FAKTOR FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN PRES

FAKTOR – FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN
PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA SEKOLAH TINGGI
TEOLOGI ”X”
Yusak Novanto
Universitas Pelita Harapan Surabaya
yusak.novanto@uph.edu
Lidia Yulianti
Sekolah Tinggi Teologi Marturia Tanjung Balai
lidia_yulianti10@yahoo.com

Abstract
Improving the quality of higher education institution is one of the important issues in Indonesia .
Quality of higher education system can be measured by the output quality each higher education
institution. The output quality can be measured easily, is student’s academic achievement. This
study aims to understand the effect of student’s learning motivation, self adjustment, and student’s
satisfaction toward to academic achievement. Student’s learning motivation, self adjustment and
student’s satisfaction will be assessed with some questionnaires based on Likert scale ; meanwhile
academic achievement will be measured using student’s cumulative GPA. Participant of this
research are 83 students of STT X. The finding revealed that learning motivation, self adjustment,
and student’s satisfaction has a significant influence toward academic achievement as much as 8,5
%. Learning motivation and student’s satisfaction are proved to have positive influence toward

academic achievement of STT X’s students. Meanwhile, Self Adjustment has negative influence
toward academic achievement of STT X’s students.
Keywords: student’s learning motivation, self-adjustment, student’s satisfaction, academic
achievement, STT X

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah

Peningkatan kualitas pendidikan merupakan salah satu program atau isu yang
penting di Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah, antara lain
melalui penyediaan anggaran pendidikan dengan jumlah besar yang dipergunakan
untuk meningkatan sarana dan prasarana sekolah, rekonstruki kurikulum
pendidikan yang disesuaikan dengan KKNI, dan peningkatan kompetensi tenaga
pendidik maupun tenaga kependidikan. Peningkatan kualitas pendidikan di
Indonesia ini diharapkan dapat menghasilkan sumber daya manusia yang
memiliki kapasitas dan kapabilitas yang tinggi untuk melanjutkan perjuangan
1

bangsa Indonesia untuk mencapai suatu masyarakat yang adil, beradab, dan
berkeadilan sosial.

Kualitas pendidikan di Indonesia dapat diukur melalui kualitas output dari
pendidikan dasar menengah dan pendidikan tinggi. Secara umum, kualitas output
yang mudah diukur adalah prestasi belajar siswa dan mahasiswa. Prestasi tersebut
dapat dibagi menjadi prestasi akademik dan prestasi non akademik. Keduanya
merupakan hal yang penting dalam mengukur keberhasilan proses belajar
mengajar yang dilaksanakan oleh para guru dan dosen pada suatu lembaga
pendidikan tertentu. Oleh karena itu, sekolah dan juga perguruan tinggi saat ini
terus berupaya untuk menghasilkan peserta didik yang berprestasi, baik secara
akademik maupun non akademik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berkaitan
dengan kualitas output pendidikan, yang mana dalam penelitian ini prestasi
belajar diukur melalui pencapaian prestasi akademik di perguruan tinggi. Utomo
(2009) menyatakan bahwa prestasi akademik adalah perolehan terbaik dalam
semua disiplin akademik, baik itu pembelajaran dalam kelas maupun kegiatan
ekstrakurikuler. Jadi, prestasi akademik merupakan pemenuhan semua tujuan
akademik seorang mahasiswa. Lebih spesifik lagi, prestasi akademik yang
dimaksud dalam penelitian ini diukur melalui pengumpulan data tentang hasil
perolehan nilai mahasiswa atau data tentang Indeks Prestasi Kumulatif mahasiswa
atau IPK akhir yang diperoleh oleh mahasiswa pada saat penelitian ini dilakukan.
Secara khusus, penelitian ini difokuskan pada mahasiswa Sekolah Tinggi

