Penerapan Metode 5s Dengan Pendekatan Systematic Layout Planning Untuk Meningkatkan Produktivitas Di Syahfira Bakery And Cake Chapter III VII

BAB III
LANDASAN TEORI

3.1.

Kaizen 1

Konsep 5S pada dasarnya merupakan proses perubahan sikap dengan menerapkan
penataan, kebersihan dan kedisiplinan di temapat kerja. Dengan menerapkan prinsip ” A
place for everything, and everything in its place, maka setiap anggota organisasi dibiasakan
bekerja dalam lingkungan kerja dengan standar tempat yang jelas.Konsep 5S yang
merupakan

bagian

dari

konsep

kaizen,


memiliki

arti

penyempurnaan

yang

berkesinambungan baik dalam kehidupan pribadi, dalam keluarga, lingkungan sosial
maupun di tempat kerja (Imai, 1992:VIII). Konsep 5S merupakan budaya tentang
bagaimana seoseorang memperlakukan tempat kerjanya secara benar. Bila tempat kerja
tertata rapi, bersih, tertib maka kemudahan bekerja perorangan dapat diciptakan. Dengan
kemudahan bekerja ini, empat bidang sasaran pokok industri yang meliputi:
1. Efisiensi Kerja
2. Produktifitas Kerja
3. Kualitas Kerja, dan
4. Keselamatan Kerja dapat lebih mudah dipenuhi.
Pemenuhan bidang sasaran pokok ini merupakan syarat bagi industri dalam
bertumbuh kembang secara wajar. Manfaatnya jelas, bukan saja bagi perusahaan, namun
juga bagi karyawan Sebelum kegiatan 5S dimulai hal yang pertama harus dilakukan adalah


1

Imai, Masaaki. 1991. Kaizen. Penerbit Lembaga PPM Dengan Yayasan Toyota Astra, Hal 2-5

Universitas Sumatera Utara

mengambil foto di sekeliling tempat kerja. Hal ini akan sangat berguna sebagai
perbandingan bilamana 5S dilaksanakan sepenuhnya.

3.1.1. Konsep Seiri (整理)2
Seiri (整理) yaitu memisahkan benda yang diperlukan dengan yang tidak diperlukan,
kemudian menyingkirkan yang tidak diperlukan (ringkas). Sesungguhnya, terdapat banyak
barang yang tidak diperlukan di dalam setiap pabrik. Barang yang tidak diperlukan artinya
barang tersebut tidak dibutuhkan untuk kegiatan produksi saat ini.
-

Prinsip

: Singkirkan barang-barang yang tidak


diperlukan

dari

tempat kerja
-

Latar Belakang

: Karyawan pada ummnya menerima kehadiran berbagai benda

di tempat kerjanya secara wajar dan alamiah.
-

Metode

: a. Penyeragaman pengertian
b. Langsung meringkas tempat kerja
c. Pemeriksaan berkala

d. Pelembagaan kegiatan ringkas

-

Contoh Hasil Penerapan : a. Mobilitas tinggi
b. Aliran kerja lancer
c. Keamana dan kenyamanan
d. Produktivitas/efesiensi meningkat

2

Suwondo, Chandra. 2012. Penerapan Budaya Kerja Unggulan 5s (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, Dan
Shitsuke) Di Indonesia. ejurnal.asmi.ac.id. Vol. 1 No. 1, Hal 29 - 48

Universitas Sumatera Utara

3.1.2. Konsep Seiton (整頓)
Seiton (整頓) yaitu menyusun dengan rapih dan mengenali benda untuk
mempermudah penggunaan. Kata Jepang ” seiton” secara harafiah berarti menyusun
benda dengan cara yang menarik (rapi). Dalam konteks 5 S, ini berarti mengatur barangbarang sehingga setiap orang dapat menemukannya dengan cepat. Untuk mencapai

langkah ini, pelat penunjuk digunakan untuk menetapkan nama tiap barang dan tempat
penyimpanannya
- Prinsip

: Setiap barang yang berada di tempat kerja mempunyai
tempat yang pasti dan jelas, serta harus diletakkan pada
tempatnya.

- Latar belakang

: Kegiatan mencari adalah pemborosan

karena tidak

memberikan nilai tambah pada hasil kerja
- Metode

: a. Pengelompokan barang
b. Penyiapan tempat
c. Tanda pengenal barang

d. Tanda batas
6. Denah/peta pelaksanaan barang

- Contoh Hasil Penerapan : a. Kualitas kerja tinggi
b. Tidak ada barang hilang
c. Tidak ada penundaan pekerjaan

3.1.3. Konsep Seiso (清楚)
Seiso (清楚 ) yaitu selalu membersihkan, menjaga kerapihan dan kebersihan

Universitas Sumatera Utara

(resik). Ini adalah proses pembersihan dasar dimana suatu derah disapu dan kemudian
dipel dengan kain pel. Karena lantai, jendela, maupun dinding harus dibersihkan, seiso
di sini setara dengan aktifitas pembersihan berskala besar yang dilakukan setiap akhir
tahun di rumah tangga Jepang.
Meskipun pembersihan besar-besaran di seluruh perusahaan dilakukan beberapa
kali dalam setahun, tiap tempat kerja perlu dibersihkan setiap hari. Aktifitas itu
cenderung mengurangi kerusakan mesin akibat tumpahan minyak, abu, dan sampah.
Contohnya, kalau ada pekerja yang mengeluh ada mesin yang rusak ini tidak berarti

mesin itu perlu penyetelan. Sebenarnya, yang diperlukan mungkin hanya program
pembersihan di tempat kerja.
Prinsip

-

: Bersihkan segala sesuatu yang ada di tempat

kerja.

Membersihkan berarti memeriksa dan menjaga
Latar Belakang : Karyawan pada umumnya berpikir

-

bahwa kebersihan adalah

tanggung jawab cleaning service.
Metode


-

: a. Penyediaan sarana kebersihan
b. Pembersihan tempat kerja
c. Peremajaan tempat kerja
d. Pelestarian resik

-

Contoh hasil Penerapan: a. Tidak ada gangguan proses
b. Mengurang kesalahn kerja

3.1.4. Konsep Seiketsu (清潔)
Seiketsu (清潔) yaitu terus menerus mempertahankan 3S tersebut diatas, yakni

Universitas Sumatera Utara

Seiri, Seiton, dan Seiso. Seiketsu atau rawat, pada prinsipnya mengusahakan agar tempat
kerja yang sudah menjadi baik dapat selalu terpelihara. Di tempat kerja yang rawat,
kerawanan dan penyimpangan dapat segera dikenali, sehingga berbagai masalah dapat

dicegah sedini mungkin (Kristianto, 1995:47).
Memelihara tempat kerja tetap bersih tanpa sampah atau tetesan minyak adalah
aktivitas seiketsu. Antara seiso dengan seiketsu sangat berkaitan erat. Seiketsu atau
pemeliharaan kerapihan secara terus menerus dalam pabrik, bergantung kepada Seiso
yang membakukan kegiatan pembersihan sehingga tindakan ini spesifik dan mudah
dikerjakan.
- Prinsip

: Semua orang memperoleh informasi yang dibutuhkan di
tempat kerja dengan tepat waktu.

- Latar Belakang

: Kesalahan/penyimpangan di tempat kerja terjadi karena
karyawan pada umumnya tidak tahu atau lupa

- Metode

: a. Penentuan butir kendali
b. Penetapan kondisi tidak wajar

c. Pola tindak lanjut
d. Pemeriksaan

- Contoh Hasil penerapan

: a. Resiko dan kerancuan kerja berkurang
b. Keselamatan

kerja,

kualitas

produk

dan

efesiensi

meningkat.


