Analisa Sistem Penunjang Keputusan Pemil

TESIS

Oleh

GUSTAV BERNUAR 55407120002

PROGRAM MAGISTER TEKNIK ELEKTRO

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MERCU BUANA 2009

ABSTRAKSI

NGN (Next Generation Network) atau jaringan telekomunikasi masa depan adalah sebuah model jaringan baru yang berbasis Internet Protokol (IP) dalam melayani produk produk seperti voice, multimedia, video dan sebagainya. Dulu circuit switch di gunakan dalam teknologi PSTN sangat di andalkan, namun kini pamornya sudah mulai memudar ketika

dihadapkan dengan fenomena jaringan wireless dan voice over packet. Ketersediaan Jaringan Akses Multi Layanan (MSAN : Multi Service Access Network) sebagai menjadi sangat penting ketika sebuah perusahaan penyedia layanan telekomunikasi (operator telekomunikasi) ingin menggelar jaringan NGN di wilayah operasionalnya. Jaringan Akses Multi Layanan merupakan solusi pendukung yang sesuai dengan standar industri pada bagian-bagian didalam arsitektur jaringan NGN. PT ZTE Indonesia sebagai perusahaan subsidiary ZTE Corporation merupakan produsen perangkat jaringan akses (vendor telekomunikasi) dan juga melakukan pekerjaan instalasi perangkat bagi operator telekomunikasi negara-negara di dunia, termasuk salah satunya Indonesia. Dalam pelaksanaannya, PT ZTE Indonesia masih menghadapi kendala dalam pemilihan proyek-proyeknya terutama dalam mengkalkulasikan perhitungan prioritas pemilihan antar proyek. Dampak langsung yang terlihat jelas adalah keuntungan yang tidak terlalu signifikan atau kemungkinan kerugian dari sebagian proyek-proyek yang dimenangkan tersebut. Kajian terhadap permasalahan tersebut meliputi identifikasi masalah, proses pengumpulan data, dilanjutkan dengan pengolahan data menggunakan metode AHP (Analytic Hierarchy Process) didukung software Expert Choice dan memberikan kesimpulan terhadap hasil analisa data berupa rancangan program persiapan proses tender yang ditunjang dengan rencana implementasi, pemantauan dan komitmen manajemen diharapkan dapat mengatasi masalah diatas sehingga sasaran proyek dan tujuan perusahaan dapat tercapai.

ABSTRACT

NGN (Next Generation Network) or the future of telecommunications networks is a new network model based on Internet Protocol (IP) in the service product such as voice, multimedia, video and so on. First circuit switches used in PSTN technology is the reliable, but are now already beginning to fade the reputation when confronted with the phenomenon of wireless networks and voice over packet. Availability of Multi-Service Access Network (MSAN: Multi Service Access Network) as the becomes very important when a company's telecommunications service provider (telecom operator) wants to hold NGN networks in the operational area. Multi Service Access Network is a support solution in accordance with industry standards in those parts in the NGN network architecture. PT ZTE Indonesia as subsidiary company ZTE Corporation is the manufacturer of the access network device (vendor telecommunications) and also do installation work for telecommunication operators in the countries of the world, including one Indonesian. In practice, PT ZTE Indonesia still faces obstacles in the selection of projects, especially in the calculation to calculate inter-project selection priorities. Direct impacts are obvious benefits that are not too significant or possible loss of some of the projects that won it. The study of these issues include identification of issues, the process of data collection, followed by data processing using the method of AHP (Analytic Hierarchy Process) Expert Choice software support and provide conclusions on the results of data analysis preparation program design tendering process supported by the implementation plan, monitoring and commitment management is expected to overcome the above problems so that project goals and corporate objectives can be achieved.

ii

PENGESAHAN TESIS

Judul Tesis : Analisa Sistem Penunjang Keputusan Pemilihan Proyek Jaringan

Akses Menggunakan Expert Choice Berdasarkan Metode Analytic Hierarchy Process (Studi Kasus : PT ZTE Indonesia)

Nama : Gustav Bernuar NIM

: 55407120002 Program

: Pascasarjana Program Magister Teknik Elektro Konsentrasi

: Manajemen Telekomunikasi Tanggal

Mengesahkan. Ketua Program Studi Magister Teknik Elektro

Dr.-Ing. Mudrik Alaydrus

Pembimbing Utama

Dr. Ir. Iwan Krisnadi, MBA

iii

PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa seluruh tulisan dan pernyataan dalam Tesis ini :

Judul Tesis : Analisa Sistem Penunjang Keputusan Pemilihan Proyek Jaringan

Akses Menggunakan Expert Choice Berdasarkan Metode Analytic Hierarchy Process (Studi Kasus : PT ZTE Indonesia)

Nama : Gustav Bernuar NIM

: 55407120002 Program

: Pascasarjana Program Magister Teknik Elektro Konsentrasi

: Manajemen Telekomunikasi Tanggal

Merupakan hasil studi pustaka, penelitian lapangan, dan karya saya sendiri dengan bimbingan Pembimbing yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Ketua Program Studi Magister Teknik Elektro Universitas Mercu Buana. Tesis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar magister pada pogram sejenis di perguruan tinggi lain. Semua informasi, data dan hasil pengolahannya yang digunakan, telah dinyatakan secara jelas sumbernya dan dapat diperiksa kebenarannya.

Jakarta, 13 Januari 2010

Gustav Bernuar

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Analisa Sistem Penunjang Keputusan Pemilihan Proyek Jaringan Akses Menggunakan Expert Choice Berdasarkan Metode Analytic Hierarchy Process (Studi Kasus : PT ZTE

Indonesia) ” tepat pada waktunya.

Penulisan tesis ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Jurusan Manajemen Telekomunikasi di Fakultas Teknik Elektro Universitas Mercu Buana. Penulis menyadari bahwa penyusunan Tesis ini terlaksana dengan adanya bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr.Ir. Iwan Krisnadi, MBA., selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan kami dalam penyusunan tesis ini.

2. PT. ZTE Indonesia, yang telah bersedia untuk menjadi tempat studi kasus dalam penelitian dan data-data yang diperlukan dalam penyusunan tesis.

