BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Leverage 2.1.1 Pengertian Leverage - Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan pada PTPN-IV

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Leverage

  2.1.1 Pengertian Leverage

  Pengertian dari Leverage menurut Syamsuddin (2001:89) adalah: “

  …kemampuan perusahaan untuk mengunakan aktiva atau dana yang mempunyai beban tetap (fixed cost assets or funds) untuk memperbesar tingkat penghasilan (return) bagi pemilik perusahaan”.

  Adapun pengertian Leverage menurut Riyanto (2001) sebagai penggunaan aktiva atau dana dimana untuk penggunaan tersebut perusahaan harus menutup biaya tetap atau membayar beban tetap”.

  2.1.2 Jenis-Jenis Leverage

  Operating Leverage Perusahaan yang memiliki biaya operasi tetap atau biaya modal tetap, maka perusahaan tersebut menggunakan leverage. Dengan menggunakan operating leverage perusahaan mengharapkan bahwa perubahan penjualan akan mengakibatkan perubahan laba sebelum bunga dan pajak yang lebih besar. Menurut Syamsuddin (2001:107) adalah

  Operating Leverage

  “…kemampuan perusahaan di dalam menggunakan fixed operating cost untuk memperbesar pengaruh dari perubahan volume penjualan terhadap earning before interest

  and taxes (EBIT)”.

  Menurut Hanafi (2004:327)”Operating Leverage diartikan sebagai seberapa besar perusahaan menggunakan beban tetap operasional”.

  Beban tetap operasional tersebut biasanya berasal dari biaya depresiasi, biaya produksi dan pemasaran yang bersifat tetap misal gaji karyawan. Sebagai kebalikannya adalah beban variabel oprasional. Contoh biaya variabel adalah biaya tenaga kerja yang dibayar berdasarkan produk yang dihasilkan.

  Adapun pengertian lain dari Operating Leverage menurut Joel G dan Jae K dalam Kamus Istilah Akuntansi (1999:267) Leverage Operasional adalah “Sebuah ukuran mengenai resiko operasi yaitu biaya operasi tetap yang ditemukan dalam laporan rugi laba perusahaan”.

  Pengertian lain dari Operating Leverage Riyanto (2001), bahwa Leverage Operasi adalah :

  “ …pengunaan aktiva tetap dengan biaya tetap adalah dengan harapan bahwa

  revenue yang dihasilkan oleh penggunaan aktiva itu akan cukup menutup biaya tetap dan variabel”.

  unsur yang melingkupi Operating Leverage adalah laba sebelum bunga dan pajak serta perubahan tingkat penjualan. Laba sebelum bunga dan pajak sama dengan revenue dikurangi biaya variabel lebih besar dari pada biaya tetapnya. Kondisi ini dikatakan perusahaan memiliki Operating Leverage yang favorable. Sebaliknya Operating dikatakan unfavorable bila revenue dikurangi dengan biaya variabel belum

  Leverage

  dapat menutup beban tetapnya. Selanjutnya untuk mengukur pengaruh volume penjualan terhadap laba operasi (profitabilitas) adalah dengan menghitung tingkat Operating (degree of operating leverage / DOL), yaitu rasio dari perubahan persentase

  Leverage

  laba operasi terhadap perubahan persentase unit yang terjual atau total pandapatan, dengan perhitungan secara aljabar sebagai berikut : DOL = % Perubahan EBIT/ % Perubahan Penjualan

2. Financial Leverage

  Kebijakan perusahaan mendapatkan modal pinjaman dari luar ditinjau dari bidang manajemen keuangan, merupakan penerapan Financial Leverage dimana perusahaan membiayai kegiatannya dengan menggunakan modal pinjaman serta menanggung suatu beban tetap yang bertujuan untuk meningkatkan laba per lembar saham

  Financial Leverage timbul karena adanya kewajiban-kewajiban finansial yang sifatnya tetap (fixed financial charges) yang harus dikeluarkan oleh perusahaan.

  Kewajiban-kewajiban finansial yang tetap ini tidaklah berubah dengan adanya perubahan tingkat EBIT dan harus di bayar tanpa melihat sebesar apa pun tingkat EBIT yang dicapai perusahaan.

