PENGERTIAN SYIRIK DAN MACAM MACAMNYA SER (1)

PENGERTIAN SYIRIK, DAN MACAM-MACAMNYA
SERTA BAHAYANYA

Mata Kuliah

: Materi Akidah Akhlak

Dosen Pengajar

: Muhammad Husni, S.Th.I., M.Pd.I

Oleh Kelompok VI
1. Muhammad Syafi’i
2. Dina Awlia Hasanah
3. Eka Noormaiti

NIM. 2015121837
NIM. 2015121828
NIM. 2015121829

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
DARUL ULUM KANDANGAN
TAHUN 2017

Pengertian Syirik, Macam-Macamnya serta Bahayanya
A. Latar belakang
Di dalam kitab Alquran dijelaskan syirik adalah sebagai dosa yang tidak
terampuni. Terkadang sebagian muslim terjebak dalam praktik-praktik kesyirikan
namun mereka tidak menyadarinya dan menganggap perbuatannya baik. Islam
adalah agama yang datang untuk menegakkan tauhid, yaitu meng-Esa-kan Allah.
Sebagaimana kita telah bersaksi dalam setiap harinya paling tidak dalam shalat kita.
Kita membaca syahadat yang bermakna tidak ada Tuhan yang berhak disembah
kecuali Allah dan Muhammad Saw. adalah utusan Allah. Syirik merupakan dosa
besar yang tak terampuni. Oleh sebab itu, dalam makalah ini akan dibahas
pengertian syirik, macam-macamnya, serta bahaya syirik.

B. Pengertian Syirik, Macam-Macamnya serta Bahayanya
1. Pengertian Syirik
Secara bahasa syirik berasal dari Bahasa Arab as-syirku, yang artinya
ta’addudul aalihati (kemusyrikan), al-musyariku (sekutu, peserta), an-nashibu

(bagian), dan asy-syirkatu wasysyarikatu (persekutuan, perseroan). Secara istilah
syirik adalah perbuatan, anggapan atau itikad menyekutukan Allah Swt. dengan
yang lain, seakan-akan ada yang maha kuasa di samping Allah Swt. Orang yang
menyekutukan Allah disebut musyrik.1
Syirik adalah menjadikan sekutu bagi Allah dalam hal rububiyah dan
uluhiyah-Nya. Dan mayoritas kesyirikan yang timbul adalah dalam perkara

uluhiyah, dalam bentuk berdoa kepada sesuatu bersamaan berdoa kepada Allah,
atau memalingkan salah satu di antara jenis-jenis ibadah seperti menyembelih,
bernadzar, khauf (rasa takut), roja‟ (harapan) dan mahabbah (kecintaan) kepada
yang selain Allah.2
1

Kementrian Agama, Akidah Akhlak, (Jakarta: Kementrian Agama, 2014), Cet. ke-1, h. 135

2

Shalih, Meraih Tauhid yang Hakiki, (Tegal: Ash-Shaf Media, 2008), Cet. ke-1, h. 10

Syirik merupakan penyerupaan makhluk dengan Al-Khaliq dalam

kekhususan hak ibadah. Barangsiapa menjadikan sesuatu sebagai sekutu bagi
Allah maka dia telah menyerupakan sesuatu tadi dengan Allah, dan perkara ini
merupakan kezhaliman yang paling besar. Allah swt berfirman:

      .......

Artinya; “ …….., Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar
kezaliman yang besar" (Q.S. Luqman: 13)
Sedangkan pengertian zhalim adalah meletakkan sesuatu bukan pada
tempatnya. Barangsiapa beribadah kepada yang selain Allah, berarti dia telah
meletakkan ibadah tadi bukan pada tempatnya, dan telah memalingkan kepada
yang tidak berhak menerimanya. Dengan sebab itulah syirik merupakan
kezhaliman yang paling besar.
Banyak sekali ayat-ayat Alquran yang memberikan penegasan tentang
larangan berbuat syirik atau penjelasan tentang kemustahilan bahwa Allah itu

memiliki sekutu atau sama dengan makhluk. Penjelasan agar tetap teguh dalam
mengakui keesaan Allah Swt. seperti dalam Q.S Luqman: 32:

            


          

Artinya: “Dan apabila mereka dilamun ombak yang besar seperti gunung,
mereka menyeru Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya maka
tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai di daratan, lalu sebagian
mereka tetap menempuh jalan yang lurus. Dan tidak ada yang mengingkari
ayat-ayat Kami selain orang-orang yang tidak setia lagi ingkar.” (Q.S.
Luqman: 32)
2. Macam-Macam Syirik
Syirik terbagi menjadi dua macam, yakni syirik akbar (syirik besar) atau
disebut juga dengan syirik jali (syirik nyata) dan syirik asghar (syirik kecil) atau
disebut juga dengan syirik khafi (syirik samar-samar).

