KOLONIALISME DAN NASIONALISME DI ASIA TE

KOLONIALISME DAN NASIONALISME DI ASIA
TENGGARA
STUDI KASUS : TIMOR LESTE

Dosen Pengampu:
Aswin Ariyanto Azis, S,IP., MdevSt.

Anggota Kelompok :
Rizka Azhari Chairani (155120400111024)

Gabriel Caesar R. (155120407111045)

Yasna Ashsyifa (155120407111061)

Tania Harjono (155120401111043)

Mabrurona Aizzana (155120401111001)

Asoka Iqbal (155120407111007)

Ilmu Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Poltik
Universitas Brawijaya
2017

KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan rahmat dan hidayahNya
penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Kolonialisme dan Nasionalisme di Asia
Tenggara, Studi Kasus : Timor Leste” ini dengan baik dan tepat waktu demi memenuhi tugas
mata kuliah Studi Kawasan Asia Tenggara. Dalam penyelesaian tugas makalah ini, tidak
sedikit hambatan dan kesulitan yang dihadapi penulis, namun dengan perjuangan itu lah
penulis dapat mempelajari lebih banyak dari yang sudah diketahui sebelumnya, disitu lah
terjadinya proses dari pembelajaran, sehingga pada akhirnya makalah ini dapat diselesaikan.
Ucapan terimakasih juga kami persembahkan kepada Bapak Aswin Ariyanto Azis,
S,IP, MDevSt. selaku dosen pengampu mata kuliah Studi Kawasan Asia Tenggara yang
senantiasa membimbing kami dan juga untuk rekan-rekan seperjuangan kami yang telah
memberikan masukan dan saran yang membangun untuk penyelesaian makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun bagi orang lain untuk membuka
wawasannya tentang kolonialisme dan nasionalisme di Asia Tenggara baik dari segi definisi,
sejarah, keadaan saat ini, dan juga isu-isu yang terkait. Masih banyak kekurangan pada
makalah ini, maka dari itu kritik dan saran dari pembaca maupun dosen sangat kami

harapkan.

Malang, 04 Maret 2017

Penulis

2

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4

1.1.

Latar Belakang.............................................................................................................4

1.2.


Rumusan Masalah.......................................................................................................5

1.3.

Tujuan..........................................................................................................................6

BAB II...................................................................................................................................................7
ISI..........................................................................................................................................................7

2.1. Kolonialisme....................................................................................................................7
2.1.1. Definisi Kolonialisme...............................................................................................7
2.1.2. Faktor dan Dampak Kolonialisme............................................................................9
2.1.3. Perkembangan Kolonialisme di Asia Tenggara......................................................10
2.2. Nasionalisme..................................................................................................................11
2.2.1. Definisi Nasionalisme.............................................................................................11
2.2.2. Faktor dan Jenis Nasionalisme...............................................................................12
2.2.3. Perkembangan Nasionalisme di Asia Tenggara......................................................15
2.3. Studi Kasus : Kolonialisme dan Nasionalisme di Timor Leste.....................................17
2.3.1. Sejarah Kolonialisme Bangsa Portugis di Timor Leste..........................................17
2.3.2. Masa Pendudukan Indonesia di Timor Leste..........................................................18

2.3.3. Keadaan Timor Leste Saat Ini.................................................................................20
BAB III................................................................................................................................................22
PENUTUP...........................................................................................................................................22

3.1. Kesimpulan....................................................................................................................22
3.2. Saran..............................................................................................................................23
DA FTAR PUSTAKA..........................................................................................................................24

3

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Hampir semua negara-negara di kawasan Asia Tenggara memiliki sejarah kolonial

atau penjajahan, kecuali Thailand. Pada masa sebelum terjadi kolonialisme, kawasan Asia
Tenggara merupakan kawasan yang tidak terlalu dikenal dan tidak dianggap penting oleh
dunia internasional. Sejarah dunia pada masa tersebut hanya berpusat di daerah barat saja.

Sangat sedikit orang yang ingin mendatangi dan mempelajari kawasan Asia Tenggara.
Asia Tenggara mulai dilirik ketika negara-negara barat yang sudah melewati revolusi
industri dan juga sudah jauh lebih maju secara teknologi membutuhkan bahan mentah dan
komoditas tertentu, sejak itu Asia Tenggara mulai didatangi oleh kaum barat atau Eropa yang
berniat mengeksploitasi sumber daya alam di Asia Tenggara. 1 [ CITATION Lim \l 1057 ]
Masa kolonialisme bertahan cukup lama di Asia Tenggara, sehingga bahkan pada beberapa
negara, budaya dari negara koloni pun juga bertahan dan menjadi budaya lokal, misalnya di
Singapura, Filipina, dan Timor Leste.
Kemudian, setelah perang dunia ke-2 berakhir, dan juga berkembangnya konsepkonsep tentang self-determination, mulai lah muncul nasionalisme di Asia Tenggara. Negaranegara di Asia Tenggara mulai memikirkan masa depan dan melakukan perjuangan melawan
negara koloninya demi mendapatkan kemerdekaan mereka masing-masing, yang kemudian
satu persatu negara di Asia Tenggara memperoleh kemerdekaan baik melalui perjuangan
tumpah darah maupun dengan jalan diplomasi yaitu kemerdekaan diberikan oleh negara
koloninya.2
1 Professor Lim Chong Yah, Southeast Asia: The Long Road Ahead, Singapore: World Scientific Publishing
Co., 2001) hal 7-9
2 Ibid.