  Di dalam analisis Financial Leverage diasumsikan bahwa deviden untuk pemegang saham preferen selalu dibayar dalam setiap periode, asumsi ini diperlukan uang yang sesungguhnya tersedia bagi pemegang saham biasa setelah bunga dan deviden untuk saham preferen dibayarkan. Menurut Joel G dan Jae K dalam Kamus Istilah Akuntansi (1999:267) Leverage Keuangan diartikan sebagai berikut :

  “Financial Leverage adalah sebuah ukuran mengenai resiko keuangan mengenai pembiayaan sebagai aktiva perusahaan, ditujukan pada pembiayaan bagian aktiva tetap yang menanggung beban pembiayaan tetap dengan harapan akan membantu meningkatkan keuntungan bagi pemiliknya”.

  Adapun pengertian lain dari Financial Leverage menurut Syamsuddin (2001:113) menjelaskan Financial Leverage adalah : “ …Sebagai kemampuan perusahaan dalam menggunakan kewajiban-kewajiban finansial yang sifatnya tetap untuk memperbesar pengaruh perubahan EBIT terhadap pendapatan per lembar saham biasa (Earning Per Share )”.

  Pada Leverage Operasi penggunaan aktiva dengan biaya tetap adalah dengan harapan bahwa revenue yang dihasilkan oleh pengguna aktiva itu akan cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya variabel. Maka pada Leverage Keuangan penggunaan dana dengan beban tetap itu adalah dengan harapan untuk memperbesar pendapatan per lembar saham biasa (EPS).

  Sedangkan pengertian Financial Leverage menurut Sartono (2001:260) “Financial Leverage adalah penggunaan sumber dana yang memiliki beban tetap dengan harapan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar dari beban tetapnya”

  Penggunaan Financial Leverage ini dengan harapan agar terjadi perubahan laba per lembar saham (EPS) yang lebih besar daripada perubahan laba sebelum bungan dan pajak (EBIT)

  Menurut Alwi (2001:301)”Financial Leverage merupakan perbandingan total hutang dengan seluruh dana atau aktiva dalam perusahaan yang disebut leverage factor ” efek yang menguntungkan bagi pemegang saham biasa (pemilk modal sendiri) yaitu : dalam bentuknya memperbesar earning per share (EPS) nya dikatakan perusahaan itu menjalankan trading in equity. Leverage Keuangan menunjukkan penggunaan beban tetap bunga pada struktur biaya perusahaan sehingga mempengaruhi tingkat laba bersih (EAT) yang diterima oleh pemilik. Financial Leverage adalah kepekaan dari perubahan pendapatan per lembar saham (EPS) karena perubahan laba operasi (EBIT). Kepekaan perubahan ini di ukur dengan derajat Financial Leverage (degree of financial

  /DFL) yaitu persentase perubahan pendapatan per lembar saham (EPS) dibagi

  leverage

  dengan persentase perubahan laba operasi (EBIT) serta financial leverage dapat di ukur dengan Leverage Factor yaitu perbandingan total hutang dengan total aktiva. Secara persamaan ditulis sebagai berikut :

   Total Debt %perubahan EPS

Total Asset % perubahan EBIT

  Apabila perusahaan menggunakan rencana 100% modal sendiri untuk membelanjakan usahanya, maka nilai DFL adalah satu untuk seluruh rencana laba operasi, nilai DFL yang besar menunjukan bahwa perubahan tingkat EBIT akan menghasilkan perubahan yang besar pada laba bersih (EAT) atau pendapatan per lembar saham (EPS). Beban tetap bunga ini pada kenyataannya dapat berupa beban seluruh utang atau obligasi yang ada dan biaya deviden untuk saham preferen yang mempunyai beban pembayaran tetap setelah perhitungan sebelum pajak.

