PENGENDALIAN INTERNAL DALAM PENERAPAN SI

PENGENDALIAN INTERNAL DALAM PENERAPAN
SISTEM INFORMASI AKUNTANSI
BERBASIS KOMPUTER
Oleh : Darul Wiyono *

ABSTRAK
Teknologi informasi dewasa ini sudah menjadi kebutuhan pokok bagi organisasi
perusahaan untuk membantu aktivitas-aktivitas yang ada di dalam perusahaan. Banyak
cara yang bisa dilakukan perusahaan untuk menerapkan teknologi informasi yaitu,
membeli, membangun sendiri, atau menyerahkan ke pihak lain untuk
pengembangannya. Penerapan teknologi informasi melalui pengolahan data secara
elektronis (Electronic Data Processing/EDP) mau tidak mau akan memberikan dampak
terhadap proses auditing dan sekaligus proses pengendalian intern perusahaan. Untuk
memastikan bahwa pengendalian intern dalam proses pengolahan data secara
elektronik (electronic data processing/EDP) telah dilakukan dengan baik dan benar
maka perusahaan harus menjalankan fungsi audit terhadap sistem tersebut. Fungsi
audit dilakukan oleh seorang Auditor, baik itu Auditor internal maupun Auditor
eksternal. Hasil audit dari auditor dapat dimanfaatkan perusahaan sebagai bahan
untuk melakukan perbaikan sistem dan pengendalian internal.
Kata Kunci


: Pengendalian dan Sistem Informasi

PENDAHULUAN
Pengendalian internal merupakan bagian integral dari sistem informasi
akuntansi. Pengendalian internal itu sendiri adalah suatu proses yang dijalankan untuk
dewan komisaris, manajemen, dan personil lain dalam perusahaan. Adapun kriteria dari
pengendalian internal yaitu :
a. Keandalan pelaporan keuangan
b. Efektivitas dan efisiensi operasi
c. Keputusan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
Dengan menetapkan serta menerapkan pengendalian internal maka perusahaan mampu
mencapai tujuan dan meminimalkan resiko. Sebagai hasil dari ditetapkannnya
pengendalaian internal dalam sisten informasi akuntansi adalah dihasilkannya informasi
akuntansi yang berkualitas dan dapat di audit.
Sistem informasi adalah suatu kombinasi dari orang-orang, fasilitas, teknologi,
media, prosedur-prosedur, dan pengendalian yang ditujukan untuk mendapatkan jalur
komunikasi yang penting, memproses tipe transaksi rutin tertentu, memberi sinyal
kepada manajemen dan yang lainnya terhadap kejadian-kejadian internal dan eksternal

yang penting dan menyediakan suatu dasar untuk pengambilan keputusan yang cerdik.

Penggunaan teknologi informasi mampu memberikan manfaat yang besar terhadap
dunia bisnis yang kompetitif dan dinamis, perusahaan yang mampu bersaing dalam
kompetisi tersebut bisa dikatakan sebagai perusahaan yang mampu untuk menerapkan
pengembangan dan pemanfaatan teknologi ke dalam bisnis.
Salah satu bidang yang terkait erat dengan pemanfaatan teknologi informasi ini
adalah bidang akuntansi. Sistem Informasi Akuntansi (SIA) adalah suatu komponen
organisasi yang mengumpulkan, mengklasifikasikan, memproses, menganalisis, dan
mengkomunikasikan informasi pengambilan keputusan dengan orientasi finansial yang
relevan bagi pihak-pihak luar dan pihak-pihak dalam perusahaan (Moscove dan Simkin,
1984; dalam Jogiyanto, 2007:17).
Perkembangan teknologi di masa sekarang ini mengakibatkan segala sesuatu
yang memungkinkan diatur secara teknologi diusahakan secara maksimal, dan sistem
kerja secara manual perlahan-lahan mulai tergeser dengan adanya teknologi yang
semakin canggih (Ariawan, 2010). Perubahan yang terjadi dari sistem manual menjadi
terkomputerisasi pada SIA yaitu perubahan struktur organisasi, perubahan terhadap
simpanan data, perubahan pemrosesan volume data besar yang rutin, perubahan
terhadap ketersediaan informasi, perubahan dalam pengendalian internal, perubahan
penelusuran akuntan. Perusahaan yang memiliki kegiatan yang kompleks membutuhkan
informasi yang cepat, akurat, dan bermanfaat pada berbagai tingkatan manajemen untuk
pengambilan keputusan. Dalam sistem akuntansi, adanya pengendalian tertentu yang

