PEMISAHAN DAN PEMBAGIAN KEKUASAAN p1

PEMBAGIAN DAN PEMISAHAN KEKUASAAN

Dalam teori pemisahan kekuasaan, masing-masing kekuasaan negara harus dipisah
karena memusatkan lebih dari fungsi pada satu orang atau organ pemerintah akan
membahayakan kebebasan individu. Banyak negara yang mengadopsi teori ini dengan
modifikasi yang berbeda pula, dengan menyesuaikan karakteristik dan kebutuhan negara.
Sedangkan, dalam ajaran pembagian kekuasaan ditekankan pada pentingnya pembagian fungsi
bukan pada pembagian lembaganya. Konsep ini didasarkan pada pemikiran bahwa hanya fungsi
pokok masing-masing pemegang kekuasaan yang dibedakan. Pada konsep ini teori trias politica
tetap aada namun fungsinya tak lagi tertutup hanya pada lembaga tersebut. Fungsi lembaga
legislatif tetap sebagai pembuat undang-undang namun eksekutif juga berhak bersama-sama
dengan legislative membuat undang-undang. Dalam konsep ini, terdapat kerjasama antara
lembaga negara dalam rangka menjalankan tugas dan fungsinya.
Sejak Dekrit Presiden 5 Juli 1959 – sekarang setidaknya telah dua kali terjadi modifikasi
ajaran pemisahan kekuasaan dalam ketatanegaraan Indonesia, yaitu sebelum amandemen dan
sesudah amndemen. Sebelum amandemen Indonesia menganut ajaran pembagian kekuasan,
namun setelah amandemen Indonesia memiliki kecenderungan menganut sistem check and
balances. Ajaran pembagian kekuasaan dapat ditunjukan dalam pasal 5, pasal 14, pasal 21 dan
pasal 1 ayat (2) UUD 1945. Menurut Moh Kusnardi , dengan mendasarkan pada UUD 45 paling
tidak ada 3 alasan pemerintahan Indonesia menganut ajaran pembagian kekuasaan, yaitu:
1. Undang-Undang Dasar 1945 tidak membatasi secara tajam, bahwa setiap

kekuasaan itu harus dilakukan oleh satu organ/badan tertentu yang tidak boleh
saling campur tangan.
2. Undang-Undang Dasar 1945 tidak membatasi kekuasaan itu dibagi atas tiga
bagian saja dan juga tidak membatasi pembagian kekuasaan dilakukan oleh tiga
organ/badan saja.
3. Undang-Undang Dasar 1945 tidak membagi habis kekuasaan rakyat yang
dilakukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Pasal 1 ayat 2, kepada lembagalembaga negara lainnya..1
Setelah amandemen dilakukan terhadap UUD 1945, maka kecenderungan sistem yang
digunakan dalam hubungan antar lembaga negara adalah faham pemisahan kekuasaan
berdasarkan prinsip check and balances.

1 Moh Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia (Jakarta: Sinar Bakti, 1988) hlm.
181