FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEIKUTSER
Promotif, Vol.3 No.1 Okt 2013 Hal 01-09
Artikel I
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEIKUTSERTAAN REMAJA PUTRI
DALAM PROGRAM PENDEWASAAN USIA PERKAWINAN (PUP)
DI KELURAHAN PENGAWU KECAMATAN TATANGA
KOTA PALU
1)
1)
2)
Ahmad Yani Nur Afni
Bagian Promosi Kesehatan FKM Unismuh Palu
2)
Bagian AKK FKM Unismuh Palu
ABSTRAK
Jumlah remaja putri (16-18 tahun) di Kelurahan Pengawu 288 orang dan
jumlah perkawinan usia remaja sebanyak 32 kasus dari 91 kasus yang terjadi di
Kecamatan Tatanga selama tahun 2012. Tujuan Penelitian adalah Untuk mengetahui
faktor yang berhubungan dengan keikutsertaan remaja putri dalam program
pendewasaan usia perkawinan (PUP) di Kelurahan Pengawu Kecamatan Tatanga Kota
Palu tahun 2013
Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik dengan pendekatan cross
sectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja putri berusia 16-18
tahun di kelurahan pengawu yaitu sebanyak 256 orang, sampel dalam penelitian ini
adalah 156 responden, dengan tehnik pengambilan sampel proporsional random
sampling. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan uji chi-square.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara Pengetahuan, dengan
Keikutsertaan remaja putri dalam program PUP dengan nilai p = 0.000 ( p < 0,05 ),
ada hubungan antara Sikap dengan Keikutsertaan remaja putri dalam program PUP
dengan nilai p = 0.000 ( p < 0,05 ), ada hubungan antara Dukungan Keluarga dengan
Keikutsertaan remaja putri dalam program PUP dengan nilai p = 0.000 ( p > 0,05 ),
ada hubungan antara Teman Sebaya dengan Keikutsertaan remaja putri dalam
program PUP di Kelurahan Pengawu Kecamatan Tatanga Kota Palu dengan nilai p =
0.000 ( p > 0,05 ).
Diharapakan kepada pemerintah, khususnya BKKBN sebagai pencetus
pendewasaan usia perkawinan, agar lebih mensosialisasikannya kepada remaja agar
tujuan dan manfaatnya dapat tercapai secara maksimal.
Daftar Pustaka : 22 ( 2002-2011)
Kata Kunci
: Keikutsertaan remaja putri, Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP)
PENDAHULUAN
Manusia
dalam
proses
perkembangannya untuk meneruskan
jenisnya membutuhkan pasangan hidup
yang dapat memberikan keturunan
sesuai dengan apa yang diinginkannya.
Perkawinan sebagai jalan untuk bisa
mewujudkan
suatu
keluarga/rumah
tangga yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
(UU Perkawinan (1) tahun 1974). Hal ini
dimaksudkan, bahwa perkawinan itu
hendaknya berlangsung seumur hidup
dan tidak boleh berakhir begitu saja.
Pembentukan keluarga yang bahagia
dan kekal itu, haruslah berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa.
Pendewasaan usia perkawinan
merupakan upaya pemerintah dalam
menekan laju pertumbuhan penduduk.
Kebijakan pemerintah ini sudah ada
sejak tahun 1982 tapi perkawinan di usia
dini pada wanita masih tinggi hingga saat
ini. Ketua Komisi Perlindungan Anak
Indonesia
(KPAI)
Hadi
Supeno
mengatakan angka pernikahan usia dini
atau kurang dari 18 tahun masih tinggi
mencapai 690 ribu lebih kasus, atau
1
Promotif, Vol.3 No.1 Okt 2013 Hal 01-09
Artikel I
yang
bagus
tetapi
tidak
mengaplikasikannya dalam sikap dan
tindakannya. Orang tua memiliki peranan
penting dalam pengambilan keputusan
seorang remaja boleh menikah atau
tidak. Pergaulan dengan teman sebaya
mempengaruhi
pemikiran
seorang
remaja tentang menikah lebih cepat atau
menundanya sampai selesai kuliah.(
Wiguna T, 2009 )
Kota
Palu
memiliki
jumlah
penduduk sebanyak ± 342.754 jiwa dan
Kelurahan
Pengawu
merupakan
Kelurahan yang ada di Kecamatan
Tatanga Kota Palu dengan jumlah
penduduk di tahun 2011 sebanyak 7025
jiwa. Jumlah remaja di Kelurahan
Pengawu merupakan jumlah remaja (1421 tahun) yang paling banyak di
Kecamatan Tatanga Kota Palu yaitu
1.142 orang. Berdasarkan jumlah remaja
putri (16-18 tahun) di Kelurahan
Pengawu 288 orang dan jumlah
perkawinan usia remaja sebanyak 32
kasus dari 91 kasus yang terjadi di
Kecamatan Tatanga selama tahun 2012
ini.
Dari
masalah
yang
telah
dipaparkan di atas mengenai tingginya
angka pernikahan dini walaupun telah
ada pendewasaan usia perkawinan maka
peneliti merasa tertarik untuk mengetahui
faktor
yang
berhubungan
dengan
keikutsertaan
remaja
putri
dalam
program pendewasaan usia perkawinan
(PUP) di Kelurahan Pengawu Kecamatan
Tatanga Kota Palu.
BAHAN DAN METODE
Jenis
penelitian
ini
adalah
penelitian analitik dengan menggunakan
Desain Cross Sectional Study dan
pengukuran variabel independent dan
variabel dependent dilakukan secara
bersamaan pada waktu yang sama.
(Notoatmodjo, 2005) Penelitian ini
dilaksanakan di Kelurahan Pengawu
Kecamatan Tatanga Kota Palu pada
bulan Desember 2012 sampai Februari
2013.
sekitar 34 persen pada tahun 2009. Dan
menurut laporan Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (Bappenas)
tentang
capaian
target
Tujuan
Pembangunan
Millenium
(MDGs)
Indonesia tahun 2008, sebanyak 34,5
persen dari 2.049.000 pernikahan yang
terjadi
setiap
tahun
merupakan
pernikahan dini.( Bappenas, 2008 )
Hasil data Survei Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007
menunjukkan median usia kawin pertama
berada pada usia 19,8 tahun sementara
hasil SDKI 2002-2003 menunjukan
angka
19,2
tahun.
Angka
ini
mengindikasikan bahwa separuh dari
pasangan usia subur di Indonesia
menikah dibawah usia 20 tahun. Lebih
lanjut data SDKI 2007 menunjukkan
bahwa angka kehamilan dan kelahiran
pada usia muda (< 20 tahun) adalah
8,5%. Angka ini turun dibandingkan
kondisi pada SDKI 2002-2003 yaitu
10,2%. (BKKBN SDKI, 2007)
Survey Kesehatan Reproduksi
Remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2007
remaja berpendapat usia ideal menikah
bagi perempuan adalah 23,1 tahun.
Sedangkan usia ideal menikah bagi pria
25,6 tahun terdapat kenaikan jika
dibandingkan dengan hasil SKRRI 20022003 yaitu remaja berpendapat usia ideal
menikah bagi perempuan 20,9 tahun.
Sedangkan usia ideal menikah bagi pria
22,8 tahun. (BPS 2008).
Di Indonesia pernikahan dini 1520% dilakukan oleh pasangan baru.
pernikahan
dini
dilakukan
pada
pasangan muda yang rata-rata umurnya
18, 19, dan 20 tahun. Secara nasional,
pernikahan dini dengan usia pengantin di
bawah usia 16 tahun sebanyak 26,9%
(Jalu, 2004).
