PENGARUH LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINER
PENGARUH LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI BISNIS
Maria Fransiska Silalahi
Fakultas Ilmu Sosial Politik, Universitas Terbuka Palangkaraya
[email protected]
ABSTRAK
Lingkungan kerja merupakan salah satu indikator yang memiliki hubungan erat
terhadap kinerja karyawan. Lingkungan kerja dapat dikatakan sebagai rumah kedua bagi
setiap karyawan, dikarenakan hampir sebagian waktunya dihabiskan ditempat ini. Maka
dari itu diperlukan perhatian khusus, baik dari pihak perusahaan maupun dari diri
karyawan sendiri dalam menciptakan kondisi lingkungan kerja yang nyaman. Secara
garis besar lingkungan kerja dapat digolongkan menjadi 2 jenis yaitu lingkungan kerja
fisik dan lingkungan kerja nonfisik. Dalam pengimplementasiannya, kedua jenis
lingkungan kerja ini harus dapat berjalan secara seimbang, tidak dapat dipisahkan antara
satu dengan yang lainnya supaya dapat tercapai kondisi lingkungan kerja yang kondusif.
Jika kondisi lingkungan kerja sudah tercipta dengan baik maka kinerja karyawan akan
meningkat dikarenakan situasi dalam bekerja dilakukan dengan pikiran dan hati yang
tenang, gairah untuk bekerja yang tinggi dikarenakan tidak adanya tekanan ataupun
kekakuan dalam menjalankan rutinitas pekerjaan. Sebaliknya jika lingkungan kerja yang
tercipta tidak menimbulkan rasa nyaman maka kinerja karyawan akan menurun. Kinerja
karyawan yang tinggi dapat digambarkan melalui tingkah laku karyawan yang
berorientasi pada prestasi, memiliki sikap percaya diri, berperngendalian diri, serta
memiliki kompetensi.
Kata kunci: lingkungan kerja, kinerja, lingkungan kerja fisik, lingkungan kerja nonfisik.
Keberadaan Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu sumber
keunggulan terpenting didalam sebuah perusahaan, dikarenakan setiap sumber daya
memiliki ciri khas tersendiri yang membedakan antara satu dengan yang lainnya,
khususnya dalam hal kompetensi. Dalam melaksanakan rutinitasnya tersebut, setiap
sumber daya akan selalu berhubungan dengan tempat dimana ia bekerja atau disebut
juga lingkungan kerja.
Lingkungan kerja yang nyaman dan kondusif sudah sepatutnya diciptakan dalam
setiap perusahaan, dikarenakan lingkungan kerja secara tidak langsung dapat dikatakan
sebagai rumah kedua bagi setiap pekerja. Seperti layaknya sebuah rumah yang identik
dengan kata kenyamanan, maka dari itu perlu dilakukan pengaturan yang sedemikian
rupa terhadap lingkungan kerja agar setiap karyawan dapat merasakan kenyamanan
dalam bekerja.
Menurut Mangkunegara (2004:68), lingkungan kerja mempunyai hubungan
yang sangat erat terhadap kinerja karyawan, motif berprestasi yang perlu dimiliki oleh
karyawan harus ditumbuhkan dari dalam diri sendiri dan dari lingkungan kerja, karena
motif berprestasi yang ditumbuhkan dari dalam diri sendiri akan membentuk suatu
kekuatan diri dan jika situasi lingkungan kerja turut menunjang maka pencapaian
kinerja akan lebih mudah. Permasalahan lingkungan kerja tidak hanya menjadi
perhatian bagi pihak manajemen tetapi juga bagi setiap pekerja.
