PERANAN GURU PAI DALAM PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA

  

PERANAN GURU PAI DALAM

PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA

Achmad Sa’i

  Kementerian Agama Kabupaten Magelang

  

Razib Sulistiyo

  MI Al-Islam Tonoboyo Magelang mitonoboyo@gmail.com

  

Abstract

  Islamic Education Teacher (PAI) is obliged by implementation of nation character education. In basic, Teacher Professional Ethics also wishes to do so. PAI teacher can not stand that his object is most responsible for the success of the nation character education in the schools. He is needed to emphasize that its function is not limited to the classroom to instill broad national character but as a carrier of an influential character in the community. It requires strengthening communication and cooperation of teachers.

  keywords: rule, Islamic Education Teacher, nation character education

A. Pendahuluan

  Andi Suwirta dan Arlin Adam mendeskripsikan Akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21 M (Masehi), Indonesia mengalami masalah etnisitas, nasionalitas, dan integrasi nasional di Indonesia yang berdampak pada perwujudan Indonesia sebagai bagian dari negara-bangsa yang maju,

  1 sejahtera, dan merdeka bagi semua anak bangsa di masa depan.

  Permasalahan integrasi bangsa tersebut perlu pemecahan segera dan pencegahan secara jangka panjang. Semua aspek kehidpan sosial masyarakat perlu terlibat di dalamnya. Pendidikan pun berkewajiban seperti yang lain bahkan menempati posisi penting dalam pencegahan dan penyelesaian masalah integrasi secara bersamaan. Aspek itu bisa memulai dengan pengembangan karakter bangsa Indonesia di area tanggung jawabnya.

  Dalam pengembangan karakter bangsa Indonesia, guru pendidik berperan strategis. Sampai kapanpun, guru sebagai pembentuk watak bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan tak akan padam. UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1 ayat (1) memperjelas peran itu dalam mendefinisikannya sebagai berikut: ACHMAD SA’I DAN RAZIB SULISTIYO

  “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”

  Setiap Guru dalam Pendidikan Indonesia mempunyai kewajiban terlibat dalam pendidikan karakter bangsa. Hal itu telah diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam pasal 3 dinyatakan bahwa:

  “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) tak ketinggalan terhadap kewajiban implementasi pendidikan karakter bangsa di lingkugannya. Secara dasar, Etika profesi guru juga berkehendak demikian. Guru PAI tidak bisa berpijak bahwa bidang pelajarannya paling bertanggung jawab terhadap keberhasilan pendidikan karakter bangsa di sekolahnya.

B. Pendidikan Karakter Bangsa

  Samani dan Hariyanto menyatakan pendidikan karakter adalah upaya terencana menjadikan peserta didik mengenal, peduli, dan menginter- nalisasikan nilai-nilai sehingga peserta didik berperilaku sebagai insan

  2

  kamil. Mulyasa berpendapat pendidikan karakter menekankan pada keteladanan, penciptaan lingkungan, dan pembiasaan. Pendidikan karakter mempunyai tingkatan yang lebih tinggi dengan pendidikan budi perkerti. Hal ini ditunjukan dengan ruang lingkup pelaksanaan yang tidak terbatas pada

  3 proses pembelajaran.

  Tujuan pendidikan karakter adalah membentuk akhlak mulia peserta didik seperti yang diutarakan oleh Muslich. Tujuan pendidikan karakter

  4

  adalah; “Meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu dan seimbang. melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternali- sasikan, serta mempersonalisasikan nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari”.

PERANAN GURU PAI DALAM PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA

1. Nilai-Nilai Karakter Bangsa

  Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang dilakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa. Adapun dalam desain induk Pendidikan Karakter, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI juga telah menjelaskan konfigurasi karakter dalam konteks proses psikososial dan sosial-kultural dalam empat kelompok besar, yaitu: a. Olah Hati (spiritual and emotional development);

  b. Olah Fikir (intellectual development);

  c. Olah Raga dan Kinestetik (physical and kinesthetic development); dan

  5 d. Olah Rasa dan Karsa (affective and creativity development).