3.1.5. Konsep Shitsuke (躾け)
Shitsuke (躾け) yaitu metode yang digunakan untuk memotivasi pekerja agar

Universitas Sumatera Utara

terus menerus melakukan dan ikut serta dalam kegiatan perawatan dan aktivitas
perbaikan serta membuat pekerja terbiasa mentaati aturan (rajin). Hal ini dianggap
sebagai komponen yang paling sukar dari 5 S. Untuk aktivitas ini, pekerja Jepang
diharapkan melatih pengandalian diri sendiri, bukan dikendalikan manajemen.
Shitsuke atau rajin berkaitan dengan kebiasaan karyawan yang harus dibina agar
dapat menjaga dan meningkatkan apa yang sudah baik. Seperti, budaya antri, bersih,
tepat waktu, tepat janji dan sebagainya harus dibina. Orang yang dapat memberikan
kritik membangun dengan baik akan dapat melaksanakannya juga.
- Prinsip

: lakukan apa yang harus diakukan dan jangan melakukan apa yang

tidak boleh dilakukan.
- Latar belakang

: Kebiasaan positif karyawan harus dibina agar dapat menjaga dan
meningkatkan apa yang sudah ada.

- Metode

: a. Penetapan target bersama
b. Pengembangan teladan atasan
c. Pembinaan hubungan karyawan.
d. Kesempatan belajar dari karyawan.

- Contoh hasil penerapan : a. Mendukung efesiensi dan produktivitas kerja
b. Timbul kebanggaan professional

3.2.

Pengertian Perancangan Tata letak Pabrik
Perancangan tata letak pabrik adalah perancangan susunan unsur fisik suatu kegiatan

yang berhubungan dengan industri manufaktur, yang penggambaran hasil rancangannya
disebut tata letak pabrik. Tata letak pabrik berfungsi untuk menggambarkan sebuah susunan

Universitas Sumatera Utara

yang ekonomis dari tempat-tempat kerja yang berkaitan, dimana barang-barang dapat
diproduksi secara ekonomis.
Perancangan tata letak lantai produksi merupakan bagian penting dari perancangan
tata letak pabrik karena pabrik diharapkan dapat melakukan proses produksi secara efisien
dalam jangka waktu yang lama. Oleh karena itu, diperlukan kecermatan dalam merancang
aliran bahan yang merupakan dasar untuk mendapatkan proses produksi yang efisien.
Selain itu, perancangan tata letak pabrik juga mencakup pemanfaatan luas area untuk
penempatan mesin dan peralatan, penyusunan letak tiap tempat kerja serta letak mesin dan
peralatan di dalamnya, pemindahan bahan (material handling), penyimpanan bahan baku
maupun barang jadi (storage), pengaturan tenaga kerja dan sebagainya.

3.3.

Tujuan Perancangan Tata letak Pabrik 3
Tujuan utama perancangan tata letak pabrik adalah:

1.

Mempermudah proses manufaktur

2.

Meminimumkan pemindahan barang

3.

Menjaga fleksibilitas pabrik terhadap perubahan kemampuan produksi

4.

Mempersingkat waktu proses produksi dengan memelihara peputaran barang
setengah jadi yang tinggi

5.

Menurunkan penanaman modal dalam peralatan

6.

Menghemat pemakaian ruang bangunan

7.

Meningkatkan efisiensi pemakaian tenaga kerja

8.

Menjaga keselamatan dan kesehatan kerja bagi para tenaga kerja.

3

J. M. Apple, Tata letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. Edisi Ketiga. Penerjemah: Nurhayati Mardiono.
Penerbit ITB, Bandung, 1990, hlm. 1-5.

Universitas Sumatera Utara

3.4.

Prinsip Dasar Dalam Tata letak Pabrik 4
Prinsip dasar dalam perancangan tata letak pabrik adalah sebagai berikut.

1.

Prinsip integrasi secara total
“That layout is best which integrates the men, material, machinery supporting
activities, and any other considerations in way that result in the best compromise”.
Prinsip ini menyatakan bahwa tata letak pabrik adalah merupakan integrasi secara
total dari seluruh elemen produksi yang ada menjadi satu unit operasi yang besar.

2.

Prinsip jarak perpindahan bahan yang paling minimal.
“Other things being equal, tha layout is best permits the materials to move the
minimum distance between operations”.
Hampir semua proses yang terjadi dalam suatu industri mancakup beberapa gerakan
perpindahan dari material, yang tidak bisa dihindari secara keseluruhan. Dalam
proses pemindahan bahan dari satu operasi ke operasi lain, waktu dapat dihemat
dengan cara mengurangi perpindahan jarak tersebut. Hal ini dapat dilaksanakan
dengan menerapkan operasi yang berikutnya sedekat mungkin dengan operasi
sebelumnya.

3.

Prinsip aliran suatu proses kerja
“Other things being equal, than layout is best that arranges the work area for each
operations or process in the same order or sequence that forms, treats, or assembles
the materials”.

4

R. Muther, Practical Plant Layout. First Edition. McGraw-Hill Book Company, Inc., New York, 1955, pp. 78.

Universitas Sumatera Utara

Dengan prinsip ini, diusahakan untuk menghindari adanya gerak balik (back
tracking), gerak memotong (cross movement), kemacetan (congestion), dan sedapat
mungkin material bergerak terus tanpa ada interupsi. Ide dasar dari prinsip aliran
konstan dengan minimum interupsi, kesimpangsiuran dan kemacetan.
4.

Prinsip pemanfaatan ruangan
“Economy is obtained by using effectively all available space-both vertical and
horizontal”.
Pada dasarnya tata letak adalah suatu pengaturan ruangan yang akan dipakai oleh
manusia, bahan baku, dan peralatan penunjang proses produksi lainnya, yang
memilki tiga dimensi yaitu aspek volume (cubic space), dan bukan hanya sekedar
aspek luas (floor space). Dengan demikian, dalam perencanaan tata letak, faktor
dimensi ruangan ini juga
perlu diperhatikan.

5.

Prinsip kepuasan dan keselamatan kerja
“Other things being equal, that layout is best which makes works satisfying and safe
for workers”.
Kepuasan kerja sangat besar artinya bagi seseorang, dan dapat dianggap sebagai
dasar utama untuk mencapai tujuan. Dengan membuat suasana kerja menyenangkan
dan memuskan, maka secara otomatis akan banyak keuntungan yang bisa kita
peroleh. Selanjutnya, keselamatan kerja juga merupakan faktor utama yang harus
diperhatikan dalam perencanaan tata letak pabrik. Suatu layout tidak dapat dikatakan
baik apabila tidak menjamin atau bahkan justru membahayakan keselamatan orang
yang bekerja di dalamnya.

6.

Prinsip fleksibilitas

Universitas Sumatera Utara

“Other things being equal, that layout is best that can be adjusted and rearrange at
minimum cost and inconvenience”.
Prinsip ini sangat berarti dalam masa dimana riset ilmiah, komunikasi, dan
transportasi bergerak dengan cepat, yang mana hal ini akan mengakibatkan dunia
industri harus ikut berpacu mengimbanginya. Untuk ini, kondisi ekonomi akan bisa
tercapai apabila tata letak yang ada telah direncanakan cukup fleksibel untuk
diadakan penyesuaian/pengaturan kembali (relayout) dengan cepat dan biaya yang
relatif murah.

3.5.

Jenis Persoalan Tata letak 5
Jenis dari persoalan tata letak pabrik adalah sebagai berikut.

1.

Perubahan rancangan
Perubahan rancangan mungkin hanya memerlukan penggantian sebagian kecil tata
letak yang telah ada, atau berbentuk perancangan ulang tata letak. Hal ini bergantung
kepada perubahan yang terjadi.

2.

Perluasan departemen
Dapat terjadi bila ada penambahan produksi suatu komponen produk tertentu.
Perubahan ini mungkin hanya berupa penambahan sejumlah mesin yang dapat
diatasi dengan membuat ruangan atau mungkin diperlukan perubahan seluruh tata
letak jika pertambahan produksi menuntut perubahan proses.

