MATERI KEPABEANAN DAN CUKAI (EKSPOR IMPOR)

MATERI

KEPABEANAN DAN CUKAI
(EKSPOR IMPOR)

Oleh :
Iwan Saktiawan, S.E.
1

GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN ESKPOR
IMPOR
Definisi :
•Menjual

barang keluar negeri

•Kegiatan

negeri

mengeluarkan barang dari daerah pabean atau ke luar


Daerah Pabean : - adalah 12 mil dihitung dari perairan Indonesia
hasil dari Ekspor adalah Devisa.
- adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah
darat, perairan dan ruang udara diatasnya, serta tempat-tempat
tertentu di zona ekonomi aksklusif dan landas kontinen yang di
dalamnya berlaku undang-undang ini.

2

DAERAH PABEAN

WILAYAH
200
REPUBLIK
INDONESIA

LA

N

D
A

S

35
K 0
O
N
TI

N
EN

ZEE MIL
200

3

SIKLUS KONTRAK

DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL
KONTRAK – INDENT – SALES CONTRACT – L/C
OPENING

SUPPLIER
BENEFICIARY
ORDER –
CONFIRMATION
SALES - CONTRACT

5

L /C Advice

L/C

BANK LUAR
NEGERI

4


2

L/C
BANK DALAM
NEGERI

3

KONTRAK

ISSUING - BANK

IMPORTIR

INDENTOR

1

4


DEVISA
Devisa : adalah saldo mata uang asing yang memiliki
kurs resmi di Bank Indonesia.
Sumber-sumber Devisa antara lain :
1.
Hasil penjualan Ekspor
2.
Hutang Luar Negeri atau Pinjaman yang
diperoleh dari Negara Asing
3.
Hadiah atau grant dan bantuan dari badanbadan atau pemerintah asing
4.
Laba dari penanaman modal di luar negeri
5.
Hasil dari kegiatan Pariwisata Internasional,
dengan demikian Pemerintah meningkatkan
eskpor dengan alasan untuk memperkuat
keadaan devisa
5


IMPOR
Definisi : Kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah
pabean atau ke dalam negeri.
Terhadap barang yang di persyaratkan tata niaga impor tertentu
harus mendapatkan izin dari Instansi yang melakukan
pengaturan Tata Niaga Impor tersebut.
Terhadap barang impor dipungut Bea Masuk dan Pajak Dalam
Rangka Impor (PPN Impor, PPnBM dan PPH pasal 22)
kecuali yang mendapatkan fasilitas atau keringanan.
Ciri-Ciri Perdagangan Ekspor Impor
1.
Perdangan antar negara
2.
Menggunaakan mata uang asing
3.
Diperjual belikan secara besar-besaran
4.
Melibatkan banyak instansi dalam negeri maupun luar
negeri


6

7

8

PROCEDURE
IMPOR

SUPPLIER
SELLER

3

BANK
LUAR
NEGERI

4


B

LUAR NEGERI

1

DALAM NEGERI

6 - 8

PELAYARAN

IMPORTIR
BUYER

C

10
2

5

9

7

D

3

F

A

PABEAN

BANK
DALAM
NEGERI


E

ASURANSI

9

PROCEDURE EKSPORIMPORTIR
2

BUYER

4

BANK
LUAR
NEGERI

B

1


LUAR NEGERI
DALAM NEGERI

14
EKSPORTIR

3

PRODUSEN

2
12

SELLER
4 - 10

C

5
7

BANK
DALAM
NEGERI
H

A

6

13

11

9

8
PELAYARAN

INSTANSI
EKSPOR

ASURANSI

KEDUTAAN
ASING

F

G

10

MASALAH YANG TIMBUL DALAM PERDAGANGAN
EKSPOR IMPOR
Permasalahan-permasalahan yang sering dihadapi oleh Eksportir dan Importir dibagi menjadi 2
(dua) sisi yaitu :
1.Masalah

Eksternal
a.Kepercayaan
b. Pemasaran
c. Sistem Quota
d. Keterikatan dalam Organisasi Internasional
e. Kurang pemahaman akan tersedianya kemudahan internasional
2.Masalah

Internal
a.Persiapan-persiapan teknis
b.Kemampuan / pemahaman terhadap transaksi luar negeri
c.Persyaratan-persyaratan tertentu, misal :
Eksportir / Importir harus berbadan hukum
Importir harus memiliki angka pengenal dalam perdagangan, dikenal (API/APIT)
c.Pembiayaan
d.Kekurangmampuan mempersiapkan barang
e.Kelancaran pelaksaan transaksi ekspor impor pada hakekatnya tergantung dari peraturan yang
didasarinya.

11

TUJUAN KEBIJAKAN
IMPOR
1.

2.
3.
4.
5.

Memagari kepentingan Nasional dari aspek
K3LM (Kesehatan, Keselamatan, Keamanan,
Lingkungan hidup dan Moral bangsa)
Melindungi dan meningkatkan pendapatan
petani
Mendorong penggunaan produksi dalam
negeri
Meningkatkan Ekspor Non Migas
Menciptakan perdagangan dan pasar dalam
negeri yang sehat serta iklim usaha yang
kondusif.
12

PERANAN BEA DAN CUKAI PADA
PERDAGANGAN INTERNASIONAL

1. Harus mengadakan pengawasan
2. Memperlancar arus barang dan

dokumen sesuai tuntutan para
importir, eksportir dan perusahaan
lainnya yang ada kaitan dengan
perdagangan Internasional.

13

KETENTUAN UMUM
DIBIDANG IMPOR
1.

2.
3.

Impor hanya dapat dilakukan oleh
Perusahaan yang telah memiliki Angka
Pengenal Importir (API)
Barang yang diimpor harus dalam keadaan
baru
Dalam hal tertentu, Menteri Perdagangan
dapat menetapkan barang yang diimpor
dalam
keadaan bukan baru
14

SYARAT UNTUK MENJADI
IMPORTIR
1.
2.

3.

Harus memiliki NPWP, SIUP, TDP
Mengurus API ke DEPDAG ( Departemen
Perdagangan )
Mengurus NIK ke Bea dan Cukai
Setelah perijinan lengkap, barulah dapat
menjalankan kegiatan impor barang sesuai
prosedur kepabeanan (Self assesment :
membuat PIB, membayar BM / PDRI ke bank,
memenuhi ketentuan).
15

KETENTUAN ANGKA PENGENAL
IMPORTIR

( API )
Dasar Hukum :

Peraturan
Menteri
Perdagangan
Nomor 27/M-DAG/PER/5/2012 tanggal
1 Mei 2012 tentang ketentuan Angka
Pengenal Importir ( API )

16

Terdiri atas :
a.API

JENIS API

–U

1.API

– U diberikan hanya kepada perusahaan yang melakukan
impor barang tertentu untuk kelompok/jenis barang yang
tercakup dalam 1 (satu) bagian (section) dalam Sistem
Klasifikasi Barang dengan tujuan diperdagangkan.
2.Perusahaan pemilik API-U dapat mengimpor kelompok/jenis
barang lebih dari 1 (satu) bagian (section) apabila :
a)Perusahaan pemilik API-U tersebut mengimpor barang yang
dihasilkan oleh perusahaan di luar negeri yang memiliki
hubungan istimewa; atau
b)Perusahaan pemilik API-U tersebut merupakan badan usaha
yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh
Pemerintah. (AMANDEMEN)

17

b.

