IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN GEOGRAFI MENGG. docx
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN GEOGRAFI
MENGGUNAKAN BLENDED LEARNING UNTUK MEMBANGUN KEMANDIRIAN
SISWA
Cindya Alfi, Sumarmi, Achmad Amirudin
Pascasarjana Universitas Negeri Malang
Jalan Semarang 5, Malang
E-mail: [email protected]
Abstrak: kemandirian belajar di era globalisasi menjadi kebutuhan yang mendesak sehingga perlu
diintegrasikan dalam pembelajaran di kelas khususnya mata pelajaran Geografi. Indikator
kemandirian belajar siswa meliputi tidak tergantung pada orang lain, percaya diri, disiplin,
bertanggung jawab dan berinisiatif sendiri. Kemandirian siswa dalam pelajaran Geografi dapat
dibentukdengan penerapan blended learning. Blended learning merupakan perpaduan antara
pembelajaran tatap muka dan pembelajaran jarak jauh menggunakan teknologi berupa jaringan
internet. Keberhasilan perpaduan pembelajaran tersebut ditunjang oleh adanya interaksi dan
komunikasi yang efektif dan maksimal antara guru dan siswa, interaksi antara siswa dengan
berbagai fasilitas pembelajaran menggunakan internet atau digital-library melalui web. Oleh
karena itu penggunan blended learning sebagai penunjang pelaksanaan proses belajar geografi
dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar mandiri. Hal ini karena tersedianya teknologi
akan memudahkan siswa untuk untuk belajar tanpa terkendala waktu sehingga lebih efektif dan
efisien.
Kata kunci: Geografi, blended learning, kemandirian siswa
PENDAHULUAN
Proses pembelajaran merupakan salah satu tahap penting dalam suatu pembelajaran.
Pembelajaran dapat diartikaan proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar. Artinya pendidik memberikan bantuan agar terjadi proses
perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap
dan kepercayaan pada siswa. Tujuan pembelajaran adalah tercapainya perubahan perilaku
atau kompetensi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
Berkaitan dengan proses pembelajaran terhadap perkembangan psikologi anak,
semakin tinggi usia seseorang akan semakin bertangungjawab terhadap proses belajarnya
sendiri. Pada usia sekolah dasar, perkembangan psikologi anak masih diarahkan oleh orang
yang lebih dewasa dalam arti orang dewasa yang bertanggung jawab atas pendidikannya.
Sebaliknya pada saat anak sudah mencapai usia dewasa, maka mereka memiliki tanggung
jawab yang besar terhadap belajarnya sendiri, dalam arti ia harus bisa memilih pola belajar
yang sesuai dengan dirinya agar mampu memotivasi diri atau dapat dikatakan sebagai
pembelajar mandiri. Oleh karena itu kemandirian belajar menjadi kebutuhan yang penting
dalam era globalisasi untuk mencapai hasil yang diharapkan dalam suatu pembelajaran.
Kemandirin belajar dapat diintegrasikan dalam mata pelajaran dikelas, khususnya
mata pelajaran Geografi. Pelajaran Geografi sebagai salah satu mata pelajaran wajib pada
jenjang menengah, ikut bertangung jawab atas pembentukan kemandirian yang dilaksanakan
lewat sekolah. Hal tersebut karena kompleksnya kajian Geografi meliputi fenomena alam
maupun sosial yang terjadi di sekitar siswa. Oleh karena itu perlu pemahaman, analisa serta
aksi dalam rangka mengatasi masalah yang terjadi di sekitar lingkungan mereka yang
bersumber dari tiap individu. Hal tersebut senada dengan yang diungkapkan Mukminan
(2013) bahwa Geografi diharapkan dapat mengembangkan kompetensi peserta didik untuk
bersikap, bertindak cerdas, arif, dan bertanggung jawab dalam menghadapi berbagai masalah
yang dihadapi oleh peserta didik baik pada dimensi hard-skill maupun soft-skill melalui
pendidikan karakter.
Pengembangan pemahaman siswa terhadap pelajaran Geografi perlu komitmen agar
terjadi proses belajar mandiri dengan cara meningkatkan motivasi untuk mencari hubungan
antara apa yang didapat dalam proses pembelajaran dengan pengetahuan yang dimiliki.
Namun, dalam pelaksanaanya masih terdapat kendala yaitu ketika siswa dihadapkan dengan
fenomena nyata di lingkungan sekitar, siswa masih kesulitan menerapkan konsep yang
mereka pelajari untuk diaplikasikan di lingkungan, siswa belajar ketika akan mengerjakan tes
dan ketika mengerjakan tugas berkelompok hanya beberapa siswa yang mengerjakan dan
lainnya menunggu. Perilaku tersebut menunjukkan sikap tidak mandiri dari siswa. Oleh
karena itu untuk mencapai tujuan pembelajaran, maka diperlukan inovasi pembelajaran yang
dapat membangun kemandirian siswa.