3.

5

Pengurangan departemen

J. M. Apple, Op. cit., hlm. 16-18.

Universitas Sumatera Utara

Jika jumlah peroduksi berkurang secara drastis dan menetap, perlu dipertimbangkan
pemakaian proses yang berbeda dari proses sebelumnya. Perubahan seperti mungkin
menuntut disingkirkannya peralatan yang telah ada dan merencanakan pemasangan
jenis peralatan lain.
4.

Penambahan produk baru
Jika terjadi penambahan produk baru yang berbeda prosesnya dengan produk yang
telah ada, maka dengan sendirinya akan muncul masalah baru. Peralatan yang ada
dapat digunakan dengan menambah beberapa mesin baru pada tata letak yang ada
dengan penyusunan ulang minimum.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

2.1.

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Syahfira Bakery and Cake berlokasi di Jalan

Ibrahim Umar No. 6, Kelurahan Sei Kera Hilir I, Kecamatan Medan Perjuangan, Kota
Medan mulai 26 Desember 2016.

2.2.

Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk

menemukan fakta dengan interpretasi yang tepat dalam menggambarkan sifat-sifat
dari beberapa fenomena, pengamatan yang intensif mengenai suatu fenomena,
pemilihan responden, pemilihan alat untuk mengumpulkan data, prosedur-prosedur
yang dilaksanakan serta penilaian kondisi di lapangan.

2.3.

Objek Penelitian
Objek penelitian yang diamati adalah kondisi pabrik yaitu luas ruangan,

layout, dan peletakan material yang tidak beraturan yang menyebabkan kondisi
lantai produksi terlihat kurang rapi dimana hal ini bertujuan untuk meminimalkan
jarak material handling sehingga produktivitas UKM akan meningkat.

Universitas Sumatera Utara

2.4.

Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah:

1.

Variabel Independen
Variabel independen atau variabel bebas merupakan variabel yang dapat
mempengaruhi variabel dependen baik secara positif maupun negatif.
Variabel independen pada penelitian ini adalah jarak aliran produksi, jumlah
produksi, dan kondisi lingkungan kerja.

2.

Variabel Dependen
Variabel terikat yang nilainya dipengaruhi variabel lain. Variabel dependen
pada penelitian ini yaitu Peningkatan produktivitas dengan meminimalkan
jarak aliran produksi dan memperbaiki tata letak di lantai produksi agar proses
produksi dapat berjalan dengan baik.

2.5.

Kerangka Konseptual
Kerangka berpikir merupakan fondasi dimana seluruh proyek penelitian

didasarkan. Kerangka berpikir yang baik mengidentifikasi dan menamakan variabel –
variabel penting dalam situasi yang relevan dengan defenisi masalah. Kerangka
berpikir dapat dilihat pada Gambar 4.1
Kondisi
Lingkungan kerja

Jumlah Produksi

Jarak Perpindahan
Antar Departemen

Produktivitas

Performansi Kerja
dan Produktivitas
tidak Optimal

Usulan Perbaikan
Tata cara kerja dan
lingkungan kerja

Gambar 4.1. Kerangka Konseptual

Universitas Sumatera Utara

2.6.

Definisi Operasional
Variabel-variabel yang akan diamati dalam penelitian ini adalah variabel

independen (variabel bebas) dan variabel dependen (variabel terikat). Variabel
dependen merupakan variabel yang menjadi perhatian utama dalam penelitian.
Sedangkan variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel
dependen, baik secara positif atau negatif (Sekaran, 2006). Variabel independen
dan dependen dari penelitian adalah sebagai berikut:
Kondisi bangunan meliputi :
1. Variabel Independen
a. Pola Aliran material, yaitu luas tiap departemen dan urutan proses produksi
akan mempengaruhi jarak material handling.
b. Layout, yaitu gambaran denah pabrik secara keseluruhan .
c. Jumlah produksi yang dihasilkan per harinya.
2. Variabel Dependen
Jarak material handling yang minimum dan kondisi tata letak alat yang baik
akan membuat proses produksi berjalan dengan baik tanpa adanya kendala
sehingga akan meningkatkan produktivitas.

2.7.

Pengumpulan Data

4.7.1. Sumber Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer
dan data sekunder.
1. Data primer

Universitas Sumatera Utara

Data primer diperoleh dari pengamatan di lapangan, survei kuesioner 5S, dan
wawancara langsung dengan operator. Data primer yang dibutuhkan adalah:
a. Kondisi pabrik yaitu layout, dan kondisi lingkungan kerja
b. Manajemen pabrik yaitu komitmen perusahaan untuk menghasilkan produk
yang bermutu dan aman dikonsumsi
2. Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari perusahaan yaitu data urutan proses produksi,
sejarah perusahaan, struktur organisasi.

4.7.2

Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Metode wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan tanya
jawab kepada pemilik usaha dan pekerja mengenai gambaran perusahaan
2. Metode observasi, yaitu teknik pengumpulan data dimana peneliti melihat dan
mengamati keadaan lingkungan kerja di UKM.
3. Metode survei dengan kuesioner yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan memberi beberapa pertanyaan yang akan dijawab oleh responden
berdasarkan dengan masalah yang ada di lapangan. Kuesioner yang dilakukan
pada penelitian adalah kuesioner 5S yaitu kuesioner tertutup mengenai masalah
sehubungan dengan konsep 5S di lingkungan kerja.
4. Studi literatur yaitu dengan mengambil teori dan jurnal mengenai hal-hal seputar
masalah yang ada di lapangan

Universitas Sumatera Utara

4.8.

Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah meteran dan

kuesioner.
1.

Meteran
Untuk mengukur luas area Syahfira Bakery and Cake

Gambar 4.2. Instrumen Penelitian
2.

Kusioner 5S
Untuk Mengidentifikasi dan menilai 5S pada Syahfira Bakery and Cake yang
ditunjukkan pada table 4.1.
Tabel 4.1. Kelompok Pertanyaan Kuesioner I

No.

1.

Pernyataan

SP

P

KP

TP

Seiri

1

2

3

4

Apakah perlu dilakukan pemisahan antara peralatan produksi
yang diperlukan dan yang tidak diperlukan?
Seiton

2.

Apakah penataan mesin-mesin/peralatan produksi perlu
dilakukan agar proses produksi berjalan dengan lancar?

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.1. Kelompok Pertanyaan Kuesioner I (Lanjutan)
No.

Pernyataan

SP

P

KP

TP

Seiso
3.

Apakah kebersihan (mesin, peralatan dan lingkungan)
perlu dijaga dan diperhatikan?
Seiketsu

4.

Apakah perlu dilakukan pemeliharaan (mesin, peralatan
dan lingkungan) agar teratur, rapi dan bersih?
Shitsuke

5.

Apakah kebiasaan berdisiplin perlu dilakukan dalam
lingkungan kerja?

Tabel 4.2. Kelompok Pertanyaan Kuesioner II
No.

1.

Pernyataan

SB

B

KB

TB

Seiri

1

2

3

4

Bagaimana pemisahan antara peralatan produksi yang
diperlukan dan yang tidak diperlukan?
Seiton

2.

Bagaimana penataan mesin-mesin/peralatan saat ini?

Seiso
3.

Bagaimana tingkat

kebersihan (mesin,

peralatan dan

lingkungan) saat ini?

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.1. Kelompok Pertanyaan Kuesioner II (Lanjutan)
No.

Pernyataan

SB

B

KB

TB

Seiketsu
4.

Bagaimana kondisi dan pemeliharaan (mesin,
Peralatan dan Lingkungan) saat ini ?
Shitsuke

5.

Bagaimana tingkat kedisiplinan karyawan saat ini ?

4.9.

