Bab VI - DOCRPIJM 15084331846 BAB 6 ASPEK TEKNIS PER SEKTOR

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019

BAB VI
ASPEK TEKNIS PER SEKTOR
Pada bab ini berisikan penjelasan mengenai rencana
program investasi infrastruktur Bidang Cipta Karya seperti
rencana pengembangan permukiman, rencana penataan
bangunan dan lingkungan (PBL), rencana pengembangan
sistem penyediaan air minum, dan rencana penyehatan
lingkungan permukiman (PLP). Pada setiap sektor dijelaskan
isu strategis, kondisi eksisting, permasalahan, dan tantangan
daerah, analisis kebutuhan, serta usulan program dan pembiayaan masing-masing sektor.
6.1.

Pengembangan Permukiman
Bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan

lingkungan hidup yang baik dan sehat, yang merupakan kebutuhan dasar manusia, dan yang mempunyai
peran yang sangat strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa sebagai salah satu
upaya membangun manusia Indonesia seutuhnya, berjati diri, mandiri, dan produktif. Perumahan dan

permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, mempunyai fungsi yang sangat strategis
dalam perannya sebagai pusat pendidikan keluarga, budaya dan peningkatan kualitas generasi yang akan
datang. Terwujudnya kesejahteraan rakyat dapat ditandai dengan meningkatnya kualitas kehidupan yang
layak dan bermartabat, antara lain pemenuhan kebutuhan papannya. Sebagai dampak urbanisasi, saat ini
kota-kota di dunia termasuk di Indonesia menghadapi berbagai tantangan pembangunan yang kompleks.
Kota-kota menanggung beban dengan tumbuhnya permukiman kumuh, meningkatnya kemiskinan dan
pengangguran, serta semakin lebarnya kesenjangan sosial, karena lebih kurang 50% penduduk dunia
saat ini tinggal di perkotaan.
Berdasarkan UU Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman,
permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan
perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan
fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan. Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari
pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman
kawasan perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas
permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan.
Pengembangan permukiman baik di perkotaan maupun di pedesaan pada hakekatnya adalah
untuk mewujudkan kondisi perkotaan dan pedesaan yang layak huni (livable), aman, nyaman, damai dan
sejahtera serta berkelanjutan. Permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia.
Pengembangan permukiman ini meliputi pengembangan prasarana dan sarana dasar perkotaan,
pengembangan permukiman yang terjangkau, khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah,


Bab VI

Page 140

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019

proses penyelenggaraan lahan, pengembangan ekonomi kota, serta penciptaan sosial budaya di
perkotaan. Perkembangan permukiman hendaknya juga mempertimbangkan aspek-aspek sosial budaya
masyarakat setempat, agar pengembangannya dapat sesuai dengan kondisi masyarakat dan alam
lingkungannya. Aspek sosial budaya ini dapat meliputi desain, pola,dan struktur, serta bahan material
yang digunakan.
Pertumbuhan penduduk dan kegiatan usahanya yang berdampak pada bertambahnya kebutuhan
perumahan belum seluruhnya mampu diakomodir oleh Pemerintah Kabupaten Samosir, bahkan dalam
penyediaan prasarana dan sarana sehingga sering kali dijumpai kawasan perkotaan menjadi kumuh dan
tidak layak huni. Pada kawasan permukiman di perdesaan permasalahan yang sering dijumpai yaitu
belum tersedianya atau masih terbatasnya prasarana dan sarana dasar jalan poros desa (jalan usaha
tani), pelayanan air minum, sanitasi dan lain-lain.
Kawasan Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa

kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau
lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
Penyelenggaraan kawasan permukiman dilakukan untuk mewujudkan wilayah yang berfungsi sebagai
lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan yang
terencana, menyeluruh, terpadu, dan berkelanjutan sesuai dengan rencana tata ruang. Penyelenggaraan
Kawasan Permukiman dilaksanakan melalui:
 Pengembangan pada permukiman yang telah ada;
 Pembangunan permukiman baru;
 Pembangunan kembali pada permukiman yang telah menurun kualitasnya.
6.1.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan
Kegiatan pengembangan permukiman ditujukan untuk memenuhi standar pelayanan minimal
infrastruktur permukiman dan mendukung pengembangan wilayah. Keterpaduan pengembangan
permukiman dengan sektor lain untuk lebih mendorong terwujudnya permukiman layak huni dan
berkelanjutan. Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan
perundangan, antara lain:
1.

