SEJARAH UANG DAN BANK indonesia

Yola Agista BFM 2014

SEJARAH UANG DAN BANK
1. Sejarah Uang
Uang dalam ilmu ekonomi tradisional di definisikan sebagai alat tukar yang dapat
diterima secara umum. Alat tukar itu dapat berupa benda apapun yang dapat diterima oleh
setiap orang di masyarakat dalam proses pertukaran barang dan jasa. Dalam ilmu ekonomi
modern, uang di definisikan sebagai sesuatu yang tersedia dan secara umum di terima sebagai
alat pembayaran yang sah bagi pembelian barang-barang dan jasa-jasa. Selain itu, uang juga
berfungsi sebagai alat untuk menghitung kekayaan.
Uang yang kita kenal sekarang ini telah mengalami proses perkembangan yang panjang.
Sebelum masyarakat mengenal uang, setiap orang berusaha memenuhi kebutuhannnya
dengan usaha sendiri. Manusia berburu jika ia lapar, membuat pakaian sendiri dari bahanbahan yang sederhana, mencari buah-buahan untuk konsumsi sendiri. Singkatnya, apa yang
diperolehnya itulah yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhannya.
Namun, karena kebutuhan hidup yang semakin banyak, kemudian manusia mulai merasa
membutuhkan orang lain untuk membantunya memenuhi kebutuhan hidup. Akhirnya mulai
dikenal sistem barter yaitu menukar barang yang dimiliki kepada orang lain yang memiliki
barang yang diinginkan. Misalnya apabila kita memiliki ladang gandum dan persediaan
gandum yang dimiliki cukup banyak, sedangkan kita ingin makan buah-buah-buahan dan kita
tidak memiliki persediaan buah. Kita dapat menukarkan gandum yang kita miliki dan
menukarkannya kepada orang yang memiliki buah yang kita inginkan. Inilah cara kerja

sistem barter pada zaman dahulu (Gambar 1.1).
Gambar 1.1 cara kerja sistem barter

Namun dengan semakin berkembangnya perekonomian, manusia semakin menyadari
bahwa cara barter ini tidak praktis atau memiliki kelemahan, yaitu:
a. Alat tukar sulit untuk dibawa-bawa
1

Yola Agista BFM 2014

Apabila jumlah barang yang hendak dibelanjakan atau ditukarkan ukurannya besar
dan jumlahnya banyak, pemilik barang tentu akan kesulitan untuk membawa hartanya
kesana kemari.
b. Sulit dalam bertransaksi
Saat melakukan transaksi kedua belah pihak yang memiliki barang harus
menginginkan barang yang dimiliki satu sama lain. Contohnya apabila seorang
pemilik meja ingin menukarkan atau membelanjakan meja miliknya dengan sebuah
topi, pemilik topi harus menginginkan meja yang dimiliki oleh pembeli. Apabila
pemilik topi tidak menginginkan meja tersebut, maka transaksi barter tersebut
dinyatakan batal.

c. Alat tukar sulit untuk dipecah
Contohnya, apabila seorang pemilik meja ingin membeli atau menukarkan mejanya
dengan beberapa jeruk, sedangkan jeruk yang dimiliki nilainya hanya sama dengan
separuh meja. Maka pemilik meja akan kesulitan dalam membeli jeruk tersebut.
d. Sulit menentukan standar nilai tukar
Apabila melakukan sistem barter, manusia akan kesulitan dalam menentukan standar
nilai suatu barang. Contohnya satu meja nilainya berapa buah jeruk, satu jeruk
nilainya sama dengan berapa kilogram gandum, dsb.
e. Sulit menyimpan kekayaan
Contohnya, seorang juragan jeruk akan kesulitan menyimpan kekayaannya karena
jeruk adalah barang yang mudah busuk dan tidak tahan lama. Sulit untuk menyimpan
kekayaan yang berbentuk buah-buahan yang mudah busuk.
Untuk mengatasinya kelemahan yang dimiliki oleh sistem barter, mulailah timbul
pikiran-pikiran untuk menggunakan benda-benda tertentu untuk digunakan sebagai alat tukar.
Benda-benda yang ditetapkan sebagai alat pertukaran itu adalah benda-benda yang diterima
oleh umum (generally accepted) benda-benda yang dipilih bernilai tinggi (sukar diperoleh
atau memiliki nilai magis dan mistik), atau benda-benda yang merupakan kebutuhan primer
sehari-hari. Misalnya garam yang oleh orang Romawi digunakan sebagai alat tukar maupun
sebagai alat pembayaran upah. Pengaruh orang Romawi tersebut masih terlihat sampai
sekarang. Orang Inggris menyebut upah sebagai salary yang berasal dari bahasa Latin


2

Yola Agista BFM 2014

salarium yang berarti garam. Selain itu, barang-barang yang dianggap indah dan bernilai,
seperti kerang, pernah dijadikan sebagai alat tukar sebelum manusia menemukan uang logam.
Selanjutnya manusia menggunakan logam mulia seperti emas, perak, dan perunggu
sebagai alat tukar. Pada zaman itu emas dijadikan sebagai ukuran kekayaan seseorang
sehingga semua orang akhirnya berlomba-lomba untuk mendapatkan emas. Salah satu
contohnya adalah bangsa Eropa. Bangsa Eropa mencari kekayaan emas dengan cara
menjajah. Indonesia merupakan salah satu negara bekas jajahan bangsa Eropa. Bangsa Eropa
datang ke Indonesia dengan salah satu tujuannya adalah untuk mendapatkan Gold
(kekayaan).
Saat uang logam masih digunakan sebagai uang resmi di dunia, ada beberapa pihak yang
melihat peluang dari kepemilikan mereka atas uang yang dimiliki. Berdasarkan hal tersebut,
banyak pandai emas yang menawarkan jasa penyimpanan emas. Orang yang ingin
menyimpan emas akan melakukan transaksi penyimpanan pada sebuah meja atau dalam
bahasa italia disebut Banco (asal kata dari Bank). Kemudian emas akan disimpan dalam
sebuah tempat dan orang yang menitipkan emas tersebut harus membayar uang sewa. Setelah

