BERBAGAI PENDEKATAN MODEL STRATEGI DAN M

BERBAGAI PENDEKATAN, MODEL, STRATEGI, DAN METODE DALAM
PAUD

BAB II. PEMBAHASAN
A. Pembahasan
1. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang
sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari
metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
Terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau
berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang
berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Secara khusus pendekatan yang dilakukan dalam PAUD biasanya menggunakan :
a.

Pendekatan High Scope
Pendekatan High/Scope dikembangkan oleh David Weikart. High Scope mulai digunakan
tahun 1962. Digunakan studi longitudinal sampai seseorang berusia 40 tahun. Studi ini
menyebutkan bahwa anak memiliki hubungan sosial dan emosional yang baik. Program ini
melibatkan anak sebagai pembelajar aktif yang memberikan kesempatan pada anak untuk memilih

sendiri aktivitas bermainnya.
High/Scope memiliki komponen penting, yaitu:

1) Anak sebagai pembelajar aktif yang menggunakan sebagian besar waktunya di dalam learning
center yang beragam.
2) Merencanakan-melakukan-mengulang (plan-do-rewind)
Guru membantu anak untuk memilih apa yang akan mereka lakukan setiap hari, melaksanakan
rencana mereka dan mengulang kembali yang telah mereka pelajari.
3) Pengalaman kunci (key experience)
Pengalaman-pengalaman penting anak dipakai untuk pembelajaran.
4) Penggunaan catatan anekdot untuk mencatat kemajuan yang diperoleh anak.
Pendekatan High/Scope memiliki 5 unsur yang mendukung pembelajaran aktif anak, yaitu:
1) Benda-benda yang dapat dieksplor anak.
2) Manipulasi benda-benda oleh anak.

3) Pilihan bagi anak tentang apa yang harus dilakukan anak.
4) Bahasa anak.
5) Dukungan dari dan oleh orang dewasa.
b. Pendekatan Beyond Centre and Circle Time/BCCT
Pendidikan Anak Usia Dini dapat menggunakan pembelajaran dengan pendekatan Beyond

Centers and Circle Time (BCCT), atau dalam bahasa Indonesia adalah Lebih Jauh Tentang Sentra
dan Saat Lingkaran Kegiatan bermain sambil belajar pada sentra-sentra (sentra persiapan, peran
makro, mikro, balok, imtaq, seni, dan sentra bahan alam), dalam rangka mengembangkan seluruh
potensi kecerdasanan anak.
Anak dituntut aktif dan kreatif dalam kegiatan sentra-sentra dan pendidik berperan sebagai
motivator dan fasilitator memberi pijakan-pijakan (scaffolding). Pijakan yang diberikan sebelum
dan sesudah anak yang bermain dalam setting duduk melingkar sehingga dikenal sebagai saat
lingkaran. Pijakan lainnya adalah pijakan lingkungan (penataan lingkungan), dan pijakan pada
setiap anak dilakukan selama anak bermain (Ditjen Dikluspa, 2005). Pendekatan ini dikembangkan
oleh Creative Pre School Florida Amerika Serikat dan mulai dikembangkan juga di Indonesia.
Metode ini merupakan pengembangan dari metode Montessori, High Scope dan Reggio Emilio,
yang menfokuskan kegiatan anak-anak di sentra-sentra, sudut-sudut, atau area-area untuk
mengoptimalkan seluruh kecerdasan anak.
c.

