Dampak Pemekaran Kabupaten Labuhanbatu Selatan Terhadap Sosial, Ekonomi dan Infrastruktur di Kabupaten Labuhanbatu Selatan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Pemekaran wilayah bukanlah suatu kalimat yang tabu lagi dikalangan

masyarakat. Sejak diberlakukannnya pemekaran wilayah atau pembentukan
daerah otonomi baru yang disahkannya pada undang-undang nomor 22 tahun
1999 tentang otonomi daerah yang kemudian direvisi menjadi undang-undang
nomor 32 tahun 2004 maka pemekaran daerah semakin marak di Indonesia. Setiap
wilayah baik dari desa, kabupaten, maupun provinsi berlomba-lomba untuk
melakukan pemekaran. Dengan harapan ada gebrakan yang positif bagi
pembangunan di wilayah yang bersangkutan.
Pemekaran daerah sebenarnya menjadi isu yang sangat intens untuk
dibicarakan karena banyak kecurigaan yang menyatakan bahwa pemekaran
hanyalah sebuah permainan bagi oknum-oknum tertentu untuk menyelewengkan
anggaran yang disalurkan dari pusat. Apalagi, dikuatkan dengan peresmian
undang-undang nomor 25 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan pusat dan
daerah.

Meskipun demikian, kecurigaan tersebut diharapkan tidak benar karena
banyak wakil rakyat yang memang tulus dalam menjalankan amanat rakyat untuk
membuat perubahan yang signifikan bagi setiap daerah terutama bagi kabupaten
yang melakukan pemekaran. Penggunaan anggaran yang tepat dan benar
diharapkan mampu meningkatkan pembangunan bagi setiap daerah sehingga,

1

Universitas Sumatera Utara

perencanaan yang telah dibentuk dapat terealisasi dan berakhir dengan perubahan
yang maksimal.
Tujuan perencanaan pembangunan regional bukan hanya memperluas
pendapatan regional, pendapatan regional bisa diperluas dengan berbagai cara.
Anggaran perencanaan pembangunan regional dapat memenuhi sasaran apabila
tujuannnya ialah mempercepat proses pembangunan dengan memperbaiki
dinamika pertumbuhan ekonomi regional. Ini berarti meningkatkan keunggulan
komperatif wilayah dari produk ekspornya dan meningkatkan peluang
perdagangan intra-regional. Ukuran kesuksesan dalam menjalankan perencanaan
akan melahirkan suatu ekonomi regional yang benar-benar berekspansi dan

berdiversifikasi yang memiliki flesibilitas di dalam merespon perubahan kondisi
pasar (Sirojuzilam, 2005: 63).
Pemekaran wilayah akan sangat baik bila para aparatur pemerintah
membuat sebuah perencanaan dengan baik dan dijalankan sesuai anggaran yang
telah direncanakan sebelumnya. Karena nantinya dengan perencanaan yang baik
pemerintah akan lebih mengerti kemana daerah tersebut diarahkan.

2

Universitas Sumatera Utara

JUMLAH PEMEKARAN DI INDONESIA DARI TAHUN
1999-2014
115
67
26
7
PROVINSI

7


1
KABUPATEN

KOTA

PROVINSI

1999-2004

KABUPATEN

KOTA

2005-2014

Sumber : Kemendagri tahun 2015 (data diolah)
Grafik 1.1
Jumlah pemekaran di Indonesia dari tahun 1999-2014.
Sejak disahkannya undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang otonomi

daerah. Indonesia sendiri mulai tahun 1999-2004 ada 7 provinsi yang melakukan
pemekaran, 115 kabupaten dan 26 kota, sedangkan pada tahun 2005-2014 ada 1
provinsi yang melakukan pemekaran, kabupaten sebanyak 67 sedangkan kota
sebanyak 7. Jumlah pemekaran menurut perbandingan grafik di atas menunjukkan
bahwa tahun 1999-2004 lebih banyak jumlah pemekaran yang terjadi dari pada
tahun 2005-2014.
Terkhususnya untuk provinsi Sumatera Utara, dengan adanya pemekaran di
provinsi ini

maka jumlah kabupaten, kecamatan, desa dan kelurahan tentu

semakin bertambah. Berikut banyaknya jumlah kecamatan dan desa menurut
kabupaten/kota 2015.