Teologi (STT). STT merupakan salah bentuk lembaga pendidikan tinggi di
Indonesia, di samping akademi,politeknik, Institut dan universitas. Pada umumnya
Sebuah sekolah Tinggi Teologi menyelenggarakan pendidikan tinggi dalam
bidang Teologi, Pendidikan Agama Kristen, Kepemimpinan Kristen, Filsafat
Teologi dalam jenjang Sarjana, Magister, dan Doktoral. Meskipun berada di
dalam koordinasi dan pembinaan dari Dirjen Bimbingan Masyarakat Kristen
Protestan di Departemen Agama RI, semua STT di Indonesia saat ini juga
diwajibkan untuk mengurus dan mendapatkan status akreditasi dari BAN-PT. Hal
ini berarti bahwa dalam STT juga memiliki suatu standar kurikulum baku yang
harus dilalui, serta proses belajar mengajar yang tidak jauh berbeda dengan
2

perguruan tinggi umum lainnya. Mahasiswa STT juga harus melewati masa-masa
pembelajaran seperti mahasiswa pada universitas umum dan menyelesaikan studi
dengan beban minimal 144 sks selama masa studi normal 4 tahun akademik. Data
dari Badan Akreditasi Nasional PT per Oktober 2015, menyatakan bahwa saat ini
di seluruh Indonesia ada 238 program studi Teologi jenjang S1,S2,S3, dan 149
program studi Pendidikan Agama Kristen jenjang S1,S2,S3, 5 program studi
Kepemimpinan Kristen jenjang S1,S2, dan S3. Di samping itu, masih ada lagi 9
program studi Musik Gerejawi, dan 8 Program studi Misiologi, dan 8 program

studi pastoral Konseling yang ada di seluruh Indonesia.
Secara umum, mahasiswa yang memilih untuk berkuliah di STT pada
umumnya memiliki panggilan hidup yang diyakini berasal dari Tuhan. Hal ini
menyebabkan mereka termotivasi untuk mempelajari Ilmu Teologi dan Agama
agar dapat melaksanakan panggilan Tuhan dengan sungguh-sungguh untuk
menjadi seorang pendeta atau rohaniwan Kristiani. Menurut Susabda (2014),
Belajar di sekolah Tinggi teologi adalah belajar di tengah kondisi yang menuntut
kemampuan dan kedewasaan yang penuh. Kemampuan saja tidak cukup, karena
tanpa kedewasaan yang penuh, mata-mata kuliah yang begitu banyak tak mungkin
dapat diintegrasikan dalam kehidupan dan pelayanan praktis. Kemampuan tanpa
kedewasaan menghasilkan sarjana yang tidak hidup dalam kebenaran yang ia
pelajari. Keunikan dari pelajaran dalam setiap mata kuliah di Sekolah Tinggi
Theologi adalah adanya dimensi religius. Kalaupun mata kuliah yang diajarkan
tidak secara langsung bicara tentang agama (religion], tetap keberhasilan studi
dalam mata kuliah tersebut ditentukan oleh kemampuan mahasiswa menangkap
dimensi-dimensi religius yang tersedia. Setiap calon Sarjana Theologi harus dapat
hidup dalam dimensi religious ini. Meskipun secara praktis ia akan melakukan
pelayanan dan kegiatan-kegiatan agama, ia bukanlah pelayan agama. la adalah
pelayan (hamba) Allah. Pekerjaannya bukanlah suatu job melainkan "jawab atas
panggilan Allah."


Oleh karena itu, seyogyanya mahasiswa STT juga memiliki motivasi belajar
yang tinggi dalam menempuh perkuliahannya sehingga tujuan hidupnya tersebut
dapat segera tercapai. Motivasi belajar adalah salah satu pendukung bagi
3

tercapainya prestasi belajar, karena perilaku yang termotivasi adalah perilaku
yang memberikan energi dan dorongan untuk mencapai suatu tujuan (Santrock,
2009). Motivasi belajar yang tinggi dapat membantu mahasiswa dalam melakukan
dan mencapai apa yang diinginkan, seperti memperoleh prestasi yang tinggi
dalam belajar (Kertamuda, 2008).
Penelitian terkait pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi akademik telah
dilakukan beberapa peneliti. Sebagai contoh, Arini (2009) menunjukkan bahwa
motivasi belajar memiliki pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar siswa.
Penelitian ini dilakukan terhadap 180 siswa kelas II SMA Negeri 99 Jakarta. Hasil
penelitian ini menegaskan bahwa siswa dengan motivasi belajar yang tinggi
memiliki prestasi akademik yang lebih tinggi dibandingkan siswa dengan
motivasi belajar yang lebih rendah.
Mahasiswa STT umumnya juga berasal dari berbagai daerah, bahkan
kebanyakan berasal dari desa atau kota-kota kecil. Pada saat menempuh