MENGGUNAKAN BLENDED LEARNING UNTUK MEMBANGUN KEMANDIRIAN
SISWA
Cindya Alfi, Sumarmi, Achmad Amirudin
Pascasarjana Universitas Negeri Malang
Jalan Semarang 5, Malang
E-mail: [email protected]
Abstrak: kemandirian belajar di era globalisasi menjadi kebutuhan yang mendesak sehingga perlu
diintegrasikan dalam pembelajaran di kelas khususnya mata pelajaran Geografi. Indikator
kemandirian belajar siswa meliputi tidak tergantung pada orang lain, percaya diri, disiplin,
bertanggung jawab dan berinisiatif sendiri. Kemandirian siswa dalam pelajaran Geografi dapat
dibentukdengan penerapan blended learning. Blended learning merupakan perpaduan antara
pembelajaran tatap muka dan pembelajaran jarak jauh menggunakan teknologi berupa jaringan
internet. Keberhasilan perpaduan pembelajaran tersebut ditunjang oleh adanya interaksi dan
komunikasi yang efektif dan maksimal antara guru dan siswa, interaksi antara siswa dengan
berbagai fasilitas pembelajaran menggunakan internet atau digital-library melalui web. Oleh
karena itu penggunan blended learning sebagai penunjang pelaksanaan proses belajar geografi
dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar mandiri. Hal ini karena tersedianya teknologi
akan memudahkan siswa untuk untuk belajar tanpa terkendala waktu sehingga lebih efektif dan
efisien.
Kata kunci: Geografi, blended learning, kemandirian siswa
PENDAHULUAN
Proses pembelajaran merupakan salah satu tahap penting dalam suatu pembelajaran.
Pembelajaran dapat diartikaan proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar. Artinya pendidik memberikan bantuan agar terjadi proses
perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap
dan kepercayaan pada siswa. Tujuan pembelajaran adalah tercapainya perubahan perilaku
atau kompetensi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
Berkaitan dengan proses pembelajaran terhadap perkembangan psikologi anak,
semakin tinggi usia seseorang akan semakin bertangungjawab terhadap proses belajarnya
sendiri. Pada usia sekolah dasar, perkembangan psikologi anak masih diarahkan oleh orang
yang lebih dewasa dalam arti orang dewasa yang bertanggung jawab atas pendidikannya.
Sebaliknya pada saat anak sudah mencapai usia dewasa, maka mereka memiliki tanggung
jawab yang besar terhadap belajarnya sendiri, dalam arti ia harus bisa memilih pola belajar
yang sesuai dengan dirinya agar mampu memotivasi diri atau dapat dikatakan sebagai
pembelajar mandiri. Oleh karena itu kemandirian belajar menjadi kebutuhan yang penting
dalam era globalisasi untuk mencapai hasil yang diharapkan dalam suatu pembelajaran.
Kemandirin belajar dapat diintegrasikan dalam mata pelajaran dikelas, khususnya
mata pelajaran Geografi. Pelajaran Geografi sebagai salah satu mata pelajaran wajib pada
jenjang menengah, ikut bertangung jawab atas pembentukan kemandirian yang dilaksanakan
lewat sekolah. Hal tersebut karena kompleksnya kajian Geografi meliputi fenomena alam
maupun sosial yang terjadi di sekitar siswa. Oleh karena itu perlu pemahaman, analisa serta
aksi dalam rangka mengatasi masalah yang terjadi di sekitar lingkungan mereka yang
bersumber dari tiap individu. Hal tersebut senada dengan yang diungkapkan Mukminan
(2013) bahwa Geografi diharapkan dapat mengembangkan kompetensi peserta didik untuk
bersikap, bertindak cerdas, arif, dan bertanggung jawab dalam menghadapi berbagai masalah
yang dihadapi oleh peserta didik baik pada dimensi hard-skill maupun soft-skill melalui
pendidikan karakter.
Pengembangan pemahaman siswa terhadap pelajaran Geografi perlu komitmen agar
terjadi proses belajar mandiri dengan cara meningkatkan motivasi untuk mencari hubungan
antara apa yang didapat dalam proses pembelajaran dengan pengetahuan yang dimiliki.
Namun, dalam pelaksanaanya masih terdapat kendala yaitu ketika siswa dihadapkan dengan
fenomena nyata di lingkungan sekitar, siswa masih kesulitan menerapkan konsep yang
mereka pelajari untuk diaplikasikan di lingkungan, siswa belajar ketika akan mengerjakan tes
dan ketika mengerjakan tugas berkelompok hanya beberapa siswa yang mengerjakan dan
lainnya menunggu. Perilaku tersebut menunjukkan sikap tidak mandiri dari siswa. Oleh
karena itu untuk mencapai tujuan pembelajaran, maka diperlukan inovasi pembelajaran yang
dapat membangun kemandirian siswa.