Pendekatan Reggio Emilia Approach/REA
Pendekatan REA ini berkomitmen “menciptakan kondisi pembelajaran yang akan
mendorong dan memfasilitasi anak untuk membangun kekuatan berpikirnya sendiri melalui
penggabungan seluruh bahasa ekspresif, komunikatif, dan kognitifnya” (Edward & Forman, 1993).
REA diciptakan oleh Loris Malaguzzi dan para orang tua di daerah sekitar Reggio Emilia di

Italia setelah Perang Dunia II. Saat itu, karena jumlah angkatan kerja pria berkurang akibat perang,
para wanita terpaksa menjadi tenaga kerja di pabrik-pabrik dan industri. Ditambah dengan kondisi
penuh kehancuran, para orang tua merasa perlu ada pendekatan baru terhadap cara mengajar anakanaknya. Para orang tua ini merasa bahwa pada tahun-tahun awal perkembangan anaknyalah
mereka membentuk diri mereka sebagai seorang individu. Berangkat dari pemikiran inilah lalu
diciptakan sebuah program yang berprinsip rasa hormat, tanggung jawab dan kebersamaan melalui
eksplorasi di dalam lingkungan yang suportif dan memperkaya minat anak.
Pada dasarnya REA menganggap anak-anak adalah pembelajar kompeten sehingga model
kurikulum yang dijalankan bisa diarahkan oleh anak-anak itu sendiri. Kurikulum memiliki catatan
proses dengan tujuan-tujuan tertentu, tapi tidak memiliki batasan cakupan maupun urutan tertentu.
Guru mengikuti minat anak-anak dan tidak memberikan instruksi-instruksi standar dan

konvensional. REA sangat percaya bahwa anak-anak belajar melalui interaksi dengan teman, orang
tua, guru serta interaksi dengan lingkungan tempat belajarnya.
d. Pendekatan Montessori
Tujuan pendidikan Montessori adalah mengoptimalkan seluruh kemampuan anak melalui
stimulasi yang dipersiapkan. Guru perlu membuat perencanaan secara rinci dan mempersiapkan
lingkungan pembelajaran yang tenang dan teratur agar anak merasa nyaman untuk belajar.
Kelas yang terdiri dari bermacam usia membuat anak dapat belajar dari kawan yang usianya
lebih tua di samping dari gurunya sendiri. Walaupun anak belajar secara individual, tetapi ia tetap
dilatih agar bisa mandiri. Lingkungan dipersiapkan dengan materi yang telah terstruktur, misalnya:

a. Materi sensorial
Anak berlatih untuk memperluas dan memperhalus persepsi sensorinya. Materi yang digunakan
adalah alat-alat yang mengandung konsep tentang ukuran, bentuk, warna, suara, tekstur, bau, berat
ringan, dll.
b. Materi konseptual
Materi ini menggunakan bahan-bahan konkret untuk melatih anak membaca, menulis, matematika
dan pengetahuan sosial.
c. Materi kehidupan praktis
Materi pembelajaran yang diberikan banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya
menyapu lantai, mencuci piring, menyiram tanaman, mengancingkan baju, dll. Pendekatan
Montessori menggunakan bahan-bahan yang dapat dimainkan anak, namun di dalam pendekatan ini
tidak memberikan anak di bawah 6 tahun untuk berfantasi. Padahal jika anak bermain, maka salah
satu unsur bermain adalah berfantasi (berpura-pura). Dengan demikian di dalam pendekatan ini
anak tidak dapat bermain secara bebas, tetapi sangat terstruktur sehingga imajinasinya tidak
berkembangang. Pengaruh guru untuk memberikan mainan yang sudah terpola dan berurutan secara
ketat membatasi kreatifitas anak dalam mengeksplorasi mainannya. Dengan anak belajar secara
mandiri, maka kesempatan anak untuk berinteraksi dengan teman sangat terbatas.
2. Strategi Pembelajaran
Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan
pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara

efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008)
menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa
strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil
dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.

