ISU ISU PENTING SOSIAL BUDAYA PENDIDIKAN

ISU-ISU PENTING SOSIAL BUDAYA PENDIDIKAN DI INDONESIA DAN DUNIA
 Isu- isu Sosial Budaya Pendidikan di Indonesia yaitu :
1. Adanya Perubahan Kurikulum.
Dunia pendidikan di Indonesia sempat beberapa kali melakukan perubahan kurikulum.
Yang terbaru pemerintah melakukan perubahan kurikulum, dari Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan(KTSP) 2006 ke Kurikulum 2013. Kurikulum2013 ini mulai
ditetapkan pada tahun 2014 di Kelas I, II, IV, dan V sedangkan untuk SMP Kelas VII dan
VIII dan SMA Kelas X dan XI. Dengan perubahan kurikulum ini pemerintah berharap
agar pendidikan di Indonesia lebih baik dan para pelajar di Indonesia supaya lebih kritis.
Di dalam Kurikulum 2013, terutama dalam materi pembelajaran terdapat materi yang
dipersingkat dan materi yang ditambahkan. Materi yang dipersingkat terdapat di materi
Bahasa Indonesia, IPS, PPKn, dsb. Sedangkan materi yang ditambahkan adalah materi
Matematika. Namun pada kenyataannya, kurikulum ini menimbulkan beberapa
permasalahan.
Berikut permasalahan kurikulum 2013, seperti dilansir laman Kemendikbud, Kamis
(11/12/2014).
1. Tidak ada kajian terhadap penerapan Kurikulum 2006 yang berujung pada kesimpulan
urgensi perpindahan kepada Kurikulum 2013.
2. Tidak ada evaluasi menyeluruh terhadap uji coba penerapan Kurikulum 2013 setelah
setahun penerapan di sekolah-sekolah yang ditunjuk.
3. Kurikulum sudah diterapkan di seluruh sekolah di bulan Juli 2014, sementara instruksi

untuk melakukan evaluasi baru dibuat 14 Oktober 2014, yaitu enam hari sebelum
pelantikan presiden baru (Peraturan Menteri no 159).
Penjelasan poin ini adalah, Pada Pasal 2 ayat 2 dalam Peraturan Menteri nomor 159
Tahun 2014 itu menyebutkan bahwa Evaluasi Kurikulum untuk mendapatkan informasi
mengenai: Kesesuaian antara Ide Kurikulum dan Desain Kurikulum; Kesesuaian antara
Desain Kurikulum dan Dokumen Kurikulum; Kesesuaian antara Dokumen Kurikulum
dan Implementasi Kurikulum; dan Kesesuaian antara Ide Kurikulum, Hasil Kurikulum,
dan Dampak Kurikulum.
Kenyataannya, Kurikulum 2013 diterapkan di seluruh sekolah sebelum dievaluasi
kesesuaian antara ide, desain, dokumen hingga dampak kurikulum.
4. Penyeragaman tema di seluruh kelas, sampai metode, isi pembelajaran dan buku yang
bersifat wajib sehingga terindikasi bertentangan dengan UU Sisdiknas.
5. Penyusunan konten Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang tidak seksama
sehingga menyebabkan ketidakselarasan.
6. Kompetensi Spiritual dan Sikap terlalu dipaksakan sehingga menganggu substansi
keilmuan dan menimbulkan kebingungan dan beban administratif berlebihan bagi para
guru.
7. Metode penilaian sangat kompleks dan menyita waktu sehingga membingungkan guru
dan mengalihkan fokus dari memberi perhatian sepenuhnya pada siswa.


8. Ketidaksiapan guru menerapkan metode pembelajaran pada Kurikulum 2013 yang
menyebabkan beban juga tertumpuk pada siswa sehingga menghabiskan waktu siswa di
sekolah dan di luar sekolah.
9. Ketergesa-gesaan penerapan menyebabkan ketidaksiapan penulisan, pencetakan dan
peredaran buku sehingga menyebabkan berbagai permasalahan di ribuan sekolah akibat
keterlambatan atau ketiadaan buku.
10. Berganti-gantinya regulasi kementerian akibat revisi yang berulang.
Daftar masalah ini menjadi salah satu pertimbangan Mendibud Anies Baswedan
memberlakukan penerapan kurikulum 2013 terbatas pada sekolah yang telah
memakainya selama tiga semester. Sedangkan sekolah yang baru menerapkan kurikulum
2013 selama satu semester diimbau kembali memakai KTSP.
2. Perubahan Kebijakan Kuliah 5 Tahun.
Pada tahun 2014 silam, Kementrian Pendidikan dan Kebudayan mengeluarkan
Permendikbud Nomor 49 Tahun 2014 tentang standar nasional perguruan tinggi. Dalam
Permendikbud tersebut diatur mengenai masa studi terpakai mahasiswa untuk program
diploma empat dan sarjana yang hanya dibatasi lima tahun masa studi. Pemerintah
berharap kebijakan ini dapat mengurangi biaya subsidi yang dikeluarkan oleh pemerintah
dan agar mahasiswa lebih serius dalam menyelesaikan masa kuliahnya. Namun,
kebijakan ini mendapat protes dari para mahasiswa yang merasa terbebani oleh kebijakan
yang membatasi ‘ruang gerak’ mereka, serta disiplin ilmu dari setiap program studi