  Nilai-nilai karakter yang dijadikan sekolah sebagai nilai-nilai utama yang disarikan dari butir-butir standar kompetensi lulusan dan mata pelajaran yang ditargetkan untuk diinternalisasi oleh peserta didik. Tim Pendidikan Karakter Kemendiknas mendeskripsikan nilai-nilai tersebut antara lain: a. Nilai karakter dalam hubungan dengan Tuhan (religius) berupa Pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai ajaran agamanya.

  b. Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri 1) Jujur

  Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri dan pihak lain. 2) Bertanggung jawab

  Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan YME.

  3) Bergaya hidup sehat Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan. 4) Disiplin

  Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. ACHMAD SA’I DAN RAZIB SULISTIYO

  5) Kerja keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar/ pekerjaan) dengan sebaik-baiknya. 6) Percaya diri

  Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya. 7) Berjiwa wira usaha

  Sikap dan perilaku yang mandiri dan pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya. 8) Berfikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif

  Berpikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan atau logika untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan termutakhir dari apa yang telah dimiliki. 9) Mandiri

  Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. 10)Ingin tahu

  Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. 11) Cinta ilmu

  Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan.

  c. Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama 1) Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain

  Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi milik/hak diri sendiri dan orang lain serta tugas/kewajiban diri sendiri serta orang lain. 2) Patuh pada aturan-aturan sosial

  Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan masyarakat dan kepentingan umum. 3) Menghargai karya dan prestasi orang lain

PERANAN GURU PAI DALAM PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA

  Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain. 4) Santun

  Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun tata perilakunya ke semua orang. 5) Demokratis

  Cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

  d. Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan (peduli sosial dan lingkungan) Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya- upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi dan selalu ingin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

  e. Nilai kebangsaan 1) Nasionalis

  Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya. 2) Menghargai keberagaman

  Sikap memberikan respek/hormat terhadap berbagai macam hal baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan agama. Mengingat banyak nilai-nilai yang harus dikembangkan dalam pendidikan karakter, hal ini dapat diklasifikasikan dalam tiga komponen utama yaitu:

  1. Keberagamaan; terdiri dari nilai-nilai;

  a. Kekhusuan hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa; b. Kepatuhan kepada agama; c. Niat baik dan keikhlasan; d. Perbuatan baik; e. Pembalasan atas perbuatan baik dan buruk.

  2. Kemandirian; terdiri dari nilai-nilai a. Harga diri; b. Disiplin; c. Etos kerja;

  d. Rasa tanggung jawab; e. Keberanian dan semangat; f. Keterbukaan; g. Pengendalian diri.

  3. Kesusilaan terdiri dari nilai-nilai a. Cinta dan kasih sayang; b. kebersamaan; c. kesetiakawanan; d. Tolong-menolong; e. Tenggang rasa; ACHMAD SA’I DAN RAZIB SULISTIYO f. Hormat menghormati; g. Kelayakan/kepatuhan; h. Rasa malu; i.

  Kejujuran; j. Pernyataan terima kasih dan permintaan maaf (rasa tahu

  6 diri).

  Karakter yang harus dikembangkan memang sangat banyak sehingga bisa memunculkan keluhan dan kritikan dari para guru apabila disandarkan pada satu bidang pelajaran saja. Proses telaah dan seleksi perlu dijalankan agar fokus penanaman nilai-nilai utama terjaga. Pengembangannnya juga harus mempertimbangkan lingkungan dan kegiatan sekolah yang melaksanakannya.