diperlukan untuk memastikan bahwa karyawan melakukan pekerjaan mereka dengan
baik dan memastikan bahwa sistem berjalan dengan benar. Keuntungan dari Sistem
Informasi Akuntansi (SIA) yang terkomputerisasi adalah peningkatan kecepatan
keakuratan pengolahan data informasi akuntansi. SIA sebagai suatu sistem yang terbuka
(open system) tidak bisa menjamin sebagai suatu sistem yang bebas dari kesalahankesalahan atau kecurangan, sehingga pengendalian internal yang baik merupakan cara
bagi suatu sistem untuk melindungi dirinya dari hal-hal yang merugikan. Pengendalian
internal yang memadai diperlukan untuk mengawasi jalannya aktivitas perusahaan. Hal
ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya hal-hal yang dapat menimbulkan
kerugian perusahaan seperti penyelewengan, kecurangan, pemborosan, dan pencurian
baik dari pihak dalam maupun pihak luar perusahaan dalam menilai perusahaan serta
untuk mengevaluasi dan mengambil tindakan perbaikan dalam mengantisipasi

kelemahan perusahaan. Sistem pengendalian internal diharapkan mampu mengurangi
kelemahan, kesalahan, dan kecurangan yang terjadi.
Sistem komputerisasi akuntansi merupakan suatu dampak perkembangan ilmu
dan teknologi, dimana pencatatan akuntansi secara manual kini digantikan oleh
komputer, hal ini tentunya memberikan dampak yang positif dan dampak negatif bagi
perusahaan dan sumber daya manusia, yaitu pekerjaan akuntansi menjadi lebih mudah
dan cepat serta dapat meminimalisasi kesalahan dalam menyusun laporan keuangan,
disisi lain membawa dampak negatif yaitu terjadinya pengurangan tenaga kerja

Dengan kemajuan teknologi di dunia usaha yang terus menerus, Sistem
Informasi Akuntansi yang dikerjakan secara manual sekarang dapat dilakukan dengan
bantuan komputer yaitu Sistem Informasi Akuntansi berbasis komputer. Proses dalam
akuntansi secara manual dan berbasis komputer tidak jauh beda, yang membedakan
dalam Sistem Informasi berbasis komputer dapat dilakukan dengan sekali entry (input)
data atau transaksi saja, hal ini dalam buku besar akan berubah dan secara langsung
dapat merubah Financial Report juga.
Berdasarkan uraian di atas, sistem informasi akuntansi membutuhkan
pengendalian internal, yang mana artinya bahwa sistem informasi akuntansi dan
pengendalian internal sebaiknya berjalan bersama-sama dalam suatu perusahaan serta
untuk mengetahui pemanfaatan sistem informasi akuntansi sebagai pendukung kegiatan
operasi perusahaan.

SISTEM INFORMASI AKUNTANSI (SIA)
Sistem Informasi Akuntansi merupakan sistem informasi fungsional yang
mendasari sistem informasi fungsional yang lainnya seperti sistem informasi keuangan,
sistem informasi pemasaran, sistem informasi produksi dan sistem informasi sumber
daya manusia. Sistem-sistem informasi lain membutuhkan data keuangan dari sistem
informasi akuntansi.
Hal ini menunjukkan bahwa suatu perusahaan yang akan membangun sistem

informasi manajemen, disarankan untuk membangun sistem informasi akuntansi
terlebih dahulu. Fungsi penting yang dibentuk SIA pada sebuah organisasi antara lain :
Mengumpulkan dan menyimpan data tentang aktivitas dan transaksi. Memproses data
menjadi into informasi yang dapat digunakan dalam proses pengambilan keputusan.
Melakukan kontrol secara tepat terhadap aset organisasi.

Menurut Mulyadi (2001, h.3) mendefinisikan, “Sistem akuntansi adalah
organisasi formulir, catatan dan laporan yang dikoordinasi sedemikian rupa untuk
menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan
pengelolaan perusahaan.” Menurut Baridwan (1998, h.6), “Sistem akuntansi terdiri dari
formulir-formulir, catatan-catatan, prosedur dan alat-alat yang digunakan untuk
mengolah data mengenai suatu mengenai usaha suatu kesalahan ekonomis dengan
tujuan untuk menghasilkan umpan balik dalam bentuk laporan-laporan yang diperlukan
oleh manejemen untuk mengawasi usaha-usahanya dan bagi pihak-pihak lain yang
berkepentingan seperti pemegang saham, kreditur, dan lembaga-lembaga pemerintah
untuk menilai hasil operasi.” Sedangkan Menurut Niswonger, Fess & Warren
diterjemahkan oleh Ruswinarto, H. (1995, h.248), “Sistem akuntansi adalah suatu
sarana bagi manajemen perusahaan guna mendapatkan informasi yang akan digunakan
untuk mengelola perusahaan dan untuk menyusun laporan keuangan bagi pemilik,
kreditor, dan pihak lain yang berkepentingan.”

