PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN KOMISARIS IND

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, KOMISARIS INDEPENDEN, KOMPETENSI KOMITE AUDIT, DAN KUALITAS AUDIT
TERHADAP PENGHINDARAN PAJAK PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI 2010-2013

Aisya Fitri Andika Sari
Deprtemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia
E-mail: andikasariaisyafitri@yahoo.co.id
ABSTRACT
In fact there are variety of tax resistance from the community, one of which is tax avoidance. The size of the
company and good corporate governance which is proxied by an independent commissioner, the
competence of the audit committee audit committee, and the audit quality is expected to affect tax
avoidance.
This research aims to examine and analyze the effect of firm size, the independent commissioner, the
competence of the audit committee, and audit quality of tax avoidance.
Population is manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange in 2010-2013, in the amount of 142
companies. Samples were selected by using purposive sampling method. The data which is used in this
research is analyzed using panel data regression analysis, Pooled Least Square technique, using Eviews 4.1
program.
The results showed there are 38 samples companies with 152 companies data that fulfill the criteria of
purposive sampling. The results showed that the size of the company has significant influence and positive
relation on tax avoidance. Independent commissioner has significant influence and negative relation on tax

avoidance. While the competence of the audit committee and audit quality do not have significant
influence on tax avoidance.
Keyword: Tax avoidance, size of company, independent commissioner, the competence of the audit
committee, audit quality.
PENDAHULUAN
Berdasarkan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (Audited) tahun 2010-2014, pajak menjadi kontributor
utama dalam sumber penerimaan negara sehingga Direktorat Jenderal Pajak memiliki tugas yang besar untuk
mengoptimalkan pendapatan negara di sektor perpajakan. Namun terdapat berbagai perlawanan dari
masyarakat pembayar pajak terhadap pemungutan pajak karena adanya perbedaan kepentingan antara
pemerintah dan Wajib Pajak, pungutan pajak yang bersifat memaksa, dan tidak terdapat kontraprestasi
secara langsung yang dapat ditunjukkan. Perlawanan pasif berkaitan dengan masyarakat yang enggan
(pasif) membayar pajak dikarenakan kurangnya perkembangan intelektual dan moral, sistem perpajakan
yang (mungkin) sulit untuk dipenuhi, dan sistem kontrol yang tidak dilaksanakan dengan baik. Bentuk
perlawanan aktif berupa penghindaran pajak dan penggelapan pajak. Penghindaran pajak diukur dengan
menggunakan pendekatan. Hal ini dikarenakan untuk mengukur penghindaran pajak dibutuhkan data
pembayaran pajak dalam SPT perusahaan yang tidak mudah diperoleh. Pendekatan yang digunakan dalam

1

 


2

 
penelitian ini adalah Current ETR. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran
perusahaan, komisaris independen, kompetensi komite audit, dan kualitas audit.
Ukuran perusahaan adalah suatu skala yang mengklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai
cara, seperti total aset, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain (Suwito dan Herawaty, 2005:138). Hartadinata
dan Tjaraka (2013:50) mengungkapkan bahwa ukuran perusahaan merupakan karakteristik perusahaan yang
turut mempengaruhi pajak penghasilan yang dibayar. Hal ini dikarenakan semakin besar perusahaan maka
transaksi

perusahaan

semakin

kompleks

sehingga


memungkinkan

perusahaan

untuk

melakukan

penghindaran pajak dengan memanfaatkan celah-celah peraturan perpajakan (Dewi dan Jati, 2014:251).
Penelitian yang dilakukan oleh Richardson dan Lanis (2007) serta Kurniasih dan Sari (2013) menghasilkan
perusahaan besar memiliki tarif pajak efektif yang rendah, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh
Zimmerman (1983) dan Hartadinata dan Tjaraka (2013) menghasilkan bahwa ukuran perusahaan
berpengaruh signifikan terhadap tarif pajak efektif yang tinggi, yang berarti bahwa perusahaan semakin tidak
melakukan penghindaran pajak. Berbeda dengan hasil penelitian Dewi dan Jati (2014) yang menghasilkan
bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak.
Pelaksanaan penghindaran pajak di suatu perusahaan dapat menimbulkan principal agent problem.
Amstrong et al., (2015:2) juga menjelaskan bahwa masalah keagenan yang belum terselesaikan dapat
memicu manajer untuk memilih tingkat penghindaran pajak yang berbeda dengan apa yang diinginkan oleh
pemegang saham. Principal agent problem dapat diatasi melalui tata kelola perusahaan yang baik atau
dikenal dengan istilah Good Corporate Governance. Dalam penelitian ini, Good Corporate Governance

diproksikan dengan komisaris independen, komite audit yang diukur dengan kompetensinya, dan kualitas
audit.
Komisaris independen dipilih karena komisaris independen merupakan bagian dari dewan komisaris, yang
merupakan organ perusahaan yang memainkan peranan penting dalam pelaksanaan Good Corporate
Governance secara efektif. Komisaris bertanggung jawab melaksanakan fungsi pengawasan (KNKG, 2006).
Selain itu, komisaris independen terdiri dari pihak yang bukan berasal dari pihak yang terafiliasi sehingga dapat
meningkatkan independensi. Meskipun komisaris independen tidak mempunyai keahlian yang cukup atas
perusahaan secara spesifik, namun komisaris independen memiliki pengalaman berkenaan dengan posisi
pajak yang didapatnya dari luar perusahaan (Amstrong et al., 2015:11). Dengan adanya fungsi pengawasan
dan peningkatan independensi, mencegah manajemen agar tidak melakukan tindakan oportunistiknya.
Penelitian yang dilakukan oleh Annisa dan Kurniasih (2012) dan Dewi dan Jati (2014) menemukan bahwa
komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak. Sebaliknya penelitian yang
dilakukan oleh Maharani dan Suardana (2014) serta Prakosa (2014) menemukan bahwa komisaris independen
berpengaruh signifikan dan negatif terhadap penghindaran pajak.
Penelitian ini memakai kompetensi komite audit yang dilihat dengan latar belakang pendidikan dan
keahlian akuntansi atau keuangan yang dimiliki komite audit karena kompetensi audit jarang digunakan
dalam penelitian. Selain itu peneliti ingin membuktikan bahwa persyaratan wajib yang harus dipenuhi untuk
menjadi komite audit menurut Peraturan Bapepam dan Lembaga Keuangan No. IX.I.5 yaitu anggota komite
audit wajib memiliki paling kurang satu anggota yang berlatar belakang pendidikan dan keahlian akuntansi
atau keuangan, dapat mendukung tugas dan tanggung jawab komite audit. Menurut Forum for Corporate

