Metafora Melayu klasik dalam hikayat Abdullah Chapter III VI

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini dapat dikategorikan ke dalam jenis penelitian
dengan menggunakan metode analisis isi (content analysis). Analisis isi adalah
penelitian yang bersifat pembahasan mendalam terhadap isi suatu informasi
tertulis atau tercetak dalam media massa. Analisis ini biasanya digunakan pada
penelitian kualitatif. Analisis isi berusaha memahami data bukan sebagai
kumpulan peristiwa fisik, tetapi sebagai gejala simbolik untuk mengungkap
makna yang terkandung dalam sebuah teks, dan memperoleh pemahaman
terhadap pesan yang direpresentasikan. Sesuai tujuannya, maka metode Analisis
Isi menjadi pilihan untuk diterapkan pada penelitian ini dengan isi sebuah teks
(Bell, 2001:13).
Ada beberapa definisi mengenai analisis isi. Analisis isi secara umum
diartikan sebagai metode yang meliputi semua analisis mengenai isi teks, tetapi di
sisi lain analisis isi juga digunakan untuk mendeskripsikan pendekatan analisis
yang khusus. Metode analisis isi adalah suatu teknik untuk mengambil
kesimpulan dengan mengidentifikasi berbagai karakteristik khusus suatu pesan
secara objektif, sistematis, dan generalis. Objektif berarti menurut aturan atau
prosedur yang apabila dilaksanakan oleh orang (peneliti) lain dapat menghasilkan
kesimpulan yang serupa (Asa, 1991). Sistematis artinya penetapan isi atau

kategori dilakukan menurut aturan yang diterapkan secara konsisten, meliputi
penjaminan seleksi dan pengkodean data agar tidak bias. Generalis artinya
penemuan harus memiliki referensi teoretis. Informasi yang didapat dari analisis

70

isi dapat dihubungkan dengan atribut lain dari dokumen dan mempunyai relevansi
teoretis yang tinggi.
Definisi lain dari analisis isi yang sering digunakan adalah: research
technique for the objective, systematic and quantitative description of the manifest
content of communication (John W., 2003).
Analisis isi harus dibedakan dengan berbagai metode penelitian lain di
dalam penelitian tentang pesan, yang sifatnya meneliti pesan yang latent
(tersembunyi), kualitatif dan prosedurnya berbeda. Analisis isi yang termasuk di
dalammessage content analysis memiliki karakter sebagai berikut: quantitative,
fragmentary, systematic, generalizing, extensive, manifest meaning, dan objective.
Sementara itu, structural analysis of texts, di mana semiotika termasuk di
dalamnya, memiliki karakter sebagai berikut: qualitative, holistic, selective,
illustrative, specific, latent meaning, dan relative to reader (Klaus, 1991).
Analisis isi dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis bentuk teks

hikayat Abdullah bersifat buku dokumentasi. Alasan menggunakan analisis isi
dalam penelitian ini berkaitan dengan :
a. Data yang tersedia sebagian besar terdiri atas bahan-bahan yang
terdokumentasi (buku, surat kabar, pita rekaman, naskah/manuscript).
b. Ada keterangan pelengkap atau kerangka teori tertentu yang menerangkan
tentang dan sebagai metode pendekatan terhadap data tersebut.
c. Adanya metode pengolahan bahan/data-data yang dikumpulkan, dan
d. Adanya kemampuan akademik peneliti menggunakan bahasa Melayu
Klasik.

71

3.2 Data dan Sumber Data
Data kualitatif berbentuk deskriptif, berupa kata-kata lisan maupun tulisan
tentang tingkah laku manusia yang dapat diamati (Taylor dan Bogdan, 1984).
Data kualitatif dalam penelitian ini merupakan:
(1) Hasil pengamatan: uraian rinci tentang situasi, kejadian, interaksi, dan
tingkah laku yang diamati dalam teks hikayat Abdullah;
(2) Kutipan langsung dari pernyataan penganalisis terdahulu dan pemerintah
setempat, pengalaman, sikap, keyakinan, dan pemikiran Abdullah Bin

Abdul kadir Munsyi dalam periode tahun 1796 – 1854;
(3) Bahan tertulis: petikan atau keseluruhan dokumen, surat-menyurat,
rekaman, dan kasus sejarah.
Dalam pengumpulan data, unsur nomor tiga di atas yang digunakan.
Sumber data dalam penelitian ini adalah buku dengan judul Hikayat Abdullah
yang ditulis oleh Abdullah bin Abdul Kadir Munsji (1953 – diterbitkan lagi
dengan anotasi R.A. Datoek Besar dan Dr. R. Roolvink, Jakarta/Amsterdam:
Djambatan). Data yang dianalisis berupa petikan satuan lingual berupa kata,
phrasa, klausa dan kalimat yang terdapat pada sumber data yang mengandung
unsur metafora. Pada prinsipnya, apapun yang tertulis dapat dijadikan sebagai
data dan dapat diteliti dalam analisis isi.

3.3 Tahapan Penelitian
Penelitian ini mengikuti metode analisis isi, dengan tahapan sebagai
berikut:

72

(1)


menentukan unit analisis (misalnya jumlah teks yang ditetapkan
sebagai kode),

(2)

menentukan kode sampling,

(3)

menentukan variabel dan menyusun kategori pengkodean, dan

(4)

mengklasifikasikan dan menganalisis.

Tahapan penelitian itu dapat diilustrasikan dalam bagan di bawah ini:
Metafora Melayu
Klasik

Kategorisasi menentukan unit

analisis (misalnya jumlah teks yang
ditetapkan sebagai kode)

Variabel-Variabel
(menentukan sampling)

Klasifikasi
(menentukan variabel dan menyusun
kategori pengkodean)

Reliabilitas

Menarik kesimpulan
data yang akan
dianalisis

Validitas

Bagan 3.1. Tahapan Penelitian
Proses mengkodekan isi dengan menentukan variabel (variables) dan nilai

(values). Sebuah variabel isi adalah macam-macam dimensi (ukuran, jangkauan,

73

Range warna, posisi dalam sebuah halaman teks). Sebuah variabel terdiri atas
nilai-nilai (values) yang dapat disubstitusikan satu sama lain karena nilai-nilai
tersebut mempunyai kelas yang sama. Nilai yang didefensisikan dalam stiap
variabel sebaiknya juga saling ekslusif dan mendalam. Hasil kuantitatif dari
Analisis isi berupa perbandingan (comparison) dan tabulasi silang (cross
tabulations) yang digunakan untuk menguji eksplisitas/ ketegasan hipotesis
komparatif, serta kualifikasi kategori-kategori dari manifestasi wujud/isi.

3.4 Reliabilitas dan Validitas Analisis Isi
Pendekatan kuantitatif mensyaratkan suatu penelitian, termasuk metode
Analisis Isi, memiliki keandalan (reliability) dan kesahihan (validity) yang baik.
Analisis Isi adalah suatu teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi
(kesimpulan) yang dapat diulang

(replicable) dan sahih data dengan


memperhatikan konteksnya. Tingkat keandalan (reliability) metode Analisis Isi
mengacu pada tingkat konsistensi yang ditampilkan oleh satu atau lebih pengkode
(coders) dalam mengklasifikasi isi menurut nilai tertentu dalam variabel spesifik.
Reliabilitas dapat didemonstrasikan dengan mengkaji hubungan antara penilaian
dari sampel yang sama untuk butir yang relevan, oleh pengkode yang berbeda
(inter-coder reliability), atau oleh pengkode yang sama dalam saat yang berbeda
(infra-coder reliability). Untuk mencapai tingkat reliabilitas (kepercayaan) yang
tinggi, peneliti harus,
(i)

mendefinisikan variabel dan nilai secara jelas dan tepat dan menjamin
bahwa semua pengkode dapat memahami definisi ini dalam cara yang
sama.

