KANDUNGAN FOSFAT (PO ₄) PADA LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) KOTA BITUNG TAHUN 2016
KANDUNGAN FOSFAT (PO₄) PADA LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH (RSUD) KOTA BITUNG TAHUN 2016
Indri Risya Rompas*, Oksfriani Jufri Sumampouw*, Woodford Baren Solaiman Joseph*
*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi
ABSTRAK
Rumah sakit merupakan tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat yang memungkinkan
terjadinya pencemaran lingkungan, gangguan kesehatan dan dapat menjadi tempat penularan penyakit
berupa pencemaran dari suatu kegiatan, yaitu bila limbah yang dihasilkan dibuang ke lingkungan
tanpadi kelola dengan baik.Limbah cair yang berasal dari rumah sakit merupakan salah satu sumber
pencemaran air yang sangat potensial.Penelitian ini bertujuan untuk Menganalisis kandungan fosfat
pada limbah cair rumah sakit umum daerah (RSUD) kota bitung tahun 2016. Jenis penelitian adalah
observasional analisis berbasis laboratorium.Sampel air limbah diambil pada titik masuk (inlet) dan
titik keluar (outlet) pada IPAL. Teknik pengambilan sampel menggunakan grab sampling. Hasil
penelitian untuk kandungan fosfat pada limbah cair di bak outlet RSUD Kota Bitung pada waktu
pengambilan pagi hari mempunyai nilai rata-rata yaitu 2,8 mg/L dan pada waktu pengambilan malam
hari mempunyai nilai rata-rata yaitu 1,8 mg/L. Disimpulkan bahwa kandungan fosfat di RSUD Kota
Bitung pada waktu pengambilan pagi hari di bak outlet tidak memenuhi syarat standar baku mutu
menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2014 sedangkan kandungan fosfat pada
waktu pengambilan malam hari di bak outlet memenuhi syarat standar baku mutu. Perlu dilakukan
pemeriksaan secara berkala, perawatan dan pengontrolan untuk mengetahui penurunan kualitas air
hasil olahan IPAL dan perlu adanya perbaikan peralatan IPAL yang rusak, agar dapat meningkatkan
efisiensi penguraian dan penurunan zat-zat organik sebelum air limbah dibuang ke lingkungan.
Kata Kunci :Limbah Cair, rumah Sakit, grab sampling
ABSTRACT
The hospital was a gathering place for the sick and healthy people which allows environmental
pollution, health problems and could be the spot of disease transmission such as pollution of an activity,
that is, when the resulting waste discharged into the environment without managed properly. The liquid
waste coming from hospitals was one source of water pollution potential. This study aimed to analyze
the content of phosphate in wastewater of Regional General Hospital (RGH) of Bitung city in 2016.
This study was an observational laboratory-based analysis. This research was conducted in Bitung
City Hospital in May to October 2016. The wastewater sample has been taken at the point of entry
(inlet) and exit point (outlet) on the WWTP. Variable in this research was the phosphate on the vessel
inlet and outlet. The sampling technique was conducting by using a grab sampling. The results of this
research for phosphate content in waste water in the tub outlet of RGH Bitung City which are taking
in the morning had an average value at 2.8 mg / L and the retrieval time night had an average value at
1.8 mg / L. It was concluded that the effluent quality of RGH Bitung City at the morning time taking in
the bath outlet ineligible quality standards according to the Regulation of the Minister of Environment
No. 5 In 2014, while the quality of wastewater at the evenings time taking in the tub outlet qualifies
quality standards. It was necessary to testing periodic examination, treatment and control to determine
the processed water quality deterioration and needed for improvement of WWTP damaged equipment,
in order to increase efficiency and decrease the decomposition of organic matter before the wastewater
discharged into the environment.
Keywords: Wastewater, Hospital, grab sampling
1
PENDAHULUAN
kerusakan pada blower sehingga limbah yang
Derajat kesehatan masyarakat suatu negara
dihasilkan masih berwarna hitam dan air
dipengaruhi
sarana
limbahnya langsung dibuang ke kolam kecil di
kesehatan.Menurut (Muchtar dkk, 2016), RS
permukaan tanah yang tidak jauh dari
adalah
pemukiman.
oleh
salah
keberadaan
satu
upaya
penunjang
dalam
bidang
kesehatan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Sebagai sarana pelayanan umum, Rumah sakit
Hartati, dkk (2015) menunjukkan bahwa
juga merupakan tempat berkumpulnya orang
kadar Fosfatsetelah pengolahan pada outlet
sakit
yang
tidak memenuhi syarat 4,1 mg/L setelah
pencemaran
dibandingkan dengan Keputusan Menteri
lingkungan, gangguan kesehatan dan dapat
Negara Lingkungan Hidup Nomor : Kep-
menjadi tempat penularan penyakit berupa
58/MENLH/12/1995,
pencemaran dari suatu kegiatan, yaitu bila
ditetapkan sebesar 2 mg/L.Tujuan penelitian
limbah yang dihasilkan tidak di kelola dengan
ini yaitu untuk menganalisis kandungan fosfat
baik.
pada limbah cair RSUD Kota Bitung.
pembangunan
maupun
memungkinkan
orang
sehat
terjadinya
yaitu
kadar
yang
Limbah cair medis Apabila limbah
tidak dikelolah dengan baik atau langsung
METODE PENELITIAN
dibuang ke saluran pembuangan umum akan
Penelitian
sangat berbahaya dan dapat menimbulkan bau
observasional
yang tidak sedap serta sumber pencemaran air
laboratorium.dilakukan di RSUD Kota Bitung
yang sangat potensial (Chandra, 2012)
pada Mei sampai dengan Oktober 2016.