Jenis-jenis strategi pembelajaran umum tersebut adalah: (1) meningkatkan keterlibatan indra,
(2) mempersiapkan isyarat lingkungan, (3) analisis tugas, (4) scaffolding, (5) praktik terbimbing, (6)
undangan/ajakan, (7) refleksi tingkah laku/tindakan, (8) refleksi kata-kata, (9) contoh atau
modelling, (10) penghargaan efektif), (11) menceritakan/menjelaskan/menginformasikan, (12) doit-signal, (13) tantangan, (14) pertanyaan, dan (15) kesenyapan. Strategi-strategi pembelajaran
tersebut dapat diintegrasikan atau digabungkan dalam keseluruhan proses pembelajaran, sehingga
tercipta kegiatan belajar yang lebih bervariasi.
3. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan
rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Macamnya adalah sebagai berikut :
1) Metode Keteladanan
Keteladanan merupakan bahan utama dalam pendidikan, karena mendidik bukan sebatas
penyampaian materi saja, melainkan membangun karakter dalam setiap jiwa peserta didik, oleh
karena itu pendidik mempunyai tanggung jawab yang tinggi terhadap peserta didik mengenai

tingkah laku dan perbuatannya yang dapat dibuat contoh dan diikutinya.
2) Metode Lemah Lembut / Kasih sayang
3) Metode Deduktif
4) Metode Demontrasi
5) Metode Eksperimen
6) Metode Pemecahan Masalah
Pendekatan pemecahan masalah berangkat dari masalah yang harus dipecahkan melalui praktikum
atau pengamatan. Dalam pendekatan ini ada dua versi. Versi pertama siswa dapat menerima saran
tentang prosedur yang digunakan, cara mengumpulkan data, menyusun data, dan menyusun
serangkaian pertanyaan yang mengarah ke pemecahan masalah. Versi kedua, hanya masalah yang
dimunculkan, siswa yang merancang pemecahannya sendiri. Guru berperan hanya dalam
menyediakan bahan dan membantu memberi petunjuk.
7) Metode Diskusi&Tanya Jawab
Untuk lebih mendalam dalam pemahaman meteri maka dimunculakan diskusi atau dialog yang
dikemas dengan tanya jawab. Diskusi atau dialog harus dilaksanakan dengan cara yang baik. Cara
yang baik ini perlu dirumuskan lebih lanjut, sehingga timbullah etika berdiskusi, misalnya tidak
memonopoli pembicaraan, saling menghargai pendapat orang lain, kedewasaan pikiran dan emosi,
berpandangan luas dan sebagainya.

8) Metode Pujian / Pemberian Kegembiranaan

9) Metode Hukuman
10) Metode Pembiasaan
Menjadikan pembiasaan sebagai sebuah metode pendidikan memang sangat tepat, dalam
pembiasaan peserta didik tidak dituntut secara serta merta menguasai sebuah materi dan
melaksanakannya, memang dalam pemahaman sangat gampang namun dalam pengamalan yang
agak sulit untuk terealisasikan, maka dari itu dibutuhkan sebuah proses dalam mencapainya, yaitu,
melalui pembisaan.
11) Metode Kisah-Kisah
Metode cerita atau kisah dianggap efektif dan mempunyai daya tarik yang kuat sesuai dengan sifat
alamiah manusia yang menyenangi cerita. Metode cerita sering kali dipakai oleh para pengajar
terutama dijenjang pendidikan kanak-kanak (TK). Namaun diakui atau tidak peserta didik sangat
senang ketika mendengarkan gurunya bercerita, termasuk juga mahasiswa.
12) Metode Perbandingan
4. Model Pembelajaran
Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal
sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran
merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik
pembelajaran.
Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990)
mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2)

model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah
laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan
dengan strategi pembelajaran.
Ada juga model pembelajaran baru hasil pengembangan dan improvisasi pendidik disesuaikan
dengan kebutuhan anak dan kebudayaan negara, yaitu :
1) Model Pendidikan Holistik Berbasis Karakter
Dikembangkan oleh Ratna Megawangi, PhD pendiri Indonesia Heritage Foundation. Model
pendidikan ini menerapkan teori-teori sosial, emosi, kognitif, fisik, moral, dan spiritual. Model ini
diharapkan dapat memampukan setiap anak untuk berkembang sebagai individu yang terintegrasi
dengan baik (secara spiritual, intelektual, sosial, fisik, dan emosi, yang berpikir kreatif secara
mandiri, dan bertanggung jawab). Pendidikan Holistik Berbasis Karakter bertujuan untuk
membangun seluruh dimensi manusia dengan pendekatan pada pengalaman belajar yang
menyenangkan dan inspiratif untuk anak-anak.