Millenium Development Goals (MDGs) Target 7D.
Permukiman kumuh telah menjadi agenda global. Adapun target MDGs yaitu mencapai peningkatan
yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh (minimal 100 juta) pada

tahun 2020.

2.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional (RPJPN) 2015-2019.
Ketersediaan infrastruktur sesuai tata ruang terpenuhinya penyediaan air minum untuk kebutuhan
dasar pengembangan infrastruktur pedesaan mendukung pertanian, pemenuhan kebutuhan hunian
didukung sistem pembiayaan jangka panjang; terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh.

Bab VI

Page 141

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019

3.

RPJMN 3 2015-2019.

Tema besar RPJMN 3 (tiga) tahun 2015-2019 adalah daya saing (competitiveness) dengan demikain
selayaknya ketersediaan layanan infrastruktur, khususnya infrastruktur dasar (jalan, air dan listrik)
sudah terpenuhi terlebih dahulu. Beberapa arahan dalam bidang Permukiman adalah:


Terpenuhinya penyediaan air minum dan sanitasi untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat
menjadi 100% akses air minum dan sanitasi;

 Dengan indikator meningkatnya akses penduduk terhadap air minum layak menjadi 100% dan
sanitasi layak menjadi 100%;
 Pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung,
didukung oleh sistem pembiayaan perumahan jangka panjang dan berkelanjutan, efisien, dan
akuntabel serta kota tanpa permukiman kumuh;


Dengan Indikator Berkurangnya Proporsi rumah tangga yang menempati hunian dan
permukiman tidak layak menjadi 0%;

 Pengembangan infrastruktur perdesaan, terutama untuk mendukung pembangunan pertanian.
4.


Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.
Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c), penyelenggaraan kawasan
permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta pencegahan dan peningkatan
kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).

5.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.
Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah susun khusus, dan
rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.

6.

Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.
Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang
diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.

7.


Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.
Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di kawasan perkotaan
sebesar 10% pada tahun 2014.

8.

RPJMD Kabupaten Samosir IV (2016-2020).
Pembangunan infrastruktur pada tahap ini akan diprioritaskan pada percepatan pembangunan
infrastruktur wilayah dengan pengembangan jaringan infrastruktur transportasi, jaringan irigasi,
penyediaan sarana air bersih dan sanitasi serta pembangunan ruang terbuka hijau dan taman-taman
kota di setiap wilayah kecamata sesuai dengan RTRW Kabupaten Samosir. Dalam tahap ini, tingkat
kemantapan infrastruktur di Kabupaten Samosir diharapkan sudah dalam keadaan baik.

Bab VI

Page 142

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)

Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019

Kebijakan dalam rangka pengembangan prasarana permukiman di wilayah Kabupaten Samosir adalah
sebagai berikut:
1.

Kebijakan pengembangan Prasarana Permukiman secara umum diarahkan sesuai dengan
karakteristik setempat, yaitu penyebaran pada kawasan-kawasan perkotaan yang mempunyai status
administrasi pemerintahan, seperti ibukota kabupaten dan ibukota kecamatan; dan penyebaran pada
kawasan perdesaan yang memiliki potensi untuk dikembangkan;

2.

Kebijakan Pengembangan Prasarana Permukiman pada Kawasan perkotaan menekankan pada
integrasi penyediaan sarana perumahan dengan kebutuhan prasarana dan sarana dasar secara
proporsional dengan tata letak permukiman yang mempertimbangkan nilai-nilai budaya batak;

3.

Kebijakan Pengembangan Prasarana Permukiman pada kawasan perdesaan, penyediaan sarana

perumahan diarahkan jaraknya tidak jauh dari lokasi mata pencahariannya dan dengan pola
mengelompok sampai dengan 50 (lima puluh) unit rumah untuk memudahkan pelayanan prasarana
dan sarana dasar wilayah.