Governance in Indonesia, tugas dan tanggung jawab komite audit secara umum terdapat pada tiga bidang,
yaitu laporan keuangan, Good Corporate Governance, dan pengawasan perusahaan. Tugas dan tanggung

3

 
jawab komite audit yang kemudian didukung dengan kompetensi komite audit dapat mendukung
terciptanya Good Corporate Governance dan fungsi pengawasan dalam suatu perusahaan sehingga
manajemen akan sulit untuk melakukan tindakan oportunistik, seperti melakukan penghindaran pajak yang
tidak diinginkan pemegang saham. Robinson et al., (2012:8) menjelaskan bahwa komite audit yang
beranggotakan ahli akuntansi atau keuangan mampu mengidentifikasi dan mengevaluasi akuntansi yang
beresiko dan ketidakpastian strategi pajak perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Robinson et al., (2012)
menghasilkan bahwa kompetensi komite audit berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak,
sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Puspita dan Harto (2014) menemukan bahwa kompetensi komite
audit tidak berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak perusahaan.
Kualitas audit adalah segala kemungkinan yang dapat terjadi ketika auditor mengaudit laporan keuangan
kliennya dan menemukan pelanggaran atau kesalahan yang terjadi, yang kemudian dilaporkan dalam
laporan keuangan auditan (Dewi dan Jati, 2014:253). De Angelo (1981) menjelaskan bahwa untuk melihat
kualitas audit, dapat terlihat dari ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) yang melakukan audit, dimana KAP
besar (Big Four Acccounting Firm) diyakini dapat melakukan audit yang lebih berkualitas. Hal ini dikarenakan

auditor KAP Big Four memiliki karakteristik yang dapat dikaitkan dengan kualitas, seperti pelatihan dan
pengakuan internasional (Nindita dan Siregar, 2012:92). Selain itu Dewi dan Jati (2014:258) menjelaskan bahwa
KAP Big Four lebih kompeten dan professional dibandingkan KAP Non Big Four sehingga memiliki banyak
pengetahuan tentang tata cara mendeteksi dan memanipulasi laporan keuangan. Jika dikaitkan dengan
penghindaran pajak, manajer perusahaan yang diaudit oleh KAP Big Four akan lebih sulit untuk memanipulasi
laba demi kepentingan pajak. Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh Annisa dan Kurniasih (2012), Dewi
dan Jati (2014), serta Maharani dan Suardana (2014) yang menunjukkan bahwa kualitas audit berpengaruh
signifikan terhadap penghindaran pajak. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Hartadinata (2013)
menemukan bahwa kualitas audit tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penelitian ini akan berjudul “Pengaruh Ukuran
Perusahaan, Komisaris Independen, Kompetensi Komite Audit, dan Kualitas Audit terhadap Penghindaran
Pajak pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI pada Tahun 2010-2013”. Penelitian ini menggunakan
sampel perusahaan manufaktur karena memiliki jumlah perusahaan terbanyak dari keseluruhan perusahaan
yang terdaftar di BEI, sehingga diharapkan dapat mewakili seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Berdasarkan Factbook 2014, pada tahun 2013 terdapat 142 perusahaan manufaktur dari 494
perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia atau 28,7% dari seluruh perusahaan yang tercatat
pada Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan data Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (Audited) Tahun 2013
menyatakan bahwa tax ratio pada tahun 2009-2012 meningkat dan kemudian menurun pada tahun 2013
(LKPP, 2013:31), menunjukkan tingkat kepatuhan pembayaran pajak oleh masyarakat dalam suatu negara
dan menjadi salah satu indikator ketahanan fiskal suatu negara. Dengan demikian diindikasikan terjadinya

penghindaran pajak yang dilakukan oleh perusahaan di Indonesia, termasuk perusahaan manufaktur. Periode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah tahun 2010 sampai 2013. Hal ini dikarenakan pada tahun 2009
berlaku tarif pajak 28% (pasal 17, ayat 1b), sedangkan untuk tahun 2010 sampai 2013 berlaku tarif pajak yang
tetap yaitu sebesar 25% (pasal 17, ayat 2a) sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No.36 Tahun 2008.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah penelitian ini adalah:
1. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap penghindaran pajak pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2010-2013?

4

 
2. Apakah komisaris independen berpengaruh terhadap penghindaran pajak pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2010-2013?
3. Apakah kompetensi komite audit berpengaruh terhadap penghindaran pajak pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2010-2013?
4. Apakah kualitas audit berpengaruh terhadap penghindaran pajak pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI pada tahun 2010-2013?
Tujuan dalam penelitian ini adalah Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan, komisaris independen,
kompetensi komite audit dan kualitas audit terhadap penghindaran pajak pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI pada tahun 2010-2013.

LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Teori Agensi
Teori keagenan (The Agency Theory) dikembangkan tahun 1970-an terutama dari tulisan Jensen dan
Meckling. Jensen dan Meckling (1976:5) menjelaskan hubungan keagenan sebagai kontrak antara satu orang
atau lebih (prinsipal) yang melibatkan orang lain (agen) untuk memberikan jasa atas nama pemilik dan
memberikan wewenang kepada agen sebagai delegasi yang membuat keputusan. Teori agensi meramalkan
apabila terjadi kesenjangan informasi atau information asymmetry (agen memiliki keunggulan informasi
dibandingkan dengan prinsipal) dan kepentingan antara prinsipal dan agen berbeda (conflict of interest)
maka akan terjadi principal agent problem di mana agen akan melakukan tindakan untuk menguntungkan
dirinya namun merugikan principal (Gudono, 2012:147). Hal ini juga dapat terjadi dikarenakan adanya
pemisahan antara share ownership dengan managerial control semakin melebar maka manajemen akan
semakin rakus dalam mengejar kepentingannya karena tidak ada pengawasan yang efektif terhadap
tindakan manajemen (Gudono, 2012:145). Keputusan untuk melakukan penghindaran pajak dapat
menimbulkan principal agent problem karena ketika manajer memanfaatkan posisinya sebagai pelaku dan
penentu tingkat penghindaran pajak untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Dengan adanya kesenjangan
informasi atau information asymmetry (manajer memanfaatkan keunggulan informasi yang dimilikinya) dan
adanya kompensasi manajer berdasarkan kinerja laba (conflict of interest), dapat mendorong manajer untuk
menguntungkan dirinya sehingga dapat merugikan pemegang saham. Oleh karena itu untuk mengatasi
principal agent problem, diperlukan tata kelola perusahaan yang baik atau dikenal dengan istilah Good
Corporate Governance agar manajer bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham.

