawatan: ditentukan dengan maksud
(50)
agar kebutuhan pasien dipenuhi secara maksimal, 5) Evaluasi Perawat: dilakukan secara periodik dari semua tindakan dan rencana tindakan yang tidak terlaksana. 2.3. Keperawatan
2.3.1 Pengertian Keperawatan
Definisi keperawatan yang diberikan International Council Of Nurse(1965):
” The nurse is a person who has a complete a programe of a basic nursing education and is a qualified an authorized in her country to supply the most responsible nservice of nursing for the promotion of health, prevention of illness, and the care of the sick” ( Kumar 2002).
Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi Keperawatan baik didalam maupun diluar negeri yang diakui oleh pemerintah RI sesuai dengan peraturan perundangan dan telah disiapkan untuk memiliki kompetensi yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia serta teregistrsi. Perawat di rumah sakit sebagai perawat pelaksana yaitu pemberi asuhan keperawatan sehingga apabila kita akan melihat kinerja perawat maka yang dilihat adalah hasil yang dicapai oleh perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Hasil kerja perawat di rumah sakit dapat dinilai melalui pengamatan langsung yaitu proses pemberian asuhan keperawatan atau laporan dan catatan pasien (dokumentasi) asuhan keperawatan yang telah di berikan (hasil asuhan keperawatan) PPNI, 2002. Dengan demikian pencapaian standar praktik keperawatan yang tinggi atau kinerja perawat yang tinggi dalam pelayanan keperawatan akan memengaruhi tingkat kualitas dalam
(51)
keperawatan. Asuhan keperawatan yang optimal merupakan salah satu indikator dari kinerja perawat, dimana untuk mewujudkan sangat diperlukan dukungan tenaga keperawatan yang berdasarkan kaidah-kaidah profesinya yang berlaku (Gillies, 1994).
Sebagai profesi, keperawatan memiliki :
1. Landasan ilmu pengetahuan yang jelas (Scientific Nursing)
2. Memiliki kode etik profesi
3. Memiliki lingkup dan wewenang praktek keperawatan berdasarkan standar praktek keperawatan atau standar asuahan keperawatan yang bersifat dinamis. 4. Memiliki organisasi profesi.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (2002) yang mengacu dalam tahapan proses keperawatan yang meliputi: (1) Pengkajian; (2) Diagnosa keperawatan; (3) Perencanaan; (4) Implementasi; (5) Evaluasi.
a. Tahap Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai permasalahan yang ada.
b. Tahap Diagnosis Keperawatan
Merupakan keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau potensial.
(52)
c. Tahap Perencanaan
Merupakan suatu proses penyusunan berbagai intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan atau mengurangi masalah-masalah klien. Perencanaan ini merupakan langkah ketiga dalam membuat suatu proses keperawatan. Dalam menentukan tahap perencanaan bagi perawat diperlukan berbagai pengetahuan dan keterampilan diantaranya pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan klien, nilai dan kepercayaan klien, batasan praktek keperawatan, peran dari tenaga kesehatan lainnya, kemampuan dalam memecahkan masalah, mengambil keputusan, menulis tujuan serta memilih dan membuat strategi keperawatan yang aman dalam memenuhi tujuan, menulis intruksi keperawatan serta kemampuan dalam melaksanakan kerjasama dengan tingkat keseehatan lain.
d. Tahap Pelaksanaan
Merupakan langkah keempat dalam tahap proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan.
e. Tahap Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Dalam melakukan evaluasi perawat seharusnya memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam memahami respon terhadap intervensi keperawatan, kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria hasil. Pada tahap evaluasi ini
(53)
terdiri dari dua kegiatan yaitu kegiatan yang dilakukan dengan mengevaluasi selama proses keperawatan berlangsung atau menilai dari respon klien disebut evaluasi proses, dan kegiatan melakukan evaluasi dengan target tujuan yang diharapkan disebut sebagai evaluasi hasil.
Sesuai dengan tingkat pendidikan Perawat Kesehatan dan kemampuan yang diharapkan, perawat kesehatan melaksanakan dua peran yaitu :
1. Pelaksana Pelayanan Keperawatan. Perawat Kesehatan memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masayarakat dengan masalah kesehatan yang sering terjadi diberbagai tatanan pelayanan kesehatan, seperti rumah sakit, puskesmas, posyandu, panti, dan sebagainya.
2. Sebagai perawat pengelola. Perawat kesehatan secara fungsional mengelola pelayanan keperawatan di rumah sakit dan puskesmas termasuk perlengkapan, peralatan, dan lingkungan tempat pelayanan kesehatan/keperawatan.
