HUBUNGAN PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

HUBUNGAN PEMERINTAH PUSAT DAN
DAERAH
May 25, 2016 syahrial Leave a comment
Alam yang kaya merupakan anugrah Tuhan Yang Maha Esa, Nusantara tanahnya yang subur,
punya kekayaan di laut dengan berbagai ragamnya menunggu rakyat untuk mengolah. Semua
kebutuh manusia tersedia pada alam, namun demikian apabila tidak bisa mengatur dan
mengolahnya kekayaan tersebut belum tentu sampai dinikmati sacara merata bagi
penduduknya. Pengelolaan, pengaturan dan pendistribusiannya itulah yang menjadi tugas
penduduk yang menghuni nusantara ini. Konsep negara kesatuan dan otonomi yang
diberikan kepada daerah sehingga pemerintah pusat dan pemerintah daerah memiliki
hubungan kerja sama untuk mengolah alam sehingga kesejahteraan dapat dinikmati oleh
masyarakat secara merata. Pertanyaan adalah bagaimanakah hubungan kerja sama tersebut
sehingga bermanfaat bagi kesejahteraan bersama.
HUBUNGAN STRUKTURAL
Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah berbentuk kesatuan di pihak lain
ditampung kemajemukan bangsa sesuai dengan sasanti Bhinneka Tunggal Ika. Pemerintah
Daerah di dalam perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
dilatarbelakangi oleh kehendak untuk menampung semangat otonomi daerah dalam
memperjuangkan kesejahteraan masyarakat daerah. Hal itu dilakukan setelah belajar dari
praktik ketatanegaraan pada era sebelumnya yang cenderung sentralistis, adanya
penyeragaman sistem pemerintahan seperti dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974

tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang
Pemerintahan Desa, serta mengabaikan kepentingan daerah. Akibat kebijakan yang
cenderung sentralistis itu, Pemerintah Pusat menjadi sangat dominan dalam mengatur dan
mengendalikan daerah sehingga daerah diperlakukan sebagai objek, bukan sebagai subjek
yang mengatur dan mengurus daerahnya sendiri sesuai dengan potensi dan kondisi objektif
yang dimilikinya.
Perubahan Pasal 18 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menjadi
dasar hukum bagi pelaksanaan otonomi daerah yang dalam era reformasi menjadi salah satu
agenda nasional. Melalui penerapan tentang Pemerintahan Daerah diharapkan lebih
mempercepat terwujudnya kemajuan daerah dan kesejahteraan rakyat di daerah, serta
meningkatkan kualitas demokrasi di daerah. Semua ketentuan itu dirumuskan tetap, dalam
kerangka menjamin dan memperkuat NKRI, sehingga dirumuskan hubungan kewenangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah dengan memperhatikan kekhususan dan
keragaman daerah.
Dalam perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengatur
hubungan wewenang pemerintah pusat dan pemerintahan daerah dalam satu pasal, yaitu Pasal
18A ayat (1) dan ayat (2) dengan rumusan bahwa hubungan wewenang antara pemerintah
pusat dan pemerintahan daerah provinsi, kabupaten, dan kota, atau antara provinsi dan
kabupaten dan kota, diatur dengan undang-undang dengan memperhatikan kekhususan dan
keragaman daerah.


Daerah dalam mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya berlandaskan atau
mengacu pada bahwa:
(1) Presiden memegang kekuasaan pemerintahan.
(2) Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber
daya lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah diatur dan dilaksanakan
secara adil dan selaras berdasarkan undang-undang.
Ketentuan hubungan ini dimaksudkan agar penyelenggaraan pemerintahan daerah tetap
menjamin adanya prinsip keadilan dan keselarasan. Sementara itu, hal-hal yang menyangkut
keuangan, termasuk yang menyangkut hak-hak daerah. Demikian pula halnya dengan urusan
pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya juga ditata agar
daerah mendapatkan bagian secara proporsional. Seiring dengan itu, juga menjamin sejumlah
kewajiban untuk memperhatikan daerah lain bagi yang memiliki sumber daya alam dan
sumber daya lainnya yang berbeda atau daerah lain yang tidak memilikinya.
Ditinjau dari sudut hubungan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dapat dilihat
dari Adanya hubungan dalam penyelenggaraan pemerintahan, Kebijakan desentralisasi
dimaksudkan untuk memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengatur dan mengurus
rumah tangganya sendiri dalam ikatan negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Bahwa
tanggung jawab akhir dari penyelenggaraan urusan-urusan pemerintahan yang diserahkan
kepada Daerah adalah menjadi tanggung jawab Pemerintah Nasional (Pusat) karena dampak

akhir dari penyelenggaraan urusan tersebut akan menjadi tanggung jawab negara. Peran Pusat
dalam kerangka otonomi Daerah akan banyak bersifat menentukan kebijakan makro,
melakukan supervisi, monitoring, evaluasi, kontrol dan pemberdayaan agar Daerah dapat
menjalankan otonominya secara optimal. Sedangkan peran daerah akan lebih banyak pada
tataran pelaksanaan otonomi tersebut. Dalam melaksanakan otonominya Daerah berwenang
membuat kebijakan Daerah. Kebijakan yang diambil Daerah adalah dalam batas-batas
otonomi yang diserahkan kepadanya dan tidak boleh bertentangan dengan Peraturan
Perundangan yang lebih tinggi yaitu norma, standard dan prosedur yang ditentukan Pusat.
Pemerintahan daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan memiliki hubungan
dengan pemerintah pusat dan dengan pemerintahan daerah lainnya. Hubungan tersebut
meliputi:
1.
2.
3.
4.