3

Universitas Sumatera Utara

Banyaknya Kabupaten, Kecamatan, Desa
dan Kelurahan di Provinsi Sumatera

Utara Tahun 2015
5315

33
Kabupaten/kota

693

440
Banyaknya kecamatan

Banyaknya desa

banyaknya kelurahan

Sumber : Data yang diolah dari BPS Sumatera Utara tahun 2015.
Grafik 1.2
Banyaknya kabupaten, kecamatan, desa dan kelurahan di Provinsi Sumatera
Utara tahun 2015.
Dari data di atas, terlihat jumlah kabupaten/kota hingga tahun 2015

sebanyak 33 kabupaten/kota, untuk kecamatan berada pada 440 kecamatan, untuk
jumlah desa yaitu 5.315 desa sedangkan untuk jumlah berikutnya yaitu kelurahan
yaitu 693 kelurahan.
Melihat perkembangan di atas, tentu Labuhanbatu Selatan ada di
dalamnya. Karena kabupaten ini berhasil dimekarkan pada 24 Juni 2008
dengan jumlah penduduk tahun 2015 adalah berjumlah 313.884 jiwa dengan
kepadatan penduduk 100 jiwa per km2. Melihat perkembangan ini, tentu ini akan
sangat berkontribusi dalam perkembangan di kabupaten Labuhanbatu Selatan.
Setelah pemekaran, berikut

tabel banyaknya

desa, kelurahan,

lingkungan dan dusun di kabupaten Labuhanbatu Selatan:

4

Universitas Sumatera Utara


Tabel 1.1
Banyaknya desa, kelurahan, lingkungan dan dusun di Labuhanbatu
Selatan tahun 2015
Kecamatan

Desa

Kelurahan

Lingkungan

Dusun

8
14
9
6
15

1


11

1

13

84
133
70
80
101

Jumlah
52
2
Sumber: Sumatera Utara dalam angka 2016

24


468

Sungai Kanan
Torgamba
Kota Pinang
Silangkitang
Kampung Rakyat

Dari data diatas, terlihat bahwa Labuhanbatu Selatan terdiri dari 5
kecamatan, desa paling banyak berada pada kecamatan Kampung Rakyat
sebanyak 15 desa, untuk kelurahan hanya ada pada kecamatan Sungai kanan dan
Kota Pinang masing-masing sebanyak 1 kelurahan, berikutnya untuk lingkungan
sebanyak 13 lingkungan ada pada kecamatan Kota Pinang. Untuk dusun
terbanyak berada pada Torgamba sebanyak 133 dusun.
Seperti yang dirilis oleh menteri keuangan tahun 2016 bahwa dana intensif
daerah (DID) tahun anggaran 2016 spesialnya untuk Sumatera Utara sebanyak
Rp39.666.323. Melihat anggaran intensif sebesar ini ditambah dengan pendapatan
daerah tersebut tentu akan memperbaiki sosial, ekonomi dan infrastruktur di
provinsi Sumatera Utara yang tentunya dana ini juga kaan memberikan dampak
pada kabupaten Labuhanbatu Selatan.

Pada bidang ekonomi, Sumatera Utara dan Labuhanbatu dan Labuhanbatu
Selatan berusaha maksimal untuk memperbaiki ekonominya. Terilihat dari
perkembangan PDRB Sumatera Utara

mulai tahun 2006-2014 mengalami

fluktuasi setiap tahunnya. Perkembangan ini juga berdampak kepada PDRB

5

Universitas Sumatera Utara

Labuhanbatu dan Labuhanbatu Selatan. Berikut grafik perbandingan PDRB
perkapita berdasarkan harga berlaku dari tahun 2006-2014 antara Sumatera Utara,
Labuhanbatu dan Labuhanbatu Selatan.
PDRB PERKAPITA BERDASARKAN HARGA BERLAKU
DI SUMATERA UTARA, KABUPATEN LABUHANBATU
DAN LABUHANBATU SELATAN TAHUN 2006-2014.

