T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan Video Dokumenter Kearifan Lokal Nelayan Karimunjawa T1 Full text

Perancangan Video Dokumenter Kearifan Lokal Nelayan
Karimunjawa
Artikel Ilmiah

Peneliti :
Andre Riski Gunawan (692011025)
Martin Setyawan, S.T., M.Cs.

Program Studi Desain Komunikasi Visual
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga

1. Pendahuluan
Kearifan lokal adalah kebenaran yang telah mentradisi dalam suatu daerah dan
terbentuk sebagai keunggulan budaya masyarakat setempat dan menjadi identitas
masyarakat. Indonesia merupakan negara dengan keragaman suku dan budaya,
beragam suku disetiap daerah di Indonesia memiliki kearifan lokal dan tradisi
yang berbeda [1]. Eksplorasi secara mendalam praktek pranatamangsa yang
selama ini hidup pada masyarakat akan dapat mengungkapkan konsep dan
pemikiran yang terkandung di dalamnya. Persoalan menjadi sangat penting ketika

pada kenyataannya sebagian besar petani dan nelayan masih menggunakan
pranatamagsa sebagai pedoman dalam bekerja.
Di Kepulauan Karimunjawa memiliki kearifan lokal yang disebut dengan ilmu
titen. Ilmu titen digunakan nelayan utuk memprakirakan cuaca dan menangkap
ikan. Setiap akitifitas nelayan di Karimunjawa bergantung pada ilmu titen karena
ilmu titen akan menggambarkan kondisi fenomena alam di Karimunjawa sebelum
nelayan melaut. Kepulauan Karimunjawa memiliki empat musim atau mangsa.
Musim pertama adalah musim angin barat yang dimulai pada akhir bulan
desember sampai dengan awal bulan maret. Musim pancaroba timur adalah saat
dimana terjadi perubahan dari musim angin barat ke angin timur yang terjadi pada
pertengahan maret hingga akhir mei. Angin timur akan mulai berhembus pada
akhir bulan mei sampai dengan awal bulan september. Musim terakhir adalah
musim pancaroba barat yang dimulai pada awal bulan september sampai dengan
bulan akhir agustus Dari penelitain awal yang dilakukan, pengetahuan kearifan
lokal mengenai prakiraan cuaca mulai luntur pada nelayan muda di Karimunjawa.
Jika nelayan muda tidak menguasai pengetahuan kearifan lokal akan berdampak
kepada hasil penangkapan ikan-ikan di laut dan kegiatan pariwisata di Kepulauan
Karimunjawa. Nelayan muda menjadi tidak dapat mendeteksi musim ikan dan
lokasi ikan berada. Sebelumnya para nelayan menggunakan pranata mangsa
sebagai acuan untuk melaut atau tidak.

Perkembangan teknologi informasi diharapkan dapat membantu dalam
penyampaian informasi mengenai kearifan lokal Karimunjawa supaya dapat
dilestarikan oleh generasi muda di Karimunjawa. Salah satu media penyampaian
informasi adalah melalui film dokumenter. Film dokumenter adalah rekaman
kejadian atau peristiwa dalam bentuk audio visual yang tercipta tanpa ada unsur
rekayasa berdasarkan asas sinematografi. Dalam video dokumenter ini akan
menjelaskan tentang kearifan lokal prakiraan cuaca di Karimunjawa. Video ini
akan menjelaskan setiap gejala-gejala alam yang terjadi di sekitar perairan
karimunjawa sehingga dapat dijadikan acuan dalam melihat kondisi cuaca di
Kepulauan Karimunjawa bagi nelayan-nelayan muda saat mencari ikan dan dapat
meningkatkan keamanan saat wisata bahari dalam industri pariwisata di
Karimunjawa.
Melalui perancangan film dokumenter mengenai Kearifan Lokal Karimunjawa
maka diharapkan penyampaian informasi mengenai budaya Kearifan Lokal
Karimunjawa yang patut dijaga dan dilestarikan keberadaannya dapat
tersampaikan kepada nelayan muda dan pemandu wisata Karimunjawa.