Hubungan wewenang
Keuangan
Pelayanan umum
Pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya.


Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber daya
lainnya dilaksanakan secara adil dan selaras. Hubungan wewenang, keuangan, pelayanan
umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya menimbulkan hubungan
administrasi dan kewilayahan antar susunan pemerintahan.
Secara struktural hubungan antara pemerintah pusat dan daerah dilaksanakan berdasarkan
asas dekonsentrasi dimana pemerintah tingkat pusat melimpahkan sebagian kewenangannya
kepada instansi atau lembaga pada tingkat daerah yang selanjutkan pemerintah pada tingkat
daerah mempertanggungjawabkan tugas dan kewenangan tersebut kepada pemerintah pusat.

Kewenangan yang menjadi tanggung jawab pemerintah pusat tetapi secara struktural tugas
dan kewenangannya ada didaerah antara lain seperti :
1. Politik luar negeri; mengangkat pejabat diplomatik dan menunjuk warga negara
untuk duduk dalam jabatan lembaga internasional, menetapkan kebijakan luar negeri,
melakukan perjanjian dengan negara lain, menetapkan kebijakan perdagangan luar
negeri, dan sebagainya
2. Pengadilan/yustisi; kekuasaan kehakiman berada pada lembaga negara Mahkamah
Agung, Mahkamah Konstitusi dan Komisi Yudisial. Lembaga kehakiman tersebut ada
pada tingkat daerah, khususnya yang bertanggung jawab secara strukturan kepada
Mahkamah Agung yaitu Pengadilan tingkat pertama (Pengadilan Negeri, Pengadilan

Agama, Pengadilan Tata Usaha Negara, Pengadilan Niaga dll) semua berada pada
tingkat kabupaten/kota. Sedangkan Pengadilan Tinggi atau pengadilan tingkat
banding berada pada tingkat propinsi.
3. Moneter dan keuangan ; bank sentral sebagai suatu lembaga yang sangat penting
dalam suatu negara yang mengatur dan melaksanakan fungsi kebijakan moneter.
Untuk melaksanakan tugasnya Bank Sentral memiliki kantor di Propinsi. Badan
Pemeriksa Keuangan yang bertugas memeriksa anggaran pendapat belanja Negara
dan APBD maka kedudukannya di ibu kota negara, dan memiliki perwakilan di setiap
provinsi.
4. Pertahanan , Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut,
dan Angkatan Udara sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi,
dan memelihara keutuhan dan kedaulatan negara.Untuk melaksanakan tugasnya TNI
memiliki hubungan structural di daerah, seperti Komando Daerah Militer (Kodam)
pada tingkat daerah propinsi dan Komando Distrik Militer(Kodim) pada tingkat
kabupaten/kota.
5. Keamanan, Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga
keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani
masyarakat, serta menegakkan hukum.Untuk melaksanakan tugasnya kepolisian
memilik hubungan structural pada tingkat daerah baik propinsi atau kapubaten, yaitu
Kepolisian Daerah Polda (Polda) di setiap Propinsi, Kepolisian Resimen

(Polres)disetiap kabupaten/kota dan pada tingkat kecamatan disebut Kepolisian
Sektor (Polsek)
6. Agama, Urusan agama menjadi kewenangan pemerintah pusat, namun semua
urusannya dilakasnakan pada tingkat propinsi disebut Kanwil Kementerian Agama,
pada tingkat kabupaten/kota Kandepag.
Kewenangan tersebut diatas merupakan sepenuhnya menjadi tanggung jawan pemerintah
pusat, tetapi secara struktural dilaksanakan pada tingkat daerah. Namun juga kewenangan
pemerintah pusat dan daerah dalam suatu urusan dibagi menurut asas desentralisasi dan
sebagian lagi masih menjadi kewenangan pemerintah pusat, contohnya dalam urusan
pendidikan, pemerintah pusat berwenang menetapkan kurikulum (seperti kurikulum 2013)
bagaimana melaksanakan kurikulum tersebut diperlukan pra sarana dan sarana, maka
pemerintah daerah melaksanakan persiapan sarananya, seperti gedung sekolah, guru-guru,
media belajarnya. Disini akan terlihat hubungan antara pemerintah pusat dan daerah sangat
terkait, keberhasilan pendidikan tidak ditentukan oleh bagaimana kurikulum dan standar
mutu juga ditentukan bagaimana pemerintahan menyediakan pelayanan dalam bidang sarana
dan pra sarana.

Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
Hubungan antara pemerintah pusat dengan daerah akan terlihat lebih jelas dengan peranan
yang dilakukan oleh Dewan Perwakilan Daerah. Dalam UUD 1945 perubahan dapat dilihat

kedudukan dan fungsi DPD, yaitu:
(1) Anggota Dewan Perwakilan Daerah dipilih dari setiap provinsi melalui pemilihan
umum.
(2)
Anggota Dewan Perwakilan Daerah dari setiap provinsi jumlahnya sama dan jumlah
seluruh anggota Dewan Perwakilan Daerah itu tidak lebih dari sepertiga jumlah anggota
Dewan Perwakilan Rakyat.
(3)

Dewan Perwakilan Daerah bersidang sedikitnya sekali dalam setahun.