74

(ii)

melatih pengkode dalam menerapkan kriteria terdefinisi untuk setiap
variabel dan nilai.


(iii) mengukur konsistensi inter-coder di mana dua atau lebih pengkode
menerapkan

kriteria

(definisi-definisi)

dengan

menggunakan

kumpulan contoh serupa.
Dalam penelitian ini, analisis isi tidak berpotensi untuk menunjukkan
bagaimana pengamat memahami atau menilai apa yang mereka lihat atau dengar.
Analisis Isi hanya menunjukkan apa yang diberikan prioritas atau dianggap
penting dan apa yang tidak. Tingkat validitas pada Analisis Isi ditentukan oleh
penarikan kesimpulan dan kesesuaian dengan teori yang berlaku. Jika reliabilitas
merujuk pada konsistensi internal dari metode Analisis Isi, maka validitas
merujuk pada konsistensi eksternal dari keseluruhan riset atau teori yang terkait.

Analisis Isi bisa menyajikan deskripsi dimensi-dimensi kuantitatif dan
representasi suatu teks. Metode ini dapat digunakan untuk menyajikan peta latar
belakang (background-map)dari representasi teks itu. Setelah menggunakan
Analisis Isi, (Bell, 2001: 24) menyarankan peneliti dapat menginterpretasikan teks
dengan metode kualitatif, seperti metode Semiotik atau interpretasi teks
individual.

3.5 Prosedur Analisis
Prosedur analisis metafora yang dilakukan dalam disertasi ini dapat dilihat
pada Bagan 3 berikut ini.

Pada Bagan tersebut, lambang-lambang tertentu

digunakan sebagai arah pejelasan makna alur tahapan proses di dalamnya. Tanda
panah horizontal menunjukkan tahapan dan pembagian prosesyang dilakukan dari

75

mulai


awal

ditentukannya

topik

penelitian

hingga

diperoleh

jawaban

permasalahan yang telah dirancang. Untuk mendapatkan jawaban pertanyaan
permasalahan penelitian diperlukan teori yang tepat agar jawaban yang diperoleh
sesuai dengan yang diinginkan. Bagan 3.1 mengenai alir penelitian dapat dilihat di
bawah pada akhir bab ini.

3.6 Metode Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian metafora dalam Hikayat Abdullah
dilakukan dengan memotret dan memaparkan apa adanya sesuai denga sifat dan
karakteristik metafora didasarkan teori Kovecses (2006) dan Parera (1997).
Langacker (2008), Lakoff dan Johnson (1980). Hal itu berarti penekanan analisis
sesuai dengan tujuan penelitian bertumpu pada cara memandang temuan data
metafora pada sumber data sebagai ciri utamanya dan tidak mempertimbangkan
benar atau salah struktur bahasanya.
Setelah pencatatan, kemudian dilakukan dengan beberapa langkah kerja
menganalisis dengan menggunakan beberapa teknik, antara lain:
(1) memilih dan menentukan data penelitian yang sesuai dari sejumlah data
yang sudah dikumpulkan untuk dijadikan objek penelitian
(2) menentukan jumlah data metafora yang terdapat di sumber data untuk
dianalisis
(3) mentranskripsikan data
(4) menerjemahkan BS ke BT secara harafiah
(5) menentukan data metafora untuk bahan analisisnya,
(6) menganalisis data sesuai dengan tujuan, serta

76

(7) menyimpulkan hasil temuan.
Bilamana jumlah data sumber terbatas dimungkinkan sebuah data
digunakan sebagai objek pada dua analisis, baik pada bentuk, fungsi, dan makna
maupun untuk analisis makna.
Dalammenganalisis

metafora

pertama

sekali

dilakukan

adalah

mengidentifikasi semua kalimat dalam teks yang mempunyai muatan metafora.
Kalimat-kalimat tersebut didaftarkan kemudian dikelompokkan sesuai dengan
jenis dan tipenya. Kemudian tiap-tiap kelompok metafora tersebut dianalisis satu
per satu. Sebagai contoh dapat dilihat berikut ini.
1. Dalam hikayat ini peristiwa-peristiwa besar terbayang pada benih-benih yang
disebarkan sebelumnya.[hal.12 baris ke 9]
Kata benih memiliki arti (1) 'biji atau buah di tanaman yang disediakan untuk
ditanam atau disemaikan'; (2) 'bibit atau semaian yang akan ditanam'; (3)
sperma untuk bibit pengembangbiakan'; (4) 'yang menjadi sebab, asal mula'.
Dari empat arti kata benih di atas, tak satupun secara semantis cocok
ditempatkan dalam ujaran (1) tersebut. Metafora jenis ini dapat digolongkan
ke dalam metafora antropomorfik. [benih = metafora antropomorfik]
2. ...maka disuruh oleh raja membaca surat hikajat, karena ia pandai membawa
lagu dan suaranya pun baik. [hal.54 baris ke 2]
Kata hikajatberarti 'karya sastra berisi cerita, baik sejarah maupun cerita
roman fiktif, yang dibaca untuk pelipur lara, pembangkit semangat juang, atau
sekadar untuk meramaikan pesta. Dari makna yang ada kata surat yang
muncul sebelum kata hikajat secara semantis tidak tepat apalagi dikaitkan
dengan lagu dan suara yang baik. Berdasarkan tingkatan kovensionalitasnya,

77

metafora jenis ini dapat digolongkan ke dalam metafora fungsi hikajat=
metafora fungsi.
3.7. Pemeriksaan dan Pengecekan Keabsahan Data
Data mentah berupa hasil penelusuran semua satuan lingual dalam bentuk
kalimat yang terdapat dalam sumber data yang mengandung unsur metafora. Data
tersebut diklasifikasi sesuai dengan jenisnya agar memudahkan penulis dalam
menganalisis. Keabsahan data juga akan dicek ulang agar keabsahannya tidak
diragukan lagi. Dengan cara pemeriksaan dan pengecekan keabsahan data dengan
seksama dan ilmiah maka hasil penelitian yang dilakukan ini memperoleh hasil
penelitian yang memenuhi klasifikasi standar ilmiah.

78

Bagan 3.2: Alir Penelitian
METAFORA MELAYUKLASIK
DALAM HIKAYAT ABDULLAH

Data Penelitian

(1)
Metafora
bercitra yang
terdapat pada
Hikayat
Abdullah?

(2)
Makna yang
tersirat dalam
metafora
HikayatAbdull
ah

(3)
Metafora
bercitra dan
kelompok
yangdominan
yang terdapat
pada Hikayat
Abdullah

(4)
Fitur sintaksis
yang terdapat
pada Hikayat
Abdullah

(5)
Fitur
semantik
yang
terdapat
pada
Hikayat
Abdullah

ANALISIS

Parera (2004)
(1) bercitra antropomorfik,
(2) bercitra hewan,
(3) bercitra abstrak ke
konkret,
(4) bercitra sinestesia atau
pertukarantanggapan/perse
psi indra

Citra Metafora : Makna dan
Dominasinya (Parera , 2004)

Lakoff & Johnson (1980);
Kövecses, (2010);
Langacker, (2008)
metafora konseptual
merefleksikan apa yang
dipersepsikan, dialami, dan
dipikirkan orang tentang
kenyataan dunia

Pembahasan

Fitur Sintaksis dan Fitur Semantik
Metafora Langacker (2008),
Makna kognitif Metafora
Kövecses, (1990, 2000a); dan
Lakoff dan Johnson (1980).