Sedangkan fungsi Perawat adalah: 1. Mengkaji kebutuhan dan masalah kesehatan 2. Menyusun rencana asuhan keperawatan 3. Melaksanakan asuhan keperawatan 4. Melaksanakan dokumentasi keperawatan
5. Mengelola perawatan klien sesuai dengan lingkup tanggung jawabnya
Selain itu, menurut Ketua PPNI DKI Jakarta, Prayetni, SKp,M.Kep dalam sebuah seminar di Jakarta 22 November 2008, menyampaikan Dimensi kompetensi keperawatan ada lima yaitu:
(54)
a. Task Skill: Melaksanakan tugas pekerjaannya sesuai dengan standar yang diisyaratkan oleh industri atau tempat bekerja.
b. Task Management Skill: Membuat perencanaan serta mengorganisasi tugas tersebut.
c. Contingency Management Skill: Melakukan tindakan yang tepat atas suatu masalah.
d. Job/role Environment Skills: Berperan serta dalam mengelola lingkungan pekerjaan.
e. Transfer/Adaptation skills: menerapkan keterampilan dan pengetahuan pada situasi yang baru.
2.4. Landasan Teori
Kinerja perawat pelaksana dalam penelitian ini mengacu kepada tindakan keperawatan dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Variabel kerja tim dalam penelitian ini didasarkan atas kompetensi kerja pegawai dapat mendorong pegawai/karyawan suatu organisasi/perusahaan untuk bertindak dan berperilaku inovatif sesuai dengan kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki (Robbins, 2006).
Marshal dalam Notoatmodjo (2012), menyatakan faktor yang memengaruhi kompetensi adalah pengetahuan dan ketrampilan. Kinerja perawat pelaksana di ruangan dapat ditinjau dari uraian tugas yang harus dilaksanakan. Kinerja perawat mengacu kepada Tupoksi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan, meliputi
(55)
5 (lima) komponen proses asuhan keperawatan, yaitu: pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
Kompetensi mempunyai pengaruh dengan peningkatan kinerja perawat pelaksana. Selanjutnya kinerja perawat juga merupakan salah satu faktor yang memengaruhi mutu pelayanan keperawatan. Adapun kompetensi dan kerja tim yang dilakukan, yaitu melalui kemampuan dan keterampilan perawat pelaksana, sehingga dapat melaksanakan perannya sebagai seorang perawat.
2.5 Kerangka Konsep
Keranga konsep ini dibuat untuk mengetahui pengaruh kompetensi perawat terhadap kinerja perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura. Berdasarkan kerangka konsep ini dapat diketahui bahwa variabel independen adalah kompetensi perawat, yautu penegtahuan dan ketrampilan dan kinerja perawat sebagai variabel dependen. Untuk mendapat data tersebut diperoleh dengan observasi (pengamatan) dan wawancara kepada perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura.
Variabel Bebas (X) Variabel Terikat (Y)
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian Kompetensi Perawat
1. Pengetahuan 2. Ketrampilan
Kinerja Perawat 1. Pengkajian 2. Diagnosa Keperawatan 3. Perencanaan 4. Implementasi 5. Evaluasi
(56)
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan tipe explanatory, bertujuan untuk menjelaskan pengaruh kompetensi (pengetahuan dan keterampilan) terhadap kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan diruang rawat inap RSUD Tanjung Pura.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUD Tanjung Pura. Adapun alasan pemilihan lokasi ini karena kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien belum optimal.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Agustus sampai dengan Nopember 2014.
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana di RSUD Tanjung Pura Kabuapten Langkat sebanyak 55 orang.
(57)
3.3.2. Sampel
Sedangkan sampel pada penelitian ini adalah seluruh perawat dijadikan sampel, yaitu berjumlah 55 orang dengan kriteria:
(1) Kriteria inklusi:
a. Perawat yang bekerja diruang rawat inap dan aktif b. Masa kerja > 1 tahun
c. Pendidikan minimal D-III. d. Bersedia menjadi responden
(2) Kriteria eksklusi, tidak bersedia diwawancarai. 3.4. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara : 3.4.1. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini adalah dari hasil wawancara menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya berisi pertanyaan berkaitan dengan variabel kompetensi meliputi pengetahuan dan keterampilan dan variabel dependen yaitu kinerja perawat.