Faktor yang berhubungan dengan
meningkatnya pernikahan dini adalah
pengetahuan. banyak remaja putri yang
tidak tahu bahaya hamil di usia remaja.
Pasangan muda pun tidak mengetahui
secara pasti dampak yang bisa
dihadapinya di masa depan. Tapi ada
juga remaja yang memiliki pengetahuan
2
Promotif, Vol.3 No.1 Okt 2013 Hal 01-09
POPULASI DAN SAMPEL
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh remaja putrid
berusia 16-18 tahun di kelurahan
pengawu yaitu sebanyak 256
orang
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini
sebanyak 156 orang yang diperoleh dari
hasil perhitungan dengan Rumus Slovin (
Notoatmodjo,2005 )
�
�=
1 + �(� 2 )
Keterangan :
n = Besar sampel
N = Besar populasi
d = Tingkat ketepatan yang diinginkan
(0,05)
Artikel I
Menurut M. Nazir (2005), untuk prosedur
pengambilan sampel dengan metode
proporsional random sampling
ANALISIS DATA
a. Analisis Univariat
Dilakukan untuk melihat distribusi,
frekuensi
dari
masing-masing
variabel independent dan variabel
dependent.
b. Analisis Bivariat
Dilakukan untuk melihat hubungan
antara variabel independent dan
variabel dependent. Uji yang
digunakan adalah uji Chi-Square
dengan tingkat kepercayaan 95%
dengan derajat kemaknaan 0,05.
HASIL
Uji statistik yang dilakukan adalah
Chi-Square dengan hasil analisis sebagai
berikut :
a. Hubungan Pengetahuan dengan Keikutsertaan dalam Program Pendewasaan
Usia Perkawinan (PUP)
Tabel 1
Hubungan Pengetahuan dengan Keikutsertaan dalam
Program Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) di Kelurahan Pengawu
Kecamatan Tatanga Kota Palu Tahun 2013
Pengetahuan
Tinggi
Rendah
Jumlah
Sumber : Data Primer
Keikutsertaan dalam
Program PUP
Mengikuti
Tidak Mengikuti
N
%
n
%
136
97,8
3
2,2
11
64,7
6
35,3
147
94,2
9
5,8
Tabel 1 menunjukkan bahwa
dari 156 responden ada 139 responden
yang memiliki pengetahuan tinggi,
sebanyak 136 orang (97,8%) yang
mengikuti program pendewasaan usia
perkawinan dan sebanyak 3 orang
(2,2%) yang tidak mengikuti. Sedangkan
dari 17 responden yang memiliki
pengetahuan rendah, sebanyak 11
orang (64,7%) yang mengikuti program
pendewasaan usia perkawinan dan
Jumlah
n
139
17
156
%
100
100
100
P
Value
0,000
sebanyak 6 orang (35,3%) yang tidak
mengikuti.
Hasil uji statistik Chi-Square
diperoleh nilai p = 0,000 karena p < 0,05
Ada hubungan pengetahuan dengan
keikutsertaan
dalam
program
pendewasaan usia perkawinan (PUP) di
Kelurahan
Pengawu
Kecamatan
Tatanga Kota Palu Tahun 2013.
b. Hubungan Sikap dengan Keikutsertaan dalam Program Pendewasaan Usia
Perkawinan (PUP)
3
Promotif, Vol.3 No.1 Okt 2013 Hal 01-09
Artikel I
Tabel 2
Hubungan Sikap dengan Keikutsertaan dalam
Program Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) di Kelurahan Pengawu
Kecamatan Tatanga Kota Palu Tahun 2013
Sikap
Keikutsertaan dalam
Program PUP
Mengikuti
Tidak Mengikuti
n
%
n
%
97,2
4
137
2,8
66,7
5
10
33,3
147
94,2
9
5,8
Menerima
Menolak
Jumlah
Sumber : Data Primer
Tabel 2 menunjukkan bahwa
dari 156 responden ada 141 responden
yang memiliki sikap menerima, sebanyak
137 orang (97,2%) yang mengikuti
program pendewasaan usia perkawinan
dan sebanyak 4 orang (2,8%) yang tidak
mengikuti. Sedangkan dari 15 responden
yang memiliki sikap menolak, sebanyak
10 orang (66,7%) yang mengikuti
program pendewasaan usia perkawinan
c.
Jumlah
n
141
15
156
%
100
100
100
P
Value
0,000
dan sebanyak 5 orang (33,3%) yang
tidak mengikuti.
Hasil uji statistik Chi-Square
diperoleh nilai p = 0,000, karena p < 0,05
Ada
hubungan
sikap
dengan
keikutsertaan
dalam
program
pendewasaan
usia
perkawinan di
Kelurahan Pengawu Kecamatan Tatanga
Kota Palu Tahun 2013.
Hubungan Dukungan Keluarga dengan Keikutsertaan dalam Program
Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP)
.
Tabel 3
Hubungan Dukungan Keluarga dengan Keikutsertaan dalam
Program Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) di Kelurahan Pengawu Kecamatan
Tatanga Kota Palu tahun 2013
Dukungan Keluarga
Keikutsertaan dalam
Program PUP
Tidak
Mengikuti
Mengikuti
n
%
n
n
146
96,7
5
3,3
1
20,0
4
80,0
147
94,2
9
5,8
Mendukung
Tidak Mendukung
Jumlah
Sumber : Data Primer
Tabel 3 menunjukkan bahwa dari
156 responden ada 151 responden yang
mendapatkan dukungan keluarga yang
medukung, sebanyak 146 orang (96,7%)
yang mengikuti program pendewasaan
usia perkawinan dan 5 orang (3,3%0
responden
yang
tidak
mengikuti.
Sedangkan dari 5 responden yang tidak
mendapatkan
dukungan
keluarga,
Jumlah
%
151
5
156
%
100
100
100
P
Value
0,000
sebanyak 1 orang (20,0%) yang
mengikuti
program
tersebut
dan
sebanyak 4 orang (80,0%) yang tidak
mengikuti.
Hasil uji statistik Chi-Square
diperoleh nilai p = 0,000, karena p < 0,05
Ada Hubungan dukungan keluarga
dengan keikutsertaan dalam program
pendewasaan
usia
perkawinan di
4
Promotif, Vol.3 No.1 Okt 2013 Hal 01-09
Artikel I
Kelurahan Pengawu Kecamatan Tatanga
Kota Palu Tahun 2013.
d. Hubungan Teman Sebaya dengan Keikutsertaan dalam Program Pendewasaan
Usia Perkawinan
Tabel 4
Hubungan Teman Sebaya dengan Keikutsertaan dalam
Program Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) di Kelurahan Pengawu Kecamatan
Tatanga Kota Palu Tahun 2013
Teman Sebaya
Keikutsertaan dalam
Program PUP
Tidak
Mengikuti
Mengikuti
n
%
n
n
97,3
4
146
2,7
16,7
5
1
83,3
147
94,2
9
5,8
Mendukung
Tidak Mendukung
Jumlah
Sumber : Data Primer
Tabel 5.10 menunjukkan bahwa
dari 156 responden ada 150 responden
yang mendapatkan dukungan teman
sebaya, sebanyak 146 orang (97,3%)
yang mengikuti program pendewasaan
usia perkawinan dan 4 orang (2,7%)
yang tidak mengikuti. Sedangkan dari 6
responden yang tidak mendapatkan
dukungan teman sebaya, sebanyak 1
orang (16,7%) yang mengikuti program
tersebut dan sebanyak 5 orang (83,3%)
yang tidak mengikuti.