2.1.3. Jenis-jenis Rasio Leverage

  Rasio leverage antara lain: a. Rasio total hutang terhadap total aktiva/debt ratio

  Rasio total hutang terhadap total aktiva menunjukkan besarnya total hutang terhadap keseluruhan total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Rasio ini hanya merupakan persentase dana yang diberikan oleh kreditor bagi perusahaan. Rumusnya sebagai berikut:

  Debt ratio = Total liabilities x 100 % Total assets

b. Rasio total hutang terhadap total ekuitas/debt to equity ratio

  Rasio ini dapat digunakan untuk mengukur sampai seberapa besar jumlah rupiah modal sendiri yang dijaminkan atas hutang. Semakin besar rasio ini akan semakin menguntungkan perusahaan, sedangkan bagi pihak bank akan mengakibatkan semakin besar risiko yang ditanggungnya. Rumusnya sebagai berikut:

  Debt to equity ratio = Total liabilities x 100 % Common equity

c. Rasio kemampuan membayar bunga (times-interest earned ratio)

  Rasio ini dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan perusahaan dalam membayar beban bunga dan memenuhi pembayaran bunga bagi kreditor. Rumusnya sebagai berikut:

  Times-interest earned ratio = EBIT / Interest expense

   d. Total Debt to Total Capital Assets

  Rasio ini digunakan untuk mengukur bagian aktiva yang digunakan untuk menjamin keseluruhan kewajiban atau hutang. Rumusnya sebagai berikut :

  Total Debt Capital Assets = Aktiva Lancar + Hutang Jangka Panjang

  Jumlah Aktiva

  e. Long Term Debt to Equity Ratio Rasio ini digunakan untuk mengukur bagian dari modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk hutang jangka panjang. Rumusnya adalah sebagai berikut:

  Long Term Debt to Equity Ratio = Hutang Jangka Panjang

  Modal Sendiri

   f. Tangible Assets Debt Coverage

  Rasio ini digunakan untuk mengukur besar aktiva tetap tangible yang digunakan untuk menjamin hutang jangka panjang, rumusnya adalah sebagai berikut :

  Tangible Assets Debt Coverage = Jumlah Aktiva + Tangible + Hutang Lancar

  Hutang Jangka Panjang

2.2. Profitabilitas

2.2.1. Pengertian Profitabilitas

  Perusahaan pada umumnya akan selalu berusaha untuk memperbesar laba yang diperolehnya, tetapi yang lebih penting adalah usaha untuk mempertinggi profitabilitasnya. Hal ini dikarenakan bahwa para investor yang cenderung lebih memperhatikan keuntungan sebelum memberikan modal kepada perusahaan.

  Pengertian Profitabilitas menurut Hanafi (2003;75) adalah “ …adalah rasio yang melihat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (profitabilitas).” Sedangkan pengertian profitabilitas menurut Munawir (2002;152) adalah

  “ …adalah kemampuan suatu perusahaaan dalam memperoleh laba.” Banyak penulis yang memberikan beberapa uraian mengenai jenis rasio didalamnya dapat digunakan untuk memahami kondisi perusahaan. Umumnya rasio yang dikenal dan popular adalah Rasio Likuiditas, Solvabilitas dan Profitabilitas. Menurut Harahap (2002;304) Analisa Rasio Profitabilitas adalah :“ …menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber dana yang ada seperti kegiatan pe njualan, kas, modal, jumlah karyawan dan jumlah cabang.”

2.2.2. Jenis-jenis Rasio Profitabilitas

  Rasio profitabilitas yang biasa digunakan adalah : 1. Gross Profit Margin Ratio (Rasio Margin Laba Kotor): Rasio ini menunjukkan 2.

  Operating Income Ratio (Rasio Operasi Pendapatan): Rasio ini menunjukkan laba operasi sebelum bunga dan pajak (netto operating income) yang dihasilkan oleh setiap rupiah penjualan.

  3. Operating Ratio (Rasio Operasi): Rasio ini menunjukkan biaya operasi per rupiah penjualan.

  4. Net Profit Margin Ratio (Rasio Margin Laba Bersih): Rasio ini menunjukkan keuntungan neto per rupiah penjualan.

  5. Earning Power of Total Investment Ratio (Rasio Kemampuan Menghasilkan Laba Atas Seluruh Investasi): Rasio ini menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor (pemegang obligasi dan saham).

  6. Net Earning Power Ratio (Rasio kemampuan Menghasilkan Laba Bersih): Rasio ini menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan neto.