3. Keluarga dan sahabat atas dukungannya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Jakarta, 13 Januari 2010

Penulis

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN....... ……………………………….…….........……. 66 DAFTAR PUSTAKA.... ….......................................................…….…...….........…. 67

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Table of Services MSAN................................................................................... 13 Tabel 2.1 Skala Kepentingan ........................................................................................... 17

ix

DAFTAR SINGKATAN

AHP

Analityc Hierarchy Process

ALU Additional Line Unit CI Consistency Index

CR Consistency Ratio DDN

Digital Distribution Frame EC Expert Choice

EMS Element Management System EPON

Ethernet Passive Optical Network ISDN

Integrated Services Digital Network IP

Internet Protokol ISP

Inside Plan MSAN

Multi Services Access network NGN

Next Generation Network

OSP Outside Plan PC

Personal Computer POTS

Plain Old Telephone System

RK Rumah Kabel RKS

Rencana Kerjasama TeNOSS

Telkom National Operation Support System xDSL

Varian dari Digital Subscriber Line

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebutuhan terhadap jaringan telekomunikasi berbasis IP (Internet Protocol) di Indonesia saat ini mengalami peningkatan yang signifikan, oleh karena itu permintaan terhadap jaringan akses yang berbasis IP juga meningkat sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Kebutuhan terhadap jaringan akses multi layanan (MSAN) dari operator telepon bergerak lebih cepat dibandingkan dengan penyedia jasa internet. Untuk masa depan, orang akan lebih banyak mengakses internet melalui telepon bergerak dan tidak lagi lewat komputer pribadi (PC). Selain itu, peningkatan jumlah pelanggan serta perkembangan teknologi itu sendiri juga akan mendorong operator telekomunikasi untuk mulai menyediakan kapasitas kecepatan dalam jumlah besar. Para operator juga harus mulai menggunakan jaringan NGN (Next Generation Network) yang mampu memenuhi akan kebutuhan karena jika melihat trendnya, telepon tanpa kabel generasi mendatang akan menyediakan aplikasi-aplikasi yang membutuhkan kapasitas dalam jumlah besar, termasuk untuk internet. Operator membutuhkan jaringan akses multi layanan (MSAN) yang mampu memberikan kapasitas dalam jumlah lebih besar. Jika hanya mengandalkan jaringan tanpa kabel (wireless), seperti yang selama ini digunakan oleh para operator di Indonesia, mereka akan tertinggal. Untuk mengantisipasi itu, para operator harus melakukan up-grade jaringan aksesnya. Jaringan ini, harus mampu membawa traffic suara, video, dan data sebanyak-banyaknya sesuai yang dibutuhkan konsumer dan konsumer bisnis sehingga umumnya serat optik tidak dibangun di jalan-jalan kecil, melainkan jalan besar yang membutuhkan informasi yang lebar. Dengan kata lain jaringan akses multi layanan sekarang sudah menjadi tumpuan bagi infrastruktur utama yang berada di belakang kelancaran arus informasi di negeri ini. Terkait dengan kebutuhan pembangunan jaringan akses multi layanan yang meningkat, sebuah perusahaan kontraktor telekomunikasi (vendor) berusaha memenangkan tender untuk mendapatkan beberapa permintaan pekerjaan dari satu maupun beberapa operator. Sangatlah mungkin sebuah vendor untuk berusaha mendapatkan kesemua proyek yang ditawarkan. Namun peluang untuk gagal dalam mendapatkan kesemua pekerjaan tersebut Kebutuhan terhadap jaringan telekomunikasi berbasis IP (Internet Protocol) di Indonesia saat ini mengalami peningkatan yang signifikan, oleh karena itu permintaan terhadap jaringan akses yang berbasis IP juga meningkat sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Kebutuhan terhadap jaringan akses multi layanan (MSAN) dari operator telepon bergerak lebih cepat dibandingkan dengan penyedia jasa internet. Untuk masa depan, orang akan lebih banyak mengakses internet melalui telepon bergerak dan tidak lagi lewat komputer pribadi (PC). Selain itu, peningkatan jumlah pelanggan serta perkembangan teknologi itu sendiri juga akan mendorong operator telekomunikasi untuk mulai menyediakan kapasitas kecepatan dalam jumlah besar. Para operator juga harus mulai menggunakan jaringan NGN (Next Generation Network) yang mampu memenuhi akan kebutuhan karena jika melihat trendnya, telepon tanpa kabel generasi mendatang akan menyediakan aplikasi-aplikasi yang membutuhkan kapasitas dalam jumlah besar, termasuk untuk internet. Operator membutuhkan jaringan akses multi layanan (MSAN) yang mampu memberikan kapasitas dalam jumlah lebih besar. Jika hanya mengandalkan jaringan tanpa kabel (wireless), seperti yang selama ini digunakan oleh para operator di Indonesia, mereka akan tertinggal. Untuk mengantisipasi itu, para operator harus melakukan up-grade jaringan aksesnya. Jaringan ini, harus mampu membawa traffic suara, video, dan data sebanyak-banyaknya sesuai yang dibutuhkan konsumer dan konsumer bisnis sehingga umumnya serat optik tidak dibangun di jalan-jalan kecil, melainkan jalan besar yang membutuhkan informasi yang lebar. Dengan kata lain jaringan akses multi layanan sekarang sudah menjadi tumpuan bagi infrastruktur utama yang berada di belakang kelancaran arus informasi di negeri ini. Terkait dengan kebutuhan pembangunan jaringan akses multi layanan yang meningkat, sebuah perusahaan kontraktor telekomunikasi (vendor) berusaha memenangkan tender untuk mendapatkan beberapa permintaan pekerjaan dari satu maupun beberapa operator. Sangatlah mungkin sebuah vendor untuk berusaha mendapatkan kesemua proyek yang ditawarkan. Namun peluang untuk gagal dalam mendapatkan kesemua pekerjaan tersebut

Dengan melihat aspek penentuan strategi harga, metode pembayaran, ruang lingkup pekerjaan, dan penetapan prioritas dalam pemilihan proyek yang ditawarkan oleh operator berdasarkan aturan tender pada masing-masing operator, mencoba memberikan usulan dengan menganalisa aspek-aspek yang terkait, sehingga diharapkan vendor mampu menentukan proyek yang diinginkan secara efektif dan efisien, sehingga keuntungan dari proyek dapat tercapai. Semua informasi itu disampaikan secara jelas dan lengkap di dalam dokumen tender yang disebut dengan dokumen RKS (Rencana Kerjasama). Disamping informasi yang disampaikan secara tertulis oleh operator, terdapat juga informasi yang sifatnya tidak tertulis seperti informasi tentang jumlah anggaran untuk proses tender tersebut, dimana informasi itu sangat penting untuk memprediksi seberapa besar nilai kontrak, kemudian nilai strategis dari tender yang ada terkait dengan peluang ekspansi kedepannya. Dengan kondisi demikian penting bagi PT. ZTE Indonesia untuk mempertimbangkan dan mempersiapkan segala sesuatunya dengan matang dalam rangka memenangkan tender tersebut. Dari beberapa tender yang ada, akan ditentukan prioritas yang sesuai dengan target pencapaian dan perencanaan bisnis dari PT. ZTE Indonesia itu sendiri, sehingga diharapkan PT. ZTE Indonesia mampu mengelola tender secara efektif dan efisien, dan tujuan perusahaan dapat tercapai