Sedangkan strategi-strategi yang harus dilakukan untuk mengimplementasikan kebijakan-kebijakan
pengembangan prasarana permukiman di atas adalah sebagai berikut:
a. Penataan kawasan permukiman di daerah jalur hijau atau sempadan danau atau kawasan dalam
radius 50 meter dari pinggiran danau dapat dipertahankan selama tidak merusak kualitas lingkungan
sekitarnya;
b. Pembangunan jalan lingkungan perumahan di tepi danau untuk mendorong perairan danau toba
sebagai beranda depan kawasan permukiman;
c. Penataan sarana pemakaman didalam kawasan permukiman penduduk diatur dalam rencana tata
ruang yang lebih rinci dalam wilayah kecamatan.
Pembangunan perumahan dan kawasan permukiman yang bertumpu pada masyarakat memberikan hak
dan kesempatan seluas-luasnya bagi masyarakat untuk ikut berperan. Sejalan dengan peran masyarakat
di dalam pembangunan perumahan dan kawasan permukiman, Pemerintah dan pemerintah daerah
mempunyai tanggung jawab untuk menjadi fasilitator, memberikan bantuan dan kemudahan kepada
masyarakat, serta melakukan penelitian dan pengembangan yang meliputi berbagai aspek yang terkait,
antara lain, tata ruang, pertanahan, prasarana lingkungan, industri bahan dan komponen, jasa konstruksi
dan rancang bangun, pembiayaan, kelembagaan, sumber daya manusia, kearifan lokal, serta peraturan

perundang-undangan yang mendukung.
Sejalan dengan arah kebijakan umum tersebut, penyelenggaraan perumahan dan permukiman, baik
di daerah perkotaan yang berpenduduk padat maupun di daerah perdesaan yang ketersediaan lahannya
lebih luas perlu diwujudkan adanya ketertiban dan kepastian hukum dalam pengelolaannya. Pemerintah
daerah perlu memberikan kemudahan perolehan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah melalui
program perencanaan pembangunan perumahan secara bertahap dalam bentuk pemberian kemudahan
pembiayaan dan/atau pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas umum di lingkungan hunian.
6.1.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan

Bab VI

Page 143

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019

Salah satu kebutuhan pokok manusia selain sandang dan papan adalah papan (perumahan).
Sampai saat ini permintaan unit rumah terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk.
Terbatasnya lahan untuk permukiman dan penawaran harga hanya tertuju pada suatu golongan
masyarakat tertentu. Hal ini merupakan kendala bagi sebagian besar masyarakat golongan menengah ke

bawah dalam memenuhi kebutuhan perumahannya. Tinggi harga rumah akibat permintaan yang terus
meningkat dan tingkat pendapatan penduduk yang relatif rendah menyebabkan banyak rumah tangga
menempati rumah yang kurang layak, baik dipandang dari segi kesehatan maupun kepadatan
penghuninnya.
Penyediaan perumahan merupakan salah satu masalah yang masih memerlukan penanganan
secara serius baik mengenai kelengkapan sarana perumahnya maupun kelengkapan fasilitas
lingkungannya. Rumah yang layak sebaiknya mampu memenuhi syarat kesehatan bagi penghuninnya.
Hal ini didasari bahwa perumahan saat ini tidak hanya sekedar tempat berteduh tetapi juga merupakan
sebagai tempat istirahat.
Pengembangan kegiatan permukiman merupakan kegiatan utama dalam penataan ruang
Kabupaten Samosir. Strategi pengembangan diarahkan mengikuti perkembangan perumahan yang telah
ada dan pada lahan-lahan yang sesuai untuk pengembangan kegiatan tersebut. Pada kawasan yang
sudah terbangun, pengembangan perumahan ditekankan pada perbaikan dan penataan lingkungan
dengan pengendalian fisik lingkungan serta penyediaan fasilitas pelayanan.
a.