Dari beberapa definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa SIA merupakan
suatu kegiatan input, proses, dan output data yang dilakukan oleh perusahaan. Hasil data
akhir yang telah di proses. SIA bertujuan sebagai pelaporan bagi pihak internal dan
eksternal guna melakukan pengendalian terhadap perusahaan tersebut.

SISTEM INFORMASI AKUNTANSI BERBASIS KOMPUTER
Sistem informasi akuntansi berbasis komputer adalah sistem informasi yang
menggunakan teknologi komputer dalam mengelola data atau transaksi perusahaan
menjadi suatu informasi yang tepat, akurat, dan relevan dalam pengambilan keputusan.
Pemrosesan data secara manual sudah tidak relevan lagi bagi perusahaan yang
memiliki tingkat volume transaksinya tinggi dan rumit. Pencatatan secara manual sudah
tidak mampu

melakukan

back up kesalahan-kesalahan atau

penyimpangan-

penyimpangan yang sering terjadi dalam perusahaan. Akibatnya informasi yang

dihasilkan tidak akurat lagi dalam pengambilan keputusan.
Komputer menjadi pilihan utama perusahaan dalam menangani kekompleksan
dan kerumitan data atau transaksi perusahaan.

Walaupun komputer hanya

memanipulasi bit atau digit tetapi kemampuan sistem informasi semakin meningkat.
Tentu saja kemampuan tersebut diimbangi dengan biaya yang harus dikeluarkan
perusahaan untuk memperolehnya.

Perbedaan sistem komputer dan manual hanya pada proses pengolahan data
input menjadi output. Pada sistem informasi akuntansi basis komputer data diolah oleh
komputer yang biasa disebut sebagai pengolahan data elektronik.
Ada dua kemungkinan yang bisa terjadi dalam pencatatan data yang akan
menentukan langkah-langkah selanjutnya atau pemrosesan data dalam komputer, yaitu:
a. Pencatatan data hampir sama dengan sistem manual, yaitu digunakan bukti-bukti
transaksi lalu diolah oleh komputer sesuai dengan format yang telah diprogramkan.
Siklus pemrosesan data dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 1 : Pencatatan data secara manual


b. Pencatatan data dilakukan secara langsung ke dalam komputer

dengan

menggunakan terminal. Hal ini dapat dilihat pada gambar:

Gambar 2 : Pencatatan data secara elektronik
Teknologi sistem informasi terdiri dari beberapa aspek-aspek dasar sistem
komputerisasi. Aspek-aspek dasar koputerisasi adalah hardware, software dan personel
dalam perusahaan yang secara prinsip harus ada.

PENGARUH SIA BERBASIS KOMPUTER
Dengan adanya perkembangan teknologi komputer yang semakin maju, semakin
banyak perusahaan yang menggunakan jasa komputer untuk memproses data
akuntansinya. Beberapa tahapan dalam proses pengolahan data yang memperoleh
manfaat yang besar dari penggunaan komputer (Ariawan, 2010) antara lain adalah
verifikasi, sortir, transmision, dan perhitungan.
Menurut Gondodiyoto (2007:219-227)


penerapan komputerisasi pada SIA,

menyebabkan enam perubahan di dalam sistem. Perubahan tersebut adalah sebagai
berikut:

1. Perubahan terhadap struktur organisasi
Pada perusahaan yang besar, penerapan komputerisasi akan menimbulkan suatu
departemen baru, yaitu departemen komputer atau departemen pengolahan data
elektronik atau departemen sistem informasi.
2. Perubahan terhadap simpanan data
Pada sistem manual data dicatat di jurnal dan buku besar. Pada sistem
komputerisasi, data disimpan di file dalam bentuk yang hanya dapat dibaca oleh
mesin.
3. Perubahan pemrosesan volume data besar yang rutin
Pemrosesan secara terkomputerisasi dapat beroperasi dengan lebih cepat, tepat,
konsisten, dan dapat dilakukan secara terus menerus dalam waktu yang relatif tidak
terbatas.
4. Perubahan terhadap ketersediaan informasi
Sistem secara terkomputerisasi dapat menyediakan informasi pada saat yang
dibutuhkan.

5. Perubahan dalam pengendalian internal
Dengan diterapkannya sistem secara terkomputerisasi, maka pengendalian internal
juga akan mengalami perubahan, terutama pada pengendalian akuntansi.
6. Perubahan penelusuran akuntansi
Pada sistem secara terkomputerisasi, penelusuran akuntan (audit trail) menembus
sistem komputer. Pemeriksaan ini disebut dengan audit through computer. Audit
through computer adalah pemeriksaan langsung terhadap program-program dan filefile komputer pada sistem informasi berbasis teknologi informasi (TI).

