ARTIKEL TENTANG TASAWUF DALAM HIERARKI I (1)
ARTIKEL TENTANG TASAWUF DALAM HIERARKI ILMU-ILMU ISLAM
NISFA LAILI
[email protected]
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UATARA, MEDAN
I.
PENDAHULUAN
Dalam artikel ini mengkaji tentang “Tasawuf Dalam Hierarki Ilmu-ilmu Islam” yang
akan membahas tentang tingkatan tasawuf menurut para sufi yang bereferensi dari buku
GERBANG TASAWUF penulis Dr. Ja’far, MA. Di bawah ini artikel yang membahas lebih
rinci tasawuf dalam hierarki ilmu-ilmu islam.
II.
PEMBAHASAN
A. Tasawuf Dalam Hierarki Ilmu-ilmu Islam
Dalam tradisi intelektual islam, para ulama telah membuat klasifikasi ilmu berdasarkan
sudut pandang islam. Diantara mereka, pendapat ibn khaldun cukup penting diutarakan.
Dalam muqaddimah, ibn khaldun membagi ilmu menjadi dua jenis. Pertama, ilmu-ilmu
hikmah dan filsafat yang dperoleh dengan akal manusia, dan ilmu yang diajarkan dan
ditransformasikan yang bersumber kepada syariat islam (al-qur’an dan hadist). Ibn khaldun
mengkategorikan tasawuf sebagai salah satu dari beragam ilmu-ilmu syariah (ulum alnaqliyyah al-wadh’iyah). Dalam pembagian ilmu menurut Al-Ghazali berdasarkan cara
perolehan ilmu, disebutkan bahwa ilmu terdiri atas dua: ilmu yang dihadirkan dan ilmu yang
dicapai, sedangkan tasawuf dikategorikan sebagai ilm al-hudhuri.1
Ibn al-Qayyim al-jauziyah membagi ilmu menjadi tiga derajat: (didasari observasi,
eksperimen, dan silogisme), ilmu makrifat dan didasari ilham dari Allah, dan tasawuf
dikelompokkan ilm khafiyun dan ilm laduniyun. Syed muhammad naquid al-attas membagi
ilmu menjadi dua jenis: ilmu pemberian Allah yang disebut ilmu-ilmu agama, dan ilmu
capaian yang disebut ilmu-ilmu rasional, intelektual dan filosofis, sedangkan tasawuf
dikategorikan sebagai metafisika islam yang merupakan bagian dari ilmu-ilmu agama.
1Ja’far,
Gerbang Tasawuf (medan: perdana publishing, 2016), hal 22
Dapat ditegaskan bahwa para ulama menempatkan tasawuf sebagai bagian dari ilmu-ilmu
agama, meskipun sebagian ahli menyebutkan, bahwa tasawuf dalam bentuk tasawuf falsafi
dipengaruhi oleh agama dan aliran filsafat tertentu.2
Dari aspek pembahasan, tasawuf membicarakan empat persoalan. Pertama, pembahasan
tentang mujahadah (al-mujahadah), zauq (al-zawq), introspeksi diri (muhasabah an-nafs),
dan tingkatan-tingkatan spiritual (al-maqamat). Kedua, penyingkapan spiritual (al-kasyf)
dan hakikat-hakikat (al-haqiqah) alam gaib (alam al-gayb). Ketiga, keramat wali (alkaramat). Keempat, istilah-istilah kaum sufi yang diungkapkan pasca “mabuk” spiritual (alsyathahat). Menurut ibn khaldun, kebanyakan fukaha menolak ajaran kaum sufi tentang
tasawuf.3
Penolakan fukaha (sunni) tidak serta merta di tujukan kepada semua jenis tasawuf.
Menurut al-taftazani, dari abad ketiga sampai abad keempat hijriah, aliran tasawuf terbagi
menjadi dua. Pertama, tasawuf sunni, yaitu aliran yang memagari pengikutnya dengan
alquran dan hadis, serta mengaitkan ajaran mereka, terutama keadaan dan tingkat rohani
mereka, dengan kedua sumber ajaran islam tersebut. Kedua, tasawuf falsafi, yaitu aliran
yang cenderung kepada ungkapan-ungkapan ganjil (syathahat), memadukan antara visi
mistis dan visi rasional dan banyak menggunakan terminologi filosofis, bahkan dipengaruhi
banyak ajaran filsafat.4
III.
PENUTUP
Kesimpulan
Dapat di ambil kesimpulan bahwa tasawuf sebagai bagian dari ilmu-ilmu syariat dan
para ulama telah membuat klasifikasi ilmu menurut pandangan islam, dan tasawuf juga
sebagai salah satu dari ilmu syariah menurut salah satu sufi bahwa tasawuf bersumber dari
syariah yakni Al-quran dan hadist.
Daftar pustaka
Ja’far, Gerbang tasawuf (medan: perdana publishing,2016)
2Ja’far,
Gerbang Tasawuf (medan: perdana publishing,2016), hal 22
3Ja’far,
Gerbang Tasawuf (medan: perdana publishing,2016), hal 23
4Ja’far,
Gerbang Tasawuf (medan: perdana publishing,2016), hal 23-24
NISFA LAILI
[email protected]
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UATARA, MEDAN
I.