Isu Strategis Pengembangan Permukiman
Penyerahan kewenangan pembangunan perumahan yang menjadi urusan wajib pemerintah

daerah belum disertai dengan peningkatan kapasitas kelembagaan dan kualitas sumber daya manusia
serta perangkat organisasi penyelenggara dalam memenuhi standar pelayanan minimal di bidang
pembangunan perumahan. Selain itu koordinasi antar lembaga masih belum berjalan dengan baik, salah
satunya ditunjukkan dengan belum efektinya fungsi Badan Koordinasi Pembangunan dan Pengembangan
Perumahan dan Permukiman Nasional (BKP4N).
Berbagai isu strategis sektor pengembangan permukiman yang berpengaruh terhadap
pengembangan permukiman di Kabupaten Samosir dapat dilihat pada Tabel 6.1.
Tabel 6.1 Isu-Isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman Skala Kabupaten Samosir
No.
1
2
3
4
5

b.

Isu Strategis
Kurangnya kapasitas masyarakat dalam pemanfaatan infrastruktur permukiman
Menurunnya proposi dan kualitas permukiman pada kawasan kumuh di perkotaan
Minimnya cakupan dan kualitas infrastruktur permukiman dalam mendukung
pengembangan ekonomi di perdesaan
Lemahnya keterpaduan pembangunan infrastruktur permukiman, baik dalam skala
kota maupun kawasan
Mengimplementasikan konsepsi pembangunan berkelanjutan serta mitigasi dan
adaptasi terhadap perubahan iklim

Ket.

Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman

Bab VI

Page 144

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019

1)

Kawasan Peruntukan Permukiman
Kawasan Permukiman, merupakan kawasan hunian dan segala fasilitas-fasilitas jasa perdagangan,
umum, dan sosial yang mendukung kegiatan bermukim tersebut. Kawasan permukiman di
Kabupaten Samosir tersebar dalam komunitas desa yang didalamnya terdiri dari kumpulan
komunitas marga. Sebagian besar permukiman yang ada masih bersifat permukiman ulayat/adat
sehingga keberadaannya tidak membahayakan bagi keberlangsungan lingkungan, namun pada
lokasi pusat pertumbuhan umumnya sudah didominasi oleh permukiman bersifat perkotaan.
Jika dilihat dari arah perkembangan Kabupaten Samosir yang bertujuan membuka pusat
pertumbuhan di beberapa lokasi/bagian di pesisir danau, maka sesuai dengan pembatasan kawasan
lindung penetapan wilayah permukiman dilakukan di sepanjang pesisir Danau namun
memperhatikan arahan batasan sempadan danau, selain itu sesuai dengan arahan pengembangan
jaringan jalan yang memotong bagian Barat dan Timur wilayah pulau maka dapat diarahkan alokasi
permukiman di sepanjang koridor jaringan jalan namun dalam jumlah yang terbatas mengingat
bagian tengah merupakan kawasan lindung.

2)

Pulau Samosir dipenuhi oleh kuburan yang bentuknya menyerupai monumen dan dikenal sebagai
tambak. Pembangunan tambak yang tersebar baik di tengah permukiman maupun di sepanjang
jalan, memberikan kesan ‘magis’ dan ‘sakral’ yang kuat terhadap Pulau Samosir secara khusus. Hal
ini mempengaruhi penanam modal untuk mengembangkan Samosir. Selain karena kesan magis
tersebut, persebaran tambak ini juga menyulitkan pengembangan untuk melakukan kegiatannya
karena kesulitan mendapatkan lahan yang relatif luas dan tinggi tingkat aksesibilitasnya.

3)

Kondisi Permukiman
Kawasan Permukiman, merupakan kawasan hunian dan segala fasilitas-fasilitas jasa perdagangan,
umum, dan sosial yang mendukung kegiatan bermukim tersebut. Berdasarkan karakteristiknya,
rencana pemanfaatan ruang untuk kawasan permukiman terbagi menjadi dua, yaitu kawasan
permukiman perkotaan seluas 1.370 ha, yang sebagian besar terkonsentrasi di Kecamatan
Pangururan 59,1% atau sekitar 820 ha. Sedangkan kawasan permukiman pedesaan dialokasikan
sebesar 3.447 ha dengan persebaran yang merata di seluruh kecamatan. Dalam mengatur
peruntukan lahan di kawasan permukiman perkotaan dan pedesaan tersebut, perlu diatur lebih lanjut
dalam Rencana Detail Tata Ruang (RDTR), terutama untuk mengatur blok-blok bangunan,
kepadatan bangunan (KDB), Ketinggian Bangunan (KLB). Kawasan permukiman di Kabupaten
Samosir tersebar dalam komunitas desa yang didalamnya terdiri dari kumpulan komunitas marga.
Sebagian besar permukiman yang ada masih bersifat permukiman ulayat/adat sehingga
keberadaannya tidak membahayakan bagi keberlangsungan lingkungan, namun pada lokasi pusat
pertumbuhan umumnya sudah didominasi oleh permukiman bersifat perkotaan.

