Perlindungan Hukum terhadap Perusahaan Pialang dalam Kepailitan (Studi Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat Nomor 08 Pdt.Sus.Pailit 2015 PN.Niaga.Jkt.Pst.)

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan ekonomi di suatu negara, baik negara maju maupun negara
berkembang membutuhkan modal yang tidak sedikit. Modal telah menjadi elemen
penting yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas pembangunan ekonomi di suatu
negara. Modal berperan penting dalam menggerakkan kegiatan ekonomi di
berbagai sektor. Setiap pelaku usaha baik perorangan maupun badan usaha,
membutuhkan modal dalam menjalankan kegiatan usahanya. Dengan modal yang
cukup, pelaku usaha akan lebih mudah dalam menjalankan kegiatan usahanya.
Dengan kata lain, tanpa modalyang cukup setiap aktivitas pembangunan ekonomi
di suatu negara tidak dapat terlaksana dengan baik.
Kecukupan modal atau dana di negara berkembang cenderung menjadi
masalah.

Setiap

pelaku


usaha

khususnya

perusahaan-perusahaan

dalam

melakukan pengembangan bisnisnya memerlukan tambahan danayang tidak
sedikit. Umumnya tambahan dana tersebut diperoleh melalui pinjaman kredit pada
sektor perbankan. Akan tetapi pinjaman kredit tersebut tidak dapat diandalkan
secara terus menerus, hal ini dikarenakan adanya batasan dan bunga kredit yang
tinggi dalam pinjaman tersebut. Oleh karena itu, terdapat alternatif lain yang dapat
digunakan

oleh

pelaku

usaha


khususnya

perusahaan-perusahaan

untuk

mendapatkan dana, yaitu melalui pasar modal 2 (capital market).

2

Pasal 1 angka 13 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Pasar Modal adalah
kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik

Universitas Sumatera Utara

2

Pasar modal mempunyai peranan yang strategis dalam pembagunan
perekonomian Indonesia, yaitu sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi dunia

usaha dan wahana investasi bagi masyarakat. 3 Melalui pasar modal, perusahaanperusahaan dapat menerbitkan dan menjual efek 4 di bursa efek 5 untuk
mendapatkan dana yang berada di masyarakat. Selain itu, masyarakat yang
memilikidana lebih dapat menginvestasikan dananya tersebut pada instrument
pasar modal dengan cara membeli efek yang diinginkan di bursa efek.
Setiap pelaku usaha khususnya perusahaan-perusahaan yang melakukan
pengembangan bisnisnya, mencari peluang dan kesempatan dengan berbagai cara,
diantaranya ada yang berhasil melakukan pengembangan bisnis di dalam
negerinya sendiri dan banyak pula yang mencari peluang dan kesempatan dengan
melakukan investasi di luar negeri. Apapun jenis upaya pengembangan yang
dilakukan tentunya membutuhkan dana yang besar, dan perusahaan dengan
sendirinya harus mencari dan menemukan sumber dana yang dapat menyediakan
modal

yang dibutuhkan

untuk

ekspansi

usahanya itu.


Dalam

rangka

pengembangan usaha itu pula manajemen dan pemilik perusahaan berupaya untuk
memasuki pasar modal di dalam negerinya dan bila mungkin juga pasar modal di

yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan
efek.
3
C.S.T. Kansil, Pokok-Pokok Hukum Pasar Modal, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
2004), hal. 1.
4
Pasal 1 angka 5 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Efek adalah surat
berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti
utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivative
dari efek.
5
Pasal 1 angka 4 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Bursa Efek adalah

pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan
penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantara
mereka.

Universitas Sumatera Utara

3

luar negeri. Di pasar modal ini perusahaan akan menjual berbagai jenis sekuritas
dan memperoleh dana yang dibutuhkan untuk mencapai tujuannya. 6
Secara formal, menurut Suad Hasnan, pasar modal dapat didefinisikan
sebagai pasar untuk berbagai instrument keuangan atau sekuritas jangka panjang
yang dapat diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang ataupun modal sendiri, baik
yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta.
Dengan demikian, pasar modal merupakan satu bentuk kegiatan dari lembaga
keuangan nonbank sebagai sarana untuk memperluas sumber-sumber pembiayaan
perusahaan. Aktivitas ini terutama ditujukan bagi perusahaan yang membutuhkan
dana dalam jumlah besar dan penggunaannya diperlukan untuk jangka panjang.
Dana dalam jumlah besar dan penggunaan dalam jangka panjang sering kali tidak
dapat dipenuhi oleh lembaga perbankan sehingga sumber dana alternatif dapat

dicari melalui pasar modal. 7
Dengan adanya pasar modal, perusahaan-perusahaan akan lebih mudah
memperoleh dana, sehingga kegiatan ekonomi di berbagai sektor perekonomian
dapat ditingkatkan. Dengan dijualnya saham di pasar modal, berarti masyarakat
diberikan kesempatan untuk memiliki dan menikmati keuntungan yang diperoleh
perusahaan. Dengan kata lain, pasar modal dapat membantu pemerintah
meningkatkan pendapatan dalam masyarakat. 8

6

Asril Sitompul, Due Diligence dan Tanggung Jawab Lembaga-Lembaga Penunjang
pada Proses Penawaran Umum, Cetakan Kesatu, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1999),
hal.xiii.
7
Adrian Sutedi, Segi-Segi Hukum Pasar Modal, Cetakan Kesatu, (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2009), hal.2.
8
Ana Rokhmatussa’dyah dan Suratman, Hukum Investasi dan Pasar Modal, (Malang:
Sinar Grafika, 2009), hal. 166.


