PENGARUH INFLASI KURS RUPIAH UTANG LUAR (1)

PENGARUH INFLASI, KURS RUPIAH, UTANG LUAR NEGERI DAN EKSPOR TERHADAP CADANGAN DEVISA INDONESIA

  Oleh:

ASEP MAULANA ROCHMAN

  Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Ekonomi Pembangunan UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA Jl.Raya Jakarta Km. 4, Pakupatan, Serang, Banten

Email : Asepmaulanarachmangmail.com ABSTRACT

  “The Influence of Inflation, Rupiah Exchange Rates, External Debt, and Export in Foreign Exchange Reserves Indonesia”. The main purpose this research is to measure the significant level of Inflation, Rupiah Exchange Rates, External Debt, and Export on Foreign Exchange Reserve

  both Partially or Simoultanously.

  This reserach used Ordinary Least Square for the monthly data period of 2009-2014 (January-December) years by using time series data. Data analysis technique that was used in this research was the multiple regression tests with the test of classic assumption (Normality, Multicollinearity, Heteroscedasticity, and Autocorrelation) and Statistic test (t tes, f test and coefficient determination. The independent variable is Inflation, Rupiah Exchange Rate, External Debt, and Export while the dependent variable is Foreign Exchange Reserves.

  Based on the analysis, the researcher found simoultanously that Inflation, Rupiah Exchange Rates, External Debt and Export have significant effect to the Foreign Exchange Reserves. Partially, inflation did not give significant effect to the Foreign Exchange Reserves while Rupiah Exchange Rates, External Debt and Export have significant effect for Foreign Exchange Reserves.

  Result of coefficient determination analysis shown that R 2 was (0.912565) which means Foreign Exchange Reserves can be explained by Inflation, Rupiah Exchange Rates, External Debt, and

  Export (91.25) while the rest 8.75) can be explained by other variables which did not include to the variables of this research.

  Keywords: Inflation, Rupiah Exchange Rates, External Debt, Export, Foreign Exchange Reserves

  Indonesia.

ABSTRAK

  “Pengaruh Inflasi, Kurs Rupiah, Utang Luar Negeri dan Ekspor terhadap Cadangan Devisa Indonesia”. Tujuan penelitian ini mengetahui Signifikansi dan kekuatan pengaruh Inflasi,

  Kurs Rupiah, Utang Luar Negeri dan Ekspor baik secara Parsial maupun secara Simultan terhadap Cadangan Devisa.

  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ordinary Least Square (OLS) untuk data bulanan periode 2009-2014 (Januari-Desember) dengan menggunakan data time series (urutan waktu). Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Regresi Linier Berganda yang terlebih dahulu dilakukan pengujian Asumsi Klasik (Normalitas, Multikolineritas, Heterokedastisitas, dan Autokorelasi). Variabel Independen adalah Inflasi, Kurs Rupiah, Utang Luar Negeri dan Ekspor sedangkan variabel Dependen adalah Cadangan Devisa.

  Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat diketahui bahwa secara simultan Inflasi, Kurs, Utang Luar Negeri dan Ekspor berpengaruh terhadap cadangan devisa. Secara parsial Inflasi tidak berpengaruh terhadap cadangan devisa. Kurs, Utang Luar Negeri dan Ekspor berpengaruh signifikan terhadap Cadangan Devisa. Hasil analisis koefisien determinasi

  menunjukkan bahwa R 2 adalah (0.912565) yang berarti cadangan devisa yang dapat dijelaskan oleh variabel Inflasi, Kurs Rupiah, Utang Luar Negeri dan Ekspor sebesar (91.25) terhadap

  variabel dependen, sedangkan sisanya (8.75) dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam variabel penelitian.

  Kata kunci: Inflasi, Kurs Rupiah, Utang Luar Negeri, Ekspor, Cadangan Devisa Indonesia.

I. PENDAHULUAN

  1.1. Latar Belakang Masalah

  (Virgoana, 2006:1) Cadangan devisa merupakan bagian dari tabungan nasional sehingga pertumbuhan dan besar kecilnya cadangan devisa merupakan sinyal bagi global financial markets mengenai kredibilitas kebijakan moneter dan creditworthiness suatu negara. Cadangan devisa bagi suatu negara mempunyai tujuan dan manfaat seperti halnya manfaat kekayaan bagi suatu individu.

  (Priadi dan Sekar, 2008:123). Cadangan devisa mempunyai peranan penting dan merupakan indikator untuk menunjukkan kuat lemahnya fundamental perekonomian suatu negara, selain itu dapat menghindari krisis suatu Negara dalam ekonomi dan keuangan. Cadangan devisa merupakan salah satu indikator yang sangat penting untuk menunjukan kuat atau lemahnya fundamental perekonomian suatu negara. Selain itu, jumlah cadangan devisa dalam jumlah yang cukup merupakan salah satu jaminan untuk tercapainya stabilitas moneter dan ekonomi makro suatu negara.

  (Hariyani dan Serfianto, 2010:1). Indonesia adalah negara yang berkembang, dimana Indonesia terus melakukan perubahan diberbagai bidang untuk mencapai masyarakat adil dan makmur. Salah satu sumber dari pembangunan tersebut diperoleh dari cadangan devisa negara. Cadangan devisa adalah alat yang bisa dipergunakan untuk transaksi pembayaran dengan luar negeri. Cadangan devisa negara diperoleh dari perdagangan antar negara dengan kegiatan ekspor, dan bisa melihat seberapa mampu suatu negara bisa melakukan perdagangan. Sumber (Hariyani dan Serfianto, 2010:1). Indonesia adalah negara yang berkembang, dimana Indonesia terus melakukan perubahan diberbagai bidang untuk mencapai masyarakat adil dan makmur. Salah satu sumber dari pembangunan tersebut diperoleh dari cadangan devisa negara. Cadangan devisa adalah alat yang bisa dipergunakan untuk transaksi pembayaran dengan luar negeri. Cadangan devisa negara diperoleh dari perdagangan antar negara dengan kegiatan ekspor, dan bisa melihat seberapa mampu suatu negara bisa melakukan perdagangan. Sumber

  Inflasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat cadangan devisa suatu negara. Maksudnya, jika inflasi yang terjadi dalam suatu Negara tinggi maka harga barang dan juga jasa yang ada di dalam negeri akan tinggi. Hal ini menyebabkan perubahan pada nilai mata uang, berimbas pada simpanan giro bank umum dan berdampak pada cadangan devisa. Dengan kata lain, semakin tinggi tingkat inflasi yang terjadi maka akan menambah nilai suatu mata uang karena naiknya harga barang dan jasa di pasaran.