3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari laporan-laporan maupun dokumen-dokumen resmi lainnya terutama data di RSUD Tanjung Pura, terkait dengan data karakteristik individu perawat dan kompetensi perawat. Data kinerja perawat pelaksana diperoleh dari formulir rekam medis meliputi data RM 11 (pengkajian keperawatan), data RM
(58)
12a (rencana kegiatan keperawatan), data RM 12 (catatan perawat / implementasi /evaluasi), dan data RM 14 (resume keperawatan) dan data bagian personalia meliputi data (1) jumlah perawat, (2) laporan tahunan serta dari jurnal/hasil penelitian.
3.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas
Instrumen penelitian untuk pengumpulan data primer berupa kuesioner, sebelum digunakan dalam penelitian terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas pada 30 orang perawat pelaksana di Rumah Sakit Umum Pertamina Brandan.
a. Uji Validitas
Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauhmana suatu ukuran atau skor yang menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur dengan cara mengukur korelasi antara variabel atau item dengan skor total variabel yang ditunjukkan dengan skor item correct correlation pada analisis reliability statistics. Jika skor r-hitung > r-tabel, maka dinyatakan valid dan jika skor r-hitung < r-tabel, maka dinyatakan tidak valid (Ghozali, 2005).
Hasil uji validitas variabel bebas dan terikat sebagai berikut : (1) Pengetahuan
Berdasarkan hasil uji validitas menggunakan korelasi Pearson Product Moment diketahui bahwa kompetensi, yaitu pengetahuan sebanyak 8 pertanyaan mempunyai nilai koefisien korelasi (r) >0,3, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan pengetahuan valid (Lampiran 2).
(59)
(2) Keterampilan
Berdasarkan hasil uji validitas menggunakan korelasi Pearson Product Moment diketahui bahwa kompetensi, yaitu keterampilan sebanyak 8 pertanyaan mempunyai nilai koefisien korelasi (r) >0,3, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan keterampilan valid (Lampiran 2).
b. Uji Reliabilitas
Setelah semua pertanyaan valid, analisis dilanjutkan dengan uji reliabilitas. Pertanyaan dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2005). Untuk mengetahui reliabilitas suatu pertanyaan dengan membandingkan nilai r-hasil (alpha cronbach).
Hasil uji reliabilitas variabel bebas kompetensi, yaitu pengetahuan dan keterampilan setelah diuji secara statistik diketahui seluruh pertanyaan mempunyai nilai r-alpha cronbach >0,6, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan variabel bebas reliabel (Lampiran 2).
3.5. Variabel dan Definisi Operasional
Variabel independen pada penelitian ini adalah kompetensi meliputi pengetahuan dan keterampilan dan variabel dependen adalah kinerja perawat di ruang rawat inap di RSUD Tanjung Pura. Adapun variabel dan definisi operasional sebagai berikut :
(60)
Tabel 3.1. Variabel dan Definisi Operasional Variabel Definisi
Operasional Dimensi Indikator Skala
Kompetensi Kemampuan untuk melakukan suatu tugas dengan kinerja yang efektif. yang
dilandasi atas pengetahuan dan keterampilan
Pengetahuan (X1)
a. Standar kinerja b. Dokumen asuhan
keperawatan
c Tugas pokok dan fungsi Interval Keterampilan (X2) a. Membuat perencanaan b. Melakukan tindakan
c. Peran dalam lingkungan pekerjaan d. Penerapan keterampilan dan pengetahuan Interval
Kinerja (Y) Hasil kerja sesuai dengan potensi yang dimiliki perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang dicatat pada dokumentasi asuhan keperawatan 1.Pengkajian 2.Diagnosa 3.Perencanaan 4.Pelaksanaan 5.Evaluasi Melaksanakan tahapan proses asuhan keperawatan sesuai SOP Nominal
3.6. Metode Pengukuran
3.6.1. Metode Pengukuran Variabel Independen
Pengukuran kompetensi meliputi (a) pengetahuan dan (b) keterampilan masing-masing indikator diukur melalui 8 pertanyaan. Variabel pengetahuan dengan pilihan jawaban (a) tahu skor 2, (b) tidak tahu skor 1. Sedangkan variabel keterampilan dengan pilihan jawaban (a) Ya skor 2, (b) Tidak skor 1. Jumlah skor
(61)
yang tertinggi untuk masing-masing indikator adalah 16 dan terendah 8, kemudian diklasifikasikan dalam 2 kategori, yaitu baik, dan tidak baik untuk pengetahuan berdasarkan nilai median. Baik, apabila jumlah skor responden > nilai median, yaitu 12 dan tidak baik, apabila jumlah skor responden ≤ nilai median, yaitu 8. Sedangkan untuk keterampilan dikategorikan terampil dan tidak terampil. Terampil, apabila jumlah skor responden > nilai median, yaitu 12 dan tidak terampil, apabila jumlah skor responden ≤ nilai median, yaitu 8.