API – P

API–P
diberikan
hanya
kepada
perusahaan impor barang untuk
diperdagangkan
sendiri
sebagai
barang modal, bahan baku, bahan
penolong, dan/atau bahan untuk
mendukung proses produksi dan
dilarang untuk diperdagangkan atau
dipindahtangankan kepada pihak
lain.

18

LEMBAGA-LEMBAGA YANG TERKAIT
Pelaksana ekspor impor dapat dibagi dalam 5 (lima) kelompok
sebagai berikut :
1.Kelompok indentor
2.Kelompok Importir
3.Kelompok promosi
4.Kelompok Eksportir
5.Kelompok Pendukung / Lembaga-lembaga Terkait
KELOMPOK INDENTOR
•Para Pemakai Langsung
•Para Pedagang
•Para Pengusaha Perkebunan, Industriawan dan Instansi
Pemerintah
KELOMPOK IMPORTIR
•Pengusaha Impor
•Approved Importir (Appoved Traders)
•Importir Umum

19

KELOMPOK PROMOSI
• Kantor Perwakilan dari produsen atau
eksportir asing di negara konsumen atau
importir
• Kantor Perwakilan Kamar Dagang dan
Industri yang ada di luar negeri maupun
yang ada di dalam negeri
• Misi perdagangan dan pameran dagang
internasinal (trade fair) yang senantiasa
diadakan di pusat perdagangan dunia
seperti Jakarta Fair, Tokyo Fair, Leipzig,
Honnover Fair dan sebagainya.
• Badan Pengembangan Ekspor Nasional
(BPEN)
• Kantor Bank Devisa di dalam maupun di
luar negeri

20

KELOMPOK EKSPORTIR






Produsen Eksportir
Confirming House
Pedagang Ekspor (Expor Merchant)
Agen Ekspor (Export Agent)
Wisma Dagang (Trading House)

KELOMPOK PENDUKUNG / LEMBAGA-LEMBAGA TERKAIT

1.
a.
b.
2.
a.
b.
c.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Bank
Bank Devisa
Bank Komersial
Badan Usaha Transportasi
EMKL (Ekspedisi Muatan Kapal Laut) dan
(Ekspedisi Muatan Pesawat Udara
Freight Forwading
PPJK (Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan)
Maskapai Pelayaran Laut/ Maskapai Udara
Asuransi
Instansi Bea Cukai
Departemen Perindustrian dan Perdagangan
Kedutaan (Konsulat)
Surveyor (Badan Pemeriksa)

EMPU

21

I.
1.
2.
3.
4.

a.
b.
c.
d.
e.
II.
1.
2.

CARA PEMBAYARAN EKSPOR
IMPOR

Advance Payment
Beberapa alasan terjadinya Advance Payment :
Kepercayaan penuh importir bahwa barangnya akan diterima dari
eksportir
Keyakinan bahwa di negara eksportir tidak melarang atas ekspor
barang tersebut
Keyakinan bahwa pemerintah di negara importir mengijinkan
adanya pembayaran dimuka
Bahwa importir mempunyai likuiditas yang cukup
Pembayaran dengan bentuk Advance Payment dapat dilakukan
dengan cara :
Ceque
Bankers Draft
Email Payment order
Cable Payment
International money order
Open Account
Terjadinya Open Account
Kepercayaan penuh
Barang dan dokumen langsung dikirim ke importir

22

3. Eksportir kelebihan dana
4.Importir dan eksportir yakin tidak ada peraturan di negaranya
yang menghalang-halanginya.
Transaksi yang bersifat open account akan menimbulkan resiko sbb :
1.Eksporitr tidak mendapatkan perlindungan apakah importir mau
membayar.
2.Bilamana importir tidak membayar sebagai bahan bukti yang
menyulitkan bila terjadi masalah.
3.Biaya dalam menyelesaikan masalah cukup besar. Alasan eksportir
mau mengirim terlebih dahulu barangnya :
1. Importir memiliki nama baik
2. Adanya kestabilan di Negara Importir
3. karena adanya asuransi kredit
III.Collection Draft (Wesel inkasso)
Dokumen yang diserahkan kepada importir atas dasar :
1. DP (Document againt Payment)
2. DA (Document againt Aceptance)
Keuntungan Importir dengan cara pembayaran Collection Draft :
1.Importir tidak perlu menyetor sejumlah uang untuk menjalin
pembukaan L/C
2.Biaya Bank kecil

23

3. Tidak perlu membayar sebelum dokumen kepemilikan diterima
importir
Dalam hal ini pihak eksportir tetap menanggung masalah dengan
resiko antara lain :
1.Resiko ekonomi dan politik di Negara Importir
2.Importir dapat mengulur waktu pembayarannya
3.Importir dapat membatalkan transaksi
4.Eksportir mencari pembeli baru
5.Eksportir membayar tambahan biaya pengepakan
6.Eksportir menanggung demurage
IV.Consigment
Adapun bentuk resiko yang mungkin terjadi :
1. Resiko modal
2.
Resiko tidak ada kepastian bagi eksportir untuk menerima
pembayaran
3. Resiko kenakalan importir
4. Resiko bila importir tidak membayar
24

V. Letter of Credit
Dengan sistem pembayaran bentuk L/C importir dan eksportir
merupakan cara yang paling aman karena :
1. Eksportir dipastikan akan ada pembayaran bila dokumen
pengapalan sesuai persyaratan dalam L/C telah lengkap
2. Importir dipastikan bahwa pembayaran dilakukan oleh Bank
bilamana L/C telah dipenuhinya
CARA LAIN PEMBAYARAN :
1.
2.
3.
4.

Barter
Barter dengan konsinasi
Advance Payment kurang dari 100%
Pembayaran secara tunai

25

SALES PEMBUKAAN L/C
SALES CONTRACT
SELLER
BENEFICIA RY

BUYER
APLICANT

APLICASI L/C

BANK
PEMBUKAA
N L/C

LETTER OF CREDIT

BANK
PEMBAYAR
PAYING BANK

BANK
KORESPOND
EN

ISSUING BANK

LETTER OF CREDIT

ADVISING BANK

26

KETERANGAN GAMBAR :
PARA PELAKU L/C TERDIRI :
1.APLICANT
: Importir yang mengajukan aplic. L/C
2.ISSUING BANK
: Bank yang membuka L/C
3.ADVISING BANK
: Bank yang meneruskan L/C
4.PAYING BANK : Bank yang membayar L/C
5.BENEFICIARY : Eksportir yang menerima L/C

4.LETTER OF CREDIT / LC (KREDIT BERDOKUMEN)
Letter of credit yang sering disebut L/C pada dasarnya adalah
sebuah dokumen yang dikeluarkan oleh bank devisa yang
menjamin kemampuan nasabah untuk membayar barang atau
jasa. Bank devisa tersebut menerbitkan atau mengeluarkan L/C
atas nama Importir atau Buyer. Selain itu juga menerbitkan hak
atau wewenang kepada eksportir atau seller untuk mendapatkan
pembayaran dalam rentang waktu tertentu sesuai ketentuan dan
persyaratan yang tertuang dalam L/C telah terpenuhi tanpa
adanya penyimpangan (discrepancy).