4

Timor Leste merupakan salah satu negara di Asia Tenggara yang juga pernah

mengalami sejarah kolonisasi yang cukup lama oleh bangsa Portugis, sehingga beberapa
budaya portugis juga melekat di masyarakat Timor Leste, seperti budaya pemberian nama
dan juga bahasa. Timor Leste memiliki sejarah yang cukup unik yaitu wilayahnya pernah
diduduki oleh bangsa barat dan juga sesama Asia Tenggara yaitu Indonesia.
Dalam makalah ini, penulis ingin menjelaskan bagaimana proses terjadinya
kolonialisme yang terjadi di Asia tenggara, apa saja penyebabnya, dan juga apa dampaknya
bagi berbagai aspek kehidupan di negara-negara di Asia Tenggara, bagaimana sejarah
kolonialisme mempengaruhi negara-negara tersebut dalam berperilaku. Selain itu, penulis
juga ingin menjelaskan tentang perkembangan nasionalisme di Asia Tenggara. Khususnya
juga pada Timor Leste, penulis ingin menjelaskan tentang kolonialisme dan juga
nasionalisme yang terjadi di Timor Leste. Maka dari itu penulis memilih “Kolonialisme dan
Nasionalisme di Asia Tenggara, Studi Kasus: Timor Leste” sebagai judul dari makalah ini.

1.2.

Rumusan Masalah

-

Apa itu kolonialisme dan apa saja yang menjadi faktor serta dampak dari kolonialisme


-

khususnya di Asia Tenggara?
Apa itu nasionalisme dan bagaimana kemunculan serta dampak dari adanya

-

nasionalisme khususnya di Asia Tenggara?
Bagaimana kisah sejarah kolonialisme dan nasionalisme yang terjadi di Timor Leste
dan bagaimana keadaan Timor Leste di saat ini?

1.3.

Tujuan

Untuk mengetahui bagaimana sejarah kolonialisme di Asia Tenggara beserta faktor dan
dampaknya, terutama di daerah Timor Leste. Selain itu juga untuk mengetahui bagaimana
munculnya nasionalisme di Asia Tenggara beserta faktor dan dampaknya, terutama di daerah
Timor Leste, dan juga mengetahui bagaimana keadaan Timor Leste pada saat ini.

5

BAB II
ISI

2.1. Kolonialisme
2.1.1. Definisi Kolonialisme
Kolonialisme adalah bentuk dari dominasi yang dikendalikan oleh individu
atau kelompok atas wilayah tersebut atau perilaku dari orang lain atau kelompok
lain. 3[ CITATION Ron72 \l 1057 ] Konsep dominasi tersebut mirip dengan konsep
power.

4

Dimana individu atau kelompok yang memiliki kekuatan yang lebih besar

baik dalam hal ekonomi, militer, teknologi maupun sumber daya dapat menguasai
individu atau kelompok yang kekuatannya lebih kecil. Konsep power sendiri mirip
seperti hukum alam dimana individu atau kelompok yang lebih kuat "memangsa"
individu atau kelompok yang lebih lemah. Secara historis, kolonialisme merupakan

praktek dominasi untuk memperluas kontrol terhadap kelompok yang lemah,
termasuk mengeksploitasi ekonomi dari sumber daya alam, penciptaan pasar baru
bagi bangsa yang menjajah, dan perluasan geografis tehadap pemikiran bangsa
penjajah, bahasa dan cara hidup. 5 [ CITATION Ano17 \l 1057 ]
Kolonialisme tidak hanya memperluas kekuasaan dengan cara mengambil
wilayah mereka, namun juga menjadikan bangsa tersebut menganut sistem serta
budaya yang dianut penjajah seperti bahasa, nilai, norma, hukum, dan lain-lain.
Contohnya seperti pada tahun 1870 ketika Belanda menjajah Indonesia. Pada tahun
tersebut dilkasanakan "politik pintu terbuka", dimana kegiatan ekonomi di Indonesia
3 Ronald J. Horvarh. 1972. A Definition of Colonialism vol.13, no. 1. The University of Chicago Press . Diakses
pada tanggal 4 Maret 2017 melalui https://www.jstor.org/stable/2741072?seq=2#page_scan_tab_contents. Hlm
46.
4 Op.cit.,
5 Anonymus. Colonialism. Chegg Study. Diakses pada tanggal 4 Maret 2017 melalui
http://www.chegg.com/homework-help/definitions/colonialism-53.

6

ditangani oleh pihak swasta untuk menghapuskan sistem tanam paksa yang dilakukan
oleh pemerintah Belanda. Pelaksanaan sistem ini ditandai dengan keluarnya Undangundang Agraria dan Undang-undang Gula. Sebelum Belanda menjajah Indonesia,

Indonesia tidak memilliki sistem politik pintu terbuka karena sebelumnya Indonesia
berupa kerajaan-kerajaan yang sistemnya tidak membuka investor asing dalam
melaksanakan ekonominya. 6
Ada beberapa jenis dari kolonialisme, antara lain:
1. Kolonialisme Eksploitasi: Bentuk kolonialisme yang melakukan eksploitasi
terhadap sumber daya alam negara yang dijajah. Contoh: Penjajahan Belanda
terhadap Indonesia. Indonesia dipaksa untuk menanam tanaman yang laku dipasaran
Eropa seperti rempah-rempah tanpa dibayar dan seluruh lahan pertaniannya diambil
secara paksa oleh pihak Belanda.7
2. Kolonialisme Deportasi: Bentuk kolonialisme yang menguasai daerah lain dengan
tujuan untuk membuang para narapidana.8 Contoh: Inggris menguasai Australia. Pada
tahun 1770, kapten James Cook mengklaim bahwa wilayah di pantai timur adalah
milik Inggris dan pada tanggal 26 Januari 1788, armada pertama yaitu 11 kapal
membawa 1.500 orang (setengahnya merupakan narapidana) tiba di Pelabuhan
Sydney. Sampai pengangkutan terhukum ini berakhir di tahun 1868, 160.000 pria dan
wanita telah datang ke Australia sebagai narapidana.9

6 Anonymus. Hindia Belanda, Politik Pintu Terbuka (Open Door Policy). Diakses pada tanggal 4 Maret 2017
melalui [ CITATION Ano171 \l 1057 ]/.
7Op.Cit.,

8 Op.cit.,
9 Anonymus. Sejarah Austalia. Diakses pada tanggal 4 Maret 2017 melalui http://www.australia.com/idid/facts/history.html.