Sumatera Utara


Labuhanbatu

Labuhanbatu Selatan

57119470.88
53136015.68
48980140.82

48784359.13
45130182.35
41325449.22
25339407
22648778
19504391
20406918
18333913
38045851.27
34559950.96
01617389115946001
31109349.24
014268640
012757621
23991310
21108505
17840182
16402890
1268453214166626
0
2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

Sumber: Sumatera Utara dalam angka 2006-2015 (data diolah)
Grafik 1.3
PDRB perkapita Sumatera Utara, kabupaten Labuhanbatu dan
Labuhanbatu Selatan berdasarkan harga berlaku tahun 2006-2014.
Dari data di atas, terlihat grafik PDRB perkapita Sumatera Utara dan
PDRB perkapita kabupaten Labuhanbatu Selatan tahun 2006-2014. Dari data di
6

Universitas Sumatera Utara

atas, terlihat bahwa perkembangan PDRB perkapita

Sumatera Utara, PDRB

perkapita Labuhanbatu dan PDRB perkapita Labuhanbatu Selatan dari tahun
2006-2014 sama-sama mengalami tren yang selalu meningkat setiap tahunnya.
Perbedaannya Labuhanbatu Selatan memliki PDRB perkapita berdasarkan harga
berlaku lebih tinggi dibandingkan dengan PDRB perkapita berdasarkan harga
berlaku di Sumatera Utara dan Labuhanbatu.
Untuk provinsi Sumatera Utara PDRB perkapita berdasarkan harga
berlaku yaitu tahun 2006 adalah Rp12.684.532, tahun 2007 adalah Rp14.166.626,
tahun 2008 yaitu Rp16.402.890, tahun 2009 adalah Rp17.840.182, tahun 2010
yaitu

Rp21.108.505.

Untuk

tahun

2011

mengalami

kenaikan

menjadi

Rp23.991.310, sedangkan untuk tahun yang memliki PDRB perkapita
berdasarkan harga berlaku yaitu urutan ketiga adalah tahun 2012, urutan kedua
tahun 2013 dan paling tinggi tahun 2014 masing-masing besar PDRB perkapita
berdasarkan harga berlaku adalah Rp31.109.349,24, Rp34.559.950,96 dan
Rp38.045.851,27.
PDRB perkapita berdasarkan harga berlaku di Labuhanbatu mulai dari
tahun

2006-2014

mengalami

kenaikan

secara

signifikan.

Tahun

2006

Rp12.757.612, tahun 2007 Rp14.268.640, tahun 2008 Rp16.173.891. Kemudian
setelah mengalami pemekaran maka PDRB perkapita berdasarkan harga berlaku
tahun 2009 mengalami kenaikan Rp15.946.001, tahun 2010 mengalami kenaikan
Rp18.333.913, tahun 2011 yaitu Rp20.406.918. Untuk PDRB perkapita
berdasarkan harga berlaku yang masuk tiga besar adalah tahun 2012, 2013 dan

7

Universitas Sumatera Utara

2014, masing-masing nilainya adalah Rp41.325.449,22, Rp45.130.182,35 dan
Rp48.784.359,13.
Kabupaten labuhanbatu Selatan memiliki PDRB perkapita yang cukup
tinggi dibandingkan dengan ibu kota provinsinya. Terlihat dalam grafik
labuhanbatu Selatan tahun 2014 memiliki jumlah PDRB tertinggi

sebesar

Rp57.119.470,88. Tahun kedua tertinggi berikutnya adalah tahun 2013 yaitu
sebesar

Rp53.136.015,68.

Posisi

ketiga

yaitu

tahun

2012

sebanyak

Rp48.980.140,82. Untuk posisi keempat terendah yaitu tahun 2011 sebanyak
Rp25.339.407. Untuk tahun kelima yang paling rendah dari data grafik di atas
yaitu tahun 2010 sebesar Rp22.648.778. Tahun terendah yaitu 2009 yaitu
Rp19.504.391.
Selain dari PDRB perkapita berdasarkan harga berlaku di Sumatera Utara,
Labuhanbatu dan Labuhanbatu Selatan, tenaga kerja juga merupakan aspek sosial
yang akan menggerakkan perekonomian disetiap wilayah. Perkembangan tenaga
kerja akan memberikan pengaruh kepada perkembangan pertumbuhan ekonomi
dan infrastruktur dalam suatu wilayah. Salahnya, tenaga kerja yang tergabung
dalam industri besar dan sedang di Labuhanbatu dan Labuhanbatu Selatan sangat
jauh perbandingannya dengan provinsi Sumatera Utara. Berikut jumlah tenaga
yang tergabung dalam industri besar dan sedang di provinsi Sumatera Utara,
Labuhanbatu dan Labuhanbatu Selatan.