PROSES PENGENDALIAN INTERNAL
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mengadopsi definisi pengendalian intern dari
COSO, seperti dinyatakan dalam PSA No. 69 (IAI, 2001:319.2), mendefinisikan
pengendalian internal adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris,
manajemen, dan personel lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan
memadai tentang pencapaian tiga golongan berikut: keandalan pelaporan keuangan,
efektifitas dan efisiensi operasi, kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
Jadi, pengendalian internal adalah suatu batasanbatasan yang dibuat oleh organisasi atau
perusahaan dalam mengendalikan setiap kegiatan proses bisnis, agar sesuai dengan
ketetapan-ketetapan yang berlaku, dan memperkecil risiko yang mungkin terjadi yang

tidak


diinginkan

oleh

organisasi

atau

perusahaan.

Risiko

tersebut

seperti

penyalahgunaan data dimana karyawan atau user tidak memiliki kepentingan tidak
dapat mengambil atau mengakses data tersebut.
Istilah proses pengendalian internal mengindikasikan tindakan yang diambil
dalam suatu organisasi untuk mengatur dan mengarahkan aktivitas dalam organisai
tersebut. Pengendalian memastikan bahwa kebijakan dan arahan manajemen dijalankan
secarasemestinya. Pada organisasi besar manjemen berada jauh dari aktivitas operasi
perusahaan.Sebagai pengganti kehadiran manajemen harus mengandalkan diri dari
berbagaiteknik pengendalian untuk mengimplementasikan keputusannya dan tujuan
organisasi, sertauntuk mengatur aktivitas yang menjadi tanggung jawab utama manajer.
Proses pengendalian internal organisasi terdiri dari lima element yaitu :
1. Lingkungan pengendalian
2. Pengkuran resiko
3. Aktivitas pengendalian
4. Informasi dan komunikasi
5. Pengawasan
Sebagai contoh catatan atas persedian yang dikelola oleh sistem aplikasi
persediaan menciptakan akuntabilitas barang yang ada di gudang. Perhitungan fisik
persedian yang dilakukan secara periodik dapat berguna untuk menyingkapkan
kemungkinan adanya kehabisan persediaan atau kesalahan dalam catatan persediaan.
Karyawan persedian akan bertanggung jawab atas keakuratan penghitungan barang
yang diterima karena menyadari bahwa laporan penerimaan barang akan menjadi dasar
pencatatan persediaan yang harus dijaga olehkaryawan gudang.

KOMPONEN PENGENDALIAN INTERNAL
Menurut

Committee

of

Sponsoring

Organizations

of

The

Treadway

Commissions (COSO) yang dibentuk pada tahun 1985 bertujuan untuk mengidentifikasi
faktor-faktor yang menyebabkan penggelapan laporan keuangan dan membuat
rekomendasi untuk mengurangi kejadian tersebut.
Menurut Arens dkk. (2008:375-386) komponen pengendalian internal COSO
meliputi hal-hal berikut ini:
1. Lingkungan Pengendalian

Lingkungan pengendalian menetapkan corak suatu organisasi, mempengaruhi
kesadaran pengendalian orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan

dasar untuk semua komponen pengendalian intern, menyediakan disiplin dan
struktur. Lingkungan pengendalian menyediakan arahan bagi organisasi dan
mempengaruhi kesadaran pengendalian dari orang-orang yang ada di dalam
organisasi tersebut. Beberapa faktor yang berpengaruh di dalam lingkungan
pengendalian antara lain integritas dan nilai etik, komitmen terhadap kompetensi,
dewan direksi dan komite audit, gaya manajemen dan gaya operasi, struktur
organisasi, pemberian wewenang dan tanggung jawab, praktik dan kebijkan SDM.
Auditor harus memperoleh pengetahuan memadai tentang lingkungan pengendalian
untuk memahami sikap, kesadaran, dan tindakan manajemen, dan dewan komisaris
terhadap lingkungan pengendalian intern, dengan mempertimbangkan baik substansi
pengendalian maupun dampaknya secarakolektif.
2. Penaksiran Risiko
Penaksiran risiko adalah identifikasi entitas dan analisis terhadap risiko yang relevan
untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menentukan bagaimana
risiko harus dikelola. Penentuan risiko tujuan laporan keuangan adalah identifkasi
organisasi, analisis, dan manajemen risiko yang berkaitan dengan pembuatan
laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan PABU. Manajemen risiko
menganalisis hubungan risiko asersi spesifik laporan keuangan dengan aktivitas
seperti pencatatan, pemrosesan, pengikhtisaran, dan pelaporan data-data keuangan.
Risiko yang relevan dengan pelaporan keuangan mencakup peristiwa dan keadaan
intern maupun ekstern yang dapat terjadi dan secara negatif mempengaruhi
kemampuan entitas untuk mencatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan data
keuangan konsisten dengan asersi manajemen dalam laporan keuangan. Risiko dapat
timbul atau berubah karena berbagai keadaan, antara lain perubahan dalam
lingkungan operasi, personel baru, sistem informasi yang baru atau yang diperbaiki,
teknologi baru, lini produk, produk, atau aktivitas baru, restrukturisasi korporasi,
operasi luar negeri, dan standar akuntansi baru.
3. Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu menjamin
bahwaarahan manajemen dilaksanakan. Aktivitas tersebut membantu memastikan
bahwa tindakan yang diperlukan untuk menanggulangi risiko dalam pencapaian
tujuan entitas. Aktivitas pengendalian memiliki berbagai tujuan dan diterapkan di
berbagai tingkat organisasi dan fungsi. Umumnya aktivitas pengendalian yang
mungkin relevan dengan audit dapat digolongkan sebagai kebijakan dan prosedur