7. Rate or Return For The Owner Ratio/Rasio Tingkat Pengembalian Bagi Pemilik:

  Rasio ini menunjukkan kemampuan dari modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham preferen dan saham biasa.

2.3 Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan

  2.3.1 Pengertian Laporan Keuangan

  Weygandt (2005:3) yang dialih bahasakan oleh Emil Salim menyatakan pengertian tentang laporan keuangan, yaitu:

  “…merupakan sarana pengkomunikasian

  informasi keuangan utama kepada pihak- pihak di luar korporasi”.

  Laporan keuangan pada dasarnya merupakan hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat pengkomunikasian data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, baik pihak intern maupun ekstern dalam rangka pengambilan keputusan dengan data atau aktivitas keuangan tersebut.

  Melalui laporan keuangan, pihak-pihak yang berkepentingan tersebut akan dapat melakukan pengukuran dan analisis terhadap keberhasilan atau kegagalan perusahaan.

  2.3.2 Bagian-bagian Laporan Keuangan

  Dalam Ikatan Akuntan Indonesia (2007:02), mengenai penyajian laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-komponen berikut ini : “a. Neraca b.

  Laporan laba rugi c. Laporan perubahan ekuitas d.

  Laporan arus kas, dan e. Catatan atas laporan keuangan”.

  Dari definisi di atas terlihat bahwa laporan keuangan itu sendiri dari neraca dan perhitungan rugi laba serta laporan perubahan modal, neraca menunjukan jumlah aktiva, hutang dan modal dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu, sedangkan perhitungan (laporan) rugi laba memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta biaya yang terjadi selama periode tertentu, dan laporan perubahan modal menunjukan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan modal perusahaan. Tetapi dalam prakteknya sering diikutsertakan kelompok lain yang sifatnya membantu untuk memperoleh penjelasan lebih lanjut, misalnya laporan perubahan modal kerja, laporan sumber dan penggunana kas atau laporan arus kas, laporan sebab-sebab perubahan laba kotor, laporan biaya serta daftar-daftar lainnya.

2.3.3 Tujuan Laporan Keuangan

  Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang ekonomi.

  Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007:02), menyatakan tujuan laporan keuangan : “Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan- keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka”.

  Laporan keuangan menyajikan informasi mengenai perusahaan yang meliputi aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan, beban, kerugian, keuntungan, dan arus kas perusahaan. Informasi tersebut beserta informasi lainnya yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan dapat membantu pemakai laporan dalam memprediksi arus kas masa depan khususnya dalam hal waktu dan kepastian perolehan kas dan setara kas.

  Menurut Weygandt (2005:6) yang dialih bahasakan oleh Emil Salim, mendefinisakan tujuan laporan keuangan yaitu:

1. Menyediakan informasi yang berguna bagi keputusan investasi dan kredit 2.

  Memberikan informasi yang berguna dalam menilai arus kas masa depan 3. Memberikan informasi mengenai sumber daya perusahaan, klaim terhadap sumber daya tersebut, dan perubahan didalamnya.

  Laporan keuangan disusun untuk memberikan gambaran atau laporan kemajuan (progress report) secara periodik yang dilakukan oleh pihak manajemen yang bersifat historis dan menyeluruh. Laporan keuangan disusun setiap akhir periode akuntansi, yaitu triwulan, semester atau tahunan. Hal tersebut disesuaikan dengan kebutuhan dan kebijakan yang ditetapkan oleh perusahaan yang bersangkutan.

  Dalam Ikatan Akuntan Indonesia (2011:02), mengenai Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan, disebutkan bahwa pemakai laporan keuangan meliputi :

  1. Investor 2.

  Karyawan 3. Pemberi pinjaman 4. Pemasok dan kreditor usaha lainnya 5. Pelanggan 6. Pemerintah 7. Masyarakat”.

  Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan bersifat umum. Dengan demikian tidak dapt sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan informasi setiap pemakai.

  Selain itu, manajemen sebagai pihak yang memiliki tanggungjawab dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan perusahaan, juga berkepentingan dengan informasi yang disajikan di dalam laporan keuangan, yang membantu dalam melaksanakan tanggungjawab perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan.