Menurut Sarwoto (1991), kondisi dan suasana lingkungan kerja yang baik akan
dapat tercipta apabila ada penyusunan organisasi secara baik dan benar, sedangkan
suasana kerja yang kurang baik banyak ditimbulkan oleh organisasi yang tidak tersusun
dengan baik pula. Ishak dan Tanjung (2003), mengungkapkan bahwa: “Manfaat
lingkungan kerja adalah menciptakan gairah kerja, sehingga produktivitas dan prestasi
kerja meningkat”. Kondisi lingkungan kerja yang sehat dapat dilihat dari perilaku para
karyawan yang antusias dalam bekerja, fokus dalam bekerja, lingkungan yang sehat,
aman dan nyaman sehingga pekerjaan yang diembankan dapat diselesaikan sesuai
target. Sebaliknya kondisi lingkungan kerja yang tidak sehat dapat dilihat dari perilaku
karyawan yang mudah stres, tidak semangat untuk bekerja, datang terlambat dan lain
sebagainya. Oleh karena itu artikel ini diharapkan dapat membantu memberikan
pemahaman bahwa lingkungan kerja juga memiliki pengaruh positif terhadap kinerja
karyawan.
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN LINGKUNGAN KERJA DAN KINERJA
Lingkungan kerja merupakan salah satu hal yang memiliki peranan penting
dalam setiap perusahaan. Lingkungan kerja sering dikaitkan dengan segala sesuatu yang
ada disekitar pegawai pada saat bekerja, baik berbentuk fisik atau non fisik, langsung
atau tidak langsung, yang dapat mempengaruhi dirinya dan pekerjaannya saat bekerja.
Berikut ini terdapat beberapa pengertian lingkungan kerja menurut para ahli
diantaranya:
Alex S. Nitisemito (2000:183) mendefinisikan lingkungan kerja sebagai segala
sesuatu yang ada disekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam
menjalankan tugas-tugas yang diembankan”. Sedarmayati (2001:1) mendefinisikan
lingkungan kerja sebagai keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi,
lingkungan sekitarnya dimana seseorang bekerja, metode kerjanya, serta pengaturan
kerjanya baik sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok. Menurut George R.
Terry (2006:23) lingkungan kerja dapat diartikan sebagai kekuatan-kekuatan yang
mempengaruhi, baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap kinerja organisasi
atau perusahaan.
Berdasarkan pengertian George R Terry diatas bahwa lingkungan kerja baik
secara langsung maupun tidak langsung memiliki pengaruh terhadap kinerja. Berikut ini
merupakan penjelasan mengenai pengertian kinerja itu sendiri menurut beberapa ahli
diantaranya menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2000 : 67), kinerja (prestasi kerja)
adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai
dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya. Menurut John Witmore dalam Coaching for Perfomance (1997 : 104),
kinerja adalah pelaksanaan fungsi-fungsi yang dituntut dari seorang atau suatu
perbuatan, suatu prestasi, suatu pameran umum keterampilan. Sehingga dapat
disimpulkan kinerja merupakan hasil kerja dari tugas ataupun tanggung jawab yang
telah diembankan kepadanya. Mink (1993 : 76) mengemukakan pendapatnya bahwa
individu yang memiliki kinerja yang tinggi memiliki beberapa karakteristik, yaitu
diantaranya: (a) berorientasi pada prestasi, (b) memiliki percaya diri, (c)
berperngendalian diri, (d) kompetensi.
B. JENIS – JENIS LINGKUNGAN KERJA
Secara garis besar jenis lingkungan kerja dibagi menjadi 2 menurut
Sedarmayanti (2001), yaitu:
1. Lingkungan Kerja Fisik
Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat di
sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara langsung
maupun secara tidak langsung ( Sedarmayanti, 2001 ).
2. Lingkungan Kerja Non Fisik
Lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan yang terjadi yang berkaitan
dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan maupun hubungan dengan
bawahan,
sesama
rekan
kerja,
ataupun
hubungan
dengan
bawahan
(Sedamayanti, 2001).
Ada 5 aspek lingkungan kerja non fisik yang bisa mempengaruhi perilaku karyawan,
diantaranya:
a) Struktur kerja, berhubungan dengan sejauh mana pekerjaan yang
diberikan sesuai dengan struktur dan organisasi yang baik
b) Tanggung jawab kerja, berhubungan dengan sejauh mana karyawan
mengerti tanggung jawab atas pekerjaannya
c) Perhatian dan dukungan pemimpin, berhubungan dengan sejauh mana
karyawan merasakan bahwa pimpinan sering memberikan pengarahan,
keyakinan, perhatian serta menghargai mereka.
d) Kerja sama antar kelompok, yaitu sejauh mana karyawan merasakan
adanya kerjasama yang baik dalam kelompok kerja
e) Kelancaran komunikasi yaitu sejauh mana karyawan merasakan adanya
komunikasi yang baik, terbuka, dan lancar, baik antara teman sekerja
ataupun dengan pimpinan.