yang berkaitan dengan review terhadap kinerja, pengolahan informasi, pengendalian
fisik, dan pemisahan tugas. Aktivitas pengendalian dapat dikategorikan sebagai
berikut :
a. Pengendalian Pemrosesan Informasi
1. Pengendalian Umum
2. Pengendalian Aplikasi
3. Otorisasi yang Tepat
4. Pencatatan dan Dokumentasi
5. Pemeriksaan Independen
b. Pemisahan tugas
c. Pengendalian fisik
d. Telaah kinerja
4. Informasi dan Komunikasi
Informasi dan Komunikasi adalah pengidentifikasian, penangkapan, dan pertukaran
informasi dalam suatu bentuk dan waktu yang memungkinkan orang melaksanakan
tanggung jawab mereka. Sistem informasi yang relevan dalam pelaporan keuangan
yang meliputi sistem akuntansi yang berisi metode untuk mengidentifikasikan,
menggabungkan, menganalisa, mengklasikasi, mencatat, dan melaporkan transaksi
serta menjaga akuntabilitas asset dan kewajiban. Komunikasi meliputi penyediaan
deskripsi tugas individu dan tanggung jawab berkaitan dengan struktur pengendalian
intern dalam pelaporan keuangan. Auditor harus memperoleh pengetahuan memadai
tentang sistem informasi yang relevan dengan pelaporan keuangan untuk
memahami:
a. Golongan transaksi dalam operasi entitas yang signifikan bagi laporan keuangan
b. Bagaimana transaksi tersebut dimulai
c. Catatan akuntansi, informasi pendukung, dan akun tertentu dalam laporan
keuangan yang tercakup dalam pengolahan dan pelaporan transaksi
d. Pengolahan akuntansi yang dicakup sejak saat transaksi dimulai sampai dengan
dimasukkan ke dalam laporan keuangan, termasuk alat elektronik yang
digunakan untuk mengirim, memproses, memelihara, dan mengakses informasi.
5. Pemantauan/Monitoring
Pemantauan adalah proses yang menentukan kualitas kinerja pengendalian intern
sepanjang

waktu.

Pemantauan

mencakup

penentuan

desain

dan

operasi

pengendalian tepat waktu dan pengambilan tindakan koreksi. Proses ini

dilaksanakan melalui kegiatan yang berlangsung secara terus menerus, evaluasi
secara terpisah, atau dengan berbagai kombinasi dari keduanya. Di berbagai entitas,
auditor intern atau personel yang melakukan pekerjaan serupa memberikan
kontribusi dalam memantau aktivitas entitas. Aktivitas pemantauan dapat mencakup
penggunaan informasi dan komunikasi dengan pihak luar seperti keluhan pelanggan
dan respon dari badan pengatur yang dapat memberikan petunjuk tentang masalah
atau bidang yang memerlukan perbaikan. Komponen pengendalian intern tersebut
berlaku dalam audit setiap entitas. Komponen tersebut harus dipertimbangkan dalam
hubungannya dengan ukuran entitas, karakteristik kepemilikan dan organisasi
entitas, sifat bisnis entitas, keberagaman dan kompleksitas operasi entitas, metode
yang digunakan oleh entitas untuk mengirimkan, mengolah, memelihara, dan
mengakses informasi, serta penerapan persyaratan hukum dan peraturan.
Gondodiyoto (2007:182-183), menyatakan bahwa sistem pengendalian internal
dapat dikelompokkan beberapa kategori berikut:
1. Pengendalian Administratif
Meliputi struktur organisasi dan prosedur-prosedur dan catatan-catatan yang
berkaitan dengan proses pengambilan keputusan yang dengan pengesahan transaksitransaksi oleh manajemen. Pengesahan tersebut merupakan fungsi manajemen yang
secara langsung dengan tanggung jawab untuk mencapai tujuan perusahaan dan
merupakan titik awal untuk menyusun pengawasan akuntansi atas transaksitransaksi.
2. Pengendalian Akuntansi
Meliputi struktur organisasi, prosedur-prosedur dan catatan-catatan yang berkaitan
dengan pengamanan aset dan dipercayainya catatan finansial, dan konsekuensinya,
serta berkaitan dengan rencana organisasi, prosedur, catatan untuk menjamin
pengamanan harta, dapat diandalkannya laporan keuangan, dan adanya keyakinan
bahwa :
a. Setiap transaksi dilaksanakan sesuai otorisasi yang berwenang.
b. Setiap transaksi dicatat untuk memungkinkan penyusunan laporan keuangan
yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima umum, maupun dalam
rangka untuk akuntanbilitas kepengurusan perusahaan.
c. Akses terhadap asset hanya sesuai dengan otorisasi yang ada.