Universitas Sumatera Utara

4

Dalam melakukan transaksi perdagangan efek di pasar modal, masyarakat
atau investor dapat melakukannya sendiri secara langsung ke bursa atau dengan
bantuan perusahaan efek 9, dalam hal ini perusahaan efek sebagai perantara
pedagang efek 10 atau disebut juga sebagai perusahaan pialang. Dalam melakukan
transaksi saham di pasar modal, dibutuhkan pengetahuan dan keahlian khusus di
bidang pasar modal. Investor pada umumnya tidak memiliki pengetahuan dan
keahlian tersebut, sehingga para investor dalam melakukan transaksi saham di
pasar modal melalui perantara perusahaan pialang.Perusahaan pialang tersebut
yang akan membantu investor dalam melakukan transaksi di bursa, baik
pembelian maupun penjualan saham.
Perusahaan pialang atau juga disebut broker anggota bursa (AB) adalah
pihak yang membantu nasabah untuk melakukan pembelian atau penjualan efek di
bursa. 11 Artinya, investor yang berminat membeli efek dapat mengamanatkan
kepada perusahaan pialang atau broker yang dipercaya. Demikian juga halnya
dengan investor yang ingin menjual efek, maka investor cukup memberi amanat
kepada perusahaan pialang atau broker yang dipercaya. Dengan demikian, pihak

yang boleh melakukan transaksi di pasar modal adalah perantara pedagang efek
atau yang dikenal dengan perusahaan pialang atau broker. 12

9

Pasal 1 angka 21 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Perusahaan Efek
adalah pihak yang melakukan kegiatan usaha sebagai penjamin emisi efek, perantara pedagang
efek, dan atau manajer investasi.
10
Pasal 1 angka 18 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Perantara Pedagang
Efek adalah pihak yang melakukan kegiatan usaha jual beli efek untuk kepentingan sendiri atau
pihak lain.
11
Sawidji Widoatmodjo, Cara Cepat Memulai Investasi Saham, (Jakarta: PT. Elex
Media Komputindo, 2004), hal. 6.
12
Abdul R. Saliman, dkk.,Hukum Bisnis untuk Perusahaan: Teori dan Contoh Kasus,
(Jakarta: Prenada Media, 2005), hal. 229.

Universitas Sumatera Utara


5

Selain menerima pesanan dari investor, perusahaan pialang dapat pula
memberi pelayanan lain kepada investor. Pelayanan ini berupa pemberian
informasi yang dibutuhkan investor untuk mengambil keputusan dalam
pengelolaan keuangan. 13 Akan tetapi, pelayanan yang diberikan masing-masing
perusahaan pialang tidak sama, artinya ada perusahaan pialang yang memberikan
pelayanan lengkap da nada yang tidak lengkap. Perusahaan pialang yang memiliki
pelayanan

yang lengkap, selain menjalankan fungsi utamanya sebagai

penghubung investor dengan bursa efek, juga memiliki sejumlah fasilitas terkait
perdagangan saham, misalnya memiliki bagian riset yang memantau dan
menganalisis pergerakan harga saham di bursa efek, kinerja emiten hingga
aktivitas pasar pada umumnya bahkan ada perusahaan pialang yang memberikan
fasilitas online trading melalui internet. 14
Sama halnya dengan perusahaan-perusahaan lain, perusahaan efek, dalam
hal ini sebagai perantara pedagang efek atau disebut juga perusahaan pialang atau

broker dalam menjalankan fungsinya dimungkinkan perusahaan pialang tidak
memenuhi

kewajibannya

kepada investor,

sehingga perusahaan

pialang

dimungkinkan pula untuk digugat secara perdata di pengadilan negeri bahkan
perusahaan pialang dapat dimohonkan pailit kepada pengadilan niaga yang
berwenang.Seperti halnya dengan perusahaan-perusahaan lain, perusahaan pialang
juga dapat dipailitkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004
tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, selanjutnya
disebut UUK dan PKPU.
13

Ibid., hal. 229.

Billy Budiman, Ijin-Ijin Berinvestasi Saham untuk Pemula, (Jakarta: Trans Media,

14

2010), hal. 8.

Universitas Sumatera Utara

6

Kepailitan bukan hal yang baru dalam suatu kegiatan ekonomi khususnya
dalam bidang usaha. Dalam mengadakan suatu transaksi bisnis antara kreditor dan
debitor, kedua belah pihak diikat oleh suatu perjanjian yang telah disepakati, baik
perjanjian pinjam meminjam maupun utang piutang. Salah satu kewajiban dari
debitor adalah mengembalikan atau melunasi utangnya sebagai suatu prestasi
yang harus dilakukan. Permasalahan akan timbul apabila debitor mengalami
kesulitan untuk mengembalikan utangnya tersebut. Dengan kata lain, debitor
berhenti membayar utangnya. 15
Pasal 1 angka 1 UUK dan PKPU menyatakan bahwa:
“Kepailitan adalahsita umum atas semua kekayaan debitor pailit yang
pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh kurator di bawah
pengawasan hakim pengawas sebagaimana diatur dalam undang-undang
ini”.
Dari sudut pandang bisnis, kepailitan atau kebangkrutan adalah suatu
keadaan keuangan yang memburuk untuk suatu perusahaan yang dapat membawa
akibat pada rendahnya kinerja untuk jangka waktu tertentu yang berkelanjutan,
yang pada akhirnya menjadikan perusahaan tersebut kehilangan sumber daya dan
dana yang dimiliki. 16 Dalam teori keuangan, kesulitan keuangan (financial
distress) ini dibedakan dalam beberapa kategori: 17

15

Abdul Reza Prima Tarihoran, Perlindungan Hukum bagi Kurator terhadap Tuntutan
Hukum Kreditor dalam Pengurusan dan Pemberesan Harta Pailit, (Medan: Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara, 2015), hal. 1.
16
Andriani Nurdin, Kepailitan BUMN Persero Berdasarkan Asas Kepastian Hukum,
Cetakan Kesatu, (Bandung: PT. Alumni, 2012), hal. 127.
17
Ibid., hal. 127-128.

Universitas Sumatera Utara

7

a.

Kegagalan ekonomi atau economic failure, pendanaan perusahaan tidak dapat
menutupi biaya, termasuk biaya modal. Badan usaha yang mengalami
kegagalan ekonomi hanya dapat meneruskan kegiatannya sepanjang kreditor
berkeinginan untuk menyediakan tambahan modal dan pemilik dapat
menerima tingkat pengembalian di bawah tingkat bunga pasar.

b.