3.6.2. Metode Pengukuran Variabel Dependen
Pengukuran variabel dependen, yaitu kinerja perawat dilakukan observasi dengan cara mengambil berkas format asuhan keperawatan pasien sesuai dengan perawat yang mengisi format asuhan keperawatan tersebut. Masing-masing format asuhan keperawatan ditelaah setiap aitem yang diisi dan yang tidak diisi dengan cara observasi, kemudian dihitung persentase kelengkapan pengisian format asuhan keperawatan. Berdasarkan Permenkes 269 tahun 2008, apabila satu item dari dokumentasi asuhan keperawatan tidak diisi maka kinerja perawat dipersepsikan tidak baik. Pengukuran variabel terikat menggunakan skala pengukuran nominal. Pengukuran variabel dependen kemudian dikategorikan baik dan tidak baik.
3.7. Metode Analisis Data
(62)
a Analisis univariat, yaitu analisis untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi variabel bebas kompetensi, yaitu pengetahuan dan keterampilan serta variabel terikat, yaitu kinerja perawat.
b. Analisis bivariat, yaitu analisis untuk melihat hubungan variabel pengetahuan dan keterampilan dengan variabel kinerja dilakukan dengan uji Chi Square.
c. Analisis multivariat digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel pengetahuan dan keterampilan secara bersama-sama terhadap variabel kinerja menggunakan uji regresi logistik berganda (multiple logistic regression) dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0,05).
(63)
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
4.1.1 Sejarah Singkat RSUD Tanjung Pura
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tanjung Pura adalah Rumah Sakit Peninggalan Kerajaan Kesultanan Langkat pada Masa Pemerintahan Sultan Tengku Mahmud Abdul Aziz yang berdiri pada tahun 1933. Rumah sakit ini pada masa itu bernama Rumah Sakit Tengku Musa (Nama Putra Mahkota Sultan langkat), digunakan untuk Pengobatan Bangsawan Kerajaan yang sakit dan pejabat zaman kolonial Belanda. Pimpinan Rumah Sakit Tengku Musa ini pada saat itu adalah dokter Amir dan merangkap sebagai dokter Pribadi Sultan Langkat.
Saat ini RSUD Tanjung Pura merupakan satu-satunya rumah sakit milik Pemerintah Daerah Kabupaten Langkat. RSUD Tanjung Pura terletak di ibu kota kecamatan Tanjung Pura dengan jarak 20 Km dari ibu kota Kabupaten Langkat. 4.1.2. Geografi
RSUD Tanjung pura dibangun diatas tanas seluas 15.974 m2, dengan luas bangunan 6.072 m2, RSUD Tanjung Pura berlokasi di Jalan Khairil Anwar No.09 Kelurahan Pekan Tanjung Pura Kecamtan. Tanjung Pura Kabupaten Langkat. Dalam menjalankan fungsinya RSUD Tanjung Pura memberikan pelayanan rawat jalan dan rawat inap kepada masyarakat di Kabupaten Langkat. RSUD Tanjung Pura Kabupaten Langkat terletak pada 3” 14’ – 4”13’ Lintang Utara dan 97” 52’ – 98” 45’ Bujur Timur dengan batas-batas sebagai berikut :
(1)
Dokumentasi pemberian asuhan keperawatan dapat digunakan sebagai sarana komunikasi
20 36,4 36,4 36,4
35 63,6 63,6 100,0
55 100,0 100,0
Salah Benar Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Tujuan pendokumentasian asuhan keperawatan adalah perlindungan hukum terhadap perawat
25 45,5 45,5 45,5
27 49,1 49,1 94,5
3 5,5 5,5 100,0
55 100,0 100,0
Tidak tahu Salah Benar Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Manfaat dokumentasi asuhan keperawatan dapat mengetahui sampai sejauh mana masalah pasien dapat teratasi
24 43,6 43,6 43,6
31 56,4 56,4 100,0
55 100,0 100,0
Salah Benar Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Pasien merupakan sumber data dalam pendokumentasian asuhan keperawatan
22 40,0 40,0 40,0
33 60,0 60,0 100,0
55 100,0 100,0
Salah Benar Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Pasien merupakan sumber data dalam pendokumentasian asuhan keperawatan
21 38,2 38,2 38,2
34 61,8 61,8 100,0
55 100,0 100,0
Salah Benar Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