berbeda sehingga tidak dapat diseragamkan. Mereka sudah lebih nyaman apabila kuliah
dibatasi dengan waku 7 tahun atau 14 semester. Mahasiswa beragapan apabila kuliah
dengan rentan waktu 7 tahun maka kualitas para mahasiswanya akan lebih unggul dan
berkualitas. Padahal sebenarnya kualitas mahasiswa itu bukan tergantung lama atau
cepatnya mereka lulus, tetapi dari individunya yang mau belajar dengan sungguhsungguh atau tidak. Maka dari itu kebijakan baru ini masih mendapatkan banyak protes
dari kalangan oposisi dan para mahasiswa. Oleh karena itu, kebijakan ini masih dikaji
ulang oleh pemerintah.
3. Bocornya kunci jawaban Ujian Nasional
Dewasa ini, ujian nasional bukanlah momok yang menakutkan bagi para pelajar di
Indonesia. Ujian yang menentukan lulus atau tidaknya pelajar ini dianggap biasa saja
oleh sebagian pelajar. Hal ini karena mereka dengan mudah mendapatkan kunci jawaban
ujian national entah dari internet atau meraka yang membelinya lewat calo. Padahal
belum tentu kunci jawaban yang mereka dapatkan itu 100% benar. Tetapi mereka mudah
berasumsi bahwa kunci jawanban yang mereka dapatkan itu terpercaya. Hal ini membuat
para pelajar enggan untuk belajar secara maksimal dalam menghadapi ujian nasional.
Mereka justru lebih mengandalkan kunci jawaban yang mereka dapatkan, seakan-akan
mereka tidak puas dan tidak percaya diri terhadap hasil jawabannya sendiri. Hal ini
meninbulkan banyak para pelajar yang nilai ujian mereka bagus, tetapi kualitas para
pelajarnya itu sendiri buruk dan tidak sesuai dengan apa yang ada di ijazah mereka.


Pemerintah dinilai terlalu membiarkan hal ini berlangsung. Padahal pemerintah telah
berupaya mengusahakan agar hal ini berkurang namun mereka justru terkesan dilindungi
oleh para oknum pemerintah, sehingga untuk benar – benar menghilangkan masalah
tersebut sulit dilakukan.

 Isu-Isu Sosial Budaya Pendidikan di Dunia
1. Bullying
(Intimidasi)
Intimidasi di sekolah adalah masalah seluruh dunia yang dapat memiliki konsekuensi
negatif bagi iklim sekolah umum dan untuk hak siswa untuk belajar di lingkungan yang
aman tanpa takut. Bullying juga dapat memiliki konsekuensi-baik seumur hidup negatif
bagi siswa yang menggertak dan untuk korban-korban mereka. Meskipun banyak
penelitian formal pada intimidasi telah terjadi di negara-negara Skandinavia, Inggris,
Jepang, Korea, Amerika dan juga Indonesia. Efek yag ditimbulkan dari banyaknya kasus
– kasus bullying misalnya hilangnya kepercayaan diri seseorang, gangguan psikologi,
trauma, bunuh diri bahkan jatuhnya korban jiwa. Sebenarnya sudah banyak hal-hal yang
dilakukan untuk mengurangi kasus bullying dengan membentuk undang-undang, tetapi
hal ini terkesan sudah membudaya secara turun-temurun di organisasi pendidikan suatu
negara, khususnya sekolah. Sehingga untuk menghilangkan masalah bullying ini sulit
dilakukan.


REFERENSI

1. http://jogja.tribunnews.com/2015/05/13/permendikbud-baru-masa-kuliah-lebih-dari-5-

tahun-terancam-drop-out
2. http://news.okezone.com/read/2014/12/11/65/1077829/10-masalah-utama-kurikulum2013
3. http://www.education.com/reference/article/Ref_Bullying_Schools/
4. http://nasional.tempo.co/read/news/2015/05/13/079666117/kasus-jawaban-un-bocorkemendikbud-dinilai-tak-kooperatif

ARTIKEL PENDIDIKAN SOSIAL BUDAYA
ISU-ISU PENTING SOSIAL BUDAYA PENDIDIKAN DI INDONESIA DAN DUNIA

Artikel ini disusun sebagai tugas kelompok mata kuliah pendidikan sosial budaya
Dosen: Dr. Aman, M. Pd

Disusun Oleh:





Charisma Kameswara Eka P
Farisda Nur Hapsari
Yoga Ginta

15406241027
15406244019
15406241049

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2015