JENIS JENIS PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DA

1

JENIS-JENIS PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
DAN SEKOLAH DASAR/MI
Supriyono¹
Karya Ilmiah pembelajaran S3 Manajemen Pendidikan
Paska Sarjana Universitas Negeri Malang
Februari 2012
Abstrak
Karya ilmiah ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis-jenis pendidikan anak
usia dini dan sekolah dasar/madrasah idtidaiyah yang terdapat di Indonesia.
Karya ilmiah ini dipaparkan secara deskriptif sebagai hasil dari studi literatur.
Kata Kunci: Jenis-jenis, sekolah dasar, anak usia dini,
Abstract
This academic paper is aimed at describing the types of pre schools and
primary schools/islamic primary schools in Indonesia. This provides
descriptive presentation as a result of the literary studies.
Key words: Types, primary school, pre school

A. Pendahuluan
Karya ilmiah ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan jenis-jenis

pendidikan Anak Usia Dini dan Sekolah Dasar termasuk Madrasah Ibtidaiyah.
Pendidikan Usia Dini dan Sekolah Dasar maupun Madrasah Ibtidiyah
merupakan wahana pendidikan yang sangat penting dikarenakan proses dan
hasil pendidikan pada jenjang ini menjadi fondasi pembentukan watak, akhlak,
dan kecerdasan para peserta didik untuk perkembangan pribadinya dalam
kehidupan selama-lamanya yang kemudian akan dilanjutkan pada jenjang
pendidikan yang lebih tinggi.
Karya ilmiah ini ditulis untuk memenuhi sebagian dari persyaratan
menyelesaikan Program Doktor Manajemen Pendidikan di Universitas Negeri
Malang, yaitu penyelesaian kuliah Mandiri I (Analisis sistem pendidikan dan
persekolahan Dasar) yang dibina oleh Bapak Prof. Dr. Ibrahim Bafadal, M.Pd
dan Bapak Prof. Dr. Imron Arifin, M.Pd.

B. Jenis-Jenis Pendididikan Anak Usia Dini (PAUD)
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan
sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan
yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang
1 | ¹ Mahasiswa Program S3 Manajemen Pendidikan, Universitas Negeri
Malang; Dosen Universitas Islam Balitar Blitar, dan Founder G*GOLD
Indonesia


2

dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada
jalur formal, nonformal, dan informal.
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk
penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke
arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan
kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan
spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan
komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang
dilalui oleh anak usia dini.
Pendidikan anak usia dini memiliki fungsi utama mengembangkan
semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan kognitif, bahasa,
fisik (motorik kasar dan halus), sosial dan emosional. Berbagai hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat kuat antara perkembangan
yang dialami anak pada usia dini dengan keberhasilan mereka dalam
kehidupan selanjutnya. Misalnya, anak-anak yang hidup dalam lingkungan

(baik di rumah maupun di KB atau TK) yang kaya interaksi dengan
menggunakan bahasa yang baik dan benar akan terbiasa mendengarkan dan
mengucapkan kata-kata dengan benar, sehingga ketika mereka masuk sekolah,
mereka sudah mempunyai modal untuk membaca.
Sehubungan dengan fungsi-fungsi yang telah dipaparkan tersebut, maka
tujuan pendidikan anak usia dini dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. Memberikan pengasuhan dan pembimbingan yang memungkinkan anak
usia dini tumbuh dan berkembang sesuai dengan usia dan potensinya.
2. Mengidentifikasi penyimpangan yang mungkin terjadi, sehingga jika
terjadi penyimpangan, dapat dilakukan intervensi dini.
3. Menyediakan pengalaman yang beranekaragam dan mengasyikkan bagi
anak usia dini, yang memungkinkan mereka mengembangkan potensi
dalam berbagai bidang, sehingga siap untuk mengikuti pendidikan pada
jenjang sekolah dasar (SD).
Ada dua tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu:
 Tujuan utama: untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas,
yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat
perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam
memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan pada masa
dewasa.