Kegagalan

bisnis

atau

business

failure,

perusahaan

menghentikan

kegiatannya dengan akibat kerugian bagi kreditor. Suatu usaha dapat
diklasifikasikan gagal, meskipun tidak melalui kepailitan secara normal dan
formal, juga suatu usaha dapat dihentikan atau ditutup tetapi tidak dianggap
gagal.
c.

Technical Insolvency atau secara teknis sudah tidak solven, perusahaan
dinyatakan pailit apabila tidak dapat memenuhi kewajibannya membayar
utang yang jatuh waktu. Technical Insolvency dapat merupakan kekurangan
likuiditas yang sifatnya sementara, yang pada suatu waktu perusahaan dapat
mengumpulkan uang untuk memenuhi kewajibannya dan tetap hidup. Dilain
pihak, apabila technical insolvency ini merupakan gejala awal dari kegagalan
ekonomi, bararti hal ini merupakan tanda kearah bencana keuangan.

d.

Insolvency in Bankruptcy, nilai buku dari total kewajiban melebihi nilai aset
perusahaan dan keadaan ini lebih parah dibandingkan dengan technical
insolvency, yang dapat mengarah ke likuidasi.

e.

Kepailitan menurut hukum atau legal bankruptcy, yakni kepailitan yang
dijatuhkan oleh pengadilan sesuai dengan undang-undang.

Universitas Sumatera Utara

8

Menurut Mark Ingebretsen, terdapat sepuluh alasan besar yang mendorong
bangkrutnya suatu perusahaan. Alasan-alasan ini adalah membiarkan harga saham
menentukan strategi, pertumbuhan yang terlalu cepat, mengabaikan konsumen,
mengabaikan pergeseran paradigm, melibatkan diri dalam perang harga yang
berkepanjangan,

mengabaikan

kewajiban-ancaman-krisis,

terlalu

sering

berinovasi, buruknya perencanaan, sinergi yang gagal, dan sikap arogan. Sebabsebab kebangkrutan dapat berasal dari internal perusahaan, antara lain salah urus,
dan sebab eksternal berkaitan dengan berubahnya lingkungan bisnis. Perusahaan
yang mengalami kebangkrutan ini hanya punya dua opsi, yakni menyatakan pailit
menurut hukum atau melakukan upaya-upaya pemulihan dengan berupaya
meningkatkan efisiensi dan produktivitas. 18
Dalam hal kepailitan, perusahaan pialang berbeda dengan perusahaanperusahaan lain. Kepailitan terhadap perusahaan pialang hanya dapat dimohonkan
oleh lembaga yang mengawasi perusahaan pialang yakni Badan Pengawas Pasar
Modal (Bapepam). Hal ini sebagaimana yang telah diatur dalam Pasal 2 ayat (4)
UUK dan PKPU yang menyatakan bahwa:
“Dalam hal debitor adalah perusahaan efek, bursa efek, lembaga kliring
dan penjaminan, lembaga penyimpanan dan penyelesaian, permohonan
pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh Badan Pengawas Pasar
Modal”.
Penjelasan ketentuan Pasal 2 ayat (4) UUK dan PKPU menyatakan bahwa:
“Permohonan pailit sebagaimana dimaksud dalam ayat ini hanya dapat
diajukan oleh Badan Pengawas Pasar Modal, karena lembaga tersebut
18

Ibid., hal. 128-129.

Universitas Sumatera Utara

9

melakukan kegiatan yang berhubungan dengan dana masyarakat yang
diinvestasikan dalam efek di bawah pengawasan Badan Pengawas Pasar
Modal. Badan Pengawas Pasar Modal juga mempunyai kewenangan penuh
dalam hal pengajuan permohonan pernyataan pailit untuk instansi-instansi
yang berada di bawah pengawasannya, seperti halnya kewenangan BI
terhadap bank”.
Berdasarkan ketentuan tersebut, maka UUK dan PKPU telah membatasi
bahwa dalam hal debitor yang memiliki kegiatan usaha di bidang pasar modal,
permohonan pernyataan pailit terhadapnya semata-mata hanya dapat dilakukan
oleh BAPEPAM. Hal tersebut dikarenakan hanya BAPEPAM yang memiliki
kewenangan untuk mengawasi seluruh kegiatan yang bergerak dalam kegiatan
pengumpulan dana masyarakat yang diinvestasikan dalam efek.
Berdasarkan ketentuan Pasal 3 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1995 tentang Pasar Modal, BAPEPAM merupakan lembaga yang
berwenang melakukan pembinaan, pengaturan, dan pengawasan sehari-hari
kegiatan pasar modal serta berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Menteri Keuangan.
Setelah dibentuknya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berdasarkan UndangUndang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, selanjutnya
disebut UUOJK, maka sejak tanggal 31 Desember 2012, fungsi, tugas, dan
wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor pasar
modal, perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan, dan lembaga jasa
keuangan lainnya beralih dari Menteri Keuangan dan Badan Pengawas Pasar
Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK) ke OJK sebagaimana yang telah
diatur dalam Pasal 55 ayat (1) UUOJK. Dengan adanya ketentuan tersebut, maka
secara otomatis BAPEPAM dihapus secara kelembagaan dan digantikan oleh