27

• Manfaat L/C
1.Memudahkan pembayaran transaksi ekspor impor dimana eksportir
dan importir belum saling mengenal
2.Pengamanan dana yang disediakan importir/kepastian pembayaran
dan menghindari resiko
3.Menjamin kelengkapan dokumen yang dipersyaratkan
4.Dimungkinkan eksportir dan importir memperoleh kredit dari bank
• Kebaikan dan kelemahan L/C
Kebaikan :
1.Eksportir merasa terjamin akan pembayaran
2.Eksportir menerima pembayaran segera dari bank pembayar bilamana
semua dokumen sesuai dengan persyaratan L/C diserahkan.
3.Eksportir dapat menggunakan L/C untuk pembayaran selanjutnya
4.Bagi importir tidak diharuskan menyediakan dana sepenuhnya.
5.Bagi importir dengan menggunakan hak kepemilikan dokumen
berdasarkan L/C untuk memperoleh pembiayaan selanjutnya.
6.Importir merasa terjamin bahwa banknya akan menolak pembayaran
28
kepada eksportir bila eksportir tidak memenuhi persyaratan sesuai L/C.

Kelemahan :
1.Terdapat biaya-biaya bank yang harus dibayarkan oleh importir
sehubungan dengan penanganan L/C.
2.Diperlukan waktu untuk memproses surat-surat yang diperlukan melalui
saluran bank.
3.Bank hanya berkepentingan dalam urusan bank saja yaitu menyangkut
dokumen, sedangkan urusan lainnya bank tidak mau tahu
4.Importir tidak mendapat jaminan bahwa barang yang dipesan dengan
yang sebenarnya dikapalkan.
• Isi dari L/C antara lain memuat :
‾ No, tanggal L/C
‾ Jenis dan sifat L/C
‾ Nama dan alamat pengirim
‾ Nilai valuta yang disediakan
‾ Uraian jumlah jenis, merk tipe barang
‾ Dokumen yang disyaratkan dan dilengkapi
‾ Batas waktu pengapalan/pengiriman
‾ Batas waktu berlakunya L/C
‾ Syarat dan kondisi pengapalan

29

L/C merupakan jaminan tertulis yang diterbitkan Issuing Bank atas
permintaan Applicant untuk :
1.Melakukan pembayaran kepada pihak ketiga (Beneficiary)
2.Memberikan kuasa kepada pihak lain (bank lain) untuk melakukan pembayaran
3.Memberi kuasa bank lain untuk menegosiasi, mengambil alih dan menyerahkan
dokumen-dokumen yang ditetapkan asalkan pesyaratan dan kondisi dari L/C
dipenuhi

FUNGSI L/C
1.Merupakan perjanjian bank dan bank dalam menyelesaikan transaksi komersial
Internasional
2.Memberikan pengamanan kepada pihak-pihak yang tersebut dalam invoice
dalam transaksi tersebut
3.Memastikan adanya pembayaran asalkan persyaratan yang diminta L/C telah
dipenuhi (sebagai jaminan)
4.Merupakan instrumen yang didasarkan hanya atas dokumen-dokumen dan
bukan atas barang-barang dagangan atau jasa-jasa
5.Membantu Issuing Bank memberikan fasilitas pembiayaan kepada importir dan
memonitor pengguanaanya

30

JENIS-JENIS L/C
̶̶
̶̶
̶̶
̶̶
̶̶̶̶
̶̶

Irrevocable L/C
Irrevocable Confirmed L/C
Red Clouse L/C
Revolving L/C
Transferable L/C
Restricted
Documentary L/C

- Revocable L/C
- Usance L/C
- Back to back L/C
- Merchant L/C
- Clean L/C

Para pihak terlibat L/C
1.
2.
3.
4.

Aplicant adalah Importir / opener
Opening bank adalah Bank pembuka
Advising Bank adalah Bank penyampaian amanat
Beneficiary adalah penerima L/C negotiating adalah bank dimana L/C
dinegosiasikan
31

THE DOCUMENTATIONS
(MACAM-MACAM DOKUMEN)
Merupakan seperangkat warkat/surat berharga untuk memenuhi persyaratan dalam
transaksi perdagangan Internasional, yang telah tercantum dalam L/C . Dan L/C merupakan
kelanjutan dari terbitnya perjanjian tertulis kontrak dagang (Sales Contract), yang telah
disepakati oleh kedua belah pihak (Eksportir dan Importir)

BILL OF LADING (B/L)
Salah satu dokumen yang negosiable dan berharga dalam handling/ negosiasi transaksi
eksport . Dan berkaitan dengan pengangkutan barang dengan kapal laut yang disebut
marine Bill of Lading atau Ocean Bill of Lading

BATASAN PENGERTIAN B/L
a.Sebagai dokumen bukti pengeluaran barang
b.Sebagai informasi kondisi barang yang dikirim
c.Sabagai dokumen bukti tanda terima barang
d.Sebagai dokumen bukti kepemilikan barang
32

COMMERCIAL INVOICE
Adalah salah satu dokumen penting yang memuat perincian harga barang yang
dikeluarkan oleh pihak perusahaan penjual atas transaksi tertentu dengan pihak
pembeli dan juga sebagai bukti transaksi serta alat penagihan atas nilai yang
tercantum didalamnya kepada pihak pembeli yang disebut didalam faktur itu.
Dalam Faktur diuraikan secara jelas hal-hal sebagai berikut :
1.Nama dan alamat pembeli sesuai yang ada di L/C
2.Dibuat oleh eksporitr yang nama dan alamatnya sesuai dengan yang ada dalam
L/C
3.Jumlah harga dalam Invoice harus tidak melebihi jumlah harga yang ada dalam
L/C
4.Perincian jenis, kwalitas barang tertera dalam invoice harus peris sama dengan
yang diminta dalam L/C
5.Invoice harus menyebutkan syarat pengapalan, syarat penjualan (FOB, C&F ,
CIF)
6.Invoice harus ditandatangani dan tidak boleh ditandatangani dengan
menggunakan cap /stempel harus asli
7.Dalam Invoice disebut nama kapal, tanggal pengapalan (tanggal BL, nomor dan
tanggal L/C serta Issuing Bank (Bank Pembuka L/C)
8.Jika L/C mensyaratkan Invoice dilegalisir oleh pihak lain maka Invoice tersebut 33
harus dilegalisir oleh pihak yang diminta dalam L/C.

CERTIFIKAT OF INSURANCE
Untuk mengurangi atau menutupi terjadinya resiko yang tidak diinginkan seperti resiko
kehilangan, resiko kebakaran dan resiko tenggelamnya kapal yang sedang memuat barang
yang dikirim keluar negeri (Eksport) perlu untuk diasuransikan.
Dan untuk menjaga kerugian yang besar pihak importir mengikat asuransi kerugian yang
dicantumkan dalam L/C.
Dengan L/C telah ditegaskan jenis pembayaran yang masing-masing menimbilkan hak dan
kewajiban tertentu dalam pembayaran transaksi antara lain :
oFOB (Free On Board), artinya harga yang ditanggung eksportir hanya sampai ke biaya
pemuatan ke atas Kapal. Dan setelah itu Eksportir tidak bertanggung jawab lagi dan sudah
beralih ke pihak Importir
oC&F (Cost and Freight), yaitu didalam harga telah termasuk harga barang dan biaya
tambang (angkutan) sampai ke negara tujuan menjadi tanggung jawab Eksportir. Dan
Eksportir tidak mau bertanggung jawab kalau ternyata terjadi musibah kapal di laut dan
beralih ke Importir.
oCIF (Cost, Insurance and Freight ) adalah harga barang telah termasuk asuransi dan biaya
angkut kapal/tambang, yang telah diselesaikan pembayarannya oleh pihak Eksportir di
negaranya dan dalam B/L biasanya tertera FREIGHT PREPAID
Ada beberapa dokumen yang juga harus dipersiapkan yaitu :
CERTIFICATE OF ORIGIN (Surat Keterangan Asal barang)
34
Yang diterbitkan oleh Departemen perindustrian dan Perdagangan. Dan kegunaan SKA ini
adalah untuk menegaskan kebenaran asal barang tersebut berasal dari negara Eksportir.