  Menurut Frederic S. Mishkin (2001) cadangan devisa mempunyai dampak yang penting bagi posisi nilai tukar suatu negara. Kenaikan cadangan dalam neraca pembayaran memberikan stimulus untuk membuat mata uang rupiah mengalami apresiasi. Hubungan nilai tukar terhadap cadangan devisa adalah semakin banyak valas atau devisa yang dimiliki oleh pemerintah dan penduduk suatu negara maka berarti makin besar kemampuan negara tersebut melakukan transaksi ekonomi dan keuangan internasional dan makin kuat pula nilai mata uang. Disamping itu, dengan semakin tingginya nilai tukar mata uang negara sendiri, menunjukkan bahwa semakin kuatnya perekonomian negara bersangkutan, sehingga dapat memperoleh lebih banyak devisa. Contohnya: ketika Nilai Tukar Rupiah Indonesia Melemah maka Cadangan Devisa Akan Meningkat, Rupiah sekarang 14.000USD maka terjadi perbandingan IDR-USD. Cadangan devisa yang berupa Dollar otomatis tinggi dibandingkan Rupiah. Apabila rupiah terus menerus mengalami depresiasi maka akan mengakibatkan berkuranganya cadangan devisa. Untuk menstabilkan nilai rupiah, solusi dari kebijakan Bank Indonesia adalah menggelontorkanmengeluarkan cadangan devisa dan turun langsung mengintervensi ke pasar valas.

  Menurut Michael Paul Todaro, (2006: 88). Utang Luar Negeri adalah sumber keuangan dari luar (baik berupa hibah atau pinjaman) dapat memainkan peranan yang penting dalam usaha melengkapi kekurangan sumber daya domestik guna mempercepat pertumbuhan devisa dan tabungan (analisis bantuan luar negeri “dua kesenjangan”). Negara-negara berkembang berasumsi bahwa pada umunnya menghadapi kendala berupa keterbatasan tabungan domestik yang jauh dari mencukupi untuk menggarap segenap peluang investasi yang ada, serta kelangkaan devisa yang tidak memungkinkannya mengimpor barang-barang modal dan barang perantara yang penting bagi pembangunannya.

  (Todaro, 2001) Hubungan ekspor dengan cadangan devisa, dalam kegiatan ekspor suatu negara pastinya akan mendapatkan jumlah uang dalam bentuk valuta asing atau bisa dikatakan devisa, ini salah satu dari pemasukan negara. Ekspor adalah kegiatan perdagangan antara dua negara yang biasa memberikan rangsangan untuk meningkatkan permintaan dalam negeri yang menimbulkan pabrik industri-industri besar, guna memberikan dorongan dalam dinamika pertumbuhan perdagangan luar negeri yang nantinya suatu negara yang sedang berkembang bisa bersaing dengan negara-negara yang lebih maju.

  Tabel 1.1 Posisi Cadangan Devisa Indonesia Tahun 2012-2014 (Juta USD)

  Sumber: Bank Indonesia, International Financial Statistic

  Tujuan Penelitian

  Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1) Untuk mengetahui besarnya Pengaruh Inflasi, Kurs Rupiah, Utang Luar Negeri dan Ekspor secara individu (parsial) terhadap Cadangan Devisa Indonesia.

  2) Untuk mengetahui besarnya Pengaruh Inflasi, Kurs Rupiah, Utang Luar Negeri dan Ekspor secara bersama-sama (simultan) terhadap Cadangan Devisa Indonesia.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Cadangan devisa

  (Bank Indonesia, 2011) Cadangan devisa merupakan aset eksternal yang dapat langsung tersedia bagi dan berada di bawah kontrol Bank Sentral selaku otoritas moneter untuk membiayai ketidakseimbangan neraca pembayaran, melakukan intervensi di pasar dalam rangka memelihara kestabilitan nilai tukar, dan tujuan lainnya (antara lain menjaga ketahanan perekonomian dan nilai tukar serta sebagai bantalan terhadap net kewajiban Indonesia).

  Devisa diperlukan untuk membiayai impor dan utang luar negeri. cadangan devisa dikelola oleh Bank Indonesia berdasarkan UU No.23 tahun 1999 pasal 13. Pengelolaan itu dilakukan dengan berbagai jenis transaksi devisa yaitu: menjual, membeli dan menempatkan devisa, emas dan surat-surat berharga secara tunai atau berjangka termasuk pemberian pinjaman. Pengelolaan dan pemeliharaan candangan devisa didasarkan pada prinsip keamanan dan kesiagaaan memenuhi kewajiban segera tanpa mengabaikan prinsip untuk memperoleh pendapatan yang optimal. Tujuan pengelolaan dan pemeliharaan cadangan devisa ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari upaya menjaga stabilitas nilai tukar, dimana menipisnya cadangan devisa akan mengundang spekulasi rupiah dari para spekulator.

  Cadangan devisa bertambah ataupun berkurang tampak dalam neraca lalu lintas moneter. Cadangan devisa disimpan dalam neraca pembayaran (BOP). Cadangan devisa lazim diukur dengan rasio cadangan resmi terhadap impor, yakni jika cadangan devisa cukup untuk menutupi impor suatu negara selama 3 bulan, lazim dipandang sebagai tingkat yang aman, dan jika hanya 2 bulan atau kurang maka akan menimbulkan tekanan terhadap neraca pembayaran (Rustian Kamaluddin, 1998). Beberapa komponen cadangan devisa dikemukakan oleh (Virgoana, 2006:4) yaitu: Emas moneter (monetry gold), Special drawing rights (SDR), Cadangan devisa bertambah ataupun berkurang tampak dalam neraca lalu lintas moneter. Cadangan devisa disimpan dalam neraca pembayaran (BOP). Cadangan devisa lazim diukur dengan rasio cadangan resmi terhadap impor, yakni jika cadangan devisa cukup untuk menutupi impor suatu negara selama 3 bulan, lazim dipandang sebagai tingkat yang aman, dan jika hanya 2 bulan atau kurang maka akan menimbulkan tekanan terhadap neraca pembayaran (Rustian Kamaluddin, 1998). Beberapa komponen cadangan devisa dikemukakan oleh (Virgoana, 2006:4) yaitu: Emas moneter (monetry gold), Special drawing rights (SDR),

  (Bank Indonesia, 2014) faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan candangan devisa meliputi faktor penambah dan faktor pengurang:

  a) Faktor penambah:

  1. Penarikan Pinjaman Luar Negeri Pemerintah

  2. Devisa Hasil Ekspor Migas

  3. Penerimaan Pemerintah lainnya

  b) Faktor pengurang

  1. Stabilisasi Nilai Tukar.

  2. Pembayaraan Utang Luar Negeri Pemerintah (Krugman dan Obstfeld dalam M. Handry Imansyah 2009:13) Teori ini untuk

  menjelaskan penyebab terjadinya krisis keuangan untuk negara yang menggunakan sistem nilai tukar tetap. Krisis terjadi bila pemerintah suatu negara melakukan devaluasi akibat semakin menurunnya cadangan devisa. Hal ini terjadi karena nilai mata uang domestik mengalami overvaluation terhadap mata uang asing yang dalam hal ini umumnya adalah dollar AS. Konsekuensi dari overvaluation adalah menurunnya daya saing harga ekspor sehingga pertumbuhan ekspor melambat, sementara harga barang impor menjadi relatif lebih mahal didalam negeri dan menyebabkan meningkatnya pertumbuhan impor secara signifikan.