Lingkungan kerja yang nyaman dapat memberikan ketenangan jiwa dan pikiran kepada
setiap pekerja sehingga ia tidak merasa jenuh dan kaku dengan rutinitas pekerjaannya,
selain itu dapat meningkatkan kreatifitas karyawan dalam bekerja. Kedua jenis
lingkungan kerja yang telah disebutkan diatas juga merupakan satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan. Perusahaan dengan lingkungan kerja fisik yang baik seperti ruangan
bersih, aman, tenang, cukup penerangan ataupun sirkulasi udara yang baik belum dapat
untuk dijadikan faktor penentu bahwa pekerja merasa nyaman. Mungkin saja didalam
lingkungan kerja yang secara fisik dikatakan baik terdapat persaingan yang tidak sehat,
rekan kerja yang tidak bersahabat, komunikasi yang tidak transparan ataupun sikap
pemimpin
yang
tidak
memberikan
kepercayaan
kepada
bawahannya
dalam
melaksanakan pekerjaannya.
Menurut pendapat saya pekerja tidak akan bisa bekerja secara produktif dengan
situasi lingkungan kerja non fisik seperti diatas walaupun lingkungan kerja fisiknya
sudah nyaman. Begitupula sebaliknya jika lingkungan kerja non fisik sudah dirasa
nyaman akan tetapi lingkungan fisik dalam perusahaan seperti kantor, camp/penginapan
(khususnya bagi pekerja tambang), kantin yang kotor dan sebagainya tentunya akan
menurukan kualitas kerja karyawan. Sehingga perlu dilakukan pengaturan yang baik
terhadap kedua jenis lingkungan tersebut tanpa mengabaikan salah satu diantaranya agar
dapat berjalan secara seimbang yang pada akhirnya tujuan untuk menciptakan
lingkungan kerja yang kondusif dapat tercapai.
C. MENCIPTAKAN LINGKUNGAN KERJA YANG KONDUSIF
Selanjutnya bagaimana cara agar dapat menciptakan lingkungan kerja yang kondusif
tersebut?
Menurut saya permasalahan pertama yang harus dibenahi dari segi fisik
bangunan yaitu perlunya mendesain ruangan / tempat – tempat dimana para pekerja
lebih banyak melakukan aktivitasnya seunik, nyaman dan sebersih mungkin.
Selanjutnya dari pihak manejemen dalam hal pemberian tugas yang jelas ataupun dalam
hal memberikan fasilitas – fasilitas yang membuat karyawan merasa nyaman dan
sejahtera untuk bekerja misalnya gaji yang tidak dibawah rata – rata untuk setiap
pekerjaan jika dibandingkan dengan perusahaan lain, peraturan perusahaan yang jelas,
pembagian seragam setiap tahun, pemberian bonus, memberikan jaminan kesehatan,
jaminan hari tua, transportasi dari dan ke tempat bekerja, biaya makan atau jika makan
disediakan perusahaan maka pihak perusahaan harus mengadakan pengawasan ketat
terhadap makanan baik dalam hal pengaturan menu ataupun tingkat kebersihannya,
menyediakan fasilitas untuk beribadah dan olahraga, fasilitas nonton bersama,
menyediakan bar dan kantin, ruangan karoke (khusus bagi pekerja dibagian
pertambangan / pekerja dengan system roster kerja), dan lain sebagainya tergantung
jenis perusahaannya. Dan yang terakhir memperhatikan kehidupan sosial dalam
lingkungan perusahaan seperti hubungan antara sesama rekan kerja ataupun hubungan
antara atasan dan bawahan. Dalam setiap hubungan kerja juga harus ada komunikasi
yang transparan, komunikasi dua arah yang mau untuk menerima masukan ataupun
saran dari berbagai pihak sehingga akan tercipta rasa kekeluargaan dalam team.