Temuan
Penelitian

Simpulan
79

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1Pendahuluan

Data dalam penelitian ini adalah sejumlah klausa yang terdapat dalam
buku Hikayat Abdullah. Diperoleh sebanyak 195 klausa yang mengandung unsur
metafora. Keseluruhan klausa yang mengandung unsur metafora itu dapat dilihat
pada Lampiran 1 hal ... disertasi ini. Keseluruhan metafora dianalisis dengan dua
pendekatan yaitu (1) metafora sebagai bagian dari bahasa figuratif (makna citradalam kajian sastra) dan (2) metafora sebagai hasil kajian linguistik=semantik
kognitif (makna kognitif) dan konstruksi yang membangun metafora tersebut
(dalam analisis sintaksis).
Sebagai bagian bahasa figuratif yang mengetengahkan makna citra,
metafora yang terdapat pada sumber data penelitian ini diteliti (Hikayat Abdullah)
dengan berfokus pada tiga hal pokok. Ketiga hal tersebut antara lain (1) jenis
citra, (2) makna yang terkandung dalam metafora tersebut, dan (3) jenis citra yang
paling sering muncul dalam wacana itu (analisis 4.1.1.1., 4.1.1.2, dan 4.1.1.3).
Metafora sebagai hasil kajian semantik kognitif menelusuri sebelas fitur makna
kognitif antara lain metafora yang merujuk pada (1) warna; (2) cuaca; (3) perang;
(4) kesehatan; (5) binatang/fauna; (6) makanan; (7) perjalanan/pekerjaan; (8) sifat;
(9) benda/alam/ tumbuhan/flora; (10) bagian tubuh/badan; dan (11) emosi
(marah/senang/sedih). Sementara dari segi konstruksi yang membangun
terciptanya metafora itu diurai secara sintaksis dalam bentuk frasa-frasa (misal (1)

80

Frasa Verba (FV), (2) Frasa Nomina (FN), (3) Frasa Ajektiva (FA), dan (4) Frasa
Depan (FD).

4.1.1 Kelompok Metafora Bercitra

Untuk menjawab permasalahan penelitian yang pertama, yaitu metafora
bercitra apasajakah yang terdapat pada Hikayat Abdullah, diperlukan uraian
sebagai berikut. Pada 2.2.1.2 dinyatakan bahwa metafora dikelompokkan menjadi
empat kelompok, yaitu (1) metafora bercitra antropomorfik, (2) metafora bercitra
hewan, (3) metafora bercitra abstrak ke konkret, dan (4) metafora bercitra sintesa
atau pertukaran tanggapan/persepsi indra. Dari hasil penelitian diperoleh keempat
kelompok metafora tersebut. Berikut ini adalah analisis masing-masing kelompok
metafora Melayu Klasik yang terdapat dalam Hikayat Abdullah.

4.1.1.1 Metafora Bercitra Antropomorfik

Yang dimaksud dengan metafora antropomorfik adalah metafora yang
unsur-unsur kata yang membentuknya menggunakan benda-benda mati yang
keberadaannya disamakan dengan benda hidup atau dalam bentuk lain seperti
suatu gejala semesta. Biasanya para pemakai bahasa ingin membandingkan
kemiripan pengalaman dengan apa yang terdapat pada dirinya atau tubuh mereka
sendiri. Contoh-contoh metafora jenis ini adalah ‘kaki meja’, ‘tangan kursi’,
‘badan jalan’, ‘mata angin’, dan lain sebagainya. Kata benda meja, kursi, jalan,

81

angin sebagai benda mati digambarkan sebagai benda-benda hidup yang memiliki
anggota tubuh seperti kaki, tangan, badan, dan mata.
Dalam Hikayat Abdullah, dapat diidentifikasi metafora kelompok ini.
Uraian berikut ini adalah contoh sebahagian analisis

metafora yang dapat

dikategorisasikan ke dalam metafora bercitra antropomorfik (klausa 1 sampai
dengan 20).

(1) Orang jang bebal jang tiadaberbatu-udjilditangannja,....(data 2)

Klausa (1) mengandung unsur metafora antropomorfik. Verba berbatu-ujil
mempunyai makna dasar ‘mempunyai banyak batu-batuan’ (Pusat Rujukan
Persuratan Melayu (PRPM). Makna berbatu-udjilditangannja yang sebenarnya
adalah ‘di tangannya terdapat banyak batu-batuan’. Dalam konteks metafora,
verba berbatu-udjilditangannja mengalami perubahan makna yaitu ‘mempunyai
peruntungan,’. Sehingga klausa (1) secara metaforis klausa tersebut bermakna
Orang jang bebal jang tiada ‘mempunyai peruntungan.’ Sehingga klausa (1)
secara metaforis klausa tersebut bermakna orang jang bebal jang tiada
‘mempunyai peruntungan.’

(2) Seumpama sebatang buluh berdiri, maka pada sangkanja inilah
sebatangkaju jang baik lagi lurus,......(data 3)

Klausa (2) mengandung unsur metafora antropomorfik, yaitu (i) buluh berdiri.
Buluh bermakna (i) ‘akar’, (ii) ‘sesuatu yang menyerupaibuluh (panjang bulatdan
kosong di dalam), pipa, saluran’(PRPM). Buluh adalah benda mati yang

82

keberadaannya disamakan dengan benda hidup atau dalam bentuk lain seperti
suatu gejala semesta. Oleh sebab itu klausa (2) memenuhi persyaratan metafora
antropomorfik ini. Dalam konteks ini, makna (i) dan (ii) tidak dapat melakukan
kegiatan berdiri seperti yang dilakukan makhluk hidup sehingga makna frasa
buluh berdiri mengalami perubahan secara metaforik yang berarti ‘sesuatu yang
dapat berdiri tegak (meskipun dianggap sulit untuk dilakukan)’.

(3) Maka ia itu turun dari jaman kebawah angin,....(data 11)

Kata

jaman

(zaman)

‘masa’,’ era’, (ii)

(i)

bersinonimdengan ‘jangka

masa’: ‘tempoh’

‘kala’: ‘ketika’, ‘waktu’, ‘masa’(PRPM). Kata jaman

adalah benda mati yang keberadaannya disamakan dengan benda hidup atau
dalam bentuk lain seperti suatu gejala semesta. Oleh sebab itu klausa (3)
memenuhi persyaratan metafora jenis ini. Dari konteks klausa (3) kata jaman
(zaman) masih memiliki korelasi makna yang sama, tetapi tidak tepat untuk
disandingkan dengan frasa kebawah angin. Secara metaforis klausa (3)
bermakna ‘Maka ia itu turun dari masa/waktu tertentu yang tak dapat diingat
lagi’.

(4) Maka ia itu turun dari jaman kebawah angin. Maka bahwasanja adalah
bapaku kepada zaman itu umpamanja seperti seekor tikus jang djatuh
kedalam gedung beras,.......(data 13)
Kata gedung dalam klausa (4) mempunyai dua makna (i) ‘tempat bermesyuarat’;
(ii)

‘gedung

mahkamah’(PRPM).

Gedung

adalah

benda

mati

yang

keberadaannya disamakan dengan benda hidup atau dalam bentuk lain seperti

83

suatu gejala semesta. Oleh sebab itu klausa (4) memenuhi persyaratan
metafora jenis ini. Makna kata gedung dalam konteks klausa (4) tidak
mengalami perubahan makna, yakni bangunan besar untuk berkumpulnya orangorang tertentu. Tetapi dengan adanya kata beras yang mengikutinya maka secara
metaforis menggambarkan jumlah besar (limpahan) beras (sebagai bahan
makanan) dengan konsep gambaran kata gedung yang menunjukkan tempat yang
besar dan luas.

(5) Ku-turut2rupa huruf sedikit2......