2.Tinjauan Pustaka
Penelitian pertama dengan judul Perancangan Film Dokumenter Tentang
Polusi Emisi Kendaraan Bermotor (Studi Kasus : Kota Semarang) menggunakan

film dokumenter sebagai media untuk memberi informasi kepada masyarakat
tentang dampak negatif dari polusi emisi, penyebab salah satu meningkatnya
polusi di Kota Semarang adalah bertambahnya pengguna kendaraan bermotor.
Salah satu media yang dapat menyampaikan informasi adalah film, karena melalui
film film masyarakat tidak hanya mendengar audio tetapi melihat secara
visualisasi dalam bentuk video. Jenis film yang dipilih adalah dokumenter karena
film dokumenter dapat memberi informasi kepada masyarakat secara lengkap dan
sesuai dengan fakta yang ada [2].
Pada penelitian yang berjudul Perancangan Film Dokumenter Potret
Kehidupan Masyarakat Sentani Berdasarkan Kearifan Lokal, menggunakan film
dokumenter sebagai salah satu media yang sering digunakan dalam
menyampaikan pesan dan informasi karena film dokumenter menampilkan
kejadian yang benar-benar terjadi di dunia nyata. Keunikan dari kearifan lokal
masyarakat Sentani adalah masyarakat Sentani yang menghasilkan karya seni
untuk menceritakan tentang kehidupan nenek moyang di sekitar Danau Sentani
melalui ukiran di atas batu, kayu, kulit kayu dan tari - tarian. Melalui film
dokumenter ini diharapkan generasi muda dapat terus menjaga dan melestarikan
kearifan lokal masyarakat Sentani [3].
Dari kedua penelitian diatas maka dirancang film dokumenter dengan judul
Perancangan Video Dokumenter Prakiraan Cuaca di Karimunjawa dengan

keunggulan yang berbeda, video dokumenter ini menggunakan teknik aerial
videografi, pengambilan gambar secara candid, serta penggabungan audio dan
video yang baik dikemas secara menarik diharapkan pesan dari video ini juga
dapat tersampaikan dengan baik. Proses pembuatan Perancangan Video
Dokumenter Prakiraan Cuaca di Karimunjawa membutuhkan proses cukup lama
dalam proses cukup lama ada beberapa fotage yang tidak bisa diambil secara
langsung maka dari itu beberapa fotage diganti dengan animasi 3D.
Kearifan lokal adalah kebenaran yang telah mentradisi pada suatu daerah yang
bersifat menjaga dan melestarikan. Kearifan lokal merupakan produk budaya
masa lalu yang patut secara terus menerus dijadikan pedoman hidup dan juga
sebagai identitas budaya suatu daerah. Dalam bahasa asing sering juga
dikonsepsikan sebagai kebijakan setempat “local wisdom” atau pengetahuan
setempat “local knowledge” atau kecerdasan setempat “local genious”. Artinya,
kearifan lokal adalah hasil dari masyarakat pada suatu daerah melalui pengalaman
hidup mereka dan belum tentu dialami oleh masyarakat lain. Nilai-nilai tersebut
akan melekat sangat kuat pada masyarakat tertentu dan nilai itu sudah melalui
perjalanan waktu yang panjang, sepanjang keberadaan masyarakat tersebut [4].
Film adalah serangkaian gambar yang digabungkan sehingga menjadi gambar
yang hidup sehingga dapat menjadi salah satu media komunikasi massa audio
visual berdasarkan sinematografi. Selain itu film digunakan untuk menyampaikan

pesan kepada khalayak umum melalui media cerita juga dapat diartikan sebagai
media ekspresi artistik bagi para seniman perfilman untuk mengungkapkan ide

cerita dan gagasan. Berbeda dengan foto, film bisa menghadirkan unsur dinamis
dari obyek yang ditampilkannya [5].
Dokumenter adalah film nonfiksi karena dalam pembuatannya film
dokumenter hanya mendokumentasikan kenyataan dan fakta yang ada, dengan
kata lain film dokumenter hanya mempresentasikan kenyataan dan menampilkan
kembali fakta yang ada dalam kehidupa [6].
Jenis film dokumenter dibedakan berdasarkan cara pembuatannya, dan yang
digunakan dalam perancangan Film Dokumenter Perancangan Video Dokumenter
Prakiraan Cuaca di Karimunjawa adalah Film Dokumenter Sains. Film ini
biasanya ditujukan untuk publik umum yang menjelaskan tentang suatu ilmu
pengetahuan tertentu misalnya dunia binatang, dunia teknologi, dunia
kebudayaan, dunia tata kota, dunia lingkungan, dunia kuliner dan sebagainya.
Pada beberapa televisi berbayar bahkan beberapa dari yang sudah tersebut di atas
telah dibuatkan saluran khusus seperti National Geographic Wild atau Animal
Planet yang tentu saja membahas tentang dunia binatang; Asian Food Channel
yang banyak mengetengahkan film instruksional dan dokumenter tentang
makanan serta dunia di sekitarnya; Home and Health yang membahas masalah