a. Syirik akbar
Syirik akbar adalah syirik yang mengeluarkan pelakunya dari agama
Islam, mengekalkan pelakunya di dalam neraka jika dia mati dalam keadaan
belum bertaubat dari syirik akbar tersebut.3
Disebut syirik akbar atau syirik jali jika (1) melakukan perbuatan
yang jelas-jelas menganggap ada tuhan-tuhan lain selain Allah Swt. dan

tuhan-tuhan itu dijadikannya sebagai tandingan di samping Allah Swt. (2)
menganggap ada sesembahan selain Allah Swt. (3) menganggap Tuhan
mempunyai anak atau segala perbuatan yang mengingkari kemahakuasaan
Allah Swt. Oleh karena itu mereka disebut musyrik sehingga perlu
dimurnikan ketauhidannya.
Benuk syirik akbar adalah memalingkan salah satu dari jenis ibadah
kepada selain Allah, seperti berdoa kepada selain Allah,bertaqarrub kepada
selain Allah dengan melakukan penyembelihan dan bernadzar untuk
kuburan, jin dan setan. Allah SWT berfirman dalam surah Yunus ayat 18:

         
 …..     

Artinya: “Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang
tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak
(pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: "Mereka itu adalah pemberi
syafa´at kepada kami di sisi Allah. (Q.S. Yunus:18).
b. Syirik Asghar
Syirik ashgar yaitu syirik yang tidak mengeluarkan pelakunya dari
Islam, akan tetapi mengurangi tauhid, dan merupakan perantara untuk

sampai kepada syirik akbar.4
Yazid Bin Abdul Qadir Jawas, Syarah Aqidah Ahlus Sunah Wal Jama’ah, (Bogor: Pustaka
Imam Asy-Syafi‟i. 2009), h. 177
3

4

Roli Abdul Rahman, Menjaga Akidah dan Akhlak, (Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri,
2009), h. 35

Syirik ashgar juga berarti perbuatan secara tersirat mengandung
pengakuan ada yang kuasa di samping Allah swt.5 Misalnya, pernyataan
seseorang: “Jika seandainya saya tidak ditolong oleh dokter itu, saya pasti
akan mati.” Pernyataan seperti ini menyiratkan seakan-akan ada pengakuan
bahwa ada sesuatu yang berkuasa selain Allah Swt. Seorang mukmin yang
baik dalam peristiwa seperti di atas tersebut akan berkata: “seandainya tidak
ada pertolongan Allah melalui dokter itu, saya pasti akan mati.”
Kemudian syirik ashgar terbagi lagi menjadi dua, yaitu: syirik zhahir
dan syirik khafi. Syirik zhahir ini mencakup ucapan dan perbuatan. Yang
berupa ucapan seperti bersumpah dengan selain Allah. Nabi Muhammad

saw. bersabda:

ِ‫من حلَف بِغَ ِره‬
‫شرَك‬
‫ا‬
‫و‬
‫ا‬
‫ر‬
‫ف‬
‫ك‬
‫د‬
‫ق‬
‫ف‬
ً
َ
َ
َ
َ
َ
َ

َ َ ًَ
َ َ

Artinya: “Bersumpah dengan selain Allah, maka dia telah kafir atau berbuat
syirik.” (HR. At-Tirmidzi).

Sedangkan yang berupa perbuatan, seperti: memakai gelang atau
benang untuk menghilangkan dan menolak bala, mengalungkan tamimah
karena khawatir terkena „ain (pandangan yang berbahaya).
Adapun syirik khafi adalah syirik dalam perkara keinginan dan niat,
seperti riya dan sum‟ah. Misalnya seseorang yang membagus-baguskan
shalatnya atau bersedekah untuk disanjung dan dipuji, atau yang
melafadzkan dzikir dan membagus-baguskan suaranya agar didengar oleh
manusia yang dengan itu mereka akan memuji dan menyanjungnya.
3. Bahaya Perbuatan Syirik
Diantara bahaya dari perbuatan syirik adalah sebagai berikut:
a. Dosa syirik tidak akan diampuni oleh Allah. Sebagaimana firman Allah
dalam Q.S. an-Nisa: 48

5


Kementrian Agama, Op.Cit., h. 137

              
      

Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik,
dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi
siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan
Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (Q.S. anNisa:48).
b. Orang yang meninggal dunia dalam keadaan musyrik akan masuk neraka
dan kekal didalamnya.6 Allah swt berfirman dalam surah Al-Maidah: 72:

           

          

           

 


Artinya: “Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata:
"Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putera Maryam", padahal Al
Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah
Tuhanku
dan
Tuhanmu".
Sesungguhnya
orang
yang
mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah
mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka,
tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun.”
c. Amalan shaleh yang sudah dikerjakan oleh orang-orang yang berbuat
syirik akan lenyap dan sia-sia

6

Bey Arifin, Mengenal Tuhan, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 2006), Cet ke-11, h. 32