Fosfor
banyak
digunakan
dalam
ini
merupakan
penelitian
berbasis
Sampel air limbah diambil pada titik masuk
kebutuhan manusia antara lain sebagai pupuk,
(inlet)
sabun atau detergen, bahan industri keramik,
pengambilan sampel menggu-nakan Grab
minyak pelumas, produk minuman dan
Sampling.Variabel penelitian yaitu kandungan
makanan, katalis dan sebagainya.
fosfat pada bak inlet dan outlet.Analisa di
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
dan
titik
keluar
(outlet).Teknik
laboratorium BTKLPP Kelas I Manado.Data
Kota Bitung diperoleh informasi bahwa rumah
dibandingkan
sakit tersebut adalah rumah sakit tipe C.
Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2014.
Dalam
pengelolaan
limbah
padat
menggunakan insinerator, dan limbah cair
menggunakan
Limbah
limbahnya
Instalasi
Pengelolaan
(IPAL)
dimana
tidak
maksimal
Air
pengelolaan
karena
ada
2
dengan
aturan
Peraturan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan gambar 2, Hasil pengukuran
Hasil Uji Laboratorium pada bak inlet
parameter fosfat pada limbah cair selama tiga
hari memiliki nilai yang bervariasi. Hari
pertama di bak outlet pada pengambilan pagi
hari memiliki nilai 4,4 mg/L, hari kedua 1,0
mg/L, hari ketiga 3,1 mg/L sedangkan hari
pertama di bak inlet pada pengambilan malam
hari memiliki nilai 0,9 mg/L, hari kedua 0,7
mg/L, hari ketiga 3,8 mg/L, untuk kandungan
Gambar 1. Hasil Uji Laboratorium pada baik
fosfat tertinggi pada hari ketiga. Kandungan
inlet
Berdasarkan gambar 1, Hasil pengukuran
fosfat untuk 3 hari pada bak outlet mempunyai
parameter fosfat pada limbah cair selama tiga
nilai rata-rata 2,8 mg/L sedangkan pada jam
hari memiliki nilai yang bervariasi. Hari
pengambilan malam hari mempunyai nilai rat-
pertama di bak inlet pada pengambilan pagi
rata 1,8 mg/L.
hari memiliki nilai 4,6 mg/L, hari kedua 0,7
mg/L, hari ketiga 2,2 mg/L sedangkan hari
Analisis Kandungan fosfat
pertama di bak inlet pada pengambilan malam
Hasil pengukuran parameter Fosfat pada
hari memiliki nilai 4,1 mg/L, hari kedua 2,5
limbah cair di bak inlet dan outlet IPAL selama
mg/L, hari ketiga 2,8 mg/L, untuk kandungan
tiga
fosfat tertinggi pada hari pertama. Kandungan
pengambilan pada waktu pagi dan pengambilan
fosfat untuk 3 hari pada bak inlet mempunyai
pada waktu malam. Hasil pengukuran pada
nilai rata-rata 2,5 mg/L sedangkan pada jam
waktu pagi mengalami peningkatan dengan
pengambilan malam hari mempunyai nilai rat-
nilai rata-rata di bak inlet IPAL 2,5 mg/L dan
rata 3,1 mg/L.
pada waktu pagi di bak outlet IPAL 2,8 mg/L,
Hasil Uji Laboratorium pada bak outlet
sedangkan untuk nilai rata-rata pada waktu
hari
berturut-turut
berbeda
antara
malam terjadi penurunan di bak inlet IPAL 3,1
mg/L dan pada waktu malam di bak outlet
IPAL 1,8 mg/L.