kesehatan dalam kehidupan kita; bahkan ada saluran khusus yang membahas
tentang dunia mobil, kapal dan pesawat yaitu Discovery Turbo.
Sinematografi adalah suatu disiplin dalam menata cahaya dan sudut pandang
kamera untuk menciptakan kualitas gambar yang menarik dalam sebuah produksi
film atau sinema. Secara etimologi sinematografi berarti menulis dengan gambar
bergerak. Sinematografi sebagai ilmu terapan merupakan bidang ilmu yang
membahas tentang teknik menangkap gambar dan menggabung-gabungkan
gambar tersebut sehingga menjadi rangkaian gambar yang dapat menyampaikan
ide atau cerita [7].
3. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian Perancangan Video
Dokumenter Kearifan Lokal Karimunjawa adalah metode Mixed Method. Metode
mix method metode ini menggabungkan dua pendekatan yaitu pendekatan
kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Mix method sendiri berfokus pada
pengumpulan dan analisis data serta memadukan antara data kuantitatif dan data
kualitatif, baik dalam single study (penelitian tunggal) maupun series
study (penelitian berseri) [8].
Strategi penelitian yang digunakan dalam penelitian perancangan video
Perancangan Video Dokumenter Kearifan Lokal Karimunjawa menggunakan
linear strategy, strategi ini baik dan tepat untuk proses penelitian karena pada

suatu tahap dimulai setelah tahap sebelumnya diselesaikan, demikian seterusnya.
Tahapan secara garis besar dalam penelitian mengenai perancangan Perancangan
Video Dokumenter Kearifan Lokal Karimunjawa video berbasis Dokumenter
dapat dilihat pada Gambar 1 [9].
1. Tahap 1 :
2.Identifikasi Masalah

Tahap 2 :

Tahap 3 :

Tahap 4 :

Pengumpulan Data

Perancangan Film

Pengujian

Gambar 1 Tahapan Penelitian


Dalam perancangan linear strategy terdapat empat tahap dalam
pelaksanaannya. Pada tahap pertama yang dilakukan dalam mengidentifikasi
masalah yaitu melakukan wawancara dengan Nelayan dan pemandu wisata di
Karimunjawa didapatkan bahwa tidak adanya informasi tentang kearifan lokal
dalam pranata mangsa (ilmu titen) di karimunjawa. Sehingga banyak nelayan
muda dan pemandu wisata tidak mengetahui tentang adanya kearifan lokal di
karimunjawa.
Dari hasil pengumpulan data verbal melalui wanwancara langsung dengan
nelayan karimunjawa didapat data bahwa nelayan karimunjawa menggunakan
ilmu titen sebagai panduan saat melaut. Dalam ilmu titen nelayan dapat
memprakirakan cuaca dan menentukan lokasi ikan serta jenis ikan yang dapat
ditangkap di sekitar perairan Karimunjawa. Ilmu titen dibagi menjadi 3 bagian
musim. Yang pertama adalah musim angin barat yang dimulai pada akhir bulan
desember sampai dengan awal bulan maret. Musim pancaroba timur adalah saat
dimana terjadi perubahan dari musim angin barat ke angin timur yang terjadi pada
pertengahan maret hingga akhir mei. Angin timur akan mulai berhembus pada
akhir bulan mei sampai dengan awal bulan september. Musim terakhir adalah
musim pancaroba barat yang dimulai pada awal bulan September sampai dengan
bulan akhir agustus. Dalam setiap mongso juga ada perbedaan area pengambilan

ikan dan mayoritas ikan yang ditangkap, hal tersebut juga mengakibatkan
perbedaan cara penangkapan ikan. Selama wawancara juga ditemukan beberapa
indikator untuk mengetahui saat yg tepat untuk pergi mencari ikan. Indikator yang
ditemukan adalah :
 Banyaknya burung camar yg terbang diatas lokasi ikan berkumpul.
 Burung camar hitam akan terbang rendah jika cuaca bagus, dan akan
terbang tinggi jika dalam waktu dekat akan terjadi badai
 Ikan pari burung yang akan melompat2 jika akan terjadi badai dalam waktu
dekat.( saat pancaroba barat atau pancaroba timur )
 Akan tampak umang– umang ( semacam plankton yang bercahaya ) pada
malam hari disekitar pantai jika akan terjadi badai besar.
 Pada saat musim angin barat atau musim angin hujan dimana seharusnya
gunung – gunung dipulau jawa tertutup kabut jika dilihat dari kepulauan
karimunjawa, tetapi saat itu langit cerah dan gunung – gunung terlihat maka
dalam 2 atau 3 hari lagi akan terjadi badai besar.
 Dalam musim pancaroba arah angin yang berhembus akan searah dengan
awan tergelap yang terlihat.
 Selama musim angin timur jika ada angina yang berhembus dari arah
selatan maka dalam kira-kira 2 – 3 jam angin akan reda dan laut akan
tenang.