2) Model Pembelajaran Atraktif
Tujuan pokok dari pengembangan Paud atraktif ialah mengembalikan dan menempatkan Paud pada
fungsinya yang hakiki sebagai sebuah taman.
Secara khusus, pengembangan Paud atraktif bertujuan untuk:
a.


Menanamkan filosofi pelaksanaan pendidikan di PAUD. Filosofi pendidikan anak usia dini telah
disusun dan dituangkan dalami pelaksanaan pendidikan anak usia dini dengan berbagai bentuk
kegiatan yang indah, menarik dan menyenangkan anak. “Tempat bermain”, yaitu melalui bermain
anak akan “berteman banyak”, urrtuk mempelajari karakter, keinginan, sikap, dan gayatingkah laku
masing-masing.

b. Menyebarkan wawasan tentang pelaksanaan pendidikan anak usia dini yang atraktif. Tingginya
derajat penyimpangan Paud mengharuskan perlunya secara intensif penyebaran wawasan dan
pemahaman tentang makna dan proses pendidikan anak usia dini atraktif.
c.

Mengubah sikap dan perilaku pengasuh yang belum sesuai dengan kerakteristik pendidikan anak
usia dini.

d.

Mendorong

munculnya


inovasi

dan

kreativitas

pengasuh

dalam

menciptakan

dan

mengembangkan iklim pendidikan yang kondusif di Paud.
Ada 3 prinsip yang menjadi dasar pendidikan ini, yaitu sebagai berikut :
a.

Pendidikan anak usia dini menekankan pada pengamatan alam. Semua pengetahuan bersumber
pada pengamatan. Pengamatan seorang anak pada sesuatu akan menimbulkan pengertian.

Pengertian yang baru akan bergabung dengan pengertian lama dan membentuk pengetahuan. Dan
pendidikan di kembali ke alam (back to nature), atau sekolah alam. Inti utamanya adalah mengajak
anak melakukan pengamatan pada sumber belajar di lingkungan sekitar.

b. Menumbuhkan keaktifan jiwa raga anak. Melalui keaktifan anak maka ia akan mampu mengolah
kesan pengamatan menjadi pengetahuan. Keaktifan juga akan mendorong anak untuk berinteraksi
dengan lingkungan sehingga merupakan pengalaman langsung dengan lingkungan. Pengalaman
interaksi ini akan menimbulkan pengertian tentang lingkungan dan selanjutnya akan menjadi
pengetahuan baru.
c.

Pembelajaran pada anak usia dini harus berjalan secara teratur setingkat demi setingkat atau
bertahap. Prinsip ini sangat cocok dengan kodrat anak yang tumbuh dan berkembang secara
bertahap. Pandangan dasar tersebut membawa konsekuensi bahwa bahan pengembangan yang
diberikan harus disusun secara bertahap, dimulai dari bahan termudah sampai tersulit, dari bahan
pengembangan yang sederhana sampai yang terkompleks.
Ciri khas pandangan pendidikan anak usia dini atrakfif yaitu melalui adanya pengajaran suara,
bentuk dan bilangan.

DAFTAR PUSTAKA
http://tbmskbpo.blogspot.com/2010/05/artikel-model-pembelajaran-atraktif.html
http://blogfari-pedulianak.blogspot.com/2010/04/pendekatan-dalam-paud.html
http://blogfari-pedulianak.blogspot.com/2010/04/pendekatan-dalam-pendidikan-anak-usia.html
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/09/12/pendekatan-strategi-metode-teknik-dan-modelpembelajaran/
http://www.gudangmateri.com/2010/08/makna-dan-hakikat-metode-pendidikan.html
http://www.zonependidikan.co.cc/2010/05/metode-pendidikan.html
http://alhafizh84.wordpress.com/2009/12/21/macam-macam-pendekatan-pembelajaran/
http://www.ihf.or.id