(data 20)

Klausa (5) juga mengandung unsur metafora antropomorfik. Kata rupa
mempunyai makna dasar (i) ‘paras: muka, wajah, roman, raut, tampang
muka, air

muka’, (ii)

‘bangun:

bentuk, tokoh’,

dan

(iii)

‘jenis:

macam, bangsa, bagai’ (PRPM). Dari ketiga jenis makna di atas kata rupa selalu
dikaitkan dengan orang atau benda hidup terutama yang menyangkut hal yang
berkaitan dengan bentuk rupanya. Secara metaforis, klausa (5) menunjukkan
rupahuruf bermakna bentuk detil huruf yang dimaksud.

(6) Adapun 'ilmu dan kepandaian itu mendjadi tangga kepada pangkat
kekajaan dan kekajaan itu membawa kepada kebesaran. (data 21)
Nomina tangga pada klausa (6) mempunyai makna dasar
injak, takuk,

takik,

tokek, tubang,

(i) sigai: ‘injak-

jenjang, tangga gerak, eskalator’, (ii)

peringkat: tingkat, taraf, paras, skala, takat’, (PRPM). Tangga adalah benda
mati yang keberadaannya disamakan dengan benda hidup atau dalam bentuk

84

lain seperti suatu gejala semesta. Makna dasar tersebut berubah menjadi ‘alat’
yang menunjukkan fungsi dari nomina tersebut, yaitu yang berkaitan dengan sifat
menaik lebih tinggi. tangga kepada pangkat kekajaansecara metaforis bermakna
bahwa 'ilmu dan kepandaian itu mendjadiatau sebagai alat kepada pangkat
kekajaan dan kekajaan itu membawa kepada kebesaran.
(7) Masing2 adalah dengan harga kejayaannya, jaitu dapat dinilaikan oleh
manusia; (data 22)

Kata harga dalam klausa (7) mempunyai makna dasar (i)

‘bayaran:

belanja,perbelanjaan, kos, caj, tambang, yuran, nilai, tol, kadar’, (ii) ‘faedah:
kualiti mutu, manfaat, guna, kepentingan, erti, makna’(PRPM). Makna kata harga
dalam klausa (7) tidak berkaitan dengan makna dasar tersebut. Oleh sebab itu
klausa ini memenuhi persyaratan klausa bermetafora antropomorfik.

(8) Maka djikalau demikian, bahwa 'ilmu itulah tangganja akan menaiki
segala perkara jang tersebut itu. (data 25)

Sama dengan klausa (6) di atas bahwa kata tangga di sini tidak merujuk pada
bentuk benda tangga, melainkan sebagai ‘alat untuk mencapai posisi yang lebih
tinggi’.
(9) Sebermula, adalah ber-bagai2perkakas hukuman dan sjiksa dalam
tempat mengadji itu sedia,... (data 27)

85

Kata

perkakas

mempunyai

peralatan, kelengkapan, mesin,

arti

dasar

radas,

(i)

‘perkakasan: alat, alatan,

peranti,

jentera’,(ii) ‘perkakasan;

almari, rak buku, kerusi, meja, katil’ (PRPM). Perkakas adalahbenda mati yang
keberadaannya disamakan dengan benda hidup atau dalam bentuk lain seperti
suatu gejala semesta. Oleh sebab itu klausa (9) memenuhi persyaratan metafora
jenis ini. Penggunaan kata perkakas pada klausa (9) di atas secara metaforis
menunjukkan kerasnya hukuman dan siksa.
(10) Karena berpikirlah tuan2, maka djikalau kiranja ada benihjang
demikian telah tertjampak barang dimana...(data 30).

Makna dasar kata benih adalah (i) ‘biji daripada buah kecil (seperti padi dan
lain-lain) yang akan ditanam, bibit: padi yang baik itu disimpan untuk dijadikan
benih’; (ii) ‘ benda yang akan menjadi benda hidup (tumbuh): sperma atau benih

jantan; benih cacar’; (iii) punca, sumber: pelajaran ialah benih kemajuan; (iv).
keturunan daripada: benihorang bangsawan; (v) ‘ sesuatu (perasaan, keadaan,
dan lain-lain) yang baru mula wujud atau timbul dan mempunyai kemungkinan
untuk berkembang dan sebagainya, bibit: benihkemesraan; benihyang baik tak
memilih tanah = jika asal benihyang baik jatuh ke laut menjadi pulau prb orang
yang berketurunan baik ke mana pun perginya akan baik juga jadinya; asal
ditugal adalah benih(peribahasa) tidak usah disusahkan, tidak akan ada orang
yang menolong dalam mengerjakan pekerjaan yang baik’(PRPM).

86

(11) Maka dalam sedikit hari demikian itu, maka tiba2petjahlah chabar
dalam Malaka mengatakan Inggeris (data 31)
Kata petjah (pecah) memiliki arti dasar (i) cerunyas : pecah-pecah, hancur: ia
menggigit-gigit pangkal cerutunya yang memang telah ~. (ii) ripuk : patah,
pecah-pecah (remuk), rosak; runtuh ~ hancur sama sekali. Merekah, pecahpecah (buah-buahan, kulit, dan lain-lain); mencekah 1. = bercekah; 2.
Memecahkan (dengan mengapit kedua-dua belah tangan): ~. (iii) cekah : buah
manggis; 3. Melebarkan (membuka) sudut (kangkang dan lain-lain), membelah,
menguakkan: cekahlah tulang itu dan dedahkan alat-alat pembiakannya; ~ buah
durian, dan (iv) rabik : pecah, robek (di tepi), cabik-cabik, rabak; carik ~ =
robak-~ koyak-koyak (pecah-pecah); rabit(PRPM).
Dari makna yang ada, kata petjah umumnya untuk benda padat, seperti
buah, kain, dan cerutu. Pada klausa (11) kata petjah diperuntukkan benda abstrak
(chabar).

(12) Setelah satu muka kitab itu kubatja maka kemudian dari pada itu
Kubatjalah....(data 37)

Makna dasar kata muka adalah (i) rupa : rautan muka, paras muka, roman muka,
tampang; (ii) wajah : 1. Air muka, muka paras, roman muka: ~ ibunya di rumah
mula terbayang; ~nya sungguh-sungguh menyenangkan; 2. Keadaan luaran
(seperti pemandangan dan lain-lain), rupa atau keadaan (sesuatu) sebagaimana
yang dapat dilihat: ~ kampung itu sudah berubah sekarang; sekiranya itu dapat
memberikan nafas serta ~ baru, ia pasti menggembirakan; (iii) hadap : 1.

87

Bahagian sebelah muka, muka, depan: wang tembaga zaman dahulu sama
sahaja ~ belakangnya; seratus penjajap di kanan, seratus penjajap di kiri, seratus
penjajap di ~, seratus penjajap di belakang; 2. Arah atau hala tujuan; hidupnya
sekarang satu ~ sahaja hidupnya menuju satu tujuan (jurusan) sahaja; tak tentu ~
a) tak tentu arah tujuan; b) tidak berbuat sesuatu apa pun; semua pendapat
mereka satu ~ sahaja satu sahaja, dan lain-lain (PRPM).
Pada klausa (12) kata

muka dalam muka kitab dinyatakan sebagai

metafora jenis antrifomorfik karena umumnya muka lebih cenderung bermakna
wajah manusia.

(13) Tuan, sahaja makan gadji bukannja mau buat salah. (data 41)

Verba makan bersinonim dengan (i)

santap: menjamah, merasa, meratah,

membaham, mencaruk, melahap, membedal, menyental, membalun, membantai,
menggasak, menalak, mengisi perut, menyekang perut, memamah, menggigit,
mengerkah, mencatuk, meragut, mengganyang, mendahar, menjilat; (ii) tembus :
telap, lut, mempan, kena, ayap, masuk; (iii) Dalam konteks nasihat, kata makan
bermakna menerima, mengikut, menurut, mendengan, mematuhi, mentaati
(PRPM).
Dalam konteks klausa (13) kata makan tidak bersinerji dengan kata gaji
yang bermakna upah yang tetap atau bayaran yang tetap untuk suatu pekerjaan.
Kata makan lebih sering digunakan dalam kegiatan yang berhubungan dengan
bahan makanan. Oleh sebab itu makan gadji dalam klausa 13 dapat dikategorikan
sebagai klausa metaforis antropomorfik.