Pemimpin juga sebaiknya yang tidak hanya berorientasi pada kepentingan
pribadinya dalam mencapai target perusahaan tetapi mau untuk memperhatikan setiap
kesulitan yang dihadapi bawahannya dan memberikan solusi. Persaingan kerja memang
tidak dapat dihindari didalam dunia kerja, namun dalam bersaing kita juga harus bisa
memilih cara yang benar dan tepat tanpa mengorbankan orang lain. Karena setiap orang
yang bekerja mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk memperoleh materi, maka dari
itu jauhkan diri dari ego dan tumbuhkan sikap saling menghormati antara sesama
pekerja. Setelah langkah – langkah tersebut dilakukan setidaknya akan terlihat beberapa
perubahan terhadap tingkah laku karyawan misalnya datang ke kantor sesuai jam kerja,
suasana didalam kantor menjadi lebih harmonis, pekerja tidak kaku antara satu dengan
yang lain, lebih bersemangat dalam berkerja dan bersaing secara sehat, serta banyak
lagi. Jika suasana lingkungan kerja sudah damai dan nyaman maka hati serta pikiran
setiap karyawan juga akan ikut merasakan hal yang sama, dan tentunya akan
meningkatkan kinerja.
PENUTUP
Dari beberapa ide / gagasan diatas maka Penulis dapat menarik kesimpulan
bahwa lingkungan kerja memiliki pengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Jika
lingkungan kerja yang diciptakan memperhatikan aspek lingkungan kerja fisik dan
nonfisik maka tujuan untuk mencapai kinerja karyawan yang tinggi akan tercapai
sebaliknya jika hanya berfokus terhadap satu permasalahan saja maka tujuan yang
diharapkan mungkin tidak akan dapat dicapai. Dengan lingkungan kerja yang kondusif
secara tidak langsung akan menumbuhkan motivasi dalam diri karyawan untuk selalu
memberikan hasil yang terbaik dari dirinya.
Namun sebelum mengambil langkah untuk memperbaiki lingkungan kerja ada
baiknya Anda mengenali secara keseluruhan terhadap kondisi yang sebenarnya terjadi
dalam perusahaan, mungkin saja lingkungan fisik ditempat anda bekerja sudah baik
namun karena ada keinginan untuk memperbaiki tersebut semuanya harus diulang dari
awal. Perlu adanya komunikasi yang transparan dengan pihak – pihak terkait,
mengadakan observasi ataupun diskusi terhadap karyawan untuk dimintai saran demi
perbaikan lingkungan kerja kemudian diambil kesimpulan berdasarkan hasil terbanyak.
DAFTAR PUSTAKA
Arep, Ishak & Tanjung, H. (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Universitas Trisakti.
Bambang, K. (1991). Meningkatkan Produktvitas Karyawan. Jakarta: Pustaka Binaman
Pressindo.
Mangkunegara, A. P. (2000). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Mangkunegara, A. P. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Cetakan
Pertama PT. Remaja Rsodakarya.
Mink, O. G. (1993). Developing high performance people: The art of coaching. USA:
Addison-Wesley Publishing Company
Nitisemito, A.S. (1992). Manajemen Personalia. Jakarta: Ghaila Indonesia.
Nitisemito, A. S. (2000). Manajemen Personalia: Manajemen Sumber Daya Manusia.
Jakarta: Ed. 3 Ghalia Indonesia.
Sarwoto. (1991). Dasar – Dasar Organisasi Manajemen. Jakarta: Ghalia.
Sedarmayati. (2001). Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung: Mandar
Maju.
Terry, G. R. (2006). Prinsip - prinsip Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.
Whitmore, John. (1997). Coaching For Performance (Seni Mengarahkan Untuk
Mendongkrak Kinerja). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Lingkungan Kerja Nonfisik Yang Dapat Mempengaruhi Perilaku Karyawan diambil
dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/51582/5/Chapter%20I.pdf
diakses tanggal 26 oktober 2016.