Hasil uji statistik Chi-Square
diperoleh nilai p = 0,000, karena p < 0,05
Ada hubungan teman sebaya dengan
keikutsertaan
dalam
program
pendewasaan
usia
perkawinan di
Kelurahan Pengawu Kecamatan Tatanga
Kota Palu Tahun 2013.
Jumlah
%
150
6
156
%
100
100
100
P
Value
0,000
perkawinan dan sebanyak 6 orang
(35,3%) yang tidak mengikuti.
Hasil uji statistik Chi-Square
diperoleh nilai p = 0,000 karena p < 0,05
maka Ho Maka Ada. Hubungan yang
ditunjukan
adalah
berdasarkan
responden yang memiliki pengetahuan
tinggi
yang
mengikuti
program
pendewasaan usia perkawinan sebanyak
(97,8%) dan responden yang memiliki
pengetahuan rendah yang mengikuti
program pendewasaan usia perkawinan
sebanyak (64,7%) Hal ini berarti
sebagian besar pengetahuan remaja
sudah tinggi tentang pendewasaan usia
perkawinannya,
hal
ini
didasari
berdasarkan jawaban responden dan
diskusi dengan responden yaitu mereka
pernah mendengarkan penyuluhan dari
BKKBN disekolah tentang Generasi
Berencana (Genre) dan ditunjang
dengan kemudahan dalam mengakses
informasi dari internet yang bisa diakses
dari rumahnya maupun dari handphonenya. Kegiatan tersebut dapat menambah
pengetahuannya tentang segala hal,
seperti manfaat pendewasaan usia
perkawinan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Fatmawati (2002), yang
menyatakan ada hubungan antara
pengetahuan dengan kejadian menikah
dini yang melakukan penelitian pada
PEMBAHASAN
1. Pengetahuan
Berdasarkan
penelitian
ini
diperoleh
hasil bahwa
dari 156
responden ada 139 responden yang
memiliki pengetahuan tinggi, sebanyak
136 orang (97,8%) yang mengikuti
program pendewasaan usia perkawinan
dan sebanyak 3 orang (2,2%) yang tidak
mengikuti. Sedangkan dari 17 responden
yang memiliki pengetahuan rendah,
sebanyak 11 orang (64,7%) yang
mengikuti program pendewasaan usia
5
Promotif, Vol.3 No.1 Okt 2013 Hal 01-09
Suku Tolaki di Kecamatan
Kabupaten Kendari.
Artikel I
mengikuti program tersebut sebanyak
66,7 %.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Elok Halimatus Sa`diyah
(2008), yang menyatakan bahwa ada
hubungan antara sikap pada penundaan
usia
perkawinan
dengan
intensi
penundaan usia perkawinan.
3. Dukungan Keluarga
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa dari 156 responden ada 151
responden yang mendapatkan dukungan
keluarga yang medukung, sebanyak 146
orang (96,7%) yang mengikuti program
pendewasaan usia perkawinan dan 5
orang (3,3%0 responden yang tidak
mengikuti. Sedangkan dari 5 responden
yang tidak mendapatkan dukungan
keluarga, sebanyak 1 orang (20,0%)
yang mengikuti program tersebut dan
sebanyak 4 orang (80,0%) yang tidak
mengikuti.
Hasil uji statistik Chi-Square
diperoleh nilai p = 0,000, karena p < 0,05
maka Ho ditolak Maka Ada Hubungan.
hubungan yang ditunjukkan adalah
hubungan yang keluarga mendukung
yaitu sebanyak (96,7%) keluarga yang
memberikan dukungan pada remaja
tersebut mengikuti pendewasaan usia
perkawinan.
Hubungan
ini
berarti
keluarga mengharapkan anaknya untuk
menikah di atas umur 20 tahun dan anak
tersebut
berencana
untuk
mendewasakan
usia
pernikahannya
sampai berumur ≥ 20 tahun.
Keluarga memberikan pengaruh
dalam pendewasaan usia perkawinan.
Seorang remaja yang belum mencapai
usia 20 tahun masih memerlukan izin
orang
tua
untuk
menikahkannya.
Keluarga, khususnya orang tua, juga
berperan menentukan masa depan
anaknya setelah lulus SMA, seperti
melanjutkan
ke
perkuliahan
atau
menikahkannya saja.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Edy
Sud (2009) di Kecamatan Kajuara
Kabupaten Bone yang menyatakan
adanya hubungan faktor keluarga
Unaaha
2. Sikap
Berdasarkan
penelitian
ini
diperoleh
hasil bahwa
dari
156
responden ada 141 responden yang
memiliki sikap menerima, sebanyak 137
orang (97,2%) yang mengikuti program
pendewasaan usia perkawinan dan
sebanyak 4 orang (2,8%) yang tidak
mengikuti. Sedangkan dari 15 responden
yang memiliki sikap menolak, sebanyak
10 orang (66,7%) yang mengikuti
program pendewasaan usia perkawinan
dan sebanyak 5 orang (33,3%) yang
tidak mengikuti.
Hasil uji statistik Chi-Square
diperoleh nilai p = 0,000, karena p < 0,05
maka Ho ditolak. Maka Ada Hubungan.
Hal ini berarti remaja yang ditunjang
dengan pengetahuan yang cukup telah
mempunyai
pertimbangan
untuk
mendewasakan usia perkawinannya
sehingga dia bisa menentukan sikapnya
dalam menunda perkawinannya.
Sikap seorang remaja dalam
menunda usia perkawinan memberikan
banyak keuntungan untuk dirinya sendiri.
Perkawinan yang dilakukan di usia
dewasa akan menjamin kesehatan
reproduksi ideal bagi wanita sehingga
kematian ibu melahirkan dapat dihindari.
Perkawinan di usia dewasa juga akan
memberikan keuntungan dalam hal
kesiapan psikologis dan sosial ekonomi.
Hampir semua studi yang dilakukan
berkaitan dengan hubungan antara usia
perkawinan
dengan
kebahagiaan
perkawinan menunjukkan bahwa peluang
kebahagiaan dalam perkawinan lebih
rendah tercapai jika pria menikah
sebelum usia 20 tahun dan wanitanya
menikah sebelum usia 18 tahun.
Hal ini didukung dari persentase
remaja yang memiliki sikap memerima
dan mengikuti program pendewasaan
usia perkawinan sebanyak 97,2% hanya
sangat berbeda dengan persentase
remaja yang memiliki sikap menolak dan
6
Promotif, Vol.3 No.1 Okt 2013 Hal 01-09
Artikel I
menghabiskan banyak waktu berinteraksi
bersama.
Hasil penelitian ini tidak sejalan
dengan penelitian Anita Zulkaida (2006)
yang menyatakan tidak ada hubungan
antara dukungan sosial dari teman
sebaya dengan problem solving pada
remaja,
seperti
menunda
usia
perkawinannya.
KESIMPULAN
dengan kejadian pernikahan usia remaja
masyarakat Suku Bugis. Tapi hasil
penelitian ini tidak sejalan dengan hasil
penelitian Henis Setyowati (2002) di
Kelurahan Sendangmulyo Kecamatan
Tembalang
Kota
Semarang
yang
menyatakan bahwa keluarga bukan
merupakan faktor yang berhubungan
dengan
sikap
remaja
terhadap
pendewasaan usia perkawinan.
4. Teman Sebaya
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa dari 156 responden ada 150
responden yang mendapatkan dukungan
teman sebaya, sebanyak 146 orang
(97,3%)
yang
mengikuti
program
pendewasaan usia perkawinan dan 4
orang (2,7%) yang tidak mengikuti.