2. Pengembangan Karakter Bangsa

  Misi atau sasaran yang harus dibidik dalam pendidikan karakter, meliputi: Pertama kognitif, mengisi otak, mengajarinya dari tidak tahu menjadi tahu, dan pada tahap-tahap berikutnya dapat membudayakan akal pikiran, sehingga dia dapat memfungsi akalnya menjadi kecerdasan intelegensia. Kedua, afektif, yang berkenaan dengan perasaan, emosional, pembentukan sikap di dalam diri pribadi seseorang dengan terbentuknya sikap, simpati, antipati, mencintai, membenci, dan lain sebagainya. Sikap ini semua dapat digolongkan sebagai kecerdasan emosional. Ketiga, psikomotorik, adalah berkenaan dengan tindakan, perbuatan, perilaku, dan

  7 lain sebagainya.

  Pendidikan karakter ternyata tidak sebatas pada peningkatan pengetahuan. Seseorang yang memiliki pengetahuan tentang kebaikan belum tentu mampu bertindak sesuai dengan pengetahuannya itu kalau tidak terlatih untuk melakukannya. Proses dan media pembelajaran kemudian menjadi panjang dan luas agar karakter bisa terbiasa dalam diri peserta didik. Dengan demikan, Karakter bisa menjangkau wilayah emosi dan kebiasaan diri sesuai pengetahuan tentang moral, perasaan tentang moral, dan perbuatan moral.

  Karena kompleksitas bidikannya, Muslich menyatakan pembentukan karakter harus dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan yang

  8

  melibatkan aspek knowledge, felling, loving, dan action. Zainal dan Sujak menjelaskan lebih lanjut bahwa karakter yang dikembangkan melalui tahap

  9 pengetahuan (knowing), pelaksanaan (acting), menuju kebiasaan (habit).

  Tim Pendidikan Karakter Kemendiknas menjelaskan bahwa pengembangan dan pembinaan karakter di sekolah dilakukan melalui

  10

  cara sebagai berikut:

  a. Pembelajaran

PERANAN GURU PAI DALAM PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA

  Pada dasarnya kegiatan pembelajaran, selain untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan, juga dirancang untuk menjadikan peserta didik mengenal, menyadari/peduli, menginternalisasikan nilai-nilai, dan menjadikan perilaku. Zainal dan Sujak menyatakan pendidikan karakter secara terpadu di dalam pembelajaran adalah pengenalan-pengenalan nilai-nilai, fasilitasi dipero- lehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai kedalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran, baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada

  11 semua mata pelajaran.

  b. Kegiatan ko-kurikuler dan atau kegiatan ekstrakurikuler Kegiatan ko-kurikuler dan ekstrakurikuler juga media pendukung pendidikan karakter. perlu didukung dengan dengan perangkat pedoman pelaksanaan, pengembangan kapasitas sumber daya manusia dalam rangka mendukung pelaksanaan pendidikan karakter, dan revitalisasi kegiatan ko-kurikuler dan ekstrakurikuler yang sudah ada ke arah pengembangan karakter.

  c. Alternatif pengembangan dan pembinaan karakter di sekolah sebagai aktualisasi budaya sekolah.

  Pada tingkat institusi, pendidikan karakter mengarah pada pembentukan budaya sekolah. Menurut Muslich, budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di mata masyarakat luas. Dengan demikian diperlukan pengembangan karakter di sekolah sebagai aktualisasi budaya sekolah yang merupakan bagian penting dalam pembentukan karakter peserta didik agar dapat berjalan efektif.

  d. Kegiatan keseharian di rumah dan di masyarakat Pendidikan karakter bukan sekedar pengetahuan saja, melainkan harus dilanjutkan dengan upaya menumbuhkan rasa mencintai perilaku yang baik dan dilakukan setiap hari sebagai pembiasaan. Seseorang yang memiliki pengetahuan kebaikan belum tentu mampu bertindak sesuai dengan pengetahuannya, jika tidak terlatih untuk melakukan kebaikan tersebut. Dalam kegiatan ini sekolah dapat mengupayakan terciptanya keselarasan antara karakter yang dikembangkan di sekolah dengan pembiasaan di rumah dan masyarakat.