Bervariasinya nilai Fosfat dikarenakan
jumlah limbah yang dihasilkan berbeda setiap
harinya, dan adanya kerusakan juga dalam
reaktor biofilter sehingga proses “AnaerobAerob” tidak berjalan sebagaimana mestinya,
Gambar 2. Hasil Uji Laboratorium pada baik
kombinasi proses “Anaerob-Aerob” efisiensi
outlet
3
penghilangan senyawa phospor menjadi lebih
Pekanbaru,
besar bila dibandingankan dengan proses
pengolahan pada outlet tidak memenuhi syarat
anaerob atau proses aerob saja. Selama berada
4,1 mg/L. Nilai ini menunjukkan bahwa kadar
pada kondisi anaerob, senyawa phospor
Fosfatpada air limbah di Rumah Sakit Umum
anorganik
sel-sel
Islam Ibnu Sina Pekanbarutidak memenuhi
mikrooragnisme akan keluar sebagai akibat
Standar Baku Mutu Limbah Cair Kegiatan
hidrolisa senyawa phospor. Sedangkan energi
Rumah Sakit Berdasarkan Keputusan Menteri
yang dihasilkan digunakan untuk menyerap
Negara Lingkungan Hidup Nomor : Kep-
BOD (senyawa organik) yang ada di dalam air
58/MENLH/12/1995,
limbah.. Selama berada pada kondisi aerob,
ditetapkan sebesar 2 mg/L. Hasil ini juga
senyawa phospor terlarut akan diserap oleh
sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
bakteria/mikroor-ganisme dan akan sintesa
oleh Alamsyah (2007) di Rumah Sakit Pupuk
menjadi polyphospat dengan menggunakan
Kaltim
energi yang dihasilkan oleh proses oksidasi
Kandungan fosfat pada Kolam Efluen sebesar
senyawa organik (BOD). Dengan demikian
2,25 dan 1.56 mg/L, dan di Badan air sebesar
kombinasi
1,99
yang
proses
ada
dalam
anaerob-aerob
dapat
dimana
Bontang.
mg/L
diatas
kadar
yaitu
Pada
batas
Fosfatsetelah
kadar
yang
penelitian
toleransi
ini
yang
menghilangkan BOD maupun phospor dengan
ditetapkan sebesar 2 mg/L. Kadar fosfat pada
baik, begitu pula peningkatan nilai Fosfat
Kolam Efluen pernah mencapai 2.48 mg/L
mempengaruhi nilai BOD. Proses ini dapat
sedikit diatas normal, hal ini disebabkan oleh
digunakan untuk pengolahan air limbah dengan
diterjen (Effendi,2003) yang masuk kedalam
beban organik yang cukup besar (Kementrian
IPAL dari hasil pencucian yang menggunakan
Kesehatan RI, 2011).
diterjen sehingga diperlukan usulan agar dibuat
Kadar Fosfatpada waktu pengambilan
SOP tentang pencucian yang memakai diterjen,
pagi hari didapatkan nilai rata-rata outlet
agar pemakaian sabun yang mengandung
sebesar 2,8 mg/L. Nilai tersebut menunjukkan
diterjen lebih rasioanal dan ramah lingkungan.
belum
mutu
Nilai ini menunjukkan bahwa kadar fosfat pada
berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan
limbah cair Rumah Sakit Pupuk Kaltim
Hidup Republik Indonesia Nomor 5 Tahun
Bontang tidak memenuhi syarat baku mutu
2014 tentang Baku Mutu Air Limbah, yaitu
menurut SK Gubernur Kaltim No: 26 Tahun
kadar yang ditetapkan sebesar 2 mg/L untuk
2002, yaitu kadar yang ditetapkan 2 mg/L.
memenuhi
standar
baku
Fosfat. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang
Kadar Fosfatpada waktu pengambilan
dilakukan oleh Hartati, Adrianto, Nazriati
malam didapatkan nilai rata-rata outlet sebesar
(2015) tentang Implementasi Pengelolaan
1,8 mg/L. Nilai tersebut menunjukkan sudah
Limbah Cair Rumah Sakit Islam Ibnu Sina
memenuhi standar baku mutu berdasarkan
4
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik
organisme biologis pada proses biologis,
Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku
diperlukan konsentrasi yang minimal untuk
Mutu Air Limbah, yaitu kadar yang ditetapkan
mencapai operasi yang optimal. Fosfor terdapat
sebesar 2 mg/L untuk Fosfat. Hasil ini sejalan
dalam air limbah dalam bentuk, antara lain
dengan penelitian yang dilakukan oleh Olii
ortofosfat, pirofosfat, polifosfat dan metafosfa,
(2013) tentang Studi Kualitas Kimia Air
serta fosfor organik. Di antara ketiga bentuk
Limbah Rumah Sakit Umum Daerah Datoe
fosfor tersebut, ortofosfat merupakan bahan
Binangkang Kabupaten Bolaang Mongondow,
metabolism organisme yang paling baik
dimana kadar BOD setelah pengolahan pada
(Siregar, 2005).
Nilai kadar BOD pada titik effluent I tidak
Kelebihan
Fosfor
menyebab-kan
memenuhi syarat (0,3 mg/L), pada titik effluent
keadaan
II juga tidak memenuhi syarat (0,2 mg/L). Nilai
eutrofikasi eutrofikasi adalah suatu fenomena
ini menunjukkan bahwa kadar Fosfatpada air
yang
limbah di Rumah Sakit Umum Daerah Datoe
kekeruhan, sedimen, produktivitas dan suhu
Binangkang Kabupaten Bolaang Mongondow
rata-rata.Ganggang menyebabkan eutrofikasi
memenuhi Standar Baku Mutu Limbah Cair
karena menambah bahan organik pada sistem.