d. Catatan tentang akuntabilitas asset adalah sesuai dengan yang ada, dapat
direkonsiliasikan dan telah dilakukan tindakan yang perlu bila terjadi perbedaan
karena interval waktu yang dapat dijelaskan.
Pengendalian akuntansi meliputi metoda dan prosedur yang menyangkut dan
berhubungan langsung dengan pengamanan harta serta dapat dipercayainya catatan
keuangan. Pada umumnya pengendalian akuntansi meliputi system pemberian
wewenang (otorisasi), pemisahan tugas, pengawasan fisik dan cek ulang atas akurasi
pekerjaan oleh orang lain (verifikasi independen).
Kegiatan pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang digunakan untuk
memastikan bahwa tindakan yang benar diambil untuk menghadapi risiko organisasi
yang diidentifikasi. Pengendalian internal dikelompokkan menjadi dua katagori yaitu
pengendalian internal komputerisasi dan pengendalian internal tradisional atau manual
(Hall, 2001:158-163).
1. Pengendalian Internal Komputerisasi
Pengendalian ini secara khusus berkaitan dengan lingkungan teknologi informasi
dan pengendalian teknologi informasi, dikelompokkan dalam dua kelompok besar,
yaitu pengendalian umum dan pengendalian aplikasi. Pengendalian umum berkaitan
dengan keseluruhan entitas, seperti misalnya pengendalian atas pusat data, database
organisasi, pengembangan sistem, dan pemeliharaan program. Pengendalian aplikasi
memastikan integritas system spesifik seperti pemrosesan pesanan penjualan, utang
dagang, dan aplikasi gaji.
2. Pengendalian Tradisional Atau Manual
Ada enam kategori tradisional dari kegiatan pengendalian ini, yaitu:
a. Otorisasi Transaksi
Otorisasi transaksi digunakan untuk memastikan bahwa semua materi transaksi
yang diproses oleh system informasi tersebut valid dan sesuai dengan tujuan
manajemen. Otorisasi transaksi berarti bahwa manajemen menetapkan kebijakan
yang dirumuskan untuk dilaksanakan di dalam organisasi. Setiap orang
melaksanakan kebijakan ini dengan memberikan otorisasi untuk setiap transaksi,
dalam batasan yang telah ditetapkan oleh kebijakan tersebut.
b. Pemisahan Tugas
Pemisahan tugas merupakan kerangka pembagian tanggungjawab fungsional
kepada unit-unit organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatankegiatan pokok perusahaan. Pemisahan tugas digunakan untuk mengontrol dari

aspek-aspek

negatif

perilaku

manusia.

Manusia

melakukan

kesalahan

(kekeliruan, kelalaian, error) dan terkadang melakukan fraud (kecurangan,
penyalahgunaan). Pemisahan tugas juga membantu menghindari dan mendeteksi
perbuatan tersebut.
c. Supervisi
Supervisi digunakan oleh perusahaan untuk mempekerjakan personel yang
kompeten dan dapat dipercaya. Tugas dari supervisi adalah mengatur atau
mengkontrol dari setiap kegiatan yang berkaitan dengan proses bisnis
perusahaan atau organisasi.
d. Record Akuntansi
Record akuntansi terdiri atas dokumen sumber, jurnal, dan buku besar. Record
tersebut menangkap esensi ekonomi dari transaksi dan menyediakan jejak audit
bagi peristiwa ekonomi.
e. Kontrol Akses
Kontrol akses digunakan untuk memastikan bahwa hanya karyawan yang
diotorisasi yang memiliki akses ke aset perusahaan.
f. Verifikasi Independen
Verifikasi

independen

terhadap

sistem

akuntansi

dilakukan

untuk

mengidentifikasi kesalahan dan salah penafsiran dengan pengecekan ulang oleh
orang lain yang independen.