7

3. Kolonialisme Penduduk: Bentuk kolonialisme yang menyebabkan tersingkirnya
penduduk asli. Contoh: Inggris menguasai Australia yang menyebabkan suku aborigin
tersingkir.
4. Kolonialisme Kelebihan Penduduk : Bentuk kolonialisme di mana penguasaan
suatu daerah ditujukan untuk menampung kepadatan penduduk. Contoh: Italia,
Jepang.
5. Kolonialisme Sekunder : Bentuk kolonialisme di mana daerah yang dikuasai akan
dijadikan untuk kepentingan militer atau strategi perang, misalnya untuk pangkalan
militer.
2.1.2. Faktor dan Dampak Kolonialisme
Menurut Andre Gunder Kolonialisasi yaitu “pemindahan sumber daya alam
dari daerah yang dikolonialisasi menuju ke negara yang mengkolonialisasi atau
pengkoloni”10[ CITATION Hoe71 \l 1057 ] jika melihat dari pengertian ini ada
beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kolonialisasi seperti berkembangnya
paham “Merkantilisme”11 [ CITATION Ski75 \l 1057 ] di Eropa
utamanya yaitu mencari kejayaan dan

yang tujuan

kekayaan memicu munculnya semangat

“Gold,Glory,Gospel”12[ CITATION Rus04 \l 1057 ] selain itu berkembangnya
teknologi seperti kompas,navigasi,kartografi yang mendukung untuk melakukan
penjelajahan untuk mendapatkan sumber daya selain itu ada juga pemikiran “Galileo
Galilei yang mengatakan bumi itu bulat”13[ CITATION Gal53 \l 1057 ] membuat
semangat untuk mencari sumber daya semakin tinggi dan karena akses Eropa ke Asia

10 Hoetink, H. "Vrije notitie; Akademisch kolonialisme en zo." Sociologische Gids 18.4 (1971): 371-375.
11 Skinner, Andrew S., and Thomas Wilson, eds. Essays on Adam Smith. Oxford: Clarendon Press, 1975:83.
12 Russell, Letty M. "God, Gold, Glory and Gender: A Postcolonial View of Mission." International Review of
Mission 93.368 (2004): 39-49.
13 Galilei, Galileo, and Stillman Drake. Dialogue concerning the two chief world systems, Ptolemaic and
Copernican. Modern Library Science, 1953.

8

terputus karena jatuhnya Konstaninopel akhirnya mereka harus mencari rute dan
sumber daya lain.”14[ CITATION Rog11 \l 1057 ]
Kolonialisasi bisa berdampak negatif dan positif, kolonialisasi berdampak
buruk ketika munculnya “penderitaan psikis dan kesengsaraan fisik karena adanya
pengambilan hak penduduk secara paksa,hilangnya harta benda dan jiwa selain itu
juga kolonialisasi melakukan

perampasan kekayaan sumber daya alam terutama

sumber daya alam yang berupa rempah-rempah dan mengakibatkan kemerosotan
dalam bidang sosial ekonomi, politik di wilayah kolonialnya.”15[ CITATION Ber04 \l
1057 ]
Dampak positif Kolonialisasi yaitu “membuka pemikiran baru mengenai cara
menanam tumbuhan yang lebih modern, membuat aturan atau sistem yang bisa
menjadi cikal bakal dasar pemerintahan di daerah kolonial, membawa teknologi dan
ilmu baru di berbagai bidang khususnya bidang pendidikan, adanya akulturasi
budaya.”16 [ CITATION Jan14 \l 1057 ]
2.1.3. Perkembangan Kolonialisme di Asia Tenggara
Sebelum kolonialisme terjadi, negara-negara di Asia Tenggara awalnya
merupakan kerajaan-kerajaan. Saat pasar di Eropa mulai mengalami krisis rempahrempah, bangsa Portugis dan Spanyol melakukan ekspedisi untuk menemukan tempat
penghasil rempah-rempah. Bangsa Portugis sempat menduduki Maluku di Indonesia,
kemudian disusul oleh Spanyol. Namun bangsa Spanyol dan Portugis sepakat untuk
melakukan perjanjian sehingga Spanyol bergeser ke Filipina dan Sulu.

14 Crowley, Roger. 1453: Detik-Detik Jatuhnya Konstantinopel ke Tangan Muslim. Pustaka Alvabet, 2011:386.
15 Bernhard, Michael, Christopher Reenock, and Timothy Nordstrom. "The legacy of Western overseas
colonialism on democratic survival." International Studies Quarterly 48.1 (2004): 225-250.
16 Breman, Jan. Keuntungan Kolonial dari Kerja Paksa: Sistem Priangan dari Tanam Paksa Kopi di Jawa 17201870. Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2014:339.