Kegiatan Rumah Sakit Berdasarkan Keputusan
Bila terdapat nutrien yang diperlukan untuk
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor :
pertumbuhan ganggang, maka akan terjadi
Kep-58/MENLH/12/1995, yaitu kadar yang
ledakan populasi ganggang. Selama ledakan,
ditetapkan sebesar 2 mg/L. Hasil ini sejalan
antara siang dan malamhari terjadiperbedaan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Mulyati
yang besar dalam kadar oksigen air. Pada
dan Narhadi (2014) tentang Evaluasi Instalasi
malam hari respirasi ganggang berlanjut dan
Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit RK
terjadi pemecahan oksigen. Ganggang yang
Charitas
mati akan ke bagian dasar danau dan dioksidasi
Palembang,
dimana
kadar
tidak
seimbang
melibatkan
banyak
yang
faktor
Fosfatsetelah pengolahan adalah 1,8 mg/L.
oleh
Nilai ini menunjukkan bahwa kadar Fosfatpada
pemecahan oksigen (Fardiaz, 2005).
air
limbah
Rumah
Sakit
RK
bakteri,
menghasilkan
disebut
seperti
lumpur
dan
Charitas
Palembang sudah memenuhi standar baku
KESIMPULAN
mutu Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
1. Nilai rata-rata kadar Fosfat pada waktu
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014
pengambilan pagi hari di bak inlet di IPAL
tentang Baku Mutu Air Limbah, yaitu kadar
RSUD Kota Bitung Tahun 2016 yaitu Fosfat
yang ditetapkan adalah 2 mg/L.
= 2,5 mg/L, dan pada waktu pengambilan
Fosfor merupakan elemen penting
dalam
proses
metabolisme
malam hari pada bak inlet yaitu Fosfat = 3,1.
organisme-
5
2. Nilai rata-rata kadar Fosfat pada waktu
Anonim, 2008.Standar Nasional Indonesia
pengambilan pagi hari di bak outlet di IPAL
tentang Metoda pengambilan contoh
RSUD Kota Bitung Tahun 2016 yaitu Fosfat
air limbah.
= 2,8 mg/L (tidak memenuhi syarat) dan
2011.
Kementrian
Kesehatan
pada waktu pengambilan malam hari pada
Republik
Indonesia
tentang
bak outlet yaitu Fosfat = 1,8 mg/L
PedomanTeknis Instalasi Pengolahan
(memenuhi
Air Limbah tahun 2011.
syarat)
Anonim.
dibandingkan
berdasarkan standar baku mutu Peraturan
Menteri
Lingkungan
Hidup
Anonim. 2014. Peraturan Menteri Lingkungan
Republik
Hidup No. 5 Tahun 2014 tentang Baku
Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan
Baku Mutu Air Limbah Fosfat = 2 mg/L,
Rumah Sakit.
BOD = 50 mg/L, COD = 80 mg/L, pH = 6-
Chandra,
9 tidak.
B.
2012.Pengantar
Kesehatan
Lingkungan. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Hartati, Ahmad. A., Nazriati. E. 2015.
SARAN
RSUD Kota Bitung melakukan pemeriksaan
Implementasi
kualitas air limbah secara berkala untuk
Cair Rumah Sakit
mengetahui penurunan kualitas air hasil olahan
Pekanbaru,
IPAL untuk dijadikan laporan untuk evaluasi
Lingkungan Indonesia, Vol. 2, No.2.
rumah sakit dan harus mengacu pada Peraturan
Juli 2015, hal.87-91.
Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia
Pengelolaan
Limbah
Islam Ibnu Sina
Jurnal
Dinamika
Fardiaz, S. 2005. Polusi Air Dan
Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air
Udara.Yogyakarta : PENERBIT
Limbah.
KANISIUS.
Muchtar, M., Khair, A., dan Noraida. 2016.
DAFTAR PUSTAKA
Hukum Kesehatan Lingkungan
Alamsyah, B. 2007.Pengelolaan Limbah Di
(Kajian Teor- itis dan Perkembangan
Rumah Sakit Pupuk Kaltim Bontang
Pemikiran).Yogyakarta : Penerbit
Untuk
Pustaka Baru Press.
Memenuhi
Baku
Mutu
Lingkungan.Tesis. Program Magister
Ilmu
Lingkungan
Mulyati, M., Narhadi, S., J., M. 2014. Evaluasi
Program
Instalasi
Pengolahan
Air
Limbah
Pascasarjana Universitas Dipenogoro.
Rumah
Semarang.
Palembang,Jurnal Ilmu Lingkungan,
Sakit
Rk
Vol. 12, No. 2, hal. 66-71.
6
Charitas
Olii, H. 2007. Studi Kualitas Kimia Air Limbah
Rumah Sakit Umum Daerah Datoe
Binangkang
Kabupaten
Bolaang
Mongondow.
Siregar, A., dan Sakti. 2005.