(4) Dewan Perwakilan Daerah dapat mengajukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat
rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan
daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya
alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan
keuangan pusat dan daerah.
(5)
Dewan Perwakilan Daerah ikut membahas rancangan undang-undang yang berkaitan
dengan otonomi daerah; hubungan pusat dan daerah; pembentukan, pemekaran, dan
penggabungan daerah; pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya,

serta perimbangan keuangan pusat dan daerah; serta memberikan pertimbangan kepada
Dewan Perwakilan Rakyat atas rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan
belanja negara dan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan,
dan agama.
(3)
Dewan Perwakilan Daerah dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan undangundang mengenai: otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah,
hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi
lainnya, pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara, pajak, pendidikan, dan
agama serta menyampaikan hasil pengawasannya itu kepada Dewan Perwakilan Rakyat
sebagai bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti.
Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 melahirkan
sebuah lembaga baru dalam struktur ketatanegaraan Indonesia, yakni Dewan Perwakilan
Daerah (DPD). Dengan kehadiran DPD tersebut, dalam sistem perwakilan Indonesia, DPR
didukung dan diperkuat oleh DPD. DPR merupakan lembaga perwakilan berdasarkan aspirasi
dan paham politik rakyat sebagai pemegang kedaulatan, sedangkan DPD merupakan lembaga
perwakilan penyalur keanekaragaman aspirasi daerah. Keberadaan lembaga DPD merupakan
upaya menampung prinsip perwakilan daerah.
Sistem perwakilan yang dianut Indonesia merupakan sistem yang khas Indonesia karena
dibentuk sebagai perwujudan kebutuhan, kepentingan, serta tantangan bangsa dan negara
Indonesia.

Ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang mengatur
keberadaan DPD dalam struktur ketatanegaraan Indonesia itu antara lain dimaksudkan untuk

1. memperkuat ikatan daerah-daerah dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia
dan memperteguh persatuan kebangsaan seluruh daerah;
2. meningkatkan agregasi dan akomodasi aspirasi dan kepentingan daerah-daerah dalam
perumusan kebijakan nasional berkaitan dengan negara dan daerah;
3. mendorong percepatan demokrasi, pembangunan dan kemajuan daerah secara serasi
dan seimbang.
Dengan demikian, keberadaan daerah berjalan sesuai dengan keberagaman daerah dalam
rangka kemajuan bangsa dan negara.
DPD memiliki fungsi yang terbatas di bidang legislasi, anggaran, pengawasan, dan
pertimbangan. Fungsi DPD berkaitan erat dengan sistem saling mengawasi dan saling
mengimbangi dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, yaitu
(1) dapat mengajukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat rancangan undang-undang yang
berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran
serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi
lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah;
(2) ikut membahas rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah;
hubungan pusat dan daerah; pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah;

pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta perimbangan
keuangan pusat dan daerah; serta memberikan pertimbangan kepada Dewan Perwakilan
Rakyat atas rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara dan
rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama;
(3) dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai: otonomi
daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah,
pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan anggaran
pendapatan dan belanja negara, pajak, pendidikan, dan agama serta menyampaikan hasil
pengawasannya itu kepada Dewan Perwakilan Rakyat sebagai bahan pertimbangan untuk
ditindaklanjuti.

Pemantauan pelaksanaan otonomi bagi daerah otonomi dibentuklah Dewan Pertimbangan
Otonomi Daerah (ketuanya Menteri Dalam Negeri) dengan tugasnya adalah memberikan
pertimbangan kepada Presiden mengenai:
1. Pembentukan, penghapusan, penggabungan dan pemekaran daerah.
2. Perimbangan keuangan pusat dan daerah,
3. Kemampuan daerah kabupaten dan kota untuk melaksanakan kewenangan tertentu.
Atas pertimbangan dari Dewan Otonomi Daerah dengan berbagai pertimbangan semenjak
tahun 2009 presiden menghentikan proses pemekaran daerah baru dengan berbagai
pertimbangan, seperti kurang memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh undang-undang.

Pendalaman Materi:
Jawablah pertanyaan berikut ini!

1. Sebutkanlah undang-undang yang mengatur pemerintah daerah di masa Orde Baru
dan apakah kelemaahannya?
2. Apakah dasar atau prinsip hubungan pemerintah pusat dan daerah setelah perubahan
UUD 1945?
3. Sebutkanlah bentuk-bentuk hubungan antara pemerintah pusat dengan daerah?
4. Sebutkanlah tugas dan wewenang pemerintah pusat yang ada di daerah?
5. Sebutkanlah fungsi Dewan Perwakilan Daerah?

HUBUNGAN FUNGSIONAL
Hubungan fungsinal dalam konteks penyelenggaraan program pemerintah. Secara harfiah
hubungan fungsional adalah adanya hubungan atau bagian dari komunikasi karena faktor
proses , sebab akibat atau karena kepentingan yang sama, faktor proses misalnya dari
pengolah bahan baku ke bahan setengah jadi baru ke produk , bisa saja terjadi karena faktor
sebab akibat misalnya air laut menguap yang terkena matahari kemudian menimbulkan awan
dan hujan atau karena faktor kepentingan atau urusan.
hubungan pemerintah pusat dan daerah atas dasar otonomi teritorial, dimana otonomi
teritorial merupakan konsep dalam negara kesatuan. Satuan otonomi teritorial merupakan
suatu satuan mandiri dalam lingkungan negara kesatuan yang berhak melakukan tindakan
hukum sebagai subjek hukum untuk mengatur dan mengurus fungsi pemerintahan
(administrasi negara) yang menjadi urusan rumah tangganya. Jadi, hubungan pusat dan
daerah atas dasar otonomi teritorial memiliki kesamaan dengan hubungan pusat dan daerah
atas dasar federal yaitu hubungan antara dua subjek hukum yang masing-masing berdiri
sendiri. Perbedaannya, dalam otonomi teritorial, pada dasarnya seluruh fungsi kenegaraan
dan pemerintahan ada dalam lingkungan pemerintah pusat yang kemudian dipencarkan
kepada satuan-satuan otonomi. Pemencaran ini dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :





Undang-undang menetapkan secara tegas berbagai fungsi pemerintahan (administrasi
negara) sebagai urusan rumah tangga daerah.
Pusat dari waktu ke waktu menyerahkan berbagai urusan baru kepada satuan otonomi.
Pusat mengakui urusan-urusan pemerintahan tertentu yang “diciptakan” atau yang
kemudian diatur dan diurus satuan otonomi.
Membiarkan suatu urusan yang secara tradisional atau sejak semula dikenali sebagai
fungsi pemerintahan yang diatur dan diurus satuan satuan otonomi.

Pembagian Urusan Pemerintahan
Sejarah ketatanegaraan RI memasuki babak baru setelah era reformasi yaitu dengan
pelaksanaan otonomi daerah berdasarkan UU No. 22 tahun 1999. Dalam undang-undang
tersebut telah terpenuhi sendi-sendi otonomi, yaitu: pembagian kekuasaan (sharing of power),
pembagian pendapatan (distribution of income) dan kemandirian administrasi pemerintah
daerah (emporing). Undang-undang tersebut kemudian diperbaharui dengan UU No. 32 tahun
2004. Sementara berkaitan dengan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan
daerah, lahir UU No. 25 tahun 1999 yang kemudian telah dirubah dengan UU No. 33 tahun

2004, UU tersebut juga mengatur tentang pembiayaan pembangunan daerah yang bersumber
dari pendapatan anggaran daerah, dana perimbangan dan pendapatan lain-lain.
Konsep dasar hubungan pemerintahan pusat dengan secara fungsional menurut UU No.
22/1999 tentang Pemerintahan Daserah adalah:





Membesarkan kewenangan dan tanggung jawab daerah otonom.
Keleluasaan daerah untuk mengatur / mengurus kewenangan semua bidang
pemerintahan kecuali enam kewenangan.
Kewenangan yang utuh dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan
pengendalian.
Pemberdayaan masyarakat, tumbuhnya prakarsa, inisiatif, meningkatnya peran
masyarakat dan legislatif.

Asas-asas Otonomi Daerah
1. Asas Sentralisasi adalah pemusatan seluruh penyelenggaraan pemerintah Negara
dengan pemerintah pusat.
2. Asas Desentralisasi adalah segala pelimpahan kewenangan pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah.
3. Asas Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari pemerintah gubernur sebagai
wakil pemerintah dan perangkat pusat di daerah.
4. Asas Pembantuan adalah asas yang menyatakan turut serta dalam pelaksanaan urusan
pemerintah yang ditugaskan kepada pemerintah daerah dengan kewajiban untuk
mempertanggungjawabkan kepada yang memberi tugas.
Pembagian Kewenangan (UU No 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah)
1. Kewenangan Pemerintah (ps 10 ayat (3)) :







politik luar negeri;
pertahanan;
keamanan;
yustisi;
moneter dan fiskal nasional; dan
agama

1. Kewenangan Wajib Pemerintah Daerah Provinsi (ps 13)











perencanaan dan pengendalian pembangunanan
perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang;
penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat;
penyediaan sarana dan prasarana umum;
penanganan bidang kesehatan;
penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya masusia potensial;
penanggulangan masalah sosial lintas kabupaten/kota;
pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas kabupaten/kota;
fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengah termasuk lintas
kabupaten/kota;
pengendalian lingkungan hidup;








pelayanan pertanahan termasuk lintas kabupaten/kota;
pelayanan kependudukan, dan pencatatan sipil;
pelayanan administrasi umum pemerintahan;
pelayanan administrasi penanaman modal termasuk lintas kabupaten/ kota;
penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya yang belum dapat dilaksanakan oleh
kabupaten/kota; dan
urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan.

1. Kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota (pada dasar-nya sama namun
dalam skala kabupaten/kota, ps 14) :

















perencanaan dan pengendalian pembangunanan;
perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang;
penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat;
penyediaan sarana dan prasarana umum;
penanganan bidang kesehatan;
penyelenggaraan pendidikan;
penanggulangan masalah sosial;
pelayanan bidang ketenagakerjaan;
fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengah;
pengendalian lingkungan hidup;
pelayanan pertanahan;
pelayanan kependudukan, dan pencatatan sipil;
pelayanan administrasi umum pemerintahan;
pelayanan administrasi penanaman modal;
penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya; dan
urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan.

1. Kewenangan Pemerintah Daerah untuk mengelola sumber daya alam dan sumber
daya lainnya di wilayah laut meliputi (ps 18):







eksplorasi, eksploitasi, konservasi dan pengelolaan laut;
pengaturan administrasi;
pengaturan tata ruang;
penegakan hukum terhadap peraturn yang dikeluarkan oleh daerah atau yang
dilimpahklan kewenganannya oleh Pemerintah;
ikut serta pemeliharaan keamanan; dan
ikut serta dalam pertahanan kedaulatan negara.