pendidikan di STT, mereka akan diperhadapkan dengan berbagai kebiasaan dan
budaya yang baru. Menurut Ronda (2014), keputusan masuk sekolah teologi
tentunya harus berdasarkan panggilan Tuhan. Walaupun demikian tidak sedikit
mahasiswa yang masuk ke sekolah teologi bukan karena panggilan, tapi lebih
karena faktor-faktor eksternal lainnya seperti desakan orang tua, ajakan teman
atau bahkan menjadikan pelarian. Di STT, mahasiswa diperhadapkan dengan
disiplin rohani, terlibat dalam pelayanan dan melaksanakan tugas belajar yang
berat serta harus mampu mengatasi banyaknya godaan dan tantangan yang harus
mereka lewati. Sekolah teologi memiliki peraturan dan disiplin yang tegas untuk
mereka yang melakukan kesalahan, yang tentunya disertai dengan bimbingan dan
disiplin.
Keadaan ini memaksa mereka untuk dapat beradaptasi atau menyesuaikan diri
dengan baik, agar suasana belajar menjadi nyaman bagi mereka. Penyesuaian diri
tersebut antara lain meliputi kebiasaan belajar, mengikuti perkuliahan, mencari
literatur dan sumber belajar, mengerjakan tugas dan menyelesaikan ujian,
termasuk juga menyesuaikan diri dengan keadaan demografis dan geografis di
STT.

4


Gerungan (dalam Sunaryo, 2002) menyatakan bahwa penyesuaian diri adalah
suatu usaha untuk mengubah diri sesuai dengan keadaan di lingkungan, tetapi juga
mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan diri). Kemampuan
dalam penyesuaian diri akan mempengaruhi pencapaian prestasi akademik dari
mahasiswa Lebih lanjut lagi, Gunarsa D dan Gunarsa Y (2004) menekankan
bahwa penyesuaian diri berfungsi untuk menciptakan keadaan yang seimbang dan
tidak ada tekanan yang bisa mengganggu berfungsinya suatu aspek kepribadian.
Hal ini berarti bahwa dengan penyesuaian diri yang baik, mahasiswa akan
menjalani suatu proses belajar dengan menyenangkan. Studi empiris yang
menunjukkan pengaruh positif dari penyesuaian diri terhadap prestasi akademik
ditunjukkan oleh Zukhri (2007) dan Melda (2008).
Selain faktor motivasi belajar dan penyesuaian diri, kepuasan yang dirasakan
mahasiswa selama mengikuti proses belajar mengajar, juga sangat mempengaruhi
pencapaian prestasi akademik mahasiswa. Kepuasan mahasiswa terhadap proses
dan fasilitas pendidikan akan menumbuhkan semangat belajar dan keinginan
untuk terus berprestasi. Hal ini pada akhirnya berdampak pada peningkatan
prestasi akademik mahasiswa. Hal ini didukung juga oleh hasil penelitian Pike
(1991) yang menunjukkan bahwa kepuasan mahasiswa memiliki pengaruh yang
sangat besar terhadap nilai prestasi akademik.
Penelitian ini dilakukan terhadap mahasiswa STT X. STT X ini yang

didirikan pada tahun 2009 ini merupakan salah satu STT yang ada di Provinsi
Sumatera Utara, yang menyediakan pilihan program

studi untuk pendidikan

teologi dan agama Kristen pada jenjang S1, dan pendidikan Teologi pada jenjang
S2. Upaya peningkatan kualitas pendidikan telah ditunjukkan oleh STT X melalui
pengembangan sarana dan prasarana sekolah tinggi tersebut. Selain itu, STT X
telah mendapatkan status terakreditasi oleh BAN-PT untuk semua program
studinya,

dan juga STT X telah berhasil meraih akreditasi AIPT (Akreditasi

Institusi Perguruan Tinggi) pada tahun 2015. Dengan sarana dan prasarana yang
terus meningkat di lembaga tersebut, hal ini tentunya diharapkan dapat
mendukung terciptanya proses belajar mengajar yang efektif, sehingga
menciptakan lulusan dengan prestasi akademik yang memuaskan dan disertai
dengan karakter yang mulia. Berdasarkan uraian sebelumnya, penelitian ini
5


bertujuan untuk melihat keterkaitan dari variabel motivasi belajar, penyesuaian
diri, dan kepuasan mahasiswa terhadap prestasi belajar mahasiswa.