Universitas Sumatera Utara

10

OJK. Dengan demikian, beralih pula kewenangan yang dimiliki BAPEPAMke
OJKdalam mengajukan permohonan pernyataan pailit sebagaimana yang telah
diatur dalam Pasal 2 ayat (4) UUK dan PKPU.
Berdasarkan pada ketentuan Pasal 2 ayat (4) UUK dan PKPU, maka satusatunya pihak yang berwenang mengajukan permohonan pailit terhadap
perusahaan pialang adalah OJK. Akan tetapi, dalam kasus kepailitan PT. Andalan
Artha Advisindo (PT. AAA Sekuritas), ketentuan Pasal 2 ayat (4) UUK dan
PKPU tersebut tidak diterapkan.Permohonan pernyataan pailit tersebut tidak
dimohonkan oleh pihak yang berwenang yakni OJK, melainkan dimohonkan oleh
dua nasabah PT. AAA Sekuritas yakni Ghozi Muhammad dan Azmi Ghozi
Harharah kepada Pengadilan Niaga Jakarta Pusat.
Kasus kepailitan PT. AAA Sekuritas tersebut berawal ketika PT. AAA
Sekuritas yang merupakan perusahaan sekuritas nasional yang bergerak di bidang
perantara pedagang efek (pialang atau broker) dan penjamin emisi efek
(underwriter) (selaku debitor atau termohon pailit) tidak memenuhi kewajibannya
membayar tagihan kepada dua nasabahnya (selaku kreditor atau pemohon pailit).
Tagihan tersebut berdasarkan perjanjian yang telah disepakati oleh PT. AAA
Sekuritas dan dua nasabahnya untuk melakukan transaksi repo 19(Repurchasment
Agreemen). Dalam transaksi tersebut pemohon pailit berkewajiban memberi dan
atau menyetorkan kepada termohon dana sebesar Rp. 24.000.000.000,00 (dua

19

Transaksi Repo(Repurchasement Agreement) adalah transaksi jual surat berharga
(efek) dengan janji dibeli kembali pada waktu dan harga yang telah ditetapkan atau disepakati para
pihak., dalam http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt55cfe5e1b1d0e/ada-yang-janggal-dalamkasus-pailit-aaa-sekuritas, diakses pada tanggal 09 Oktober 2016.

Universitas Sumatera Utara

11

puluh empat miliar rupiah) untu membeli saham-saham pada BRI INDO dan FRN
Garuda. Kewajiban tersebut telah dipenuhi oleh pemohon. Kemudian, hingga
tanggal jatuh tempo pengembalian atau pembelian kembali, termohon tidak
melaksanakan kewajibannya untuk menyelesaikan dan atau mengembalikan dana
pemohon untuk membeli kembali saham-saham tersebut. Atas dasar hal tersebut,
pemohon mengajukan permohonan pernyataan pailit terhadap PT. AAA Sekuritas
kepada Pengadilan Niaga Jakarta Pusat. Sebelum mengajukan permohonan pailit
tersebut,

pemohon

telah

menyampaikan

teguran

atau

peringatan

serta

memberitahukan baik melalui pesan media elektronik (email) maupun surat
somasi kepada termohon. Akan tetapi, termohon tidak mempunyai itikad baik
untuk mengembalikan dana tersebut kepada pemohon. 20
Majelis Hakim dalam putusan pailit tersebut memutuskan menerima
permohonan pernyataan pailit pemohon (dua nasabah) terhadap termohon (PT.
AAA Sekuritas) karena dalam pertimbangannya menilai permohonan pernyataan
pailit tersebut telah memenuhi syarat permohonan pailit sebagaimana yang diatur
dalam Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 8 ayat (4) UUK dan PKPU. 21
Dalam kasus kepailitan tersebut terlihat suatu kesalahan, baik yang
dilakukan oleh pemohon pailit maupun Majelis Hakim. Pemohon pailit
mengajukan permohonan pernyataan pailit terhadap PT. AAA Sekuritas kepada
Pengadilan Niaga Jakarta Pusat tanpa melalui Otoritas Jasa Keuangan sebagai
pihak yang berwenang. Dan Majelis Hakim tidak mempertimbangkan ketentuan
Pasal 2 ayat (4) UUK dan PKPU. Berdasarkan ketentuan tersebut, seharusnya
20

Putusan Pailit Tanggal 29 Juni 2015 No. 08/Pdt.Sus.PAILIT/2015/PN.Niaga.Jkt.Pst.
Ibid.

21

Universitas Sumatera Utara

12

pemohon pailit tidak berwenang mengajukan permohonan pernyataan pailit
terhadap termohon pailit, melainkan pihak yang berwenang untuk mengajukan
permohonan pernyataan pailit terhadap termohon pailit hanya Otoritas Jasa
Keuangan.
Menurut Nurahman, selaku Deputi Eksekutif Pasar Modal II OJK, bahwa
gugatan pailit yang diajukan dua nasabah PT. AAA Sekuritas tidak sesuai
peraturan perundang-undangan yakni ketentuan Pasal 2 ayat (4) UUK dan PKPU.
Atas dasar ketentuan tersebut, OJK telah mengirimkan surat yang ditujukan
kepada Ketua Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat terkait
dengan permohonan gugatan pailit tersebut. Dalam suratnya, OJK menjelaskan
mengenai siapa yang berhak mengajukan permohonan pernyataan pailit terhadap
perusahaan di sektor pasar modal. Akan tetapi surattersebut tidak direspon. 22
Menurut Ketua Asosiasi Kurator dan Pengurus Indonesia (AKPI) James
Purba, putusan Majelis Hakim Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat yang mengabulkan permohonan pailit terhadap PT. AAA Sekuritas, selain
dinilai melanggar ketentuan UUK dan PKPU, juga dari awal proses persidangan
permohonan pailit tersebut sudah menjadi permasalahan. Hal itu terlihat dari tidak
adanya jawaban yang diajukan oleh advokat debitor dalam persidangan. 23
Apabila ketentuan Pasal 2 ayat (4) UUK dan PKPU tidak diterapkan dan
dipatuhi, dengan kata lain permohonan pernyataan pailit dilakukan secara
langsung

oleh

nasabah

tanpa

melalui

atau

melibatkan

Otoritas

Jasa

22

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt55fc0566266a1/ojk--putusan-pailit-aaasekuritas-tak-sesuai-uu, diakses pada tanggal 09 Oktober 2016.
23
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

13

Keuangan,maka hal ini akan sangat merugikan tidak hanya perusahaan efek
melainkan juga nasabah perusahaan efek lainnya.
Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka judul skripsi yang akan
diteliti adalah “Perlindungan Hukum terhadap Perusahaan Pialang dalam
Kepailitan

(Studi

Putusan

Pengadilan

Niaga

Jakarta

Pusat

Nomor

08/Pdt.Sus.Pailit/2015/PN.Niaga.Jkt.Pst)”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada hal-hal yang telah diuraikan di atas, maka dalam
penulisan skripsi ini yang berjudul “Perlindungan Hukum terhadap Perusahaan
Pialang dalam Kepailitan (Studi Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat Nomor
08/Pdt.Sus.Pailit/2015/PN.Niaga.Jkt.Pst)”

akan

memfokuskan

pada

permasalahan-permasalahan sebagai berikut:
1.