1.2. Identifikasi Permasalahan

PT ZTE Indonesia memiliki beberapa kontrak pekerjaan pembangunan jaringan akses multi layanan (MSAN) dengan operator di Indonesia. Dari keterikatan beberapa kontrak tersebut, PT ZTE Indonesia menemui kendala dalam penentuan pemilihan proyek- proyeknya terutama untuk mendapatkan keuntungan dari penjualan perangkat antar proyek. Kajian dalam permasalahan tersebut meliputi identifikasi, analisis, dan PT ZTE Indonesia memiliki beberapa kontrak pekerjaan pembangunan jaringan akses multi layanan (MSAN) dengan operator di Indonesia. Dari keterikatan beberapa kontrak tersebut, PT ZTE Indonesia menemui kendala dalam penentuan pemilihan proyek- proyeknya terutama untuk mendapatkan keuntungan dari penjualan perangkat antar proyek. Kajian dalam permasalahan tersebut meliputi identifikasi, analisis, dan

1.3. Pembatasan Masalah

Dalam penulisan penelitian ini, memberikan batasan masalah agar pembahasan tidak terlalu meluas, dan diharapkan bisa fokus terhadap pokok permasalahan. Berikut adalah batasan-batasan yang diberikan oleh :

a. Penelitian dikhususkan pada proyek pembangunan jaringan akses multi layanan menggunakan perangkat MSAN, sehingga pembahasan diluar itu tidak dilakukan.

b. Penelitian dilakukan untuk proses pre sales, yaitu proses sebelum tender itu dimenangkan.

c. Penelitian dilakukan dengan mengambil studi kasus di PT. ZTE Indonesia, sehingga penulisan didasarkan pada kondisi perusahaan yang terkait.

d. Penelitian ini dilakukan terhadap kegiatan tender yang dilakukan oleh operator- operator yang ada di Indonesia.

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk :

a. Menentukan pemilihan prioritas dari sebuah proyek jaringan akses multi layanan MSAN dari beberapa operator, ditinjau dari faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam memenangkan tender bagi PT. ZTE Indonesia, yang pada akhirnya akan membuat proses tender maupun tahap implementasi dapat berjalan dengan baik.

b. Memberikan usulan bagi PT. ZTE Indonesia agar mampu mengelola tender- tender yang ada dengan baik.

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat yang dapat dijadikan sebagai masukan bagi PT. ZTE Indonesia, yaitu:

a. Memberikan nilai tambah bagi PT. ZTE Indonesia dalam berkompetisi dengan vendor lain.

b. Memberikan pedoman bagi PT. ZTE Indonesia dalam membaca peluang dari sebuah tender yang diadakan oleh operator-operator telekomunikasi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Profil Perusahaan

PT. ZTE Indonesia adalah perusahaan PMA yang merupakan salah satu cabang dari ZTE Corporation yang berpusat di Shen Zhen, China. ZTE kepanjangan dari Zhong Xing Telecommunication. PT ZTE Indonesia mulai berdiri pada tahun 2000 dengan kantor pertama di Gedung The East Lt. 26, Jl. Lingkar Mega Kuningan Kav. E 3.2 No. 1 Jakarta 12950, Indonesia. PT. ZTE Indonesia merupakan salah satu vendor telekomunikasi yang menyediakan layanan perangkat dan jasa telekomunikasi. Produk yang dihasilkan ZTE pada dasarnya terbagi menjadi 2 jenis yaitu :

1. Produk yang berupa perangkat keras untuk pembangunan infrastruktur telekomunikasi. Contoh: perangkat BSS, BTS, BSC untuk infrastruktur jaringan seluler dan perangkat SOFTSWITCH & MSAN untuk infrastruktur jaringan transmisi akses.

2. Produk terminal yang berupa handset dan telepon. Contoh: Modem, handpone, perangkat untuk antena wireless, USB dan lain-lain.

2.1.1. Sejarah PT. ZTE Indonesia

ZTE didirikan di China pada tahun 1985 dan mengawali produksi pertama berupa switch dengan kapasitas kecil. Setelah tahun 1987 ZTE mulai membuat lembaga riset dan development untuk pengembangan produk baru. Setelah tahun 1992 ZTE mulai memfokuskan diri untuk mengarahkan produknya ke arah produk telekomunikasi. Mulai tahun 1993 ZTE memfokuskan diri pada penjualan produk dengan market utama di China, kemudian ZTE juga mendapat dukungan penuh dari pemerintah China dan kemudian dijadikan sebagai salah satu BUMN pemerintah China. Pada tahun 1996 ZTE meningkatkan perkembangan produknya tidak hanya di switch saja tetapi juga produk lain yang diperlukan di dunia telekomunikasi. Pada tahun 1996 ini juga ZTE mulai melakukan ekspansi market ke daerah di luar China.

Daerah pertama kali yang dijadikan pasar utama ZTE adalah Pakistan, kemudian ZTE mendirikan kantor cabang di Pakistan. Setelah itu ZTE lebih fokus melakukan perluasan market ke arah Asia, Afrika dan Eropa. Pada tahun 1997 ZTE mulai go public. ZTE mulai mengembangkan market di Indonesia pada tahun 2000 dengan mendirikan cabangnya di Jakarta dengan nama PT. ZTE Indonesia.

2.1.2. VISI DAN MISI PERUSAHAAN

Visi PT. ZTE Indonesia adalah sebagai berikut :

a. Memberikan solusi bagi customer terkait dengan masalah Telekomunikasi dan IT.

b. Memberikan kesejahteraan kepada pegawai.

c. Meningkatkan pendapatan perusahaan dan keuntungan para shareholder.

Ketiga visi utama ZTE tersebut terungkap dalam semboyannya yaitu “ Talking To The Future ”

Misi PT. ZTE Indonesia adalah sebagai berikut:

a. Tahun 2009 ZTE menjadi perusahaan pemimpin dalam penyedia jasa dan perangkat industri telekomunikasi.

b. Tahun 2015 ZTE menjadi pemimpin market di dunia telekomunikasi.