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Hubungan Motivasi Belajar dan Pencapaian Prestasi Akademik

Motivasi belajar merupakan suatu

dorongan yang dimiliki seseorang untuk

mencapai suatu tujuan pembelajaran (Kertamuda, 2008). Sebagaimana yang
dijelaskan oleh Uno (2013), motivasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah dorongan internal dan eksternal pada mahasiswa yang sedang belajar untuk
mengadakan perubahan tingkah lalu pada umumnya. Lebih lanjut lagi, Uno
(2013) menjabarkan bahwa perubahan tingkah laku mahasiswa akan dapat dilihat
dari beberapa indikator, seperti adanya hasrat dan keinginan berhasil, adanya
dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan cita-cita masa depan,
adanya penghargaan dalam belajar, adanya kegiatan yang menarik dalam belajar,
dan adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan seseorang

mahasiswa dapat belajar dengan baik.
Motivasi belajar akan mempengaruhi pencapaian prestasi akademik. Davidoff
(1981) dan Kertamuda (2008) menyatakan bahwa motivasi belajar menumbuhkan
semangat berprestasi dalam diri mahasiswa. Mahasiswa akan memiliki kebutuhan
untuk mengejar keberhasilan, mencapai cita-cita atau keberhasilan dalam
melaksanakan tugas-tugas yang sukar. Hal ini berarti bahwa motivasi belajar yang
kuat akan memberikan kekuatan kepada mahasiswa dalam menjalani proses
pendidikan di perguruan tinggi, sekaligus untuk meraih prestasi sebaik mungkin.

2.2 Hubungan Penyesuaian Diri dan Pencapaian Prestasi Akademik

Penyesuaian diri adalah sebuah usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk
menghadapi dan memenuhi tuntutan lingkungan, tanpa menghilangan identitas
diri sendiri (Gunarsa S. dan Gunarsa Y., 2004). Dalam penelitian ini, penyesuaian
diri merujuk pada usaha yang dilakukan mahasiswa untuk dapat mengikuti proses
kegiatan akademik di kampus, kegiatan kemahasiswaan, kegiatan sosial di
6

lingkungan tempat tinggalnya, dengan cara yang baik dan benar. Selain itu
mahasiswa juga perlu menyesuaikan dirinya dengan individu-individu lain yang

berinteraksi dengan dirinya, seperti para dosen, pimpinan program studi, pimpinan
Fakultas, Pimpinan universitas, staf administrasi, staf bagian kemahasiswaan, dan
orang-orang di sekeliling tempat tinggalnya.

Mahasiswa yang dapat menyesuaikan diri dengan baik selama berkuliah,
kemungkinan besar akan memperoleh prestasi akademik yang baik pula.
Mengingat proses belajar mengajar di perguruan tinggi cukup berbeda dengan
jenjang pendidikan sebelumnya, maka akan dibutuhkan suatu usaha yang besar
agar dapat menyelesaikan studi dengan baik. Rathus dan Nevid (dalam Gunawati,
Hartati, dan Listiara, 2006) menyatakan bahwa dengan memiliki penyesuaian diri
yang baik, mahasiswa akan mampu menghadapi segala macam kondisi, termasuk
dalam menangani stres dalam proses berkuliah. Hal ini akan terus menjaga
mahasiswa selalu dalam keadaan tenang dan seimbang, yang pada akhirnya akan
berdampak pada pencapaian prestasi akademiknya.