 Badai juga akan terjadi jika arah arus air laut berlawanan dengan arah angin
yang berhembus.
Data visual berupa fenomena alam yang dapat diliput secara langsung.
Fenomena alam yang terliput akan menjelaskan cuaca akan kembali cerah setelah
beberapa hari sebelumnya mengalami cuaca buruk di Karimunjawa. Fenomena

alam tersebut ditandai dengan terlihatnya pegunungan di Pulau Jawa. Selain
fenomena alam data visual yang didapat adalah aktifitas nelayan di Karimunjawa.
Data visual dapat dilihat pada Gambar 2.

Gamabr 2 Data Visual

Selanjutnya tahap dua yaitu perancangan film meliputi pra produksi, produksi
dan pasca produksi. Tahap kedua dapat dijabarkan seperti pada Gambar 3.
Film Statement
Pra Produksi

Storyline
Treatment
Storyboard


Produksi

Shooting
Voice Over

Pasca Produksi
Video Editing
Revisi

Ya

Sound Editing
Evaluasi

Tidak
Hasil
Gambar 2 Gambar Perancangan Film

Film statement merupakan langkah pertama sebelum masuk ke dalam proses
produksi. Setelah menemukan ide pembuatan Perancangan Video Dokumenter
Kearifan Lokal Karimunjawa menceritakan tentang gejala-gejala alam di perairan
Karimunjawa dimana hanya nelayan senior yang lebih mengetahui tentang

kearifan lokal di karimunjawa. Sementara nelayan muda dan pemandu wisata
tidak mengetahui tentang apa itu kearifan lokal yang menyebabkan mereka tidak
dapat memprediksi cuaca yang baik atau tidak saat hendak melaut dan tidakdapat
memprediksi lokasi ikan berada.
Storyline adalah keseluruhan cerita dari awal sampai akhir dalam berbagai
bentuk tulisan, script, screenplay, copyplay, stageplay dan berbagai coretan teks
sementara lainnya nanti bisa digabung - gabungkan menjadi satu cerita utuh [10].
Storyline dari film dokumenter ini adalah tentang Kearifan lokal di karimunjawa
yang digunakan nelayan sebagai panduan sebelum melaut. Ilmu titen adalah
kearifan lokal yang ada di Karimunjawa. Ilmu titen memiliki tiga musim atau
mangsa. Musim pertama adalah musim angin barat yang dimulai pada akhir bulan
desember sampai dengan awal bulan maret. Musim pancaroba timur adalah saat
dimana terjadi perubahan dari musim angin barat ke angin timur yang terjadi pada
pertengahan Maret hingga akhir Mei. Angin timur akan mulai berhembus pada
akhir bulan Mei sampai dengan awal bulan September. Musim terakhir adalah
musim pancaroba barat yang dimulai pada awal bulan September sampai dengan
bulan akhir Agustus. Dari penelitian yang dilakukan mendapati juga pertanda
biota laut yang muncul akan tampak umang– umang ( semacam plankton yang
bercahaya ) pada malam hari disekitar pantai jika akan terjadi badai besar, Pada
saat musim angin barat atau musim angin hujan dimana seharusnya gunung –
gunung dipulau jawa tertutup kabut jika dilihat dari kepulauan karimunjawa,
tetapi saat itu langit cerah dan gunung – gunung terlihat maka dalam 2 atau 3 hari
lagi akan terjadi badai besar. selain itu pengetahuan kearifan lokal mengenai
prakiraan cuaca mulai luntur pada nelayan muda di Karimunjawa. Jika nelayan
muda tidak menguasai pengetahuan kearifan lokal akan berdampak kepada hasil
penangkapan ikan-ikan di laut dan kegiatan pariwisata di Kepulauan
Karimunjawa. Nelayan muda menjadi tidak dapat mendeteksi musim ikan dan
lokasi ikan berada.
Treatment merupakan kerangka film yang diuraikan secara deskriptif seperti
jenis shot dan tujuan pengambilan gambar. Berikut adalah treatment dari
Perancangan Video Dokumenter Kearifan Lokal Karimunjawa.
Scene 1 :

Scene 2 :

Scene 3 :

Menceritakan tentang keindahan alam dan beberapa aktifitas warga
yang ada di kepulauan Karimunjawa serta menjelaskan tentang ilmu
titen yang menjadi kearifan lokal di Karimunjawa yang digunakan
nelayan sebagai acuan saat melaut dan mencari ikan.
(wide shot - medium shot - medium close up)
Menampilkan hasil wawancara terhadap nelayan muda tentang
pengetahuan mengenai ilmu titen dalam kearifan lokal yang
kebanyakan dari nelayan muda tidak mengetahui tentang apa itu ilmu
titen.
(medium close up)
Menjelaskan tentang ilmu titen yang ada di Karimunjawa yang terdiri
dari 3 musim.
(medium close up)