Pengolahan
Air
Instalasi
Limbah.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
7
DAERAH (RSUD) KOTA BITUNG TAHUN 2016
Indri Risya Rompas*, Oksfriani Jufri Sumampouw*, Woodford Baren Solaiman Joseph*
*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi
ABSTRAK
Rumah sakit merupakan tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat yang memungkinkan
terjadinya pencemaran lingkungan, gangguan kesehatan dan dapat menjadi tempat penularan penyakit
berupa pencemaran dari suatu kegiatan, yaitu bila limbah yang dihasilkan dibuang ke lingkungan
tanpadi kelola dengan baik.Limbah cair yang berasal dari rumah sakit merupakan salah satu sumber
pencemaran air yang sangat potensial.Penelitian ini bertujuan untuk Menganalisis kandungan fosfat
pada limbah cair rumah sakit umum daerah (RSUD) kota bitung tahun 2016. Jenis penelitian adalah
observasional analisis berbasis laboratorium.Sampel air limbah diambil pada titik masuk (inlet) dan
titik keluar (outlet) pada IPAL. Teknik pengambilan sampel menggunakan grab sampling. Hasil
penelitian untuk kandungan fosfat pada limbah cair di bak outlet RSUD Kota Bitung pada waktu
pengambilan pagi hari mempunyai nilai rata-rata yaitu 2,8 mg/L dan pada waktu pengambilan malam
hari mempunyai nilai rata-rata yaitu 1,8 mg/L. Disimpulkan bahwa kandungan fosfat di RSUD Kota
Bitung pada waktu pengambilan pagi hari di bak outlet tidak memenuhi syarat standar baku mutu
menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2014 sedangkan kandungan fosfat pada
waktu pengambilan malam hari di bak outlet memenuhi syarat standar baku mutu. Perlu dilakukan
pemeriksaan secara berkala, perawatan dan pengontrolan untuk mengetahui penurunan kualitas air
hasil olahan IPAL dan perlu adanya perbaikan peralatan IPAL yang rusak, agar dapat meningkatkan
efisiensi penguraian dan penurunan zat-zat organik sebelum air limbah dibuang ke lingkungan.
Kata Kunci :Limbah Cair, rumah Sakit, grab sampling
ABSTRACT
The hospital was a gathering place for the sick and healthy people which allows environmental
pollution, health problems and could be the spot of disease transmission such as pollution of an activity,
that is, when the resulting waste discharged into the environment without managed properly. The liquid
waste coming from hospitals was one source of water pollution potential. This study aimed to analyze
the content of phosphate in wastewater of Regional General Hospital (RGH) of Bitung city in 2016.
This study was an observational laboratory-based analysis. This research was conducted in Bitung
City Hospital in May to October 2016. The wastewater sample has been taken at the point of entry
(inlet) and exit point (outlet) on the WWTP. Variable in this research was the phosphate on the vessel
inlet and outlet. The sampling technique was conducting by using a grab sampling. The results of this
research for phosphate content in waste water in the tub outlet of RGH Bitung City which are taking
in the morning had an average value at 2.8 mg / L and the retrieval time night had an average value at
1.8 mg / L. It was concluded that the effluent quality of RGH Bitung City at the morning time taking in
the bath outlet ineligible quality standards according to the Regulation of the Minister of Environment
No. 5 In 2014, while the quality of wastewater at the evenings time taking in the tub outlet qualifies
quality standards. It was necessary to testing periodic examination, treatment and control to determine
the processed water quality deterioration and needed for improvement of WWTP damaged equipment,
in order to increase efficiency and decrease the decomposition of organic matter before the wastewater
discharged into the environment.
Keywords: Wastewater, Hospital, grab sampling
1
PENDAHULUAN
kerusakan pada blower sehingga limbah yang
Derajat kesehatan masyarakat suatu negara
dihasilkan masih berwarna hitam dan air
dipengaruhi
sarana
limbahnya langsung dibuang ke kolam kecil di
kesehatan.Menurut (Muchtar dkk, 2016), RS
permukaan tanah yang tidak jauh dari
adalah
pemukiman.
oleh
salah
keberadaan
satu
upaya
penunjang
dalam
bidang
kesehatan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Sebagai sarana pelayanan umum, Rumah sakit
Hartati, dkk (2015) menunjukkan bahwa
juga merupakan tempat berkumpulnya orang
kadar Fosfatsetelah pengolahan pada outlet
sakit
yang
tidak memenuhi syarat 4,1 mg/L setelah
pencemaran
dibandingkan dengan Keputusan Menteri
lingkungan, gangguan kesehatan dan dapat
Negara Lingkungan Hidup Nomor : Kep-
menjadi tempat penularan penyakit berupa
58/MENLH/12/1995,
pencemaran dari suatu kegiatan, yaitu bila
ditetapkan sebesar 2 mg/L.Tujuan penelitian
limbah yang dihasilkan tidak di kelola dengan
ini yaitu untuk menganalisis kandungan fosfat
baik.
pada limbah cair RSUD Kota Bitung.
pembangunan
maupun
memungkinkan
orang
sehat
terjadinya
yaitu
kadar
yang
Limbah cair medis Apabila limbah
tidak dikelolah dengan baik atau langsung
METODE PENELITIAN
dibuang ke saluran pembuangan umum akan
Penelitian
sangat berbahaya dan dapat menimbulkan bau
observasional
yang tidak sedap serta sumber pencemaran air
laboratorium.dilakukan di RSUD Kota Bitung
yang sangat potensial (Chandra, 2012)
pada Mei sampai dengan Oktober 2016.