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI BISNIS
Maria Fransiska Silalahi
Fakultas Ilmu Sosial Politik, Universitas Terbuka Palangkaraya
[email protected]
ABSTRAK
Lingkungan kerja merupakan salah satu indikator yang memiliki hubungan erat
terhadap kinerja karyawan. Lingkungan kerja dapat dikatakan sebagai rumah kedua bagi
setiap karyawan, dikarenakan hampir sebagian waktunya dihabiskan ditempat ini. Maka
dari itu diperlukan perhatian khusus, baik dari pihak perusahaan maupun dari diri
karyawan sendiri dalam menciptakan kondisi lingkungan kerja yang nyaman. Secara
garis besar lingkungan kerja dapat digolongkan menjadi 2 jenis yaitu lingkungan kerja
fisik dan lingkungan kerja nonfisik. Dalam pengimplementasiannya, kedua jenis
lingkungan kerja ini harus dapat berjalan secara seimbang, tidak dapat dipisahkan antara
satu dengan yang lainnya supaya dapat tercapai kondisi lingkungan kerja yang kondusif.
Jika kondisi lingkungan kerja sudah tercipta dengan baik maka kinerja karyawan akan
meningkat dikarenakan situasi dalam bekerja dilakukan dengan pikiran dan hati yang
tenang, gairah untuk bekerja yang tinggi dikarenakan tidak adanya tekanan ataupun
kekakuan dalam menjalankan rutinitas pekerjaan. Sebaliknya jika lingkungan kerja yang
tercipta tidak menimbulkan rasa nyaman maka kinerja karyawan akan menurun. Kinerja
karyawan yang tinggi dapat digambarkan melalui tingkah laku karyawan yang
berorientasi pada prestasi, memiliki sikap percaya diri, berperngendalian diri, serta
memiliki kompetensi.
Kata kunci: lingkungan kerja, kinerja, lingkungan kerja fisik, lingkungan kerja nonfisik.
Keberadaan Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu sumber
keunggulan terpenting didalam sebuah perusahaan, dikarenakan setiap sumber daya
memiliki ciri khas tersendiri yang membedakan antara satu dengan yang lainnya,
khususnya dalam hal kompetensi. Dalam melaksanakan rutinitasnya tersebut, setiap
sumber daya akan selalu berhubungan dengan tempat dimana ia bekerja atau disebut
juga lingkungan kerja.
Lingkungan kerja yang nyaman dan kondusif sudah sepatutnya diciptakan dalam
setiap perusahaan, dikarenakan lingkungan kerja secara tidak langsung dapat dikatakan
sebagai rumah kedua bagi setiap pekerja. Seperti layaknya sebuah rumah yang identik
dengan kata kenyamanan, maka dari itu perlu dilakukan pengaturan yang sedemikian
rupa terhadap lingkungan kerja agar setiap karyawan dapat merasakan kenyamanan
dalam bekerja.
Menurut Mangkunegara (2004:68), lingkungan kerja mempunyai hubungan
yang sangat erat terhadap kinerja karyawan, motif berprestasi yang perlu dimiliki oleh
karyawan harus ditumbuhkan dari dalam diri sendiri dan dari lingkungan kerja, karena
motif berprestasi yang ditumbuhkan dari dalam diri sendiri akan membentuk suatu
kekuatan diri dan jika situasi lingkungan kerja turut menunjang maka pencapaian
kinerja akan lebih mudah. Permasalahan lingkungan kerja tidak hanya menjadi
perhatian bagi pihak manajemen tetapi juga bagi setiap pekerja.