 Tujuan penyerta: untuk membantu menyiapkan anak mencapai
kesiapan belajar (akademik) di sekolah.
Rentangan anak usia dini menurut Pasal 28 UU Sisdiknas No.20/2003 ayat 1
adalah 0-6 tahun. Sementara menurut kajian rumpun keilmuan PAUD dan
2 | ¹ Mahasiswa Program S3 Manajemen Pendidikan, Universitas Negeri
Malang; Dosen Universitas Islam Balitar Blitar, dan Founder G*GOLD
Indonesia

3

penyelenggaraannya di beberapa negara, PAUD dilaksanakan sejak usia 0-8
tahun. Ruang lingkup Pendidikan Usia Dini adalah:
 Infant (0-1 tahun)
 Toddler (2-3 tahun)
 Preschool/ Kindergarten children (3-6 tahun)
 Early Primary School (SD Kelas Awal) (6-8 tahun)
Terdapat tiga Pilar Kebijakan Paud yang meliputi:
1) Perluasan dan pemerataan akses layanan PAUD kepada semua anak
antara lain melalui:
 Pemberdayaan semua potensi yg ada di masyarakat

 Keberpihakan kpd anak-anak yg kurang beruntung
2) Peningkatan mutu, relevansi dan daya saing antara lain dg cara :
 Mengupayakan PAUD yg murah dan mudah, tetapi bermutu
3) Penguatan tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan pendidikan (PAUD)
antara lain dengan cara meningkatkan
 Keterbukaan, kemudahan dan fleksibilitas di bidang layanan PAUD
kepada masyarakat.
Pendidikan Anak Usia Dini diselenggarakan dalam 2 bentuk, yaitu
Pendidikan Anak Usia Dini Formal dan Pendidikan Anak Usia Dini NonFormal. Kedua bentuk tersebut dapat di deskripsikan sebagai berikut.
1. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD Formal)
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD Formal) terdiri dari:
a. Taman Kanak-Kanak (TK)
b. Raudhatul Atfal (RA)
c. Bustanul Atfal (BA)
2. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD Non Formal)
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD Non Formal) terdiri dari:
a. Kelompok Bermain (KB)
b. Taman Penitipan Anak (TPA)
c. Satuan PAUD-BIA (Bina Iman Anak)
d. Satuan PAUD-PAK (Pendidikan Anak Kristen)

e. Satuan PAUD-TPQ (Taman Pendidikan Qur’an)
f. Bina Keluarga Balita
g. Pos-PAUD seperti Pos Pelayanan Terpadu
h. Kelompok Belajar Keluarga dan Lingkungan

C. Jenis-Jenis Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI)
Sekolah dasar merupakan satuan pendidikan yang menyelenggarakan
pendidikan enam tahun. Sekolah dasar merupakan bagian dari pendidikan
3 | ¹ Mahasiswa Program S3 Manajemen Pendidikan, Universitas Negeri
Malang; Dosen Universitas Islam Balitar Blitar, dan Founder G*GOLD
Indonesia

4

dasar. Di dalam peraturan pemerintah republik Indonesia nomor 28 tahun 1990
tentang pendidikan dasar disebutkan bahwa pendidikan dasar merupakan
pendidikan Sembilan tahun, terdiri atas program pendidikan enam tahun di
sekolah dasar dan program pendidikan tiga tahun di sekolah lanjutan tingkat
pertama (SLTP). Dengan demikian, sekolah dasar merupakan salah satu bentuk
satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar.Dengan jenis dan bentuk

yang berbeda-beda.
Di Indonesia penyelenggaraan sekolah dasar berpijak pada beberapa
peraturan perundang-undangan sebagai landasan yuridris. Ada tiga peraturan
perundang-undangan yang dijadikan landasan yuridris penyelenggaraan
sekolah dasar, baik sebagai satuan pendidikan maupun dalam kerangka sistem
pendidikan nasional, yaitu
 Undang- Undang Dasar (UUD) 1945, Undang-Undang republik Indonesia
Nomor 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional (UUSPN), dan
Undang-Undang republik Indonesia Nomor 2 tahun 1989 tentang sistem
pendidikan nasional.

Di dalam pembukaan UUD 1945 diisyratkan bahwa upaya mencerdaska
bangsa ( tentu melalui pandidikan ) merupakan amanat bangsa.
 Di dalam UUSPN ditegaskan bahwa setiap warga Negara berhak atas
kesempatan yang seluas-luasnya mengikuti pendidikan agar memperoleh
pengetahuan, kamapuan dan keterampilan yang sekurang-kurangnya setara
dengan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan tamatan pendidikan
dasar (bab III pasa l6).