88

(14) Maka apabila masaklah sudah perdjandjian itu, maka baharulah
pulang ke Malaka(data 43)

Kata ajektiva masak mempunyai makna dasar (i) dalam konteks buah bermakna
tua, matang, ranum; (ii) dalam konteks daging bermakna empuk, lembut, lunak;
(iii) dalam konteks usia bermakna berpengalaman, tua, berumur, dewasa, tua
(PRPM). Dalam konteks klausa (14) frasa masaklah sudah perjanjian itu dapat
dikatakan sebagai metafora berjenis antropomorfik karena kata masaklah tidak
lazim dalam konteks tersebut.

(15) Tuan dan lagi sahaja inipun waris djuga akan tempat ini. (data
45)
Kata waris yang berasal dari bahasa Arab bersinonim dengan (i) penama :
penerima harta, penerima pusaka, anggota keluarga, darah daging, adik
beradik, sanak saudara, kemanakan; (ii) pejaga : pengasuh, penyelenggara,
pemelihara (PRPM). Waris djuga akan tempat ini dalam klausa (15) dapat
dikatakan sebagai metafora karena adanya perubahan makna dari kata waris
tersebut.

(16) Adapun dahulunja tempat itu busung pasir, jaitu pasir
bertimbun.....(data 51)
Katabusung mempunyai makna (i) gembung perut (kerana penyakit): penyakit ~;
(ii) gembung kerana penuh berisi (air dan lain-lain): buah dada gadis itu ~;
kepala ~ kepala menjadi besar kerana berisi air; ~ air penyakit busung kerana
perut berisi air; ~ darah penyakit busungkerana tidak datang bulan; ~ kencing

89

busung kerana penyakit pd gelembung kencing; ~ muka muka bengkak (bakup);
membusung 1. Menjadi busung, menggembung: perutnya ~ akibat penyakit
itu(PRPM).
Pasir adalahbenda mati yang keberadaannya disamakan dengan benda
hidup atau dalam bentuk lain seperti suatu gejala semesta. Oleh sebab itu klausa
(16) memenuhi persyaratan metafora jenis ini. Kata busunglebih kerap dipakai
untuk hal yang berkaitan dengan penyakit yang disebabkan oleh berisinya rongga
tubuh dengan cairan. Oleh sebab itu busung pasir dapat dikatakan sebagai
metafora karna kata busung itu sendiri tidak tepat diikuti dengan kata pasir
sebagai benda padat yang tak berongga.

(17) Musim Bugis datang.....(data 53)

Kata musim dalam klausa (17) di atas mempunyai arti dasar ‘masa’, ‘waktu’,
‘tempoh’, ‘jangka masa’, ‘jangka waktu’(PRPM). Meskipun salah satu makna
kata musim adalah ‘waktu’, namun dalam konteks musim Bugis datang lebih
mengarah pada makna emosi yang dapat diinterpretasikan ‘senang’ dan bisa juga
‘tidak senang’ atas kedatangan suku Bugis tersebut. Oleh sebab itu bentuk
tersebut di atas dapat dikategorikan sebagai metafora.

(18) Ia datang kemari mengambil-ambil angin; seribu dokter di
sebelah sini boleh sama dengan dia,....... karena dia sangat pandai,
banjak kerja ajaib-ajaib dia sudah buat (data 100/120)

Kata mengambil-ambilberasal dari kata dasar ambil yang bermakna (i) pegang:
mengambil

= (1) memegang sesuatu lalu membawa atau mengangkatnya;

90

memungut sesuatu yang ada di bawah: Ia membongkok lalu ~ buku yang di
atas lantai itu; (2) menggunakan sesuatu kepunyaan orang (dengan kebenaran
ataupun tidak: Kalau aku tidak silap, adikmulah yang ~ topi kamu tadi; (3)
memerlukan; memakan: Kerja itu akan ~ masa dua bulan; (4) mendapatkan
sesuatu (seperti sukatan, bacaan) dengan menyukat atau dengan mengukur:
Ketika aku terlantar di rumah sakit dahulu, jururawat datang ~ suhu badanku
dua kali sehari; (5) menerima orang untuk bekerja dan sebagainya: Firma
tersebut akan ~ beberapa orang pekerja baru pada tahun hadapan. ~ anak
menerima dan membela anak orang sebagai anak sendiri. ~ angin keluar
bersiar-siar untuk menyedut udara nyaman. ~ bahagian turut menyertai
sesuatu perkara. ~ berat memberi perhatian dengan sunguh-sungguh;
mempedulikan. ~ gambar membuat gambar dengan kamera. ~ hati memikat
hati. ~ ingatan membuat sebagai peringatan. ~ keputusan membuat keputusan.
~ kesempatan (peluang) menggunakan sesuatu kesempatan atau peluang. ~
langkah a. mula melangkah (berjalan). b. mula bertindak. ~ peperiksaan
(ujian) menyertai sesuatu peperiksaan atau ujian. mengambilkan mengambil
utk: Ia ~ anaknya makanan yang tersimpan di dalam almari itu. ambilan yang
diambil. pengambilan perbuatan atau hal mengambil. pengambil orang atau
pihak yang mengambil(PRPM). Mengambil-ambil bermakna melakukan
kegiatan di atas berulang-ulang. Angin adalahbenda mati yang keberadaannya
disamakan dengan benda hidup atau dalam bentuk lain seperti suatu gejala
semesta. Oleh sebab itu klasa (18) memenuhi persyaratan metafora jenis ini.

91

Kegiatan mengambil atau kegiatan dengan menggunakan verba (1) sampai
dengan (5) di atas tidak dapat dilakukan untuk benda angin sebagai benda
tanpa wujud (gas). Oleh sebab itu mengambil-ambil angindapat dikatakan
sebagai metafora.

(19) Maka sangka jang demikian itu sekali-kali tiada betul, karena ia
belum mengetahui jalan bahasa Melaju dan belum ia termasuk
kedalam belukar bahasa Melaju itu (data 117)

Kata belukar bermakna dasar(i)‘tanah yang ditumbuhi pokok-pokok kecil, hutan
kecil; hutan ~ hutan kecil; (ii) peribahasa: (1) ~ sudah menjadi rimba ‘kesalahan
yang tidak dapat diperbaiki lagi’; (2) bersesapan ~ ‘pekerjaan yang tidak
sempurna’(PRPM). Kata belukar dalam konteks klausa (19) berubah maknanya
dari makna dasar yang dimilikinya. Oleh karenanya, belukar bahasa Melaju
dikatakan sebagai metafora.

(20) Setelah sampai muka hutan itu kubatja jampi maka kemudian dari
pada itu Kugegas masuk.... (hal. 122)
Makna dasar kata muka adalah (i) rupa : rautan muka,

paras muka, roman

mujka, tampang; (ii) wajah : air muka, muka paras, roman muka:~ ibunya di
rumah mula terbayang;~nya sungguh-sungguh menyenangkan; 2. Keadaan
luaran (seperti pemandangan dan lain-lain), rupa atau keadaan

(sesuatu)

sebagaimana yang dapat dilihat:~ kampung itu sudah berubah

sekarang;

sekiranya itu dapat memberikan nafas serta ~ baru, ia pasti menggembirakan;

92

(iii) hadap; 1. Bahagian sebelah muka, muka, depan: wang tembaga zaman
dahulu sama sahaja ~ belakangnya; seratus penjajap di kanan, seratus penjajap
di kiri, seratus penjajap di~, seratus penjajap di belakang; 2. Arah atau hala
tujuan; hidupnya sekarang satu ~ sahaja hidupnya menuju satu tujuan (jurusan)
sahaja; tak tentu ~ a) tak tentu arah tujuan; b) sahaja hidupnya menuju satu
tujuan (jurusan) sahaja; tak tentu ~ a) tak tentu arah tujuan; b) tidak berbuat
sesuatu apa pun; semua pendapat mereka satu ~ sahaja satu sahaja, danm lainlain (PRPM).
Padakalimat (12) kata muka dalam muka hutan

dinyatakan sebagai

metafora jenis antrifomorfik karena umumnya muka lebih cenderung bermakna
wajah manusia.