Gondodiyoto (2007:254-255), menyatakan banyak pihak yang terkait atau
berkepentingan terhadap system pengendalian internal, yaitu:
1. Manajemen perusahaan
Pihak manajemen organisasi atau perusahaan berkepentingan terhadap sistem
pengendalian internal, karena struktur pengendalian internal suatu perusahaan pada
dasarnya adalah tanggungjawab manajemen puncak. Pengendalian internal
membantu dalam:
1. Menyediakan data handal untuk pengelolaan atau pengurusan perusahaan.
2. Pengamanan aset dan catatan akuntansi entitas atau perusahaan.
3. Mendorong peningkatan efisiensi operasional.
4. Mendorong ketaatan terhadap kebijakan yang telah ditetapkan.
5. Merupakan aturan umum yang harus dijalankan perusahaan.
2. Dewan komisaris, auditor internal, dan sebagainya.

3. Para karyawan perusahaan itu sendiri.
4. Auditor eksternal independen
Bagi auditor, pemahaman terhadap pengendalian internal mempunyai manfaat
antara lain:
a. Untuk mempermudah dalam melakukan studi terhadap sistem informasi dari
klien yang diaudit.
b. Sebagai indikator untuk menentukan pendapatnya terhadap keterandalan sistem
yang diaudit.

EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL DALAM SIA BERBASIS
KOMPUTER
SIA yang baik harus mempunyai suatu pengendalian. Sistem pengendalian
internal yang diterapkan pada SIA berguna untuk mencegah atau menjaga terjadinya
hal-hal yang tidak diinginkan seperti kesalahan-kesalahan atau kecurangan-kecurangan.
Pengendalian internal juga dapat digunakan untuk melacak kesalahan-kesalahan yang
sudah terjadi pada saat penggunaan SIA sehingga dapat dikoreksi.
Gondodiyoto (2007:249), menyatakan pentingnya pengendalian internal pada
sistem informasi akuntansi berbasis komputerisasi antara lain:
1. Besarnya biaya dan kerugian jika sampai data komputer hilang.
2. “Biaya yang harus dibayar” bila sampai mutu keputusan buruk akibat pengolahan
data yang salah (informasi untuk bahan pengambilan keputusan salah).
3. Potensi kerugian kalau terjadi kesalahan atau penyalahgunaan komputer.
4. Biaya yang tinggi bila terjadi computer errors.
5. Perlunya dijaga privacy, mengingat di komputer tersimpan data rahasia.
Pengendalian internal bagi sistem informasi akuntansi yang berbasis komputer
sangat penting mengingat risiko–risiko yang terjadi sesuai dengan literatur diatas. Sekali
data dimasukkan untuk diproses maka akan lenyap dari jangkauan daya manusia. Hal
ini menunjukkan pentingnya perancangan pengendalian internal yang baik pada awal
perancangan suatu sistem. Kompleksnya suatu lingkungan komputer seperti
pemrosesan, sistem manajemen basis data dapat menimbulkan kesalahan dan
kecurangan yang tidak terdeteksi. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu
dikembangkannya suatu pengendalian internal yang baik yang memadai pada sistem
akuntansi berbasis komputer.

Sistem informasi akuntansi masih dapat terjadi ketidakakuratan laporan yang
diberikan, kecurangan, dan sebagainya. Kurangnya pengendalian internal dalam sistem
informasi akuntansi tersebut yang menjadi penyebabnya. Oleh auditor internal,
pengendalian internal ini akan menjadi suatu evaluasi akhir apakah sistem informasi
akuntansi tersebut sudah memberikan suatu informasi yang akurat dan sesuai dengan
harapan, serta menjadi suatu pengembangan sistem kedepannya.
Melihat daripada tujuan audit sistem informasi itu sendiri, dimana dalam
pelaksanaannya oleh auditor internal, menggunakan standar CobIT yakni memiliki 7
komponen yaitu efektifitas, efisiensi, kerahasiaan, integritas, ketersediaan, kepatuhan,
dan keakuratan informasi. Dijelaskan pula bahwa audit SI dalam rangka test of control
dan substantive test sebagai bagian dari kewajiban manajemen untuk memberikan
akuntabilitas kepada stockholder dan stakeholder sesuai ketentuan hukum atau
peraturan-peraturan otoritas. Ini menjelaskan bahwa audit sistem informasi tidak
terlepas dari apa yang dinamakan pengendalian internal (Gondodiyoto, 2007:482).
Dalam pengendalian internal yang telah dijelaskan bahwa adanya pengendalian
umum dan pengendalian aplikasi, dari kedua pengendalian ini akan diaudit yang
hasilnya nanti akan disesuaikan dengan tujuan dari audit SI. Hasil ini akan merupakan
suatu bukti-bukti yang dipakai oleh auditor untuk mengetahui apakah sistem informasi
akuntansinya yang secara terkomputerisasi tersebut sudah berjalan dengan baik. Agar
mengetahui apakah SIA-nya sudah berjalan dengan baik atau tidak, maka dari SIA ini
sendiri memiliki suatu tujuan yang dipandang dari sisi pengendalian internalnya yaitu
mengenai keabsahan, otorisasi, kelengkapan, penilaian, klasifikasi, tepat waktu dan
posting yang benar. Untuk mencapai tujuan ini auditor melakukan evaluasi pada
pengendalian internal dengan menggunakan kriteria kerja CobIT yang terdiri dari 7
komponen tersebut.
Auditor memeriksa apakah tiap-tiap high-level control objectives telah
disusun/ditetapkan/dijalankan, apakah kriteria-kriteria telah ditetapkan, dan apakah
sudah mencakup aspek-aspek yang terkait. CobIT dapat dimodifikasi dengan mudah
sesuai dengan kebutuhan masing-masing kondisi TI di perusahaan atau organisasi
(Gondodiyoto, 2007:286), sehingga pada akhirnya menghasilkan suatu temuan dan
rekomendasi.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa efektivitas pengendalian internal
dalam penerapan sistem informasi akuntansi berbasis komputer, sangatlah penting,
bahkan tidak bisa diabaikan begitu saja. Dengan kondisi teknologi yang semakin luas