Di dalam PP Nomor 28 tahun 1990 ditegaskan bahwa pendidikan dasar

merupakan pendidikan sembilan tahun, terdiri atas program enam tahun di
sekolah dasar dan program pendidikan tiga tahun di sekolah lanjutan
tingkat pertam (SLTP).
Bentuk dari Sekolah Dasar adalah:
1. Sekolah Dasar Formal yang terdiri dari
a. SD konvensional,
b. SD percobaan,
c. SD inti,
d. SD kecil
e. SD satu guru,
f. SD terpadu
2. Sekolah Dasar Non-Formal yang berupa
a. SD Pamong
b. Kelompok Belajar Paket A
SD Konvensional adalah sekolah dasar biasa, yang menyelenggarakan
pendidikan enam tahun, terdiri atas enam kelas dengan enam orang guru kelas,
satu guru mata pelajaran Pendidikan Agama, satu orang guru mata pelajaran
4 | ¹ Mahasiswa Program S3 Manajemen Pendidikan, Universitas Negeri
Malang; Dosen Universitas Islam Balitar Blitar, dan Founder G*GOLD
Indonesia


5

pendidikan jasmani dan kesehatan, satu orang kepala sekolah dan satu orang
pesuruh.
SD Percobaan adalah sekolah dasar konvemsional yang
menyelenggarakan pendidikan enam tahun. Hanya saja, SD percobaan ini
diberi kewenangan untuk melakukan percobaan-percobaan tertentu dalam
rangka peningkatan mutu pendidikan di sekolah dasar.
SD Inti adalah sekolah dasar konvensional yang menyelenggarakan
pendidikan enam tahun, terdiri atas enam kelas dengan enam orang guru kelas,
satu guru mata pelajaran Pendidikan Agama, satu orang guru mata pelajaran
pendidikan jasmani dan kesehatan, satu orang kepala sekolah dan satu orang
pesuruh. SD inti ini dilengkapi dengan satu ruang kelompok kerja guru (KKG),
satu ruang perpustakaan sekolah, dan satu ruang serbaguna.
SD Kecil adalah sekolah dasar yang pada umumnya terdapat di daerah
terpencil dengan sistem pendidikan yang berbeda dengan SD konvensional.
Proses belajar mengajar disenggalarakan dengan menggunakan modul,
penggabungan kelas dan tutor sebaya.
SD Satu Guru adalah sekolah dasar yang pada umumnya terdapat di

daerah terpencil denga sistem pendidikan yang berbeda dengan SD
konvensional. Proses belajar mengajar disenggalarakan dengan menggunakan
modul, penggabungan kelas dan tutor sebaya.
SD Terpadu adalah sekolah dasar yang menyelenggarakan pendidikan
bagi anak normal dan penyandang cacat dan normal secara bersama-sama
dengan menggunakan kurikulum sekolah dasar konvensional.
SD Pamong adalah lembaga pendidikan diselenggarakan oleh
masyrakat, orang tua, dan guru untuk memberikan pelayanan pendidikan bagi
anak putus sekolah dasar atau anak lain yang karena satu dan lain hal. Tidak
dapat datang secara teratur belajar di sekolah.
Kelompok Belajar Paket A adalah pendidikan yang diselenggarakan
oleh masyarakat untuk anak usia sekolah dasar dengan mengikuti kurikulum
Paket A dan ujian penyetaraan Sekolah Dasar.
Sedangkan Madrasah yang setingkat dengan Sekolah Dasar adalah
Madrasah Ibtidaiyah. Madrasah Ibtidaiyah, yang selanjutnya disingkat MI,
adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal dalam binaan Menteri
Agama yang menyelenggarakan pendidikan umum dengan kekhasan agama
Islam pada jenjang pendidikan dasar. Dalam konteks non-formal Madrasah
berbentuk Madrasah Diniah.


D. Penutup
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Sekolah Dasar (SD), dan
MadrasahIbtaiyah meliputi bentuk pendidikan formal dan non formal yang
terdiri dari (1) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD Formal) yang terdiri dari
5 | ¹ Mahasiswa Program S3 Manajemen Pendidikan, Universitas Negeri
Malang; Dosen Universitas Islam Balitar Blitar, dan Founder G*GOLD
Indonesia