(21) Bunji suara Keling bagai petir berteriak,.....(data 125)
Kata keling bermakna (i) slang: panggilan bagi orang (pedagang, pelayar) yang
berasal dari Kalinga dan Telingana yang datang ke Tanah Melayu seawal abad
ke-3: adapun pada masa itu Holanda dan orang Cina dan orang ~ pun semuanya
datang persembahkan segala permainannya berbagai-bagai rupanya dan
lakunya; (ii) orang India yang beragama Islam; ~ pelikat orang India yang
beragama Islam(PRPM). Apakah faktanya suara orang-orang dari suku tersebut
bagaikan suara petir kalau berteriak, ini masih dipertanyakan.

(22) Maka diamlah aku tiada mau berbantah lagi, tetapi kutaruh dalam
hatiku.(data 126)

93

Kata taruh dalam bahasa Melayu klasik bermakna (3). menaruh menempatkan,
meletakkan, membubuh: tempat ~ basikal; (4). menaruh menyimpan: saya ada ~
satu bungkusan surat kepunyaan saudara saya; ~ beras dlm padi prb menyimpan
rahsia baik-baik; ~ mata melihat, memerhatikan, meng-awasi; ada beras ~ dlm
padi, ada ingat ~ dlm hati prb kalau ada sesuatu cita-cita yang diingin-kan tidak
perlulah dikhabarkan kpd orang sebelum dikerjakan; tidak dapat ~ muka malu
melihat (dilihat) orang(PRPM). kutaruh dalam hatikupada klausa (21) dapat
dikatakan sebagai metafora sepanjang masih ada kata-kata yang tepat bersanding
dengan kata hati misalnya menempatkan atau menyimpan.

(23) Kumulailah diriku berjinak-jinakandengan segala kitab-kitab
jang tersebut namanja dalam risalatku itu(data 127)

Kata jinak dalam bahasa Melayu klasik bermakna 1. tidak liar (buas, garang,
galak, dan lain-lain): binatang yang ~; 2. bp tidak takut-takut (malu-malu, segansegan, dan lain-lain), ramah: perempuan yang ~; 3. Id tidak bersemangat, tidak
revolusioner; ~-~ lalat seseorang yang bercampur dengan orang lain tetapi tidak
begitu rapat atau mesra; ~-~ merpati perempuan yang kelihatannya ramah dan
mudah didapat, tetapi apabila didekati menjauhkan diri; berjinak-jinak 1. =
berjinak-jinakan beramah-tamah, bergaul dengan ramah; 2. ki mengadakan
hubungan (pertalian dan sebagainya) dengan, bermesra: lambat laun mereka
akan mula ~ dengan kedai-kedai lain; semakin hari semakin ramai orang ~
dengan puisi dan madah; menjinaki menegur dengan ramah-tamah, beramahramah dengan; menjinakkan, memperjinak 1. membuat (melatih dan lain-lain)
supaya jinak: sejak zaman purbakala manusia sudah pandai ~ binatang; 2.

94

berusaha supaya menjadi ramah: mereka nampaknya berebut-rebut ~ diri
mereka; kejinakan perihal (sifat atau keadaan) jinak: kami leka dengan ~
burung-burung itu; penjinakan perbuatan (usaha dan sebagainya) menjinakkan
(binatang): mengikut kajian sejarah, ~ binatang yang ada sekarang ini kebanyakannya berlaku di benua Asia dan Eropah; penjinak orang yang menjinakkan
binatang. (PRPM).
Kitab adalah benda mati yang keberadaannya disamakan dengan benda
hidup atau dalam bentuk lain seperti suatu gejala semesta. Oleh sebab itu
klausa (22) memenuhi persyaratan metafora jenis ini. berjinak-jinakandengan
segala kitab-kitab dalam klausa (22) dapat dinyatakan sebagai metafora karena
kata jinak tidak dapat diselaraskan pemakaiannya dengan segala kitab.

(24) dan perihal bagaimana besar dosanja bagi ibu bapak jang
menaruh percintaan dan dukacita dan meratap dengan berbiji sabuk
itu dan jang ada pula berlaku dengan berbagai-bagai kelakuan jang
ditengahkan oleh sjar dan sebagainja. (data 128).

Kata berbiji dalam bahasa Melayu klasik bermakna(1)mempunyai biji. (2)seperti
ada biji; terasa keras seperti biji: Dipegangnya bahagian lengannya yang ~ itu.
Kata sabuk dalam bahasa Melayu klasik bermakna ‘ikat pinggang yang dibuat
daripada kain (sutera dan lain-lain), bengkung: maka diurainya ~nya, diikatkannya pd pinggang Tun Menida sekerat’.(PRPM).
berbiji sabuk pada klausa (23) dapat disebut sebagai metafora karena
makna kata berbiji secara semantis tidak laras dengan kata sabuk.

95

(25) Maka hatikupun tergeraklah hendak pergi ke Singapura (data
129).
Kata

hati

dalam

bahasa

Melayu

klasik

bersinonim

dengan batin,perasaan, jiwa, roh, emosi; dan kata dasar tergerak bermakna
‘bergerak

dengan

tiba-tiba’;

‘telah

digerakkan’:

~

di

hati

timbul

perasaan.(PRPM).
Hati adalah benda mati yang keberadaannya disamakan dengan benda
hidup atau dalam bentuk lain seperti suatu gejala semesta. Oleh sebab itu
klausa (24) memenuhi persyaratan metafora jenis ini. hatikupun tergeraklah
dalam klausa (24) adalah bentuk metafora mengingat berdasarkan makna kedua
kata yang dimaksud dapat digantikan dengan kata dasar ingin.

(26) Kulihat sungguh-sungguh seperti rupa perempuan Inggris, lagi
dengan lemah lembut kelakuannja dan manis mukanjadan
perkataannja. (data 130).

Kata manis dalam bahasa Melayu klasik bermakna (1). rasa seperti rasa gula
atau madu: kuih ini ~ seperti gula; (2). sangat menarik (muka, percakapan,
perawakan, senyuman, dan lain-lain), lemah lembut serta peramah: gadis itu
tidak cantik tetapi ~; tutur bahasanya ~; senyum ~; (3). cantik, elok, molek,
mongel (gadis, benda, dan lain-lain): gadis itu memang ~; (4). panggilan utk
gadis (wanita) yang cantik manis: ia mendekati si ~ itu tanpa segan-segan lagi;
(5). sopan, beradab (kelakuan, gerak-geri, dan lain-lain): jangan buat begitu,
nanti tak ~ dipandang orang; (6). ki dlm berbagai-bagai erti bermaksud nyaman