  Tuntutan muncul bagi setiap guru ketika mengimplimentasikan pendidikan karakter di sekolahnya. Ia tidak bisa membatasi diri pada bidang pelajaran yang diampu. Pengajar harus memperluas wawasan pendidikannya hingga mencakup segala kegiatan yang ada dalam sekolah bahkan kehidupan ACHMAD SA’I DAN RAZIB SULISTIYO

  keluarga dan masyarakat. Guru harus mempunyai kapabilitas tertentu sehingga peserta didik bisa membiasakan karakter bangsa dalam kesehariannya

C. Peran Guru PAI dalam Pembelajaran Karakter Bangsa

  Guru PAI tidak bisa terlepas dari norma-norma Islam yang menjadi bidan pengajarannya. Islam sendiri telah menunjukkan bahwa Pendidikan karakter adalah hal penting untuk dikembangkan dalam kehidupan umatnya. Sutarsih menjelaskan, Allah berfirman tentang fungsi Rasul pendidik (guru) dalam Al Qur’an surat Ali Imran:164:

  

Sesungguhnya Allah telah memberi karunia kepada orang

yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka

seorang Rasul dari golongan mereka sendiri yang

membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan

jiwa mereka, dan mengajarkan kepada mereka al-kitab dan

al-hikmah. Dan sesungguhnya sebelum kedatangan Nabi itu,

mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata.

  Dengan cerminan Rasulullah, fungsi guru menurut ayat tersebut adalah:

  1. Penyucian, yakni pengembangan, pembersihan, dan pengangkatan jiwa kepada pencipta-Nya, menjauhkan diri dari kejahatan dan menjaga diri agar tetap berada pada fitrah.

  2. Pengajaran, yakni pengalihan berbagai pengetahuan dan akidah kepada akal dan hati kaum Muslim agar mereka merealisasikannya dalam tingkah

  12 laku kehidupan.

  Konfrensi Internasional pertama tentang pendidikan Islam di Mekkah yang diadakan pada tahun 1997 memberikan rekomendasi bahwa yang dimaksud dengan pendidikan karakter yang harus dikembangkan oleh guru PAI sebagai berikut;

  Pendidikan karakter akan menumbuhkan kepribadian manusia secara totalitas mencakup seperti semangat, kecerdasan, perasaan dan sebagainya, baik dalam kehidupan pribadinya, masyarakatnya untuk melakukan kebaikan dan kesempurnaan, serta dalam rangka pengabdian kepada Allah SWT, melalui tindakan pribadi, masyarakat maupun kemanusiaan secara

  13 luas.

  Guru dalam Islam adalah orang yang bertanggungjawab terhadap perkembangan anak didik dengan mengupayakan seluruh potensinya, baik potensi afektif, potensi kognitif, maupun potensi psikomotorik. Bagi Syah, ia merupakan orang dewasa yang bertanggungjawab memberikan pertolongan pada anak didik dalam perkembangan jasamani dan ruhaninya agar men-

PERANAN GURU PAI DALAM PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA

  capai tingkat kedewasaan, serta mampu berdiri sendiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba Allah. Disamping itu, ia mampu sebagai makhluk sosial dan makhluk individu yang mandiri. Peran Guru kemudian tidak sebatas Mu’allim dalam Bahasa Arab disebut atau Teacher dalam Bahasa

  14 Inggris, yakni seorang yang pekerjaannya mengajar.

  Sutarsih kemudian menjabarkan beberapa fungsi guru PAI sebagai

  15

  berikut;

  1. Guru sebagai Pengajar Ia harus menampilkan pribadinya sebagai cendekiawan (scholar) dan sekaligus juga sebagai pengajar (teacher). Dengan demikian yang bersangkutan itu harus menguasai:

  a. Bidang disiplin ilmu (scientific discipline) yang akan diajarkannya, baik aspek substansinya maupun metodologi penelitian dan pengembangannya.

  b. Cara mengajarkannya kepada orang lain atau bagaimana cara mempelajarinya.