2.2 Inflasi

  Menurut Keynes, inflasi terjadi karena suatu masyarakat ingin hidup diluar batas kemampuan ekonominya. Proses inflasi, menurut pandangan ini tidak lain adalah perebutan bagian rezeki diantara kelompok-kelompok sosial yang menginginkan bagian yang lebih besar daripada yang biasa disediakan oleh masyarakat tersebut. Proses perebutan ini akhirnya diterjemahkan menjadi keadaan dimana permintaan masyarakat akan barang-barang selalu melebihi jumlah barang-barang yang tersedia. Kenaikan yang terjadi hanya sekali saja (meskipun dengan presentase yang cukup besar) bukanlah merupakan inflasi. (Nopirin, 2009:25).

  (Boediono, 2001:97) mendefinisikan inflasi secara singkat yaitu kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus-menerus. Kenaikan dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada (atau mengakibatkan kenaikan) sebagian besar dari harga barang-barang lain. Syarat adanya kecenderungan menaik yang terus-menerus juga perlu diingat. Kenaikan harga-harga karena misalnya: musiman, menjelang hari-hari besar, atau yang terjadi sekali saja (dan tidak mempunyai pengaruh lanjutan) tidak disebut inflasi.

  Inflasi merupakan suatu permasalahan yang dihadapi disetiap negara. Inflasi berperan terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat yang berada disuatu negara. Hal ini terjadi saat kenaikan harga atau inflasi tetapi tidak diiringi kenaikan pendapatan masyarakat sehingga pendapatan riil mereka menurun. Setiap negara selalu berupaya dengan berbagai kebijakan yang dikeluarkannya, agar inflasi yang terjadi di negara berada pada batas normal yang telah ditetapkan. Inflasi selalu berfluktuasi menyebabkan ketidakpastian bagi kesejahteraan masyarakat dan menurunnya daya beli masyarakat akan barang dan jasa (Mankiw, 2006:216). Secara umum inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan atas seluruh tingkat barang dan jasa.

  (Samuelson dan Nordhaus, 2005) mengkategorikan inflasi menjadi tiga, yaitu:

  1. Low inflation, atau disebut juga inflasi satu digit (single digit inflation), yaitu inflasi dibawah 10.

  2. Galloping inflation, atau double digit bahkan triple digit inflation, yang didefinisikan antara 10 - 20 per tahun.

  3. Hyper inflation, yaitu inflasi di atas 200 per tahun. Perekonomian pada dasarnya membutuhkan inflasi dalam tingkat tertentu dan wajar untuk dapat tumbuh. Namun inflasi yang terjadi secara berlebihan akan sangat merugikan kehidupan masyarakat sehari-hari, inflasi memang terbukti sangat penting untuk menjaga stabilitas harga atau nilai rupiah.

2.3 Kurs Rupiah

  (Frederic S. Mishkin, 2009:107) mengatakan bahwa kurs terbagi dua yaitu kurs dalam jangka panjang dan kurs dalam jangka pendek. Ada empat faktor utama yang mempengaruhi kurs dalam jangka panjang:

  1. Tingkat harga relatif.

  2. Hambatan perdagangan.

  3. Preferensi untuk barang domestik versus barang luar negeri.

  4. Produktivitas. Sedangkan untuk mengetahui perilaku kurs jangka pendek adalah mengetahui bahwa

  kurs adalah harga dari asset domestik (deposito bank, obligasi, saham, dan lain-lain yang didenominasikan dalam mata uang domestik) dinyatakan dalam asset luar negeri (aset serupa yang dengan denominasi dalam mata uang asing). Oleh karena kurs adalah harga dari asset yang dinyatakan dalam asset lainnya, cara alamiah untuk mengetahui penentuan kurs jangka pendek adalah menggunakan pendekatan pasar aset yang sangat bergantung pada teori permintaan aset.

  (Dornbusch dan Fischer, 1992) Nilai tukar atau lazim juga disebut kurs valuta dalam berbagai transaksi ataupun jual beli valuta asing, dikenal ada empat jenis yakni:

  a. Selling Rate (kurs jual), yakni kurs yang ditentukan oleh suatu Bank untuk penjualan valuta asing tertentu pada saat tertentu

  b. Middle Rate (kurs tengah), adalah kurs tengah antara kurs jual dan kurs beli valuta asing terhadap mata uang nasional, yang ditetapkan oleh Bank Central pada suatu saat tertentu.

  c. Buying Rate (kurs beli), adalah kurs yang ditentukan oleh suatu bank untuk pembelian valuta asing tertentu pada saat tertentu.

  d. Flat Rate (kurs flat), adalah kurs yang berlaku dalam transaksi jual beli bank notes dan traveller chaque, di mana dalam kurs tersebut sudah diperhitungkan promosi dan biaya ‐biaya lainya

  Kurs merupakan salah satu harga yang terpenting dalam perekonomian terbuka mengingat pengaruh yang demikian besar bagi neraca transaksi berjalan maupun variabel ‐variabel makro ekonomi yang lain. Ada dua pendekatan yang digunakan untuk menentukan nilai tukar mata uang yaitu pendekatan moneter dan pendekatan pasar. Dalam pendekatan moneter, nilai tukar mata uang di definisikan sebagai harga dimana mata uang asing diperjual belikan terhadap mata uang domestik dan harga tersebut berhubungan dengan penawaran dan permintaan uang.

2.4 Utang Luar Negeri

  (Michael Paul Todaro, 2006:88). Utang Luar Negeri adalah sumber keuangan dari luar (baik berupa hibah atau pinjaman) dapat memainkan peranan yang penting dalam usaha melengkapi kekurangan sumber daya domestik guna mempercepat pertumbuhan devisa dan tabungan (analisis bantuan luar negeri “dua kesenjangan”). Berasumsi bahwa Negara-negara berkembang pada umumnya menghadapi kendala berupa keterbatasan tabungan domestik yang jauh dari mencukupi untuk menggarap segenap peluang investasi yang ada, serta kelangkaan devisa yang tidak memungkinkannya mengimpor barang-barang modal dan barang perantara yang penting bagi pembangunannya.