8

Universitas Sumatera Utara

JUMLAH TENAGA KERJA PADA INDUSTRI BESAR
DAN SEDANG DI SUMATERA UTARA, LABUHANBATU
DAN LABUHANBATU SELATAN
180000
160000
140000
120000
100000
80000
60000
40000
20000
0

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Sumatera Utara

157977157614143553141348145349147761150125166307167038

Labuhanbatu

10595 10728 10723 2821 3501 4294 3924 3661 3686

Labuhanbatu Selatan

2932 3258 3630 2965 3584 3591

Sumber: Sumatera Utara dalam angka 2006-2015 (data diolah)
Grafik 1.4
Jumlah tenaga kerja pada industri besar dan sedang di Sumatera Utara dan
Labuhanbatu, dan Labuhanbatu Selatan tahun 2009-2014.
Grafik di atas, dari ketiga wilayah ini Sumatera Utara masih memiliki
tenaga kerja paling tinggi dibandingkan dengan kedua kabupaten tersebut.
Terkhusus untuk Sumatera Utara tahun 2006 jumlah tenaga kerja yang tergabung
dalam industri besar dan sedang adalah 157.977 orang, tahun 2007 adalah 157.614
orang, tahun 2008 yaitu 141.348 orang, tahun 2009 adalah 141.348 orang, tahun
2010 yaitu 145.349 dan tahun 2011 sebanyak 147.761. Tahun 2012-2014

9

Universitas Sumatera Utara

mengalami kenaikan setiap tahunnya masing-masing sebanyak 150.125, 166.307
dan 167.038.
Selain dari provinsi Sumatera Utara, Labuhanbatu juga memiliki tenaga
kerja yang tergabung dalam industri besar dan sedang, perbedaannya dengan
provinsi Sumatera Utara adalah provinsi Sumatera Utara masih memiliki tenaga
kerja yang lebih banyak dibandingkan dengan kabupaten Labuhanbatu. Tahun
2006 sebanyak 10.595 orang, tahun 2007 adalah 10.728 orang,

tahun 2008

sebanyak 10.723 orang, tahun 2009 turun drastis menjadi 2.821 orang, tahun 2010
mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya menjadi 3.501 orang, tahun 2011 naik
menjadi 4.294 orang, untuk tahun 2012 turun menjadi 3.924 orang, tahun 2013
turun lagi menjadi 3.661 orang dan tahun 2014 mengalami kenaikan menjadi
3.686 orang.
Setelah mengalami pekemaran kabupaten Labuhanbatu Selatan juga
memiliki jumlah tenaga kerja pada industri besar dan sedang. Jika dibandingkan
dengan provinsi Sumatera Utara kabupaten Labuhanbatu Selatan juga jauh
tertinggal. Tahun 2009 jumlah tenaga kerja yang tergabung dalam industri besar
dan sedang adalah 2.932 orang, tahun 2010 mengalami kenaikan sehingga
menjadi 3.258 orang, tahun 2011 masih menalami kenaikan menjadi 3.630 orang,
tahun 2012 mengalami penurunan menjadi 2.965 tetapi untuk tahun 2013 dan
2014 mengalami kenaikan yang tidak begitu signifikan masing-masing 3.584
orang dan 3.591 orang.