dan perkembangan bisnis yang luas pula, justru bisa memungkinkan risiko kegagalan
atau error juga semakin luas. Adanya standar CobIT sangat membantu para auditor
dalam menjalankan tugasnya. Auditor mempunyai kunci-kunci yang dipakai dalam
menentukan kondisi pengendalian internal dalam sistem informasi tersebut. Apabila
tidak ada pengendalian internal dan juga tidak adanya audit sistem informasi,
perusahaan juga akan malah merugi dikarenakan ketika ada laporan keuangan yang
salah akibat error pada sistem, maka perusahaan semakin tidak efektif dan efisien. Hal
ini dikarenakan staf administrasi harus mengulang membuat laporan keuangan dari
awal, hingga bahkan jika sudah parah harus dibuat secara manual.
PENUTUP
Sistem Informasi Akuntansi yang berkembang sejalan dengan kemajuan
teknologi, dimana tidak memungkinkan bahwa dalam sistem informasi tersebut
mengalami kesalahan-kesalahan, kerusakan, ataupun error. Hal ini tidak akan terjadi
apabila didalamnya terdapat pengendalian internal yang memadai. Oleh karena itu perlu
dilakukan suatu audit sistem informasi, agar kita dapat mengetahui bahwa sistem
informasinya sudah baik. Dalam menjalankan suatu audit sistem informasi, auditor
harus memahami benar mengenai teknologi informasi, sehingga lebih mempermudah
dalam pelaksanaan. Dalam pelaksanaan audit sistem informasi, auditor sebaiknya
menggunakan standar CobIT, karena CobIT merupakan standar terbuka yang
pengendalian internal dalam TI. Pengendalian yang diantaranya yaitu pengendalian
umum dan pengendalian aplikasi. Kedua pengendalian ini akan menjadi suatu sasaran
audit sistem informasi. Oleh karena itu pengendalian internal ini dibutuhkan baik untuk
sistem manual ataupun terkomputerisasi. Karena tidak memungkinkan dalam suatu
sistem masih terkadang ditemukan error. Bahkan keterlibatan pengendalian internal
dalam audit sistem informasi pun sangat membantu dengan bukti adanya standar CobIT
yang dibuat demi menilai suatu pengendalian internal dalam sistem informasi tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Arens, A., M. Beasley, dan R., Elder. 2008. Auditing dan Jasa Assurance Pendekatan
Terintegrasi. Jakarta: Erlangga.
Baridwan, Zaki. 1998. Sistem Akuntansi: Penyusunan Prosedur dan Metode.
Yogyakarta: BPFE.

Gundodiyoto, S. 2007. Audit Sistem Informasi + Pendekatan Cobit, Jakarta: Mitra
Wacana Media.
Hall, J. 2001. Sistem Informasi Akuntansi. Edisi 1. Jakarta: Salemba Empat.
Jogiyanto, H.M.. 2007. Analisis dan Desain Sistem Informasi: Pendekatan Terstruktur
Teori dan Praktik Aplikasi Bisnis. Yogyakarta: Andi Offset.
Krismiaji, E. 2002. Sistem Informasi Akuntansi. Yogyakarta: Unit Penerbit dan
Percetakan AMP YKPN.
Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi, Edisi ke-3. Cetakan ke-3. Jakarta : Salemba Empat.
* Penulis adalah Dosen Tetap pada Akademi Sekretari dan Manajemen Ariyanti