9

Pada abad ke-16, bangsa Perancis, Inggris dan Belanda mulai melakukan
penjajahan di negara-negara Asia Tenggara. Inggris merupakan pemegang kekuasaan
terbanyak di Asia Tenggara. Negara yang berada di bawah kekuasaan Inggris adalah
Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, dan Burma. Indonesia pun pernah berada di
bawah kekuasaan Inggris, namun kemudian Indonesia dijajah oleh Belanda. Di pihak
lain Prancis menguasai Laos, Vietnam, dan Kamboja, sementara Filipina berada di
bawah kendali Spanyol. Di masa kolonialisme ini negara-negara Asia Tenggara
dieksploitasi baik sumber daya alam maupun tenaga sumber daya manusianya.
Selanjutnya terjadi perubahan negara kolonial di Asia Tenggara. Filipina yang
awalnya berada di bawah kekuasaan Spanyol menjadi negara jajahan Amerika
Serikat. Kemudian Jepang juga ikut andil dalam menguasai sebagian besar wilayahwilayah di Asia Tenggara, salah satunya adalah Indonesia. Namun, dengan adanya
peristiwa pengeboman pangkalan militer AS di Pearl Harbour yang dilakukan oleh
Jepang, menjadi titik balik bagi kolonialisme di Asia Tenggara. Momen tersebut
dimanfaatkan oleh kaum nasionalis di Asia Tenggara untuk meruntuhkan
pemerintahan kolonial lama. Kolonialisme mulai berangsur-angsur hilang sejak
Indonesia mendeklarasikan kemerdekaannya di tahun 1945. Ini kemudian disusul oleh
kemerdekaan negara-negara Asia Tenggara lainnya satu persatu. Sementara itu
Thailand, dalam sejarahnya tidak pernah dijajah oleh bangsa asing mana pun. Ada
pendapat yang menyebutkan bahwa Thailand memiliki kemampuan untuk beradaptasi
secara lebih baik dengan negara-negara kolonial tersebut.17

17 Op.Cit.

10

2.2. Nasionalisme
2.2.1. Definisi Nasionalisme
Nasionalisme merupakan suatu nilai penting yang ada pada negara-negara
Asia Tenggara. Pada dasarnya, tidak ada suatu definisi atau teori yang jelas mengenai
nasionalisme, namun terdapat beberapa pandangan mengenai nasionalisme menurut
beberapa ahli. Menurut Ernst Gellner, nasionalisme didefinisikan sebagai prinsip
bahwa batas-batas budaya harus bertepatan dengan batas-batas negara.18[CITATION
Gel01 \l 1057 ] Nasionalisme, sebagai ideologi dan gerakan sosial telah menjadi salah
satu proses formatif di dunia modern.19 [ CITATION Hal97 \l 1057 ]
Konsep nasionalisme muncul sebagai definisi dari kepatuhan sebagai loyalitas
masyarakat kepada negara yang muncul pada abad pertengahan dan era modern
awal.20 Nasionalisme sendiri tidak dapat terlepas dari konsep negara (state), bangsa
(nation), dan negara-bangsa (state-nation). Pada mulanya, konsep nasionalisme ini
berawal dari konsep nation atau bangsa. Benedict Anderson melihat bangsa sebagai
‘komunitas imajiner’.21 Bangsa dapat didefinisikan sebagai sebuah komunitas dimana
akan memanifestasikan dirinya ke dalam sebuah negara maka cenderung untuk
menghasilkan sebuah negara sendiri.22 Weber mendefinisikan negara sebagai sebuah
organisasi teritorial yang menjalankan kontrol legitimasi atas batas teritorialnya, tak
tertandingi oleh kompetisi kekuatan internal maupun intervensi dari luar.23

18Ernst Gellner dalam Miscevic, Nenad. (2001). Nationalism and Beyond, Budapest: CEU Press, Part One, Hal
18.
19Halliday, J. (1997) “Nationalism” dalam The Globalization of World Politics, 2ndedition. Ed. John Baylis dan
Steve Smith. Oxford: Oxford University Press, hal. 441-2.
20Knutsen, Torbjor[ CITATION Tor97 \l 1057 ]n L. (1997) A History of International Relations Theory,
Manchester: Manchester University Press. Part.3, Chapter 7, hal 180.
21Anderson dalam Knutsen, Torbjorn L. (1997) A History of International Relations Theory, Manchester:
Manchester University Press. Part.3, Chapter 7, hal 180.
22Cederman, Lars-Erick (2002) “Nationalism and Ethnicity” dalam Handbook of International Relations. Ed.
Walter Carlsnaes, Thomas Risse, dan Beth Simmons. London: SAGE, hal. 410.
23Ibid.

11

2.2.2. Faktor dan Jenis Nasionalisme
Ada beberapa faktor dari munculnya nasionalisme, antara lain adanya rasa
persamaan sejarah serta keinginan untuk melepaskan diri dari belenggu kolonial,
dengan tujuan agar manusia mendapatkan hak-haknya secara wajar sebagai warga
negara.24 Dengan kesadaran bahwa pernah mengalami sejarah yang sama, yaitu
pernah dijajah oleh negara Barat (kecuali Thailand) maka negara-negara di Asia
Tenggara

merasa

perlu

untuk

menanmkan

rasa

persatuan

dan

kesatuan

masyarakatnya. Lalu lahirnya ide dari para cendekiawan dari masing-masing negara
di Asia Tenggara yang menempuh pendidikan di negara-negara Barat, yang kemudian
melahirkan gerakan anti-kolonialisme. Radical social dan Komunisme juga
merupakan salah satu faktor yang mendorong lahirnya nasionalisme, karena jika
dilihat dari sejarah bahwa nasionalisme muncul sebagai respon terhadap sistem
pemerintahan yang buruk pada masa kolonial, di mana terjadi perlakuan semenamena dan sikap eksploitatif negara-negara koloni, hal itu menyebabkan munculnya
nasionalis untuk memperjuangkan kemerdekaan.25
Menurut (Hertz 1944) dalam bukunya yang berjudul “Nationality in History and
Politics”, terdapat 4 unsur nasionalisme yaitu:
1. Keinginan untuk mencapai kesatuan: kesatuan di sini memiliki arti bahwa dalam
satu negara dengan beragam suku, ras, etnis, bahasa, budaya, bahkan agama, saling
menghormati perbedaan-perbedaan yang ada, bukan menjadikan perbedaan itu
sebagai alat untuk menentukan siapa yang paling baik sehingga merasa paling benar
di antara yang lain. Namun, menjadikan perbedaan itu sebagai alat untuk saling