10

Universitas Sumatera Utara

Masalah perkembangan sebuah wilayah tentu tidak hanya didasari pada
aspek sosial dan ekonomi saja. Infrastruktur juga mengalami peranan di
dalamnya. Masalah jalan yang menghubungkan Labuhanbatu Selatan dengan
kabupaten Padang lawas. Berikut tabel panjang jalan menurut kondisi jalan di
Sumatera Utara yang dibagi menjadi 4 kategori yaitu baik, sedang, rusak, dan
rusak berat yang menduduki posisi pertama hingga sepuluh besar:
Tabel 1.2
Sepuluh besar panjang jalan tertinggi dan panjang jalan terendah kategori
baik menurut kondisi jalan di Sumatera Utara tahun 2014 (Km)

10 besar kabupaten/kota menurut kondisi jalan tertinggi kategori "baik" provinsi Sumatera Utara Tahun 2014
No
Nama Kabupaten/Kota
Baik
Sedang
Rusak
Rusak Berat
1 Medan
282.54
47.67
28.39
72.78
2 Deli Serdang
1357.06
1132.08
257.52
328.89
3 Humbang hasundutan
525.45
134.28
74.21
251.46
4 Serdang begadai
502.12
315.07
384.28
262.48
5 Asahan
465.63
219.87
382.63
164.88
6 Dairi
446.28
477.36
127.99
312.17
7 Mandailing natal
395.48
30.97
309.96
1127.75
8 Karo
395.24
287.89
256.6
278.42
9 Labuhanbatu
382.46
217.83
249.7
143.82
10 Padang Lawas
364.96
176.64
379.68
440.72
10 besar kabupaten/kota menurut kondisi jalan terendah kategori "baik" provinsi Sumatera Utara Tahun 2014
No
Nama Kabupaten/Kota
Baik
Sedang
Rusak
Rusak Berat
1 Pematangsiantar
4.321
58.08
308.69
2 Nias Barat
18.41
34.86
332.3
166.19
3 Sibolga
24.3
9.6
21.15
4 Padang sidempuan
61
180
234
5 Samosir
74.56
47.6
47.86
31.48
6 Tebing tinggi
105.89
46.42
62.13
3.36
7 Padang Lawas Utara
136.96
296.73
197.68
559.95
8 Labuhanbatu Selatan
160.95
93.55
103.2
171.11
9 Nias Selatan
162.65
126.15
123.67
323.63
10 Binjai
181.61
83.25
73.45
14.17
Sumber: Sumatera Utara dalam angka 2015 (data diolah)

11

Universitas Sumatera Utara

Dari tabel di atas, terlihat posisi labuhanbatu Selatan yang berada pada
kelompok

10 besar kondisi jalan terendah kategori baik diantara seluruh

kabupaten di provinsi Sumatera Utara. Diantara kelompok sepuluh besar kondisi
jalan terendah kategori baik Labuhanbatu Selatan berada pada posisi urutan
kedelepan setelah kota Binjai dengan kondisi baik sebanyak 181,61 km, kategori
sedang panjang 83,25 km, rusak sepanjang 73,45 km dan rusak berat sepanjang
14,17 km. Selanjutnya kabupaten Nias Selatan dengan panjang jalan kategori
baik yaitu 162,65 km, sedang 126,15 km, rusak 123,67 km dan rusak berat 323,63
km. kemudian kabupaten Labuhanbatu Selatan dengan kategori baik sepanjang
160,95 km, sedang sebanyak 93,55 km, rusak sepanjang 123,67 km dan rusak
berat 171,11 km.

Sumber: Sumatera Utara dalam angka 2015 (data diolah dengan pembulatan).
Diagram 1.5
Presentase panjang jalan menurut kondisi jalan provinsi Sumatera Utara
tahun 2014 (Km).

12

Universitas Sumatera Utara

Dari prensentase panjang jalan di atas, Labuhanbatu selatan berada pada
urutan kelompok pembangunan jalan terendah. Dimana, terlihat dari diagram
diatas, jumlah jalan Labuhanbatu Selatan hanya berada pada 2 % saja. Sedangkan
Labuhanbatu dan Padang Lawas masing-masing 3% dan 4%.
Melihat ini, tentu pemerintah kabupaten Labuhanbatu Selatan seharusnya
tidak sekedar membuat wacana yang realisasinya tidak kunjung dilaksanakan.
Sementara kabupaten lain sudah berusaha semaksimal mungkin dalam
mengembangkan bidang sosial, ekonomi, infrastruktur dan lain-lain. Harapannya,
pemerintah Kabupaten labuhanbatu Selatan segera membuat mewujudkan semua
misi dan visi dengan baik. Terutama masalah infratruktur. Karena kelancaran
infrastruktur merupakan modal utama bagi investor melakukan investasi.
Seperti berita yang dilangsir pada Jumat, 20 Mei 2016 di Suara.com
membuktikan keseriusan pemerintah setempat dalam pembangunan infrastruktur
yang mendukung pembangunan kabupaten Labuhanbatu Selatan. Berikut isi berita
tersebut:
Pembangunan

infrastruktur

terus

menggurita.