  2. Guru sebagai Pengajar dan juga sebagai Pendidik Ia harus menampilkan pribadinya sebagai ilmuwan dan sekaligus sebagai pendidik, sebagai berikut; a. Menguasai bidang disiplin ilmu yang diajarkannya.

  b. Menguasai cara mengajarkan dan mengadministrasikannya.

  c. Memiliki wawasan dan pemahaman tentang seluk beluk kependidikan, dengan mempelajari: filsafat pendidikan, sejarah pendidikan, sosiologi pendidikan, dan psikologi pendidikan.

  3. Guru sebagai Pengajar, Pendidik, dan juga Agen Pembaharuan dan Pembangunan Masyarakat.

  Yang bersangkutan diharapkan dapat menampilkan pribadinya sebagai pengajar dan pendidik siswanya dalam berbagai situasi (individual dan kelompok, di dalam dan di luar kelas, formal dan non-formal, serta informal) sesuai dengan keragaman karakteristik dan kondisi obyektif siswa dengan lingkungan kontekstualnya; lebih luas lagi sebagai penggerak dan pelopor pembaharuan dan perubahan masyarakatnya di mana ia berada. seorang guru yang dapat menyandang tugas profesional itu seyogianya: a. Memiliki pengetahuan dan pengertian tentang pertumbuhan jiwa manusia dari segala segi dan sendinya, demikian pula tentang proses belajar. ACHMAD SA’I DAN RAZIB SULISTIYO

  b. Memiliki pengetahuan dan pengertian tentang alam dan masyarakat, yaitu faktor- faktor yang mempengaruhi proses belajar khususnya dan pendidikan umumnya. Hal ini sangat penting bagi pembentukan dasar latar belakang kultur untuk seorang guru mengingat kedudukan dan fungsinya dalam masyarakat di mana ia mengabdi.

  c. Menguasai sepenuhnya pengetahuan dan kefahaman tentang vak (bidang disiplin ilmu/studi) yang ia ajarkan.

  d. Memiliki secukupnya pengetahuan dan pengalaman tentang seni mengajar; hal ini hanya dapat diperoleh setelah mempelajari metodik dan didaktik teoritis maupun praktis, umum maupun khusus, termasuk praktek mengajar secukupnya.

D. Catatan Akhir

  Kemampuan guru PAI dalam mengelola pembelajaran sangat penting peranannya dalam keberhasilan pencapaian tujuan-tujuan pendidikan karakter bangsa. Untuk itu, pembelajaran yang diciptakan guru untuk menumbuhkembangkan karakter anak melalui pendekatan pembelajaran terpadu.

  Pendidikan terpadu telah menempatkan guru PAI perlu menekankan diri sendiri akan fungsinya tidak terbatas dalam ruang kelas namun luas sebagai pembelajar karakter bangsa di tengah masyarakat. Untuk melaksanakan fungsinya yang sangat menentukan tersebut, guru dituntut untuk memiliki kemampuan yang memadai. Tanpa kemampuan yang cukup, sulit diharapkan bahwa guru dapat melaksanakan fungsinya dengan baik sehingga tujuan kegiatan belajar mengajar akan tercapai. Guru harus mampu merencanakan dan melaksanakan strategi belajar mengajar yang sesuai dengan kondisi siswanya, guru harus mampu menggunakan berbagai pendekatan dan metode pengajaran. Selain itu gurupun harus memiliki kepribadian yang baik dan mampu berkomunikasi dengan baik dengan siswanya. Dengan kata lain seorang guru harus memiliki kemampuan pribadi, kemampuan profesional dan kemampuan sosial. Kemampuan pribadi meliputi berbagai karakteristik kepribadian seperti integritas pribadi, adil, jujur, disiplin, simpatik, terbuka, kreatif, berwibawa dan lain-lain.

