KANDUNGAN FOSFAT (PO ₄) PADA LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) KOTA BITUNG TAHUN 2016

KANDUNGAN FOSFAT (PO₄) PADA LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH (RSUD) KOTA BITUNG TAHUN 2016
Indri Risya Rompas*, Oksfriani Jufri Sumampouw*, Woodford Baren Solaiman Joseph*
*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi
ABSTRAK
Rumah sakit merupakan tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat yang memungkinkan
terjadinya pencemaran lingkungan, gangguan kesehatan dan dapat menjadi tempat penularan penyakit
berupa pencemaran dari suatu kegiatan, yaitu bila limbah yang dihasilkan dibuang ke lingkungan
tanpadi kelola dengan baik.Limbah cair yang berasal dari rumah sakit merupakan salah satu sumber
pencemaran air yang sangat potensial.Penelitian ini bertujuan untuk Menganalisis kandungan fosfat
pada limbah cair rumah sakit umum daerah (RSUD) kota bitung tahun 2016. Jenis penelitian adalah
observasional analisis berbasis laboratorium.Sampel air limbah diambil pada titik masuk (inlet) dan
titik keluar (outlet) pada IPAL. Teknik pengambilan sampel menggunakan grab sampling. Hasil
penelitian untuk kandungan fosfat pada limbah cair di bak outlet RSUD Kota Bitung pada waktu
pengambilan pagi hari mempunyai nilai rata-rata yaitu 2,8 mg/L dan pada waktu pengambilan malam
hari mempunyai nilai rata-rata yaitu 1,8 mg/L. Disimpulkan bahwa kandungan fosfat di RSUD Kota
Bitung pada waktu pengambilan pagi hari di bak outlet tidak memenuhi syarat standar baku mutu
menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2014 sedangkan kandungan fosfat pada
waktu pengambilan malam hari di bak outlet memenuhi syarat standar baku mutu. Perlu dilakukan
pemeriksaan secara berkala, perawatan dan pengontrolan untuk mengetahui penurunan kualitas air
hasil olahan IPAL dan perlu adanya perbaikan peralatan IPAL yang rusak, agar dapat meningkatkan

efisiensi penguraian dan penurunan zat-zat organik sebelum air limbah dibuang ke lingkungan.
Kata Kunci :Limbah Cair, rumah Sakit, grab sampling

ABSTRACT
The hospital was a gathering place for the sick and healthy people which allows environmental
pollution, health problems and could be the spot of disease transmission such as pollution of an activity,
that is, when the resulting waste discharged into the environment without managed properly. The liquid
waste coming from hospitals was one source of water pollution potential. This study aimed to analyze
the content of phosphate in wastewater of Regional General Hospital (RGH) of Bitung city in 2016.
This study was an observational laboratory-based analysis. This research was conducted in Bitung
City Hospital in May to October 2016. The wastewater sample has been taken at the point of entry
(inlet) and exit point (outlet) on the WWTP. Variable in this research was the phosphate on the vessel
inlet and outlet. The sampling technique was conducting by using a grab sampling. The results of this
research for phosphate content in waste water in the tub outlet of RGH Bitung City which are taking
in the morning had an average value at 2.8 mg / L and the retrieval time night had an average value at
1.8 mg / L. It was concluded that the effluent quality of RGH Bitung City at the morning time taking in
the bath outlet ineligible quality standards according to the Regulation of the Minister of Environment
No. 5 In 2014, while the quality of wastewater at the evenings time taking in the tub outlet qualifies
quality standards. It was necessary to testing periodic examination, treatment and control to determine
the processed water quality deterioration and needed for improvement of WWTP damaged equipment,

in order to increase efficiency and decrease the decomposition of organic matter before the wastewater
discharged into the environment.
Keywords: Wastewater, Hospital, grab sampling

1

PENDAHULUAN

kerusakan pada blower sehingga limbah yang

Derajat kesehatan masyarakat suatu negara

dihasilkan masih berwarna hitam dan air

dipengaruhi

sarana

limbahnya langsung dibuang ke kolam kecil di


kesehatan.Menurut (Muchtar dkk, 2016), RS

permukaan tanah yang tidak jauh dari

adalah

pemukiman.