24 Tarling, Nicholas. 1999. “The Cambridge History of Southeast Asia”, Vol.3, from c.1800 to the 1930,
Cambridge: Cambridge University Press
25 Chong, Terence. 2009. Nationalism in Southeast Asia: Revisiting Kahin, Roff, and Anderson. Journal of
Social Issues in Southeast Asia, Vol.24, No.1, pp 1-17

12

memahami bahwa meskipun berbeda namun tetap satu bangsa yang tinggal di dalam
negara yang sama.
2. Keinginan untuk mencapai kemerdekaan, yaitu karena persamaan nasib sebagai
bangsa jajahan dan penderitaan yang telah dialami pada masa kolonial, memicu
timbulnya rasa ingin merdeka, dalam artian bebas untuk menentukan pilihan hidupnya
tanpa tekanan dari pihak lain
3. Keinginan untuk mencapai keaslian: maksud dari keaslian yaitu, bangsa yang
mendiami suatu negara merupakan bangsa asli dari negara itu sendiri, bukan dari
negara lain terlebih negara-negara koloni.
4. Keinginan untuk mencapai kehormatan bangsa: pada masa kolonial, negara-negara
di Asia Tenggara dianggap rendah oleh negara-negara koloni karena merekalah yang
menguasai

negara-negara jajahannya, “bangsa kulit putih di atas segalanya”,

sehingga timbul keinginan bangsa dari negara jajahan untuk menghapus pandangan
tersebut demi mempertahankan kehormatan bangsa.
Jenis-jenis nasionalisme menurut Anthony Reid:
1. Ethnie nationalism, yaitu rasa nasionalisme yang ada pada sebuah kelompok karena
adanya kesamaan, diantaranya adalah kesamaan sejarah, budaya, tradisi, bahasa,
bahkan agama.26 Dengan adanya kesamaan-kesamaan tersebut maka mendorong
muculnya rasa persatuan dan kesatuan
2. state nationalism, merupakan jenis nasionalisme yang ditujukan kepada negara,
dimana rakyat dari negara itu rela mati dalam aksi membela serta mempertahankan
identitas negara.27
26 Reid, Anthony. 2010. Imperial Alchemy: Nationalism and Political Identity in Southeast Asia . New York:
Cambridge University Press
27 Ibid

13

3. Anti-Imperial nationalism, adalah bentuk nasionalisme yang lahir karena
disebabkan oleh rasa benci terhadap imperialisme dan adanya keinginan untuk bebas
dalam menentukan hidup.28
Sedangkan menurut Hallday, bentuk-bentuk nasionalisme yaitu:
1.Civic nationalism, diartikan sebagai rasa nasionalisme yang mengatasnamakan
bangsa dan negara29. Jadi dalam hal ini, Civic nationalism berlandaskan terhadap
suatu bangsa dan negara di mana rasa persatuan tidak hanya terfokus pada satu ras
atau etnis tertentu namun kepada seluruh masyaraka/bangsa yang tinggal di satu
negara yang sama
2. Ethnic nationalism, yaitu rasa nasionalisme kesukuan30. Artinya adalah memiliki
rasa bangga terhadap suku sendiri dan sangat menjunjung tinggi nilai persatuan dan
kesatuan demi tercapainya kehidupan yang damai dalam suku itu sendiri, jadi ruang
lingkupnya lebih sempit daripada Civic nationalism karena hanya berdasarkan pada
kesukuan
2.2.3. Perkembangan Nasionalisme di Asia Tenggara
Konsep nasionalisme kemudian muncul di negara-negara Asia Tenggara
sebagai upaya untuk mengakhiri kolonialisme dan imperialisme. Gerakan nasionalis
Filipina dapat dikatakan sebagai revolusi nasionalis pertama di Asia Tenggara yang
berupa Gerakan Propaganda Rakyat Filipina dengan tujuan untuk mengusir Spanyol.
Amerika Serikat memiliki banyak andil dalam proses pergerakan nasionalis Filipina,
juga adanya pemimpin Filipina pada masa itu, yakni Ferdinand Marcos yang condong
ke Amerika Serikat.31 Myanmar kemudian mulai melakukan gerakan revolusi untuk
28 Ibid
29 Op.Cit.,
30 Ibid
31Tarling, Nicholas. 1999.”Political Structures in the Nineteenth and Early Twentieth Centuries” dalam The
Cambridge of Southeast Asia Vol. Three, From 1800 to the 1930. Cambridge University Press: Cambridge. pp.
Hal 235.

14

terlepas dari Inggris, yakni dengan keluar dari negara persemakmuran Inggris.32
Nasionalisme di Malaysia dan Singapura muncul untuk mengusir Jepang dan pada
akhirnya Inggris memberikan kemerdekaan sebagai negara persemakmuran. Namun,
pada perjalanannya Singapura dikeluarkan dari federasi Malaysia di tahun 1965 untuk
meraih kemerdekaannya sendiri.33
Di Indonesia, nasionalisme sebenarnya telah muncul dengan adanya organisasi
Budi Utomo dan Sumpah Pemuda. Berbagai perlawanan yang dilakukan Indonesia
berujung pada kemerdekaan di tahun 1945 saat Jepang menyerah tanpa syarat di
Perang Dunia II, dengan pengakuan Belanda di tahun 1949. Begitu juga dengan yang
terjadi di Vietnam, Laos, Kamboja, dan Brunai. Meskipun Thailand menjadi negara
yang tidak merasakan masa kolonialisme, namun nasionalisme berhasil menyatukan
nilai-nilai yang berbeda di Thailand.34
Perkembangan nasionalisme dan kenyataan bahwa pengaruh Perang Dingin
membawa dampak buruk bagi negara-negara Asia Tenggara kemudian menjadi
pemicu dari pembentukan ASEAN. ASEAN merupakan wadah negara-negara Asia
Tenggara