CERTIFICATE OF INSPECTION
Dokumen ini merupakan keterangan barang tentang keadaan barang yang dibuat oleh
Independet Surveyor, juru pemeriksa barang atau badan resmi yang disyahkan oleh
Pemerintah dan dikenal oleh dunia perdagangan Internasional.
Salah satu surveyor yang ditunjuk oleh Pemerintah Indonesia adalah PT. Superintending
Company of Indonesia (SUCOFINDO) yang bekerjasama dengan SGS (Sociate Generale de
Surveillance S.A) yang berkadudukan di Swiss. Dan lembaga ini membuat laporan
kebenaran pemeriksaan (LKP) atau Clean Report of Finding.

35

PENYERAHAN BARANG DALAM
PERDAGANGAN EKSPOR DAN IMPOR
Macam-macam cara penyerahan barang dan akibatakibatnya bagi ekspor dan impor.
a. Ex Works
“Ex Works” berarti bahwa penjual melakukan
penyerahan barang, bila dia menempatkan barangbarang itu untuk pembeli di tempat kediaman penjual
atau tempat lain yang ditentukan (yakni di tempat
kerja, pabrik, gudang dll), belum diurus formalitas
ekspornya dan juga tidak dimuat keatas kendaraan
pengangkut manapun
b. Free Carrier
“Free Carrier” berarti bahwa penjual melakukan
penyerahan barang-barang, yang sudah mendapat izin
ekspor, kepada pengangkut yang ditunjuk pembeli di
tempat yang disebut. Harus dicatat bahwa pemilihan
tempat penyerahan

36

Mempunyai dampak pada kewajiban muat bongkar
barang-barang di tempat itu. Jika penyerahan terjadi
ditempat penjual, maka penjual bertanggung jawab
untuk memuat. Jika penyerahan terjadi ditempat
lain, penjual tidak bertanggung jawab untuk
membongkar.
c. Free Alongside Ship
“Free Alongside ship” berarti bahwa penjual
melakukan penyerahan barang-barang, bila barangbarang itu ditempatkan disamping kapal di
pelabuhan pengapalan yang disebut. Hal ini berarti
bahwa pembeli wajib memikul semua biaya dan
semua resiko kehilangan atau kerusakan atas barangbarang mulai saat itu.
d.Free On Board
“Free on Board” berarti bahwa penjual
melakukan penyerahan barang-barang bila barangbarang melewati pagar
kapal di pelabuhan
pengapalan yang disebut.

37

Hal ini terjadi bahwa pembeli wajib memikul semua
biaya dan resiko atas kehilangan atau kerusakan
barang mulai dari titik itu.
e. Cost and Freight
“Cost and Freight” berarti bahwa penjual melakukan
penyerahan barang-barang bila barang-barang
melewati pagar kapal di pelabuhan pengapalan.
Penjual wajib membayar biaya-biaya dan ongkos
angkut yang perlu untuk mengangkut barang-barang
itu sampai ke pelabuhan tujuan yang disebut. Tetapi
resiko kehilangan atau kerusakan atas barang-barang
yang terjadi setelah waktu penyerahan itu berpindah
dari penjual kepada pembeli.
f. Cost Insurance and Freight
“Cost Insurance and Freight” berarti bahwa penjual
melakukan penyerahan barang-barang bila barangbarang itu melewati pagar kapal di pelabuhan
pengapalan.
38

Penjual wajib membayar semua biaya dan ongkos
angkut yang perlu untuk mengangkut barang-barang
itu sampai ke pelabuhan tujuan yang disebut. Tetapi
resiko hilang atau kerusakan atas barang-barang,
termasuk setiap biaya tambahan sehubungan dengan
peristiwa yang terjadi setelah waktu penyerahan itu
berpindah dari penjual kepada pembeli. Namun
dengan syarat CIF, penjual wajib pula menutup
asuransi angkutan laut terhadap resiko rugi atau
kerusakan atas barang-barang yang mungkin diderita
pembeli selama barang dalam perjalanan.
Berkenaan dengan itu, penjual wajib menutup
asuransi dan membayar premi. Pembeli perlu
mencatat bahwa syarat CIF, penjual wajib pula
menutup
asuransi
hanya
dengan
syarat
pertanggungan
minimum.
Sekiranya
pembeli
mengingini perlindungan yang lebih besar, maka
pembeli perlu mengadakan persetujuan dengan
penjual secara tegas, atau pembeli sendiri harus
mengurus asuransi tambahan itu.

39

Carriage Paid To
“Carriage
Paid
To....”
berarti
bahwa
penjual
menyerahkan barang-barang kepada pengangkut yang
ditunjuknya sendiri, tetapi penjual wajib pula membayar
ongkos angkut yang perlu untuk mengangkut barangbarang itu sampai ke tempat tujuan yang disebut. Hal
ini berarti bahwa pembeli memikul semua resiko dan
membayar setiap ongkos yang timbul setelah barangbarang yang diserahkan secara demikian.
“Carriage” berarti setiap orang yang mengadakan
kontrak angkutan, bertanggung jawab melakukan atau
menjamin terlaksananya pengangkut dengan kereta api,
jalan darat, udara, laut, sungai atau dengan kombinasi
dari alat angkut itu.
Sekiranya dipakai pengangkut-pengangkut pengganti
untuk meneruskan pengangkutan sampai ke tempat
tujuan yang dijanjikan, maka risiko (penjual) berakhir
bila barang-barang telah diserahkan kepada pengangkut
pertama.
g.

40

Carriage And Insurance Paid To
“Carriage and Insurance Paid To ...” berarti bahwa
penjual
menyerahkan
barang-barang
kepada
pengangkut yang ditunjuknya sendiri, tetapi penjual
wajib pula membayar ongkos angkut yang perlu untuk
mengangkut barang-barang itu sampai ke tempat tujuan
yang disebut.
Hal ini berarti bahwa pembeli memikul semua resiko
dan membayar. Setiap ongkos yang timbul, setelah
barang-barang yang diserahkan secara demikian.
Namun dalam hal CIP, penjual juga menutup asuransi
terhadap resiko rugi dan kerusakan atas barang yang
menimpa pembeli selama barang dalam perjalanan.
Pembeli perlu mencatat bahwa dengan syarat CIP,
penjual dituntut untuk menutup asuransi hanya dengan
syarat minimum. Sekiranya pembeli mengingini
perlindungan yang lebih besar maka pembeli perlu
mengadakan persetujuan dengan penjual secara tegas,
atau pembeli harus mengurus asuransi tambahan itu.
h.