oleh

salah

keberadaan

satu

upaya

penunjang


dalam

bidang

kesehatan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Sebagai sarana pelayanan umum, Rumah sakit

Hartati, dkk (2015) menunjukkan bahwa

juga merupakan tempat berkumpulnya orang

kadar Fosfatsetelah pengolahan pada outlet

sakit

yang


tidak memenuhi syarat 4,1 mg/L setelah

pencemaran

dibandingkan dengan Keputusan Menteri

lingkungan, gangguan kesehatan dan dapat

Negara Lingkungan Hidup Nomor : Kep-

menjadi tempat penularan penyakit berupa

58/MENLH/12/1995,

pencemaran dari suatu kegiatan, yaitu bila

ditetapkan sebesar 2 mg/L.Tujuan penelitian

limbah yang dihasilkan tidak di kelola dengan


ini yaitu untuk menganalisis kandungan fosfat

baik.

pada limbah cair RSUD Kota Bitung.

pembangunan

maupun

memungkinkan

orang

sehat

terjadinya

yaitu


kadar

yang

Limbah cair medis Apabila limbah
tidak dikelolah dengan baik atau langsung

METODE PENELITIAN

dibuang ke saluran pembuangan umum akan

Penelitian

sangat berbahaya dan dapat menimbulkan bau

observasional

yang tidak sedap serta sumber pencemaran air

laboratorium.dilakukan di RSUD Kota Bitung


yang sangat potensial (Chandra, 2012)

pada Mei sampai dengan Oktober 2016.

Fosfor

banyak

digunakan

dalam

ini

merupakan

penelitian
berbasis


Sampel air limbah diambil pada titik masuk

kebutuhan manusia antara lain sebagai pupuk,

(inlet)

sabun atau detergen, bahan industri keramik,

pengambilan sampel menggu-nakan Grab

minyak pelumas, produk minuman dan

Sampling.Variabel penelitian yaitu kandungan

makanan, katalis dan sebagainya.

fosfat pada bak inlet dan outlet.Analisa di

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)


dan

titik

keluar

(outlet).Teknik

laboratorium BTKLPP Kelas I Manado.Data

Kota Bitung diperoleh informasi bahwa rumah

dibandingkan

sakit tersebut adalah rumah sakit tipe C.

Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2014.

Dalam


pengelolaan

limbah

padat

menggunakan insinerator, dan limbah cair
menggunakan
Limbah
limbahnya

Instalasi

Pengelolaan

(IPAL)

dimana

tidak

maksimal

Air

pengelolaan
karena

ada

2

dengan

aturan

Peraturan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan gambar 2, Hasil pengukuran

Hasil Uji Laboratorium pada bak inlet

parameter fosfat pada limbah cair selama tiga
hari memiliki nilai yang bervariasi. Hari
pertama di bak outlet pada pengambilan pagi
hari memiliki nilai 4,4 mg/L, hari kedua 1,0
mg/L, hari ketiga 3,1 mg/L sedangkan hari
pertama di bak inlet pada pengambilan malam
hari memiliki nilai 0,9 mg/L, hari kedua 0,7
mg/L, hari ketiga 3,8 mg/L, untuk kandungan

Gambar 1. Hasil Uji Laboratorium pada baik

fosfat tertinggi pada hari ketiga. Kandungan

inlet
Berdasarkan gambar 1, Hasil pengukuran

fosfat untuk 3 hari pada bak outlet mempunyai

parameter fosfat pada limbah cair selama tiga

nilai rata-rata 2,8 mg/L sedangkan pada jam

hari memiliki nilai yang bervariasi. Hari

pengambilan malam hari mempunyai nilai rat-

pertama di bak inlet pada pengambilan pagi

rata 1,8 mg/L.

hari memiliki nilai 4,6 mg/L, hari kedua 0,7
mg/L, hari ketiga 2,2 mg/L sedangkan hari