Bagaimanakah pengaturan tentang pihak-pihak yang dapat mengajukan
permohonan pailit dalam undang-undang kepailitan?

2.

Bagaimanakah akibat hukum terhadap kepailitan perusahaan pialang?

3.

Bagaimanakah

pertimbangan

hakim

dalam

putusan

pailit

nomor

08/Pdt.Sus.Pailit/2015/PN.Niaga.Jkt.Pst.?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
1.

Tujuan Penulisan
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan skripsi ini

adalah:
a.

Untuk mengetahui pengaturan tentang pihak-pihak yang dapat mengajukan
permohonan pailit dalam undang-undang kepailitan.

Universitas Sumatera Utara

14

b.

Untuk mengetahui akibat hukum terhadap kepailitan perusahaan pialang.

c.

Untuk mengetahui pertimbangan hakim dalam putusan pailit nomor
08/Pdt.Sus.Pailit/2015/PN.Niaga.Jkt.Pst.

2.

Manfaat Penulisan
Selain tujuan penulisan skripsi di atas, terdapat pula manfaat dari

penulisan skripsi ini, diantaranya yaitu:
a.

Secara Teoritis
Secara teoritis, penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan dan

menambah pemahaman penulis mengenai perlindungan hukum terhadap
perusahaan pialang dalam kepailitan yang secara tegas diatur dalam peraturan
perundang-undangan khususnya UUK dan PKPU, serta implementasi terhadap
UUK dan PKPU dalam hal mempailitkan perusahaan pialang.
b.

Secara Praktis
Secara praktis, penulisan skripsi ini diharapkan dapat menambah

pengetahuan serta pemahaman bagi pembaca khususnya bagi para akademisi,
praktisi, dan mahasiswa fakultas hukum tentang kepailitan perusahaan pialang
dalam hal bentuk perlindungan hukum terhadap perusahaan pialang dalam
kepailitan. Dalam UUK dan PKPU, secara tegas perusahaan pialang diberikan
perlindungan hukum yakni perusahaan pialang hanya dapat dimohonkan pailit
oleh Otoritas Jasa Keuangan. Oleh karena itu, diharapkan kepada para praktisi
untuk berperan aktif dalam penerapan dan penegakan ketentuan undang-undang
tersebut, sehingga para pelaku usaha di bidang pasar modal, baik perusahaan

Universitas Sumatera Utara

15

pialang maupun nasabah atau investor tidak dirugikan akibat kepailitan
perusahaan pialang.
D. Keaslian Penulisan
Penulisan skripsi ini berjudul “Perlindungan Hukum terhadap Perusahaan
Pialang dalam Kepailitan (Studi Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat Nomor
08/Pdt.Sus.Pailit/2015/PN.Niaga.Jkt.Pst). Berdasarkan penelusuran yang telah
dilakukan di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, tidak
ditemukan penulisan skripsi yang membahas tentang “Perlindungan Hukum
terhadap Perusahaan Pialang dalam Kepailitan”, kalaupun ada pembahasan skripsi
tentang kepailitan perusahaan pialang, substansi pembahasannya berbeda dengan
pembahasan yang dipaparkan dalam skripsi ini. Dengan demikian, keaslian
penulisan skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Skripsi ini
disusun berdasarkan referensi peraturan perundang-undangan, yakni undangundang kepailitan dan pasar modal, putusan pengadilan, buku-buku, artikelartikel, informasi dari media cetak maupun elektronik, serta melalui bantuan dari
berbagai pihak.
E. Tinjauan Kepustakaan
1.

Pengertian Perlindungan Hukum
Perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan kepada

subyek hukum ke dalam bentuk perangkat, baik yang bersifat preventif maupun
yang bersifat represif, baik yang lisan maupun tertulis. Dengan kata lain, dapat
dikatakan bahwa perlindungan hukum sebagai suatu gambaran tersendiri dari

Universitas Sumatera Utara

16

fungsi hukum itu sendiri, yang memiliki konsep bahwa hukum memberikan suatu
keadilan, ketertiban, kepastian, kemanfaatan, dan kedamaian. 24
Pengertian di atas mengundang beberapa ahli untuk mengungkapkan
pendapatnya mengenai pengertian dari perlindungan hukum diantaranya: 25
a.

Menurut Satjipto Raharjo, perlindungan hukum adalah memberikan
pengayoman kepada hak asasi manusia yang dirugikan orang lain dan
perlindungan tersebut diberikan kepada masyarakat agar mereka dapat
menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum.

b.

Menurut Philipus M. Hadjon, perlindungan hukum adalah perlindungan akan
harkat dan martabat, serta pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia yang
dimiliki

oleh

subyek

hukum

berdasarkan

ketentuan

hukum

dari

kesewenangan.
c.

Menurut CST. Kansil, perlindungan hukum adalah berbagai upaya hukum
yang harus diberikan oleh aparat penegak hukum untuk memberikan rasa
aman, baik secara pikiran maupun fisik dari gangguan dan berbagai ancama
dari pihak manapun.

d.