96

(senang, mewah, dan lain-lain): bagaimana pula dapat aku hidup ~ dengan orang
yang demikian?(PRPM).
Kata muka bermakna (1) bahagian kepala di sebelah hadapan dr dahi
hingga ke dagu: ~nya penuh dengan jerawat. air ~ a. rupa muka. b. maruah. (2)
bahagian yang di hadapan; sebelah hadapan: Ia pergi ke pintu ~ utk melihat
siapa yang datang. (3) hadapan: Perkara itu telah dibawa ke ~ pengadilan. (4) =
~ surat halaman (buku, makalah dan lain-lain). (5) = permukaan bahagian yang
di sebelah atas bidang yang menutupi sesuatu atau yang di atas sekali: Gunung
Tahan tingginya 2,185 meter atau 7,186 kaki dr ~ laut. (6)yang terdahulu;
pendahuluan; permulaan: wang (duit) ~ wang (duit) yang dibayarkan pd
mulanya; cengkeram. (7)yang akan datang: minggu (bulan, tahun). (PRPM).
Kata perkataan bermakna (1). bunyi atau gabungan bunyi dalam sesuatu
bahasa yang disebutkan atau dituliskan dan sebagainyadengan menggunakan
huruf-huruf utk menyampaikan sesuatu maksud, kata: ~ bahasa Melayu dapat
dieja dengan berpandukan bunyinya; ~ syair berasal daripada bahasa Arab; (2).
kumpulan kata (yang diucapkan dan sebagainya), kata(-kata): pengemis itu
menolak segala ~ dan dugaan orang yang bermuka cengkung itu; dengan ~ lain
dengan kata(-kata) lain; (3). sl cerita, kisah, hal: jikalau dihikayatkan semuanya,
jemulah orang mendengar dia, sebab itulah maka kami pendekkan ~nya. (PRPM).
manis mukanjadan perkataannjadalam klausa (25) tergolong metafora,
selama gabungan ketiga suku kata (manis, muka, dan perkataan) dapat bermakna
ganda, yaitu benar-benar manis muka dan perkataannya atau sebaliknya.

97

(27) serta dengan masjgul hatiku,seolah-olah seperti kaca terhempas di
atas batu,demikianlah remuk redamnja rasa hatiku, orang karam di
laut, aku karam di darat. (data 132)

Kata karam dalam bahasa Melayu klasik bermakna (1). tenggelam (perahu dan
lain-lain): sebelum ~, barang-barang dlm kapal itu dapat diselamatkan; (2).
digenangi (air): kampung itu ~ oleh air bah; ~ berdua basah seorang prb dua
orang yang melakukan kesalahan tetapi seorang yang kena hukum; ~ di laut
habis sekali prb mendapat kesusahan di tempat sendiri, dapat juga meminta
bantuan tetapi kalau di tempat orang, putus bicara; ~ di laut boleh ditimba, ~ di
hati bilakan sudah. (PRPM).
Dari makna (1) dan (2) di atas kata karam tidak laras makna dengan
kata di darat. Oleh sebab itu klausa (26) dapat digolongkan dalam klausa
bermetaforis.

(28) Maka tiba-tiba seperti ajam disambar lang gaib daripada mataku.
(data 133).
Kata gaib

dalam bahasa Melayu klasik bermakna magik’, ‘ ilmu ghaib’

sakti/ghaib. Oleh sebab itu dari makna kata gaib yang ada tidak laras banding
dengan kata berikutnya (daripada mataku). (PRPM).Dengan demikian klausa
(27) dapat dikatakan sebagai klausa bermetafora.
(29) Rumah tanggaku porak parik seperti negeri jang tiada beraja.
(data 135).

98

Frasa rumah tanggaku dalam bahasa Melayu klasik bermakna ‘perihal rumah dan
kehidupan dlm rumah, rumah dengan keluarga yang mendiaminya; berumah
tangga(1). mengurus rumahtangga, berkeluarga: pendapatan dan umurnya
sudah cukup utk dia ~; (2). berkahwin (beristeri atau bersuami): sebelum aku
mati mahulah aku melihat engkau ~ dulu. Kata porak-parik bermakna ‘porak
poranda’(PRPM).. Rumah tanggaku porak parik dalam klausa (28) tergolong
metafora dengan makna ‘hancur berantakan’. (PRPM).

(30) Tambahan pula anakku jang baru jadi itu menangisterciar-ciar
lapar susu dan harta bendakupuninca-bincalah. (data 136).

Dalam klausa (29) terdapat tiga frasa yang bermakna metaforis: (1) anakku jang
baru jadi, (2)menangisterciar-ciar, dan (3)harta bendakupuninca-bincalah.
(1) anakku jang baru jadi, dapat dikatakan metafora karena frasa baru
jadi bermakna ‘berhasil’, ‘berjaja’ (PRPM) tidak laras dipasangkan dengan frasa
verba berikutnya (2) menangisterciar-ciar yang bermakna ‘terpekik-pekik,
terkuak-kuak: anak kecil itu menangis~ kerana lapar susu. (PRPM). Kata incabinca‘bermakna

‘porak-poranda’

(PRPM)..harta

bendakupuninca-bincalah

dalam klausa (29) adalah metafora.

(31) Maka berombak-ombaklah dukacita dalam dadaku serta gelap
gulitalah alam ini pada mataku. (data 138).

Kata berombak-ombak dalam bahasa Melayu klasik bermakna(1) bergulunggulung (bkn air laut). (2)kelihatan seperti ombak (bkn rambut dan lain-lain);

99

berketak-ketak: Rambut gadis itu panjang dan ~. Kata duka citabermakna
‘masyanghul, (berasa) dukacita, susah hati; kesugulan kemasyanghulan,
perasaan dukacita, kesusahan hati. (PRPM).
berombak-ombaklah dukacita pada klausa (30) adalah bentuk
metafora karena tidak ada keselarasan makna denotatif antara makna katakata tersebut.

(32) Maka awanpun mengandunglahhujan, maka tiba-tiba turunlah
hujan jang amat lebat. (data 139).

Kata awan dalam bahasa Melayu klasik bermakna wap air (seakan-akan asap
rupanya) yang berkelompok-kelompok melayang di udara’; ‘mega: ~-gemawan
berbagai-bagai jenis awan. ~ larat a. awanyang kelihatan berpindah-pindah
dibawa angin.(PRPM).Klausa (31) dapat digolongkan klausa bermetaforis selama
frasa awanpun mengandunglahhujan adalah berbentuk metafora.

(33) Maka adalah dengan pikiran jang demikian itu ada barang
sepuluh hari lamanja kurasai tubuhkupun lajulah dan pikirankupun
tiada berketahuan. (data 141).

Kata tubuh dalam bahasa Melayu klasik bermakna‘keseluruhan jasad manusia
atau binatang yang kelihatan (terdiri daripada kepala, badan dan anggota):
makanan yang banyak mengandungi zat perlu utk membina dan menjaga
kesihatan ~; direbahkan ~nya; dan kata laju (layu) bermakna (1). kering dan

100

kecut (daun, bunga, dan lain-lain), tidak berseri atau tidak segar lagi, lisut:
kajang orang kajang berlipat, kajang saya mengkuang ~; (2). ki pucat dan lesu
(orang), tidak bergaya, tidak sihat, merana: gadis tua yang sudah ~; ~ bunga
(barang yang) sudah lama tetapi masih elok (kain dan lain-lain); ~ malap ‘
terlalu letih’; dianjak ~, dibubut (dianggur) mati = diasak (pindah) ~, dicabut
mati perubahan keputusan yang muktamad (tidak dapat diubah-ubah lagi);
melayukan menyebabkan jadi layu (melayurkan, menganggurkan, dan lain-lain):
bilamana bunga itu hendak menjadi putik maka datang sahaja panas matahari ~
bunga itu; layu-layuan 1. sesuatu yang layu; 2. = padi ~ ‘padi yang telah mulai
kering’; kelayuan 1. keadaan layu; 2. = layuan ki kemangkatan (raja). (PRPM).
Dari makna yang diperoleh, kata layu lebih kerap disandingkan dengan
tumbuh-tumbuhan. Oleh sebab itu frasa tubuhkupun lajulah dalam klausa (32)
digolongkan ke dalam klausa bermetafora.