Sedangkan batas wilayahnya adalah paling jauh 12 mil laut diukur dari garis pantai kearah
laut lepas dan 1/3 nya menjadi keweangan daerah ka-bupaten/kota.
Segala urusan yang menjadi tanggung pemerintah daerah dilaksanakan oleh pemerintah
daerah yaitu Gubernur/Kepala Daerah Tk I bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tk I
dan Bupati/Walikota bersama DPRD Tk II. Seperti dalam bagan dibawah ini.
Keuangan Daerah
Pelaksanaan otonomi daerah yang dimulai tahun 2001 menimbulkan reaksi berbeda-beda
bagi daerah. Pemerintah daerah yang memiliki sumber daya alam yang besar menyambut

dengan senang dan penuh harapan, tetapi daerah yang miskin sumber daya alam
menimbulkan sedikit kekhawatiran, karena sumber daya alam akan berhubungan dengan
penerimaan pendapatan daerah. Daerah otonom dituntut untuk mencari alternative sumber
pembiayaan pembangunan tanpa mengurangi harapan masih adanya bantuan pemerintah
pusat. Dalam kondisi seperti ini peranan investasi swasta dan perusahaan milik daerah sangat
diharapkan, disamping menarik investasi asing. Namun demikian keberhasilan otonomi
daerah tidak selalu ditentukan oleh sumber keuangan yang banyak, melainkan ditentukan
oleh kinerja pemerintah yang dapat dilihat dari berbagai indikator , yaitu:
1.
2.
3.
4.

Perbandingan antara anggaran dan realisasinya.
Perbandingan antara standar biaya dengan realisasinya.
Target dan presentase fisik proyek.
Standar pelayanan yang diharapkan.

Pendapatan asli daerah (PAD) adalah semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber
ekonomi asli daerah, meliputi: pajak daerah, retribusi daerah, hasil badan usaha milik daerah
dan hasil pengelolaan

kekayaan daerah dan lain-lain PAD yang sah.
Pelaksanaan otonomi daerah harus disertai dengan perimbangan keuangan antara pemerintah
pusat dan daerah, agar otonomi tersebut dapat membawa kemandirian dan kemajuan untuk
kemakmuran rakyat sesuai dengan UU No. 25 tahun 1999.
Pendalaman Materi
Jawablah pertanyaan berikut:
1. Apakah hubungan fungsional antara pemerintah pusat dengan daerah menurut UUD
1945?
2. Sebutkanlah 3 contoh pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah
menurut UU No. 32 tahun 2004?
3. Lembaga apakah yang terlibat sebagai pemerintah daerah menurut UUD 1945?
4. Apakah reaksi daerah daerah dengan adanya pemberian otonomi dilihat dari segi
sumber keuangan daerah?
5. Sebutkanlahprosentase bagi hasil keuangan antara pemerintah pusat, provinsi dan
kabupaten/kota?
OTONOMI DAERAH
Lahirnya otonomi bagi daerah-daerah seluruh Indonesia adalah setelah reformasi tahun 1999.
Berbagai alasan munculnya otonomi bagi daerah antara lain, ketimpangan pembangunan
antara pusat dan daerah, kemiskinan dan keterbelakangan daerah, akibatnya banyak
penduduk melakukan urbanisasi ke pusat yaitu Jakarta. Daerah-daerah sangat pasif,
pemerintah tidak efektif, kekayaan negara semua ditarik ke pemerintah pusat kemudian
pendistribusiaan dalam pembangunan kurang efektif. Inilah sebagai penyebab gerakan
reformasi yang salah satu tuntutannya adalah daerah di beri otonomi agar daerah juga
bertanggung jawab untuk mensejahterakan rakyat di daerah-daerah.

Otonomi Daerah Menurut Perubahan UUD 1945
Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi
itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu
mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang.
Prinsip otonomi daerah menurut UUD 1945 adalah:
1. Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
2. Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota memiliki Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan
umum.
3. Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintah daerah
provinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara demokratis.
4. Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan
pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat.
5. Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan
lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.
6. Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam undangundang.
Dalam ketentuan itu, antara lain, ditegaskan bahwa pemerintah daerah (baik provinsi,
kabupaten, maupun kota) mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan. Penegasan ini menjadi dasar hukum bagi seluruh
pemerintahan daerah untuk dapat menjalankan roda pemerintahan (termasuk menetapkan
peraturan daerah dan peraturan lainnya) secara lebih leluasa dan bebas serta sesuai dengan
kebutuhan, kondisi, dan karakteristik daerahnya masing-masing, kecuali untuk urusan
pemerintahan yang dinyatakan oleh undang-undang sebagai urusan pemerintah pusat.
Mengenai asas dekonsentrasi tidak diatur dalam bab yang memuat ketentuan tentang
pemerintahan daerah ini. Tugas dekonsentrasi adalah bagian dari tugas pemerintahan negara
yang berkaitan dengan Bab III tentang Kekuasaan Pemerintahan Negara. Namun, meskipun
daerah diberi hak untuk membentuk peraturan daerah dan peraturan lain dalam rangka
melaksanakan otonomi daerah [ayat (6) di atas], itu bukan berarti bahwa daerah boleh
membuat peraturan yang bertentangan dengan prinsip negara kesatuan. Hal itu menjadi
penting karena Pemerintahan Daerah dalam menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali
menyangkut urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan
Pemerintah Pusat, daerah dalam melaksanakan urusan pemerintahan itu juga harus
memperhatikan hubungan wewenang antarpemerintahan yang diatur dengan undang-undang.
Untuk itu hak pemerintahan daerah tersebut sangat berkaitan erat dengan ketentuan Pasal 4
ayat (1) dalam menjalankan urusan pemerintahan dan Pasal 33 serta Pasal 34 UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam menjalankan perekonomian
dan kesejahteraan sosial.
Selain itu tercantum pula ketentuan bahwa pemerintahan daerah memiliki DPRD yang
anggotanya dipilih melalui pemilihan umum. Ketentuan ini dilatarbelakangi oleh keinginan
untuk mewujudkan demokratisasi penyelenggaraan pemerintahan daerah yang DPRD-nya