2.3 Hubungan Kepuasan Mahasiswa dan Pencapaian Prestasi Akademik

Boone dan Kurtz (2007) mendefinisikan kepuasan pelanggan kemampuan
suatu barang atau jasa untuk memenuhi atau melebihi kebutuhan dan keinginan
pembeli. Dalam konteks perguruan tinggi, mahasiswa merupakan pelanggan yang
harus dipuaskan, melalui pelayanan-pelayanan yang disediakan oleh perguruan
tinggi tersebut. Dalam penelitian ini, kepuasan mahasiswa merujuk pada perasaan
senang atau kecewa yang dirasakan oleh mahasiswa terhadap kualitas layanan
yang diberikan pihak kampus, setelah membandingkan dengan apa yang menjadi
harapan mereka sebelumnya.
Kepuasan mahasiswa terhadap kualitas layanan kampus akan meningkatkan
keinginan mahasiswa untuk terus berprestasi. Jika merasa puas, mahasiswa akan
lebih aktif mengikuti kuliah, aktif dalam berinteraksi (two way traffic system),
serta lebih bersemangat saat proses pembelajaran di dalam kelas. Sebaliknya, jika
merasa kurang atau tidak puas, mahasiswa akan merasa kurang nyaman di dalam
kelas saat proses pembelajaran berlangsung. Akibatnya, dalam kelas tersebut

7

hanya terjadi satu intreraksi (one way system). Dampak yang lebih berat lagi
adalah mahasiswa akan malas dan jarang mengikuti perkuliahan. Hal ini
menunjukkan pentingnya kepuasan mahasiswa terhadap pencapaian prestasi
akademiknya.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini berupaya untuk mengetahui kaitan antara faktor-faktor yang
diduga dapat mempengaruhi prestasi akademik mahasiswa. Berdasarkan tinjauan
teoritis, penelitian ini akan menguji pengaruh motivasi belajar, penyesuaian diri,
dan kepuasan mahasiswa terhadap prestasi akademik. Secara khusus, penelitian
ini memilih mahasiswa STT X sebagai subyek penelitian. Sebagaimana yang telah
dijelaskan sebelumnya pada bagian latar belakang masalah, peneliti berasumsi
bahwa mahasiswa STT akan memiliki motivasi belajar yang kuat, kemampuan
untuk melakukan penyesuaian diri yang tinggi, dan harapan-harapan yang akan
mempengaruhi kepuasan mereka selama menempuh studi di STT. Adapun model
penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1.

Motivasi Belajar

x1
Prestasi Akademik

Penyesuaian Diri

Mahasiswa “Y”

x2
Kepuasan Mahasiswa

x3

Gambar 1. Model Penelitian

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui survei dan juga dari
data akademik. Survei terdiri dari tiga kuesioner, yaitu kuesioner untuk mengukur
motivasi belajar, penyesuaian diri dan kepuasan mahasiswa. Sedangkan data
8

prestasi akademik mahasiswa diperoleh dari data akademik di bagian
kemahasiswaan. Adapun teknik sampling yang digunakan adalah total sampling,
di mana seluruh populasi mahasiswa STT X dijadikan sampel penelitian ini.
Kuesioner untuk mengukur motivasi belajar dikembangkan dari aspek-aspek
motivasi belajar yang dikemukakan oleh Uno (2013). Kuesioner untuk mengukur
penyesuaian diri dikembangkan dari unsur-unsur penyesuaian diri yang
dikemukakan oleh Schneider (1995). Kuesioner untuk mengukur kepuasan
mahasiswa dikembangkan dari dimensi-dimensi kepuasan mahasiswa yang
dikemukakan oleh Kotler (1997). Adapun kuesioner untuk motivasi belajar,
penyesuaian diri, dan kepuasan mahasiswa dapat dilihat pada lampiran.
Sedangkan prestasi akademik mahasiswa akan ditentukan berdasarkan perolehan
hasil IPK mahasiswa pada semester berjalan, di mana penelitian ini dilaksanakan.
Mahasiswa yang menjadi responden adalah sebanyak 83 orang mahasiswa.
Namun demikian, hanya 74 responden yang mengisi kuesioner dengan lengkap
dan benar. Oleh karena itu, sebanyak 9 data responden tidak disertakan dalam
penelitian. Setelah memastikan bahwa data dari responden sudah lengkap, akan
dilanjutkan ke pengolahan dan analisis data. Teknik analisis data yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda, dengan bantuan
software IBM SPSS ver 22.