dalam memperkuat

kerjasama di

bidang ekonomi, administrasi,

pengetahuan, perdamaian, budaya, dan politik. Indonesia, Malaysia, Filipina,
Singapura, dan Thailand mendirikan ASEAN pada tanggal 8 Agustus 1967, bertujuan
untuk mempromosikan kerjasama regional yang berkontribusi dalam perdamaian,
kesejahteraan yang bebas dari campur tangan pihak asing.35 Dapat dikatakan bahwa
ASEAN terbentuk atas kehendak kolektif negara-negara Asia Tenggara untuk
mengikat suatu bentuk kerjasama dami perdamaian, kebebasan, dan kemakmuran.
32Ibid, hal 228.
33Ibid, hal 232.
34Ibid.
35Weatherbee, Donald E. (2005) International Relations in Southeast Asia. Lanham: Rowman & Littlefield
Publisher, Inc.

15

Salah satu aktivitas ASEAN adalah meratifikasi Deklarasi Kuala Lumpur dalam
upaya mengamankan dan menghormati Asia Tenggara sebagai Zone of Peace,
Freedom, and Neutrality (ZOPFAN).36 Selain itu, ASEAN mengupayakan
penyelesaian invasi Vietnam ke Kamboja dalam Perang Indochina III melalui
perjanjian Pemerintah Kamboja Demokratis.37

2.3. Studi Kasus : Kolonialisme dan Nasionalisme di Timor Leste
2.3.1. Sejarah Kolonialisme Bangsa Portugis di Timor Leste
Pada abad ke 15 saat zaman ekspansi besar besaran bangsa Portugislah yang
pertama kali sampai ke Nusantara dan

memulai “ekspansi Malaka”38,dengan

semangat yang sama yaitu “Gold,Glorydan Gospel “39 dan dari ekspansi Malaka
inilah pulau

pulau serta daerah daerah di timur nusantara di temukan dan di

kolonialisasi oleh Portugis .Selama 15 tahun nuusantara menjadi rute perdagangan
penting bagi Portugis karna selama 15 tahun inilah Portugis mendapatkan banyak
sumber rempah rempah yang saat itu sangat di cari oleh Eropaakan tetapi akibat
Belanda juga datang ke Nusantara terjadilah” persaingan antara Portugis dan Belanda
dan sejak kalahnya Portugis di Ternate maka Portugis mulai mundur ke Timor
Timor”40.
Timor Timor saat itu terkenal dengan “cendana yang saat itu menjadi
komoditas unggulan untuk wewangian di zaman itu” 41 oleh karena itu Portugis
memanfaatkan hasil alam Timor Timor untuk menjadi keuntungannya akan tetapi
jarak yang jauh dan semakin terpojoknya Portugis saat itu membuat dia membiarkan
36Ibid.
37Cipto, Bambang. 2007. “Hubungan Internasional Di Asia Tenggara”: Teropong Terhadap Dinamika,
Realitas, dan Masa Depan. Yogyakarta: Pustaka Peajar
38 Said, Kamaruddin M. 500 tahun Melayu menghadapi cabaran. Cerdik Publications Sdn Bhd, 2004:27-31.
39 Russell, Letty M. "God, Gold, Glory and Gender: A Postcolonial View of Mission." International Review of
Mission 93.368 (2004): 39-49
40 da França, António d'Oliveira Pinto. Pengaruh Portugis di Indonesia. Pustaka Sinar Harapan, 2000.
41 Meilink-Roelofsz, Marie Antoinette Petronella. Asian Trade and European Influence in the Indonesian
Archipelago between 1500 and about 1630. Springer, 2012:p.84-85.

16

Timor Timor dan pada bulan Desember 1941, “Timor Portugis diduduki oleh pasukan
Australia dan Belanda, yang mengharapkan invasi Jepang ketika Jepang menginvasi
banyak rakyat Timor Timor di jadikan budak untuk membantu perang akibatnya
banyak dari penduduk Timor Timor yang mati”42.Namun karena kekalahan pada
perang dunia ke 2 Timor Timor kembali lagi ke Portugis.
Tahun 1975 saat Lemon Pires memerintah sebagai gubernur terakhir Portugal
di Timor Timor terjadi perang saudara di Timor Timor,”perang saudara ini sangat
tidak terkendali oleh karena itu lemon pires yang menjabat gubernur saat itu meminta
bantuan dari portugal untuk membantu menyelesaikan masalah internal di Timor
Timor akan tetapi portugal sebagai koloni tidak merespon permintaan ini oleh karena
itu Lemon Pires menarik pasukan nya sampai ke pulau Artauro dan gerakan
pembebasan

Timor

Timor

Frentlint

mengambil

alih

pemerintahan

dan

mendekelarasikan Timor Timor menjadi Timor Leste.”43
2.3.2. Masa Pendudukan Indonesia di Timor Leste
Setelah berhasil lepas dari belenggu Portugis, Timor Timur berhasil dikuasai
oleh partai FRETILIN (Frente Timorrenco Lente Independeco) yaitu sebuah partai
yang berhaluan komunis dan memiliki tujuan untuk mewujudkan kemerdekaan Timor
Timur secara penuh, merdeka dari koloni Portugis serta dapat diakui sebagai sebuah
negara yang berdaulat44.