  (Bank Indonesia, 2011). Utang Luar Negeri di Indonesia yang disajikan dalam publikasi ini adalah ULN pemerintah, bank sentral dan swasta. Utang Luar Negeri Pemerintah adalah utang yang dimiliki pemerintah pusat, terdiri dari utang bilateral, multilateral, fasilitas kredit ekspor, komersial, leasing dan Surat Berharga Negara (SBN) yang diterbitkan diluar negeri dan dalam negeri yang dimiliki oleh bukan penduduk. SBN terdiri dari Surat Utang Negara (SUN) dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). SUN terdiri dari Obligasi Negara yang berjangka waktu lebih dari 12 bulan dan Surat Perbendaharaan Negara (SPN) yang berjangka waktu sampai dengan 12 bulan. SBSN terdiri dari SBSN jangka panjang (Ijarah Fixed RateIFR). Pinjaman utang luar negeri pemerintah adalah setiap penerimaan negara baik dalam bentuk devisa atau devisa yang dirupiahkan maupun dalam bentuk barang dan dalam bentuk jasa yang diperoleh dari pemberi utang luar negeri yang harus dibayar kembali dengan persyaratan tertentu. (Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia, 2006:139).

  Menurut Sadono Sukirno (2000), aliran dana dari luar negeri dinamakan utang luar

  negeri, apabila memiliki ciri-ciri merupakan aliran modal yang bukan didorong oleh tujuan untuk mencari keuntungan, dan diberikan dengan syarat yang lebih ringan dari pada yang berlaku dalam pasar internasional.

2.5 Ekspor

  Menurut Adam Smith sumber tunggal pendapatan adalah produksi hasil tenaga kerja serta sumber daya ekonomi. Dalam hal ini Adam Smith sependapat dengan doktrin merkantilis yang menyatakan bahwa kekayaan suatu negara dicapai dari surplus ekspor. Kekayaan akan bertambah sesuai dengan skill, serta efisiensi dengan tenaga kerja yang digunakan dan sesuai dengan persentase penduduk yang melakukan pekerjaan tersebut. Menurut Adam Smith suatu negara akan mengekspor barang tertentu karena negara tersebut bisa menghasilkan barang dengan biaya yang secara mutlak lebih murah dari pada negara lain, yaitu karena memiliki keunggulan mutlak dalam produksi barang tersebut. Adapun keunggulan mutlak menurut Adam Smith merupakan kemampuan suatu negara untuk menghasilkan suatu barang dan jasa per-unit dengan menggunakan sumber daya yang lebih sedikit dibanding kemampuan negara- negara lain.

  Ekspor adalah pembelian negara lain atas barang buatan perusahaan-perusahaan di dalam negeri. Faktor terpenting yang menentukan ekspor adalah kemampuan dari Negara tersebut untuk mengeluarkan barangbarang yang dapat bersaing dalam pasaran luar negeri. (Sukirno, 2008:205). Fungsi penting komponen ekspor dari perdagangan luar negeri adalah negara memperoleh keuntungan dan pendapatan nasional naik, yang pada gilirannya menaikkan jumlah output dan laju pertumbuhan ekonomi. Dengan tingkat output yang lebih tinggi lingkaran setan kemiskinan dapat dipatahkan dan pembangunan ekonomi dapat ditingkatkan (Jhingan, 2006).

  Kegiatan ekspor adalah sistem perdagangan dengan cara mengeluarkan barang-barang dari dalam negeri ke luar negeri dengan memenuhi ketentuan yang berlaku. Ekspor merupakan total barang dan jasa yang dijual oleh sebuah negara ke negara lain, termasuk diantara barang-

  Ekspor merupakan barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri yang dijual secara luas keluar negeri. (Mankiw, 2006). Faktor-faktor yang memengaruhi ekspor suatu negara adalah:

  a. Selera konsumen terhadap barang-barang produksi dalam negeri dan luar negeri.

  b. Harga barang-barang di dalam dan luar negeri.

  c. Kurs yang menentukan jumlah mata uang domestik yang dibutuhkan untuk membeli mata uang asing.

  d. Pendapatan konsumen di dalam negeri dan di luar negeri.

  e. Kebijakan pemerintah mengenai perdagangan internasional.

  Tabel 2.4

  Ringkasan Studi Empiris

  No

  Nama

  Judul Penelitian

  Variabel

  Metode

  Hasil Penelitian

  Peneliti

  Penelitian

  1. Roro Tri

  Analisis Faktor-

   Ekspor (X 1 )

  Analisis Linier

   Secara parsial ekspor, investasi

  Ellies

  faktor yang

   Impor (X 2 )

  Berganda

  asing langsung dan pembayaran

  Yulianti utang luar negeri berpengaruh mempengaruhi  Asing

  Investasi

  Suryaningsih

  Cadangan Devisa

  Langsung (X 3 )

  terhadap cadangan devisa

   Utang Luar Negeri

  sedangkan impor tidak

  (X 4 )

  berpengaruh terhadap cadangan

   Cadangan Devisa

  devisa.

  (Y)

   Secara Simultan ekspor, impor, investasi asing lan gsung dan pembayaran utang luar negeri berpengaruh terhadap cadangan devisa.

  2. Jimmy Benny Ekspor dan Impor

   Ekspor (X 1 )

  Analisis Linier

   Secara parsial, Ekspor

  pengaruhnya

   Impor (X 2 )

  Berganda

  berpengaruh positif dan

   Cadangan Devisa

  terhadap Posisi

  signifikan terhadap cadangan

  (Y)

  devisa Indonesia, Impor

  Cadangan Devisa di

  berpengaruh negatif dan

  Indonesia

  signifikan terhadap candangan devisa indonesia

   Secara simultan, Ekspor dan Impor berpengaruh signifikan terhadap cadangan devisa

  3. Ida Bagus

  Pengaruh Inflasi,

   Inflasi (X 1 )

  Analisis Linier

   Secara simultan Inflasi, Utang

  Putu Purnama

  Utang Luar Negeri

   Utang Luar Negeri

  Berganda

  Luar Negeri dan Suku Bunga

  Putra dan I G.