PEMBAHASAN

Analisis regresi linear berganda menghasilkan suatu persamaan matematik terkait
hubungan variabel-variabel dalam model penelitian, sekaligus juga signifikansi
dari hubungan tersebut. Hasil analisis berganda ditunjukkan pada tabel 1.
Tabel 1
Hasil Analisis Regresi Linear Berganda

Variabel
1. Motivasi Belajar (MB)
2. Penyesuaian Diri (PD)
3. Kepuasan Mahasiswa
(KM)
R2 = 0,085

Tanda
Koefisien
Positif
Negatif
Positif

Adjusted R2 = 0,046

9

Standardized
Coefficient
0,270
-0,192
0,036

Statistical
Significance
0,024
0,136
0,775

Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa persamaan matematika hubungan
motivasi belajar, penyesuaian diri, dan kepuasan mahasiswa terhadap prestasi
akademik adalah:
Prestasi Akademik = 0,270 MB – 0,192 PD + 0,036 KM
Hasil analisis regresi linear berganda menunjukkan secara bersama-sama, variabel
motivasi belajar, penyesuaian diri, dan kepuasan mahasiswa memberikan
pengaruh sebesar 8,5% terhadap prestasi akademik mahasiswa STT X. Lebih
lanjut lagi, berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa variabel motivasi belajar
dan kepuasan mahasiswa memberikan pengaruh positif terhadap prestasi
akademik mahasiswa STT X, sedangkan variabel Penyesuaian Diri memberikan
pengaruh negatif terhadap prestasi akademik mahasiswa STT X. Bila melihat
pada level signifikansinya, hanya variabel motivasi belajar yang memiliki
pengaruh yang paling signifikan terhadap prestasi akademik mahasiswa STT X.
Hal ini dapat dilihat dari nilai statistical significance yang bernilai 0,024, yaitu
dibawah nilai α sebesar 0,05.
Motivasi belajar sangat penting bagi mahasiswa STT X dalam meningkatkan
prestasi akademiknya. Mahasiswa yang memiliki target lulus dengan nilai
memuaskan dan keinginan yang kuat dalam berkuliah, akan memiliki nilai
prestasi akademik yang lebih tinggi. Selain itu, dukungan dari keluarga, dosen,
dan teman kelompok juga merupakan faktor-faktor penting dalam meningkatkan
motivasi belajar mahasiswa. Pengaruh positif dan signifikan dari motivasi belajar
terhadap prestasi akademik sejalan dengan penelitian Zukhri (2007), Melda
(2008), dan Arini (2009). Oleh karena itu, pihak STT X diharapkan untuk turut
berupaya dalam meningkatkan motivasi belajar mahasiswa agar mereka dapat
berprestasi secara maksimal. Hal ini, pada akhirnya secara tidak langsung juga
berpengaruh terhadap peningkatan kualitas pendidikan STT X.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyesuaian diri memiliki pengaruh
negatif terhadap prestasi akademik. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian
Zukhri (2007) dan Melda (2008) yang menemukan pengaruh positif penyesuaian
diri terhadap prestasi akademik mahasiswa. Mahasiswa dengan penyesuaian diri
10

yang lebih baik, cenderung memiliki prestasi akademik yang menurun. Namun
demikian, nilai statistical significance yang bernilai 0,136, menunjukkan bahwa
prediksi pengaruh yang negatif ini memiliki tingkat kesalahan yang besar, yaitu
13,6%, sehingga dapat dikatakan pengaruh tersebut tidak terlalu signifikan.

Berdasarkan hasil penelitian dapat juga disimpulkan bahwa kepuasan mahasiswa
memberikan pengaruh positif terhadap prestasi akademik. Pengaruh sikap dan
layanan pihak kampus, sarana dan prasarana, serta beasiswa merupakan faktor
yang penting dalam menciptakan kepuasan mahasiswa. Walaupun nilai
signifikansi pengaruhnya kurang, namun pengaruh positif dari kepuasan
mahasiswa terhadap prestasi akademik sejalan dengan hasil penelitian Pike
(1991).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kualitas output pendidikan merupakan indikator keberhasilan dalam
pengelolaan perguruan tinggi. IPK merupakan cerminan utama pencapaian
prestasi akademik selama mahasiswa menempuh studi di perguruan tinggi. Oleh
karena itu dibutuhkan pemahaman yang kuat terhadap faktor penentu prestasi
akademik mahasiswa. Dengan demikian, semua pihak dapat berupaya dengan
sungguh memperhatikan faktor tersebut agar kualitas perguruan tinggi semakin
baik.
Secara khusus, dalam penelitian ini telah menemukan bukti empiris pengaruh
variabel motivasi belajar, penyesuaian diri, dan kepuasan mahasiswa terhadap
prestasi akademik. Berdasarkan analisis data dan pembahasan diketahui bahwa
variabel motivasi belajar dan kepuasan mahasiswa memberikan pengaruh positif
terhadap prestasi akademik, sedangkan variabel penyesuaian diri memberikan
pengaruh yang negatif. Namun demikian, dapat disimpulkan bahwa hanya
variabel motivasi belajar yang memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
prestasi belajar mahasiswa di STT X.
Berdasarkan kesimpulan tersebut, dapat ditarik beberapa hal penting yang
perlu diperhatikan oleh pihak STT X. Pihak STT X harus terus meningkatkan
11