Sedangkan dari 6 responden yang tidak
mendapatkan dukungan teman sebaya,
sebanyak 1 orang (16,7%) yang
mengikuti
program
tersebut
dan
sebanyak 5 orang (83,3%) yang tidak
mengikuti.
Hasil uji statistik Chi-Square
diperoleh nilai p = 0,000, karena p < 0,05
maka Ho ditolak Maka Hubungan.
Hubungan yang ditunjukkan ini adalah
hubungan
yang mendukung
yaitu
sebanyak, (98,6%) remaja yang memiliki
dukungan
dari
teman
sebayanya
mengikuti program pendewasaan usia
perkawinan.
Kelompok teman sebaya adalah
lingkungan sosial pertama dimana
remaja belajar untuk hidup bersama
dengan orang lain yang bukan anggota
keluarganya. Hubungan teman sebaya
mempunyai pengaruh kuat yang tidak
dapat diremehkan pada masa remaja.
Mungkin tidak menjadi masalah jika
pengaruh yang diberikan bernilai positif
dalam arti nilai dan moral kelompok yang
dianut bermanfaat seprti kelompok
karang taruna, tapi jika nilai yang dianut
bernilai negatif maka akan membentuk
pribadi remaja menjadi bermasalah.
Hal
ini
disebabkan
karena
sebagian besar remaja lebih terbuka dan
lebih mendengarkan teman sebaya
daripada orang tuanya karena dia
1. Ada hubungan pengetahuan dengan
keikutsertaan dalam pendewasaan
usia
perkawinan,
artinya
pengetahuan yang dimiliki seorang
remaja putri, baik tinggi maupun
rendah, tidak mempengaruhinya
untuk
mendewasakan
usia
perkawinannya Dengan Nilai p value
= 0,000
2. Ada hubungan sikap dengan
keikutsertaan dalam pendewasaan
usia perkawinan, artinya sikap yang
dimiliki seorang remaja putri, baik
atau
tidak
baik,
tidak
mempengaruhinya
untuk
mendewasakan usia perkawinannya
Dengan Nilai p value = 0,000
3. Ada hubungan dukungan keluarga
dengan
keikutsertaan
dalam
pendewasaan usia perkawinan,
artinya
dukungan
keluarga
mempunyai pengaruh
terhadap
remaja putri untuk mendewasakan
usia perkawinannya Dengan Nilai p
value = 0,000
4. Ada hubungan teman sebaya
dengan
keikutsertaan
dalam
pendewasaan usia perkawinan,
artinya teman sebaya mempunyai
pengaruh terhadap remaja putri
untuk
mendewasakan
usia
perkawinannya Dengan Nilai p value
= 0,000
SARAN
1. Diharapkan kepada pemerintah
Propinsi
Sulawesi
Tengah,
khususnya BKKBN Kota Palu
sebagai pencetus pendewasaan
usia
perkawinan,
agar
lebih
7
Promotif, Vol.3 No.1 Okt 2013 Hal 01-09
Artikel I
remaja. http://e-journal.dikti.go.id
diunduh tanggal 7 November
2012.
Jalu,
2004.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi pernikahan dini
dengan usia pengantin di bawah
16
tahun.
http://www.pdfsearchengine.org
diunduh tanggal 7 November
2012.
Mapiare, 2006. Hubungan pengetahuan
dan teman sebaya dengan
pernikahan di bawah umur.
http://www.pdfsearchengine.org
diunduh tanggal 6 November
2012.
Nazir, 2005. Metodologi Penelitian,
Ghalia Indonesia. Jakarta
Notoatmodjo,
2005.
Metodologi
Penelitian Kesehatan. Cetakan
Ketiga Rineka Cipta, Jakarta
-----------------.2007, Promosi Kesehatan
dan Ilmu Perilaku.Rineka Cipta.
Jakarta
Ngatimin, 2006. Hubungan pengetahuan,
sikap dan tindakan dengan
keputusan pernikahan usia dini.
http://www.pdfsearchengine.org
diunduh tanggal 6 November
2012.
Sarwono, S.W. 2006. ”Psikologi Remaja”.
Jakarta :PT Raja Grafindo
Persada.
Sa’diyah, 2008. Faktor-faktor yang
berhubungan dengan intense
penundaan
usia
perkawinan.http://skripsistikes.wo
rdpress.com/kumpulanjurnalkesehatan/ diunduh tanggal
5 Februari 2013
Setyowati,
2002.
Faktor
yang
berhubungan
dengan
sikap
remaja terhadap pendewasaan
usia perkawinan di Kelurahan
Sendangmulyo
Kecamatan
Tembalang Kota Semarang.
http://ejournal.litbang.depkes.go.i
d/ diunduh tanggal 5 Februari
2013
Soekanto,
2004.
Remaja
dan
permasalahnya.
http://e-
mensosialisasikannya
kepada
remaja agar tujuan dan manfaatnya
dapat tercapai secara maksimal
2. Diharapkan menambah khasanah
ilmu pengetahuan dan sebagai
bahan bacaan dan sumber informasi
3. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya
dapat
memperluas
wawasan
keilmuannya khususnya tentang
pendewasaan usia perkawinan.
DAFTAR PUSTAKA
Bustan,2007.Faktor resiko menikah di
usia
muda
http://www.pdfsearchengine.org
diunduh tanggal 4 November
2012.
Budiman, 2011. Penelitian Kesehatan.
Cetakan Pertama PT Refika
Aditama. Jakata
BKKBN, 2010 . CERIA ( Cerita Remaja) :
Pendewasaan usia perkawinan &
pemenuhan
hak
reproduksi
Remaja, Jakarta
BKKBN Sul-Teng, Perikahan Usia Dini.
http://sulteng.bkkbn.go.id/data.
diunduh tanggal 3 November
2012.
Edy Sud.2009. Hubungan faktor keluarga
dengan kejadian pernikahan usia
remaja masyarakat suku bugis di
Kecamatan Kajuara Kabupaten
Bone.
http://skripsistikes.wordpress.co
m/kumpulan-jurnal-kesehatan/
diunduh tanggal 5 Februari 2013
Fatmawati, 2002. Faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian
menikah dini pada suku tolaki di
Kecamatan Unaaha Kabupaten
Kendari.
http://skripsistikes.wordpress.co
m/kumpulan-jurnal-kesehatan/
diunduh tanggal 5 Februari 2013
Friedman, 2007. Hubungan sukungan
sosial
keluarga
dengan
pernikahan remaja.
http://ejournal.dikti.go.id
diunduh
tanggal 4 November 2012.
Hafferth dan Reith, 2007. Perilaku anak
dari ibu yang melahirkan di usia
8
Promotif, Vol.3 No.1 Okt 2013 Hal 01-09
Artikel I
Wiguna T. 2009. Masalah Kesehatan
Mental
Remaja
di
Era
Globalisasi. Sinas Remaja II.
Jakarta.
Zarinan p, 2011. Profil Kelurahan
Pengawu, 2011
Zulkaidah,2006. Hubungan dukungan
sosial dari teman sebaya dengan
problem solvin pada remaja
menunda usia perkawinan. .
http://ejournal.litbang.depkes.go.i
d/ diunduh tanggal 5 Februari
2013
journal.dikti.go.id
diunduh
tanggal 4 November 2012.
Santrock, 2006. Remaja dan tingkat
kedewasaannya.
http://ejournal.dikti.go.id
diunduh
tanggal 7 November 2012.
Sudirman, 2012. Cara Menghitung
Kriteria Obyektif (Hasil Ukur).
http://sudirmanfkmump.blogspot.com/2012/03/c
ara-menghutung-kriteria-obyektifhasil.html diunduh tanggal 5
Desember 2012.