41

“Carrier” berarti setiap orang yang mengadakan
kontrak angkutan, bertanggung jawab melakukan atau
menjamin terlaksananya pengangkutan dengan kereta
api, jalan darat, udara, laut, sungai atau dengan
kombinasi dari alat angkut itu. Sekiranya dipakai
pengangkutn-pengangkutan sampai ke tempat tujuan
yang dijanjikan, maka resiko (penjual) berakhir bila
barang-barang telah diserahkan kepada pengangkutan
pertama.
Delivered At Fronttier
“Delivered at Frontier” berarti bahwa penjual
menyerahkan barang-barang bila barang-barang itu
telah ditempatkan kepada kewenangan pembeli pada
saat datangnya alat angkut, belum dibongkar, sudah
diurus formalitas ekspornya, namun belum diurus
formalitas impornya, di tempat atau pada titik yang
disebut di wilayah perbatasan tetapi belum memasuki
wilayah pabean dari negara yang bertetangga.
i.

42

Istilah “Frontier boleh dipakai untuk daerah
perbatasan mana saja, termasuk perbatasan dari
negara pengekspor itu sendiri. Oleh karena itu adalah
penting sekali untuk merumuskan secara tepat tentang
perbatasan itu, dengan selalu menyebut titik dalam
syarat itu.
Namun, bila pihak-pihak terkait mengingini penjual
untuk bertanggung jawab membongkar barang-barang
dari alat yang baru sampai itu dan memikul resiko dan
biaya pembongkaran, maka hal ini harus dibuat sejelasjelasnya dengan menambahkan dengan kata-kata yang
tegas didalam kontrak jual beli bersangkutan.
Delivered Ex Ship
“Delivered
Ex
Ship”
berarti
bahwa
penjual
menyerahkan barang-barang bila barang-barang itu di
tempatkan ke dalam kewenangan pembeli di atas
kapal, belum diurus formalitas impornya, di pelabuhan
tujuan yang disebut.
j.

43

Penjual wajib memikul semua biaya dan resiko yang
terkait dengan pengangkutan barang-barang itu sampai
ke pelabuhan tujuan yang disebut sebelum dibongkar.
Bila pihak-pihak terkait mengingini penjual memikul
biaya dan resiko pembongkaran barang-barang itu,
maka sebaiknya dipakai syarat DEQ.
Delivered Duty Unpaid
“Delivered Duty Unpaid” berarti bahwa penjual
menyerahkan barang-barang kepada pembeli, belum
diurus formalitas impornya, dan belum dibongkar dari
atas alat angkut yang baru datang di tempat tujuan
yang disebut. Penjual wajib memikul semua biaya dan
resiko yang terkait dengan pengangkutan barangbarang itu sampai kesana, kecuali bea masuk (Istilah
ini termasuk tanggung jawab mengurus formalitas
pabean, pembayaran biaya resmi (formalitas), bea
masuk, pajak-pajak dan biaya lainnya) yang diperlukan
di negara tujuan
k.

44

Bea masuk semacam itu harus dipikul oleh pembeli termasuk
semua biaya dan resiko yang disebabkan oleh kegagalan
mengurus formalitas impor pada waktunya. Namun, bila
pihak-pihak terkait mengingini penjua yang akan mengurus
formalitas kepabeanan dan memikul biaya dan resiko yang
ditimbulkannya, termasuk biaya impor lainnya, maka hal ini
harus ditegaskan dengan cara menambahkan kata-kata yang
jelas di dalam kontrak jual beli.
l. Delivered Duty Paid
“Delivered Duty Paid” berarti bahwa penjual menyerahkan
barang-barang kepada pembeli sudah diurus formalitas
impornya, namun belum dibongkar dari atas alat angkut yang
baru datang di tempat tujuan yang disebut. Penjual wajib
memikul semua biaya-biaya dan resiko yang terkait dengan
pengangkutan barang itu sampai kesana, termasuk bea
masuk apapun
(Istilah ini termasuk tanggung jawab
mengurus formalitas pabean, pembayaran biaya resmi
(formalitas), bea masuk, pajak-pajak dan biaya lainnya) yang
diperlukan di negara tujuan.
45

Sementara syarat EXW menggambarkan tanggung
jawab yang minimal dari penjual, maka syarat
DDP memberikan gambaran suatu tanggung jawab
yang maksimal kepada penjual. Syarat ini
janganlah dipakai bila secara langsung atau tidak
langsung penjualk tak akan mungkin memperoleh
izin impor. Namun, bila pihak-pihak terkait ingin
untuk mengeluarkan dari tanggung jawab penjual
beberapa jenis biaya yang dikenakan atas impor
barang-barang (seperti pajak pertambahan Nilai =
VAT), maka hal ini harus dijelaskan dengan cara
menambahkan kata-kata yang tegas di dalam
kontrak jual beli. Bila pihak-pihak terkait
mengingini pembeli yang akan memikul semua
resiko dan biaya pengimporan ini, maka dipakai
syarat DDU.
46

AKIBAT PENYERAHAN BARANG TERHADAP HARGA
BARANG (NILAI IMPOR)
Jenis Biaya yang menjadi tanggung
Penjual (pada umumnya)

Syarat Penyerahan
a.

Loco Gudang Penjual
(Biaya 1 dan 2)

1.

Biaya pembuatan barang (biaya
produksi)
ditambah
biaya
pemeliharaan
selama
dalam
kekuasaan penjual

b.

Ex Gudang Penjual
(Biaya 1 s/d 4)

2.

Keuntungan yang diperhitungkan
penjual

c.

Ex Gudang Penjual
di atas alat angkut
( Biaya 1 s/d 5)

3.

Ongkos pengepakan : bahan
embalage, upah, ongkos membuat
merk pada pengepakan.

d.

Free Alongside Ship
(FAS) (Biaya 1 s/d 8)

4.

Upah memindahkan barang keluar
pintu gudang penjual sendiri

e.

Free On Board (FOB)
( Biaya 1 s/d 10)

5.

Upah menaikkan barang ke atas
alat angkut (ke atas truk, ke atas
gerbong dan lain-lain)

f.

Cost and Freight (C
& F) (Biaya 1 s/d 11/

6.

Ongkos angkut barang dari gudang
penjual sampai di sisi kapal di

47

g

C & F Landed / Free
Overside (FOS)
(Biaya 1 s/d 12 )

7.

Ongkos bongkar barang dari atas
alat angkut ke dermaga di sisi
kapal

h.

Cost Insurance
Freight (CIF)
Biaya 1 s/d 13)

8.

Biaya ke luar barang seperti bea
ekspor,
bea
statistik,
biaya
administrasi

i.

CIF Cleared
(Biaya 1 s/d 14)

9.

Ongkos muat barang dari dermaga
ke atas kapal (tallying cost)

j.

Franco Gudang
Pembeli di atas alat
angkut
(Biaya 1 s/d 15)

10.

Biaya
administrasi
shipping
documents seperti bea-materai bill
of lading

k.

Franco Gudang
Pembeli
(Biaya 1 s/d 16 )

11.

Ongkos angkut dari pelabuhan
muat sampai ke pelabuhan tujuan

12.

Ongkos bongkar barang dari atas
kapal turun ke dermaga di
pelabuhan (destination port)

13.

Premi asuransi dari barang-barang

14.

Bea masuk dan bea-impor lainnya

48

Barang sampai di pelabuhan tujuan
termasuk sewa gudang selama
barang berada di gudang entre-port
15.