  Dan Suku Bunga

  (X 2 )

  Kredit berpengaruh signifikan

   Suku Bunga Kredit

  terhadap Cadangan Devisa

  B. Indrajaya

  Kredit Terhadap

  (X 3 )

   Secara parsial Inflasi tidak

  Cadangan Devisa

   Cadangan Devisa

  berpengaruh, Utang Luar Negeri

  Tahun 1996-2011

  (Y)

  berpengaruh positif dan signifikan, dan suku bunga kredit berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Cadangan Devisa

  4. I Putu

  Pengaruh Ekspor,

   Ekspor (X 1 )

  Analisis Linier

   Secara simultan Ekspor, Impor

  Kusuma

  Impor dan Kurs

   Impor (X 2 )

  Berganda

  dan Kurs berpengaruh signifikan

   Kurs (X 3 )

  Juniantara

  Terhadap Cadangan

  terhadap Cadangan

  Cadangan Devisa

   Secara parsial, ekspor

  dan Made

  Devisa Nasional

  (Y)

  berpengaruh positif dan

  Kembar Sri

  1999-2010

  signifikan. Impor berpengaruh

  Budhi (2013)

  negatif dan signifikan. Kurs berpengaruh

  positif dan signifikan

  Sumber: diolah

  Berdasarkan dengan hubungan antara variabel-variabel diatas maka dapat dibuat berupa skema paradigma penelitian sebagai berikut:

  Gambar 2.10 Skema Paradigma Penelitian

  Inflasi

Cadangan Kurs Rupiah Devisa

Indonesia

  Utang Luar Negeri

  Ekspor

  Sumber: Diolah

  Hipotesis Penelitian

  Penelitian ini menguji hipotesis mengenai pengaruh Inflasi, Kurs Rupiah, Utang Luar Negeri dan Ekspor terhadap cadangan devisa Indonesia. Hipotesis yang dikemukakan sebagai berikut:

  1. Variabel Inflasi, Kurs Rupiah, Utang Luar Negeri dan Ekspor berpengaruh signifikan

  terhadap Cadangan Devisa secara individu (parsial).

  2. Variabel Inflasi, Kurs Rupiah, Utang Luar Negeri dan Ekspor berpengaruh signifikan

  terhadap Cadangan Devisa secara bersama-sama (simultan).

III. METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

  Penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu data yang diukur dalam suatu skala numerik (angka). Data kuantitatif disini berupa data runtut waktu (time series) yaitu data yang disusun menurut waktu pada suatu variabel tertentu. Pada penelitian ini, variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 1 variabel terikat (dependent) yaitu: Cadangan Devisa Indonesia, dan 4 variabel bebas (independent) yaitu: Inflasi, Kurs Rupiah, Utang Luar Negeri, dan Ekspor. Sehingga yang menjadi ruang lingkup dalam penelitian ini adalah Inflasi, Kurs Rupiah, Utang Luar Negeri dan Ekspor di Indonesia.

  Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data serta di publikasikan pada masyarakat pengguna data. Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil publikasi Bank Indonesia dan sumber lainnya. Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data serta dipublikasikan pada masyarakat pengguna data. Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil publikasi Bank Indonesia, Statisitik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI), International Financial Statistic (IFS), Inflation Report (Consumer Price Index), dan External Debt Statistics of Indonesia. Data sekunder tersebut merupakan sampel yang diambil dari tahun 2009 sampai tahun 2014, dalam bentuk data bulanan (Januari-Desember). Perangkat lunak yang digunakan dalam penelitian ini adalah Microsoft Office Excel 2010 dan Eviews 8.

  Adapun Konsep operasionalisasi variabel penelitian dapat dijelaskan pada tabel dibawah ini:

  Tabel 3.1 Konsep Operasionalisasi Variabel

  Variabel

  Konsep Variabel

  Indikator

  Satuan Skala

  Cadangan

  Seluruh aktiva luar negeri yang Posisi

  dikuasai oleh otoritas moneter bertambah ataupun berkurang

  dapat tampak dalam neraca lalu

  Juta USD Rasio

  digunakan setiap waktu guna lintas moneter. membiayai ketidakseimbangan.

  Inflasi

  Inflasi adalah kecenderungan Laporan tingkat Inflasi yang

  (INF)

  harga-harga untuk meningkat dipublikasikan oleh Bank

  Persen () Rasio

  terus- Indonesia.

  menerus.

  Kurs

  Satu unit mata uang negara Nilai Kurs Tengah yang Rupiah diperbandingkan dengan mata ditetapkan berdasarkan harga

  (KURS)

  uang negara lain. kurs rupiah terhadap USD

  Rupiah Rasio

  yang dipublikasikan

  oleh

  Bank Indonesia.

  Utang Luar Pinjaman dari pihak-pihak asing ULN dibagi

  dalam dua

  Negeri

  seperti negara sahabat, lembaga kelompok besar debitor yaitu:

  Asian (1) sektor Pemerintah dan

  Juta USD Rasio

  Development Bank ADP, Bank Sentral, dan (2) sektor World Bank).

  Swasta.

  Ekspor

  Barang yang diproduksi di Nilai Ekspor yang dipublikasi

  (EX)

  dalam negeri yang dijual secara oleh Bank Indonesia. Juta USD

  Rasio

  luas ke luar negeri. Sumber: Diolah

3.2 Metode Analisis Data

  Penelitian ini menggunakan metode Regresi linier berganda, model yang digunakan dalam analisis ini adalah model ekonometrika dengan pendekatan Ordinary Least Square (OLS). Persamaan model ekonometrika sebagai berikut:

  CADEV i =  0 +  1 INF i +  2 KURS i +  3 ULN i +  1 EX i +e i

  Keterangan: CADEV

  = Cadangan Devisa

  = Kurs Rupiah

  ULN

  = Utang Luar Negeri EX = Ekspor β 1 β 2 β 3 β 4 = Koefisien Regresi β 0 = Konstanta

  e = Error Term

3.3 Uji Asumsi Klasik

  Pengujian asumsi klasik bertujuan untuk memperoleh hasil regresi yang bisa dipertanggungjawabkan dan mempunyai hasil yang tidak bias atau Best Linier Unbiased stimator (BLUE). Metode Ordinary Least Square (OLS) merupakan model yang berusaha untuk meminimalkan penyimpangan hasil perhitungan (regresi) terhadap kondisi aktual. Sebagai estimator, Ordinary Least Square merupakan regresi dengan keunggulan dengan estimator linear terbaik yang tidak bias, sehingga hasil perhitungan Ordinary Least Square dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan kebijakan. (Gujarati, 2006). Asumsi-asumsi yang harus dipenuhi dari pengujian tersebut adalah uji normalitas, uji multikolineritas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.

3.4 Rancangan Pengujian Statistik

  Secara statistik, ketepatan fungsi regresi dalam menksir nilai aktual dapat diukur dengan nilai t statistik, nilai statistik F, serta koefisien determinasi. Dalam bahasa statistik, hipotesis

  yang dinyatakan dikenal sebagai hipotesis nol dan dilambangkan dengan H 0. Hipotesis nol

  biasanya dilawankan pengujiannya terhadap hipotesis alternatif atau hipotesis yang

  dipertahankan yang melambangkan dengan H a. Jika menolak hipotesis nol, mengatakan bahwa

  penemuan secara statistik signifikan. Disisi lain, jika tidak menolak hipotesis nol, mengatakan bahwa penemuan secara statistik tidak signifikan (Gujarati, 2010:146). Untuk menguji bisa atau tidaknya model regresi tersebut digunakan dan untuk menguji kebenaran hipotesis yang dilakukan, maka diperlukan pengujian statistik, antara lain:

3.4.1 Uji t-Statistik

  Menurut Ghozali (2011:98) uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independent secara individual dalam menerangkan variasi

  variabel dependen. Hipotesis nol (H 0 ) yang hendak diuji adalah apakah suatu parameter (bi)

  sama dengan nol, atau:

  H 0 : βi = 0 Artinya, apakah suatu variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan

  terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (H a ) parameter suatu variabel tidak sama

  dengan nol, atau:

  H a : βi ≠ 0 Artinya, suatu variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Taraf signifikan (α) = 0.05 dengan derajat bebas: df = (n-k).