Scene 4 :

Scene 5 :

Scene 6 :

Scene 7 :

Scene 8 :

Menjelaskan tentang bagaimana aktifitas hewan bisa menjadi ciri-ciri
atau pertanda dalam memprediksi cuaca dan menangkap ikan.
(medium close up – medium shot – Bird eye)
Menjelaskan tentang pergerakan awan dan gunung di selatan dan utara
karimunjawa dapat dijadikan titen dalam memprediksi cuaca.
(medium close up – medium shot)
Menjelaskan tentang pertanda lain seperti ikan pari burung yang
lompat keluar permukaan air laut menandakan akan datang cuaca
buruk.
(medium close up – low angle – medium shot)
Menjelaskan tentang umang-umang (plankton) yang bercahaya
dipermukaan air laut pada malam hari menandakan akan ada
gelombang tinggi dan ikan akan bersembunyi.
(low angle – top angle – medium shot)
Penutup atau ending yang berisi tentang pesan untuk tetap
mewariskan pengetahuan mengenai ilmu titen untuk masa depan.
Footage keindahan alam dan aktifitas warga Karimunjawa pada saat
malam hari.
(wide shot – medium shot)

Storyboard adalah serangkaian sketsa dibuat berbentuk persegi panjang yang
menggambarkan suatu urutan (alur cerita) elemen - elemen yang diusulkan untuk
aplikasi multimedia. Storyboard menggabungkan alat bantu narasi dan visual pada
selembar kertas sehingga naskah dan visual menjadi terkoordinasi [13].
Perancangan storyboard dari film dokumenter ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Perancangan Storyboard Film Dokumenter

Scene Gambar
1

Jenis
Shot
Long
shot

Durasi Keterangan
01:39

Opening alam
Karimunjawa
dan aktifitas
nelayan

2

Medium 00:45
shot

Wawancara
nelayan muda
Karimunjawa

3

Medium 02.10
shot

Menjelaskan
tentang ilmu
titen

4

Close
up

03:07

Menceritakan
tentang
bagaimana
aktifitas hewan
bisa menjadi
pertanda

5

Close
up

02:04

Menceritakan
tentang
pergerakan
awan dan
gunung

6

Medium 02:09
shot

Menceritakan
tentang ikan
pari burung.

7

Close
up

02:00

Menceritakan
tentang umangumang
(plankton)

8

Medium 02:20
close up

Penutupan atau
ending berisi
tentang pesan
melestarikan
kearifan lokal

Produksi adalah sebuah tahapan eksekusi dari perencanaan yang telah dibuat
pada tahapan pra produksi. Shooting adalah proses pengambilan gambar
dilakukan sesuai dengan storyboard yang telah dirancang pada proses pra
produksi. Sedangkan voice over adalah suara yang merupakan vokal manusia
yang direkam untuk mendukung isi konten dan cerita.
Pasca produksi adalah proses terakhir dari ketiga tahapan dalam pembuatan
sebuah film. Pasca produksi meliputi dua proses yang akan di lewati, yaitu proses
video editing dan sound editing. Dalam proses editing menggunakan software
editing untuk menggabungkan video footage sesuai dengan alur cerita yang sudah
dibuat. Dalam pengerjaan nya dilakukan cut to cut untuk memotong video sesuai

kebutuhan di setiap shoot. Pada proses editing dilakukan dengan dua proses yaitu
proses editing offline, pada tahap ini video yang sudah akan digabungkan menjadi
sebuah satu kesatuan sesuai dengan perancangan pada saat pra produksi melalui
proses cut to cut. Selanjutnya didalam aplikasi editing video dokumenter ini akan
disatukan dengan penelitian yang berjudul Pendekatan Etnografi Visual Kearifan
Lokal Prakiraan Cuaca Karimunjawa Berbasis Animasi 3D. Animasi dalam
penelitian tersebut bertujuan untuk memvisualisasikan setiap gejala-gejala alam
yang tidak dapat didokumentasikan secara langsung. Pada tahap kedua dilakukan
editing online yang meliputi penambahan transisi pada video dan color grading
yaitu menyesuaikan warna video sesuai dengan mood yang di inginkan. Warna
pada video dokumenter dapat dilihat pada Gambar 3a dan Gambar 3b.