Partai FRETILIN kemudian mengirimkan telegram ke

seluruh pelosok dunia untuk memproklamirkan kemerdekaan Republik Demokrasi
Timor pada tanggal 28 November 197545.

42 Ardhana, I. Ketut. Penataan Nusa Tenggara pada masa kolonial 1915-1950. RajaGrafindo Persada, 2005.
43 Hill, Helen M. Stirrings of Nationalism in East Timor: Fretilin 1974-1978: The origins, ideologies and
strategies of a nationalist movement. Otford Press, 2002.
44 Naiobe, Yosef. Deklarasi Balibo, dongengan integrasi rakyat Timor. Diakses dari
https://daerah.sindonews.com/read/794012/30/deklarasi-balibo-dongengan-integrasi-rakyat-timor-1381663857 ,
diakses pada 6 Maret 2017
45 Angelfire. Sejarah Singkat Proses Integrasi. Diakses dari www.angelfire.com/space2/asnam/sejarah.html ,
diakses pada 6 Maret 2017

17

Indonesia yang pada saat itu dipimpin oleh Soeharto, melihat partai
FRETILIN yang komunis sebagai ancaman bagi Indonesia karena letak geografis
yang sangat dekat antar dua negara itu dikhawatirkan akan berdampak pada daerah
perbatasan Indonesia, maka dengan didukung oleh pihak Amerika Serikat, pada
September 1975 pasukan khusus yang dikirim oleh pemerintah Indonesia melakukan
penyerangan awal terhadap Timor Timur, kemudian pada 7 Desember 1975 pasukan
khusus Indonesia secara resmi menyerang Timor Timor melalui operasi militer yang
dikenal sebagai Operasi Seroja46. Penyerangan dilakukan mengarah ke kota Dili,
pasukan FRETILIN yang disebut Falintil menderita kekalahan hingga pada malam
harinya pasukan Indonesia telah merebut kota Dili, kemudian penyerangan
dilanjutkan pada invasi kedua yaitu pada tanggal 10 Desember 1975, pasukan
Indonesia berhasil menaklukkan kota Baucau. Pada 17 Juli 1976, pemerintah
Indonesia secara resmi menyatakan bahwa Timor Timur adalah bagian dari Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan merupakan propinsi ke-27 Indonesia.
Setelah resmi menjadi bagian NKRI, Timor Timur mendapat alokasi dana dari
pemerintah Indonesia untuk pembangunan daerah demi kemajuan Timor Timur 47.
Hasil dari alokasi dana tersebut adalah meningkatnya kesejahteraan masyarakat Timor
Timur, di antaranya yaitu angka melek huruf meningkat, ruas jalan beraspal, dan
jumlah bangsal Rumah Sakit yang terus bertambah. Hingga pada tahun 1999, Timor
Timur masih mendapatkan alokasi APBN sebesar Rp 187,3 miliar untuk
pembangunan propinsi, kota, desa, serta jaringan pengaman sosial, termasuk juga
untuk menangani permasalahan kemiskinan di Timor Timur48. Alokasi dana yang
begitu besar hingga pada masa-masa terakhir integrasinya dengan NKRI, Timor Timur
46 Tirto.id. Mengingat Referendum, Jalan Panjang
47 KoMa Online.com. 17 Juli 1976: Timor Timur Resmi Bergabung sebagai Provinsi ke 27. Diakses dari
koranmakassaronline.com/v2/17-juli-1976-timor-timur-resmi-bergabung-sebagai-provinsi-ke-27-2/ , diakses
pada 6 Maret 2017
48 Ibid

18

merupakan beban bagi pemerintah Indonesia. Masalah-masalah terus bermunculan
semenjak Timor Timur masuk ke dalam NKRI, ditambah dengan adanya kelompok
Anti-integrasi yang terus mendesak pemerintah Indonesia agar melepaskan Timor
Timur, sehingga pada akhirnya sebagian besar masyarakat Timor Timur ingin
melepaskan diri dari Indonesia, kemudian pada tanggal 20 Mei 2002 Timor Timur
diakui dunia sebagai negara merdeka dengan nama baru yaitu Timor Leste/ Republica
Democratica de Timor Leste.
2.3.3. Keadaan Timor Leste Saat Ini
Timor Leste atau yang memiliki nama lengkap Democratic Republic of TimorLeste adalah sebuah negara yang diakui sebagai negara merdeka pada 20 Mei 2002 yang
didapatkan melalui referendum dari Presiden Habibie pada masa tersebut. 49 Nama yang
dipilih untuk negara ini adalah Timor Leste yang berasal dari bahasa Portugis yang juga
berarti Timor Timur sama dengan nama provinsi saat masih tergabung dengan
Indonesia.50 Bahasa resmi di Timor Leste adalah bahasa lokal yaitu bahasa Tetum dan
bahasa Portugis, sedangkan bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris digunakan sebagai
bahasa tulis dan bahasa kerja, selain itu juga terdapat beberapa belas bahasa dan juga
dialek lokal.51
Saat ini, Timor Leste menerapkan sistem pemerintahan republik parlementer
dengan perdana menteri bernama H.E. Dr. Rui Maria de Arajuo yang juga merupakan
orang terdidik dan juga salah satu pejuang kemerdekaan Timor-Leste saat masa
pendudukan Indonesia.52 Timor Leste sekarang terbagi menjadi 13 distrik dan 67 sub-

49 “The World Factbook, East & Southeast Asia: Timor Leste,” Central Intelligence Agency, diakses pada 4
Maret 2017, https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/tt.html
50 Ibid.
51 “About,” Government of Timor-Leste, diakses pada 4 Maret 2017, http://timor-leste.gov.tl/?p=547&lang=en
52 Ibid. Loc.Cit, “Biography – Prime Minister,” Government of Timor-Leste, diakses pada 4 Maret 2017,
http://timor-leste.gov.tl/?p=11229&lang=en