Ongkos
angkut
dari
gudang
entreport atau pelabuhan lainnya
di pelabuhan tujuan sampai ke
gudang yang ditunjuk oleh pembeli

16.

Ongkos menurunkan barang dari
alat angkut dan menyusunnya di
dalam gudang pembeli

49

BENTUK – BENTUK PENYERAHAN
BARANG

EKSPOR

CFR / CIF

IMPOR

FOB
FAS

LOCO
50

FRANCO

UNDANG - UNDANG NO. 10 TAHUN 1995 TENTANG
KEPABEANAN JO. UNDANG - UNDANG NO. 17
TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN UU NO .10
TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN
POKOK – POKOK PIKIRAN
LATAR BELAKANG
ADANYA TUNTUTAN DAN MASUKAN DARI MASYARAKAT AGAR :
• MEMBERIKAN FASILITASI DAN PERLINDUNGAN PERDAGANGAN DAN
INDUSTRI;
•MEMPERTEGAS KETENTUAN MENGENAI PIDANA UNTUK MENANGKAL
PENYELUNDUPAN;
•MEMPERBERAT SANKSI TERHADAP PELANGGARAN KEPABENAN
UNTUK MENIMBULKAN EFEK JERA;
•MEMBERIKAN KEWENANGAN KEPADA DJBC UNTUK MENGAWASI
PENGANGKUTAN BARANG TERTENTU DALAM DAERAH PABEAN;
•MEMBERIKAN KESETARAAN PENGENAAN SANKSI BAGI PEGAWAI
DJBC YANG TURUT SERTA DALAM PELANGGARAAN KEPABEANAN.

51

LINGKUP PERUBAHAN
A. FASILITASI PERDAGANGAN
B. PENGAWASAN
C. SANKSI
D. KEWENANGAN DJBC
E. TEKNOLOGI INFORMASI
F. PEMBINAAN PEGAWAI
G.LAIN-LAIN

52

LAIN - LAIN
1. SAAT PELUNASAN BEA MASUK YANG TERHUTANG DAN
KEKURANGAN BEA MASUK DAN SANKSI ADMINISTRASI BERUPA
DENDA AKIBAT PENETAPAN PEJABAT : PASAL 37, PASAL 37 A
2. MATA UANG DAN NILAI TUKAR UNTUK PERHITUNGAN DAN
PEMBAYARAN BEA MASUK : PASAL 30
3. PERUBAHAN
DATA
PEMBERITAHUAN
PABEAN
KARENA
KEKHILAFAN : PASAL 10C
4. BEA KELUAR : PASAL 1, PASAL 2A
5. PEMBERIAN INFORMASI OLEH DIREKTUR JENDERAL : PASAL
115B
6. PERUBAHAN
FRASE
“PENGADILAN
NEGERI”
MENJADI
“PENGADILAN NIAGA” DALAM PASAL YANG MENGATUR HAKI :
PASAL 54, PASAL 56, PASAL 57, PASAL 58, PASAL 59, PASAL 60,
PASAL 61, PASAL 62
7. PERUBAHAN
KETENTUAN
TENTANG
KEDATANGAN
DAN
KEBERANGKATAN SARANA PENGANGKUTAN : PASAL 7A, PASAL
9A

53

KETENTUAN UMUM
1. Kepabeanan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
pengawasan atas lalu lintas barang yang masuk atau keluar daerah
pabean serta pemungutan bea masuk dan bea keluar.
2. Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah
darat, perairan dan ruang udara di atasnya, serta tempat-tempat tertentu
di Zona Ekonomi Eksklusif dan Landas Kontinen yang di dalamnya
berlaku Undang-Undang Kepabeanan.
3. Kawasan Pabean adalah kawasan dengan batas-batas tertentu di
pelabuhan laut, bandar udara, dan atau tempat lain yang ditetapkan
untuk lalu lintas barang yang sepenuhnya berada di bawah pengawasan
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
4. Kantor Pabean adalah Kantor Pelayanan Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai tempat dipenuhinya kewajiban pabean sesuai dengan ketentuan
Undang-undang Kepabeanan
5. Pos Pengawasan Pabean adalah tempat yang digunakan oleh pejabat
Bea dan Cukai untuk melakukan pengawasan terhadap lalu lintas barang
impor dan ekspor

54

6. Kewajiban Pabean adalah semua kegiatan di bidang kepabeanan yang
wajib dilakukan untuk memenuhi ketentuan dalam Undang-Undang
Kepabeanan
7. Pemberitahuan Pabean adalah pernyataan yang dibuat oleh orang dalam
rangka melaksanakan kewajiban pabean dalam bentuk dan syarat yang
ditetapkan dalam Undang-Undang Kepabeanan
8. Impor adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah pabean
9. Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean

55

DEARAH PABEAN
KAWASAN
PABEAN
TEMPAT
PENIMBUANAN
TEMPAT
PENIMBUNAN
SEMENTARA
PASAL 43 UU NO. 10 /
1995

DALAM
AREAL
PELABUHAN

TEMPAT
LAIN

TEMPAT
PENIMBUNAN
PASAL BERIKAT
44 UU NO. 10 /
1995






KB
GB
ETP
TBB

DI LUAR AREAL
PELAB.
DP 3
DEPO PETI KEMAS PENGAWASAN PABEAN

TEMPAT
PENIMBUNAN
PASAL 48 UU NO. 10 /
PABEAN
1995

YANG
SUDAH
ADA
HANYA/BARU
DI
SOEKARNO-HATTA

BARANG TIDAK
DIKUASAI

BARANG DIKUASAI
NEGARA
•BARANG
MENJADI
MILIK NEGARA

SUATU LOKASI DILUAR D. KERJA
56
PENYELENGGARAAN PELABUHAN
YANG MEMENUHI PERSYARATAN
TERTENTU
DAN
MERUPAKAN
PERPANJANGAN LINI 1

KANTOR PABEAN

PASAL 1

POS

POS

TPS

TPS
TPP

57

TEMPAT PENIMBUNAN BERIKAT (TPB)

KAWASAN PABEAN

TPB
PENIMBUNAN

TPB PENGOLAHAN

TPS

TPB PAMERAN

TPB PENJUALAN

58

TEMPAT-TEMPAT
PENIMBUNAN
Ada 3 tempat Penimbunan :
1.Tempat Penimbunan Sementara (Pasal 43)
2.Tempat Penimbunan Berikat (Pasal 44)
3.Tempat Penimbunan Pabean (Pasal 48)
1. TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA (TPS)
Adalah bangunan dan /atau lapangan atau tempat lain yang disamakan
dengan itu di kawasan Pabean untuk menimbun barang sementara menunggu
pemuatan atau pengeluarannya.
Di setiap kawasan Pabean disediakan tempat penimbunan sementara yang
dikelola oleh pengusaha tempat penimbunan sementara.
D i TPS terdapat :
1. Gudang Penimbunan
2. Lapangan Penimbunan
3. Tempat – tempat lain seijin Kepala Kantor Bea dan Cukai