Gambar 3a Sebelum proses grading

Gambar 3b Sesudah proses grading

Proses sound editing pada wawancara meliputi noise reduction berfungsi untuk
mengurangi noise atau gangguan - gangguan yang ada pada saat wawancara,
sehingga suara terdengar bersih dan dapat terdengar lebih jelas. Proses noise
reduction dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 proses sound editing.

4. Hasil dan Pembahasan
Hasil perancangan dalam film dokumenter digunakan sebagai media yang
dapat memberikan informasi mengenai gejala-gejala alam dalam kearifan lokal
kepada para nelayan muda dan pemandu wisata. hasil dari perancangan film
dokumenter ini adalah. Scene 1 yaitu opening yang menampilkan keindahan alam
Kepulauan Karimunjawa dan beberapa aktifitas warga sebagai nelayan. Pada
scene 1 memperlihatkan alam Kepulauan Karimunjawa dan human interest. Jenis
shot yang digunakan adalah wide shot untuk memperlihatkan Karimunjawa dan
medium close up untuk memperlihatkan aktifitas warga sebagai nelayan. Hasil
dari scene 1 dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Scene 1 opening

Scene 2 yaitu wawancara kepada nelayan muda mengenai ilmu titen yang ada
di Karimunjawa sebagai kearifan lokal. Sebagian besar nelayan muda di
Karimunjawa tidak mengetahui tentang ilmu titen sebagai kearifan lokal. Dalam
scene 2 jenis shot yang digunakan adalah medium close up. Hasil dari scene 2
dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Scene 2 nelayan muda tidak mengetahui apa itu ilmu titen

Scene 3 menceritakan tentang ilmu titen sebagai kearifan lokal di
Karimunjawa. Dalam ilmu titen musim di Karimunjawa dibagi menjadi tiga
musim, yaitu musim angin barat, musim angin timur, dan pancaroba. Selain
musim dijelaskan juga tentang jeni-jenis ikan yang mudah ditangkap saat musimmusim tertentu. Jenis shot yang digunakan adalah medium close up. Hasil dari
scene 3 dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Scene 3 Penjelasan ilmu titen

Scene 4 menjelaskan tentang burung dapat dijadikan pertanda akan datang
cuaca buruk atau tidak. Burung srigunting akan terbang tinggi saat terjadi angin
kencang atau badai di sekitar peraiaran kepulauan karimunjawa, dan akan terbang
rendah saat badai sudah mereda. Selain itu burung-burung dapat menentukan
lokasi ikan berada. Burung-burung yang terbang rendah dan terbang secara
berkerumun biasanya akan dijadikan acuan oleh nelayan saat mencari ikan
sebagai tanda bahwa banyak ikan yang sedang berenang dipermukaan laut. Jenis
shot yang digunakan adalah medium shot. Hasil dari scene 4 dapat dilihat pada
Gambar 8.

Gambar 8 Scene 4 menjelaskan burung dan ikan menjadi pertanda

Scene 5 akan menjelaskan tentang gunung dan pergerakan awan di langit
perairan laut kepulauan karimunjawa dapat menjadi pertanda perubahan cuaca.
Pada saat cuaca cerah jika jika gunung di selatan atau utara karimunjawa tidak
tertutup awan maka dalam dua sampai 3 hari akan datang badai. Dan sebaliknya
jikan cuaca buruk dan gunung-gunung terlihat maka dalam dua sampai tiga hari
kemudian badai akan reda. Jenis shot yang digunakan adalah medium shot dan
medium close up. Hasil dari scene 5 dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9 menjelaskan pegunungan Pulau Jawa dan pergerakan awan

Scene 6 menjelaskan tentang ikan pari burung sebagai saat akan ada
perubahan cuaca. Ikan pari burung akan lompat keluar dari permukaan air
menandakan akan datang badai dan gelombang tinggi disekitar perairan laut
karimunjawa. Jenis shot yang digunakan medium close up, low angle, dan medium
shot. Hasil dari scene 6 dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10 menjelaskan ikan pari burung menjadi pertanda cuaca buruk

Scene 7 menjelaskan tentang umang umang (plankton) yang bercahaya saat
malam hari. Umang-umang akan mengeluarkan cahaya pada malam hari
dipermukaan laut menandakan akan terjadi gelombang tinggi di sekitar perairan
laut Kepulauan Karimunjawa. Selain gelombang tinggi ikan ikan dilaut akan
bersembunyi dan sulit untuk ditangkap. Jenis shot yang digunakan adalah low
angle, top angle, dan medium close up. Hasil dari scene 7 dapat dilihat pada
Gambar 11.