  Uji t digunakan untuk melihat masing-masing variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen secara parsial dengan tingkat kepercayaan 5 (α = 0.05) maka dapat dikatakan signifikan dalam penelitian ini, peneliti mengambil keputusan dengan menggunakan probabilitas. Hipotesis penelitian ini adalah:

  H 0 = tidak ada pengaruh signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial.

  H a = ada pengaruh signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial.

  Aturan pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

  Jika probabilitas < 0.05 maka H 0 ditolak dan menerima H a . Jika probabilitas > 0.05 maka H 0 diterima dan menolak H a .

3.4.2 Uji F-statistik

  Uji F-statistik pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap

  variabel dependen atau terikat. (Ghozali, 2011:108). Hipotesis nol (H 0 ) yang hendak diuji

  adalah apakah semua parameter dalam model sama dengan nol, atau:

  H 0 : β1 = β2 = … = βk = 0

  Artinya, apakah semua variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan

  terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (H a ) tidak semua parameter secara simultan

  sama dengan nol, atau:

  H a : β1 ≠ β2 ≠ … ≠ βk ≠ 0

  Artinya, semua variabel independen secara simultan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.

  Adapun hipotesisnya sebagai berikut:

  H 0 = tidak ada pengaruh signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan.

  H a = ada pengaruh signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan. Aturan pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

  Jika probabilitas > 0.05 maka H 0 diterima dan menolak H a . Jika probabilitas < 0.05 maka H 0 ditolak dan menerima H a.

3.5 Determinasi R-Squared (R 2 )

  Nilai R 2 menunjukan besarnya variabel-variabel independen dalam mempengaruhi

  2 2 variabel dependen. Nilai R 2 berkisar antara 0 dan 1 (0 ≤ R ≤ 1). Semakin besar nilai R , maka semakin besar variasi variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel-variabel

  independen. Sebaliknya, semakin kecil nilai R 2 , maka semakin kecil variasi variabel dependen yang dapat di jelaskan oleh variasi variabel independen. (Gujarati, 2010:94). Perhitungannya

  adalah sebagai berikut:

  Rumus untuk menentukan nilai R 2 adalah:

  2 = R

  Di mana:

  R 2 = Koefisien Determinasi ESS = Jumlah kuadrat residual

  TSS = Jumlah total kuadrat Sifat dari koefisien determinasi adalah: Apabila R 2 bernilai 0 berarti tidak ada hubungan antara variabel-variabel independen dengan

  variabel dependen. Semakin besar nilai R 2 maka semakin tepat garis regresi dalam menggambarkan nilai-nilai observasi

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Data

  4.1.1. Analisis Regresi Linear Berganda

  Hasil regresi meliputi penyajian hubungan antara dependen yaitu Cadangan Devisa dengan variabel independen yaitu Inflasi, Kurs, Utang Luar Negeri dan Ekspor. Secara statistik langkah yang dilakukan adalah variabel-variabel independent secara individu, secara bersama dan asumsi klasik. Adapun hasil regresi Cadangan Devisa dengan Inflasi, Kurs Rupiah, Utang Luar Negeri dan Ekspor menggunakan program komputer eviews 8.0, sehingga hasil regresi dapat digambarkan sebagai berikut:

  Tabel 4.6

  Hasil output regresi Cadangan Devisa dengan Inflasi, Kurs Rupiah, Utang Luar Negeri dan

  Ekspor Tahun 2009-2014 (Januari-Desember)

  Variable

  Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

  0.912565 Mean dependent var 89204.75

  Adjusted R-squared 0.907345 S.D. dependent var

  S.E. of regression

  5922.982 Akaike info criterion 20.27798

  Sum squared resid

  2.35E+09 Schwarz criterion

  Log likelihood

  -725.0074 Hannan-Quinn criter. 20.34092

  F-statistic

  174.8200 Durbin-Watson stat

  Prob(F-statistic)

  Sumber: output Eviews 8.0

  Berdasarkan pada hasil regresi di atas, maka diperoleh persamaan regresi sebagai

  berikut: CADEV

  = 17906.3608228 + 170.183177917INF-4.14919410064KURS + 280.502233957ULN + 3.41904420943EX

  Std. Error

  = (471.541) (1.229211) (39.15919) (0.627890) t- statistik = (0.360908) (-3.375495) (7.163126) (5.445290)

  F- statistik

  = 174.8200 R 2 = 0.912565

  Keterangan: Signifikan pada α = 5 (0.05)

  Adapun interpretasi terhadap model Ordinary Least Square, hasil estimasi diatas dapat dijelaskan pengaruh variabel independen yaitu inflasi, kurs, utang luar negeri dan ekspor terhadap cadangan devisa sebagai berikut:

  1) Nilai Konstanta sebesar 17906.3608228 menyatakan bahwa jika variabel independen

  yaitu: Inflasi, Kurs Rupiah, Utang Luar Negeri dan Ekspor dianggap konstan (X 1 ,X 2 ,X 3 ,

  X 4 = 0), maka akan menaikan Cadangan Devisa sebesar 17906.3608228 Juta USD.

  2) Koefesien Inflasi terhadap Cadangan Devisa adalah Positif dengan nilai koefesien

  sebesar 170.183177917. Menyatakan bahwa jika Inflasi terjadi kenaikan 1 persen maka menyebabkan kenaikan persentase Cadangan Devisa sebesar 170.183177917 persen.

  3) Koefesien Kurs terhadap Cadangan Devisa adalah negatif dengan nilai koefesien sebesar

  -4.14919410064. Menyatakan bahwa jika nilai kurs rupiah terjadi kenaikan 1 persen maka menyebabkan penurunan persentase Cadangan Devisa sebesar -4.14919410064 Rupiah.

  4) Koefesien Utang Luar Negeri terhadap Cadangan Devisa adalah Positif dengan nilai

  koefesien sebesar 280.502233957. Menyatakan bahwa jika Utang Luar Negeri terjadi kenaikan 1 persen maka menyebabkan kenaikan persentase Cadangan Devisa sebesar 280.502233957 Juta USD.

  5) Koefesien Ekspor terhadap Cadangan Devisa adalah Positif dengan nilai koefesien

  sebesar 3.41904420943. Menyatakan bahwa jika Ekspor terjadi kenaikan 1 persen maka menyebabkan kenaikan persentase Cadangan Devisa sebesar 3.41904420943 Juta USD.