C. Analisis
Syirik secara istilah adalah perbuatan, anggapan atau itikad menyekutukan
Allah SWT. dengan yang lain, seakan-akan ada yang maha kuasa di samping Allah
SWT. Orang yang menyekutukan Allah disebut musyrik, seorang musyrik
melakukan suatu perbuatan terhadap makhluk (manusia maupun benda) yang
seharusnya perbuatan itu hanya ditujukan kepada Allah seperti menuhankan sesuatu
selain Allah dengan menyembahnya, meminta pertolongan kepadanya, menaatinya,
atau melakukan perbuatan lain yang tidak boleh dilakukan kecuali hanya kepada
Allah SWT.
Sikap syirik dapat merusak, bahkan dapat menggugurkan aqidah Islam. Oleh
karena itu, kita harus berhati-hati jangan sampai gerak hati, ucapan, dan perbuatan
kita terbawa kedalam kemusyrikan. Sebab ada syirik kecil dan syirik besar. Syirik
kecil dapat berubah menjadi syirik besar Pada fenomena yang telah kita ketahui
bahwa terjadinya perbuatan musyrik yang dilakukan oleh manusia ini selalu
berakibat buruk, karena sudah jelas telah melanggar dari apa yang diajarkan oleh
Alquran, karena apa yang ada di alam Alquran telah memberikan gambaran bagi
manusia, apalagi kemusyrikan yang telah dilakukan manusia akan sangat
mengganggu keimanan seseorang. Hal itu akan sangat mudah untuk menjadikan
manusia berpaling dari-Nya.
Syirik sudah menjadi kebiasaan manusia sehingga menimbulkan rasa
keraguan yang terus menerus, tidak mempunyai pendirian, tidak mempunyai
kemantapan dan selalu menomerduakan Allah kepada makhluk ciptaaan-Nya.
Kalau saja dosa yang dilakukan oleh manusia umumnya ini selagi tidak
mempersekutukan dan tidak mempersekutukan dan tidak membuat perjanjian kepada
selain Allah maka ampunan dan pertolongan Allahlah yang tiada terbatas. Sehingga
hanya dosa besarlah yang akan ditimpakan kepada manusia dan tempat nerakalah
yang akan disajikan bagi para pelaku kemusyrikan yang dilakukan oleh manusia.
Dalam bukunya Syekh Abdul Hamid menjelaskan bahwa perbuatan syirik
adalah larangan wasiat yang pertama, karena sudah merupakan ajaran yang sangat
prinsipil untuk seluruh makhluk Allah, yaitu dengan meng-Esakan Allah Ta‟ala

dalam peribadatan dengan I‟tikad baik bahwasanya Allah adalah Maha Esa, baik
Dzat-Nya, Sifat-Nya maupun Affal-Nya.7
D. Simpulan
Syirik adalah menjadikan sekutu bagi Allah dalam hal rububiyah dan
uluhiyah-Nya. Dan mayoritas kesyirikan yang timbul adalah dalam perkara uluhiyah,
dalam bentuk berdoa kepada sesuatu bersamaan berdoa kepada Allah, atau
memalingkan salah satu di antara jenis-jenis ibadah seperti menyembelih, bernadzar,
khauf (rasa takut), roja‟ (harapan) dan mahabbah (kecintaan) kepada yang selain
Allah.
Syirik terbagi menjadi dua macam, yakni syirik akbar (syirik besar) atau
disebut juga dengan syirik jali (syirik nyata) dan syirik asghar (syirik kecil) atau
disebut juga dengan syirik khafi (syirik samar-samar).
Diantara bahaya dari perbuatan syirik adalah Dosanya tidak akan diampuni,
Orang yang meninggal dunia dalam keadaan musyrik akan masuk neraka dan kekal
di dalamnya, dan Amalan shaleh yang sudah dikerjakan oleh orang-orang yang
berbuat syirik akan lenyap dan sia-sia.

7

Syekh Abdul Hamid, Sepuluh Wasiat dalam Al-Qur’an, (Semarang: CV. Toha Putra, 1982), h. 13

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Bey, Mengenal Tuhan, Surabaya: PT Bina Ilmu, 2006, Cet ke-11
Hamid, Syekh Abdul, Sepuluh Wasiat dalam Al-Qur’an, Semarang: CV. Toha Putra,
1982.
Kementrian Agama, Akidah Akhlak, Jakarta: Kementrian Agama, 2014, Cet. ke-1.
Rahman, Roli Abdul, Menjaga Akidah dan Akhlak, Solo: Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri, 2009.
Shalih, Meraih Tauhid yang Hakiki, Tegal: Ash-Shaf Media, 2008, Cet. ke-1.
Yazid Bin Abdul Qadir Jawas, Syarah Aqidah Ahlus Sunah Wal Jama’ah, Bogor:
Pustaka Imam Asy-Syafi‟i. 2009.