Pengolahan Data
Tahapan-tahapan dalam melakukan pengolahan data yaitu:

1.

Mengidentifikasi masalah yang ada di lapangan.

2.

Mengambil teori dan rujukan seputar masalah dari buku dan jurnal.

3.

Pengumpulan data dilakukan dengan mengamati kondisi riil tempat kerja,
mengukur luas ruangan dari tiap departemen serta menganalisis tempat kerja
dengan menggunakan konsep 5S.

4.

Penyebaran kuesioner 5S kepada responden yaitu para pekerja.

5.

Pengolahan data dilakukan dengan metode Systematic Layout Planning dan
konsep 5S.
Blok penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.3.

Universitas Sumatera Utara

Rumusan Masalah :
kondisi lingkungan kerja yang tidak higienis karena adanya loyang berserakan di lantai. Pola aliran
material juga berbentuk tidak beraturan sehingga mengakibatkan layout tidak efisien.

Studi Literatur :

Studi Pendahuluan :
- Pengamatan/pengukuran langsung
- Wawancara

-

Buku
Jurnal

Pengumpulan Data

Pengumpulan Data Primer :
Data primer diperoleh dari
pengamatan di lapangan dan
wawancara langsung dengan
operator. Pengumpulan data
juga dilakukan
dengan menyebar kuesioner kepada
responden. Data primer yang
dibutuhkan adalah
- luas ruangan
- Jumlah departemen

Pengumpulan Data Sekunder :
-Urutan proses produksi
-Sejarah perusahaan dan struktur
organisasi

Pengolahan Data :
Metode Systematic Layout Planning :
Menggambar ARC
Menggambar relationship diagram
Menghitung kebutuhan luas area dan
luasan area tersedia
Menggambar space relationship
diagram
Pertimbangan modifikasi dna
batasan praktis
Perancangan alternatif tata letak
Evaluasi
-Melakukan
analisis
5S
dengan
menggambar Scatter diagram dmana
nilainya diambil melalui kuesioner 5S.
-Layout Akhir dengan kombinasi 5S dan
pendekatan Systematic layout Planning
(SLP)

Analisis dan Pembahasan :
Adanya ketidaksesuaian masalah dengan kajian teori sehingga perlu dianalisis sehingga
terbentuk tatanan yang sesuai.

Kesimpulan dan Saran

Gambar 4.3. Blok Diagram Penelitian

Universitas Sumatera Utara

4.10. Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah keseluruhan operator pada stasiun kerja
yang berjumlah 16 orang. Pengambilan data sampel yang digunakan diambil
menggunakan teknik total sampling yang berati jumlah sampel yang diambil sama
dengan jumlah populasi.

4.11. Analisis Pemecahan Masalah
Analisis dan pemecahan masalah dilakukan dengan perbaikan lingkungan
kerja untuk menciptakan lingkungan kerja yang nyaman, rapi, bersih, teratur, dan
aman dengan lima langkah pemeliharaan tempat kerja. Selain itu juga perbaikan
terhadap layout dengan menggunakan metode Systematic Layout Planning.

4.12.

Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan dilakukan untuk menjawab tujuan penelitian yang telah

ditetapkan. Saran diberikan untuk penelitian selanjutnya untuk mengembangkan
penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara

BAB V
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1.

Pengumpulan Data 5S
Lingkungan kerja menjadi faktor pendukung dalam meningkatkan

produktivitas pekerja. Lingkungan kerja yang nyaman akan membuat operator
mampu bekerja secara efektif dan mencapai target perusahaan yang ditetapkan.
Permasalahan yang terjadi pada Syahfira Bakery and Cake yaitu lingkungan kerja
yang tidak nyaman dikarenakan kondisi lingkungan kerja yang tidak teratur serta
tata letak yang kurang baik akan berpengaruh terhadap kerja produktivitas pekerja.
Berikut adalah kondisi lingkungan kerja UKM sebelum menerapkan 5S yang
dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Tabel. 5.1. Kondisi Stasiun Kerja di Syahfira Bakery and Cake Sebelum
Menerapkan 5S
Kondisi Aktual

Keterangan


Barang dan peralatan yang berserakan di
area kerja



Barang atau peralatan yang tidak perlu
mengurangi

space

ruangan

yang

seharusnya

bisa

digunakan

untuk

meletakkan peralatan barang kerja yang
dibutuhkan


Kondisi seperti ini menghalangi pergerakan
pekerja membuat area kerja terlihat tidak
teratur

Universitas Sumatera Utara

Tabel. 5.1. Kondisi Stasiun Kerja di Syahfira Bakery and Cake Sebelum
Menerapkan 5S (Lanjutan)
Kondisi Aktual

Keterangan


Kaleng roti di letakkan di area kerja secara
tidak rapi sehingga membuat ruang kerja
menjadi sempit dan padat.



Produk roti yang telah jadi disusun tidak
rapi di lemari penyimpanan.

Sumber : Hasil Pengumpulan Data

5.2.

Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan identifikasi permasalahan yang terjadi

di lapangan berdasarkan konsep 5S serta langkah-langkahnya, dan melakukan
analisis 5S dengan menggambarkan peta radar 5S dimana nilainya diambil
melalui kuesioner audit 5S.

5.2.1. Seiri
Seiri merupakan pemilahan, yaitu membedakan antara apa yang
diperlukan dan tidak diperlukan di area kerja dan menyingkirkan yang tidak
diperlukan. Sehingga membuat tempat kerja menjadi ringkas yang hanya
menampung barang-barang yang diperlukan saja.

Universitas Sumatera Utara

Langkah-langkah dalam penerapan Seiri adalah :
Langkah 1 : Pisahkan barang atau peralatan yang perlu dan tidak perlu
Langkah 2: Klasifikasikan barang yang perlu sesuai dengan frekuensi pemakaian
dan seberapa penting barang/peralatan tersebut dipakai. Berikut adalah list barang
yang perlu dan tidak perlu di area kerja pabrik ditunjukkan pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2. Pemilahan Barang yang Perlu dan Tidak Perlu

No

Kategori Barang/
Peralatan

Aset/ non
Aset













Bisa
digunaka
n
5
3
6
1
4
4
1
4
6
3
4

Rusak/Tidak
bisa
digunakan
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1






8
8
150
7

0
0
7
0

Aset
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Lemari dorong
Meja
Kursi/Bangku
Mesin Pembakar
Kompor
Kuali
Genset
Rol/penggiling
Ember
Alat pemotong
Mesin Pengaduk
Roti
Jerigen
Gas
Loyang roti
Alat Pencetak

Jumlah (Unit)

Non
Aset

Total
Unit
5
3
6
1
5
4
1
4
6
3
5
8
8
157
7

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Langkah 3: Barang yang digunakan paling banyak di pisahkan dari dari barang yang
tidak bisa digunakan. Dalam hal ini kaleng roti adalah barang yang paling banyak
digunakan.
Langkah 4: Buang barang yang tidak perlu/barang yang tidak digunakan atau barang
rusak seperti 1 buah kursi kompor, 1 mesin pengaduk roti dan 1 kaleng roti yang
rusak. Dengan demikian area kerja hanya berisi barang-barang yang dibutuhkan dan

Universitas Sumatera Utara

digunakan.

5.2.2.

Seiton
Seiton merupakan kondisi rapi, dimana segala sesuatu harus diletakkan

sesuai posisi yang ditetapkan sehingga siap digunakan pada saat diperlukan.
Langkah-langkah dalam menerapkan Seiton (rapi) adalah:
Langkah 1 : Lakukan pengelompokkan barang. Barang yang akan di kelompokkan
adalah susunan kaleng tempat Roti.
Langkah 2 : Lakukan penyiapan tempat untuk menampung barang yang sudah di
kelompokkan. Dalam hal ini kaleng roti untuk roti yang sudah dibakar disusun secara
teratur di lemari.
Langkah 3 : Memberikan tanda batas untuk setiap pengelompokkan bila perlu beri
label penanda. Kaleng roti yang sudah dikelompokkan di susun rapi membentuk
barisan agar mudah dalam proses pengambilan, dan diberikan batas untuk pergerakan
keluar masuk pekerja ketika hendak mengangkut roti.