Gambar 11 Scene 7 menjelaskan umang umang bercahaya pada malam hari

Scene 8 merupakan bagian penutup. Pada scene ini akan menampilkan alam
karimunjawa saat matahari mulai terbendam dan aktifitas warga Karimunjawa
saat malam hari. Kemudian pada bagian akhir ditutup dengan pesan terhadap
generasi muda untuk tetap melestarikan ilmu titen sebagai kearifan lokal di
Karimunjawa. Jenis shot yang digunakan adalah wide shot dan medium shot. Hasil
dari scene 8 dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12 Scene 8 closing

Pengujian Perancangan Video Dokumenter Kearifan Lokal Prakiraan Cuaca di
Karimunjawa dilakukan untuk mengetahui layak atau tidak video dokumenter ini.
Pengujian video dokumenter ini menggunakan metode Mixed Method. Metode
mix method ini menggabungkan dua pendekatan yaitu pendekatan kualitatif dan
pendekatan kuantitatif. Teknik yang digunakan adalah wawancara kepada
perangkat desa dan nelayan karimunjawa. Video dokumeter ini dinilai baik dan
sangat diperlukan sebagai media informasi ilmu titen dalam kearifan lokal untuk
nelayan muda karimunjawa yang tidak mengetahui ilmu titen yang ada di
Karimunjawa agar nelayan muda tidak hanya sekedar dapat melaut namun juga
dapat mempredeksi cuaca yang baik atau buruk saat hendak melaut dan dapat
menetukan dimana lokasi ikan berada.
Pengujian kuantitatif dilakukan dengan cara pengisian kuesioner kepada
responden yang merupakan mahasiswa Desain Komunikasi Visual Fakultas
Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana. Dalam hal ini responden
yang dilibatkan dalah 40 mahasiswa. Pengisian kuesioner dilakukan dengan cara
menunjukan hasil video dokumenter kearifan lokal prakiraan cuaca Karimunjawa
kepada responden dengan menjelaskan rincian pada video dokumenter tersebut.
Responden akan diberikan kuesioner untuk memberikan tanggapan tentang video
dokumenter kearifan lokal prakiraan cuaca Karimunjawa. Skala likert adalah skala
yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan presepsi seseorang maupun
kelompok mengenai sebuah peristiwa atau fenomena social, berdasarkan definisi
operasional yang digunakan dalam penelitian [11]. Aspek penelitian terdiri dari 11

kategori pernyataan yang akan diujikan pada para mahasiswa mengacu pada
indikator keberhasilan video dokumenter yang terdiri dari 4 aspek yaitu menarik,
keterbacaan tinggi, mudah dipahami, dan kelayakan. Masing-masing tanggapan
memiliki skor 1 yaitu sangat tidak setuju, 2 tidak setuju, 3 netral, 4 setuju, dan 5
sangat setuju. Hasil penilaian kuesioner yang telah diisi 40 responden, dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Hasil kuesioner pengujian

No.

Anda mengetahui tentang kearifan lokal

2

Apakah anda mengetahui tentang film
atau video dokumenter
Apakah informasi dalam video
dokumenter ini sudah baik
Apakah kesesuaian tampilan dalam video
dokumenter sudah sesuai dengan
informasi yang disampaikan di
karimunjawa
Apakah tipografi yang digunakan dalam
video terbaca dengan jelas
Apakah backsound yang digunakan dalam
video sesuai
Apakah informasi dalam video di
sampaikan dengan menarik
Informasi kearifan lokal dalam video
dokumenter tersampaikan dengan baik
Apakah pelafalan narasumber
menyampaikan inormasi dalam video
sudah jelas
Apakah video dokumenter ini layak
dijadikan media informasi tentang
kearifan lokal ilmu titen dikarimunjawa
Informasi dalam video dokumenter dapat
mudah dipahami
Total Poin

4

5
6
7
8
9

10

11

TS

N

S

SS

1

2

3

4

5

1

6

17

14

2

5

28

7

11

22

5

16

16

8

14

17

8

5

20

15

16

15

9

10

23

7

15

16

4

13

14

2

14

19

5

12

119

242

70

Pernyataan

1

3

STS

Jumlah Poin

2

1

5

1

444

8

Dari hasil yang didapatkan berdasarkan table 1, maka dilakukan penilaian
yaitu dengan rumus jumlah poin dikalikan dengan skala likert, sehingga
didapatkan hasil dari total skor adalah 1+24+357+968+350 = 1700.
Maka rumus perhitungan yang digunakan adalah
Y : Nilai tertinggi = Y = Skor tertinggi x total poin keseluruhan :
Y = 5x444 = 2220
X = Nilai terendah = X = Skor terendah x total poin keseluruhan :
X = 1x444 = 444
Jika total keselurah skor = 1700 maka rumus uindex % dapat dihitung dengan
rumus :
Jumlah Total Skor
Y
1700
2220