2.4. Pengungkapan

2.4.1 Pengertian Pengungkapan

  Pengungkapan (disclosure) didefinisikan berbeda dalam kondisi yang berbeda pula. Sebagian salah satu prinsip dalam akuntansi keuangan, istilah pengungkapan dikaitkan secara langsung dengan laporan keuangan. Pada kenyataannya ternyata pengungkapan juga berhubungan dengan informasi lainnya diluar laporan keuangan.

  Pengungkapan merupakan suatu alat yang penting untuk mengurangi asimetri informasi antara manajer dengan pemilik perusahaan.

  Secara konseptual, pengungkapan merupakan bagian integral dari pelaporan keuangan. Secara teknis, pengungkapan merupakan langkah akhir dalam proses akuntansi yaitu penyajian informasi dalam bentuk seperangkat penuh statement keuangan. Suwardjono (2005) mengartikan pengungkapan sebagai berikut :

  “Disclosure means supplying information in the financial statement, including the statements themselves, the notes to the statements, and the supplementary disclosures associated with the statements. It does not extend to public or private statement made by management or information provided outside the financial statement”.

  Suwardjono, (2005) membatasi pengertian pengungkapan hanya pada hal-hal yang menyangkut pelaporan keuangan. Pernyataan manajemen dalam surat kabar atau media masa lain serta informasi di luar lingkup pelaporan keuangan tidak masuk dalam pengertian pengungkapan. Pengungkapan sering juga dimaknai sebagai penyediaan informasi lebih dari apa yang dapat disampaikan dalam bentuk statement keuangan formal.

  Suwardjono (2005) mengidentifikasi tiga tingkat pengungkapan yaitu memadai (adequate disclosure), wajar atau etis (fair or ethical disclosure), dan penuh (full disclosure ). Tingkat ini mempunyai implikasi terhadap apa yang harus diungkapkan.

  Tingkat memadai adalah tingkat minimum yang harus dipenuhi agar statement keuangan secara keseluruhan tidak menyesatkan untuk kepentingan pengambilan keputusan yang terarah.

  Tingkat wajar adalah tingkat yang harus dicapai agar semua pihak mendapat perlakuan atau pelayanan informasional yang sama. Artinya, tidak ada satu pihakpun yang kurang mendapat informasi sehingga mereka menjadi pihak yang kurang diuntungkan posisinya. Dengan kata lain, tidak ada preferensi dalam pengungkapan dengan pengambilan keputusan.

  Pengungkapan sendiri dibedakan menjadi dua, yaitu pengungkapan wajib dan pengungkapan sukarela. Pengungkapan sukarela adalah pengungkapan yang dilakukan perusahaan diluar apa yang diwajibkan oleh standar akuntansi atau peraturan badan pengawas.

2.4.2 Jenis Pengungkapan

  Informasi yang diungkapkan dalam laporan keuangan dapat dikelompokkan menjadi pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure). Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan informasi yang diharuskan oleh peraturan yang berlaku. Peraturan mengenai pengungkapan informasi dalam laporan keuangan di Indonesia dikeluarkan oleh pemerintah melalui keputusan ketua BAPEPAM No:Kep-40/PM/2003. sedangkan pengungkapan sukarela adalah pengungkapan yang melebihi yang diwajibkan.

  Pertimbangan manajemen untuk mengungkapakan informasi secara sukarela dipengaruhi oleh faktor biaya. Menurut Bachtiar (2003:331) mengatakan bahwa : “Sesungguhnya manajemen atau pembuat laporan keuangan memiliki insentif untuk melakukan pengungkapan penuh dalam laporan keuangannya, namun ada beberapa hambatan bagi pembuat laporan keuangan untuk melakukan pengungkapan penuh. Salah satunya adalah pertimbangan biaya pengungkapan.”

2.4.3 Tujuan Pengungkapan

  Menurut Hendriksen (2001) tujuan pengungkapan adalah sebagai berikut “Menyediakan informasi yang signifikan dan relavan kepada pemakai laporan keuangan untuk membantu mereka mengambil keputusan dengan cara terbaik yang mungkin dengan pembatasan bahwa manfaatnya harus melebihi biayan ya”.