  

Kemampuan profesional meliputi penguasaan materi pelajaran dan

  kemampuan merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi proses pembelajaran. Sedangkan kemampuan sosial meliputi keterampilan berkomunikasi dengan siswa dan dapat bekerjasama dengan semua pihak

  16 yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam pembelajaran.

PERANAN GURU PAI DALAM PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA

  Hafidhuddin dalam Dalmeri kemudian menekankan guru PAI untuk memperhatikan aspek komunikasi menuju kebersamaan. Dalam pendidikan karakter bangsa berbasis agama mengemukakan bahwa pendidikan pada hakikatnya adalah usaha dan upaya bersama yang dilakukan secara sadar, serius, dan sungguh-sungguh dalam rangka membangun watak dan karakter peserta didik secara komprehensif.

  17 Catatan Akhir 1 Andi Suwirta dan Arlin Adam, “Membincang Kembali Masalah Etnisitas, Nasionalitas, dan Integrasi Nasional di Indonesia,” ATIKAN, 2(2) 2012, h. 253-272. 2 Muclas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: PT Remaja Rosada Karya, 2011), h. 46 3 Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter. (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 9 4 Masnur Muslich, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 81 5 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Pengembangan Pendidikan

Budaya dan Karakter Bangsa, (Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional, 2010), h. 10-11.

6 Ratna Megawangi, Character Parenting Space, (Bandung: Mizan Publishing

  House, 2007), h. 46 7 Dalmeri, “Pendidikan Untuk Pengembangan Karakter (Telaah terhadap Gagasan

Thomas Lickona dalam Educating for Character),” Al-Ulum, Volume. 14 Nomor 1, Juni 2014,

h. 269-288.

  8 Muslich, Pendidikan …, h. 36 9 Zainal dan Sujak, Panduan & Aplikasi Pendidikan Karakter, (Bandung: Yrama Widya, 2011), h. 9 10 RI, Pengembangan …, h. 13 11 Zainal dan Sujak, Panduan …, h. 11-12 12 Cicih Sutarsih, Etika Profesi, (Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI), h.

  5. 13 Dalmeri, “Pendidikan…,” 14 Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1995), h. 223 15 Sutarsih, Etika…, h. 7-9 16 Ibid. 17 Dalmeri, “Pendidikan …,”

  Daftar Pustaka

  Dalmeri, “Pendidikan Untuk Pengembangan Karakter (Telaah terhadap Gagasan Thomas Lickona dalam Educating for Character),” Al-Ulum, Volume. 14 Nomor 1, Juni 2014 Hal 269-288.

  Lickona, Thomas. Educating for Character: Mendidik untk Membentuk Karakter. terj. Juma Wadu Wamaungu. Jakarta: Bumi Aksara, 2012. Marzuki, “Revitalisasi Pendidikan Agama Di Sekolah Dalam Pembangunan

  Karakter Bangsa Di Masa Depan,” Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun III, Nomor 1, Februari 2013, h. 64-76. Megawangi, Ratna. Character Parenting Space. Bandung: Mizan Publishing House, 2007. ACHMAD SA’I DAN RAZIB SULISTIYO Mulyasa. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara, 2011.

  Muslich, Masnur. Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional. Jakarta: Bumi Aksara, 2011. RI, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pengembangan Pendidikan

  Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional, 2010.

  Samani, Muclas dan Hariyanto. Konsep dan Model Pendidikan Karakter.

  Bandung: PT Remaja Rosadakarya, 2011. Sutarsih, Cicih. Etika Profesi. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI.

  Suwirta, Andi dan Arlin Adam, “Membincang Kembali Masalah Etnisitas, Nasionalitas, dan Integrasi Nasional di Indonesia,” ATIKAN, 2(2) 2012, h. 253-272.

  Syah, Muhibin. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1995. Zainal dan Sujak. Panduan dan Aplikasi Pendidikan Karakter. Bandung: Yrama Widya, 2011. Zubaedi. Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasi dalam Dunia Pendidikan. Jakarta: Kencana, 2011.