motivasi belajar mahasiswa. Hal ini dapat dilakukan dengan memberi dukungan
penuh agar mahasiswa dapat terus berprestasi. Selain dukungan dari diri sendiri,
mahasiswa juga perlu dukungan dari keluarga, dosen, dan juga teman kuliah
mereka. Selain itu, pihak STT X juga harus terus meningkatkan kualitas layanan
dan produk dari sekolah tersebut. Hal ini tentunya dapat meningkatkan kepuasan
mahasiswa yang pada akhirnya meningkatkan prestasi akademik mereka. Interaksi
dua arah antara pihak STT X dan mahasiswa harus terus ditingkatkan agar tercipta
suasana belajar yang kondusif bagi mahasiswa.
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Keterbatasan utama dari
penelitian ini adalah jumlah responden yang sedikit. Dari responden yang sedikit
tersebut, kemungkinan dijumpai kelompok-kelompok responden yang mungkin
tidak homogen, sehingga mempengaruhi hasil penelitian. Namun demikian, hasil
penelitian ini masih menunjukkan suatu temuan empiris yang mendukung
penelitian terkait faktor penentu prestasi akademik mahasiswa. Secara khusus,
penelitian ini memberikan sumbangsih terhadap penelitian yang dilakukan pada
sekolah tinggi teologi yang berlandaskan nilai-nilai agama Kristiani.
Penelitian selanjutnya dapat mengembangkan penelitian terkait faktor penentu
prestasi akademik mahasiswa. Variabel lain yang dapat ditambahkan antara lain
nilai tes potensi akademik (TPA), strategi belajar mahasiswa, dan konsep diri.
Secara khusus, variabel-variabel lain yang terkait dengan nilai-nilai moralitas dan
agama juga perlu dipertimbangkan sebagai variabel penelitian, khususnya bila
obyek penelitiannya ditujukan pada lembaga pendidikan tinggi yang berbasis
agama atau bersifat khusus seperti Sekolah Tinggi Teologi.
Pada Akhirnya, memenuhi panggilan hidup menjadi seorang Hamba Tuhan
memang tidak bertujuan mengejar kekayaan duniawi tapi harta benda adalah salah
satu berkat Tuhan dalam pelayanan bagi mereka yang setia melayaniNya.
Menurut Ronda (2014), Menjadi hamba Tuhan itu panggilan yang indah dan
mulia serta penuh berkat. Memang ada harga yang harus dibayar sebagai hamba
Tuhan. Sebagai umat percaya, marilah kita meminta Tuhan untuk membuka mata
rohani kita sehingga kita dapat memahami sekolah teologi secara benar dan
mendukung pelayanan sekolah teologi dalam doa, dana, waktu, dan tenaga.

12

DAFTAR PUSTAKA

Arini, K.S. (2009). Pengaruh Tingkat Inteligensi dan Motivasi Belajar terhadap
Prestasi Akademik Siswa kelas II SMA Negeri 99 Jakarta. Jurnal
PsikologiUniversitas Gunardarma vol 5, 107-112
Boone,L.E, & Kurtz,D.L.(2007).Contemporary Business.South Western USA
Thomson Learning.
Davidoff, L (1981). Introduction to Psychology 2nd Revised Edition.New York :
McGraw-Hill, Inc.
Gunarsa, S.D, & Gunarsa, Y. (2004). Psikologi Praktis: Anak, Remaja, dan
Keluarga. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Gunawati, R., Hartati, S., & Listiara, A. (2006). Hubungan antara Efektivitas
Komunikasi Mahasiswa-Dosen Pembimbing Utama Skripsi dengan Stres
dalam Menyusun Skripsi Pada Mahasiswa Program Studi Psikologi
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Jurnal Psikologi
Universitas Diponegoro, vol 3 (2).p.93-115.
Kertamuda, F.(2008). Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar. Jurnal
Psikologi, vol 21 (1): p.27.
Kotler, P. (1997). Marketing Management Analysis, Planning, Implementation
and Control and Edition. New Jersey: Prentice Hall Inc.
Melda, S.A.(2008). Hubungan antara Konsep Diri dan Penyesuaian Diri dengan
Prestasi Belajar pada Mahasiswa Baru Fakultas Psikologi Universitas
Sumatera Utara. Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara
Pike, G. (1991). The Effects of Background, Coursework, and Involvement on
Students Grades and Satisfaction.Research in Higher Education, 32(1),
p.15-31.