Menurut Sarwoto (1991), kondisi dan suasana lingkungan kerja yang baik akan
dapat tercipta apabila ada penyusunan organisasi secara baik dan benar, sedangkan
suasana kerja yang kurang baik banyak ditimbulkan oleh organisasi yang tidak tersusun
dengan baik pula. Ishak dan Tanjung (2003), mengungkapkan bahwa: “Manfaat
lingkungan kerja adalah menciptakan gairah kerja, sehingga produktivitas dan prestasi
kerja meningkat”. Kondisi lingkungan kerja yang sehat dapat dilihat dari perilaku para
karyawan yang antusias dalam bekerja, fokus dalam bekerja, lingkungan yang sehat,
aman dan nyaman sehingga pekerjaan yang diembankan dapat diselesaikan sesuai
target. Sebaliknya kondisi lingkungan kerja yang tidak sehat dapat dilihat dari perilaku
karyawan yang mudah stres, tidak semangat untuk bekerja, datang terlambat dan lain
sebagainya. Oleh karena itu artikel ini diharapkan dapat membantu memberikan
pemahaman bahwa lingkungan kerja juga memiliki pengaruh positif terhadap kinerja
karyawan.
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN LINGKUNGAN KERJA DAN KINERJA
Lingkungan kerja merupakan salah satu hal yang memiliki peranan penting
dalam setiap perusahaan. Lingkungan kerja sering dikaitkan dengan segala sesuatu yang
ada disekitar pegawai pada saat bekerja, baik berbentuk fisik atau non fisik, langsung
atau tidak langsung, yang dapat mempengaruhi dirinya dan pekerjaannya saat bekerja.
Berikut ini terdapat beberapa pengertian lingkungan kerja menurut para ahli
diantaranya:
Alex S. Nitisemito (2000:183) mendefinisikan lingkungan kerja sebagai segala
sesuatu yang ada disekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam
menjalankan tugas-tugas yang diembankan”. Sedarmayati (2001:1) mendefinisikan
lingkungan kerja sebagai keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi,
lingkungan sekitarnya dimana seseorang bekerja, metode kerjanya, serta pengaturan
kerjanya baik sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok. Menurut George R.
Terry (2006:23) lingkungan kerja dapat diartikan sebagai kekuatan-kekuatan yang
mempengaruhi, baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap kinerja organisasi
atau perusahaan.
Berdasarkan pengertian George R Terry diatas bahwa lingkungan kerja baik
secara langsung maupun tidak langsung memiliki pengaruh terhadap kinerja. Berikut ini
merupakan penjelasan mengenai pengertian kinerja itu sendiri menurut beberapa ahli
diantaranya menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2000 : 67), kinerja (prestasi kerja)
adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai
dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya. Menurut John Witmore dalam Coaching for Perfomance (1997 : 104),
kinerja adalah pelaksanaan fungsi-fungsi yang dituntut dari seorang atau suatu
perbuatan, suatu prestasi, suatu pameran umum keterampilan. Sehingga dapat
disimpulkan kinerja merupakan hasil kerja dari tugas ataupun tanggung jawab yang
telah diembankan kepadanya. Mink (1993 : 76) mengemukakan pendapatnya bahwa
individu yang memiliki kinerja yang tinggi memiliki beberapa karakteristik, yaitu
diantaranya: (a) berorientasi pada prestasi, (b) memiliki percaya diri, (c)
berperngendalian diri, (d) kompetensi.
B. JENIS – JENIS LINGKUNGAN KERJA
Secara garis besar jenis lingkungan kerja dibagi menjadi 2 menurut
Sedarmayanti (2001), yaitu:
1. Lingkungan Kerja Fisik
Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat di
sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara langsung
maupun secara tidak langsung ( Sedarmayanti, 2001 ).
2. Lingkungan Kerja Non Fisik
Lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan yang terjadi yang berkaitan
dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan maupun hubungan dengan
bawahan,
sesama
rekan
kerja,
ataupun
hubungan
dengan
bawahan
(Sedamayanti, 2001).
Ada 5 aspek lingkungan kerja non fisik yang bisa mempengaruhi perilaku karyawan,
diantaranya:
a) Struktur kerja, berhubungan dengan sejauh mana pekerjaan yang
diberikan sesuai dengan struktur dan organisasi yang baik
b) Tanggung jawab kerja, berhubungan dengan sejauh mana karyawan
mengerti tanggung jawab atas pekerjaannya
c) Perhatian dan dukungan pemimpin, berhubungan dengan sejauh mana
karyawan merasakan bahwa pimpinan sering memberikan pengarahan,
keyakinan, perhatian serta menghargai mereka.
d) Kerja sama antar kelompok, yaitu sejauh mana karyawan merasakan
adanya kerjasama yang baik dalam kelompok kerja
e) Kelancaran komunikasi yaitu sejauh mana karyawan merasakan adanya
komunikasi yang baik, terbuka, dan lancar, baik antara teman sekerja
ataupun dengan pimpinan.