5.2.3.

Seiso
Seiso adalah resik, yaitu menciptakan kondisi tempat dan lingkungan kerja

yang bersih. Pembersihan disini bukan hanya sekedar membersihkan namun juga
dipandang sebagai suatu bentuk pemeriksaan untuk perawatan.
Langkah-langkah dalam menerapkan seiso yaitu :
Langkah 1 : Menentukan apa atau dimana yang akan dibersihkan Dalam hal ini, area
yang akan dibersihkan yaitu lantai dan dinding pada stasiun pembentukan roti dan
ruang pengembangan roti

Universitas Sumatera Utara

Langkah 2 : Menetapkan siapa yang melakukan kegiatan pembersihan. Pekerja yang
bertanggung jawab untuk kegiatan pembersihan area kerja pembentukan roti adalah
pekerja yang bekerja pada stasiun tersebut begitu juga untuk stasiun kerja lain setiap
pekerja bertanggung jawab terhadap kebersihan stasiun kerjanya.
Langkah 3 : Menentukan prosedur pembersihan area kerja. Bersih-bersih dilakukan
setiap hari yaitu pukul 11:00 dan pukul 16:00.
Langkah 4 : Menyediakan peralatan yang digunakan untuk pembersihan Peralatan
yang akan dipakai yaitu sapu, kain pel dan sorokan air.
Langkah 5 : Mulai melakukan pembersihan.

5.2.4. Seiketsu
Seiketsu adalah pemantapan, jika seiri, seiton dan seiso sudah berjalan
tentunya harus dipertahankan penerapannnya yang sudah baik dan memperbaiki
yang kurang baik. Sehingga perlu adanya langkah berikutnya yaitu seiketsu. Seiketsu
adalah mempertahankan segala sesuatunya dalam keadaan baik. Berikut adalah
langkah-langkah dalam menerapkan seiketsu.
Langkah 1 : Pimpinan memastikan jalannya proses implementasi seiri, seiton dan
seiso yang sudah ditetapkan.
Langkah 2: Setiap pekerja memelihara kondisi agar tetap bersih dari segala hal yang
mengganggu jalannya proses produksi
Langkah 3: Setiap pekerja melakukan pemeriksaan terhadap mesin dan peralatan agar
dalam kondisi siap pakai
Langkah 4: Setiap pekerja memberikan saran perbaikan untuk menjadikan tempat
kerja lebih baik

Universitas Sumatera Utara

Langkah 5: Pimpinan melakukan pemeriksaan berkala/audit 5S secara rutin

5.2.5. Shitsuke
Shitsuke adalah mendisiplinkan diri, yaitu menjadikan 5S sebagai suatu
kebiasaan dan mematuhi peraturan setiap saat. Bahwa pekerja yang disiplin akan
mematuhi peraturan yang dibuat perusahaan. Jika 4S sebelumnya sudah berjalan
dengan baik, maka perlu ada tindakan menjadikan hal-hal yang sudah baik sebagai
budaya di lingkunga kerja yang berjalan secara kontinu. Berikut adalah langkahlangkah dalam penerapan shitsuke:
Langkah 1 : Lakukan penetapan target bersama
Langkah 2 : Berikan Teladan/Contoh dari atasan terkait penerapan 5S
Langkah 3 : Bina hubungan antar operator yaitu sesama pekerja saling membantu
jika terjadi kesulitan dilapangan
Langkah 4 : Berikan kesempatan belajar bagi operator melalui pelatihan secara
berkala

5.2.6. Audit 5S
Audit 5S dilakukan dengan pemberian dan pengisian form audit sikap
kerja 5S kepada seluruh pekerja yang berada di Syahfira Bakery and Cake sebelum
dilakukan penerapan rancangan sikap kerja 5S dengan tujuan untuk mengetahui
seberapa besar potensi dan tantangan perusahaan dalam menerapkan 5S
kedepannya. Kuesioner audit yang digunakan adalah form audit yang digunakan
perusahaan-perusahaan untuk melakukan audit dimana kuesioner audit tersebut
dimodifikasi atau diesuaikan dengan fakta yang terjadi di Syahfira Bakery and

Universitas Sumatera Utara

Cake dengan tujuan untuk mengetahui sedalam apakah pemilik dan operator
memahami adanya sikap kerja 5S dalam badan usaha Syahfira Bakery and Cake.
Kuesioner audit 5S dilakukan pada 16 responden dan pada 5 stasiun kerja
yaitu stasiun kerja pengolahan bahan baku, stasiun pembentukan roti, stasiun
pengembangan roti, stasiun pembakaran dan stasiun penggorengan dan stasiun
pencampuran bumbu. Kuesioner ini merupakan kuesioner tertutup yang terdiri
dari 10 pertanyaan dengan 4 pilihan jawaban yaitu:
1 : Sangat Perlu

diberi Point +2

2 : Perlu

diberi Point +1

3 : Kurang Perlu

diberi Point -1

4 : Tidak perlu

diberi Point -2

Skala yang digunakan adalah skala interval. Contoh kuesioner dapat
dilihat pada Lampiran L-2. Hasil Rekapitulasi Kuesioner dapat dilihat pada Tabel
5.3.
Tabel 5.3. Kelompok Pertanyaan Kuesioner I
No.

1.

Pernyataan

SP

P

KP

TP

Seiri

1

2

3

4

Apakah perlu dilakukan pemisahan antara peralatan produksi

10

4

2

0

9

8

1

1

yang diperlukan dan yang tidak diperlukan?
Seiton
2.

Apakah penataan mesin-mesin/peralatan produksi perlu
dilakukan agar proses produksi berjalan dengan lancar?

Tabel 5.3. Kelompok Pertanyaan Kuesioner I (Lanjutan)

Universitas Sumatera Utara

No.

Pernyataan

SP

P

KP

TP

9

6

1

1

9

5

2

0

10

6

0

0

Seiso
3.

Apakah kebersihan (mesin, peralatan dan lingkungan)
perlu dijaga dan diperhatikan?
Seiketsu

4.

Apakah perlu dilakukan pemeliharaan (mesin, peralatan
dan lingkungan) agar teratur, rapi dan bersih?
Shitsuke

5.

Apakah kebiasaan berdisiplin perlu dilakukan dalam
lingkungan kerja?

Berdasarkan pengumpulan data yang didapat, ada beberapa hal yang dapat
diperhatikan berkaitan dengan tingkat kebutuhan operator akan 5S. Pertama,
apakah perlu dilakukan pemisahan antara peralatan produksi yang diperlukan dan
yang tidak diperlukan (Seiri). Jumlah koresponden yang menjawab sangat perlu
adalah 10 orang dan menjawab perlu 4 orang, sedangkan menjawab kurang perlu 2
orang. Jumlah tersebut menunjukkan bahwa para operator sudah menyadari bahwa
untuk mencapai tingkat efisiensi dan efektifitas yang lebih tinggi, maka seharusnya
lantai produksi lebih memperhatikan pemisahan antara mesin produksi dengan
bahan sisa hasil produksi yang sudah tidak terpakai lagi. Hasil perhitungan ratarata bobot nilai untuk jawaban ini adalah {(10 x 2 ) + (4 x 1) + (2 x – 1) } / 16 =
1.38
Kedua, apakah penataan mesin-mesin/ Peralatan produksi perlu dilakukan
agar proses produksi berjalan dengan lancar (Seiton). Jumlah koresponden yang