Menurut Muktie A. Fadjar, perlindungan hukum adalah penyempitan arti dari
perlindungan, dalam hal ini hanya perlindungan oleh hukum saja.
Perlindungan yang diberikan oleh hukum, terkait pula dengan adanya hak dan
kewajiban, dalam hal ini yang dimiliki oleh manusia sebagai subyek hukum
dalam interaksinya dengan sesama manusia serta lingkungannya. Sebagai

24

http://tesishukum.com/pengertian-perlindungan-hukum-menurut-para-ahli/, diakses
pada tanggal 10 Oktober 2016.
25
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

17

subyek hukum manusia memiliki hak dan kewajiban untuk melakukan suatu
tindakan hukum.
Perlindungan hukum yang dimaksud dalam penulisan skripsi ini adalah
perlindungan hukum terhadap badan hukum dalam hal ini perusahaan pialang
sebagaimana yang telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004
tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayara Utang.
2.

Pengertian Perusahaan Pialang
Perusahaan pialang atau juga disebut broker anggota bursa (AB) adalah

pihak yang membantu nasabah untuk melakukan pembelian atau penjualan efek di
bursa. 26 Artinya, perusahaan pialang adalah pihak yang berperan sebagai
perantara pedagang efek di pasar modal.
Pasal 1 angka 18 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal menyatakan bahwa:
“Perantara pedagang efek adalah pihak yang melakukan kegiatan usaha
jual beli efek untuk kepentingan sendiri atau pihak lain”.
Pihak yang dimaksud dalam ketentuan tersebutsebagaimana yang diatur
dalam Pasal 1 angka 23 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal adalah orang perseorangan, perusahaan, usaha bersama, asosiasi, atau
kelompok yang terorganisasi.
Perusahaan pialang atau perantara pedagang efek merupakan perusahaan
efek sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 1 angka 21 Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal yang menyatakan bahwa:

26

Sawidji widoatmodjo.,Op.Cit., hal 6.

Universitas Sumatera Utara

18

“Perusahaan efek adalah pihak yang melakukan kegiatan usaha sebagai
penjamin emisi efek, perantara pedagang efek, dan atau manajer
investasi”.
3.

PengertianKepailitan
Secara etimologi, kepailitan berasal dari kata “pailit”, yang diambil dari

bahasa Belanda “faillet”. Istilah “faillet” sendiri berasal dari bahasa Prancis
“faillite” yang berarti pemogokan atau kemacetan pembayaran. Dalam bahasa
Inggris istilah yang digunakan adalah bankrupt (pailit) dan bankruptcy
(kepailitan). Kata “bankruptcy” ini dibentuk dari kata Latin “bancus” yang berarti
meja dari pedagang dan “ruptus” yang berarti rusak (broken), yang menunjukkan
tempat melakukan bisnis rusak atau hilang. 27
Kepailitan adalah suatu sitaan dan eksekusi atas seluruh kekayaan debitor
(orang yang berutang) untuk kepentingan semua kreditornya (orang yang
berpiutang) bersama-sama, yang pada waktu debitor dinyatakan pailit mempunyai
piutang dan untuk jumlah piutang yang masing-masing kreditor miliki pada saat
itu. Maksudnya adalah untuk mencegah sitaan dan eksekusi oleh seorang kreditor
atau lebih secara perseorangan, atau untuk menghentikan sitaan atau eksekusi
termaksud. Tujuannya ialah supaya dengan jalan demikian, yaitu dengan sitaan
atau eksekusi bersama-sama, hasil penjualan semua kekayaan tersebut yang lazim
disebut boedel, dapat dibagi-bagikan secara adil antara semua kreditor dengan
mengingat akan hak-hak para pemegang hak istimewa, gadai dan hipotik. 28

27

Andriani Nurdin., Op.Cit., hal. 127.
Kartono, Kepailitan dan Pengunduran Pembayaran (Failissement en surseance van
betaling), (Jakarta: Pradnya Paramita, 1974), hal. 5.
28

Universitas Sumatera Utara

19

Dari sudut pandang bisnis, kepailitan atau kebangkrutan adalah suatu
keadaan keuangan yang memburuk untuk suatu perusahaan yang dapat membawa
akibat pada rendahnya kinerja untuk jangka waktu tertentu yang berkelanjutan,
yang pada akhirnya menjadikan perusahaan tersebut kehilangan sumber daya dan
dana yang dimiliki. 29
Berbagai definisi tentang kepailitan menurut hukum telah diberikan oleh
beberapa pakar, yang melihatnya dari berbagai sudut pandang. Diantaranya,
Purwosutjipto menyatakan bahwa pailit adalah keadaan berhenti membayar
(utang-utangnya), sedangkan menurut Subekti kepailitan adalah suatu usaha
bersama untuk mendapatkan pembayaran bagi semua orang yang berpiutang
secara adil. Retnowulan menyebutkan kepailitan adalah eksekusi masal yang
ditetapkan dengan keputusan hakim, yang berlaku serta merta, dengan melakukan
penyitaan umum atas semua harta orang yang dinyatakan pailit, baik yang ada
pada waktu pernyataan pailit, maupun yang diperoleh selama kepailitan
berlangsung, untuk kepentingan semua kreditor, yang dilakukan dengan
pengawasan pihak berwajib. Sementara itu, Munir Fuady menyatakan bahwa yang
dimaksud dengan pailit atau bangkrut adalah suatu sitaan umum atas seluruh harta
debitor agar dicapainya perdamaian antara debitor dan para kreditor atau agar
harta tersebut dapat dibagi-bagi secara adil di antara para kreditor. 30
Dalam Black’s Law Dictionary, pailit atau bankrupt adalah:
“The state or condition of a person (individual, partnership, corporation,
municipality) who is unable to pay its debt as they are, or become due”.
29
30

Ibid., hal. 127.
Ibid., hal. 129.