  Menurut Suwardjono (2005) tujuan pengungkapan yaitu meliputi : “ 1. Tujuan Melindungi

  Tujuan melindungi dilandasi oleh gagasan bahwa tidak semua pemakai cukup canggih sehingga pemakai yang naïf perlu dilindungi dengan mengungkapkan informasi yang mereka tidak mungkin memperolehnya. Dengan kata lain pengungkapan dimaksudkan untuk melindungi perlakuan manajemen yang mungkin kurang adil dan kurang terbuka.

  2.Tujuan Informatif Pengungkapan diarahkan untuk menyediakan informasi yang dapat membantu keefektifan pengambilan keputusan pemakai tersebut. Tujuan ini biasanya melandasi penyusunan standar akuntansi untuk menentukan tingkat pengungkapan.

  3.Tujuan Kebutuhan Khusus

  Tujuan ini merupakan gabungan dari tujuan perlindungan publik dan tujuan informatif. Apa yang harus diungkapkan kepada public dibatasi dengan apa yang dipandang bermanfaat bagi pemakai yang dituju sementara untuk tujuan pengawasan, informasi tertentu harus disampaikan kepada badan pengawas berdasarkan peraturan melalui formulir-formulir yang memuat pengungkapan secara rinci.”

  2.4.4 Tingkatan Pengungkapan Menurut Hendriksen (2001: 432) mengatakan bahwa :

  “Berapa banyak informasi yang harus diungkap tergantung sebagian pada keahlian pembaca. Informasi yang diungkap dalam laporan keuangan harus dapat dipahami oleh mereka yang mempunyai pengertian yang memadai mengenai aktivitas bisnis dan ekonomi serta mau mempelajari informasi tersebut dengan ketekunan yang sewajarnya.”

  Menurut Hendriksen (2001 : 432) terdapat tiga tingkatan pengungkapan yaitu : 1. Pengungkapan Penuh 2. Pengungkapan Cukup 3. Pengungkapan Wajar

  Pengungkapan penuh mengacu pada seluruh informasi yang diberikan oleh perusahaan, baik informasi keuangan maupun non keuangan. Pengungkapan penuh tidak hanya meliputi laporan keuangan tetapi juga mencakup informasi-informasi lainnya yang diberikan oleh manajemen. Pengungkapan penuh menyiratkan penyajian sekuruh informasi yang relevan. Pengungkapan cukup adalah pengungkapan yang diwajibkan oleh standar akuntansi yang berlaku. Sementara pengungkapan wajar adalah pengungkapan cukup ditambah dengan informasi yang dapat berpengaruh pada kewajaran laporan keuangan. Pengungkapan wajar menyiratkan suatu tujuan etika, yaitu memberikan perlakuan yang sama pada semua calon pembaca.

  2.4.5 Prinsip Pengungkapan Penuh.

  Dalam memutuskan informasi apa yang akan dilaporkan, praktek yang umum adalah menyediakan informasi yang mencukupi untuk mempengaruhi penilaian dan keputusan pemakai. Sifat dan jumlah informasi yang dimasukkan dalam laporan keuangan mencerminkan serangkaian trade off penilaian. Trade off ini terjadi antara kebutuhan untuk mengungkapkan secara cukup terinci hala-hal yang akan mempengaruhi keputusan pemakai dengan kebutuhan untuk memadatkan penyajian agar informasi dapat dipahami.

2.4.6 Metode pengungkapan

  Metode pengungkapan berkaitan dengan masalah bagaimana secara teknis informasi disajikan kepada pemakai dalam satu perangkat statemen keuangan beserta informasi lain yang berpaut. Metode ini biasanya ditentukan secara spesifik dalam standar akuntansi atau peraturan lain. Menurut Suwardjono (2005:591) informasi dapat disajikan dalam pelaporan keuangan antara lain :

  Pos statemen keuangan 2. Catatan kaki 3. Penggunaan istilah teknis 4. Penjelasan dalam kurung 5. Lampiran 6. Penjelasan auditor dalam laporan auditor 7. Komunikasi manajemen dalam bentuk surat atau pernyataan resmi

2.5 Penelitian Terdahulu

  Pradifta (2013) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Telekomunikasi Dibursa Efek Indonesia 2008-2012.