4)

Sebaran permukiman di perbukitan yang umumnya tersegregasi dengan wilayah pesisir danau
menyebabkan inefisiensi dalam proses pengelolaan permukiman yang dilakukan pemerintah,

Bab VI

Page 145

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019

khususnya dalam rangka penyediaan sarana listrik, air bersih, dan sebagainya. Untuk itu diperlukan
batasan jumlah perumahan dalam suatu kelompok permukiman, sehingga upaya pemerata.
Dominansi permukiman di wilayah pesisir Danau yang tersebar secara linear mengikuti daerah aliran
sungai, situasi ini mengkondisikan sungai dan danau yang berbatasan langsung dengan
permukiman, untuk itu dalam rangka menjaga fungsi ekologis Danau Toba maka diperlukan
penataan ulang kawasan permukiman agar berada sesuai dengan sempadan sungai dan danau
yang telah ditetapkan dalam UU Nomor 32 tahun 1992 tentang pengelolaan lingkungan hidup.
Kondisi permukiman yang berada berbatasan langsung dengan perairan selayaknya ditetapkan
dalam konsep penataan ruang berbasis water front city sehingga masyarakat memahami falsafah
hidup berdampingan dengan wilayah perairan, dengan demikian fungsi ekosistem akan terjaga dan
sekaligus dapat menjadi atraksi wisata kelak.
5)

Sebaran permukiman di perbukitan yang umumnya tersegregasi dengan wilayah pesisir danau
menyebabkan inefisiensi dalam proses pengelolaan permukiman yang dilakukan pemerintah,
khususnya dalam rangka penyediaan sarana listrik, air bersih, dan sebagainya. Untuk itu diperlukan
batasan jumlah perumahan dalam suatu kelompok permukiman, sehingga upaya pemerataan sarana
dan prasarana dapat dirasakan oleh seluruh penjuru Kabupaten Samosir.

6)

Konstruksinya
Rumah merupakan tempat berkumpul bagi semua anggota keluarga dan menghabiskan sebagian
besar waktunya. Total rumah yang ada di Kabupaten Samosir adalah 30.976 unit. Jumlah rumah
paling banyak ada pada ibukota Kabupaten Samosir yaitu Pangururan sebesar 6.752 unit, disusul
dengan Kecamatan Simanindo sebesar 4.415 unit dan yang paling sedikit adalah Kecamatan
Ronggur Nihuta sebanyak 3.809 unit. Berdasarkan sifat konstruksinya, bangunan hunian (rumah) di
Kabupaten Samosir dapat dibagi atas 3 (tiga) jenis yaitu permanen, semi permanen, dan non
permanen. Permanen atau tidaknya suatu bangunan dapat dilihat dari material konstruksi bangunan
yang digunakan. Pada umumnya bangunan permanen adalah bangunan yang menggunakan
material beton, sedangkan yang tidak permanen menggunakan material seperti kayu, bambu, dan
yang lainnya. Berdasarkan data yang dikumpulkan, bangunan hunian terbanyak di Kabupaten
Samosir adalah jenis semi permanen sejumlah 15.964 unit atau sebesar 52% dari jumlah bangunan
hunian yang ada. Untuk yang permanen sejumlah 7.796 unit atau sebesar 25%, dan bangunan
hunian non permanen sejumlah 7.216 unit atau sebesar 23%. Bangunan hunian yang dibangun
dengan konstruksi permanen paling banyak terdapat di Kecamatan Pangururan sejumlah 4.252, yaitu
sebesar 63%, sedangkan bangunan non permanen terbanyak terdapat di Kecamatan Palipi yaitu 742
atau sebesar 22% dari total jumlah bangunan hunian yang ada.
Tabel 6.2 Jumlah Bangunan Hunian Berdasarkan Sifat Konstruksinya di Kabupaten Samosir
No
1
1
2