Teori Akuntansi Positif
Teori akuntansi positif mencoba untuk memahami dan memprediksi pilihan kebijakan akuntansi yang akan
ditetapkan oleh perusahaan (Watts dan Zimmerman, 1983). Teori akuntansi positif memaparkan suatu teori
akuntansi yang berusaha mengungkapkan bahwa faktor-faktor ekonomi tertentu bisa dikaitkan dengan
perilaku manajer atau para pembuat laporan keuangan.
1. Hipotesis rencana bonus
Manajer perusahaan yang termotivasi oleh perolehan bonus akan cenderung menggunakan metode
akuntansi yang meningkatkan laba saat ini. Laba yang meningkat akan mempengaruhi bonus yang
diterima oleh manajer perusahaan.
2. Hipotesis debt covenant

5

 
Watts dan Zimmerman (1990) memprediksi bahwa semakin tinggi rasio hutang, maka semakin mungkin
manajer memilih metode akuntansi untuk meningkatkan laba karena perjanjian utang mensyaratkan
ketentuan-ketentuan yang harus dipatuhi oleh perusahaan, seperti menjaga posisi keuangan pada tingkat
tertentu dan sebagainya.
3. Hipotesis biaya politik
Hipotesis biaya politik memprediksi bahwa perusahaan besar akan menggunakan metode akuntansi yang

cenderung mengurangi laba yang dilaporkan. Perusahaan tidak ingin terlihat sebagai perusahaan dengan
laba yang tinggi, karena biaya politik yang dikeluarkan akan semakin tinggi pula.
Pajak
Menurut UU Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan: “Pajak adalah
kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
Manajemen Pajak
Lumbantoruan mendefinisikan manajemen pajak adalah sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan
dengan benar tetapi jumlah pajak yang dibayarkan dapat ditekan serendah mungkin guna memperoleh
laba dan likuiditas yang diharapkan (Suandy, 2011:6). Tujuan manajemen pajak adalah memenuhi kewajiban
perpajakan dengan benar dan usaha efisiensi untuk mencapai laba dan likuiditas yang seharusnya, dapat
dicapai melalui fungsi-fungsi manajemen pajak yang terdiri atas: Perencanaan Pajak (Tax Planning),
Pelaksanaan Kewajiban Perpajakan (Tax Implementation), dan Pengendalian Pajak (Tax Control)
Perencanaan Pajak
Pada tahap perencanaan pajak, perusahaan akan melakukan pengumpulan dan penelitian terhadap
peraturan perpajakan agar dapat diseleksi jenis tindakan penghematan pajak yang akan diambil.
Meminimumkan kewajiban perpajakan dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik yang memenuhi
ketentuan peraturan perpajakan (lawful) yang dikenal dengan istilah tax avoidance, maupun yang
melanggar peraturan perpajakan (unlawful) yang dikenal dengan istilah tax evasion.

Penghindaran Pajak
Menurut Suandy (2011:21) penghindaran pajak atau tax avoidance adalah usaha pengurangan jumlah pajak
yang dibayarkan secara legal yang dilakukan dengan cara memanfaatkan ketentuan-ketentuan di bidang
perpajakan secara optimal, seperti memanfaatkan pengecualian dan pemotongan yang diperkenankan,
memanfaatkan hal-hal yang belum diatur, dan memanfaatkan kelemahan-kelemahan yang ada dalam
peraturan perpajakan yang berlaku.
Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah suatu skala yang mengklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai
cara, seperti total aset, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain (Suwito dan Herawaty, 2005:138).
1. Political Cost Theory
Teori ini menjelaskan bahwa perusahaan besar akan semakin sensitif secara politik dan relatif memiliki
transfer kekayaan yang lebih yang dikenakan kepada mereka sehingga perusahaan besar cenderung
menggunakan metode akuntansi untuk memanipulasi laba (Watts dan Zimmerman, 1983:235). Cara yang
paling langsung untuk mentransfer aset perusahaan adalah melalui sistem pajak sehingga pajak

6

 
merupakan salah satu komponen dari biaya politik yang ditanggung perusahaan. Oleh karena itu,
peningkatan penampilan perusahaan yang lebih besar dan lebih menguntungkan, dapat menyebabkan
perusahaan menjadi korban dari peraturan regulator dan transfer kekayaan sehingga perusahaan
cenderung menggunakan metode akuntansi untuk memanipulasi laba.
2. The Political Power Theory
Teori ini mengungkapkan bahwa perusahaan besar memiliki tarif pajak efektif yang rendah karena mereka
memiliki sumber daya yang mampu untuk mempengaruhi proses politik sesuai dengan keinginan, termasuk
perencanaan pajak dan mengatur aktivitas bisnis mereka untuk mencapai penghematan pajak yang
optimal (Richardson dan Lanis, 2007:691).
Good Corporate Governance
Good Corporate Governance adalah pedoman tata kelola bagi perusahaan yang ingin memiliki
keberlangsungan usaha (KNKG, 2006). Setiap perusahaan harus memastikan bahwa asas Good Corporate
Governance diterapkan pada setiap aspek bisnis dan di seluruh jajaran perusahaan untuk mencapai
kesinambungan usaha perusahaan dengan memperhatikan para pemangku kepentingan. Asas tersebut
adalah transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, iindependensi, dan kewajaran dan kesetaraan
Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Penghindaran Pajak
Ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya perusahaan, yang salah satunya berdasarkan total aset.
Ukuran perusahaan merupakan karakteristiktik perusahaan yang turut mempengaruhi pajak yang dibayar
perusahaan. Hal ini dapat dijelaskan melalui dua pandangan, yaitu Political Cost Theory dan The Political
Power Theory (Richardson dan Lanis, 2007:691). Political Cost Theory menjelaskan bahwa peningkatan
penampilan perusahaan yang lebih besar dan lebih menguntungkan, menyebabkan perusahaan menjadi
korban dari peraturan regulator dan transfer kekayaan sehingga perusahaan cenderung menurunkan biaya
politik melalui pemilihan kebijakan akuntansi untuk menurunkan labanya. The Political Power Theory
menjelaskan bahwa perusahaan besar memiliki tarif pajak efektif yang rendah karena mereka memiliki sumber
daya yang mampu untuk mempengaruhi proses politik sesuai dengan keinginan, termasuk perencanaan
pajak dan mengatur aktivitas bisnis mereka untuk mencapai penghematan pajak yang optimal. Penelitian
oleh Zimmerman (1983), Hartadinata dan Tjaraka (2013), Richardson dan Lanis (2007) serta Kurniasih dan Sari
(2013) menghasilkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap penghindaran pajak.
H1: Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap penghindaran pajak perusahaan.
Pengaruh Komisaris Independen terhadap Penghindaran Pajak
Komisaris independen merupakan anggota dari dewan komisaris. Tugas dan tanggung jawab dewan
komisaris adalah melakukan fungsi pengawasan dan memastikan bahwa perusahaan melaksanakan Good
Corporate Governance. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, principal agent problem yang terjadi dapat
diatasi dengan Good Corporate Governance. Selain itu fungsi pengawasan yang dilakukan dewan komisaris
diharapkan dapat mengatasi principal agent problem yang terjadi sehingga manajemen tidak melakukan
tindakan penghindaran pajak yang tidak diinginkan oleh pemegang saham. Keberadaan komisaris
independen juga mendukung diterapkannya tiga asas Good Corporate Governance di suatu perusahaan,
yaitu independensi, responsibilitas, dan kewajaran dan kesetaraan. Amstrong et al, (2015:11) menambahkan
meskipun direktur independen mungkin tidak ahli dalam perusahaan secara spesifik, namun dia dapat