19

distrik.53 Sedangkan mata uang resmi yang digunakan di Timor Leste adalah dolar
Amerika Serikat.54
Timor Leste merupakan salah satu negara termiskin di kawasan Asia Tenggara,
karena negara tersebut masih terhitung sangat muda karena baru merdeka, maka
infrastruktur di sana pun juga masih jauh tertinggal daripada negara-negara lain di
kawasan Asia Tenggara.55 Dalam wawancara yang dilakukan oleh jurnalis asal Indonesia
ke Timor Leste kepada warga Timor Leste, banyak warga yang berpendapat bahwa
mereka lebih menyukai keadaan Timor Leste yang sekarang karena suasananya lebih
aman dan damai daripada saat masa pendudukan Indonesia di tahun 1975-2002, karena
pada zaman pendudukan tersebut banyak terjadi perang, kerusakan infrastruktur, dan
juga pertumpahan darah yang juga menyebabkan banyak korban dan pengungsi,
sedangkan situasi sekarang terasa lebih nyaman karena peperangan telah usai dan Timor
Leste sudah bisa mengatur negaranya sesuai dengan keinginannya tanpa pengaruh dari
negara koloni.56

53 Ibid.
54 Ibid.
55 Alsadad Rudi, “14 Tahun Berpisah dari Indonesia, Bagaimana Kondisi Timor Leste Kini?,” Kompas.com, 17
Desember 2016, diakses pada 4 Maret 2017,
http://internasional.kompas.com/read/2016/12/17/16534521/14.tahun.berpisah.dari.indonesia.bagaimana.kondisi
.timor.leste.kini.
56 Ibid.

20

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Koloniaslime merupakan praktek dominasi untuk memperluas kontrol terhadap
kelompok yang lemah, termasuk mengeksploitasi ekonomi dari sumber daya alam,
penciptaan pasar baru bagi bangsa yang menjajah, dan perluasan geografis tehadap
pemikiran bangsa penjajah, bahasa dan cara hidup. Pada abad ke-16 bangsa Eropa
mulai melakukan tindakan kolonisasi di Asia Tenggara dengan motif awal yaitu
mencari rempah-rempah, selain itu juga terdapat motif gold, glory, dan gospel.
Nasionalisme muncul sebagai definisi dari kepatuhan sebagai loyalitas masyarakat
kepada negara. Konsep nasionalisme kemudian muncul di negara-negara Asia
Tenggara sebagai upaya untuk mengakhiri kolonialisme dan imperialisme.
Nasionalisme mulai muncul setelah perang dunia ke-2 berakhir dan banyak
perjuangan meraih kemerdekaan terjadi di Asia Tenggara.
Sedangkan untuk kasus Timor Leste, kolonialisme sudah terjadi sejak jaman
dahulu yang dilakukan oleh bangsa Portugis selama ratusan tahun. Kemudian
kemunculan nasionalisme di Timor Leste mulai muncul ketika masa pendudukan
Indonesia yang menimbulkan banyak pertumpahan darah. Lalu, pada akhirnya Timor
Leste dapat memperjuangkan kemerdekaannya dan menjadi negara yang merdeka dan
berdaulat dengan hadirnya nasionalisme bangsa Timor Leste.

21

3.2. Saran
Sebagai masyarakat yang berpendidikan, kita seharusnya mampu memberikan
edukasi tentang sejarah dengan benar dan jujur sesuai fakta dan peristiwa yang
memang terjadi di lapangan. Bukan berdasarkan satu sudut pandang tertentu saja.

22

DA FTAR PUSTAKA

Anonymous. Colonialism. t.thn. http://www.chegg.com/homework-help/definitions/colonialism-53.
(diakses Maret 2017, 2017).
—. Hindia Belanda, Politik Pintu Terbuka. t.thn. http://pensa-sb.info/hindia-belanda-politik-pintuterbuka-open-door-policy (diakses Maret 4, 2017).
Bernhard, Michael, Christopher Reenock, dan Timothy Nordstorm. “The Legacy of Western Overseas
Colonialism on Democratic Survival.” International Studies Quarterly, 2004: 225-250.
Breman, Jan. Keuntungan Kolonial dari Kerja Paksa: Sistem Priangan dan Tanam Paksa Kopi di
Jawa 1720-1870. Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2014.
Crowley, Roger. Detik-Detik Jatuhnya Konstantinopel ke Tangan Muslim. Pustaka Alvabet, 2011.
Galilei, Galileo, dan Stillman Drake. Dialogue concerning the two chief world systems, Ptolemaic
and Copernican. Modern Library Science, 1953.
Gellner, Ernst, dan Miscevic Nenad. Nationalism and Beyond. Budapest: CEU Press, 2001.
H, Hoetink. “Vrije Notitie: Akademisch kolonialisme en zo.".” Sociologische Gids 18.4, 1971: 371375.
Hallday, J. “Nationalism.” Dalam The Globalization of World Politics 2nd Edition, oleh J Hallday,
441-442. Oxford: Oxford University Press, 1997.
Horvarh, Ronald J. “A Definition of Colonialism vol. 13 no. 1.” 1972: 46.
Knutsen, Torbjorn. A History of International Realations Theory. Manchester: Manchester University
Press, 1997.
Russel, Letty M. “God, Glory, and Gender: A Postcolonial View of Mission.” International Review of
Misiion, 2004: 39-49.
Skinner, Andrew, dan Thomas Wilson. Essays on Adam Smith. Clarendon Press, 1975.
Yah, Lim Chong. Southeast Asia: The Long Road Ahead. Singapore: World Scientific Publishing Co.,
2001.

23