Bab VI

Kecamatan
2
Sianjur Mula-mula
Harian

Jumlah Rumah
(unit)
3
2.114
2.083

Permanen
Unit
%
4
5
494
23
291
14

Jenis Rumah
Semi Permanen
Unit
%
6
7
1.247
59
1.621
78

Non Permanen
Unit
%
8
9
373
18
171
8

Page 146

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019

No

Kecamatan

Jumlah Rumah
(unit)

3
4
5
6
7
8
9

Sitio-tio
2.010
Onan Runggu
2.559
Nainggolan
3.779
Palipi
3.426
Ronggur Nihuta
3.809
Pangururan
6.752
Simanindo
4.415
JUMLAH
30.976
Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Samosir 2014

Permanen
Unit
%
366
18
576
23
442
12
742
22
219
6
4.252
63
414
9
7.796
25

Jenis Rumah
Semi Permanen
Unit
%
1.374
68
1.823
71
584
15
2.617
76
1.630
43
2.200
33
2.868
65
15.964
52

Non Permanen
Unit
%
275
184
2.753
67
1.960
300
1.133
7.216

Tabel 6.3 Persentase Rumah Tangga Menurut Status Penguasaan Bangunan Tempat Tinggal Yang
Ditempati Di Kabupaten Samosir
Status Penguasaan Bangunan Tempat
Tinggal Yang Ditempati
Milik Sendiri
Kontrak
Sewa
Bebas Sewa
Rumah Dinas
Rumah Milik Saudara
Lainnya
Sumber: Samosir Dalam Angka 2014

Tahun 2011

Tahun 2012
58,19
3,84
0,46
2,75
1,67
33,10
0,00

Tahun 2013

51,75
3,95
2,24
2,46
1,74
37,36
0,00

45,65
1,66
1,59
1,49
0,88
48,85
0,49

Salah satu hal yang dapat dijadikan gambaran kondisi kesejahteraan penduduk dari sisi
perumahan adalah status kepemilikan rumah merupakan salah satu indikator perumahan yang
menunjukkan penguasaan rumah tangga terhadap rumah tangga yang ditempatinya. Pada tahun 2013,
status penguasaan bangunan tempat tinggal di Kabupaten paling dominan merupakan rumah milik
saudara yaitu mencapai, 48,85%. Status pemilikan rumah millik saudara dari tahun 2011-2013
menunjukkan kenaikan setiap tahunnya. Tingginya persentase ini salah satu disebabkan masih
banyaknya masyarakat Kabupaten Samosir menempati rumah adat yang merupakan mikik orang tua
maupun keluarga. Status penguasaan bangunan tempat tinggal di Kabupaten Samosir pada status rumah
miiik sendiri dari tahun 2011-2013 selalu mengalami penurunan dan masyarakat lebih memilih tinggal
pada rumah keluarga. Tingkat kelayakan kondisi tempat tinggal seseorang dapat dilihat dari beberapa
indikator yang dapat diunakanuntuk melihat tingkat kelayakann rumah yang dihuni antara lain: luas lantai,
jenis lantai, jenis dinding dan jenis atap. Indikator ini dianggap mempengaruhi keadaan kesehatan
anggota rumah tangga yang juga berdampak pada tingkat kesejahteraan. Untuk melihat tingkat kelayakan
permukiman di Kabupaten Samosir dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 6.4 Persentase RT Menurut Luas Lantai dan Rata-Rata Luas Lantai
Di Kabupaten Samosir Dari Tahun 2011-2013
Luas Lantai (m2)
< 20
20 - 49
50 - 59
60 - 99
100 - 149
150