7

 
menggambarkan pengalamannya di luar perusahaan sehingga akan berusaha untuk mengurangi tingkat
penghindaran pajak yang tinggi karena dapat memberikan potensi biaya tambahan bagi perusahaan.
Hasil penelitian sebelumnya dilakukan Kurniasih dan Sari (2013), Maharani dan Suardana (2014), dan Prakosa
(2014) yang menemukan bahwa komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak.
H2: Komisaris independen berpengaruh terhadap penghindaran pajak perusahaan.
Pengaruh Kompetensi Komite Audit terhadap Penghindaran Pajak
Kompetensi komite audit dilihat dari latar belakang pendidikan dan keahlian akuntansi atau keuangan yang
dimiliki oleh komite audit. Dengan adanya kompetensi audit dapat mendukung komite audit untuk
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Hal ini dapat mendukung terciptanya Good Corporate
Governance dalam suatu perusahaan. Terciptanya Good Corporate Governance dalam suatu perusahaan
dapat mengatasi principal agent problem sehingga mencegah manajemen agar tidak melakukan
penghindaran pajak yang tidak diinginkan. Dengan kompetensi komite audit dapat membantu komite audit
untuk mendeteksi penghindaran pajak yang tidak diinginkan dimana penghindaran pajak melibatkan
transaksi yang kompleks yang telah didesain ulang untuk tujuan perpajakan. Hal ini juga diungkapkan oleh
Robinson et al., (2012:8) bahwa komite audit yang beranggotakan ahli akuntansi atau keuangan mampu
mengidentifikasi dan mengevaluasi akuntansi yang beresiko dan ketidakpastian strategi pajak perusahaan.
Selain itu dewan yang memiliki keahlian akuntansi atau keuangan akan mencoba untuk mendorong
perencanaan pajak yang beresiko rendah dan mencoba menghalangi peningkatan penghindaran pajak
ketika tingkat penghindaran pajak tinggi, karena hal tersebut dapat meningkatkan biaya berupa sanksi dan
penurunan reputasi terhadap perusahaan (Amstrong et al., (2015:3). Penelitian yang dilakukan oleh Robinson
et al., (2012) menemukan bahwa kompetensi komite audit yang dilihat dari latar belakang pendidikan dan
keahlian akuntansi atau keuangan berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak.
H3: Kompetensi komite audit berpengaruh terhadap penghindaran pajak perusahaan.
Pengaruh Kualiatas Audit terhadap Penghindaran Pajak
Kualitas audit turut mendukung diterapkannya dua asas Good Corporate Governance, yaitu transparansi dan
akuntabilitas sehingga diharapkan dapat mencegah manajemen untuk tidak melakukan tindakan
penghindaran pajak yang tidak diinginkan. Menurut De Angelo (1981) kualitas audit dapat terlihat dari ukuran
Kantor Akuntan Publik (KAP) yang melakukan audit, dimana KAP besar (Big Four Acccounting Firm) diyakini
dapat melakukan audit yang lebih berkualitas. Hal ini dikarenakan auditor KAP Big Four lebih berkualitas
dengan banyaknya pelatihan yang diberikan dan adanya pengakuan internasional (Nindita dan Siregar,
2012:92). Selain itu Herusetya (2009) dalam Nindita dan Siregar (2012:92) mengungkapkan bahwa KAP Big Four
akan memberikan audit yang berkualitas guna memberikan laporan keuangan yang berkualitas untuk
melindungi reputasi nama KAP. Perusahaan yang diaudit oleh KAP Big Four akan memiliki tingkat kecurangan
yang lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang diaudit oleh KAP Non Big Four (Annisa dan
Kurniasih, 2012:126). Hal ini dikarenakan KAP Big Four lebih kompeten dan profesional dibandingkan KAP Non
Big Four sehingga memiliki banyak pengetahuan tentang tata cara mendeteksi dan memanipulasi laporan
keuangan (Dewi dan Jati, 2014:258). Dengan demikian manajer perusahaan yang diaudit oleh KAP Big Four
akan sulit untuk melakukan penghindaran pajak yang tidak diinginkan. Penelitian sebelumnya telah dilakukan
oleh Annisa dan Lulus (2012), Dewi dan Jati (2014), serta Maharani dan Suardana (2014) yang menunjukkan
bahwa kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak.