6

Taman Kanak-Kanak (TK), Raudhatul Atfal (RA), dan Bustanul Atfal (BA),
(2) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD Non Formal) yang terdiri dari
Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), Satuan PAUD-BIA
(Bina Iman Anak), Satuan PAUD-PAK (Pendidikan Anak Kristen), Satuan
PAUD-TPQ (Taman Pendidikan Qur’an), Bina Keluarga Balita, Pos-PAUD
seperti Pos Pelayanan Terpadu, dan Kelompok Belajar Keluarga dan
Lingkungan, (3) Sekolah Dasar Formal yang terdiri dari SD konvensional,, SD
percobaan, SD inti, SD kecil, SD satu guru, dan SD terpadu, (4) Sekolah Dasar
Non-Formal yang berupa SD Pamong, dan Kelompok Belajar Paket A, dan (5)
Madrasah Ibtidaiyah dalam konteks formal, dan (6) Madrasah Diniah dalam
konteks non-formal.
E. Daftar Pustaka
Arifin, I., 2011. Penelitian Kualitatif Kepemimpinan HIMPAUDI, Studi
Kasus di Kota Malang.Aditya Media,Yokyakarta.
Bappenas RI. 2008. Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2008 Rencana
Kerja Pemerintah Tahun 2009. http://www.bappenas.go.id/ index.
php/module/Perpres38RKP 2009/. Diunduh 14 Desember 2008
Analisis terhadap Program Pendidikan Anak Usia Dini pada
Rencana Kerja Pemerintah 69.
Depdiknas. 2008. “Pedoman Standar Pelayanan Minimal Penyelenggaraan
Pendidikan Taman Kanak- Kanak. http://www.dikdasdki.go.id/
download/n kebijakanstan darpelayananminimal2. pdf/. Diunduh 14
Desember 2008.
Fadjar, M.A. 1998. Madrasah dan Tantangan Modernitas. Bandung:
Mizan.
Furchan, A. 2004. Transformasi Pendidikan Islam di Indonesia. Yogyakarta:
Gama Media
Khozin. 2003. Jejak-jejak Pendidikan Islam di Indonesia. Malang: UMM
Press. Heydon, RM., and Wang, P. 2006. “Curricular Ethics in Early
Childhood Education Programming: A Challenge to the Ontario
Kindergarten Program.” McGill Journal of Education. Vol. 41 No 1
Winter 2006.
Hykurniawan. 2008. Analisis Kebijakan Publik. Artikel dalam http://
hykurniawan.wordpress.com/20 08/09/17/analisis-kebijakanpublik/.
Diunduh 14 Desember 2008.

6 | ¹ Mahasiswa Program S3 Manajemen Pendidikan, Universitas Negeri
Malang; Dosen Universitas Islam Balitar Blitar, dan Founder G*GOLD
Indonesia

7

Logue, Mary E. 2007. “Early Childhood Learning Standards: Tools for
Promoting Social and Academic Success in Kindergarten.” Children
& Schools; Jan 2007; 29, 1; ProQuest Education Journals. pg. 35.
Moss, P., and Dahlberg, G. 2008. “Beyond Quality in Early Childhood
Education and Care – Languages of Evaluation.” New Zealand
Journal of Teachers’ Work, Volume 5, Issue 1, 03-12, 2008.
Maksum. 1999. Madrasah; Sejarah dan Perkembangannya. Jakarta:
Logos Wacana Ilmu.
Nashir, H. 1999. Agama dan Krisis Kemanusiaan Modern . Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Nivala, V., dan Hujala, E. (eds.), 2002. Leadership in Early Childhood
Education. Cross-cultural perspectives. Oulu: Oulu University
Press. (URL:http://herkulesoulu.- fi/issn0355323X).Diunduh 14
Desember 08.
Nugroho, A., dkk. 2007. Kurikulum dan Bahan Belajar TK. Jakarta : Penerbit
Universitas Terbuka.
Nugroho, R. 2008. Kebijakan pendidikan yang unggul. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Samuelsson, Ingrid Pramling; Sheridan, Sonja; and Williams, Pia. 2006. “Five
Preschool Curricula-Comparative Perspective”. International
journal of Early Childhood; 2006; 38, 1; ProQuest Education
Journals. pg. 11.
Sarijo, M. 1980. Sejarah Pondok Pesantren di Indonesia . Jakarta: Dharma
Bakti.
Seksi PAUD dan Pendidikan Inklusif, Unesco. 2005. “Laporan Review
Kebijakan: Pendidikan dan Perawatan Anak Usia Dini di
Indonesia.” http://portal.unesco. org/education/en/ev.phpURI_ID=2905&URL DO=DO_ TOPIC&URL_SECTION=
465.htm l. Diunduh 20 Agustus 2008.
Suwito. 2005. Sejarah Sosial Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana
Tilaar, HAR., dan Nugroho, Riant. 2008. Kebijakan Pendidikan: Pengantar
untuk Memahami Kebijkan Pendidikan dan Kebijakan
Pendidikan sebagai Kebijakan Public. Ed. ke-1. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Tim Cendikia. 2008. PAUD, Pendekatan BCCT, & Multiple Intelligence.
7 | ¹ Mahasiswa Program S3 Manajemen Pendidikan, Universitas Negeri
Malang; Dosen Universitas Islam Balitar Blitar, dan Founder G*GOLD
Indonesia

8

Yogyakarta: Pustaka Pendidikan.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

8 | ¹ Mahasiswa Program S3 Manajemen Pendidikan, Universitas Negeri
Malang; Dosen Universitas Islam Balitar Blitar, dan Founder G*GOLD
Indonesia