9
Artikel I
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEIKUTSERTAAN REMAJA PUTRI
DALAM PROGRAM PENDEWASAAN USIA PERKAWINAN (PUP)
DI KELURAHAN PENGAWU KECAMATAN TATANGA
KOTA PALU
1)
1)
2)
Ahmad Yani Nur Afni
Bagian Promosi Kesehatan FKM Unismuh Palu
2)
Bagian AKK FKM Unismuh Palu
ABSTRAK
Jumlah remaja putri (16-18 tahun) di Kelurahan Pengawu 288 orang dan
jumlah perkawinan usia remaja sebanyak 32 kasus dari 91 kasus yang terjadi di
Kecamatan Tatanga selama tahun 2012. Tujuan Penelitian adalah Untuk mengetahui
faktor yang berhubungan dengan keikutsertaan remaja putri dalam program
pendewasaan usia perkawinan (PUP) di Kelurahan Pengawu Kecamatan Tatanga Kota
Palu tahun 2013
Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik dengan pendekatan cross
sectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja putri berusia 16-18
tahun di kelurahan pengawu yaitu sebanyak 256 orang, sampel dalam penelitian ini
adalah 156 responden, dengan tehnik pengambilan sampel proporsional random
sampling. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan uji chi-square.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara Pengetahuan, dengan
Keikutsertaan remaja putri dalam program PUP dengan nilai p = 0.000 ( p < 0,05 ),
ada hubungan antara Sikap dengan Keikutsertaan remaja putri dalam program PUP
dengan nilai p = 0.000 ( p < 0,05 ), ada hubungan antara Dukungan Keluarga dengan
Keikutsertaan remaja putri dalam program PUP dengan nilai p = 0.000 ( p > 0,05 ),
ada hubungan antara Teman Sebaya dengan Keikutsertaan remaja putri dalam
program PUP di Kelurahan Pengawu Kecamatan Tatanga Kota Palu dengan nilai p =
0.000 ( p > 0,05 ).
Diharapakan kepada pemerintah, khususnya BKKBN sebagai pencetus
pendewasaan usia perkawinan, agar lebih mensosialisasikannya kepada remaja agar
tujuan dan manfaatnya dapat tercapai secara maksimal.
Daftar Pustaka : 22 ( 2002-2011)
Kata Kunci
: Keikutsertaan remaja putri, Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP)
PENDAHULUAN
Manusia
dalam
proses
perkembangannya untuk meneruskan
jenisnya membutuhkan pasangan hidup
yang dapat memberikan keturunan
sesuai dengan apa yang diinginkannya.
Perkawinan sebagai jalan untuk bisa
mewujudkan
suatu
keluarga/rumah
tangga yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
(UU Perkawinan (1) tahun 1974). Hal ini
dimaksudkan, bahwa perkawinan itu
hendaknya berlangsung seumur hidup
dan tidak boleh berakhir begitu saja.
Pembentukan keluarga yang bahagia
dan kekal itu, haruslah berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa.
Pendewasaan usia perkawinan
merupakan upaya pemerintah dalam
menekan laju pertumbuhan penduduk.
Kebijakan pemerintah ini sudah ada
sejak tahun 1982 tapi perkawinan di usia
dini pada wanita masih tinggi hingga saat
ini. Ketua Komisi Perlindungan Anak
Indonesia
(KPAI)
Hadi
Supeno
mengatakan angka pernikahan usia dini
atau kurang dari 18 tahun masih tinggi
mencapai 690 ribu lebih kasus, atau
1
Promotif, Vol.3 No.1 Okt 2013 Hal 01-09
Artikel I
yang
bagus
tetapi
tidak
mengaplikasikannya dalam sikap dan
tindakannya. Orang tua memiliki peranan
penting dalam pengambilan keputusan
seorang remaja boleh menikah atau
tidak. Pergaulan dengan teman sebaya
mempengaruhi
pemikiran
seorang
remaja tentang menikah lebih cepat atau
menundanya sampai selesai kuliah.(
Wiguna T, 2009 )
Kota
Palu
memiliki
jumlah
penduduk sebanyak ± 342.754 jiwa dan
Kelurahan
Pengawu
merupakan
Kelurahan yang ada di Kecamatan
Tatanga Kota Palu dengan jumlah
penduduk di tahun 2011 sebanyak 7025
jiwa. Jumlah remaja di Kelurahan
Pengawu merupakan jumlah remaja (1421 tahun) yang paling banyak di
Kecamatan Tatanga Kota Palu yaitu
1.142 orang. Berdasarkan jumlah remaja
putri (16-18 tahun) di Kelurahan
Pengawu 288 orang dan jumlah
perkawinan usia remaja sebanyak 32
kasus dari 91 kasus yang terjadi di
Kecamatan Tatanga selama tahun 2012
ini.
Dari
masalah
yang
telah
dipaparkan di atas mengenai tingginya
angka pernikahan dini walaupun telah
ada pendewasaan usia perkawinan maka
peneliti merasa tertarik untuk mengetahui
faktor
yang
berhubungan
dengan
keikutsertaan
remaja
putri
dalam
program pendewasaan usia perkawinan
(PUP) di Kelurahan Pengawu Kecamatan
Tatanga Kota Palu.
BAHAN DAN METODE
Jenis
penelitian
ini
adalah
penelitian analitik dengan menggunakan
Desain Cross Sectional Study dan
pengukuran variabel independent dan
variabel dependent dilakukan secara
bersamaan pada waktu yang sama.
(Notoatmodjo, 2005) Penelitian ini
dilaksanakan di Kelurahan Pengawu
Kecamatan Tatanga Kota Palu pada
bulan Desember 2012 sampai Februari
2013.
sekitar 34 persen pada tahun 2009. Dan
menurut laporan Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (Bappenas)
tentang
capaian
target
Tujuan
Pembangunan
Millenium
(MDGs)
Indonesia tahun 2008, sebanyak 34,5
persen dari 2.049.000 pernikahan yang
terjadi
setiap
tahun
merupakan
pernikahan dini.( Bappenas, 2008 )
Hasil data Survei Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007
menunjukkan median usia kawin pertama
berada pada usia 19,8 tahun sementara
hasil SDKI 2002-2003 menunjukan
angka
19,2
tahun.
Angka
ini
mengindikasikan bahwa separuh dari
pasangan usia subur di Indonesia
menikah dibawah usia 20 tahun. Lebih
lanjut data SDKI 2007 menunjukkan
bahwa angka kehamilan dan kelahiran
pada usia muda (< 20 tahun) adalah
8,5%. Angka ini turun dibandingkan
kondisi pada SDKI 2002-2003 yaitu
10,2%. (BKKBN SDKI, 2007)
Survey Kesehatan Reproduksi
Remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2007
remaja berpendapat usia ideal menikah
bagi perempuan adalah 23,1 tahun.
Sedangkan usia ideal menikah bagi pria
25,6 tahun terdapat kenaikan jika
dibandingkan dengan hasil SKRRI 20022003 yaitu remaja berpendapat usia ideal
menikah bagi perempuan 20,9 tahun.
Sedangkan usia ideal menikah bagi pria
22,8 tahun. (BPS 2008).
Di Indonesia pernikahan dini 1520% dilakukan oleh pasangan baru.
pernikahan
dini
dilakukan
pada
pasangan muda yang rata-rata umurnya
18, 19, dan 20 tahun. Secara nasional,
pernikahan dini dengan usia pengantin di
bawah usia 16 tahun sebanyak 26,9%
(Jalu, 2004).