Kini

giliran

Labuhanbatu Selatan pembangunan bandara perintis siap didarari pesawat
pada 2018. Hal ini disampaikan Bupati Labuhanbatu Selatan, Wildan
Aswan Tanjung.
"Kami sudah melakukan kajian dan semoga pembangunan bandara
perintis dapat dimulai dalam waktu dekat. Labuhanbatu Selatan ini adalah
wilayah

yang

cukup

strategis,"

ujarnya

dalam

perbincangan

di

13

Universitas Sumatera Utara

kediamannya di Kota Pinang, Ibu Kota Kabupaten Labuhanbatu Selatan
(Labusel), Sumatera Utara, Jumat (20/5/2016) malam.
Pembangunan

bandara

ini

sejalan

dengan

pengambangan

infrastruktur demi melancarkan investasi di wilayah timur perbatasan
dengan Provinsi Riau tersebut. Bandara perintis ini diklaim telah menelan
investasi sedikitnya Rp15 miliar.
Wildan mengungkapkan dana itu berasal dari APBD. Namun tidak
menutup kemungkinan Labuhanbatu Selatan bekerja sama dengan daerah
lain seperti Kabupaten Padang Lawas Utara, yang berbatasan di bagian
barat, dan Kabupaten Rokan Hilir (Riau), berbatasan di timur.
"Memang Kabupaten Padang Lawas Utara memiliki Bandara Aek
Godang. Tetapi saya rasa bandara itu tidak bisa dikembangkan lagi karena
lokasinya dikelilingi oleh bukit," katanya.
Industri Hilir Saat ini, sedang menggalakkan investasi di daerahnya
melalui deregulasi sesuai dengan kebijakan pemerintah pusat. Dia
mengatakan, Labuhanbatu Selatan akan "sangat mempermudah" perizinan
investasi industri hilir, terutama untuk produk kelapa sawit.
"Kami juga akan membantu mencari lahan bagi para investor," ucap
Wildan.
Adapun saat ini, produk-produk hasil industri Labuhanbatu Selatan
diangkut melalui jalan darat menggunakan kereta api maupun angkutan
roda empat.

14

Universitas Sumatera Utara

"Kalau bandara perintis selesai, waktu tempuh dari Labuhanbatu
Selatan ke Jakarta bisa dicapai dalam 1,5 jam," pungkasnya .
Keadaan sosial, ekonomi dan infrastruktur Labuhanbatu Selatan sangat
tertinggal jauh. Sehingga keadaan ini memberikan dampak kepada pertumbuhan
industri besar dan sedang di kabupaten Labuhanbatu Selatan. Berikut grafik
jumlah pertumbuhan industri besar dan sedang kabupaten Labuhanbatu Selatan
yang dibandingkan dengan Sumatera Utara dan Labuhanbatu.

JUMLAH INDUSTRI BESAR DAN SEDANG DI SUMATERA UTARA,
LABUHANBATU DAN LABUHANBATU SELATAN
Sumatera Utara

1218

1181

Labuhanbatu

1145

Labuhanbatu Selatan

1082

1079

1007

56

58

58

2006

2007

2008

2022

2009

1922

2010

1923

2011

1023

1923

2012

1006

2017

2013

996

2546

2014

Sumber: Sumatera Utara dan Labuhanbatu Selatan dalam angka 2006-2014 (data
diolah).
Grafik 1.6
Jumlah industri besar dan sedang provinsi Sumatera Utara dan kabupaten
Labuhanbatu dan Labuhanbatu Selatan.