Lingkungan kerja yang nyaman dapat memberikan ketenangan jiwa dan pikiran kepada
setiap pekerja sehingga ia tidak merasa jenuh dan kaku dengan rutinitas pekerjaannya,
selain itu dapat meningkatkan kreatifitas karyawan dalam bekerja. Kedua jenis
lingkungan kerja yang telah disebutkan diatas juga merupakan satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan. Perusahaan dengan lingkungan kerja fisik yang baik seperti ruangan
bersih, aman, tenang, cukup penerangan ataupun sirkulasi udara yang baik belum dapat
untuk dijadikan faktor penentu bahwa pekerja merasa nyaman. Mungkin saja didalam
lingkungan kerja yang secara fisik dikatakan baik terdapat persaingan yang tidak sehat,
rekan kerja yang tidak bersahabat, komunikasi yang tidak transparan ataupun sikap
pemimpin
yang
tidak
memberikan
kepercayaan
kepada
bawahannya
dalam
melaksanakan pekerjaannya.
Menurut pendapat saya pekerja tidak akan bisa bekerja secara produktif dengan
situasi lingkungan kerja non fisik seperti diatas walaupun lingkungan kerja fisiknya
sudah nyaman. Begitupula sebaliknya jika lingkungan kerja non fisik sudah dirasa
nyaman akan tetapi lingkungan fisik dalam perusahaan seperti kantor, camp/penginapan
(khususnya bagi pekerja tambang), kantin yang kotor dan sebagainya tentunya akan
menurukan kualitas kerja karyawan. Sehingga perlu dilakukan pengaturan yang baik
terhadap kedua jenis lingkungan tersebut tanpa mengabaikan salah satu diantaranya agar
dapat berjalan secara seimbang yang pada akhirnya tujuan untuk menciptakan
lingkungan kerja yang kondusif dapat tercapai.
C. MENCIPTAKAN LINGKUNGAN KERJA YANG KONDUSIF
Selanjutnya bagaimana cara agar dapat menciptakan lingkungan kerja yang kondusif
tersebut?
Menurut saya permasalahan pertama yang harus dibenahi dari segi fisik
bangunan yaitu perlunya mendesain ruangan / tempat – tempat dimana para pekerja
lebih banyak melakukan aktivitasnya seunik, nyaman dan sebersih mungkin.
Selanjutnya dari pihak manejemen dalam hal pemberian tugas yang jelas ataupun dalam
hal memberikan fasilitas – fasilitas yang membuat karyawan merasa nyaman dan
sejahtera untuk bekerja misalnya gaji yang tidak dibawah rata – rata untuk setiap
pekerjaan jika dibandingkan dengan perusahaan lain, peraturan perusahaan yang jelas,
pembagian seragam setiap tahun, pemberian bonus, memberikan jaminan kesehatan,
jaminan hari tua, transportasi dari dan ke tempat bekerja, biaya makan atau jika makan
disediakan perusahaan maka pihak perusahaan harus mengadakan pengawasan ketat
terhadap makanan baik dalam hal pengaturan menu ataupun tingkat kebersihannya,
menyediakan fasilitas untuk beribadah dan olahraga, fasilitas nonton bersama,
menyediakan bar dan kantin, ruangan karoke (khusus bagi pekerja dibagian
pertambangan / pekerja dengan system roster kerja), dan lain sebagainya tergantung
jenis perusahaannya. Dan yang terakhir memperhatikan kehidupan sosial dalam
lingkungan perusahaan seperti hubungan antara sesama rekan kerja ataupun hubungan
antara atasan dan bawahan. Dalam setiap hubungan kerja juga harus ada komunikasi
yang transparan, komunikasi dua arah yang mau untuk menerima masukan ataupun
saran dari berbagai pihak sehingga akan tercipta rasa kekeluargaan dalam team.