berwenang dalam menetapkan peraturan daerah dan APBD bersama-sama dengan pemerintah
daerah, serta mengawasi penyelenggaraan pemerintah daerah.
Dalam pasal ini juga
dimuat ketentuan bahwa kepala pemerintah daerah dipilih secara demokratis. Ketentuan itu
mengandung arti bahwa pemilihan itu harus dilakukan dengan cara yang demokratis, yang
menjamin prinsip kedaulatan rakyat, seperti dipilih secara langsung atau cara lain sesuai
dengan keistimewaan atau kekhususan daerah yang diatur dengan undang-undang, tetapi
tetap kedaulatan ada di tangan rakyat.
Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat
khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang. Ketentuan ini mendukung
keberadaan berbagai satuan pemerintahan yang bersifat khusus atau istimewa (baik provinsi,
kabupaten dan kota, maupun desa). Contoh satuan pemerintahan bersifat khusus adalah
Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta; contoh satuan pemerintahan bersifat istimewa adalah
Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta dan Daerah Istimewa (DI) Nanggroe Aceh Darussalam
(NAD).
Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hakhak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang. Satuan
pemerintahan di tingkat desa seperti gampong (di NAD), nagari (di Sumatera Barat), dukuh
(di Jawa), desa dan banjar (di Bali) serta berbagai kelompok masyarakat di berbagai daerah
hidup berdasarkan adat dengan hak-haknya seperti hak ulayat, tetapi dengan satu syarat
bahwa kelompok masyarakat hukum adat itu benar-benar ada dan hidup, bukan dipaksapaksakan ada; bukan dihidup-hidupkan. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya, kelompok itu
harus diatur lebih lanjut dalam peraturan daerah yang ditetapkan oleh DPRD. Selain itu,
penetapan itu tentu saja dengan suatu pembatasan, yaitu tidak boleh bertentangan dengan
prinsip-prinsip negara kesatuan.

Makna Otonomi Daerah

Landasan konstitusional pemerintah adalah UUD 1945 pasal 18 (2) : Pemerintah daerah
provinsi, daerah kabupaten dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
menurut asas otonomi dan tugas perbantuan. Pasal 18 (5) : Pemerintah daerah menjalankan
otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan
sebagai urusan Pemerintah Pusat.
Otonomi adalah pemberian kewenangan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah
untuk secara mandiri berdaya membuat keputusan mengenai kepentingan sendiri berkaitan
dengan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan atau hak dan kewenangan daerah untuk mengatur dan mengurus rumah
tangga daerah sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku (UU No. 32 tahun 2004).
Daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah tertentu,
yang berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa
sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) (UU No. 32 tahun 2004).

Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia berdasarkan kepada otonomi luas, nyata dan
bertanggung jawab. Adapun tujuan pemberian otonomi daerah adalah sebagai berikut :
1. Peningkatan pelayanan masyarakat yang semakin baik.
2. Pengembangan kehidupan demokrasi.
3.
4.
5. Pemeliharaan hubungan yang serasi antara Pusat dan Daerah serta antar daerah dalam
rangka keutuhan NKRI.
6. Mendorong untuk memberdayakan masyarakat.
7. Menumbuhkan prakarsa dan kreatifitas, meningkatkan peran serta masyarakat,
mengembangkan peran dan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Otonomi luas adalah kekuasaan daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan yang
mencakup kewenanganan semua bidang pemerintahan, kecuali kewenangan pada bidangbidang tertentu yang masih ditangani oleh pemerintah pusat. Kewenangan yang menjadi
tanggung jawab pemerintah pusat meliputi beberapa bidang antara lain seperti :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Politik/Hubungan luar negeri ;
Pengadilan/yustisi;
Moneter dan keuangan ;
Pertahanan
Keamanan
Agama

Otonomi yang nyata adalah keleluasaan daerah untuk menyelenggarakan kewenangan
pemerintahan di bidang tertentu yang secara nyata ada diperlukan serta tumbuh, hidup dan
berkembang di daerah.
Penyelenggaraan negara secara garis besar diselenggarakan dengan dua sistem yakni sistem
sentralisasi dan sistem desentralisasi. Sistem sentralisasi adalah jika urusan yang
bersangkutan dengan aspek kehidupan dikelola di tingkat pusat. Pada hakekatnya sifat
sentralistik itu merupakan konsekuensi dari sifat negara kesatuan.
Dalam perkembangan selanjutnya nampaknya desentralisasi merupakan pilihan yang
dianggap terbaik untuk menyelenggarakan pemerintahan, meskipun implementasinya di
beberapa negara, terutama di negara ketiga masih banyak mendapat ganjalan struktural,
sehingga penyelenggaraan desentralisasi politik masih setengah hati.
Sistem desentralisasi adalah sistem di mana sebagian urusan pemerintahan diserahkan kepada
daerah untuk menjadi urusan rumah tangganya. Dengan demikian daerah bertanggung jawab
sepenuhnya pengelolaan baik dari aspek perencanaan, peralatan dan pembiayaan maupun
personil dan lain-lainnya.