15

Universitas Sumatera Utara

Provinsi Sumatera Utara masih memiliki industri besar dan sedang yang
lebih tinggi dibandingkan dengan Kabupaten Labuhanatu dan Labuhanbatu
Selatan. Tahun 2006 jumlah industri besar dan sedang sebanyak 1.218 industri,
2007 sebanyak 1.181 industri itu artinya menglami penurunan. Selanjtnya tahun
2008 turun kembali menjadi 1.145 industri, tahun 2009 yaitu 1.079 sedangkan
tahun 2082 industri, tahun 2011 adalah 1007, tahun 2012, 2013 dan 2014
mengalami penurunan yang signifikan dimana masing-masing jumlah industri
besar dan sedang adalah 1023 industri, 1006 industri, dan 996 industri.
Kabupaten Labuhanbatu tahun 2006 jumlah industri besar dan sedang
adalah 56 industri, tahun 2007 adalah 58 industri, tahun 2008 adalah 58 industri.
Setelah mengalami pemekaran maka terlihat perubahan yang drastis. Dimulai
pada tahun 2009 adalah 20 industri dan 2010-2012 sama-sama memiliki jumlah
industri besar dan sedang sebanyak 19 indutri, tahun yang sama berikutnya adalah
tahun 2013 sebnayak 20 Industri dan tahun 2014 sebanyak 25 Industri.
Setelah pemekaran dikabupaten Labuhanbatu Selatan tahun 2008, maka
terlihat pertumbuhan industri besar dan sedang yang dimulai pada tahun 2009 dan
2010 sama memiliki 22 industri, tahun 2011 dan 2012 sebanyak 23 dan tahun
2013 mengalami penurunan yang sangat drastis menjadi 17 industri dan naik
menjadi 46 industri.
Melihat fenomena baik dibidang sosial, ekonomi dan infrastruktur yang
terus mengalami fluktuasi setiap tahunnya, maka inilah alasan utama penulis
untuk melakukan penelitian di wilayah ini. Sehingga adapun judul dari penelitian

16

Universitas Sumatera Utara

ini adalah “Dampak Pemekaran Kabupaten Labuhanbatu Selatan Terhadap Sosial,
Ekonomi dan Infrstruktur di Labuhanbatu Selatan”.
1.2.

Perumusan Masalah
Dari fenomena yang terjadi di atas, maka adapun perumusan masalah yang

ditentukan oleh penulis adalah sebagai berikut:
1.2.1. Bagaimana kondisi sosial, ekonomi dan infrastruktur sebelum dan setelah
pemekaran di kabupaten Labuhanbatu 2003-2008 dan Labuhanbatu Selatan
2009-2014?
1.2.2. Apakah ada perbedaan dari dampak pemekaran tersebut baik dari sebelum
dan setelah pemekaran di kabupaten Labuhanbatu Selatan periode 20032014?
1.3. Tujuan Penelitian
Memacu

pada

perumusan masalah, adapun tujuan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut:
I.3.1. Penulis ingin mengetahui secara kuantitatif melalui pendeskripsian
perbedaan kondisi

sebelum pemekaran dan setelah pemekaran di

kabupaten Labuhanbatu 2003-2008 dengan Labuhanbatu Selatan tahun
2009-2014.
I.3.2. Penulis ingin mengetahui secara statistik perbedaan sebelum dan setelah
pemekaran

di kabupaten labuhanbatu 2003-2008 dengan

kabupaten

Labuhanbatu Selatan dari tahun 2009-2014.

17

Universitas Sumatera Utara

1.4.

Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Praktis
Dengan adanya hasil penelitian ini, diharapkan berkontribusi dalam
memberikan masukan kepada pemerintah kabupaten yang ada di Sumatera Utara
terkhususnya bagi kabupaten Labuhanbatu Selatan. Sehingga, nantinya dapat
dijadikan sebagai referensi pembangunan kedepannya dan lebih baik dalam
mengemban tugas serta transparan dalam segala jenis yang menyangkut tentang
anggaran dan pembangunan yang telah direalisasikan.
1.4.2. Manfaat Teoritis
Dengan penelitian ini diharapkan membantu para akademis sebagai
referensi khususnya dalam pembuatan skripsi atau karya ilmiah lainnya. Sehingga
nantinya tidak kesulitan dalam mencari informasi mengenai dampak pemekaran,
terutama jika mencari informasi mengenai dampak pemekaran kabupaten
Labuhanbatu Selatan terhadap aglomerasi industri di Labuhanbatu Selatan.

18

Universitas Sumatera Utara