Universitas Sumatera Utara

menjawab sangat perlu adalah 9 orang, menjawab perlu 8 orang, dan menjawab
kurang perlu 1 orang serta yang menjawab tidak perlu 1 orang. Ini menunjukkan
para operator sudah menyadari bahwa untuk meningkatkan produktivitas dan
mempunyai tempat kerja yang tertata rapi, maka seharusnya letak mesin produksi
harus ditata ulang. Hasil perhitungan rata-rata bobot nilai untuk jawaban ini adalah
{(9x2)+(8x1)+(1x-1)+(1x-2)}/16 = 1.06.
Ketiga, apakah kebersihan (mesin, peralatan dan lingkungan) perlu dijaga
dan diperhatikan (Seiso). Jumlah koresponden yang menjawab sangat perlu 9
adalah orang, menjawab perlu 6 orang, dan menjawab kurang perlu 1 orang. Dari
jumlah tersebut, dapat diketahui bahwa kebersihan juga sangat penting dalam
beraktivitas. Jika tempat kerja kotor, maka mereka menyadari akan merasa kurang
nyaman berada di area kerja tersebut. Hasil perhitungan rata-rata bobot nilai untuk
jawaban ini adalah {(9x2)+(6x1)+(1x(-1))}/16 = 1.44.
Keempat, apakah perlu dilakukan pemeliharaan (mesin, peralatan dan
lingkungan) agar teratur, rapi dan bersih (Seiketsu). Jumlah koresponden yang
menjawab sangat perlu adalah 9 orang , menjawab perlu 5 orang dan menjawap
kurang perlu 2 orang. Dari data tersebut, dapat dilihat bahwa para operator sudah
mengerti akan pentingnya memelihara peralatan dan lingkungan karena akan
berdampak terhadap produktivitas mereka. Apabila mesin rusak akibat tidak
adanya perawatan, maka hal tersebut akan mengakibatkan produktivitas akan turun
karena mesin yang rusak. Hasil perhitungan rata-rata bobot nilai untuk jawaban ini
adalah {(9x2)+(5x1)+(2x(-1))}/16 = 1.31.
Kelima, apakah kebiasaan berdisiplin perlu dilakukan dalam lingkungan
kerja (Shitsuke). Jumlah koresponden yang menjawab sangat perlu adalah 10 orang

Universitas Sumatera Utara

dan menjawab perlu 6 orang. Ini menunjukkan bahwa operator sudah menyadari
bahwa untuk melakukan kebiasaan yang baik dan menaati peraturan, maka para
operator seharusnya melakukan sesuatu yang benar sebagai suatu kebiasaan. Hasil
perhitungan rata-rata bobot nilai untuk jawaban ini adalah {(10x2) + (6x1)}/16 =
1.63.
Tabel 5.4. Kelompok Pertanyaan Kuesioner II
No.

1.

Pernyataan

SB

B

KB

TB

Seiri

1

2

3

4

Bagaimana pemisahan antara peralatan produksi yang

2

1

9

4

1

4

8

3

0

4

10

2

0

3

11

2

1

3

9

3

diperlukan dan yang tidak diperlukan?
Seiton
2.

Bagaimana penataan mesin-mesin/peralatan saat ini?
Seiso

3.

Bagaimana tingkat

kebersihan (mesin,

peralatan dan

lingkungan) saat ini?
Seiketsu
4.

Bagaimana kondisi dan pemeliharaan (mesin,
Peralatan dan Lingkungan ) saat ini ?
Shitsuke

5.

Bagaimana tingkat kedisiplinan karyawan saat ini ?

Dari pengumpulan data yang didapat, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan sesuai dengan keadaan perusahaan saat ini. Pertama, bagaimana
pemisahan antara mesin produksi dan bahan-bahsan sisa hasil produksi saat ini

Universitas Sumatera Utara

(Seiri). Jumlah koresponden yang menjawab sangat baik adalah 2,baik orang,
menjawab baik 1 orang, menjawab kurang baik 9 orang dan menjawab tidak baik 4
orang. Hal ini menunjukkan bahwa keadaan lantai produksi saat ini belum
melakukan pemisahan antara mesin produksi dengan bahan-bahan sisa hasil
produksi sehingga menghambat pekerjaan mereka. Hasil perhitungan rata-rata bobot
nilai untuk jawaban ini adalah {(2x2)+(1x1)+(9x(-1))+(4x(-2))}/16 = -0.75.
Kedua, bagaimana penataan mesin produksi saat ini (Seiton). Jumlah
koresponden yang menjawab sangat baik adalah 1 orang, menjawab baik 4 orang,
menjawab kurang baik 8 orang, dan menjawab tidak baik 3 orang. Ini menunjukkan
bahwa keadaan lantai produksi saat ini belum tertata dengan baik sehingga perlu
dilakukan penataan ulang guna meningkatkan produktivitas kerja. Hasil perhitungan
rata-rata bobot nilai untuk jawaban ini adalah {(1x2)+(4x1)+(8x-1)+(3x(-2))}/16 = 0.5.
Ketiga, bagaimana tingkat kebersihan (mesin, peralatan dan lingkungan) saat
ini (Seiso). Jumlah koresponden yang menjawab baik adalah 4 orang, menjawab
kurang baik 10 orang, dan menjawab tidak baik 2 orang. Dari data tersebut, dapat
dilihat bahwa tingkat kebersihan saat ini, naik pada peralatan, mesin ataupun
lingkungan masih kurang baik sehingga perlu diperhatikan lagi untuk masalah
kebersihan. Hasil perhitungan rata-rata bobot nilai untuk jawaban ini adalah {(4x1)+
(10x-1)+(2x(-2))}/16 = -0.63.
Keempat, bagaimana kondisi dan pemeliharaan (mesin, peralatan dan
lingkungan) saat ini (Seiketsu). Jumlah koresponden yang menjawab baik adalah 3
orang, menjawab kurang baik 11 orang, dan menjawab tidak baik 2 orang. Dari
jumlah jawaban tersebut, terlihat bahwa kondisi pemeliharaan saat ini kurang

Universitas Sumatera Utara

maksimal atau belum maksimal sehingga perlu dimaksimalkan lagi, di mana langkah
ini dipengaruhi oleh Seiri, Seiton, dan Seiso tersebut. Hasil perhitungan rata-rata
bobot nilai untuk jawaban ini adalah {(3x1)+(11x-1)+(2x(-2))}/16 = -0.75.
Kelima, bagaimana tingkat kedisiplinan karyawan saat ini (Shitsuke). Jumlah
koresponden yang menjawab sangat baik adalah 1 orang, menjawab baik 3 orang,
menjawab kurang baik 9 orang, dan menjawab tidak baik 3 orang. Ini menunjukkan
bahwa para karyawan di lantai produksi belum melakukan pembiasaan untuk
berdisiplin dalam melakukan aktivitas produksi. Hasil perhitungan rata-rata bobot
nilai untuk jawaban ini adalah {(1x2)+(3x1)+(9x-1)+(3x(-2))}/16 = -0.63.
Setelah didapat hasil perhitungan rata-rata dari bobot nilai (Tabel 5.5), maka
selanjutnya pembuatan scatter diagram dan grafik yang bertujuan untuk mengetahui
bagian mana yang membutuhkan penerapan prinsip 5S (Gambar 5.1 dan Gambar
5.2.).
Tabel 5.5. Hasil Perhitungan Rata-rata Bobot Nilai
5S

Kebutuhan

Keadaan

Kererangan

Seiri

1,38

-0,75

Perlu Perbaikan

Seiton

1,06

-0,50

Perlu Perbaikan

Seiso

1,44

-0,63

Perlu Perbaikan

Seiketsu

1,31

-0,75

Perlu Perbaikan

Shitsuke

1,63

-0,63

Perlu Perbaikan

Universitas Sumatera Utara

Gambar 5.1. Scatter Diagram Perhitungan Bobot Nilai 5S

Gambar 5.2. Grafik Perhitungan Bobot Nilai 5S

Dari diagram (Gambar 5.1. dan Gambar 5.2.) bisa dilihat bahwa semua prinsip 5S
yaitu Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu dan Shitsuke berada pada kuadran I, yaitu nilai kebutuhan
(+), tetapi keadaan (-). Hal ini menunjukkan bahwa kelima hal ini memerlukan perbaikan.
Oleh karena itu, kegiatan produksi memerlukan kelima perancangan dalam 5S tersebut dan
memerlukan perubahan agar lebih teratur dengan baik.