8

 
H4: Kualitas audit berpengaruh terhadap penghindaran pajak.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, bertujuan mendapatkan penjelasan tentang besarnya
kebermaknaan (significance) dalam model yang dihipotesiskan sebagai jawaban atas masalah yang telah
dirumuskan. Penelitian ini merupakan studi empiris dalam bentuk hypothesis test (pengujian hipotesis) yang
meneliti pengaruh ukuran perusahaan (X1), komisaris independen (X2), kompetensi komite audit (X3), dan
kualitas audit (X4) terhadap penghindaran pajak (Y) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia pada tahun 2010-2013. Tujuan penelitian ini adalah memberikan bukti tentang pengembangan
hipotesis yang telah diajukan melalui alat analisis regresi data panel dan pengolahan data dengan
menggunakan program Eviews 4.1 for windows. Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling.
Tabel 1
Kriteria Sampel
Kriteria

Jumlah

Perusahaan pada sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia selama 2010-2013

142 x 4 tahun

568

Dikurangi:

53 x 4 tahun

212

Tahun buku dalam laporan keuangan tahunan selain
tanggal 31 Desember

3 x 4 tahun

12

Perusahaan tidak menggunakan satuan mata uang Rupiah
selama 2010-2013

15 x 4 tahun

60

Perusahaan yang memiliki laba perusahaan negatif

19 x 4 tahun

76

Perusahaan yang memiliki CurrentETR > 1 atau CurrentETR < 0
selama 2010-2013

4 x 4 tahun

16

Perusahaan yang tidak memenuhi peraturan Bapepam dan
Lembaga Keuangan selama 2010-2013

3 x 4 tahun

12

Data yang dibutuhkan untuk penelitian tidak tersedia

7 x 4 tahun

28

38 x 4 tahun

152

Perusahaan yang tidak secara konsisten terdaftar di Bursa
Efek Indonesia dan tidak mempublikasikan annual report
secara konsisten selama 2010-2013

Total Sampel
Sumber: Data yang telah diolah, 2015.
Definisi Operasional
Tabel 2
Definisi Operasional
No
Variabel
Definisi Operasional
1. Penghindaran Penghindaran pajak atau tax
Pajak (Y)
avoidance adalah usaha
pengurangan secara legal.

Pengukuran

CurrentETR =

PajakKini
TotalLabaSebelumPajak

9

 
2.

Ukuran
Perusahaan
(X1)

Ukuran perusahaan adalah suatu
skala yang mengklasifikasikan
besar kecil perusahaan.

SIZE = LogTotalAsetPerusahaan

3.

Komisaris
Independen
(X2)

Komisaris Independen adalah
anggota dewan komisaris yang
berasal dari luar perusahaan dan
memenuhi persyaratan tertentu.

!KomisarisIndependen
KOM_IND=
!DewanKomisaris

Dalam persyaratan keanggotan
komite audit, anggota komite
audit wajib memiliki paling kurang
satu anggota yang berlatar
belakang pendidikan dan
keahlian akuntansi dan atau
keuangan.
5. Kualitas Audit Kualitas audit adalah segala
(X4)
kemungkinan yang dapat terjadi
ketika auditor mengaudit laporan
keuangan kliennya dan
menemukan pelanggaran atau
kesalahan yang terjadi, dan
melaporkannya dalam laporan
keuangan auditan
Sumber : diolah dari berbagai sumber, 2014.
4.

Kompetensi
Komite Audit
(X3)

!AnggotaKomiteAuditYangBerpendidikandanKeahlianAkuntansiatauKeuangan
KOMPETENSI=
!AnggotaKomiteAudit
Menggunakan variabel dummy. Nilai 0 untuk perusahaan
diaudit oleh KAP Non The Big Four dan 1 untuk perusahaan
diaudit KAP The Big Four.

Teknik Analisis Data
Teknik analilis data dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan
atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud untuk
membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi (Anshori dan Iswati, 2009:116).
2. Panel Data
Regresi data panel merupakan suatu teknik analisis untuk melihat hubungan variabel bebas (independen)
dengan variabel terikat (dependen) dimana data yang digunakan pada variabel bebas dan terikat
merupakan gabungan antara data silang (cross section) dengan data runtut waktu (time series). Model
regresi data panel yang dibangun dalam penelitian ini adalah:

CurrentETRi,t = !i,t + "1SIZEi,t + "2 KOM _ INDi,t + "3KOMPETENSIi,t + "4 KUALITASi,t + ei,t …(3.5)
CurrentETRi,t

= penghindaran pajak perusahaan i pada tahun t

αi,t

= konstanta perusahaan i pada tahun t

β1 β2 β3 β4

= koefisien dari variabel independen

SIZEi,t

= ukuran perusahaan, perusahaan i pada tahun t

KOM_INDi,t

= komisaris independen perusahaan i pada tahun t

KOMPETENSIi,t

= kompetensi komite audit perusahaan i pada tahun t

KUALITASi,t

= kualitas audit perusahaan i pada tahun t

ei,t

= residual error perusahaan i pada tahun t

Terdapat tiga metode yang digunakan untuk mengestimasi model regresi data panel dijelaskan sebagai
berikut (Widarjono, 2007:231).

10

 
1.

Metode Pooled Least Square
Pooled Least Square Model merupakan metode estimasi model regresi data panel paling sederhana
dengan asumsi intercept dan koefisien slope antar waktu dan cross section (Common Effect) konstan.

2.

Metode Efek Tetap (Fixed Effect)
Fixed Effect Model merupakan metode estimasi model regresi data panel dengan asumsi koefisien slope
konstan dan intercept berbeda antar unit cross section tetapi intercept konstan antar waktu (Fixed Effect).

3.

Metode Efek Random (Random Effect)
Random Effect Model merupakan metode estimasi model regresi data panel dengan asumsi koefisien
slope konstan dan intercept berbeda antar individu dan antar waktu (Random Effect).
Tiga model estimasi data panel diatas selanjutnya dipilih salah satu dengan menggunakan dua uji F-

Statistik (Chow Test) dan Uji Hausman.
1.

Uji F-Statistik (Chow Test)
Uji ini digunakan untuk memilih teknik dengan model pooled least square atau fixed effect method yang
sebaiknya digunakan untuk model penelitian ini. Hipotesis untuk Uji Chow: hipotesis nol untuk model
pooled least square dan hipotesis satu untuk model fixed effect. Jika hasil nilai probabilitas Cross-section F
dan Cross-section Chi-square < 0,05 atau jika nilai FCHOW > FTABEL maka menolak hipotesis H0 dan menerima
hipotesis H1, yang menyatakan penelitian menggunakan fixed effect method untuk teknik estimasi dalam
penelitian, dan begitu pula sebaliknya.