Untuk mewujudkan visi dan misi ZTE menerapkan beberapa kebijakan terhadap pegawai yaitu sebagai berikut :

a. Pegawai ZTE akan mendapatkan training sebelum mulai bekerja dengan fasilitas peralatan yang lengkap serta diserta praktek secara langsung sehingga ketika sudah mulai bekerja masalah human error bisa dikurangi..

b. ZTE memberikan kebijakan terhadap pegawainya dengan system penilaian kemampuan tiap individu dalam bekerja. Dengan system rewards dan punishment ZTE memberlakukan system tersebut terhadap pegawainya sehingga kemampuan masing-masing pegawai tidak hanya terbatas pada jenis pekerjaan yang dihadapi.

c. Dengan etos dan semangat “ Only the best people “, ZTE memiliki pegawai dengan usia muda dan produktif dengan rata-rata umur 30 tahun.

d. Dengan penyediaan pelatihan yang berkelanjutan, ZTE memberikan kesempatan pengembangan karir dan motifasi diri terhadap pegawainya.

2.2 Teknologi dan Produk Jaringan Akses Multi Layanan PT ZTE Indonesia

ZTE memiliki perangkat MSAN yang dapat memenuhi kebutuhan industri dengan arsitektur standar dengan layer NGN, dimana komunikasi antar elemen – elemennya pada layer dengan standar interface yang berbeda dengan mencapai sistem yang stabil dan fleksibel. Dengan kemampuan perangkat MSAN ZTE sangat mudah untuk dioptimisasi perangkatnya untuk memenuhi kebutuhan diatas tersebut. MSAN adalah generasi terbaru dari sistem jaringan akses multi layanan yang mana dapat menyediakan berbagai macam layanan melalui satu platform yang universal. Artinya bahwa beberapa operator tidak perlu lagi membangun berbagai macam jenis jaringan akses contohnya satu untuk POTS, satu untuk data dan yang lain untuk video; operator hanya butuh membangun sebuah jaringan akses yang dapat mengakses berbagai macam layanan, termasuk layanan terbaru kedepannya. Hanya dengan membangun sebuah jaringan akses melalui MSAN, para operator dapat memotong sebagian biaya investasi dan bisa memfokuskan untuk memberikan kualitas layanan yang terbaik kepada pelanggan dengan biaya investasi yang terpotong tersebut. Dibandingkan dengan Jaringan Akses yang tradisional , MSAN mengadopsi arsitektur bus multi layanan dan built-in teknologi MSTP technology untuk menyediakan kemampuan multi akses layanan. MSAN benar-benar mewujudkan akses multi layanan pengguna, transmisi multi layanan yang kompak dan konvergensi multi layanan. Sehingga sangat mudah untuk menyediakan layanan POTS, ISDN, DDN, xDSL , EPON ,dan layanan berbasis IP kepada pengguna dan penyedia layanan.

Gambar 2.1: Platform Universal MSAN 1

Jenis-jenis produk jaringan akses multi layanan MSAN PT ZTE Indonesia :

1. ZXMSG5200: Standar untuk tipe indoor (kabinet 19D06H20)

Gambar 2.2 ZXMSG5200 tipe indoor 2

1 Sumber : Dokumen Proposal Teknis, PT ZTE Indonesia untuk Proyek Pengadaan Dan Pemasangan MSAN ALU & Akses Sekunder 2008 (TELKOM)

2 Sumber : Dokumen Spesifikasi Teknis, PT ZTE Indonesia untuk Proyek Pengadaan Dan Pemasangan MSAN ALU & Akses Sekunder 2008 (TELKOM)

2. ZXMSG5200: OUT40E

Gambar 2.3 ZXMSG5200 OUT40E 3

3. ZXMSG5200: OUT20E

Gambar 2.4 ZXMSG5200 OUT20E 4

3 Sumber : Dokumen Spesifikasi Teknis, PT ZTE Indonesia untuk Proyek Pengadaan Dan Pemasangan MSAN ALU & Akses Sekunder 2008 (TELKOM)

4 Sumber : Dokumen Spesifikasi Teknis, PT ZTE Indonesia untuk Proyek Pengadaan Dan Pemasangan MSAN ALU & Akses Sekunder 2008 (TELKOM)

Gambar 2.5 Solusi dari MSAN ZTE 5

2.3. Proyek Jaringan Akses Multi Layanan PT ZTE Indonesia

Adapun beberapa proyek pembangunan jaringan akses multi layanan (MSAN) yang pernah dilakukan oleh PT ZTE Indonesia adalah sebagai berikut :

1. Pengadaan dan Pemasangan MSAN ALU & Akses Sekunder 2008 (TELKOM).

2. Pengadaan dan Pemasangan MSOAN DivRe I 2006 (TELKOM) Sebagai bahan referensi untuk penentuan kriteria-kriteria dalam membuat hierarki, akan diambil salah satu dari beberapa proyek di atas, yaitu Buku Acuan Tender TELKOM (Rencana Kerja dan Syarat : RKS TELKOM) Proyek Pengadaan dan Pemasangan MSAN ALU & Akses Sekunder 2008 dan juga beberapa Buku acuan Tender yang biasa digunakan pada INDOSAT mengenai Pengadaan Perangkat Jaringan Akses, karena pada dasarnya buku acuan tender berbeda antara operator satu dengan operator lainnya namun didalam operator itu sendiri memiliki kecenderungan aturan tender yang sama untuk proyek yang berbeda. Dalam proyek tersebut memiliki tujuan untuk membangun jaringan akses multi layanan menggunakan perangkat MSAN sebagai perangkat pendukung NGN (Next Generation Network).

5 Sumber : Dokumen Proposal Teknis, PT ZTE Indonesia untuk Proyek Pengadaan Dan Pemasangan MSAN ALU & Akses Sekunder 2008 (TELKOM)

2.3.1. Pengadaan dan Pemasangan MSAN ALU & Akses Sekunder 2008 (TELKOM)

Pada RKS ini Mitra Pengadaan atau Vendor diminta mengajukan penawaran untuk pekerjaan Pengadaan dan Pemasangan MSAN ALU & Akses Sekunder 2008 dengan tanggung jawab tunggal dan bertanggung jawab penuh secara sistem.