Fosfor
banyak
digunakan
dalam
ini
merupakan
penelitian
berbasis
Sampel air limbah diambil pada titik masuk
kebutuhan manusia antara lain sebagai pupuk,
(inlet)
sabun atau detergen, bahan industri keramik,
pengambilan sampel menggu-nakan Grab
minyak pelumas, produk minuman dan
Sampling.Variabel penelitian yaitu kandungan
makanan, katalis dan sebagainya.
fosfat pada bak inlet dan outlet.Analisa di
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
dan
titik
keluar
(outlet).Teknik
laboratorium BTKLPP Kelas I Manado.Data
Kota Bitung diperoleh informasi bahwa rumah
dibandingkan
sakit tersebut adalah rumah sakit tipe C.
Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2014.
Dalam
pengelolaan
limbah
padat
menggunakan insinerator, dan limbah cair
menggunakan
Limbah
limbahnya
Instalasi
Pengelolaan
(IPAL)
dimana
tidak
maksimal
Air
pengelolaan
karena
ada
2
dengan
aturan
Peraturan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan gambar 2, Hasil pengukuran
Hasil Uji Laboratorium pada bak inlet
parameter fosfat pada limbah cair selama tiga
hari memiliki nilai yang bervariasi. Hari
pertama di bak outlet pada pengambilan pagi
hari memiliki nilai 4,4 mg/L, hari kedua 1,0
mg/L, hari ketiga 3,1 mg/L sedangkan hari
pertama di bak inlet pada pengambilan malam
hari memiliki nilai 0,9 mg/L, hari kedua 0,7
mg/L, hari ketiga 3,8 mg/L, untuk kandungan
Gambar 1. Hasil Uji Laboratorium pada baik
fosfat tertinggi pada hari ketiga. Kandungan
inlet
Berdasarkan gambar 1, Hasil pengukuran
fosfat untuk 3 hari pada bak outlet mempunyai
parameter fosfat pada limbah cair selama tiga
nilai rata-rata 2,8 mg/L sedangkan pada jam
hari memiliki nilai yang bervariasi. Hari
pengambilan malam hari mempunyai nilai rat-
pertama di bak inlet pada pengambilan pagi
rata 1,8 mg/L.
hari memiliki nilai 4,6 mg/L, hari kedua 0,7
mg/L, hari ketiga 2,2 mg/L sedangkan hari
Analisis Kandungan fosfat
pertama di bak inlet pada pengambilan malam
Hasil pengukuran parameter Fosfat pada
hari memiliki nilai 4,1 mg/L, hari kedua 2,5
limbah cair di bak inlet dan outlet IPAL selama
mg/L, hari ketiga 2,8 mg/L, untuk kandungan
tiga
fosfat tertinggi pada hari pertama. Kandungan
pengambilan pada waktu pagi dan pengambilan
fosfat untuk 3 hari pada bak inlet mempunyai
pada waktu malam. Hasil pengukuran pada
nilai rata-rata 2,5 mg/L sedangkan pada jam
waktu pagi mengalami peningkatan dengan
pengambilan malam hari mempunyai nilai rat-
nilai rata-rata di bak inlet IPAL 2,5 mg/L dan
rata 3,1 mg/L.
pada waktu pagi di bak outlet IPAL 2,8 mg/L,
Hasil Uji Laboratorium pada bak outlet
sedangkan untuk nilai rata-rata pada waktu
hari
berturut-turut
berbeda
antara
malam terjadi penurunan di bak inlet IPAL 3,1
mg/L dan pada waktu malam di bak outlet
IPAL 1,8 mg/L.