Otonomi Daerah dan Implementasinya
Sesuai dengan UU No. 32 tahun 2004, pemerintah daerah dalam era otonomi diberi
kesempatan untuk membuat dan mengembangkan kebijakannya sendiri sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi daerahnya masing-masing. Pada prinsipnya otonomi daerah
merupakan sarana untuk menjawab tiga persoalan mendasar dalam tatanan pemerintahan dan
pelayanan terhadap publik , yaitu:
1. Otonomi daerah merupakan upaya untuk mendekatkan pemerintah kepada rakyat.
2. Melalui otonomi daerah dapat tercipta akuntabilitas/tanggungjawab yang terjaga
dengan baik.
3. Kesempakan masyarakat untuk berpartisipasi aktif dan ikut serta bertanggung jawab
dalam pengambilan kebijakan di tingkat lokal.
Dalam aspek ekonomi, implementasi otonomi daerah bertujuan untuk memberdayakan
kapasitas daerah untuk mengembangkan dan meningkatkan perekonomiaannya. Otonomi
daerah membuka kesempatan seluas-luasnya kepada pemerintah lokal untuk membuat
kebijakan ekonomi sesuai dengan kepentingan daerahnya, misalnya dengan membuat regulasi
yang sederhana dan tidak berbelit-belit terkait dengan kepentingan masyarakat baik dari
dalam maupun luar negeri untuk berinvestasi di daerah sehingga roda perekonomian bisa
berjalan dengan baik. Peningkatan investasi akan mendorong laju pertumbuhan ekonomi kea
arah yang lebih baik yang pada gilirannya berdampak luas kepada penyerapan tenaga kerja di
tingkat lokal. Dengan demikian, Peningkatan perekonomian daerah berdampak kepada
peningkatan kesejahteraan rakyat di daerah, juga diharapkan memberi pelayanan maksimal
kepada para pelaku ekonomi di daerah, baik lokal, nasional, regional maupun global.
Dalam aspek sosial budaya, implementasi otonomi daerah merupakan apresiasi terhadap
keanegaragaman daerah, baik suku bangsa, agama, nilai-nilai sosial dan budaya serta potensi
lainnya yang terkandung di daerah. Namun, masalah pengelolaan lingkungan hidup harus
mendapat perhatian dalam pelaksanaan otonomi daerah. Pemanfaatan sumberdaya alam
seharusnya digunakan untuk kepentingan pembangunan daerah dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, akan tetapi pada kenyataannya eksploitasi bahan tambang,
pemanfaatkan sumber daya hutan (logging) telah berdampak kepada ancaman kelestarian
lingkungan, dalam hal ini perlu kewenangan pemerintah pusat terlibat baik dalam bentuk
regulasi dan permodalan dengan transfer APBN ke daerah daerah dalam bentuk dana alokasi
umum, dana alokasi khusus dan bagi hasil.

Instrumen Desentralisasi
Sebagaimana telah dikemukakan di muka desentralisasi tidak hanya sekedar desentralisasi
administrasi, tetapi juga terkait erat dengan kewenangan, untuk itu perlu instrumen-instrumen
sebagai berikut:
1. Harus ada ruang selain institusi negara (bukan politik yang monolitik), artinya dalam
pelaksanaan desentralisasi dimungkinkan adanya ruang publik yang bebas yang
memungkinkan publik mengakses informasi, dan bebas membicarakan isu-isu yang
menyangkut kepentingan bersama yang dikenal dengan wacana publik seperti
menyatakan pendapat, mengartikulasikan kepentingan, melakukan protes, memilih

pimpinan atau perwakilan rakyat. Dengan demikian masyarakat mempunyai
kemampuan mengakses kegiatan-kegiatan publik, mereka berhak melakukan kegiatan
secara merdeka di dalamnya, termasuk menyampaikan pendapat secara lisan atau
tulisan.
2. Harus memungkinkan lahirnya institusi non pemerintah (organisasi non pemerintah)
yang merdeka atau civil society. Civil society dipahami sebagai mengurangi dominasi
negara terhadap masyarakat. Pengurangan dominasi dimaksudkan dalam rangka
membangun kesetaraan hubungan antara masyarakat dan negara sehingga negara
tidak superior dan masyarakat inferior. Dengan demikian, desentralisasi menciptakan
relasi yang seimbang antara pemerintah (pusat) dengan masyarakat.

Pendalaman Materi:
Jawablah pertanyaan berikut ini:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Sebutkanlah prinsip-prinsip otonomi daerah menurut UUD 1945?
Bagaimana kedudukan DPRD dalam otonomi daerah?
Apakah arti pemerintahan daerah bersifat khusus dan istimewa?
Apakah tujuan pemberian otonomi kepada daerah?
Apakah arti otonomi sebagai pelayan publik?
Apakah yang dimaksud dengan desentralisasi kewenangan dalam otonomi daerah?

RANGKUMAN
1. Kebijakan desentralisasi dimaksudkan untuk memberikan kewenangan kepada daerah
untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dalam ikatan negara kesatuan
Republik Indonesia (NKRI).
2. Secara struktural hubungan antara pemerintah pusat dan daerah dilaksanakan
berdasarkan asas dekonsentrasi dimana pemerintah tingkat pusat melimpahkan
sebagian kewenangannya kepada instansi atau lembaga pada tingkat daerah yang
selanjutkan pemerintah pada tingkat daerah mempertanggungjawabkan tugas dan
kewenangan tersebut kepada pemerintah pusat
3. Hubungan pemerintahan pusat dengan secara fungsional adalah membesarkan
kewenangan dan tanggung jawab daerah otonom, keleluasaan daerah untuk mengatur
/ mengurus kewenangan semua bidang pemerintahan kecuali enam kewenangan,
Kewenangan yang utuh dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan
pengendalian dan pemberdayaan masyarakat, tumbuhnya prakarsa, inisiatif,
meningkatnya peran masyarakat dan legislatif.
4. Otonomi daerah merupakan pemerintah daerah (baik provinsi, kabupaten, maupun
kota) mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan
tugas pembantuan.