Universitas Sumatera Utara

20

The term includes a person againt whom an involuntary petition has been
filed, or who has filed a voluntary petition, or who has been adjudged a
bankrupt. 31
Dari pengertian yang diberikan dalam Black’s Law Dictionary, maka
pengertian pailit dihubungkan dengan ketidakmampuan untuk membayar dari
seorang debitor atas utang-utangnya yang telah jatuh tempo. Ketidakmampuan
tersebut harus disertai suatu tindakan nyata untuk mengajukan, baik yang
dilakukan secara sukarela oleh debitor sendiri, maupun atas permintaan pihak
ketiga, suatu permohonan pernyataan pailit ke pengadilan. Maksud dari pengajuan
permohonan tersebut sebagai bentuk pemenuhan asas publisitas dari keadaan tidak
mampu membayar dari seorang debitor. Tanpa adanya permohonan tersebut ke
pengadilan, maka pihak ketiga yang berkepentingan tidak akan pernah tahu
keadaan tidak mampu membayar dari debitor. Keadaan ini kemudian akan
diperkuat dengan suatu putusan pernyataan pailit oleh hakim pengadilan, baik itu
yang merupakan putusan yang mengabulkan ataupun menolak permohonan
kepailitan yang diajukan 32
Pasal 1 angka 1 UUK dan PKPU menyatakan bahwa:
“Kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan debitor pailit yang
pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh kurator di bawah
pengawasan hakim pengawas sebagaimana diatur dalam undang-undang
ini”.

31

Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Kepailitan, Cetakan Pertama, (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 1999), hal. 11.
32
Ibid., hal 11-12.

Universitas Sumatera Utara

21

Berdasarkan pengertian kepailitan sebagaimana yang telah dikemukakan
di atas, maka secara sederhana dapat disimpulkan bahwa kepailitan merupakan
suatu penyitaan umum semua asset debitor yang dimasukkan ke dalam
permohonan pailit. Debitor pailit tidak serta-merta kehilangan kemampuannya
untuk melakukan tindakan hukum, akan tetapi kehilangan hak untuk menguasai
dan mengurus kekayaannya yang dimasukkan kedalam kepailitan, terhitung sejak
pernyataan kepailitan itu diucapkan. 33
Dengan demikian, ada dua catatan penting yang harus ditekankan dalam
definisi kepailitan tersebut, yaitu: 34
a.

Kepailitan dimaksudkan untuk mencegah penyitaan dan eksekusi yang
dituntut oleh kreditor secara perorangan.

b.

Kepailitan hanya mengenai harta benda debitor, bukan pribadinya.

F. Metode Penulisan
Metode penelitian merupakan suatu system atau proses yang mutlak harus
dilakukan dalam suatu kegiatan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada
metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari
satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisanya. Kecuali
itu, maka diadakan juga pemeriksaan mendalam terhadap suatu pemecahan atas

33

Aco Nur, Hukum Kepailitan: Perbuatan Melawan Hukum oleh Debitor, (Jakarta:
PT. Pilar Yuris Ultima, 2015), hal. 68.
34
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

22

segala

permasalahan-permasalahan

yang

timbul

di

dalam

gejala

yang

bersangkutan. 35
1.

Tipe Penelitian
Tipe penelitian hukum yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah

metode penelitian hukum normatif. Dalam penelitian hukum normatif ini, penulis
melakukan penelitian terhadap peraturan perundang-undangan khususnya UUK
dan PKPU dan putusan pengadilan yakni Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat
Nomor

08/Pdt.Sus.Pailit/2015/PN.Niaga.Jkt.Pst.

Metode

penelitian

hukum

normatif ini dipilih untuk mengetahui bagaimana penerapan peraturan perundangundangan terkait dengan kepailitan perusahaan pialang yang dilaksanakan di
Indonesia.
2.

Pendekatan Masalah
Penelitian yang dilakukan menggunakan metode pendekatan hukum

normatif, yaitu penelitian dilakukan dengan cara terlebih dahulu meneliti bahanbahan kepustakaan hukum yang berhubungan dengan permasalahan dan
selanjutnya melihat kenyataan melalui Putusan Majelis Hakim Pengadilan Niaga.
3.

Bahan Hukum
Data pokok dalam penelitian ini adalah data sekunder yang meliputi:

a.

Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang terdiri dari aturanaturan hukum mulai dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, UndangUndang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Undang-Undang Nomor
21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, Undang-Undang Nomor 40
35

Eva Krisnawati, Skripsi: Tanggung Jawab dan Wewenang Penjamin dalam
Kepailitan Perseroan Terbatas (PT), (Medan: Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2010),
hal. 15.

Universitas Sumatera Utara

23

Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Undang-Undang Nomor 37 Tahun
2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang,
Peraturan Nomor VI.A.3 Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal
Nomor KEP-48/PM/1997 tentang Rekening Efek pada Kustodian, Peraturan
Nomor V.E.1 Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor KEP29/PM/1996 tentang Perilaku Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan
sebagai Perantara Pedagang Efek, Peraturan Nomor V.D.3 Keputusan Ketua
Badan

Pengawas

Pasar

Modal

Nomor

KEP-28/PM/1996

tentang

Pengendalian Intern dan Penyelenggaraan Pembukuan Perusahaan Efek,
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 28/POJK.05/2015 tentang
Pembubaran, Likuidasi, dan Kepailitan Perusahaan Asuransi, Perusahaan
Asuransi Syariah, Perusahaan Reasuransi, dan Perusahaan Reasuransi
Syariah, serta Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 20/POJK.04/2016
tentang Perizinan Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai
Penjamin Emisi Efek dan Perantara Pedagang Efek.
b.

Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan
mengenai bahan hukum primer seperti buku-buku, pendapat para sarjana, dan
kasus hukum yang terkait dengan pembahasan tentang kepailitan perusahaan
pialang.

c.

Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti kamus bahasa
dan kamus hukum.

Universitas Sumatera Utara

24

4.

Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah

melalui penelitian kepustakaan untuk mendapatkan konsepsi teori dan doktrin,
pendapat atau pemikiran konseptual dan penelitian pendahulu yang berhubungan
dengan objek telaahan penelitian ini yang dapat berupa peraturan perundangundangan dan karya ilmiah lainnya.
5.