  Hasil penelitian mengidentifikasi bahwa current ratio, retrun on equity, dan debt to equity ratio tidak berpengaruh pada kelengkapan pengungkapan laporan keuangan Perusahaan

  Telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan thitung -3.827, -0,142, 2,229. Selain itu secara silmutan menunjukkan current ratio, retrun on equity, Dan debt to equity ratio berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan Y dengan nilai Fhitung 6,502> ttabel 1,688 dan signifikan 0,001 < 0,05. Untuk Koefisien Determinasi (R2) Adjusted R Square sebesar 70,3% menunjukkan pengaruh current ratio, retrun on equity, dan debt to equity ratio.

  Febrianto Arista (2011) faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kelengkapan pengungkapan laporan Keuangan pada perusahaan Real estate dan property di Indonesia.

  Berdasarkan R² menunjukkan bahwa pengaruh rasio leverage, likuiditas, profitabilitas, porsi saham publik, umur perusahaan dan set kesempatan investasi (IOS) terhadap kelengkapan pengungkapan wajib sebesar 29.4 persen, sedangkan sisanya 70.6 persen dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. 2. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rasio leverage, likuiditas, profitabilitas, porsi saham publik, umur perusahaan dan Set pengungkapan wajib.

2.6 Kerangka Konseptual

  Pengungkapan laporan keuangan adalah kewajiban bagi setiap perusahaan publik sebagai alat yang digunakan sebagai pertanggungjawaban terutama kepada pemegang saham. Laporan keuangan merupakan laporan yang diterbitkan oleh pihak manajemen perusahaan secara periodik yang berisi informasi keuangan perusahaan yang berguna bagi pihak stakeholders untuk menganalisis kondisi perusahaan pada periode tersebut.

  Laporan keuangan yang diungkapkan meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan ini wajib diaudit oleh auditor independen sebagai wujud dari transparansi keuangan perusahaan.

  Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam pengungkapan adalah disclosure ditujukan untuk siapa, tujuan informasi dalam pengungkapan, informasi apa aja yang harus diungkapkan (Hendriksen, 2001:205). Berapa banyak informasi yang harus didisclose tidak hanya tergantung pada keahlian pembaca, namun juga tergantung pada standar yang dianggap cukup. Tiga konsep disclosure yang umumnya dikemukakan yaitu adequate, fair, full disclosure Hendriksen, (2001:205).

  Berdasarkan uraian kerangka konseptual di atas maka dirumuskan kerangka komseptual mengenai pengaruh pelaksanaan audit manajemen terhadap produktivitas sumber daya manusia, seperti terlihat pada gambar berikut:

  Leverage Kelengkapan Pengungkapan

  Laporan Keuangan Profitabilitas

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.7 Hubungan Leverage, Profitabilitas terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan.

1. Pengaruh Leverage

  Leverage yang diukur dengan Rasio debt to equity (DER) menunjukkan

  proporsi pendanaan yang dibiayai lewat hutang. Debt to equity ratio yang semakin tinggi mengindikasikan bahwa semakin tinggi pula ketergantungan perusahaan terhadap kreditnya. Hal ini sesaui dengan agency theory, yaitu hubungan keagenan antara principal (kreditur) dengan agent (perusahaan). Perusahaan akan berusaha memberikan informasi yang seluas-luasnya mengena kondisi perusahaan kepada kreditur dengan harapan kreditur lebih mengetahui dan memahami perusahaan berkaitan dengan kredit yang diberikan. Teori keagenan memprediksi bahwa perusahaan dengan rasio leverage yang lebih tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi, karena biaya keagenan perusahaan dengan struktur modal yang seperti itu lebih tinggi Marwata (2001:26).

  Menurut Binsar (2004:366), menyatakan bahwa “perusahaan dengan leverage tinggi lebih dipercaya oleh para kreditur dan dianggap lebih berkesempatan dalam menghasilkan laba, dengan demikian perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi akan semakin tinggi pula kelengkapan pengungkapan laporan keuangannya”.

  Menurut Marwata (2001:26), tambahan informasi diperlukan untuk menghilangkan keraguan pemegang obligasi terhadap dipenuhinya hak-hak mereka sebagai kreditur. Oleh karena itu perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan informasi kreditur jangka panjang, Sehingga perusahaan akan menyediakan informasi secara lebih komprehensif. Sehingga dapat disimpulkan Leverage yang diukur dengan Debt to equity ratio dalam penelitian ini berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.