2. Uji Hausman
Uji Hausman digunakan untuk memilih antara metode fixed effect atau random effect. Uji Hausman
didapatkan melalui command E-Views yang terdapat pada direktori panel (Widarjono, 2005:272).
Hipotesis dari Uji Hausman adalah hipotesis nol untuk random effect model dan hipotesis satu untuk fixed
effect model. Apabila hasil Uji Hausman diatas menunjukkan probabilitas Cross-section random sebesar <
0,05 maka H0 ditolak dan metode fixed effect lebih tepat untuk digunakan (Widarjono, 2005:272), dan
begitu pula sebaliknya.
Uji Hipotesis
Kriteria penarikan kesimpulan hipotesis dapat menggunakan perbandingan nilai probabilitas hitung dengan
taraf signifikasi. Nilai taraf signifikasi yang digunakan adalah 0,05 (α =0,05). Jika nilai probabilitas hitung < taraf
signifikasi, maka kesimpulan yang dapat ditarik adalah terdapat hubungan antara masing-masing variabel
bebas terhadap variabel terikat.
Koefisien Determinasi
Untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen
digunakan nilai Adjusted koefisien determinasi (R2). Nilai adjusted R2 terletak antara 0 hingga 1. Nilai Adjusted
R2 mendekati angka 0 menunjukkan kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi
variabel dependen sangat terbatas, sedangkan jika mendekati angka 1 menunjukkan kemampuan variabelvariabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan dapat memprediksi variasi
variabel dependen.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Statistik Deskriptif
Tabel 3
Statistik Deskriptif

11

 
N

Minimum

Maximum

Mean

Std. Deviation

CurrentETR

152

0,0040

0,9401

0,2577

0,1092

SIZE

152

10,8932

14,3304

12,3006

0,8430

KOM_IND

152

0,3000

1,0000

0,4361

0,1534

KOMPETENSI

152

0,2500

1,0000

0,6055

0,2455

KUALITAS

152

0,0000

1,0000

0,5066

0,5016

Sumber: Data diolah, 2015.
Analisis Model dan Pembuktian Hipotesis
• Analisis Model
Hasil akhir dari Uji Chow dalam penelitian ini adalah terpilihnya model Pooled Least Square sehingga Uji
Hausman tidak dilakukan dalam penelitian ini. Hasil Uji Chow dijelaskan sebagai berikut.
Tabel 4
Uji Chow
F-Chow

F-Tabel

Hasil

Kesimpulan

1,3706

1,5191

F-Chow < F-Tabel

Model Pooled Least Square

Sumber: Data diolah, 2015.
Berdasarkan Tabel 4 nilai F-Chow lebih kecil dari nilai F-Tabel (F-Chow < F-Tabel) sehingga dalam
penelitian ini untuk mengestimasi model regresi data panel digunakan model Pooled Least Square.
• Hasil Estimasi Regresi Data Panel
Analisis regresi data panel bertujuan untuk menguji pengaruh ukuran perusahaan (SIZE), komisaris
independen (KOM_IND), kompetensi komite audit (KOMPETENSI), dan kualitas audit (KUALITAS) terhadap
penghindaran pajak (CurrentETR) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2010-2013.
Tabel 5
Hasil Regresi Data Panel
Variabel Dependen

CurrentETR

Variabel Independen

Coeficient

Std. Error

t-Statistic

Prob.

C

0,621423

0,147904

4,201537

0,0000

SIZE?

-0,029048

0,011529

-2,519444

0,0128

KOM_IND?

0,108800

0,051739

2,102844

0,0372

LB_KA?

-0,083636

0,047090

-1,776076

0,0778

KUALITAS?

-0,006440

0,018487

-0,348339

0,7281

Sumber: Data diolah, 2015.
Berdasarkan Tabel 5 diperoleh persamaan regresi sebagai berikut.

CurrentETRi,t = 0,621423i,t ! 0,029048SIZEi,t + 0,108800KOM _ INDi,t ! 0,083636KOMPETENSIi,t ! 0,006440KUALITASi,t + 0,105957i,t

12

 
1. Nilai konstanta (constant) sebesar 0,621423. Hal ini menunjukkan bahwa jika semua variabel bebas
(independen) bernilai konstan (bernilai nol) maka Current ETR akan sebesar 0,621423.
2. Nilai koefisien regresi variabel ukuran perusahaan sebesar -0,029048. Hal ini menunjukkan bahwa setiap
kenaikan satu satuan ukuran perusahaan akan menurunkan Current ETR sebesar 0,029048.
3. Nilai koefisien regresi variabel komisaris independen sebesar 0,108800. Hal ini menunjukkan bahwa
setiap kenaikan satu kali proporsi komisaris independen akan meningkatkan Current ETR sebesar
0,108800.
4. Nilai koefisien regresi variabel kompetensi komite audit sebesar-0,083636. Hal ini menunjukkan bahwa
setiap kenaikan satu satuan kompetensi komite audit akan menurunkan Current ETR sebesar 0,083636.
5. Nilai koefisien regresi variabel kualitas audit sebesar -0,006440. Hal ini menunjukkan bahwa setiap
kenaikan satu satuan kualitas audit akan menurunkan Current ETR sebesar 0,006440.
Nilai standard error of regression dalam penelitian ini adalah 0,105957. Apabila nilai standard error of
regression tersebut lebih kecil dari standar deviasi variabel terikat maka persamaan regresi layak untuk
digunakan (Santoso, 2001:167). Oleh karena nilai standard error of regression dalam penelitian ini lebih kecil
dari standar deviasi variabel terikat (CurrentETR), yaitu 0,105957 < 0,1092 sehingga dapat disimpulkan
bahwa persamaan regresi layak digunakan.
• Hasil Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam
menerangkan variasi variabel dependen.
Tabel 6
Koefisien Determinasi
R-Squared
Adjusted R2-Squared

Model
1

0,084189

0,059269

S.E of Regression
0,105957

Sumber: Data diolah, 2015.
Nilai Adjusted R2 yang dipilih dalam pengujian ini karena nilai Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila
variabel independen ditambahkan ke dalam model. Berdasarkan Tabel 6, nilai Adjusted R2 sebesar
0,059269 yang berarti bahwa variabel independen dalam panelitian ini, yaitu ukuran perusahaan,
komisaris independen, kompetensi komite audit, dan kualitas audit memiliki pengaruh sebesar 5,92%
terhadap variabel dependen yaitu penghindaran pajak sehingga penghindaran pajak dipengaruhi
variabel lain sebesar 94,1%.
Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Penghindaran Pajak
Hipotesis 1 (satu) menyatakan bahwa ukuran perusahan berpengaruh terhadap penghindaran pajak.
Berdasarkan hasil analisis regresi dan nilai koefisien regresi data panel dalam penelitian ini, ukuran perusahaan
berpengaruh signifikan dan negatif terhadap Current ETR atau dapat dikatakan berpengaruh positif terhadap
penghindaran

pajak

sehingga

semakin

besar

perusahaan

maka

perusahaan

semakin

melakukan

penghindaran pajak. Perusahaan besar lebih baik dalam melakukan perencanaan pajaknya. Hal ini
dikarenakan semakin besar perusahaan maka semakin kompleks transaksi yang dilakukan sehingga
perusahaan memanfaatkan untuk melakukan penghindaran pajak dengan memanfaatkan celah-celah
peraturan perpajakan. Penjelasan ini didukung oleh Wijaya (2014) yang menyatakan, “Seiring semakin
kompleksnya skema-skema penghindaran pajak, ketentuan dalam Pasal 18 Undang-Undang Pajak