Evaluasi
Pilihlah jawaban yang paling tepat dari pernyataan berikut:
1. Pemerintah Pusat menjadi sangat dominan dalam mengatur dan mengendalikan
daerah sehingga daerah diperlakukan sebagai objek, Pernyataan ini sesuai dengan
system…
1. Sentralisasi
2. Desentralisasi
3. Dekonsentrasi
4. Tugas perbantuan
5. Pemberian wewenang
2. Pemerintahan daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan memiliki
hubungan dengan pemerintah pusat dan dengan pemerintahan daerah lainnya. Berikut
ini yang bukan merupakan Hubungan tersebut adalah…
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Perjanjian dengan Negara lain
Hubungan wewenang
Keuangan
Pelayanan umum
Pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya.
Kewenangan yang menjadi tanggung jawab pemerintah pusat tetapi secara struktural
tugas dan kewenangannya ada didaerah antara lain. Kecuali….
1. Sistem pertahanan dan keamanan
2. Kekuasaan kehakiman
3. Urusan agama dan kepercayaan
4. Urusan moneter dan fiskal
5. Urusan luar negeri
7. Pelimpahan wewenang dari pemerintah gubernur sebagai wakil pemerintah dan
perangkat pusat di daerah. Pernyataan ini adalah pengertian dari asas pemerintahan
daerah, yaitu….
1. Sentralisasi
2. Desentralisasi
3. Dekonsentralisasi
4. Tugas perbantuan
5. Made bewind
8. Kedudukan Anggota Dewan Perwakilan Daerah adalah……
1. Berasal dari perwakilan provinsi melalui pemilihan umum
2. Berasal dari setiap kabupaten/kota dalam suatu provinsi
3. Berasal dari tokoh-tokoh masyarakat di suatu propinsi
4. Sebagai utusan daerah dan golongan-golongan
5. Merupakan tokoh-tokoh partai politik peserta pemilu
9. Pemantauan pelaksanaan otonomi bagi daerah otonomi dibentuklah Dewan
Pertimbangan Otonomi Daerah (ketuanya Menteri Dalam Negeri) dengan tugasnya
adalah memberikan pertimbangan kepada Presiden. Berikut ini bukan merupakan
tugas dari badan tersebut….
10. Pembentukan, penggabungan dan pemekaran daerah.
11. Penghapusan suatu daerah yang tidak mampu dalam otonomi
12. Perimbangan keuangan pusat dan daerah,
13. Kemampuan daerah kabupaten dan kota untuk melaksanakan kewenangan tertentu.

14. Pemilihan dan penganggakat dari kepala daerah

7. Berikut ini sumber-sumber Penerimaan Daerah berasal dari Pendapatan Asli Daerah (
PAD ), Kecuali…..:
8. Pajak
9. Retribusi
10. Keuntungan Perusahaan Daerah ( Perusda )
11. Pengelolaan Aset Daerah
12. Dana Perimbangan
13. Prosentase Provinsi Dalam pajak bumi dan bangunan (PBB) sebagai Dana Bagi Hasil
Antara Pemerintah Pusat,Propinsi dan Kabupaten/ Kota adalah …
1. 10%
2. 20%
3. 40%
4. 70%
5. 90%
14. Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahannya menurut perubahan UUD 1945 adalah menurut…..
1. asas otonomi dan tugas pembantuan.
2. Asas sentralisasi dan desentralisasi
3. Asas perbantuan dan made bewind
4. Asas sentralisasi dan dekonsentrasi
5. Asas deregulerisasi dan debirokratisasi
15. Demokratisasi penyelenggaraan pemerintahan daerah yang DPRD-nya berwenang
dalam menetapkan….
1. peraturan daerah dan APBD
2. pemekaran daerah baru
3. penggabungan suatu daerah baru
4. meminta pertanggungjawaban otonomi
5. membuat perjanjian dengan Negara lain

Jawablah pertanyaan berikut dilembaran kerja anda!
1. Apakah hubungan kekuasaan kehakiman antara pemerintah pusat dengan
pemerintahan di daerah?
2. Jelaskanlah hubungan struktural antara pemerintah pusat dan daerah?
3. Sebutkanlah lembaga negara pemerintah pusat dan lembaga pemerintah daerah?
4. Jelaskan asas-asas pemerintahan daerah ?
5. Sebutkanlah tiga fungsi dari Dewan Perwakilan daerah?
6. Apakah berbedaan antara Dewan Perwakilan Daerah dengan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah?

Carilah kasus penyimpangan pelaksanaan otonomi daerah dilihat dari UUD 1945,
Diskusikanlah!

Glosari
Otonomi daerah : kewenangan yang diberikan kepada daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut
aspirasi masyarakat untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan
pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Desentralisasi adalah pelimpahan kekuasaan dan pembuatan keputusan secara meluas
kepada tingkatan – tingkatan yang lebih rendah.
Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada
gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu.
Reformasi secara umum berarti perubahan terhadap suatu sistem yang telah ada pada suatu
masa.
Daerah otonom adalah daerah di dalam suatu negara yang memiliki kekuasaan otonom, atau
kebebasan dari pemerintah di luar daerah tersebut. Biasanya suatu daerah diberi sistem ini
karena keadaan geografinya yang unik atau penduduknya merupakan minoritas negara
tersebut, sehingga diperlukan hukum-hukum yang khusus, yang hanya cocok diterapkan
untuk daerah tersebut.