Faktor yang berhubungan dengan
meningkatnya pernikahan dini adalah
pengetahuan. banyak remaja putri yang
tidak tahu bahaya hamil di usia remaja.
Pasangan muda pun tidak mengetahui
secara pasti dampak yang bisa
dihadapinya di masa depan. Tapi ada
juga remaja yang memiliki pengetahuan
2
Promotif, Vol.3 No.1 Okt 2013 Hal 01-09
POPULASI DAN SAMPEL
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh remaja putrid
berusia 16-18 tahun di kelurahan
pengawu yaitu sebanyak 256
orang
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini
sebanyak 156 orang yang diperoleh dari
hasil perhitungan dengan Rumus Slovin (
Notoatmodjo,2005 )
�
�=
1 + �(� 2 )
Keterangan :
n = Besar sampel
N = Besar populasi
d = Tingkat ketepatan yang diinginkan
(0,05)
Artikel I
Menurut M. Nazir (2005), untuk prosedur
pengambilan sampel dengan metode
proporsional random sampling
ANALISIS DATA
a. Analisis Univariat
Dilakukan untuk melihat distribusi,
frekuensi
dari
masing-masing
variabel independent dan variabel
dependent.
b. Analisis Bivariat
Dilakukan untuk melihat hubungan
antara variabel independent dan
variabel dependent. Uji yang
digunakan adalah uji Chi-Square
dengan tingkat kepercayaan 95%
dengan derajat kemaknaan 0,05.
HASIL
Uji statistik yang dilakukan adalah
Chi-Square dengan hasil analisis sebagai
berikut :
a. Hubungan Pengetahuan dengan Keikutsertaan dalam Program Pendewasaan
Usia Perkawinan (PUP)
Tabel 1
Hubungan Pengetahuan dengan Keikutsertaan dalam
Program Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) di Kelurahan Pengawu
Kecamatan Tatanga Kota Palu Tahun 2013
Pengetahuan
Tinggi
Rendah
Jumlah
Sumber : Data Primer
Keikutsertaan dalam
Program PUP
Mengikuti
Tidak Mengikuti
N
%
n
%
136
97,8
3
2,2
11
64,7
6
35,3
147
94,2
9
5,8
Tabel 1 menunjukkan bahwa
dari 156 responden ada 139 responden
yang memiliki pengetahuan tinggi,
sebanyak 136 orang (97,8%) yang
mengikuti program pendewasaan usia
perkawinan dan sebanyak 3 orang
(2,2%) yang tidak mengikuti. Sedangkan
dari 17 responden yang memiliki
pengetahuan rendah, sebanyak 11
orang (64,7%) yang mengikuti program
pendewasaan usia perkawinan dan
Jumlah
n
139
17
156
%
100
100
100
P
Value
0,000
sebanyak 6 orang (35,3%) yang tidak
mengikuti.
Hasil uji statistik Chi-Square
diperoleh nilai p = 0,000 karena p < 0,05
Ada hubungan pengetahuan dengan
keikutsertaan
dalam
program
pendewasaan usia perkawinan (PUP) di
Kelurahan
Pengawu
Kecamatan
Tatanga Kota Palu Tahun 2013.
b. Hubungan Sikap dengan Keikutsertaan dalam Program Pendewasaan Usia
Perkawinan (PUP)
3
Promotif, Vol.3 No.1 Okt 2013 Hal 01-09
Artikel I
Tabel 2
Hubungan Sikap dengan Keikutsertaan dalam
Program Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) di Kelurahan Pengawu
Kecamatan Tatanga Kota Palu Tahun 2013
Sikap
Keikutsertaan dalam
Program PUP
Mengikuti
Tidak Mengikuti
n
%
n
%
97,2
4
137
2,8
66,7
5
10
33,3
147
94,2
9
5,8
Menerima
Menolak
Jumlah
Sumber : Data Primer
Tabel 2 menunjukkan bahwa
dari 156 responden ada 141 responden
yang memiliki sikap menerima, sebanyak
137 orang (97,2%) yang mengikuti
program pendewasaan usia perkawinan
dan sebanyak 4 orang (2,8%) yang tidak
mengikuti. Sedangkan dari 15 responden
yang memiliki sikap menolak, sebanyak
10 orang (66,7%) yang mengikuti
program pendewasaan usia perkawinan
c.
Jumlah
n
141
15
156
%
100
100
100
P
Value
0,000
dan sebanyak 5 orang (33,3%) yang
tidak mengikuti.
Hasil uji statistik Chi-Square
diperoleh nilai p = 0,000, karena p < 0,05
Ada
hubungan
sikap
dengan
keikutsertaan
dalam
program
pendewasaan
usia
perkawinan di
Kelurahan Pengawu Kecamatan Tatanga
Kota Palu Tahun 2013.
Hubungan Dukungan Keluarga dengan Keikutsertaan dalam Program
Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP)
.
Tabel 3
Hubungan Dukungan Keluarga dengan Keikutsertaan dalam
Program Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) di Kelurahan Pengawu Kecamatan
Tatanga Kota Palu tahun 2013
Dukungan Keluarga
Keikutsertaan dalam
Program PUP
Tidak
Mengikuti
Mengikuti
n
%
n
n
146
96,7
5
3,3
1
20,0
4
80,0
147
94,2
9
5,8
Mendukung
Tidak Mendukung
Jumlah
Sumber : Data Primer
Tabel 3 menunjukkan bahwa dari
156 responden ada 151 responden yang
mendapatkan dukungan keluarga yang
medukung, sebanyak 146 orang (96,7%)
yang mengikuti program pendewasaan
usia perkawinan dan 5 orang (3,3%0
responden
yang
tidak
mengikuti.
Sedangkan dari 5 responden yang tidak
mendapatkan
dukungan
keluarga,
Jumlah
%
151
5
156
%
100
100
100
P
Value
0,000
sebanyak 1 orang (20,0%) yang
mengikuti
program
tersebut
dan
sebanyak 4 orang (80,0%) yang tidak
mengikuti.
Hasil uji statistik Chi-Square
diperoleh nilai p = 0,000, karena p < 0,05
Ada Hubungan dukungan keluarga
dengan keikutsertaan dalam program
pendewasaan
usia
perkawinan di
4
Promotif, Vol.3 No.1 Okt 2013 Hal 01-09
Artikel I
Kelurahan Pengawu Kecamatan Tatanga
Kota Palu Tahun 2013.
d. Hubungan Teman Sebaya dengan Keikutsertaan dalam Program Pendewasaan
Usia Perkawinan
Tabel 4
Hubungan Teman Sebaya dengan Keikutsertaan dalam
Program Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) di Kelurahan Pengawu Kecamatan
Tatanga Kota Palu Tahun 2013
Teman Sebaya
Keikutsertaan dalam
Program PUP
Tidak
Mengikuti
Mengikuti
n
%
n
n
97,3
4
146
2,7
16,7
5
1
83,3
147
94,2
9
5,8
Mendukung
Tidak Mendukung
Jumlah
Sumber : Data Primer
Tabel 5.10 menunjukkan bahwa
dari 156 responden ada 150 responden
yang mendapatkan dukungan teman
sebaya, sebanyak 146 orang (97,3%)
yang mengikuti program pendewasaan
usia perkawinan dan 4 orang (2,7%)
yang tidak mengikuti. Sedangkan dari 6
responden yang tidak mendapatkan
dukungan teman sebaya, sebanyak 1
orang (16,7%) yang mengikuti program
tersebut dan sebanyak 5 orang (83,3%)
yang tidak mengikuti.