Bervariasinya nilai Fosfat dikarenakan
jumlah limbah yang dihasilkan berbeda setiap
harinya, dan adanya kerusakan juga dalam
reaktor biofilter sehingga proses “AnaerobAerob” tidak berjalan sebagaimana mestinya,
Gambar 2. Hasil Uji Laboratorium pada baik
kombinasi proses “Anaerob-Aerob” efisiensi
outlet
3
penghilangan senyawa phospor menjadi lebih
Pekanbaru,
besar bila dibandingankan dengan proses
pengolahan pada outlet tidak memenuhi syarat
anaerob atau proses aerob saja. Selama berada
4,1 mg/L. Nilai ini menunjukkan bahwa kadar
pada kondisi anaerob, senyawa phospor
Fosfatpada air limbah di Rumah Sakit Umum
anorganik
sel-sel
Islam Ibnu Sina Pekanbarutidak memenuhi
mikrooragnisme akan keluar sebagai akibat
Standar Baku Mutu Limbah Cair Kegiatan
hidrolisa senyawa phospor. Sedangkan energi
Rumah Sakit Berdasarkan Keputusan Menteri
yang dihasilkan digunakan untuk menyerap
Negara Lingkungan Hidup Nomor : Kep-
BOD (senyawa organik) yang ada di dalam air
58/MENLH/12/1995,
limbah.. Selama berada pada kondisi aerob,
ditetapkan sebesar 2 mg/L. Hasil ini juga
senyawa phospor terlarut akan diserap oleh
sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
bakteria/mikroor-ganisme dan akan sintesa
oleh Alamsyah (2007) di Rumah Sakit Pupuk
menjadi polyphospat dengan menggunakan
Kaltim
energi yang dihasilkan oleh proses oksidasi
Kandungan fosfat pada Kolam Efluen sebesar
senyawa organik (BOD). Dengan demikian
2,25 dan 1.56 mg/L, dan di Badan air sebesar
kombinasi
1,99
yang
proses
ada
dalam
anaerob-aerob
dapat
dimana
Bontang.
mg/L
diatas
kadar
yaitu
Pada
batas
Fosfatsetelah
kadar
yang
penelitian
toleransi
ini
yang
menghilangkan BOD maupun phospor dengan
ditetapkan sebesar 2 mg/L. Kadar fosfat pada
baik, begitu pula peningkatan nilai Fosfat
Kolam Efluen pernah mencapai 2.48 mg/L
mempengaruhi nilai BOD. Proses ini dapat
sedikit diatas normal, hal ini disebabkan oleh
digunakan untuk pengolahan air limbah dengan
diterjen (Effendi,2003) yang masuk kedalam
beban organik yang cukup besar (Kementrian
IPAL dari hasil pencucian yang menggunakan
Kesehatan RI, 2011).
diterjen sehingga diperlukan usulan agar dibuat
Kadar Fosfatpada waktu pengambilan
SOP tentang pencucian yang memakai diterjen,
pagi hari didapatkan nilai rata-rata outlet
agar pemakaian sabun yang mengandung
sebesar 2,8 mg/L. Nilai tersebut menunjukkan
diterjen lebih rasioanal dan ramah lingkungan.
belum
mutu
Nilai ini menunjukkan bahwa kadar fosfat pada
berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan
limbah cair Rumah Sakit Pupuk Kaltim
Hidup Republik Indonesia Nomor 5 Tahun
Bontang tidak memenuhi syarat baku mutu
2014 tentang Baku Mutu Air Limbah, yaitu
menurut SK Gubernur Kaltim No: 26 Tahun
kadar yang ditetapkan sebesar 2 mg/L untuk
2002, yaitu kadar yang ditetapkan 2 mg/L.
memenuhi
standar
baku
Fosfat. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang
Kadar Fosfatpada waktu pengambilan
dilakukan oleh Hartati, Adrianto, Nazriati
malam didapatkan nilai rata-rata outlet sebesar
(2015) tentang Implementasi Pengelolaan
1,8 mg/L. Nilai tersebut menunjukkan sudah
Limbah Cair Rumah Sakit Islam Ibnu Sina
memenuhi standar baku mutu berdasarkan
4
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik
organisme biologis pada proses biologis,
Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku
diperlukan konsentrasi yang minimal untuk
Mutu Air Limbah, yaitu kadar yang ditetapkan
mencapai operasi yang optimal. Fosfor terdapat
sebesar 2 mg/L untuk Fosfat. Hasil ini sejalan
dalam air limbah dalam bentuk, antara lain
dengan penelitian yang dilakukan oleh Olii
ortofosfat, pirofosfat, polifosfat dan metafosfa,
(2013) tentang Studi Kualitas Kimia Air
serta fosfor organik. Di antara ketiga bentuk
Limbah Rumah Sakit Umum Daerah Datoe
fosfor tersebut, ortofosfat merupakan bahan
Binangkang Kabupaten Bolaang Mongondow,
metabolism organisme yang paling baik
dimana kadar BOD setelah pengolahan pada
(Siregar, 2005).
Nilai kadar BOD pada titik effluent I tidak
Kelebihan
Fosfor
menyebab-kan
memenuhi syarat (0,3 mg/L), pada titik effluent
keadaan
II juga tidak memenuhi syarat (0,2 mg/L). Nilai
eutrofikasi eutrofikasi adalah suatu fenomena
ini menunjukkan bahwa kadar Fosfatpada air
yang
limbah di Rumah Sakit Umum Daerah Datoe
kekeruhan, sedimen, produktivitas dan suhu
Binangkang Kabupaten Bolaang Mongondow
rata-rata.Ganggang menyebabkan eutrofikasi
memenuhi Standar Baku Mutu Limbah Cair
karena menambah bahan organik pada sistem.