Analisis Kandungan fosfat

pertama di bak inlet pada pengambilan malam

Hasil pengukuran parameter Fosfat pada

hari memiliki nilai 4,1 mg/L, hari kedua 2,5

limbah cair di bak inlet dan outlet IPAL selama

mg/L, hari ketiga 2,8 mg/L, untuk kandungan

tiga

fosfat tertinggi pada hari pertama. Kandungan

pengambilan pada waktu pagi dan pengambilan

fosfat untuk 3 hari pada bak inlet mempunyai

pada waktu malam. Hasil pengukuran pada

nilai rata-rata 2,5 mg/L sedangkan pada jam

waktu pagi mengalami peningkatan dengan

pengambilan malam hari mempunyai nilai rat-

nilai rata-rata di bak inlet IPAL 2,5 mg/L dan

rata 3,1 mg/L.

pada waktu pagi di bak outlet IPAL 2,8 mg/L,

Hasil Uji Laboratorium pada bak outlet

sedangkan untuk nilai rata-rata pada waktu

hari

berturut-turut

berbeda

antara

malam terjadi penurunan di bak inlet IPAL 3,1
mg/L dan pada waktu malam di bak outlet
IPAL 1,8 mg/L.
Bervariasinya nilai Fosfat dikarenakan
jumlah limbah yang dihasilkan berbeda setiap
harinya, dan adanya kerusakan juga dalam
reaktor biofilter sehingga proses “AnaerobAerob” tidak berjalan sebagaimana mestinya,

Gambar 2. Hasil Uji Laboratorium pada baik

kombinasi proses “Anaerob-Aerob” efisiensi

outlet

3

penghilangan senyawa phospor menjadi lebih

Pekanbaru,

besar bila dibandingankan dengan proses

pengolahan pada outlet tidak memenuhi syarat

anaerob atau proses aerob saja. Selama berada

4,1 mg/L. Nilai ini menunjukkan bahwa kadar

pada kondisi anaerob, senyawa phospor

Fosfatpada air limbah di Rumah Sakit Umum

anorganik

sel-sel

Islam Ibnu Sina Pekanbarutidak memenuhi

mikrooragnisme akan keluar sebagai akibat

Standar Baku Mutu Limbah Cair Kegiatan

hidrolisa senyawa phospor. Sedangkan energi

Rumah Sakit Berdasarkan Keputusan Menteri

yang dihasilkan digunakan untuk menyerap

Negara Lingkungan Hidup Nomor : Kep-

BOD (senyawa organik) yang ada di dalam air

58/MENLH/12/1995,

limbah.. Selama berada pada kondisi aerob,

ditetapkan sebesar 2 mg/L. Hasil ini juga

senyawa phospor terlarut akan diserap oleh

sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan

bakteria/mikroor-ganisme dan akan sintesa

oleh Alamsyah (2007) di Rumah Sakit Pupuk

menjadi polyphospat dengan menggunakan

Kaltim

energi yang dihasilkan oleh proses oksidasi

Kandungan fosfat pada Kolam Efluen sebesar

senyawa organik (BOD). Dengan demikian

2,25 dan 1.56 mg/L, dan di Badan air sebesar

kombinasi

1,99

yang

proses

ada

dalam

anaerob-aerob

dapat

dimana

Bontang.

mg/L

diatas

kadar

yaitu

Pada

batas

Fosfatsetelah

kadar

yang

penelitian

toleransi

ini

yang

menghilangkan BOD maupun phospor dengan

ditetapkan sebesar 2 mg/L. Kadar fosfat pada

baik, begitu pula peningkatan nilai Fosfat

Kolam Efluen pernah mencapai 2.48 mg/L

mempengaruhi nilai BOD. Proses ini dapat

sedikit diatas normal, hal ini disebabkan oleh

digunakan untuk pengolahan air limbah dengan

diterjen (Effendi,2003) yang masuk kedalam

beban organik yang cukup besar (Kementrian

IPAL dari hasil pencucian yang menggunakan

Kesehatan RI, 2011).