Hasil uji statistik Chi-Square
diperoleh nilai p = 0,000, karena p < 0,05
Ada hubungan teman sebaya dengan
keikutsertaan
dalam
program
pendewasaan
usia
perkawinan di
Kelurahan Pengawu Kecamatan Tatanga
Kota Palu Tahun 2013.
Jumlah
%
150
6
156
%
100
100
100
P
Value
0,000
perkawinan dan sebanyak 6 orang
(35,3%) yang tidak mengikuti.
Hasil uji statistik Chi-Square
diperoleh nilai p = 0,000 karena p < 0,05
maka Ho Maka Ada. Hubungan yang
ditunjukan
adalah
berdasarkan
responden yang memiliki pengetahuan
tinggi
yang
mengikuti
program
pendewasaan usia perkawinan sebanyak
(97,8%) dan responden yang memiliki
pengetahuan rendah yang mengikuti
program pendewasaan usia perkawinan
sebanyak (64,7%) Hal ini berarti
sebagian besar pengetahuan remaja
sudah tinggi tentang pendewasaan usia
perkawinannya,
hal
ini
didasari
berdasarkan jawaban responden dan
diskusi dengan responden yaitu mereka
pernah mendengarkan penyuluhan dari
BKKBN disekolah tentang Generasi
Berencana (Genre) dan ditunjang
dengan kemudahan dalam mengakses
informasi dari internet yang bisa diakses
dari rumahnya maupun dari handphonenya. Kegiatan tersebut dapat menambah
pengetahuannya tentang segala hal,
seperti manfaat pendewasaan usia
perkawinan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Fatmawati (2002), yang
menyatakan ada hubungan antara
pengetahuan dengan kejadian menikah
dini yang melakukan penelitian pada
PEMBAHASAN
1. Pengetahuan
Berdasarkan
penelitian
ini
diperoleh
hasil bahwa
dari 156
responden ada 139 responden yang
memiliki pengetahuan tinggi, sebanyak
136 orang (97,8%) yang mengikuti
program pendewasaan usia perkawinan
dan sebanyak 3 orang (2,2%) yang tidak
mengikuti. Sedangkan dari 17 responden
yang memiliki pengetahuan rendah,
sebanyak 11 orang (64,7%) yang
mengikuti program pendewasaan usia
5
Promotif, Vol.3 No.1 Okt 2013 Hal 01-09
Suku Tolaki di Kecamatan
Kabupaten Kendari.
Artikel I
mengikuti program tersebut sebanyak
66,7 %.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Elok Halimatus Sa`diyah
(2008), yang menyatakan bahwa ada
hubungan antara sikap pada penundaan
usia
perkawinan
dengan
intensi
penundaan usia perkawinan.
3. Dukungan Keluarga
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa dari 156 responden ada 151
responden yang mendapatkan dukungan
keluarga yang medukung, sebanyak 146
orang (96,7%) yang mengikuti program
pendewasaan usia perkawinan dan 5
orang (3,3%0 responden yang tidak
mengikuti. Sedangkan dari 5 responden
yang tidak mendapatkan dukungan
keluarga, sebanyak 1 orang (20,0%)
yang mengikuti program tersebut dan
sebanyak 4 orang (80,0%) yang tidak
mengikuti.
Hasil uji statistik Chi-Square
diperoleh nilai p = 0,000, karena p < 0,05
maka Ho ditolak Maka Ada Hubungan.
hubungan yang ditunjukkan adalah
hubungan yang keluarga mendukung
yaitu sebanyak (96,7%) keluarga yang
memberikan dukungan pada remaja
tersebut mengikuti pendewasaan usia
perkawinan.
Hubungan
ini
berarti
keluarga mengharapkan anaknya untuk
menikah di atas umur 20 tahun dan anak
tersebut
berencana
untuk
mendewasakan
usia
pernikahannya
sampai berumur ≥ 20 tahun.
Keluarga memberikan pengaruh
dalam pendewasaan usia perkawinan.
Seorang remaja yang belum mencapai
usia 20 tahun masih memerlukan izin
orang
tua
untuk
menikahkannya.
Keluarga, khususnya orang tua, juga
berperan menentukan masa depan
anaknya setelah lulus SMA, seperti
melanjutkan
ke
perkuliahan
atau
menikahkannya saja.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Edy
Sud (2009) di Kecamatan Kajuara
Kabupaten Bone yang menyatakan
adanya hubungan faktor keluarga
Unaaha
2. Sikap
Berdasarkan
penelitian
ini
diperoleh
hasil bahwa
dari
156
responden ada 141 responden yang
memiliki sikap menerima, sebanyak 137
orang (97,2%) yang mengikuti program
pendewasaan usia perkawinan dan
sebanyak 4 orang (2,8%) yang tidak
mengikuti. Sedangkan dari 15 responden
yang memiliki sikap menolak, sebanyak
10 orang (66,7%) yang mengikuti
program pendewasaan usia perkawinan
dan sebanyak 5 orang (33,3%) yang
tidak mengikuti.
Hasil uji statistik Chi-Square
diperoleh nilai p = 0,000, karena p < 0,05
maka Ho ditolak. Maka Ada Hubungan.
Hal ini berarti remaja yang ditunjang
dengan pengetahuan yang cukup telah
mempunyai
pertimbangan
untuk
mendewasakan usia perkawinannya
sehingga dia bisa menentukan sikapnya
dalam menunda perkawinannya.
Sikap seorang remaja dalam
menunda usia perkawinan memberikan
banyak keuntungan untuk dirinya sendiri.
Perkawinan yang dilakukan di usia
dewasa akan menjamin kesehatan
reproduksi ideal bagi wanita sehingga
kematian ibu melahirkan dapat dihindari.
Perkawinan di usia dewasa juga akan
memberikan keuntungan dalam hal
kesiapan psikologis dan sosial ekonomi.
Hampir semua studi yang dilakukan
berkaitan dengan hubungan antara usia
perkawinan
dengan
kebahagiaan
perkawinan menunjukkan bahwa peluang
kebahagiaan dalam perkawinan lebih
rendah tercapai jika pria menikah
sebelum usia 20 tahun dan wanitanya
menikah sebelum usia 18 tahun.
Hal ini didukung dari persentase
remaja yang memiliki sikap memerima
dan mengikuti program pendewasaan
usia perkawinan sebanyak 97,2% hanya
sangat berbeda dengan persentase
remaja yang memiliki sikap menolak dan
6
Promotif, Vol.3 No.1 Okt 2013 Hal 01-09
Artikel I
menghabiskan banyak waktu berinteraksi
bersama.
Hasil penelitian ini tidak sejalan
dengan penelitian Anita Zulkaida (2006)
yang menyatakan tidak ada hubungan
antara dukungan sosial dari teman
sebaya dengan problem solving pada
remaja,
seperti
menunda
usia
perkawinannya.
KESIMPULAN
dengan kejadian pernikahan usia remaja
masyarakat Suku Bugis. Tapi hasil
penelitian ini tidak sejalan dengan hasil
penelitian Henis Setyowati (2002) di
Kelurahan Sendangmulyo Kecamatan
Tembalang
Kota
Semarang
yang
menyatakan bahwa keluarga bukan
merupakan faktor yang berhubungan
dengan
sikap
remaja
terhadap
pendewasaan usia perkawinan.
4. Teman Sebaya
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa dari 156 responden ada 150
responden yang mendapatkan dukungan
teman sebaya, sebanyak 146 orang
(97,3%)
yang
mengikuti
program
pendewasaan usia perkawinan dan 4
orang (2,7%) yang tidak mengikuti.