disimpan, orang yang menyimpan emas akan diberikan sebuah sertifikat/tanda bukti pada
sebuah kertas. Uang kertas yang kita kenal sampai saat ini bermula dari kertas yang
merupakan bukti-bukti kepemilikan emas dan perak sebagai alat atau perantara untuk
melakukan transaksi. Dengan kata lain, uang kertas yang beredar pada saat itu adalah uang
yang dijamin 100% dengan emas atau perak yang disimpan di pandai emas dan sewaktuwaktu dapat ditukarkan penuh dengan jaminannya.
Pada perkembangan selanjutnya, masyarakat tidak lagi menggunakan emas (secara
langsung) sebagai alat pertukaran. Sebagai gantinya, manusia menjadikan kertas bukti
tersebut atau yang sekarang kita kenal dengan uang kertas menjadi alat tukar yang sah.

2. Sejarah Bank

3

Yola Agista BFM 2014

Menurut Prof. G. M. Verryn Stuart dalam bukunya yang berjudul Bank Politic, Bank
adalah suatu badan usaha yang bertujuan untuk memberi kredit, baik dengan uang sendiri
maupun uang yang dipinjam dari orang lain, dan mengedarkan alat penukar berupa uang
kertas dan uang giral. Menurut asal katanya, bank berasal dari kata “banco” yang dalam
bahasa Italia berarti bangku atau meja. Meja dalam sejarah bank pertama kalinya digunakan

sebagai tempat menukar uang. Karena itu, bank pertama kalinya adalah tempat penukaran.
Aktivitas pengendalian uang ini kemudian berubah kepada para tukang emas sejak
terjadinya perang saudara di Inggris pada tahun 1642 ‐ 1645. Perang ini mengakibatkan tiap
orang berusaha menyelamatkan hartanya masing‐masing dan para tukang emas dianggap
sebagai tempat dan pilihan yang terbaik untuk menyimpan uang dan harta mereka karena
para tukang emas ini mempunyai peti‐peti besi dan sistem pengamanan yang lainnya (Cheah
Kooi Guan, 1991). Dalam memberikan jasa simpanan kepada saudara, teman, tetangga dan
lain‐lain, para tukang emas ini biasanya menggunakan sebuah banco atau banku pada saat
berurusan dengan pelanggannya. Dari perkataan banco ini kemudian muncul istilah ”bank”
yang terus dipakai sampai sekarang.
Titipan harta yang diamanahkan kepada para tukang emas biasanya diikuti dengan
penyerahan selembar kertas kepada penitip sebagai tanda dan bukti/sertifikat terhadap
simpanannya. Simpanan masyarakat yang relatif banyak ditangan para tukang emas telah
diikuti dengan beredarnya kertas‐kertas tanda bukti simpanan. Para tukang emas kemudian
menyadari bahwa simpanan tersebut jarang diminta pemiliknya dalam waktu yang singkat.
Kemudian para tukang emas mempunyai ide untuk membuat jasa peminjaman dari emas
yang disimpan/dititipkan. Jadi setiap orang yang ingin meminjam uang/emas dari tukang
emas, Ia harus memiliki jaminan baik itu sertifikat rumah, tanah, ataupun jaminan lainnya
yang berharga untuk ditukarkan dengan emas. Tukang emas akan mendapatkan keuntungan
karena setiap orang yang meminjam juga dikenakan biaya sewa (Gambar 2.1). Karena

keuntungan yang menggiurkan akhirnya banyak tukang emas yang menghabiskan persediaan
emas yang diamanahkan kepadanya untuk dipinjamkan kepada orang lain yang
membutuhkannya.

4

Yola Agista BFM 2014

Gambar 2.1 Sistem pertama yang dipakai oleh tukang emas
Namun, saat orang yang menyimpan harta pada tukang emas ingin mengambil
kembali hartanya, para tukang emas akhirnya kebingungan karena seluruh emas yang
dititipkan tidak berada pada brangkas, melainkan sedang dipinjam oleh orang lain. Para
penyimpan harta pada tukang emaspun memprotes dan akhirnya tempat penyimpanan yang
dikelola oleh para tukang emas ditutup karena mengalami bangkrut.
Belajar dari kesalahan, kemudian mulai dikenal istilah likuiditas yaitu kemampuan
untuk memenuhi seluruh kewajiban yang harus dilunasi segera dalam waktu yang singkat.
Jadi tempat penyimpanan emas/bank harus menyisakan setidaknya 5% - 20% harta yang
dititipkan/ditabung untuk berjaga-jaga. Jadi saat orang yang menyimpan harta ingin
mengambil hartanya, ada harta/uang yang dapat dipakai. Selain itu, setiap orang yang
menyimpan harta kepada bank tidak diberikan biaya tambahan/sewa. Bank hanya

memberikan biaya sewa kepada yang mengajukan kredit (Gambar 2.2)

Gambar 2.2 Perkembangan sistem bank
Perkembangan selanjutnya, bank kemudian tidak hanya membebaskan orang yang
menabung dari biaya sewa tetapi memberikan bunga pada setiap nasabah (Gambar 2.3).

Gambar 2.3Perkembangan sistem bank

5