4.2. Uji Asumsi Klasik

4.2.1. Uji Normalitas

  Uji ini berguna untuk melihat Error Term terdistribusi secara normal. Uji ini disebut uji jarque-bera Test. Pengujian ini dilakukan dengan cara melihat Jika Probability jarque-bera Test. Jika Probability (P-Value) < taraf nyata (α) persamaan tersbut memiliki error term terdistribusi normal. (Gujarati, 2010:169).

  Kriteria pengujian normalitas Jarque-Bera pada output eviews adalah sebagai berikut (Widarjono, 2007:54):

  a. Jika nilai probabilitas JBtest > α 0.05, maka data berdistribusi normal (tolak Ho, terima Ha). Artinya lolos uji normalitas.

  b. Jika nilai probabilitas JBtest < α 0.05, maka data tidak berdistribusi normal (terima Ho, tolak Ha). Artinya tidak lolos uji normalitas.

  Tabel 4.2.1 Hasil Uji Normalitas

  Kriteria Pengujian

  Hasil Uji

  Keterangan

  Prob.JB > α

  data terdistribusi normal

  Sumber: Diolah melalui Eviews8

4.2.2. Uji Multikolinearitas

  Menurut (Gujarati, 2010:429), multikolinearitas terjadi jika koefisien kolerasi antara variabel bebas lebih besar dari 0.80. Dikatakan tidak terjadi multikolinearitas jika koefisien kolerasi antara variabel bebas lebih kecil atau sama dengan 0.80 (r ≤ 0.80).

  Tabel 4.2.2

  Hasil Uji Multikolinearitas Correlation Matrix

  EX -0.008059 -0.236647

  Sumber: output Eviews 8. Uji hipotesis:

  H 0 : tidak terjadi multikolinearitas.

  H a : terjadi multikolinearitas.

  Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:

  a. Pada Correlation Matrix, jika koefisien kolerasi yang dihasilkan < 0.80, maka tidak terjadi multikolinieritas (tidak tolak Ho, tolak Ha).

  b. Pada Correlation Matrix, jika koefisien kolerasi yang dihasilkan > 0.80, maka terjadi multikolinieritas (tolak Ho, tidak tolak Ha).

  Berdasarkan Tabel 4.8, dapat dilihat bahwa besaran kolerasi antara variabel bebas berada dibawah 0.80 maka tidak terjadi multikolinieritas (tidak tolak Ho, tolak Ha). Artinya lolos uji multikolinieritas.

4.2.3. Uji Heteroskedastisitas

  Dalam persamaan regresi berganda perlu juga diuji mengenai sama atau tidak varians residual dari observasi yang satu dengan observasi yang lain. Jika residualnya mempunyai varians yang sama disebut homokedastisitas dan jika variansnya tidak sama atau berbeda disebut heteroskedastisitas (Gujarati, 2010:84). Persamaan regresi dikatakan baik jika tidak terjadi heteroskedastisitas. Salahsatu pengujian yang digunakan untuk mendeteksi heteroskedastisitas adalah uji white heteroskedasticity.

  Hipotesis statistik pengujian heteroskedastisitas adalah sebagai berikut:

  H 0 : tidak terdapat heteroskedastisitas Ha: terdapat heteroskedastisitas

  Pada output eviews adalah sebagai berikut:

  a. Jika nilai probabilitas ObsR-squared > α 0.05, maka tidak terdapat heteroskedastisitas (terima Ho, tolak Ha). Artinya lolos uji heterokedastisitas.

  b. Jika nilai probabilitas ObsR-squared < α 0.05, maka terdapat heteroskedastisitas (tolak Ho, terima Ha). Artinya tidak lolos uji heterokedastisitas.

  Tabel 4.2.3 Hasil Uji Breusch-Pagan-Godfrey

  Heteroskedasticity Test: White F-statistic

  1.511627 Prob. F(4,67)

  ObsR-squared

  5.959880 Prob. Chi-Square(4)

  Scaled explained SS

  4.421706 Prob. Chi-Square(4)

  Sumber: output Eviews 8. Berdasarkan pengujian dari tabel 4.9 di atas, maka didapatkan nilai probabilitas Obs

  R-Squared sebesar 0.2022 lebih besar dari tingkat  5. Sehingga dapat disimpulkan bahwa di dalam model tidak terdapat adanya heterokedastisitas.

4.2.4. Uji Autokorelasi

  Untuk menguji ada tidaknya autokolerasi dalam penelitian ini, digunakan LM-test. Kriteria pengujian ada tidaknya autokolerasi dengan LM-test adalah sebagai berikut:

  Hipotesis statistik pengujian autokolerasi adalah sebagai berikut:

  H 0 : tidak terdapat autokolerasi Ha: terdapat autokolerasi

  Pada output eviews adalah sebagai berikut:

  a. Jika nilai probabilitas ObsR-squared > α 0.05, maka tidak terdapat autokolerasi (terima Ho, tolak Ha). Artinya lolos uji autokolerasi.

  b. Jika nilai probabilitas ObsR-squared < α 0.05, maka terdapat autokolerasi (tolak Ho, terima Ha). Artinya tidak lolos uji autokolerasi.

  Tabel 4.2.4 Hasil Uji Autokorelasi

  Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic

  2.655362 Prob. F(2,64)

  ObsR-squared

  5.440161 Prob. Chi-Square(2)

  Sumber: output Eviews 8.0

  Pada Tabel 5.1, dapat dilihat bahwa nilai probabilitas yang dihasilkan sebesar 0.0659 lebih besar dari nilai α sebesar 0.05. Hal ini berarti t tolak Ho, terima Ha yang artinya tidak terdapat autokorelasi.

4.3. Pengujian Hipotesis

4.3.1. Uji t-statistik

  Uji ini dilakukan dengan cara pengujian terhadap variabel-variabel independent secara parsial atau individu, digunakan untuk mengetahui signifikasi dan pengaruh variabel Inflasi, Kurs, Utang Luar Negeri dan Ekspor secara individu terhadap Cadangan Devisa Indonesia. Adapun hasil pengujian koefisien regresi secara individu adalah sebagai berikut:

  Tabel 5.2

  Hasil Pengujian Koefisien Regresi Secara individu

  t-tabel

  Variabel Koefisien

  t- hitung (α = 5) Keterangan

  -4.149194 -3.375495 -1.66827

  Sumber: Hasil Pengolahan Data

  Keterangan: Tingkat signifikasi sebesar 5 dengan deegre off freedom nilai n adalah

  35 dan nilai k adalah 5 maka nilai df = n-k-1 (72-5-1) = 66, diperoleh t -tabel = 1.66827

  Uji t terhadap Variabel Inflasi

  1. Jika t hitung >t tabel maka H 0 ditolak dan H a tidak ditolak berarti bahwa secara individu

  variabel Inflasi berpengaruh terhadap variabel Cadangan Devisa.