Kegiatan Rumah Sakit Berdasarkan Keputusan
Bila terdapat nutrien yang diperlukan untuk
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor :
pertumbuhan ganggang, maka akan terjadi
Kep-58/MENLH/12/1995, yaitu kadar yang
ledakan populasi ganggang. Selama ledakan,
ditetapkan sebesar 2 mg/L. Hasil ini sejalan
antara siang dan malamhari terjadiperbedaan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Mulyati
yang besar dalam kadar oksigen air. Pada
dan Narhadi (2014) tentang Evaluasi Instalasi
malam hari respirasi ganggang berlanjut dan
Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit RK
terjadi pemecahan oksigen. Ganggang yang
Charitas
mati akan ke bagian dasar danau dan dioksidasi
Palembang,
dimana
kadar
tidak
seimbang
melibatkan
banyak
yang
faktor
Fosfatsetelah pengolahan adalah 1,8 mg/L.
oleh
Nilai ini menunjukkan bahwa kadar Fosfatpada
pemecahan oksigen (Fardiaz, 2005).
air
limbah
Rumah
Sakit
RK
bakteri,
menghasilkan
disebut
seperti
lumpur
dan
Charitas
Palembang sudah memenuhi standar baku
KESIMPULAN
mutu Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
1. Nilai rata-rata kadar Fosfat pada waktu
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014
pengambilan pagi hari di bak inlet di IPAL
tentang Baku Mutu Air Limbah, yaitu kadar
RSUD Kota Bitung Tahun 2016 yaitu Fosfat
yang ditetapkan adalah 2 mg/L.
= 2,5 mg/L, dan pada waktu pengambilan
Fosfor merupakan elemen penting
dalam
proses
metabolisme
malam hari pada bak inlet yaitu Fosfat = 3,1.
organisme-
5
2. Nilai rata-rata kadar Fosfat pada waktu
Anonim, 2008.Standar Nasional Indonesia
pengambilan pagi hari di bak outlet di IPAL
tentang Metoda pengambilan contoh
RSUD Kota Bitung Tahun 2016 yaitu Fosfat
air limbah.
= 2,8 mg/L (tidak memenuhi syarat) dan
2011.
Kementrian
Kesehatan
pada waktu pengambilan malam hari pada
Republik
Indonesia
tentang
bak outlet yaitu Fosfat = 1,8 mg/L
PedomanTeknis Instalasi Pengolahan
(memenuhi
Air Limbah tahun 2011.
syarat)
Anonim.
dibandingkan
berdasarkan standar baku mutu Peraturan
Menteri
Lingkungan
Hidup
Anonim. 2014. Peraturan Menteri Lingkungan
Republik
Hidup No. 5 Tahun 2014 tentang Baku
Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan
Baku Mutu Air Limbah Fosfat = 2 mg/L,
Rumah Sakit.
BOD = 50 mg/L, COD = 80 mg/L, pH = 6-
Chandra,
9 tidak.
B.
2012.Pengantar
Kesehatan
Lingkungan. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Hartati, Ahmad. A., Nazriati. E. 2015.
SARAN
RSUD Kota Bitung melakukan pemeriksaan
Implementasi
kualitas air limbah secara berkala untuk
Cair Rumah Sakit
mengetahui penurunan kualitas air hasil olahan
Pekanbaru,
IPAL untuk dijadikan laporan untuk evaluasi
Lingkungan Indonesia, Vol. 2, No.2.
rumah sakit dan harus mengacu pada Peraturan
Juli 2015, hal.87-91.
Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia
Pengelolaan
Limbah
Islam Ibnu Sina
Jurnal
Dinamika
Fardiaz, S. 2005. Polusi Air Dan
Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air
Udara.Yogyakarta : PENERBIT
Limbah.
KANISIUS.
Muchtar, M., Khair, A., dan Noraida. 2016.
DAFTAR PUSTAKA
Hukum Kesehatan Lingkungan
Alamsyah, B. 2007.Pengelolaan Limbah Di
(Kajian Teor- itis dan Perkembangan
Rumah Sakit Pupuk Kaltim Bontang
Pemikiran).Yogyakarta : Penerbit
Untuk
Pustaka Baru Press.
Memenuhi
Baku
Mutu
Lingkungan.Tesis. Program Magister
Ilmu
Lingkungan
Mulyati, M., Narhadi, S., J., M. 2014. Evaluasi
Program
Instalasi
Pengolahan
Air
Limbah
Pascasarjana Universitas Dipenogoro.
Rumah
Semarang.
Palembang,Jurnal Ilmu Lingkungan,
Sakit
Rk
Vol. 12, No. 2, hal. 66-71.
6
Charitas
Olii, H. 2007. Studi Kualitas Kimia Air Limbah
Rumah Sakit Umum Daerah Datoe
Binangkang
Kabupaten
Bolaang
Mongondow.
Siregar, A., dan Sakti. 2005.
Pengolahan
Air
Instalasi
Limbah.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
7