PENDAHULUAN
Dalam artikel ini mengkaji tentang “Tasawuf Dalam Hierarki Ilmu-ilmu Islam” yang
akan membahas tentang tingkatan tasawuf menurut para sufi yang bereferensi dari buku
GERBANG TASAWUF penulis Dr. Ja’far, MA. Di bawah ini artikel yang membahas lebih
rinci tasawuf dalam hierarki ilmu-ilmu islam.
II.
PEMBAHASAN
A. Tasawuf Dalam Hierarki Ilmu-ilmu Islam
Dalam tradisi intelektual islam, para ulama telah membuat klasifikasi ilmu berdasarkan
sudut pandang islam. Diantara mereka, pendapat ibn khaldun cukup penting diutarakan.
Dalam muqaddimah, ibn khaldun membagi ilmu menjadi dua jenis. Pertama, ilmu-ilmu
hikmah dan filsafat yang dperoleh dengan akal manusia, dan ilmu yang diajarkan dan
ditransformasikan yang bersumber kepada syariat islam (al-qur’an dan hadist). Ibn khaldun
mengkategorikan tasawuf sebagai salah satu dari beragam ilmu-ilmu syariah (ulum alnaqliyyah al-wadh’iyah). Dalam pembagian ilmu menurut Al-Ghazali berdasarkan cara
perolehan ilmu, disebutkan bahwa ilmu terdiri atas dua: ilmu yang dihadirkan dan ilmu yang
dicapai, sedangkan tasawuf dikategorikan sebagai ilm al-hudhuri.1
Ibn al-Qayyim al-jauziyah membagi ilmu menjadi tiga derajat: (didasari observasi,
eksperimen, dan silogisme), ilmu makrifat dan didasari ilham dari Allah, dan tasawuf
dikelompokkan ilm khafiyun dan ilm laduniyun. Syed muhammad naquid al-attas membagi
ilmu menjadi dua jenis: ilmu pemberian Allah yang disebut ilmu-ilmu agama, dan ilmu
capaian yang disebut ilmu-ilmu rasional, intelektual dan filosofis, sedangkan tasawuf
dikategorikan sebagai metafisika islam yang merupakan bagian dari ilmu-ilmu agama.
1Ja’far,
Gerbang Tasawuf (medan: perdana publishing, 2016), hal 22
Dapat ditegaskan bahwa para ulama menempatkan tasawuf sebagai bagian dari ilmu-ilmu
agama, meskipun sebagian ahli menyebutkan, bahwa tasawuf dalam bentuk tasawuf falsafi
dipengaruhi oleh agama dan aliran filsafat tertentu.2
Dari aspek pembahasan, tasawuf membicarakan empat persoalan. Pertama, pembahasan
tentang mujahadah (al-mujahadah), zauq (al-zawq), introspeksi diri (muhasabah an-nafs),
dan tingkatan-tingkatan spiritual (al-maqamat). Kedua, penyingkapan spiritual (al-kasyf)
dan hakikat-hakikat (al-haqiqah) alam gaib (alam al-gayb). Ketiga, keramat wali (alkaramat). Keempat, istilah-istilah kaum sufi yang diungkapkan pasca “mabuk” spiritual (alsyathahat). Menurut ibn khaldun, kebanyakan fukaha menolak ajaran kaum sufi tentang
tasawuf.3
Penolakan fukaha (sunni) tidak serta merta di tujukan kepada semua jenis tasawuf.
Menurut al-taftazani, dari abad ketiga sampai abad keempat hijriah, aliran tasawuf terbagi
menjadi dua. Pertama, tasawuf sunni, yaitu aliran yang memagari pengikutnya dengan
alquran dan hadis, serta mengaitkan ajaran mereka, terutama keadaan dan tingkat rohani
mereka, dengan kedua sumber ajaran islam tersebut. Kedua, tasawuf falsafi, yaitu aliran
yang cenderung kepada ungkapan-ungkapan ganjil (syathahat), memadukan antara visi
mistis dan visi rasional dan banyak menggunakan terminologi filosofis, bahkan dipengaruhi
banyak ajaran filsafat.4
III.
PENUTUP
Kesimpulan
Dapat di ambil kesimpulan bahwa tasawuf sebagai bagian dari ilmu-ilmu syariat dan
para ulama telah membuat klasifikasi ilmu menurut pandangan islam, dan tasawuf juga
sebagai salah satu dari ilmu syariah menurut salah satu sufi bahwa tasawuf bersumber dari
syariah yakni Al-quran dan hadist.
Daftar pustaka
Ja’far, Gerbang tasawuf (medan: perdana publishing,2016)
2Ja’far,
Gerbang Tasawuf (medan: perdana publishing,2016), hal 22
3Ja’far,
Gerbang Tasawuf (medan: perdana publishing,2016), hal 23
4Ja’far,
Gerbang Tasawuf (medan: perdana publishing,2016), hal 23-24