Analisis Data
Setelah pengumpulan data dilakukan dengan data sekunder, selanjutnya

data tersebut dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif, yakni dengan
mengadakan pengamatan terhadap data maupun informasi yang diperoleh. Bahan
hukum yang diperoleh dari penelitian akan dipilah-pilah sehingga diperoleh bahan
hukum yang mempunyai kaidah-kaidah hukum yang mengatur tentang
perlindungan hukum terhadap perusahaan pialang dalam kepailitan. Kemudian
bahan hukum tersebut disistematisasikan sehingga dapat dihasilkan klasifikasi
yang sejalan dengan permasalahan tentang perlindungan hukum terhadap
perusahaan pialang dalam kepailitan. Selanjutnya data yang diperoleh tersebut
akan dianalisis secara kualitatif dengan menggunakan metode induktif untuk
sampai pada suatu kesimpulan. Penelitian ini diharapkan dapat memperoleh
gambaran yang jelas mengenai bagaimana perlindungan hukum terhadap
perusahaan pialang dalam kepailitan, sehingga pada akhirnya dapat ditarik suatu
kesimpulan tentang kaidah-kaidah hukum guna penyempurnaan ataupun
penyesuaian pengaturan mengenai perlindungan hukum terhadap perusahaan
pialang dalam kepailitan.

Universitas Sumatera Utara

25

G. Sistematika Penulisan
Penulisan

skripsi

yang

berjudul

“Perlindungan

Hukum

terhadap

Perusahaan Pialang dalam Kepailitan (Studi Putusan Pengadilan Niaga Jakarta
Pusat Nomor 08/Pdt.Sus.Pailit/2015/PN.Niaga.Jkt.Pst.) dibuat secara terperinci
dan sistematis agar memberikan kemudahan bagi pembaca dalam memahami
makna dari penulisan skripsi ini. Keseluruhan sistematika itu merupakan satu
kesatuan yang saling berhubungan antara yang satu dengan yang lain yang dapat
dilihat sebagai berikut:
BAB I

: Bab pertama merupakan bab pendahuluan, yang memuat latar
belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan,
keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan,
dan sistematika penulisan.

BAB II

: Bab kedua akan membahas mengenai pengaturan tentang
pihak-pihak yang dapat mengajukan permohonan pernyataan
pailit dalam undang-undang kepailitan. Pembahasan bab kedua
ini akan dimulai dengan pembahasan tentang persyaratan
permohonan pernyataan pailit, kemudian dilanjutkan dengan
pembahasan mengenai pihak-pihak yang dapat mengajukan
permohonan pernyataan pailit, dan pihak-pihak yang dapat
dinyatakan pailit.

BAB III

: Bab ketiga akan membahas mengenai akibat hukum terhadap
kepailitan perusahaan pialang. Pembahasan bab ketiga ini akan

Universitas Sumatera Utara

26

dimulai
kepailitan,

dengan

pembahasan

kemudian

mengenai

dilanjutkan

dengan

akibat-akibat
pembahasan

mengenai akibat hukum terhadap kepailitan perusahaan
pialang, serta mengenai perlindungan hukum terhadap
perusahaan pialang dalam kepailitan.
BAB IV

: Bab keempat akan membahas mengenai pertimbangan hakim
dalam putusan pailit Pengadilan Niaga Jakarta Pusat Nomor
08/Pdt.Sus.Pailit/2015/PN.Niaga.Jkt.Pst.

Pembahasan

bab

keempat ini terdiri dari pembahasan mengenai duduk perkara,
pertimbangan hakim, dan analisis putusan.
BAB V

: Bab kelima atau bab terakhir dalam skripsi ini merupakan bab
penutup yang terdiri dari kesimpulan penulisan skripsi dan
saran penulis yang berfungsi untuk memberikan masukan bagi
perkembangan hukum kepailitan di masa yang akan datang.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Yuridis Kompetensi Pengadilan Niaga Dalam Perkara Kepailitan (Studi Kasus Terhadap Putusan Nomor 65/PAILIT/2010/PN.NIAGA.JKT.PST)

1 81 151

Perlindungan Hukum terhadap Perusahaan Pialang dalam Kepailitan (Studi Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat Nomor 08/Pdt.Sus.Pailit/2015/PN.Niaga.Jkt.Pst.)

2 15 138

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KREDITUR MELALUI ACTIO PAULIANA (CLAW BACK PROVISION) DI DALAM KEPAILITAN (STUDI PADA PENGADILAN NIAGA JAKARTA).

0 0 10

STUDI KASUS PUTUSAN PENGADILAN NIAGA PADA PENGADILAN NEGERI JAKARTA PUSAT NO. 08/Pdt.Sus.PAILIT/2015/Pn.Niaga.Jkt.Pst. MENGENAI DITERIMANYA PERMOHONAN PAILIT OLEH NASABAH PT ANDALAN ARTHA ADVISINDO SE.

0 1 1

ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NIAGA JAKARTA PUSAT NO. 70/PAILIT/2010/PN.NIAGA.JKT.PST DALAM PERKARA KEPAILITAN PT. DEWATA ROYAL INTERNATIONAL.

6 15 2

PERMOHONAN PAILIT PERUSAHAAN EFEK YANG DIAJUKAN OLEH KREDITOR (Komparasi Hukum Putusan Pengadilan Niaga No.03/Pailit/2010/PN.NIAGA.JKT.PST dan Putusan Pengadilan Niaga No.08/Pdt.Sus.PAILIT/2016/PN.Niaga.Jkt.Pst).

0 4 18

Perlindungan Hukum terhadap Perusahaan Pialang dalam Kepailitan (Studi Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat Nomor 08 Pdt.Sus.Pailit 2015 PN.Niaga.Jkt.Pst.)

0 0 7

Perlindungan Hukum terhadap Perusahaan Pialang dalam Kepailitan (Studi Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat Nomor 08 Pdt.Sus.Pailit 2015 PN.Niaga.Jkt.Pst.)

0 0 1

Perlindungan Hukum terhadap Perusahaan Pialang dalam Kepailitan (Studi Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat Nomor 08 Pdt.Sus.Pailit 2015 PN.Niaga.Jkt.Pst.)

0 1 40

Perlindungan Hukum terhadap Perusahaan Pialang dalam Kepailitan (Studi Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat Nomor 08 Pdt.Sus.Pailit 2015 PN.Niaga.Jkt.Pst.)

0 0 4