x 100

x 100 = 76.57%

Maka hasil yang didapat adalah 76.57%.
Dari hasil pengujian yang ada, maka dapat disimpulkan bahwa 76.57%
responden menganggap video dokumenter ini menarik serta responden
mengetahui informasi yang disampaikan dalam video. Hal ini dapat dilihat dari
segi informasi mengenai ilmu titen sebagai kearifan lokal, kesesuaian video
dengan informasi, huruf atau tipografi yang digunakan terbaca dengan jelas,
pelafalan narasumber dalam menyampaikan informasi sudah jelas, backsound
yang digunakan dalam video yang sesuai dan tidak mengganggu. Menurut para
responden video informasi ini layak untuk dijadikan video dokumenter kearifan
lokal prakiraan cuaca Karimunjawa.
5. Kesimpulan dan Saran
Dalam penelitian perancangan video dokumenter ini permasalah yang terjadi
adalah tidak adanya informasi mengenai ilmu titen sebagai kearifan lokal di
Karimunjawa yang digunakan untuk memprakirakan cuaca dan menangkap ikan.
Akibat dari tidak adanya informasi membuat ilmu titen ini tidak diketahui oleh
para nelayan muda. Melalui Perancangan Video Dokumenter Kearifan Lokal
Prakiraan Cuaca Karimunjawa dapat membantu menjelaskan tentang ilmu titen di
Karimunjawa. Dalam video dokumenter ini menjelaskan tentang ilmu titen
sebagai kearifan lokal di Karimunjawa. Didalam video menjelaskan setiap gejalagejala alam dalam ilmu titen yang digunakan nelayan dan pemandu wisata untuk
memprediksi cuaca dan menagkap ikan. Dalam penjelasannya video dokumenter
ini dibantu dengan etnografi visual berbasis animasi 3D untuk memvisualisasikan
gejala alam yang tidak dapat diliput secara langsung. Sehingga melalui video
dokumenter ini masyarakat Karimunjawa khususnya nelayan muda dan pemandu
wisata dapat melihat langsung setiap gejala alam dalam ilmu titen yang
digunakan untuk memprediksikan cuaca dan menangkap ikan. Dengan adanya
Perancangan Video Dokumenter Kearifan Lokal Prakiraan Cuaca masyarakat

terutama generasi muda dapat mejaga dan terus melestarikan kearifan lokal
prakiraan cuaca di Karimunjawa. Dari hasil pengujian yang dilakukan juga
didapatkan beberapa saran yaitu menambahkan footage video agar informasi
dalam video dokumenter dapat tersampaikan lebih baik.
terutama generasi muda dapat mejaga dan terus melestarikan kearifan lokal
prakiraan cuaca di Karimunjawa.
6. Daftar Pustaka
[1] Muhtadi, Dedi. 2011. “Ketika Kearifan Lokal Tergerus Zaman” dalam
Kompas, 23 April 2011, Jakarta.
[2] Grafira, Tjan O.C 2015. Perancangan Film Dokumenter Tentang Polusi Emisi
Kendaraan Bermotor (Studi Kasus : Kota Semarang).
[3] Angga, Yohanes W.P 2016. Perancangan Film Dokumenter Potret Kehidupan
Masyarakat Sentani Berdasarkan Kearifan Lokal.
[4] Kopeuw, Philipus. 2015. Keping - Keping Kisah Sentani Yang Tercecr.
Jayapura: Arika Offset.
[5] Pransi, D.A. 2005. Film/Media/Seni. Jakarta: FFTV-IKJ PRESS
[6] Ayawaila, Gerzon.R. 2008. Dokumenter dari Ide Sampai Produksi. Jakarta:
FFTV-IKJ PRESS
[7] Semedhi, Bambang. 2011. Sinematografi-Videografi: Suatu Pengantar Cet. 1.
Bogor: Ghalia Indonesia.
[8] Noval.2015.
Metode
Kualitatif.
www.seputarpengetahuan.com/2015/02metodepenelititan-kualitatifdan.html. Diakses tanggal 27 Juni 2016.
[9] Sarwono, Jonathan dan Harry Lubis. 2007. Metode Riset Untuk Desain
Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andi.
[10] Junaedi, Fajar. 2011. Membuat Film Dokumenter. Yogyakarta: Lingkar
Media.
[11] Syaiful, Agil. 2015. Teknik Pembuatan dan Pengertian Storyboard,
https://sites.google.com/site/elearningtp2010/media-3d/teknik-pembuatanstoryboard-media-animasi-3d/pengertian-storyboard. Diakses
tanggal
5
november 2015