Secara umum ruang lingkup pekerjaan proyek pengadaan MSAN dan Akses Sekunder 2008 ini adalah sebagai berikut :

a) Pembangunan jaringan akses fiber optik menggunakan teknologi MSAN secara sistem.

b) Pelaksanaan kontrak menggunakan sistem turnkey project dimana mitra bertanggung jawab pada hal-hal sebagai berikut:

c) Pengiriman, penyediaan dan instalasi seluruh barang. d)

Penyediaan seluruh jasa yang dibutuhkan dan material instalasi sistem lengkap sampai dengan sistem selesai terpasang, berhasil dites dengan baik, ready for service dan dapat diserahkan ke TELKOM.

e) Integrasi dengan jaringan TELKOM eksisting (Softswitch, Metro ethernet, jaringan Broadband, dan TeNOSS – Telkom National Operation Support System).

Waktu pelaksanaan proyek selama 120 hari kalender.

KONFIGURASI SISTEM

Definisi sistem dalam RKS ini adalah infrastruktur lengkap yang siap untuk komersialisasi dan operasi. Sistem yang ditawarkan terdiri dari sistem elemen berikut:

a) Sistem elemen Inside Plat (ISP): i)

Perangkat MSAN ii)

Element Management System (EMS) b)

Power supply/catuan PLN untuk masing-masing lokasi ISP Power supply/catuan PLN untuk masing-masing lokasi ISP

SoW

ISP

Secondary OSP

Model 1 : ALU, SSL ≤ 480

Metro Ethernet

MSAN

RK

Sof tswitch

IP Network

Tie Line

Model 2 : ALU, SSL > 480

Tie Line

Model 3 : Modernisasi tanpa reboundary

SoW MSAN

Tie Line

Model 4 : Modernisasi dengan reboundary

EMS Client

EMS Server

Gambar 2.6. Sistem Konfigurasi MSAN 6

d) Model Konfigurasi sistem yang ditawarkan ada 4 tipe yaitu: i)

Model 1 : Additional Line Unit (ALU) dengan jumlah subscriber ≤ 480 SSL Untuk model ini, terminasi OSP jaringan akses sekunder baru ke perangkat MSAN

adalah langsung di dalam ruang terminal block kabinet MSAN . ii)

Model 2 : Additional Line Unit (ALU) dengan jumlah subscriber > 480 SSL Untuk model ini, terminasi OSP jaringan akses sekunder baru ke perangkat MSAN

adalah melalui Rumah Kabinet (RK) baru dan jumpering tie line iii)

Model 3 : Modernisasi jaringan akses eksisting tanpa reboundary

Untuk model ini, terminasi OSP jaringan akses sekunder eksisting ke perangkat MSAN adalah melalui RK eksisting menggunakan tie line baru. Proses cut over dan migrasi ke perangkat baru menjadi tanggung jawab mitra .

iv)

Model 4 : Modernisasi jaringan akses eksisting dengan reboundary

Untuk model ini, RK eksisting direboundary area layanannya dengan kapasitas per area layanan baru < 480 subscriber sehingga terminasi OSP jaringan akses sekunder eksisting

6 Sumber : Dokumen RKS TELKOM untuk Proyek Pengadaan Dan Pemasangan MSAN ALU & Akses Sekunder 2008 (TELKOM) 6 Sumber : Dokumen RKS TELKOM untuk Proyek Pengadaan Dan Pemasangan MSAN ALU & Akses Sekunder 2008 (TELKOM)

LOKASI PROYEK

Lokasi pekerjaan proyek pengadaan MSAN ALU dan Akses Sekunder 2008 dilakukan di

7 (tujuh) Divre, sebagai berikut :

LAYANAN

TOTAL LAYANAN

JUMLAH

DIVRE TABEL DIVRE

voice data

ONLY

Adsl 2+)

(64 kb/s)

112 4088 472 DIVRE

tahap 1 D1(eval)

tahap 2 D1 ALU

447 15129 14682 1 tahap 2 D1 MOD

subtotal of division 1

26137 22074 tahap 1 D2 (eval)

1379 34924 9940 tahap 2 D2_2_ALU ABT

1120 20400 6660 DIVRE 2 tahap 2 D2_3_ALU ABT

385 47650 15184 tahap 2 D2_MOD

subtotal of division 2

105982 32008 tahap 2 D3_ALU

97 14698 4392 DIVRE 3 tahap 2 D3_MOD

subtotal of division 3

31966 9585 tahap 1 D4 (eval)

34 3298 3264 DIVRE 4 tahap 2 D4 ALU

subtotal of division 4

18534 18328 tahap 1 D5 (eval)

736 21492 1592 DIVRE tahap 2 D5 ALU

subtotal of division 5

63 2430 292 6 subtotal of division 6

tahap 2 D6 ALU

63 2430 292 tahap 1 D7 (eval)

450 19229 5620 DIVRE 7 tahap 2 D7 ALU+MOD

3104 67046 19200 subtotal of division 7

Tabel 2.1 Table Of Services MSAN 7

7 Sumber : Dokumen RKS TELKOM untuk Proyek Pengadaan Dan Pemasangan MSAN ALU & Akses Sekunder 2008 (TELKOM)

2.4. Analityc Hierarchy Process (AHP)

Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan yang kompleks dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan tersebut kedalam bagian- bagiannya, menata bagian atau variabel ini dalam suatu susunan hirarki, member nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel yang mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut. Metode AHP ini membantu memecahkan persoalan yang kompleks dengan menstruktur suatu hirarki kriteria, pihak yang berkepentingan, hasil dan dengan menarik berbagai pertimbangan guna mengembangkan bobot atau prioritas. Metode ini juga menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika yang bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagai pertimbangan yang beragam menjadi hasil yang cocok dengan perkiraan kita secara intuitif sebagaimana yang dipresentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat.

Gambar 2.7. Ilustrasi Kendala Pengambilan Keputusan

Menurut Saaty, ada tiga prinsip dalam memecahkan persoalan dengan AHP, yaitu prinsip menyusun hirarki (Decomposition), prinsip menentukan prioritas (Comparative Judgement), dan prinsip konsistensi logis (Logical Consistency). Hirarki yang dimaksud adalah hirarki dari permasalahan yang akan dipecahkan untuk mempertimbangkan kriteria-kriteria atau komponen-komponen yang mendukung pencapaian tujuan. Dalam proses menentukan tujuan dan hirarki tujuan, perlu diperhatikan apakah kumpulan tujuan beserta kriteria-kriteria yang bersangkutan tepat untuk persoalan yang dihadapi. Dalam memilih kriteria-kriteria pada setiap masalah pengambilan keputusan perlu memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut:

1. Lengkap Kriteria harus lengkap sehingga mencakup semua aspek yang penting, yang digunakan dalam mengambil keputusan untuk pencapaian tujuan.