Tahun 2011 (%)
2,63
61,21
8,32
22,91
4,76
0,17

Tahun 2012 (%)
0,72
64,71
6,92
24,67
1,53
1,43

Tahun 2013 (%)
2,10
60,25
7,77
22,64
5,34
1,90

Sumber: Hasil Susenas 2011-2013, BPS Provinsi Sumatera Utara

Bab VI

Page 147

14
7
73
2
51
4
26
23

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019

Luas lantai merupakan salah satu indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat
karena luas lantai merupakan salah satu aspek yang dapat menggambarkan keadaan suatu tempat
tinggal. Luas lantai terkait dengan tingkat penghasilan rumah tangga karena harga tanah semakin mahal
saat ini. Semakin luas lantai suatu rumah tangga berarti semakin tinggi pula tingkat ekonomi rumah
tangga penghuni tersebut. Semakin luas lantai tempat tinggal yang dihuni oleh suatu rumah tangga,
semakin baik kondisi rumah tangga. Berdasarkan tabel 6.4 bahwa selama 3 tahun dari tahun 2011-2013
menunjukkan masyarakat Kabupaten Samosir luas lantai rumah paling banyak pada range 20-49 m, yaitu
pada tahun 2011 sebesar 61,21%, tahun 2012 sebesar 64,71% dan tahun 2013 sebesar 60,25%
Tabel 6.5 Jumlah Bangunan Hunian Berdasarkan Jenis Konstruksinya
di Kabupaten Samosir Dari Tahun 2011-2013
No

Tahun 2011
(%)

Jenis Material

Jenis Dinding Terluas
1
Tembok
2
Kayu
3
Bambu
4
Lainnya
Jumlah
1
2
3

24,17
75,16
0,00
0,68
100
Jenis Lantai Terluas
98,87
1,13
0,00
100

Bukan Tanah
Tanah
Lainnya
Jumlah

Tahun 2012
(%)

Tahun 2013
(%)

30,53
68,75
0,36
0,36
100

26,84
73,09
0,00
0,08
100

99,24
0,76
0,00
100

99,03
0,97
0,00
100

Sumber: Susenas 2011-2013, BPS Provinsi Sumatera Utara

Jenis lantai dari lantai maka kondisi kurang mendukung atau kurang sehat karena sulit untuk
dibersihkan terkena kotoran atau kuman penyakit. Lantai yang sudah ditutupi dengan semen/bata.
Ubin/tegel, marmer atau sejenisnya dapat dikatakan kondisinya sudah layak/sehat. Rumah penduduk di
Kabupaten Samosir dari tahun 2011-2013 yang memiliki lantai bukan dari tanah sebanyak 99,03% pada
tahun 2013, mengalami penurunan bila dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya, yaitu tahun 2012
(99,24%) dan tahun 2011 (98,87%). Melihat persentase luas lantai terluas dari bukan tanah dengan tanah
sudah menunjukkan kemajuan. Hal ini dapat menjadi bahan pembangunan pemerintah untuk
meningkatkan kehidupan layak bagi masyarakat lewat kondisi bangunan tempat tinggal pada luas lantai
terluas.
Tabel 6.6 Persentase RT Menurut Jenis Atap Rumah di Kabupaten Samosir
Dari Tahun 2011-2013
No.
1
2
3
4
5
6
7

Jenis Atap Rumah Terbangun
Beton
Genteng
Sirap
Seng
Asbes
Ijuk
Lainnya

Tahun 2011 (%)
0,02
0,78
0,00
97,17
1,40
0,26
0,36

Tahun 2012 (%)
1,54
1,28
0,00
96,71
0,00
0,48
0,00

Tahun 2013 (%)
0,98
2,82
1,09
92,63
2.53
0,00
0,80

Sumber: Samosir dalam Angka 2014

Bab VI

Page 148

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019

Kondisi perumahan dengan dinding terluas kayu masih dominan di Kabupaten Samosir sebesar
73,09%. Kondisi disebabkan masih banyaknya peninggalan rumah adat yang digunakan menjadi tempat
tinggal masyarakat. Persentase kondisi rumah dengan dinding kayu dari tahun 2011-2013 masih
persentase tertinggi yaitu pada tahun 2011 mencapai 75,16% dan pada tahun 2012 sebesar 68,75%.
Persentase kondisi dinding tembokyaitu sebesar 26,84% dan persentase ini mengalami penurunan dari
tahun 2012 yang mencapai 30,53% sedangkan pada tahun 2011 sebesar 24,17%.
Pada tahun 2013 atap terluas di Kabupaten Samosir yang paling dominan adalahterbuat dari
seng yaitu sebesar 92,63%. Kondisi atap terluas beton dan genteng masing-masing 0,98% dan 2,82%.
Untuk atap yang terbuat dari sirap masih ada di Kabupaten Samosir pada tahun 2013 yaitu sebesar
1,09%.
Tabel 6.7 Peraturan Daerah Terkait Pengembangan Permukiman di Kabupaten Samosir
No.
1
2