Universitas Sumatera Utara

5.3.

Kondisi Bangunan Pabrik
Pabrik Syahfira Bakery and Cake disusun berdasarkan pada 5 departemen, 2

gudang, 2 ruangan fasilitas, 1 ruang penyimpanan dan 1 ruang pengawas.

5.3.1.

Layout Pabrik Syahfira Bakery and Cake
Layout Syahfira Bakery and Cake berbentuk tidak beraturan. Layout ini

terdapat 10 ruangan. Layout Syahfira Bakery and Cake dapat dilihat pada Gambar
5.3.

Universitas Sumatera Utara

1
3

2

4
5
6

7

8

9

10

Keterangan :
1. Stasiun Pembentukan olahan roti dan donat
2. Stasiun Pembakaran roti
3. Stasiun Pengolahan bahan baku roti
4. Gudang Bahan Baku
5. Stasiun Penggorengan
6. Lemari penyimpanan roti
7. Stasiun Pengembangan roti
8. Toilet
9. Musholla
10. Ruang Pengawas

Sumber : Hasil Pengumpulan Data

Gambar 5.3. Block Layout Syahfira Bakery and Cake

5.3.2.

Systematic Layout Planning pabrik Syahfira Bakery and Cake
Penelitian ini menggunakan Systematic Layout Planning. Pada UKM ini

aktivitas dibagi ke dalam beberapa departemen yaitu bagian pemotongan dan

Universitas Sumatera Utara

pembentukan olahan roti, bagian pembakaran roti, bagian pengolahan adonan roti,
bagian gudang bahan baku, bagian penggorengan, lemari penyimpanan roti, ruang
pengembangan/fermentasi roti, toilet, ruang sholat dan ruang pengawa. Langkah
pertama yang akan dibuat adalah aliran material. Aliran material yang digunakan
adalah flow process chart. Flow Process Chart dapat dilihat pada Bab II Gambar 2.3.

5.3.3. Activity Relationship Chart
Langkah kedua adalah pembuatan activity relationship chart. Activity
relationship chart dapat dilihat pada Gambar 5.4.

No
1
2
3
4
5

Aktivitas
Stasiun pemotongan dan
pembentukan olahan roti

A
1,3

A

U

1,3

O

8

O

-

E

A

-

U

3

O

7,8

A

-

A
U

Stasiun pembakaran roti
Stasiun pengolahan adonan roti
Gudang bahan baku
Stasiun penggorengan

6

Lemari penyimpanan roti

7

Ruang pengembangan/
fermentasi roti

8

Derajat Kedekatan

Toilet

9

Ruang sholat

10

Ruang pengawas

1,3

O

I

-

O

1,3

A

1,3

1

O

-

A

1,3

U

6

I

E

-

O

1,3

O

6

I

2

E

3

E

-

O

-

O

2

U

5

U

3

U

O

-

E

7,9

9

O

6,9

U

-

E

5

U

-

O

7,9

O

5

6,9

U

-

O

-

I

6,9

O

-

2

I

-

I

2

2

Gambar 5.4. Activity Relationship Chart
Keterangan pada gambar 5.4. dapat dilihat pada gambar 5.5.

Universitas Sumatera Utara

SANDI
1
2
3
4
5
6
7
8
9

ALASAN
Memakai peralatan/ bahan yang sama
Derajat hubungan pribadi
Urutan aliran kerja
Memakai ruang yang sama
Memudahkan pengawasan
Bau
Bising
Resiko kecelakaan kerja
Lembab
KETERANGAN
SIMBOL
Mutlak perlu berdekatan
A
Sangat penting berdekatan
E
Penting berdekatan
I
Tidak jadi soal / biasa
O
Tidak perlu berdekatan
U
Tidak diharapkan berdekatan
X

Gambar 5.5. Keterangan pada Activity Relationship Chart

5.3.4.

Luas Tiap Departemen
Ukuran luas tiap departemen diambil berdasarkan pada 5 departemen, 1

gudang, 2 ruangan fasilitas 1 ruang penyimpanan, dan 1 ruang pengawas.
Ukuran luas tiap departemen/ ruangan yang tersedia dapat dilihat pada Tabel
5.6.
Tabel 5.6. Ukuran Luas Tiap Departemen/Ruangan yang Tersedia
No

PxL

Luas

Stasiun pemotongan dan

(9,5 m x 7 m) + (2 m x

72,5 m2

pembentukan olahan roti

3m)

2

Stasiun Pembakaran roti

3 m x 2,5 m

3

Stasiun pengolahan adonan roti

4

Gudang bahan baku

1

Departemen/ Ruangan

7,5 m2

3,5 m x 3,5 m
3mx2m

12,25 m2
6 m2

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.6. Ukuran Luas Tiap Departemen/ Ruangan yang Tersedia (Lanjutan)
No

Departemen/ Ruangan

PxL

Luas

5

Stasiun Penggorengan

3 m x 2,5 m

7,5 m2

6

Lemari penyimpanan roti

8,5 m x 1 m

8,5 m2

7

Ruang Pengambangan/fermentasi

2,5 m x 2 m

5 m2

roti
8

Toilet

1 m x 1,5 m

1,5 m2

9

Ruang Sholat

4 m x 2,5 m

10 m2

10

Ruang Pengawas

2 m x 1,5 m

3 m2

Sumber : Hasil Pengumpulan Data

5.3.5.

Relationship Diagram
Langkah selanjutnya adalah mengambar relationship diagram dengan

menggunakan kode warna yang ditentukansetiap hubungan aktivitas. Relationship
diagram yang dibuat terdiri dari 3 alternatif. Alternatif 1 dapat ditunjukkan pada
Gambar 5.6.

Universitas Sumatera Utara

4

3

1

8

5

7

9

6

2
SIMBOL

KETERANGAN
A
E

10

I
O
U

none

X

Gambar 5.6. Relationship Diagram Alternatif 1
Sumber : Hasil Pengolahan Data

Alternatif 2 dapat ditunjukkan pada Gambar 5.7.

1

3

4

7

5

8

10

SIMBOL

KETERANGAN
A
E

2

6

9
I
O
none

U
X

G

ambar 5.7. Relationship Diagram Alternatif 2
Sumber : Hasil Pengolahan Data

Universitas Sumatera Utara

Alternatif 3 dapat ditunjukkan pada Gambar 5.8.

10

4

3

1

8

5

7
SIMBOL

KETERANGAN
A
E

9

6

2
I
O
none

U
X

Gambar 5.8. Relationship Diagram Alternatif 3
Sumber : Hasil Pengolahan Data

5.3.5.1.