59

Jangka waktu Penimbunan
yang berada di areal pelabuhan batas maksimum waktu
penimbunan adalah 30 hari sejak tanggal penimbunnanya
Di TPS yang berada di luar area pelabuhan batas maksimum
waktu
penimbunaan
adalah
60
hari
sejak
tanggal
penimbunannya.
Batas maksimum penimbunan tersebut dengan tujuan untuk :
1.Mencegah penimbunan yang berlarut-larut sehingga bisa
menimbulkan stagnasi atau kongesti
2.Kepentingan hak-hak negara agar segera dilunasi
Oleh sebab itu apabila penimbunan melewati batas
tersebut, barang berubah status menjadi barang yang tidak
dikuasai yang artinya :
1.Penimbuannya dipindahkan ke Tempat Penimbunan Pabean
(TPP) dan di pungut sewa gudang
2.Barang tersebut terancam dilelang apabila dalam tempo 60 hari
sejak di TPP belum diselesaikan
Pemasukan barang Impor ke TPS tidak mendapat fasilitas
penundaan bea-bea dan pungutan lainnya dan penyelesaian 60
impornya sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam
SK menteri keuangan.
Di TPS

DP3 (DEPOT PETI KEMAS PENGAWASAN PABEAN)
Dalam rangka untuk meningkatkan kelancaran arus barang/peti kemas
dipelabuhan dengan tanpa mengurangi pengamanan penerimaan
keuangan negara Pemerintah memberikan fasilitas kepada kepada dunia
usaha untuk mendirikan Depo Peti Kemas Pengawasan Pabean disingkat
DP3.

Pengertian
DP3 adalah suatu lokasi diluar daerah kerja penyelenggaraan pelabuhan
yang memenuhi persyaratan tertentu dan merupakan perpanjangan
wilayah Lini I yang berfungsi sebagai :
a.Tempat Penimbunan Sementara barang impor yang menggunakan peti
kemas yang belum diselesaikan kewajiban pabeannya dan
pendistribusian
barang impor yang telah diselesaikan kewajiban
Pabeannya.
b.Tempat Penimbunan Sementara dan konsolidasi barang/peti kemas
untuk tujuan ekspor
c.Tempat penangan kegiatan peti kemas untuk tujuan ekspor.

61

2. TEMPAT PENIMBUNAN BERIKAT (TPB)
PENGERTIAN
Tempat Penimbunan Berikat adalah bangunan, tempat atau kawasan yang
memenuhi persyaratan tertentu didalam Daerah Pabean yang digunakan untuk
menimbun, mengolah, memamerkan, dan/atau menyediakan barang untuk dijual
dengan mendapatkan perlakuan khusus di bidang Kepabeanan, Cukai, dan
perpajakan yang dapat berbentuk Kawasan Berikat, Pergudangan Berikat,
Entreoot untuk tujuan Pameran atau Toko Bebas Bea.
Tujuan pengadaan Tempat Penimbunan Berikat adalah :
1.untuk memberikan fasilitas kepada pengusaha berupa pengangguhan
pembayaran bea masuk serta dapat melakukan kegiatan menyimpan, menimbun,
memamerkan, menjual, mengemas, mengemas kembali, dan / atau mengolah
barang yang brerasal dari luar daerah Pabean tanpa lebih dahulu dipungut bea
masuknya.
2.Dapat dijamin adanya kelancaran arus barang dalam kegiatan impor atau
ekspor serta peningkatan produksi dalam negeri dalam rangka Pembangunan
dan Pengembangan Ekonomi Nasional
Fasilitas ini diberikan :
1.Agar barang dan bahan baku (BB) dekat dengan pabrik
62
2.Agar barang jadi dekat dengan konsumen, sehingga dengan demikian dapat
diharapkan harga barang dapat bersaing dipasaran global dan memberikan
kemudahan terhadap pembeli-pembeli tertentu.

Sesuai dengan fungsi dan tujuannya TPB dapat dikenal menjadi 5 bentuk yaitu :
1.Kawasan Berikat (KB)
2.Pergudangan Berikat (PGB)
3.Entrepot untuk Tujuan Pameran (ETP)
4.Toko Bebas Bea (TBB)
1. KAWASAN BERIKAT
Kawasan Berikat adalah suatu banguan, tempat, atau kawasan dengan batas-batas tertentu
yang didalamya dilakukan kegiatan usaha industri pengolahan barang dan bahan, kegiatan
rancang bangun, perekayasaaan, penyortiran, pengepakan atas barang dan bahan asal
impor dari dalam daerah Pabean Indonesia lainnya yang hasilnya untuk tujuan ekspor
Unsur sebuah tempat disebut KB :
1. Adanya suatu kawasan dengan batas-batas tertentu
2. Kawasan tersebut terletak dalam wilayah Pabean Indonesia
3.Adanya pemasukan barang baik dari luar maupun dari dalam daerah Pabean
4. Pemasukan barang tersebut tidak dipungut dan pungutan lainnya (ketentuan khusus)
Pengeluaran barang dari TPB atas persetujuan Pejabat Bea dan Cukai untuk :
a.Di Impor untuk dipakai
b.Di Olah
c.Di Ekspor sebelum atau sesudah diolah atau
d.Diangkut ke Tempat Penimbunan Berikat lain atau Tempat Penimbunan Sementara

63

GUDANG BERIKAT
Gudang Berikat adalh suatu bangunan atau texpat dengan bats-batas tertentu
yang didalamnya dilakukan kegiatan usaha penimbunan, pengemasan,
penyortiran, pengepakan, pemberian merek/label, pemotongan, atau kegiatan
lain dalam rangka fungsinya sebagai pusat distribusi barang-barang asal impor
untuk tujuan dimasukkan ke Daerah Pabean Indonesia lainnya, Kawasan Berikat
atau direekspor tanpa adanya pengolahan.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa :
̶̶ Fungsi gudang tersebut hanyalah untuk kegiatan usaha
̶̶ Penimbunan
̶̶ Pengemasan
̶̶ Penyortiran
̶̶ Pengepakan
̶̶ Pemberian merek/label
̶̶ Pemotongan
̶̶Dalam gudang tersebut tidak dilakukan pengolahan, dengan perkataan lain
tidak melakukan proses pembuatan barang-barang siap konsumsi
̶̶Barang-barang yang dimasukkan hanyalah barang yang berasal dari LDP
̶̶Setelah melalui kegiatan diatas tujuan akhir barang-barang tersebut adalah
untuk :
̶̶Impor ke DPIL
64
̶̶KB
̶̶Reekspor

3. ENTROPOT UNTUK TUJUAN PAMERAN
Pengertian
Entropot untuk Tujuan Pameran adalah suatu bangunan atau kawasan dengan
batas-batas
tertentu
yang
didalamnya
dilakukan
kegiatan
usaha
penyelenggaraan pameran barang hasil industri asal impor atau barang industri
dari dalam daerah Pabean yang menyelenggarakan yang bersifat Internasional.
Dari pengertian di atas kriteria sebuah ETP adalah :
1.Suatu Kawasan dengan bats-batas tertentu
2.Kegiatan di kawasan tersebut hanya untuk pameran
3.Yang dipamerkan hasil industri
4.Hasil industri bisa berasal dari import dan dari DPL
5.Penyelenggaraannnya bersifat Interbnasional

4. TOKO BEBAS BEA
Adalah tempat yang khusus dipergunakan sebagai toko untuk menjual barangbarang bebas bea dan pungutan negara lainnya kepada mereka yang berhak
membeli dalam batas nilai tertentu dengan mendapatkan pembebasan bea
masuk ,cukai dan pajak.
65

KRITERIA TBB HARUS MEMENUHI UNSUR-UNSUR
SEBAGAI BERIKUT :
1.
2.
3.
4.
5.