  2. Jika t hitung

  variabel Inflasi tidak berpengaruh terhadap variabel Cadangan Devisa

  3. Berdasarkan hasil regres diketahui bahwa nilai t hitung lebih kecil dari nilai t tabel

  yaitu sebesar 0.360908 < 1.66827, dengan demikian hipotesisnya H 0 tidak ditolak

  dan H a ditolak. Artinya tidak terdapat pengaruh antara Inflasi terhadap Cadangan.

  Uji t terhadap Variabel Kurs

  1. Jika t hitung >t tabel maka H 0 ditolak dan H a tidak ditolak berarti bahwa secara individu

  variabel Kurs berpengaruh terhadap variabel Cadangan Devisa.

  2. Jika t hitung

  variabel Kurs tidak berpengaruh terhadap variabel Cadangan Devisa.

  3. Berdasarkan hasil regres diketahui bahwa nilai -t hitung lebih kecil dari nilai -t

  tabel yaitu sebesar -3.375495 > -1.66827, dengan demikian hipotesisnya H 0 ditolak

  dan H a tidak ditolak. Artinya terdapat pengaruh signifikan antara Kurs terhadap

  Cadangan Devisa.

  Uji t terhadap Variabel Utang Luar Negeri

  1. Jika t hitung > t tabel maka tolak H 0 dan tidak tolak Ha, berarti bahwa secara individu

  variabel Utang Luar Negeri berpengaruh terhadap variabel Cadangan Devisa.

  2. Jika t hitung

  variable Utang Luar Negeri tidak berpengaruh terhadap variabel Cadangan Devisa

  3. Berdasarkan hasil regres diketahui bahwa nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel

  yaitu sebesar 7.163126 > 1.66827, dengan demikian hipotesisnya H 0 ditolak dan H a

  tidak ditolak. Artinya terdapat pengaruh signifikan antara Utang Luar Negeri

  terhadap Cadangan Devisa.

  Uji t terhadap Variabel Ekspor

  1. Jika t hitung >t tabel maka H 0 ditolak dan H a tidak ditolak berarti bahwa secara individu

  variabel Ekspor berpengaruh terhadap variabel Cadangan Devisa.

  2. Jika t hitung

  variabel Ekspor tidak berpengaruh terhadap variabel Cadangan Devisa.

  3. Berdasarkan hasil regres diketahui bahwa nilai -t hitung lebih kecil dari nilai t tabel

  yaitu sebesar 5.445290 > 1.66827, dengan demikian hipotesisnya H 0 ditolak dan H a

  tidak ditolak. Artinya terdapat pengaruh signifikan antara Ekspor terhadap

  Cadangan Devisa.

4.3.2. Uji F-statistik

  Uji F dilakukan dengan cara pengujian terhadap variabel-variabel independen secara bersama-sama yang dilakukan utuk melihat pengaruh varibel independen yaitu Inflasi, Kurs Rupiah, Utang Luar Negeri dan Ekspor secara bersama-sama terhadap variabel dependen yaitu Cadangan Devisa.

  Tabel 5.3

  Hasil Pengujian Koefisien Regresi Secara Bersama-Sama

  F- hitung F- tabel Kriteria (α = 5)

  2.51 Signifikan

  Sumber: Pengolahan Data eviews 8.0

  Keterangan: Dengan menggunakan tingkat signifikansi α = 5, di mana nilai df1 = k-1 (5-1) = 4 dan

  nilai df2= n – k (72-5) = 67, diperoleh F-tabel adalah 2.51.

  Kriteria uji hipotesis statistik secara simultan dengan uji F adalah:

  1. Jika F hitung >F tabel maka tolak H 0 dan tidak tolak H a , berarti bahwa secara bersama-

  sama variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen pada mdel penelitian.

  2. Jika F hitung

  sama variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen pada model penelitian.

  Berdasarkan Tabel 5.3 dapat disimpulkan bahwa nilai F-hitung lebih besar dari F-tabel

  yaitu sebesar 174.8200 > 2.51 engan demikian tolak hipotesis H 0 . Artinya Inflasi, Kurs, Utang

  Luar Negeri dan Ekspor secara bersama-sama berpengaruh terhadap Cadangan Devisa Indonesia pada model penelitian.

4.3.3. Koefisien Determinasi (R 2 )

  Hasil Koefisien Determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen secara statistik. Berdasarkan pada hasil regresi pada tabel 4.6 pengaruh Inflasi, Nilai Tukar, Utang Luar Negeri dan Ekspor terhadap Cadangan

  Devisa diperoleh nilai R 2 sebesar 0.912565 atau 91.25. Artinya besaran pengaruh dari keseluruhan variabel independen yaitu: Inflasi, Kurs, Utang Luar Negeri dan Ekspor sebesar

  91.25. Sedangkan sisanya sebesar 8.75 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam variabel penelitian.

4.4. Analisis Ekonomi

  Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa cadangan devisa dipengaruhi oleh Inflasi, Kurs Rupiah, Utang Luar Negeri dan Ekspor. Berikut akan dijelaskan analisis ekonomi dari tiap-tiap variabel Independen:

  Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa inflasi berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap cadangan devisa. Koefisien parameter inflasi yang positif mungkin dapat dijelaskan sebagai berikut, apabila harga-harga barang dan sektor jasa cenderung mengalami kenaikan atau disebut dengan inflasi, maka akan menyebabkan terhambatnya kegiatan perekonomian di negara bersangkutan. Sehingga negara membutuhkan lebih banyak devisa untuk dapat bertransaksi di luar negara. Pada akhirnya, hal itu akan mengakibatkan defisit neraca perdagangan Indonesia yang berdampak menurunnya Cadangan Devisa Indonesia. Jika inflasi terjadi dalam suatu negara maka harga barang dan juga jasa didalam negeri juga tinggi. Hal ini menyebabkan perubahan pada nilai mata uang dan berimbas pada giro bank dan berdampak pada cadangan devisa. Jika inflasi terjadi maka akan mengakibatkan kenaikan pada harga pangan dan minyak sehingga terhadi kesenjangan antar penawaran dan permintaan dimana arus impor akan meningkat dan arus ekspor akan terhambat ataupun mengalami penurunan terus menerus karena barang buatan dalam negeri jauh lebih mahal daripada harga barang sejenis buatan luar negeri. Pada akhirnya, hal itu akan mengakibatkan desifit neraca perdagangan Indonesia yang berdampak pada menurnnya cadangan devisa Indonesia. Penelitian ini diperkuat oleh Ida Bagus Putu Purnama Putra dan I G. B. Indrajaya (2013)