Kebutuhan dan Luas Area Tersedia
Metode yang digunakan dalam penentuan kebutuhan luas ruangan

adalah metode fasilitas industri. Metode fasilitas industri adalah

metode

penentuan kebutuhan ruangan berdasarkan fasilitas produksi dan fasilitas
pendukung proses produksi yang dipergunakan. Kebutuhan luas area Syahfira
Bakery and Cake yaitu :
1. Stasiun pemotongan dan pembentukan roti
Luas daerah operator : 0,9 m x 0,9 m = 5 x 0,81 = 4,05 m2
Meja berukuran 2 m x 0,8 m berjumlah 4 buah = 4,8 m2

Universitas Sumatera Utara

Bangku = 0,4 m x 0,4 m berjumlah 8 buah = 1,28 m2
Lemari dorong 2 m x 1 m berjumlah 2 buah = 4 m2
Total space = 4,05 + 4,8 + 1,28 + 4= 14,13 m2
Luas area tersedia = 72,5 m2
Allowance = Luas area – total space x 100 % =
Luas area
= 72,5 – 14,13 x 100 % = 80, 51 %
72,5
Kebutuhan luas ruangan = total space x 150 % = 14,13 x 1,5 = 21,2 m2

2. Stasiun pembakaran roti
Mesin pembakar roti 2 m x 1,5 m = 3 m2
Luas daerah operator = 0,9 x 0,9 = 0,81 m2
Meja berukuran 1 x 0,8 = 0,8 m2 .
Total space = 3 + 0,81 = 3,81 m2
Luas area tersedia = 7,5 m2
Allowance = Luas area – total space x 100 % = 7,5 – 3,81 x 100 % = 3,69%
Luas area

7,5

Kebutuhan luas ruangan = total space x 150 % = 3,69 x 150 % = 5,71 m2

3. Stasiun pengolahan adonan roti
Meja berukuran 1 x 0,5 Berjumlah 2 buah = 1 m2
Luas daerah operator 0,9 x 0,9 = 0,81 m2 x 4 = 3,24 m2 .
Total space = 2,75 + 0,8 = 4,24 m2
Luas area tersedia = 12,5 m2

Universitas Sumatera Utara

Allowance = Luas area – total space x 100 % = 12,5 –4,24 x 100 % = 66,08 %
Luas area

12,5

Kebutuhan luas ruangan = total space x 150 % = 4,24 x 150 % = 6,36 m2

4. Gudang bahan baku
Bungkusan karung = 0,4 x 0,4 = 0,24 x 10 = 0,64 m2
Total space = 0,64 m2
Luas area tersedia = 6 m2
Allowance = Luas area – total space x 100 % = 6 – 4,24 x 100 % = 73,33 %
Luas area
6
Kebutuhan luas ruangan = total space x 150 % = 6 x 150 % = 2,4 m2

5. Stasiun penggorengan
Luas Area Operator = (0,9 m x 0,9 m) x 4 = 3,24 m2
Meja berukuran = (0,6 m x 1,5 m) x 2 = 1,8 m2
Total space = 3,24 m2 + 1,8 m2 = 5,04 m2
Luas area tersedia = 7,5 m2
Allowance = Luas area – total space x 100 % = 7,5 – 5,04 x 100 % = 32,8 %
Luas area

7,5

Kebutuhan luas ruangan = total space x 150 % = 5,04 x 150 % = 7,56 m2

6. Ruang pengembangan/fermentasi roti
Lemari dorong = (0,6 m x 1,5 m) x 2 = 1,8 m2
Total space = 1,8 m2
Luas area tersedia = 5 m2

Universitas Sumatera Utara

Allowance = Luas area – total space x 100 % = 5 – 1,8 x 100 % = 64 %
Luas area

1,8

Kebutuhan luas ruangan = total space x 150 % = 1,8 x 150 % = 2,7 m2

7. Toilet
Ukuran toilet = 1 x 1,5 = 1,5 m2
Luas area tersedia = 1,5 m2
Allowance = Luas area – total space x 100 % = 1,5 – 1,5 x 100 % = 0 %
Luas area

1,5

Kebutuhan luas ruangan = total space x 150 % = 1,5 x 150 % = 2,25 m2

8. Ruang Sholat
Ukuran ruang Sholat = 4 m x 2,5 m = 10 m2
Total space = 10 m2
Luas area tersedia = 10 m2
Allowance = Luas area – total space x 100 % = 10 – 10 x 100 % = 0 %
Luas area

10

Kebutuhan luas ruangan = total space x 150 % = 10 x 150 % = 15 m2

9. Ruang pengawas
Meja berukuran = 1 m x 0,5 m = 0,5 m2
Bangku berukuran = 0,4 m x 0,4 m = 0,16 m2
Total space = 0,66 m2
Luas area tersedia = 3 m2
Allowance = Luas area – total space x 100 % = 3 – 0,66 x 100 % = 78 %

Universitas Sumatera Utara

Luas area

0,66

Kebutuhan luas ruangan = total space x 150 % = 0,66 x 150 % = 4,5 m2

5.3.5.2. Space Relationship Diagram
Space relationship diagram alternatif 1 dapat ditunjukkan pada Gambar 5.9.

4

3

1

8

5

7

9

6

2
SIMBOL

KETERANGAN
A
E

10

I
O
none

U
X

Gambar 5.9. Space Relationship Diagram Alternatif 1
Sumber : Hasil Pengolahan Data

Universitas Sumatera Utara

Space Relationship Diagram Alternatif 2 dapat dilihat pada Gambar 5.10.

1

7

3

4

5

8

10

SIMBOL

KETERANGAN
A
E

9

6

2

I
O
none

U
X

Gambar 5.10. Space Relationship Diagram Alternatif 2
Sumber : Hasil Pengolahan Data

Space Relationship Diagram alternatif 3 dapay dilihat pada Gambar 5.11.

10

4

3

8

5

1

7
SIMBOL

KETERANGAN
A

9

E
6

2

I
O
none

U
X

Gambar 5.11. Space Relationship Diagram Alternatif 3
Sumber : Hasil Pengolahan Data

Universitas Sumatera Utara

5.3.5.3. Pertimbangan Modifikasi dan Batasan Praktis
Batasan praktis dalam perancangan layout adalah pola aliran material
dan jarak material handling.

5.3.5.4. Perancangan Alternatif Layout
Perancangan Layout yang dibuat menggunakan Google Sketchup 2016.
Gambar 2D dan 3D layout Syahfira Bakery and Cake dari google sketch up dapat
ditunjukkan pada Gambar 5.12.

Gambar 5.12. Layout Awal 2 Dimensi
Gambaran Layout Awal dalam bentuk 3 Dimensi dapat ditunjukkan pada
Gambar 5.13.

Universitas Sumatera Utara

Gamb
ar 5.13. Layout Awal dalam Bentuk 3 Dimensi

Perencanaan Layout baru dilakukan dengan menggunakan metode
Systematic Layout Planning dengan langkah – langkah yang sistematis. Gambar
Layout baru alternatif 1 ditunjukkan pada Gambar 5.14 dan Gambar 5.15.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 5.14. Layout Alternatif 1 2 Dimensi

Gam
bar 5.15. Layout Alternatif 1 3 Dimensi

Universitas Sumatera Utara

Perancangan layout baru alternatif 2 ditunjukkan pada Gambar 5.16 dan
Gambar 5.17.

Gambar 5.16. Layout Alternatif 2 2 Dimensi

Gambar 5.17. Layout Alternatif 2 3 Dimensi
Perancangan layout baru alternatif 3 ditunjukkan pada Gambar 5.18 dan
Gambar 5.19.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 5.18. Layout Alternatif 3 2 Dimensi

Gambar 5.19. Layout Alternatif 3 3 Dimensi

5.3.6.

Perhitungan Jarak Material Handling
Perhitungan Jarak Material Handling mengunakan metode aisle distance yaitu

pengukuran jarak secara aktual dengan jarak yang diukur adalah jarak material
handling-nya. Perbandingan layout dapat ditunjukkan pada Gambar 5.20, Gambar 5.21,
Gambar 5.22, dan Gambar 5.23.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 5.20. Jarak Material Handling Layout Awal

Gambar 5.21. Jarak Material Handling Layout Alternatif 1

Universitas Sumatera Utara

Gambar 5.22. Jarak Material Handling Layout Alternatif 2

Gambar