diterjen sehingga diperlukan usulan agar dibuat

Kadar Fosfatpada waktu pengambilan

SOP tentang pencucian yang memakai diterjen,

pagi hari didapatkan nilai rata-rata outlet

agar pemakaian sabun yang mengandung

sebesar 2,8 mg/L. Nilai tersebut menunjukkan

diterjen lebih rasioanal dan ramah lingkungan.

belum

mutu

Nilai ini menunjukkan bahwa kadar fosfat pada

berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan

limbah cair Rumah Sakit Pupuk Kaltim

Hidup Republik Indonesia Nomor 5 Tahun

Bontang tidak memenuhi syarat baku mutu

2014 tentang Baku Mutu Air Limbah, yaitu

menurut SK Gubernur Kaltim No: 26 Tahun

kadar yang ditetapkan sebesar 2 mg/L untuk

2002, yaitu kadar yang ditetapkan 2 mg/L.

memenuhi

standar

baku

Fosfat. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang

Kadar Fosfatpada waktu pengambilan

dilakukan oleh Hartati, Adrianto, Nazriati

malam didapatkan nilai rata-rata outlet sebesar

(2015) tentang Implementasi Pengelolaan

1,8 mg/L. Nilai tersebut menunjukkan sudah

Limbah Cair Rumah Sakit Islam Ibnu Sina

memenuhi standar baku mutu berdasarkan

4

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik

organisme biologis pada proses biologis,

Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku

diperlukan konsentrasi yang minimal untuk

Mutu Air Limbah, yaitu kadar yang ditetapkan

mencapai operasi yang optimal. Fosfor terdapat

sebesar 2 mg/L untuk Fosfat. Hasil ini sejalan

dalam air limbah dalam bentuk, antara lain

dengan penelitian yang dilakukan oleh Olii

ortofosfat, pirofosfat, polifosfat dan metafosfa,

(2013) tentang Studi Kualitas Kimia Air

serta fosfor organik. Di antara ketiga bentuk

Limbah Rumah Sakit Umum Daerah Datoe

fosfor tersebut, ortofosfat merupakan bahan

Binangkang Kabupaten Bolaang Mongondow,

metabolism organisme yang paling baik

dimana kadar BOD setelah pengolahan pada

(Siregar, 2005).

Nilai kadar BOD pada titik effluent I tidak

Kelebihan

Fosfor

menyebab-kan

memenuhi syarat (0,3 mg/L), pada titik effluent

keadaan

II juga tidak memenuhi syarat (0,2 mg/L). Nilai

eutrofikasi eutrofikasi adalah suatu fenomena

ini menunjukkan bahwa kadar Fosfatpada air

yang

limbah di Rumah Sakit Umum Daerah Datoe

kekeruhan, sedimen, produktivitas dan suhu

Binangkang Kabupaten Bolaang Mongondow

rata-rata.Ganggang menyebabkan eutrofikasi

memenuhi Standar Baku Mutu Limbah Cair

karena menambah bahan organik pada sistem.

Kegiatan Rumah Sakit Berdasarkan Keputusan

Bila terdapat nutrien yang diperlukan untuk

Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor :

pertumbuhan ganggang, maka akan terjadi

Kep-58/MENLH/12/1995, yaitu kadar yang

ledakan populasi ganggang. Selama ledakan,

ditetapkan sebesar 2 mg/L. Hasil ini sejalan

antara siang dan malamhari terjadiperbedaan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Mulyati

yang besar dalam kadar oksigen air. Pada

dan Narhadi (2014) tentang Evaluasi Instalasi

malam hari respirasi ganggang berlanjut dan

Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit RK

terjadi pemecahan oksigen. Ganggang yang

Charitas

mati akan ke bagian dasar danau dan dioksidasi

Palembang,

dimana

kadar

tidak

seimbang

melibatkan

banyak

yang

faktor

Fosfatsetelah pengolahan adalah 1,8 mg/L.

oleh

Nilai ini menunjukkan bahwa kadar Fosfatpada

pemecahan oksigen (Fardiaz, 2005).

air

limbah

Rumah

Sakit

RK

bakteri,

menghasilkan

disebut

seperti

lumpur

dan

Charitas

Palembang sudah memenuhi standar baku

KESIMPULAN

mutu Peraturan Menteri Lingkungan Hidup

1. Nilai rata-rata kadar Fosfat pada waktu

Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014

pengambilan pagi hari di bak inlet di IPAL

tentang Baku Mutu Air Limbah, yaitu kadar

RSUD Kota Bitung Tahun 2016 yaitu Fosfat

yang ditetapkan adalah 2 mg/L.