13

 
Penghasilan tidak mungkin dapat mencakup seluruh jenis transaksi penghindaran pajak”. Selain itu
perusahaan besar lebih baik dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya, memiliki keunggulan sumber
daya, dan kekuatan politik sehingga dapat melakukan perencanaan pajak sesuai dengan yang
diinginkannya. Political Cost Theory menjelaskan bahwa semakin besar perusahaan maka perusahaan akan
cenderung untuk mengurangi laba melalui pemilihan kebijakan akuntansi untuk tujuan perpajakan guna
menurunkan biaya politik. The Political Power Theory juga mengungkapkan bahwa perusahaan besar memiliki
tarif pajak efektif yang rendah karena mereka memiliki sumber daya yang mampu untuk mempengaruhi
proses politik sesuai dengan keinginan, termasuk perencanaan pajak dan mengatur aktivitas bisnis mereka
untuk mencapai penghematan pajak yang optimal (Siegfried, 1972:32-36) dalam Richardson dan Lanis
(2007:691). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Richardson dan Lanis (2007) dan
Kurniasih dan Sari (2013) ikut memperkuat pernyataan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap
penghindaran pajak dan memiliki pengaruh yang negatif terhadap Current ETR atau dapat dikatakan memiliki
pengaruh positif terhadap penghindaran pajak. Dengan demikian hipotesis 1 (satu) yang menyatakan bahwa
ukuran perusahan berpengaruh terhadap penghindaran pajak terbukti.
Pengaruh Komisaris Independen terhadap Penghindaran Pajak
Hipotesis 2 (dua) menyatakan bahwa komisaris independen berpengaruh terhadap penghindaran pajak.
Berdasarkan hasil analisis regresi dan nilai koefisien regresi data panel dalam penelitian ini, komisaris
independen berpengaruh signifikan dan positif terhadap Current ETR atau dapat dikatakan memiliki pengaruh
negatif terhadap penghindaran pajak sehingga semakin besar proporsi komisaris independen maka
perusahaan semakin tidak melakukan penghindaran pajak. Hasil tersebut menunjukkan bahwa komisaris
independen secara efektif dapat mencegah penghindaran pajak yang tidak diinginkan pemegang saham
yang dilakukan oleh manajemen. Hal ini dikarenakan tugas dan tanggung jawab komisaris independen
adalah melakukan fungsi pengawasan dan memastikan bahwa perusahaan melaksanakan Good Corporate
Governance. Selain itu keberadaan komisaris independen juga mendukung penerapan tiga asas Good
Corporate Governance, yaitu independensi, responsibilitas, dan kewajaran dan kesetaraan. Tercapainya
Good Corporate Governance dalam suatu perusahaan dapat mengatasi principal agent problem yang
terjadi sehingga mencegah manajemen untuk tidak melakukan penghindaran pajak yang tidak diinginkan
oleh pemegang saham. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniasih dan Sari (2013),
Maharani dan Ketut (2014), dan Prakosa (2014) ikut memperkuat pernyataan bahwa komisaris independen
berpengaruh terhadap penghindaran pajak dan memiliki pengaruh positif terhadap Current ETR atau dapat
dikatakan memiliki pengaruh yang negatif terhadap penghindaran pajak. Dengan demikian hipotesis 2 (dua)
yang menyatakan bahwa komisaris independen berpengaruh terhadap penghindaran pajak terbukti.
Pengaruh Kompetensi Komite Audit terhadap Penghindaran Pajak
Hipotesis 3 (tiga) menyatakan bahwa kompetensi komite audit berpengaruh terhadap penghindaran
pajak. Berdasarkan hasil penelitian, kompetensi komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap
penghindaran pajak. Kompetensi komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak.
Hal ini dikarenakan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, komite audit dibatasi
kewenangannya, seperti tidak dapat mengakses dokumen, data atau informasi perusahaan atau sulitnya
berkomunikasi dengan karyawan termasuk Direksi dan pihak lain yang menjalankan fungsi audit internal,
manajemen resiko, dan akuntan terkait tugas dan tanggung jawab komite audit. Selain itu dapat juga

14

 
pembentukan komite audit suatu perusahaan hanya untuk memenuhi ketentuan peraturan yang berlaku.
Dengan keadaan yang telah dijelaskan, mengingat penghindaran pajak melibatkan transaksi yang kompleks
yang telah didesain ulang, membuat kompetensi komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap
penghindaran pajak. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Puspita dan Harto (2014)
membuktikan bahwa kompetensi komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak.
Dengan demikian hipotesis 3 (tiga) yang menyatakan bahwa kompetensi komite audit berpengaruh terhadap
penghindaran pajak tidak terbukti.
Pengaruh Kualitas Audit terhadap Penghindaran Pajak
Hipotesis 4 (empat) menyatakan bahwa kualitas audit berpengaruh terhadap penghindaran pajak.
Berdasarkan hasil penelitian, kualitas audit tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Kualitas audit
tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Hal ini dapat disebabkan oleh dua faktor. Pertama,
terdapat peningkatan kualitas audit pada KAP Non Big Four sebagai implikasi dari semakin ketatnya peraturan
yang diterbitkan Bapepam dan Lembaga Keuangan tentang Pendaftaran Akuntan yang Melakukan
Kegiatan di Pasar Modal (Kep-41/BL/2008). Peraturan ini diterbitkan selain untuk meningkatkan efektifitas
pendaftaran akuntan, juga untuk meningkatkan independensi, obyektivitas, dan profesionalisme Akuntan
sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan kualitas audit KAP, termasuk KAP Non Big Four. Kedua,
terdapat penerbitan peraturan yang dikeluarkan Bapepam dan Lembaga Keuangan No. Kep 431/BL/2012
tentang Penyampaian Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik. Peraturan ini diterbitkan menimbang
Laporan Tahunan Perusahaan Publik merupakan sumber informasi penting tentang kinerja dan prospek
perusahaan bagi pemegang saham dan masyarakat untuk pengambilan keputusan investasi, dan dalam
rangka untuk meningkatkan kualitas keterbukaan informasi dalam laporan tahunan perusahaan publik,
sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan kualitas audit. Penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Hartadinata (2013), membuktikan bahwa kualitas audit tidak berpengaruh terhadap
penghindaran pajak. Dengan demikian hipotesis 4 (empat) yang menyatakan bahwa kualitas audit
berpengaruh terhadap penghindaran pajak tidak terbukti.
SIMPULAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan, komisaris independen, kompetensi
komite audit, dan kualitas audit terhadap penghindaran pajak pada perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013. Berdasarkan hasil analisis menggunakan 152 sampel perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013, dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak.
2. Komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak.
3. Kompetensi komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak.
4. Kualitas audit tidak berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan, saran yang diberikan peneliti adalah sebagai berikut.
1. Pemerintah,

dalam

rangka

meningkatkan

penerimaan

negara,

pemerintah

menyempurnakan peraturan perpajakan khususnya UU PPh pasal 18 ayat 1, 3, 3a, dan 3d.