Pemimpin juga sebaiknya yang tidak hanya berorientasi pada kepentingan
pribadinya dalam mencapai target perusahaan tetapi mau untuk memperhatikan setiap
kesulitan yang dihadapi bawahannya dan memberikan solusi. Persaingan kerja memang
tidak dapat dihindari didalam dunia kerja, namun dalam bersaing kita juga harus bisa
memilih cara yang benar dan tepat tanpa mengorbankan orang lain. Karena setiap orang
yang bekerja mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk memperoleh materi, maka dari
itu jauhkan diri dari ego dan tumbuhkan sikap saling menghormati antara sesama
pekerja. Setelah langkah – langkah tersebut dilakukan setidaknya akan terlihat beberapa
perubahan terhadap tingkah laku karyawan misalnya datang ke kantor sesuai jam kerja,
suasana didalam kantor menjadi lebih harmonis, pekerja tidak kaku antara satu dengan
yang lain, lebih bersemangat dalam berkerja dan bersaing secara sehat, serta banyak
lagi. Jika suasana lingkungan kerja sudah damai dan nyaman maka hati serta pikiran
setiap karyawan juga akan ikut merasakan hal yang sama, dan tentunya akan
meningkatkan kinerja.
PENUTUP
Dari beberapa ide / gagasan diatas maka Penulis dapat menarik kesimpulan
bahwa lingkungan kerja memiliki pengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Jika
lingkungan kerja yang diciptakan memperhatikan aspek lingkungan kerja fisik dan
nonfisik maka tujuan untuk mencapai kinerja karyawan yang tinggi akan tercapai
sebaliknya jika hanya berfokus terhadap satu permasalahan saja maka tujuan yang
diharapkan mungkin tidak akan dapat dicapai. Dengan lingkungan kerja yang kondusif
secara tidak langsung akan menumbuhkan motivasi dalam diri karyawan untuk selalu
memberikan hasil yang terbaik dari dirinya.
Namun sebelum mengambil langkah untuk memperbaiki lingkungan kerja ada
baiknya Anda mengenali secara keseluruhan terhadap kondisi yang sebenarnya terjadi
dalam perusahaan, mungkin saja lingkungan fisik ditempat anda bekerja sudah baik
namun karena ada keinginan untuk memperbaiki tersebut semuanya harus diulang dari
awal. Perlu adanya komunikasi yang transparan dengan pihak – pihak terkait,
mengadakan observasi ataupun diskusi terhadap karyawan untuk dimintai saran demi
perbaikan lingkungan kerja kemudian diambil kesimpulan berdasarkan hasil terbanyak.
DAFTAR PUSTAKA
Arep, Ishak & Tanjung, H. (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Universitas Trisakti.
Bambang, K. (1991). Meningkatkan Produktvitas Karyawan. Jakarta: Pustaka Binaman
Pressindo.
Mangkunegara, A. P. (2000). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Mangkunegara, A. P. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Cetakan
Pertama PT. Remaja Rsodakarya.
Mink, O. G. (1993). Developing high performance people: The art of coaching. USA:
Addison-Wesley Publishing Company
Nitisemito, A.S. (1992). Manajemen Personalia. Jakarta: Ghaila Indonesia.
Nitisemito, A. S. (2000). Manajemen Personalia: Manajemen Sumber Daya Manusia.
Jakarta: Ed. 3 Ghalia Indonesia.
Sarwoto. (1991). Dasar – Dasar Organisasi Manajemen. Jakarta: Ghalia.
Sedarmayati. (2001). Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung: Mandar
Maju.
Terry, G. R. (2006). Prinsip - prinsip Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.
Whitmore, John. (1997). Coaching For Performance (Seni Mengarahkan Untuk
Mendongkrak Kinerja). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Lingkungan Kerja Nonfisik Yang Dapat Mempengaruhi Perilaku Karyawan diambil
dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/51582/5/Chapter%20I.pdf
diakses tanggal 26 oktober 2016.