(34) Kemudian lalu akupun belajarlah datang ke Singapura mencari
ikhtiar rumah tempat tinggal. (data 143).

Kata ikhtiar dalam bahasa Melayu klasik bermakna daya usaha yang dilakukan
untuk mencapai sesuatu: Bermacam-macam ~ telah dilakukan tetapi penyakitnya
belum juga sembuh. berikhtiar mencari jalan untuk mendapatkan sesuatu;
berusaha: Kerajaan sekarang sedang ~ untuk menolong petani-petani.
mengikhtiarkan mengusahakan sesuatu supaya berhasil; mencari akal: Mereka

101

berjanji akan ~ pengumpulan wang uatuk membantu pelajar itu meneruskan
pelajarannya. (PRPM).

(35) Adalah seorang sahabatku jang seperti saudaraku menaruh
ingatan dan kenangan akan daku. (data 144).

Kata menaruh dalam bahasa Melayu klasik bermakna(1) meletakkan sesuatu di
sesuatu tempat; menempatkan: Rumah ini tempat ~ barang dagangan. (2)
meletakkan atau menentukan harga: Harga yang ditaruhnya itu terlalu tinggi. (3)
menyimpan wang dalam tabung dan lain-lain; menabung: Murid-murid
digalakkan ~ wang di bank. (4) menambahkan sesuatu pada; membubuh;
menokok: Sesudah ditaruh asam garam, barulah boleh digoreng. (5) mempunyai
perasaan (seperti kasih, sayang): Ada juga yang masih ~ belas kasihan terhadap
nasibnya yang malang itu. (PRPM).
Kata-kata ingatan dan kenangan tidak dapat mengikuti kata verba
menaruh sepanjang makna kata menaruh (1-4 di atas) hanya diikuti oleh kata
benda nyata.

(36) Seperti kerajaan surga dan mulut Allah dan anak Allah(data145).

Kata mulut

dalam bahasa Melayu klasik

bermakna(1). bukaan tempat

mengunyah makanan (tempat lidah dan gigi pada manusia atau binatang): kuman
itu masuk ke dalam tubuh melalui ~ bersama-sama makanan dan air yang diminum;

(2).

ki

sesuatu

yang

rupanya

sepertimulut

(boleh

dianggap

sebagaimulut), lubang, liang: ~ belanga; ~ kubur; (3). ki perkataan, percakapan;

102

banyak ~ banyak cakap, cerewet; ~ bedil lubang laras bedil; ~ berus Kl a) suka
membuka rahsia; b) suka mengeluarkan katakata yang kesat; ~ bisa suka
mengeluarkan katakata yang pedas; ~ busuk nafas berbau busuk; ~ daun lubang
kecil-kecil (untuk pernafasan) pada daun; ~ gatal gemar memperkatakan apa
sahaja; ~ gunung lubang kawah gunung berapi; (PRPM).
Dari makna kata mulut (1-3) di atas penggunaannya tidak tepat kalau
disandingkan dengan kata Allah (zat yang tanpa wujud). Oleh sebab itu klausa
(35) dapat dikatakan klausa bermetaforis.

(37) Pelanduklah lupakan jerat tetapi jerat tiada melupakan
pelanduk. (data 147).

Klausa (36) di atas dalam bahasa Melayu klasik bermakna metaforis yaitu ‘orang
yang menyakiti hati orang lain selalu melupakan perbuatannya, tetapi yang
tersakiti akan mengingatnya seumur hidupnya’(PRPM)..

(38) Kemudian akupun berpegang tangan dengan dia serta berkabarkabar dua tiga patah. (data 149).

Kata berkabar dalam bahasa Melayu klasik bermakna berkata-kata’, ‘bercerita’,
‘memberitahu’: maka ~lah ia kepada anak-anak perahu mengatakan ada perahu
lanun di Tanjung Tujuh; diamlah ia tiada mahu ~ lagi; ia berkhabarkan kpd kami
di dlm mimpi akan rupa Puteri Bungsu itu. (PRPM).dua tiga patah bermakna
‘sekedar’ (PRPM).. Dengan demikian klausa (37) bermakna metaforis.

103

(39) Sehingga tembaga itu menjadi seperti cermin cahajanja. (data
151).

Kata cermin dalam bahasa Melayu klasik bermakna (1) = ~ muka kaca yang
digunakan untuk melihat bayang diri sendiri; kaca muka: Ia membawa bedak,
sisir dan ~ kecil dlm begnya. (2) benda keras yang mudah pecah dan biasanya
jernih, lejas atau lesam dan dapat digunakan untuk membuat penutup tingkap dan
sebagainya; gelas; kaca: Bilik pegawai itu berdindingkan ~. (3) = ~ mata kaca
yang diberi berbingkai dan dipakai untuk menambah daya penglihatan dan
sebagainya; kaca mata. (4) ki sesuatu yang menggambarkan (membayangkan)
keadaan sesuatu. Kata cahaja (cahaya) bermakna

(1) sesuatu (seperti sinar

matahari) yang dapat mewujudkan keadaan terang: ~ matahari. (2) kejernihan
atau seri pada muka. (3) kilauan yang terdapat pd emas, intan, berlian dan lainlain. ~ mata a. sinar pada mata. b. orang yang dikasihi; buah hati. c. anak. ~
muka a. air muka. b. seri pada muka. bercahaya 1 ada atau terdapat cahayanya;
memancarkan cahaya; berkilau: Bulan ~. 2 berseri; jernih: Mukanya ~. 3
bergemerlapan; bersinar-sinar.

Frasacermin cahajanjadalam klausa (38)

bermakna metaforis karena makna bentuk pertama (cermin) dengan bentu kedua
berlebihan (pleonastis). (PRPM).

(40) Maka penuhlah sendi anggotakudengan hairan sebab melihat
hikmat dan kepandaian jang telah dikaruniakan Allah kepada
manusia sebab perhatiannja dan usahanja. (data 154).

104

Kata penuh dalam bahasa Melayu klasik bermakna(1). seluruhnya berisi, tidak
sedikit pun kosong (terluang), pepak: tong itu ~ lagi berisi minyak; bas itu sudah
~; ~ sesak (padat, pepak, ruah, tumpat) sangat penuh;(2) banyak berisi (sesuatu),
banyak mengandungi (sesuatu): kedai itu ~ dengan kain; (3). ki tidak kurang,
cukup: kalau dia sudah sembuh, dia akan mendapat gaji ~; markah ~; sijil ~; (4).
banyak (ramai) sekali. Kata sendi bermakna (1) = ~ tulang, = persendian
bahagian tempat ruas-ruas tulang berhubung antara satu dengan yang lain:
Segenap

~nya

terasa

sakit-sakit.(2)

=

persendian

bahagian

tempat

bersambungnya dua benda; sambungan pada sesuatu yang dapatdilipat-lipat;
engsel.Sendi tidak bisa diisi dengan heranyang bermakna (1). berasa pelik atau
ganjil ketika melihat atau mendengar sesuatu, takjub, kagum: ~ saya melihat
orang-orang buta di situ menganyam bakul dengan berbagai-bagai bentuk dan
corak; (2). aneh, ajaib, pelik, ganjil: ~ sungguh, mesin itu dapat memberi
jawaban kepada masalah itu dengan begitu pantas; ~ bin ajaib aneh sekali,
sungguh aneh; menghairani berasa hairan terhadap, mengagumi. (PRPM).Oleh
karena itu, klausa (39) dapat digolongkan pada klausa bermetaforis.

(41) Encik, karangkan akan segala penglihatan kita tadi dengan bahasa
Melaju, supaja boleh diketahui oleh orang-orang Melaju. Maka
tatkala itu terganggu mulutku, kataku; I