Sedangkan dari 6 responden yang tidak
mendapatkan dukungan teman sebaya,
sebanyak 1 orang (16,7%) yang
mengikuti
program
tersebut
dan
sebanyak 5 orang (83,3%) yang tidak
mengikuti.
Hasil uji statistik Chi-Square
diperoleh nilai p = 0,000, karena p < 0,05
maka Ho ditolak Maka Hubungan.
Hubungan yang ditunjukkan ini adalah
hubungan
yang mendukung
yaitu
sebanyak, (98,6%) remaja yang memiliki
dukungan
dari
teman
sebayanya
mengikuti program pendewasaan usia
perkawinan.
Kelompok teman sebaya adalah
lingkungan sosial pertama dimana
remaja belajar untuk hidup bersama
dengan orang lain yang bukan anggota
keluarganya. Hubungan teman sebaya
mempunyai pengaruh kuat yang tidak
dapat diremehkan pada masa remaja.
Mungkin tidak menjadi masalah jika
pengaruh yang diberikan bernilai positif
dalam arti nilai dan moral kelompok yang
dianut bermanfaat seprti kelompok
karang taruna, tapi jika nilai yang dianut
bernilai negatif maka akan membentuk
pribadi remaja menjadi bermasalah.
Hal
ini
disebabkan
karena
sebagian besar remaja lebih terbuka dan
lebih mendengarkan teman sebaya
daripada orang tuanya karena dia
1. Ada hubungan pengetahuan dengan
keikutsertaan dalam pendewasaan
usia
perkawinan,
artinya
pengetahuan yang dimiliki seorang
remaja putri, baik tinggi maupun
rendah, tidak mempengaruhinya
untuk
mendewasakan
usia
perkawinannya Dengan Nilai p value
= 0,000
2. Ada hubungan sikap dengan
keikutsertaan dalam pendewasaan
usia perkawinan, artinya sikap yang
dimiliki seorang remaja putri, baik
atau
tidak
baik,
tidak
mempengaruhinya
untuk
mendewasakan usia perkawinannya
Dengan Nilai p value = 0,000
3. Ada hubungan dukungan keluarga
dengan
keikutsertaan
dalam
pendewasaan usia perkawinan,
artinya
dukungan
keluarga
mempunyai pengaruh
terhadap
remaja putri untuk mendewasakan
usia perkawinannya Dengan Nilai p
value = 0,000
4. Ada hubungan teman sebaya
dengan
keikutsertaan
dalam
pendewasaan usia perkawinan,
artinya teman sebaya mempunyai
pengaruh terhadap remaja putri
untuk
mendewasakan
usia
perkawinannya Dengan Nilai p value
= 0,000
SARAN
1. Diharapkan kepada pemerintah
Propinsi
Sulawesi
Tengah,
khususnya BKKBN Kota Palu
sebagai pencetus pendewasaan
usia
perkawinan,
agar
lebih
7
Promotif, Vol.3 No.1 Okt 2013 Hal 01-09
Artikel I
remaja. http://e-journal.dikti.go.id
diunduh tanggal 7 November
2012.
Jalu,
2004.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi pernikahan dini
dengan usia pengantin di bawah
16
tahun.
http://www.pdfsearchengine.org
diunduh tanggal 7 November
2012.
Mapiare, 2006. Hubungan pengetahuan
dan teman sebaya dengan
pernikahan di bawah umur.
http://www.pdfsearchengine.org
diunduh tanggal 6 November
2012.
Nazir, 2005. Metodologi Penelitian,
Ghalia Indonesia. Jakarta
Notoatmodjo,
2005.
Metodologi
Penelitian Kesehatan. Cetakan
Ketiga Rineka Cipta, Jakarta
-----------------.2007, Promosi Kesehatan
dan Ilmu Perilaku.Rineka Cipta.
Jakarta
Ngatimin, 2006. Hubungan pengetahuan,
sikap dan tindakan dengan
keputusan pernikahan usia dini.
http://www.pdfsearchengine.org
diunduh tanggal 6 November
2012.
Sarwono, S.W. 2006. ”Psikologi Remaja”.
Jakarta :PT Raja Grafindo
Persada.
Sa’diyah, 2008. Faktor-faktor yang
berhubungan dengan intense
penundaan
usia
perkawinan.http://skripsistikes.wo
rdpress.com/kumpulanjurnalkesehatan/ diunduh tanggal
5 Februari 2013
Setyowati,
2002.
Faktor
yang
berhubungan
dengan
sikap
remaja terhadap pendewasaan
usia perkawinan di Kelurahan
Sendangmulyo
Kecamatan
Tembalang Kota Semarang.
http://ejournal.litbang.depkes.go.i
d/ diunduh tanggal 5 Februari
2013
Soekanto,
2004.
Remaja
dan
permasalahnya.
http://e-
mensosialisasikannya
kepada
remaja agar tujuan dan manfaatnya
dapat tercapai secara maksimal
2. Diharapkan menambah khasanah
ilmu pengetahuan dan sebagai
bahan bacaan dan sumber informasi
3. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya
dapat
memperluas
wawasan
keilmuannya khususnya tentang
pendewasaan usia perkawinan.
DAFTAR PUSTAKA
Bustan,2007.Faktor resiko menikah di
usia
muda
http://www.pdfsearchengine.org
diunduh tanggal 4 November
2012.
Budiman, 2011. Penelitian Kesehatan.
Cetakan Pertama PT Refika
Aditama. Jakata
BKKBN, 2010 . CERIA ( Cerita Remaja) :
Pendewasaan usia perkawinan &
pemenuhan
hak
reproduksi
Remaja, Jakarta
BKKBN Sul-Teng, Perikahan Usia Dini.
http://sulteng.bkkbn.go.id/data.
diunduh tanggal 3 November
2012.
Edy Sud.2009. Hubungan faktor keluarga
dengan kejadian pernikahan usia
remaja masyarakat suku bugis di
Kecamatan Kajuara Kabupaten
Bone.
http://skripsistikes.wordpress.co
m/kumpulan-jurnal-kesehatan/
diunduh tanggal 5 Februari 2013
Fatmawati, 2002. Faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian
menikah dini pada suku tolaki di
Kecamatan Unaaha Kabupaten
Kendari.
http://skripsistikes.wordpress.co
m/kumpulan-jurnal-kesehatan/
diunduh tanggal 5 Februari 2013
Friedman, 2007. Hubungan sukungan
sosial
keluarga
dengan
pernikahan remaja.
http://ejournal.dikti.go.id
diunduh
tanggal 4 November 2012.
Hafferth dan Reith, 2007. Perilaku anak
dari ibu yang melahirkan di usia
8
Promotif, Vol.3 No.1 Okt 2013 Hal 01-09
Artikel I
Wiguna T. 2009. Masalah Kesehatan
Mental
Remaja
di
Era
Globalisasi. Sinas Remaja II.
Jakarta.
Zarinan p, 2011. Profil Kelurahan
Pengawu, 2011
Zulkaidah,2006. Hubungan dukungan
sosial dari teman sebaya dengan
problem solvin pada remaja
menunda usia perkawinan. .
http://ejournal.litbang.depkes.go.i
d/ diunduh tanggal 5 Februari
2013
journal.dikti.go.id
diunduh
tanggal 4 November 2012.
Santrock, 2006. Remaja dan tingkat
kedewasaannya.
http://ejournal.dikti.go.id
diunduh
tanggal 7 November 2012.
Sudirman, 2012. Cara Menghitung
Kriteria Obyektif (Hasil Ukur).
http://sudirmanfkmump.blogspot.com/2012/03/c
ara-menghutung-kriteria-obyektifhasil.html diunduh tanggal 5
Desember 2012.
9