Adanya tempat khusus
Fungsinya untuk menimbun, menyediakan barang-barang
Asal Import maupun asal DPL
Untuk dijual atau menjual
Kepada orang yang berhak

Yang berhak membeli barang di TBB adalah :
1. Para anggota Korps Diplomatik
2. Tenaga Ahli bangsa asing yang bekerja
Internasional
3. Orang yang bepergian ke lLuar Negeri
4. Orang yang tiba dari Luar Negeri

pada

lembaga-lembaga

LOKASI :
1. Di Tempat pemberangkatan
2. Di Terminal Kedatangan
3. Di dalam Kota
PEMBATASAN NILAI PEMBELIAN
Pembelian dengan kartu khusus di TBB, dalam kota dibatasi US $ 250/bln per
orang – US $ 1000/bln per keluarga.

66

TEMPAT PENIMBUNAN PABEAN (TPP)
PENGERTIAN
TPP adalah bangunan dan / atau lapangan atau tempat lain yang disamakan dengan itu yang disediakan
oleh pemerintah di kantor Pabean yang berada di bawah pengelolaan DJBC untuk menyimpan barang yang
dinyatakan tidak dikuasai, barang yang dikuasai negara dan barang yang menjadi milik negara berdasarkan
undang-undang kepabeanaan.
TPP pengeloalaanya dilakukan oleh DJBC
TPP difungsikan hanya untuk menimbun barang-barang yang statusnya :
̶̶ Tidak dikuasai
̶̶ Yang dikuasai negara
̶̶ yang menjadi milik negara
PENGERTIAN BARANG YANG TIDAK DIKUASAI DAPAT BERASAL :
1.Barang di TPS yang melebihi jangka waktu penimbunan yang diperbolehkan
2.Barang yang di TPB yang ijinnnya telah dicabut dan dalam batas waktu 30 hari tidak diselesaikan
3.Barang yang dikirim melalui POS :
̶̶ Yang ditolak si alamat
̶̶ Yang diterima kembali setelah ditolak dari luar dan dialamat tidak diketahui
PENGERTIAN BARANG YANG DIKUASAI NEGARA ADALAH:
a. Barang yang impornya dilarang atau dibatasi
b. Barang atau sarana pengangkut yang ditinggalkan
c. Barang atau sarana pengangkut yang ditinggalkan di Kawasan Pabean oleh Pemilik yang tidak dikenal
PENGERTIAN YANG MENJADI MILIK NEGARA ADALAH :
a.Barang yang berasal dari barang yang tidak dikuasai barang tersebut berupa barang yang dilarang
impornya
b.Barang yang berasal dari barang yang tidak dikuasai dan barang tersebut berupa barang yang dibatasi
impornya dan tidak diselesaikan dalam 60 hari

67

Pemasukan barang impor ke TPP adalah merupakan kehendak undang-undang untuk
mengamankan hak-hak negara dan perlindungan serta pengawasan terhadap barang larangan
dan batasan

68

DASAR PEMUNGUTAN BEA MASUK DAN BEA
KELUAR
 Barang yang dimasukkan ke dalam daerah pabean diperlakukan
sebagai barang impor dan terhutang bea masuk (pasal 2 ayat 1)
PASAL 2 (1)

TERUTANG BEA MASUK

I
M
P
O

BARANG

BARANG IMPOR

R
LUAR DAERAH PABEAN

DAERAH PABEAN

69

PENGERTIAN BEA MASUK
Bea masuk adalah pungutan negara berdasarkan undang-undang
kepabeanan yang dikenakan terhadap barang impor
Cara memungut bea masuk :
a.Berdasarkan spesifik : dipungut berdaskan ukuran berat dan takaran
b.Berdasarkan Advalorum (Harga Barang)
Bea masuk dihitung atas dasar harga barang / nilai pabean.
Terdiri dari nilai CIF :
C = Cost – Lihat nilai pada dokumen Invoice
I = Insurance - Lihat pada polis Assuransi
F = Freifgt – Lihat pada dokumen Bill of Lading / BL
Untuk mengitung bea masuk mengggunakan rumus sebagai berikut :

BM = .... (Tarif BM) % x CIF (NDPBM)
Catatan :
NDPBM = Nilai dasar perhitungan bea masuk
Pungutan yang lain yang dibebankan pada importir adalah pajak dalam
rangka impor (PDRI)

70

RUMUS : PPH22 = .... ( TARIF) % X (CIF. NDPBM) +
BEA MASUK
PPN = .... ( Tarif) % x (CIF. NDPBM) + Bea Masuk
PPN = PPn BM = .... ( Tarif) % x (CIF. NDPBM) + Bea Masuk

TARIF DAN NILAI PABEAN
Tarif bea masuk (Pasal 12) setinggi-tingginya 40%
dengan pengecualian : Terhadap :
1.Barang Impor hasil pertanian tertentu
2.Barang Impor yang termasuk daftar Eksklusif

skedul XXI

(GATT)
3.Barang Impor sebagaimana dimaksud dalam PASAL 13
ayat 1

71

TARIF DAN NILAI PABEAN PASAL
12
TARIF BEA MASUK

SETINGGI-TINGGINYA
40%

PENGECUALIAN

BARANG IMPOR HASIL PERTANIAN
TERTENTU
BARANG IMPOR YANG TERMASUK DALAM
DAFTAR EKSKLUSIF SKEDUL XXI (GATT)

BARANG IMPOR SEBAGAIMANA DI
MAKSUD DALAM PASAL 13 AYAT (1)
PELAKSANAAN LEBIH LANJUT DIATUR OLEH MENTERI

72

CONTOH PERHITUNGAN BEA MASUK DAN PAJAK DALAM RANGKAQ
IMPORT :
CIF (Nilai Pabean dalam rupiah)
BM (Sesuai HS) 5% x Rp. 100.000,PPn 10% x Rp. 105.000,PPh (dengan API) 2,5 % x Rp. 105.000,-

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

100.000,5.000.10.500,2.625,-

Rp.

118.125,-

Jumlah BM dan PDRI yang seharusnya dibayar sebesar Rp. 18.125,-

73

PASAL 13 (1)
TENTANG PERKECUALIAN DARI PASAL
12 AYAT 1

Bea Masuk dapat dikenakan berdasarkan tarif yang besarnya
berbeda dengan yang dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1/
terhadap :
a.Barang Impor yang dikenakan tarif Bea Masuk berdasarkan
perjanjian atau kesepakatan Internasional.
b.Barang Impor bawaan penumpang, awak sarana pengangkut,
pelintas batas, atau barang kiriman melalui pos atau jasa titipan
atau,
c.Barang Impor yang berasal dari negara yang memeperlakukan
barang ekspor Indonesia secara diskriminatif.
74

PASAL 14 (1)
TENTANG KLASIFIKASI BARANG
1) Untuk penetapan tarif Bea Masuk dan Bea Keluar, barang
dikelompokkan berdasarkan sistem klasifikasi barang.
2) Ketentuan tentang Klasifikasi barang diatur lebih lanjut oleh
Menteri.

Penjelasan Pasal 14
Yang dimaksud dengan sistem klasifikasi barang dalam pasal
ini adalah suatu daftar penggolongan barang yang dibuat
secara sistematis dengan tujuan untuk mempermudah
penarifan, transaksi perdagangan, pengangkutan dan
statistik.

75