sebaiknya

15

 
2. Bagi Perusahaan, perusahaan yang ingin mempertahankan kesinambungannya dalam jangka
panjang diharapkan mempunyai kesadaran sendiri dalam mempraktekkan Good Corporate
Governance, mengingat manfaat yang diberikan begitu besar.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya, peneliti selanjutnya menggunakan variabel lain seperti Corporate Social
Responsibility (CSR) atau kepemilikan saham publik, sampel dapat menggunakan seluruh perusahan
yang terdaftar di BEI, dan untuk jumlah periode, diharapkan penelitian selanjutnya dapat
memperpanjang jumlah periode yang digunakan.
Daftar Referensi
Annisa, Nuralifmida Ayu dan Lulus Kurniasih. 2012. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Tax Avoidance.
Jurnal Akuntansi Dan Auditing, Vol. 8 (2): 95-189.
Anshori, Muslich dan Sri Iswati. 2009. Metodoogi Penelitian Kuantitatif. Surabaya : Fakultas Ekonomi Universitas
Airlangga.
Amstrong et al., Corporate Governance, Incentives, and Tax Avoidance. Journal of Accounting and
Economics, (136): 142.
DeAngelo, L. E. 1981. Auditor Size and Audit Quality. Journal of Accounting Economics, Vol 3: 183-199.
Dewi, Ni Nyoman Kristiana dan I Ketut Jati. 2014. Pengaruh Karakter Eksekutif, Karakteristik Perusahaan, dan
Dimensi Tata Kelola Perusahaan yang Baik pada Tax Avoidance di Bursa Efek Indonesia. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana. VI: 249-260.
Gudono. 2012. Teori Organisasi. Sleman: BPFE-Yogyakarta.
Hartadinata, Okta Shindu. 2013. Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan hutang dan Ukuran
Perusahaan terhadap Tax Aggresiveness pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode
2008-2010. Tesis tidak diterbitkan. Surabaya Universitas Airlangga.
Hartadinata, Okta dan Heru Tjaraka. 2013. Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Hutang, dan
Ukuran Perusahaan terhadap Tax Aggressiveness pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia
Periode Tahun 2008 - 2010. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. XXIII (3): 48-59.
Jensen, M.C. dan William H. Meckling. 1976. Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency Cost and
Ownership Structure. Journal of Financial Economics, Vol. 3: 305-360.
Komite Nasional Kebijakan Governance. 2006. Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia.
Jakarta.
Kurniasih, Tommy dan Maria M. R. Sari. 2013. Pengaruh Return On Assets, Leverage, Corporate Governance,
Ukuran Perusahaan dan Kompensasi Rugi Fiskal pada Tax Avoidance. Buletin Studi Ekonomi. XVIII (1):58-66.
Maharani, I Gusti Ayu Cahya dan Ketut Alit Suardana. 2014. Pengaruh Corporate Governance,
Profitabilitas dan Karakteristik Eksekutif Pada Tax Avoidance Perusahaan Manufaktur. E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana. IX:525-539.
Mardiasmo. 2011. Perpajakan. Jakarta: ANDI.

16

 
Nindita, Chairunissa dan Sylvia Veronica Siregar. Analisis Pengaruh Ukuran Kantor Akuntan Publik terhadap
Kualitas Audit di Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 14(2):91-104.
Prakosa, Kesit Bambang. 2014. Pengaruh Profitabilitas, Kepemilikan Keluarga dan Corporate Governance
terhadap Penghindaran Pajak di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi XVII. 24-27 September 2014,
Mataram.
Puspita, Silvia Ratih dan Puji Harto. 2014. Pengaruh Tata Kelola Perusahaan Terhadap Penghindaran Pajak.
Diponegoro Journal Of Accounting, Vol. 3 (2):1-13.
Republik Indonesia. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal DanLembaga Keuangan
Nomor: KEP-643/BL/2012 tentang Pembentukan Dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit.
2012. Jakarta.
-------. Keputusan Direksi PT. Bursa Efek Indonesia Nomor: Kep-00001/BEI/01-2014 tentang Pencatatan
Saham dan Efek Bersifat Ekuitas Selain Saham yang Diterbitkan oleh Perusahaan Tercatat. 2014:
Jakarta.
-------. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 33 /POJK.04/2014 tentang Direksi Dan Dewan
Komisaris Emiten Atau Perusahaan Publik. 2014. Jakarta.
-------. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Atas Undang- Undang Nomor
6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan Menjadi Undang-Undang.
2009. Jakarta.
Richardson, Grant. & Roman Lanis. 2007. Determinants of the variability in Corporate Effective Tax Rates and
Tax Reform: Evidence from Austalia. Journal of Accounting and Public Policy, XXVI, 689-704.
Robinson, John R et.al. 2012. Tax Planning And Financial Expertise In The Audit Committee, (Online),
(http://ssrn.com/abstract=2146003 diakses 24 Februari 2015).
Suandy, Early. 2011a. Hukum Pajak. Edisi Kelima. Jakarta: Salemba Empat.
-------. 2011b. Perencanaan Pajak. Edisi Kelima. Jakarta: Salemba Empat.
Suwito, Edy dan Arleen Herawaty. 2005. Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Tindakan
Perataan Laba yang Dilakukan oleh Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional
Akuntansi VIII. 15- 16 Sepetember 2005, Solo.
Widarjono, Agus. 2007. Ekonometrika Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan Bisnis. Edisi Kedua, Yogyakarta:
Fakultas Ekonomi, UII.
Zimmerman, J.L. 1983. Taxes and Firm Size. Journal of Accounting and Economics, V:119-149.