2. Operasional Operasional dalam artian bahwa setiap kriteria ini harus mempunyai arti bagi pengambil keputusan, sehingga benar-benar dapat menghayati terhadap alternatif yang ada, disamping terhadap sarana untuk membantu penjelasan alat untuk berkomunikasi.

3. Tidak berlebihan Menghindari adanya kriteria yang pada dasarnya mengandung pengertian yang sama.

4. Minimum Diusahakan agar jumlah kriteria seminimal mungkin untuk mempermudah pemahaman terhadap persoalan, serta menyederhanakan persoalan dalam analisis.

Dekomposisi

Setelah persoalan didefinisikan maka perlu dilakukan dekomposisi, yaitu memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya. Jika ingin mendapatkan hasil yang akurat, pemecahan juga dilakukan terhadap unsur-unsurnya sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan tadi. Karena alasan ini maka proses analisis ini dinamai hirarki (Hierarchy). Pembuatan hirarki tersebut tidak memerlukan pedoman yang pasti berapa banyak hirarki tersebut dibuat, tergantung dari pengambil keputusan-lah yang menentukan dengan memperhatikan keuntungan dan kerugian yang diperoleh jika keadaan tersebut diperinci lebih lanjut. Ada dua jenis hirarki, yaitu hirarki lengkap dan Setelah persoalan didefinisikan maka perlu dilakukan dekomposisi, yaitu memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya. Jika ingin mendapatkan hasil yang akurat, pemecahan juga dilakukan terhadap unsur-unsurnya sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan tadi. Karena alasan ini maka proses analisis ini dinamai hirarki (Hierarchy). Pembuatan hirarki tersebut tidak memerlukan pedoman yang pasti berapa banyak hirarki tersebut dibuat, tergantung dari pengambil keputusan-lah yang menentukan dengan memperhatikan keuntungan dan kerugian yang diperoleh jika keadaan tersebut diperinci lebih lanjut. Ada dua jenis hirarki, yaitu hirarki lengkap dan

Gambar 2.8 Hierarki Analitik

Penilaian komparatif

Prinsip ini berarti membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat yang diatasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena akan berpengaruh terhadap prioritas elemen-elemen. Hasil dari penilaian ini akan ditempatkan dalam bentuk matriks yang dinamakan matriks pairwise comparison. Dalam melakukan penialaian terhadap elemen-elemen yang diperbandingkan terdapat tahapan-tahapan, yakni:

1. Elemen mana yang lebih (penting/disukai/berpengaruh/lainnya)

2. Berapa kali sering (penting/disukai/berpengaruh/lainnya) Agar diperoleh skala yang bermanfaat ketika membandingkan dua elemen, perlu dipahami tujuan yang diambil secara umum. Dalam penyusunan skala kepentingan, Saat menggunakan patokan pada tabel berikut.

Tabel 2.2 Skala Kepentingan

Dalam penilaian kepentingan relative dua elemen berlaku aksioma reciprocal, artinya jika elemen i dinilai 3 kali lebih penting dibanding j, maka elemen j harus sama dengan 1/3 kali pentingnya dibanding elemen i. Disamping itu, perbandingan dua elemen yang sama akan menghasilkan angka 1, artinya sama penting. Dua elemen yang berlainan dapat saja dinilai sama penting. Jika terdapat m elemen, maka akan diperoleh matriks pairwise comparison berukuran m x n. Banyaknya penilaian yang diperlukan dalam menyusun matriks ini adalah n(n-1)/2 karena matriks reciprocal dan elemen-elemen diagonalnya sama dengan 1.

Sintesis Prioritas

Dari setiap matriks pairwise comparison kemudian dicari nilai eigen vectornya untuk mendapatkan local priority. Karena matriks-matriks pairwise comparison terdapat pada setiap tingkat, maka untuk mendapatkan global priority harus dilakukan sintesis antara local priority. Pengurutan elemen-elemen menurut kepentingan relatif melalui prosedur sintesis dinamakan priority setting.

Konsistensi Logik

Konsistensi memiliki dua makna, pertama adalah objek-objek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi. Arti kedua adalah menyangkut tingkat hubungan antara objek-objek yang didasarkan pada kriteria tertentu.

2.5. Penggunaan Metode AHP

AHP dapat digunakan dalam memecahkan berbagai masalah diantaranya untuk mengalokasikan sumber daya, analisis keputusan manfaat atau biaya, menentukan peringkat beberapa alternatif, melaksanakan perencanaan ke masa depan yang diproyeksikan dan menetapkan prioritas pengembangan suatu unit usaha dan permasalahan kompleks lainnya. Secara umum, langkah-langkah dasar dari AHP dapat diringkas dalam penjelasan berikut ini:

1. Mendefinisikan masalah dan menetapkan tujuan. Bila AHP digunakan untuk memilih alternatif atau penyusunan prioritas alternatif, maka pada tahap ini dilakukan pengembangan alternatif.

2. Menyusun masalah dalam struktur hirarki. Setiap permasalahan yang kompleks dapat ditinjau dari sisi yang detail dan terstruktur.

3. Menyusun prioritas untuk tiap elemen masalah pada tingkat hirarki. Proses ini menghasilkan bobot elemen terhadap pencapaian tujuan, sehingga elemen dengan bobot tertinggi memiliki prioritas penanganan. Langkah pertama pada tahap ini adalah menyusun perbandingan berpasangan yang ditransformasikan dalam bentuk matriks, sehingga matriks ini disebut matriks perbandingan berpasangan.

C merupakan kriteria dan memiliki n dibawahnya, yaitu A1 sampai dengan An. Nilai perbandingan elemen Ai terhadap elemen Aj dinyatakan dalam aij yang menyatakan hubungan seberapa jauh tingkat kepentingan Ai bila dibandingkan dengan Aj. Bila nilai aij diketahui, maka secara teoritis nilai aji adalah 1/aij, sedangkan dalam situasi i=j adalah mutlak 1. Nilai numerik yang dikenakan untuk perbandingan diatas diperoleh dari skala perbandingan yang dibuat oleh Saaty pada tabel diatas. Untuk menyusun suatu matriks yang akan diolah datanya, langkah pertama yang dilakukan adalah menyatukan pendapat para responden melalui rata-rata geometrik yang secara sistematis ditulis sebagai berikut:

Aij = (Z1,Z2,Z3,…,Zn)1/n Dimana aij menyatakan nilai rata-rata geometrik, Z1 menyatakan nilai perbandingan antar kriteria untuk responden ke 1, dan n menyatakan jumlah partisipan. Pendekatan yang dilakukan untuk memperoleh nilai bobot kriteria adalah dengan langkah-langkah berikut:

a. Menyusun matriks perbandingan

b. Matriks perbandingan hasil normalisasi

4. Melakukan pengujian konsistensi terhadap perbandingan antar elemen yang didapatkan pada tiap tingkat hirarki. Konsistensi perbandingan ditinjau dari per matriks perbandingan dan keseluruhan hirarki untuk memastikan bahwa urutan prioritas yang dihasilkan didapatkan dari suatu rangkaian perbandingan yang masih berada dalam batas- batas preferensi yang logis. Setelah melakukan perhitungan bobot elemen, langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian konsistensi matriks. Untuk melakukan perhitungan ini diperlukan bantuan table Random Index (RI) yang nilainya untuk setiap ordo matriks dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Dengan tetap menggunakan matriks diatas, pendekatan yang digunakan dalam pengujian konsistensi matriks perbandingan adalah:

a. Melakukan perkalian antara bobot elemen dengan nilai awal matriks & membagi jumlah perkalian bobot elemen & nilai awal matriks dengan bobot untuk mendapatkan nilai eigen.

b. Mencari nilai matriks Nilai matriks merupakan nilai rata-rata dari nilai eigen yang didapatkan dari perhitungan sebelumnya.

c. Mencari nilai Consistency Index (CI)

d. Mencari nilai Consistency Ratio (CR)

Suatu matriks perbandingan disebut konsisten jika nilai CR < 0,10.

5. Melakukan pengujian konsistensi hirarki. Pengujian ini bertujuan untuk menguji kekonsistensian perbandingan antara kriteria yang dilakukan untuk seluruh hirarki. Total CI dari suatu hirarki diperoleh dengan jalan melakukan pembobotan tiap CI dengan prioritas elemen yang berkaitan dengan faktorfaktor yang diperbandingkan, dan kemudian menjumlahkan seluruh hasilnya. Dasar dalam membagi konsistensi dari suatu level matriks hirarki adalah mengetahui konsistensi indeks (CI) dan vektor eigen dari suatu matriks perbandingan berpasangan pada tingkat hirarki tertentu.

dimana,

CR Hij = Rasio konsistensi hirarki dari matriks perbandingan berpasangan matriks i hirarki pada tingkat j yang dikatakan konsistensi jika nilainya <10%. CI Hij = Indeks konsistensi hirarki dari matriks perbandingan i pada tingkat j. RI Hij = Indeks random hirarki dari matriks perbandingan berpasangan i pada hirarki tingkat j. CIi,j = Indeks konsistensi dari matriks perbandingan berpasangan i pada hirarki tingkat j. EVi,j = Vektor eigen dari matriks perbandingan berpasangan i pada hirarki tingkat j yang berupa vektor garis. CIi,j + 1 = Indeks konsistensi dari matriks perbandingan berpasangan yang dibawahi matriks i pada hirarki tingkat j+1 berupa vektor kolom. RIi,j = Indeks random dari matriks perbandingan berpasangan i hirarki pada tingkat j. RIi,j + 1 = Indeks rasio dari orde matriks perbandingan berpasangan yang dibawahi matriks i pada hirarki tingkat j+1 berupa vektor kolom.

Eigenvector

Dalam matematika, eigenvalue, eigenvector, dan konsep-konsep berkaitan eigenspace dalam bidang aljabar linear. Awalan eigen adalah kata Jerman untuk bawaan.. Aljabar linear studi transformasi linear, yang diwakili oleh matriks yang bekerja pada vektor. Eigennilai, eigenspaces adalah eigenvectors dan sifat-sifat sebuah matriks. Mereka dihitung dengan metode yang dijelaskan di bawah ini, memberikan informasi penting tentang matriks, dan dapat digunakan dalam faktorisasi matriks. . Mereka juga memiliki aplikasi dalam bidang matematika terapan beragam seperti keuangan dan mekanika kuantum. Secara umum, matriks bekerja pada sebuah vektor dengan mengubah baik yang besar dan arahnya. Namun, suatu matriks dapat bertindak atas vektor tertentu hanya dengan mengubah besar mereka, dan meninggalkan mereka berubah arah (atau mungkin kebalikannya). Sebuah matriks bekerja pada sebuah eigenvector dengan mengalikan besarnya dengan faktor, yang positif bila arahnya tidak berubah dan negatif jika arahnya dibalik. Faktor ini adalah eigenvalue yang terkait dengan eigenvector. Sebuah eigenspace adalah himpunan semua eigenvectors yang memiliki eigenvalue yang sama.. Konsep- konsep yang tidak dapat secara formal didefinisikan tanpa prasyarat, termasuk pemahaman tentang matriks, vektor, dan transformasi linier. Transformasi linear dari ruang vektor, seperti rotasi, refleksi, peregangan, kompresi, geser atau kombinasi dari ini, dapat divisualisasikan dengan efek yang mereka hasilkan pada vektor.. Secara formal, dalam ruang vektor L, sebuah fungsi vektor A didefinisikan jika untuk setiap vektor x L ada yang unik sesuai vektor y = A (x) L. Demi keringkasan, tanda kurung di sekitar vektor transformasi yang bertindak seringkali dihilangkan. A vector function A is linear if it has the following two properties: Sebuah fungsi vektor A adalah linier jika memiliki dua sifat berikut:

Aditivitas: A (x + y) = A x + A y Homogenitas: A ( α x) = α A x

di mana x dan y adalah dua vektor ruang vektor L dan α adalah setiap skalar. seperti fungsi secara berbeda-beda disebut transformasi linear, linear operator, atau linier endomorphism di ruang L.

Mengingat transformasi linear A, non-nol vektor x didefinisikan sebagai sebuah transformasi eigenvector jika memenuhi persamaan eigenvalue

Definisi

untuk beberapa skalar λ. Dalam situasi ini, skalar λ disebut eigenvalue dari A sesuai dengan eigenvector x.