2. Pengaruh Profitabilitas

  Menurut Kasmir (2008:196)”Rasio profitabilitas merupakan rasio yang menilai kemampuan perusahaan di dalam mencari keuntungan”. Tingkat profitabilitas yang tinggi akan mendorong para manajer untuk memberikan informasi yanag lebih terinci, sebab mereka ingin meyakinkan para investor, bahwa perusahaan mampu menghasilkan profitabilitas yang baik, yang pada akhirnya akan meningkatkan kompensasi terhadap manajemen. Widiastuti (2004) menjelaskan bahwa profit margin yang tinggi akan mendorong para manajer untuk memberikan informasi yang lebih terinci, sebab mereka ingin meyakinkan investor terhadap profitabilitas perusahaan dan kompensasi terhadap manajemen. Fitriani (2001) membuktikan bahwa variabel profitabilitas mempunyai hubungan positif dengan kelengkapan pengungkapan. Jadi semakin tinggi profitabilitas suatu perusahaan maka semakin tinggi indeks kelengkapan pengungkapannya. Sehingga dapat disimpulkan profitabilitas yang diukur dengan return on assets dalam penelitian ini berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.

2.8 Hipotesis

  Berdasarkan kerangka pemikiran teoritis yang digambarkan maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut: H : Terdapat pengaruh antara Leverage, Debt to Equty Ratio (DER) terhadap 1 kelengkapan pengungkapan laporan keuangan

  H 2 : Terdapat pengaruh antara Profitabilitas, Return on Assets (ROA) terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan

Dokumen yang terkait

KESANTUNAN DENGAN DAYA SEMIOTIKA BAHASA BERKAMPANYE CALON LEGISLATIF PARTAI GOLONGAN KARYA DI KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA Awaluddin Sitorus awaluddinsitorusyahoo.com Nurlela, Masdiana Lubis Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Abstrak - Kesant

0 0 20

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Graf - Implementasi Algoritma Ant Colony Dalam Pencarian Lokasi Rumah Sakit Berbasis Mobile Gis Pada Platform Android

0 0 26

PERUBAHAN FUNGSI SOSIOEKOLOGIS LEKSIKON FLORA BAHASA PAKPAK DAIRI Dairi Sapta Rindu Simanjuntak dairisaptajuntakyahoo.com Dwi Widayati, Nurlela Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Abstract - Perubahan Fungsi Sosioekologis Leksikon Flora Bahasa

0 0 19

BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Definisi Strategi - Analisis Strategi Pemasaran Pada Coruca Coffee Shop

0 0 26

BAB I PENDAHULIAN 1.1 - Analisis Strategi Pemasaran Pada Coruca Coffee Shop

0 0 8

Gambaran Paparan Asap Rokok Selama Kehamilan dan Berat Badan Bayi yang dilahirkan pada Ibu yang Melahirkan di Beberapa Rumah Sakit dan Klinik Bersalin di Medan

0 0 49

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Rokok dan efeknya terhadap hasil konsepsi - Gambaran Paparan Asap Rokok Selama Kehamilan dan Berat Badan Bayi yang dilahirkan pada Ibu yang Melahirkan di Beberapa Rumah Sakit dan Klinik Bersalin di Medan

0 0 15

KETERANCAMAN LEKSIKON EKOAGRARIS DALAM BAHASA ANGKOLAMANDAILING: KAJIAN EKOLINGUISTIK Deli Kesuma delikesumayahoo.com Dwi Widayati, Nurlela Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Abstrak - Keterancaman Leksikon Ekoagraris dalam Bahasa Angkola/Man

0 1 23

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Biometrika - Aplikasi Pendeteksian Wajah Manusia untuk Menghitung Jumlah Manusia Menggunakan Metode Viola-Jones

1 1 26

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Kemampuan - Kemampuan Menggunakan Harf Jarr Dalam Kalimat Bahasa Arab Oleh Mahasiswa Departemen Sastra Arab Usu Tahun Pembelajaran 2013/2014

0 1 23