13

Ronda, Daniel.(2014). Mitos masuk Sekolah Teologi diunduh pada 30 Oktober
2015 pada http://www.danielronda.com/index.php/artikelmateri-kuliah/113-mitosmasuk-sekolah-teologi.html
Santrock, J.W. (2009). Educational Psychology.New York: McGraw – Hill.
Schneiders, A.A. (1995). Personal Adjustment and Mental Health. New York:
Holt, Reinhart & Winston Inc.
Sunaryo. (2002). Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: Penerbit EGC.
Susabda, Yakub (2014). Belajar di Sekolah Tinggi Teologi. Diunduh pada 30
Oktober 2015 pada http://www.konselingkristen.org/index.php/2014-1201-01-17-30/spiritualitas-teologi/127-belajar-di-sekolah-tinggi-teologi
Uno,H.B.(2013).Teori motivasi & pengukurannya : Analisis di bidang pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara.
Utomo, P. (2009). Analisis Kontribusi Pemberian Beasiswa terhadap Peningkatan
Prestasi Akademik Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Negeri
Yogyakarta. (Penelitian tidak dipublikasikan)
Zukhri, A.(2007). Pengaruh Tingkat Penyesuaian Diri, Kualitas Pelayanan
Pendidikan Terhadap Tingkat Motivasi Berprestasi dalam Kaitannya
dengan Prestasi Belajar Mahasiswa FPIPS IKIP Singaraja Tahun Kuliah
2005 / 2006. Jurnal Psikologi Pendidikan, vol 2.

14

LAMPIRAN

Motivasi Belajar
-

Saya memiliki target lulus kuliah dengan IPK di atas 3,00
Keluarga saya memuji hasil prestasi belajar saya
Saya menjadi lebih memahami materi kuliah yang disampaikan oleh dosen
dengan cara yang menarik
- Diskusi belajar tidak banyak menolong saya dalam memahami materi
kuliah
- Tidak menyelesaikan kuliah sarjana bukanlah masalah besar bagi saya
- Saya menggunakan segala kemampuan yang saya miliki untuk meraih
prestasi belajar yang tinggi
Penyesuaian Diri
-

Saya mengalami kesulitan untuk bangkit kembali setelah mengalami
masalah yang berat
- Saya mampu memberikan pengaruh yang positif untuk rekan-rekan saya.
- Ketika saya kecil, orangtua saya memberi teladan yang baik bagi diri saya
- Saya mempunyai konsep diri yang positif
- Saya selalu mengharapkan kesempurnaan dalam hidup tanpa melihat
keterbatasan saya
- Saya berusaha mematuhi norma, adat, etika yang berlaku di masyarakat
- Saya menyesuaikan diri dan mendukung visi misi STT
Kepuasan Mahasiswa
-

Pimpinan kampus mengutamakan kepentingan dan kebutuhan mahasiswa
dalam proses pengambilan keputusan di tingkat STT
Pihak Kampus selalu berusaha mencari solusi bagi setiap keluhan dan
permasalahan yang dihadapi mahasiswa.
Pihak kampus memberikan beasiswa kepada mahasiswa yang
membutuhkan
Kampus tidak menyediakan ruangan untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi (makan, minum) mahasiswa
Mahasiswa yang mengajukan beasiswa di kampus saya dilayani dengan
baik sesuai peraturan yang ada
15

-

Kampus saya menyediakan akses jurnal online yang membantu saya untuk
mengerjakan tugas-tugas perkuliahan

16

View publication stats