Per samaan kunci dalam definisi ini adalah persamaan eigenvalue, A x = λ x. Itu adalah untuk mengatakan bahwa vektor x memiliki properti yang arahnya tidak diubah oleh

transformasi A, tetapi bahwa hanya skala dengan faktor λ. Kebanyakan vektor x akan tidak memuaskan seperti persamaan: khas vektor x berubah arah ketika dipengaruhi oleh

A, sehingga bahwa A x bukan kelipatan x. Ini berarti bahwa hanya khusus tertentu x adalah vektor eigenvectors, dan hanya tertentu λ adalah skalar khusus eigennilai. Tentu

saja, jika A merupakan kelipatan dari matriks identitas, maka tidak ada perubahan vektor arah, dan semua non-nol vektor adalah eigenvectors. Persyaratan bahwa non- eigenvector nol dikenakan karena persamaan A 0 = λ 0 berlaku untuk setiap A dan setiap λ. Karena persamaan selalu sepele benar, bukan merupakan kasus yang menarik. Sebaliknya, sebuah eigenvalue dapat menjadi nol dalam sebuah cara trivial Setiap eigenvector dikaitkan dengan eigenvalue tertentu. Satu eigenvalue dapat dikaitkan dengan beberapa atau bahkan dengan jumlah tak terbatas eigenvectors.

Gambar. 2. Sebuah tindakan untuk meregangkan vektor x, tidak mengubah arah, jadi x adalah

eigenvector A.

Geometris (Gambar 2), persamaan eigenvalue berarti bahwa di bawah transformasi Sebuah eigenvectors hanya mengalami perubahan besar dan tanda-arah A x adalah sama dengan x. The eigenvalue λ hanyalah jumlah "peregangan" atau "menyusut" sebuah vektor yang terkena ketika diubah oleh A. Jika λ = 1, vektor tetap tidak berubah (tidak terpengaruh oleh transformasi). Sebuah transformasi 1 di mana sebuah vektor x tetap tidak berubah, aku x = x, didefinisikan sebagai transformasi identitas. Jika λ = -1, vektor

membalik ke arah yang berlawanan, ini didefinisikan sebagai refleksi. Jika x adalah ei genvector dari transformasi linear A dengan eigenvalue λ, maka setiap skalar beberapa x α juga merupakan eigenvector A dengan eigenvalue yang sama. . Demikian pula jika lebih dari satu saham eigenvector eigenvalue λ yang sama, setiap kombinasi linear eigen vectors ini sendiri akan menjadi eigenvector dengan eigenvalue λ. Bersama dengan vektor nol, yang eigenvectors A dengan eigenvalue yang sama membentuk suatu subspace linier dari ruang vektor disebut eigenspace. Yang berkorespondensi dengan berbeda eigenvectors eigennilai tersebut adalah linear independen yang berarti, khususnya, bahwa dalam n-dimensi transformasi linier A tidak bisa memiliki lebih dari n eigenvectors dengan eigennilai berbeda. Jika dasar didefinisikan dalam ruang vektor, semua vektor dapat dinyatakan dalam komponen. Untuk terbatas dimensi ruang vektor dengan dimensi n, transformasi linier dapat diwakili dengan n × n matriks persegi. Sebaliknya, setiap matriks persegi tersebut sesuai dengan transformasi linear untuk dasar tertentu. Jadi, dalam dua dimensi ruang vektor R2 dilengkapi dengan dasar standar, maka eigenvector persamaan untuk transformasi linear A dapat ditulis dalam representasi matriks berikut:

dimana matriks penjajaran menunjukkan perkalian matriks. Sebuah matriks dikatakan rusak jika ia gagal memiliki n eigenvectors linear independen. Semua cacat matriks memiliki kurang dari n eigennilai berbeda, tapi tidak semua matriks dengan kurang dari n eigennilai berbeda cacat.

2.6. Expert Choice

Software Expert Choice (EC) adalah alat bantu untuk menentukan prioritas sebuah keputusan multi-kriteria berdasarkan metode Analytic Hierarchy Process (AHP), sebuah teori matematika yang pertama dikembangkan di Wharton School of the University of Pennsylvania oleh salah satu orang pendiri Expert Choice, Thomas L. Saaty.

Berikut ini adalah langkah-langkah dalam menggunakan AHP dan Expert Choice:

 Bertukar pikiran melalui wawancara dan diskusi dan buat struktur keputusan sebagai model hirarki

 Buat grup pemodelannya  Tentukan tipe dan model perbandingan pairwise atau fungsi grid data  Masukkan data ke Expert Choice melalui database external  Perbandingan pairwise dari kriteria-kriteria untuk menentukan tingkat kepentingan

dalam pengambilan keputusan  Tentukan alternatif terbaik  Lakukan analisis sensitivity  Export data ke external databases

Expert Choice mempunyai metode yang unik dengan perbandingan pairwise untuk mendapatkan prioritas secara akurat yang merefleksikan nilai dan persepsi dari pihak yang berwenang dalam pengambilan keputusan dengan menggunakan sistem software. Expert Choice menyediakan sintesis dari beberapa penilaian dengan pemodelan grup. Expert Choice juga sangat berguna untuk perkiraan, penghitungan resiko dan masalah ketidakpastian, dan penjabaran distribusi probabilitas.

Beberapa tampilan dari software Expert Choice di berikan seperti gambar berikut ini :

Gambar 2.9 Struktur Hierarchy di Expert Choice

Gambar 2.10 Tampilan Kriteria-kriteria

Gambar 2.11 Tampilan Inkonsistensi

Gambar 2.12 Sintesis Prioritas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab metodologi penelitian ini akan dijelaskan mengenai struktur kerja penelitian, data-data yang diperlukan, metode pengumpulan data serta hasil yang diharapkan.

3.1. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian merupakan langkah-langkah kerja penelitian, dimulai dari awal penelitian sampai didapatkan tujuan akhir dari penelitian tersebut. Rancangan penelitian ini dapat dinyatakan diagram alir penelitian agar langkah kerja yang akan dikerjakan lebih jelas dan terarah sehingga tidak menyimpang dari tujuan yang diharapkan. Adapun diagram alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian

Kegiatan penelitian yang dilakukan meliputi :

a. Studi Literatur Studi literatur dilakukan untuk mencari bahan-bahan referensi yang akan digunakan dalam penelitian ini. Dengan mencari buku-buku, jurnal-jurnal mengenai pemilihan prioritas maupun melalui internet.

b. Wawancara dengan pihak yang berwenang dalam pengambilan keputusan.

c. Pengolahan data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan menggunakan software pendukung Expert Choice.

3.2. Software Tools yang Digunakan

Expert Choice v.11 Dipergunakan sebagai alat bantu untuk menampilkan hasil analisa dari : - Data perbandingan antara kriteria – kriteria yaitu harga, metode pembayaran, ruang lingkup pekerjaan, jadwal pekerjaan, metode pengiriman barang, nilai strategis proyek terhadap proyek pembangunan jaringan akses multi layanan MSAN di Telkom, Indosat dan Biznet.

3.3. Metode Pengumpulan Data