= 2,5 mg/L, dan pada waktu pengambilan

Fosfor merupakan elemen penting
dalam

proses

metabolisme

malam hari pada bak inlet yaitu Fosfat = 3,1.

organisme-

5

2. Nilai rata-rata kadar Fosfat pada waktu

Anonim, 2008.Standar Nasional Indonesia

pengambilan pagi hari di bak outlet di IPAL

tentang Metoda pengambilan contoh

RSUD Kota Bitung Tahun 2016 yaitu Fosfat

air limbah.

= 2,8 mg/L (tidak memenuhi syarat) dan

2011.

Kementrian

Kesehatan

pada waktu pengambilan malam hari pada

Republik

Indonesia

tentang

bak outlet yaitu Fosfat = 1,8 mg/L

PedomanTeknis Instalasi Pengolahan

(memenuhi

Air Limbah tahun 2011.

syarat)

Anonim.

dibandingkan

berdasarkan standar baku mutu Peraturan
Menteri

Lingkungan

Hidup

Anonim. 2014. Peraturan Menteri Lingkungan

Republik

Hidup No. 5 Tahun 2014 tentang Baku

Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang

Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan

Baku Mutu Air Limbah Fosfat = 2 mg/L,

Rumah Sakit.

BOD = 50 mg/L, COD = 80 mg/L, pH = 6-

Chandra,

9 tidak.

B.

2012.Pengantar

Kesehatan

Lingkungan. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Hartati, Ahmad. A., Nazriati. E. 2015.

SARAN
RSUD Kota Bitung melakukan pemeriksaan

Implementasi

kualitas air limbah secara berkala untuk

Cair Rumah Sakit

mengetahui penurunan kualitas air hasil olahan

Pekanbaru,

IPAL untuk dijadikan laporan untuk evaluasi

Lingkungan Indonesia, Vol. 2, No.2.

rumah sakit dan harus mengacu pada Peraturan

Juli 2015, hal.87-91.

Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia

Pengelolaan

Limbah

Islam Ibnu Sina

Jurnal

Dinamika

Fardiaz, S. 2005. Polusi Air Dan

Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air

Udara.Yogyakarta : PENERBIT

Limbah.

KANISIUS.
Muchtar, M., Khair, A., dan Noraida. 2016.

DAFTAR PUSTAKA

Hukum Kesehatan Lingkungan

Alamsyah, B. 2007.Pengelolaan Limbah Di

(Kajian Teor- itis dan Perkembangan

Rumah Sakit Pupuk Kaltim Bontang

Pemikiran).Yogyakarta : Penerbit

Untuk

Pustaka Baru Press.

Memenuhi

Baku

Mutu

Lingkungan.Tesis. Program Magister
Ilmu

Lingkungan

Mulyati, M., Narhadi, S., J., M. 2014. Evaluasi

Program

Instalasi

Pengolahan

Air

Limbah

Pascasarjana Universitas Dipenogoro.

Rumah

Semarang.

Palembang,Jurnal Ilmu Lingkungan,

Sakit

Rk

Vol. 12, No. 2, hal. 66-71.

6

Charitas

Olii, H. 2007. Studi Kualitas Kimia Air Limbah
Rumah Sakit Umum Daerah Datoe
Binangkang

Kabupaten

Bolaang

Mongondow.
Siregar, A., dan Sakti. 2005.
Pengolahan

Air

Instalasi
Limbah.

Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

7

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN MALANG KOTA LAYAK ANAK (MAKOLA) MELALUI PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN

73 431 39

KEBIJAKAN BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN DAERAH (BAPEDALDA) KOTA JAMBI DALAM UPAYA PENERTIBAN PEMBUANGAN LIMBAH PABRIK KARET

110 657 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25