(2)
Penulisan dokumentasi asuhan keperawatan merupakan pelaksanaan fungsi independen perawat
24 43,6 43,6 43,6
31 56,4 56,4 100,0
55 100,0 100,0
Salah Benar Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Manfaat perencanaan keperawatan adalah untuk mengatasi masalah pasien
21 38,2 38,2 38,2
34 61,8 61,8 100,0
55 100,0 100,0
Salah Benar Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Pengetahuan
25 45,5 45,5 45,5
30 54,5 54,5 100,0
55 100,0 100,0
Tidak Baik Baik Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
(3)
Analisis Bivariat
Pengetahuan * Kinerja
Crosstab
24 1 25
15,5 9,5 25,0
96,0% 4,0% 100,0%
43,6% 1,8% 45,5%
10 20 30
18,5 11,5 30,0
33,3% 66,7% 100,0% 18,2% 36,4% 54,5%
34 21 55
34,0 21,0 55,0
61,8% 38,2% 100,0% 61,8% 38,2% 100,0% Count
Expected Count % within Pengetahuan % of Total
Count
Expected Count % within Pengetahuan % of Total
Count
Expected Count % within Pengetahuan % of Total
Tidak Baik
Baik Pengetahuan
Total
Tidak Baik Baik Kinerja
Total
Chi-Square Tests
22,688b 1 ,000
20,111 1 ,000
26,556 1 ,000
,000 ,000
22,276 1 ,000
55 Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Computed only for a 2x2 table a.
0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,55.
(4)
Ketrampilan * Kinerja
Crosstab
28 4 32
19,8 12,2 32,0
87,5% 12,5% 100,0%
50,9% 7,3% 58,2%
6 17 23
14,2 8,8 23,0
26,1% 73,9% 100,0% 10,9% 30,9% 41,8%
34 21 55
34,0 21,0 55,0
61,8% 38,2% 100,0% 61,8% 38,2% 100,0% Count
Expected Count % within Ketrampilan % of Total
Count
Expected Count % within Ketrampilan % of Total
Count
Expected Count % within Ketrampilan % of Total
Tidak Baik
Baik Ketrampilan
Total
Tidak Baik Baik Kinerja
Total
Chi-Square Tests
21,383b 1 ,000
18,860 1 ,000
22,629 1 ,000
,000 ,000
20,994 1 ,000
55 Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Computed only for a 2x2 table a.
0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,78.
(5)
Logistic Regression
Case Processing Summary
55 100,0
0 ,0
55 100,0
0 ,0
55 100,0 Unweighted Casesa
Included in Analysis Missing Cases Total
Selected Cases
Unselected Cases Total
N Percent
If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
a.
Dependent Variable Encoding
0 1 Original Value
Tidak Baik Baik
Internal Value
Block 0: Beginning Block
Classification Tablea,b
34 0 100,0
21 0 ,0
61,8 Observed
Tidak Baik Baik Kinerja
Overall Percentage Step 0
Tidak Baik Baik
Kinerja Percentage
Correct Predicted
Constant is included in the model. a.
The cut value is ,500 b.
Variables in the Equation
-,482 ,278 3,014 1 ,083 ,618
Constant Step 0
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Variables not in the Equation
22,688 1 ,000
21,383 1 ,000
27,126 2 ,000
Tahuk trampilk Variables
Overall Statistics Step
0
Score df Sig.
(6)
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
32,061 2 ,000
32,061 2 ,000
32,061 2 ,000
Step Block Model Step 1
Chi-square df Sig.
Model Summary
41,084a ,442 ,601
Step 1
-2 Log likelihood
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than ,001. a.
Hosmer and Lemeshow Test
,644 2 ,725
Step 1
Chi-square df Sig.
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
22 22,329 1 ,671 23
2 1,671 0 ,329 2
6 5,671 3 3,329 9
4 4,329 17 16,671 21
1 2 3 4 Step 1
Observed Expected
Kinerja = Tidak Baik
Observed Expected
Kinerja = Baik
Total
Classification Tablea
30 4 88,2
4 17 81,0
85,5 Observed
Tidak Baik Baik Kinerja
Overall Percentage Step 1
Tidak Baik Baik
Kinerja Percentage
Correct Predicted
The cut value is ,500 a.
Variables in the Equation
2,973 1,153 6,641 1 ,010 19,543 2,038 187,426
1,881 ,818 5,292 1 ,021 6,559 1,321 32,568
-3,505 1,067 10,791 1 ,001 ,030
Tahuk trampilk Constant Step
1a
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
95,0% C.I.for EXP(B)
Variable(s) entered on step 1: Tahuk, trampilk. a.