Jenis Produk Pengaturan
Peraturan Daerah
Peraturan Derah

3

Peraturan Daerah

4

Peraturan Daerah

Peraturan Daerah
Nomor/Tahun
Perihal
Nomor 8 Tahun 2005
Retribusi Ijin Mendirikan Bangunan
Nomor 21 Tahun 2006
Penataan Kawasan Perdesaan
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Nomor 8 Tahun 2011
Bangunan
Nomor 14 Tahun 2011
Retribusi Perizinan Tertentu

Sumber: Peraturan Darah Kab. Samosir

c.

Kawasan Kumuh
Berdasarkan laporan UN-Habitat (Badan PBB untuk masalah perumahan dan permukiman),

penduduk di kawasan padat kumuh selama 15 tahun terakhir mengalami pertumbuhan cepat. Pada tahun
1990, penduduk kawasan padat kumuh di dunia sekitar 700 juta jiwa. Pada tahun 2000 bertambah
menjadi sekitar 900 juta jiwa. Sampai dengan tahun 2005, terdapat hampir 1 miliar penduduk perkotaan di
dunia yang tinggal di kawasan padat kumuh. Pada tahun 2020, UN-Habitat memperkirakan sekitar 1,4
miliar penduduk di wilayah perkotaan di dunia, akan menempati kawasan padat kumuh.
Berdasarkan UU Nomor 1 Tahun 2011 bahwa Permukiman Kumuh adalah permukiman yang tidak
layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas
bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat. Adapun faktor penyebab Kawasan
Kumuh sebagai berikut:
1. Fisik Alami: kelayakan dan Ketersediaan Lahan dan Daya Dukung Lahan;
2. Fisik Binaan: Akses dan ketersediaan prasarana, Struktur dan Tata Letak;
3. Sosial ekonomi: Kemampuan ekonomi individu dan potensi ekonomi lingkungan;
4. Sosial Budaya: Pola Perilaku dan Pola Bermukim;
5. Eksternal: Ketidakjelasan status tanah, Ketidaktahuan aturan bangunan dan lingkungan dan
marginalisasi proses pembangunan.
Penanganan permukiman kumuh telah menjadi urusan wajib pemerintah daerah sehingga kemitraan di
daerah akan terjadi diantara masyarakat, dunia usaha dan pemerintah daerah. Kapasitas pemerintah
daerah baik sebagai pendamping masyarakat maupun sebagai mitra dunia usaha masih kurang memadai.

Bab VI

Page 149

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019

Hal ini disebabkan masih banyak pengambil keputusan di daerah yang belum memandang penting
penanganan permukiman kumuh sehingga dibutuhkan upaya advokasi, dan peningkatan kapasitas dari
pemerintah pusat.
Kondisi permukiman kumuh/padat di Kabupaten Samosir sangat bervariasi, secara umum terdapat di
Kelurahan Pasar Pangururan, Kelurahan Parhusip III, Desa Pardomuan I dan Desa Mogang. Kepadatan
rumah tersebut dikalsifikasikan menjadi rumah dengan kepadatan tinggi, sedang, dan rendah.
Permukiman yang termasuk dalam klasifikasi kepadatan tinggi terdapat di Desa Pardomuan I dan
Kelurahan Parhusip III. Kepadatan sedang terdapat di Kelurahan Pasar Pangururan dan Desa Mogang.
Di Kabupaten Samosir, permasalahan permukiman terdiri dari permukiman padat, permukiman yang
tidak sesuai peruntukan seperti di sekitar sungai, di wilayah rawan banjir, wilayah pantai dan rawan
abrasi, bantaran sungai, dan wilayah rawan banjir. Diantara sebaran permukiman tersebut, terdapat
permukiman yang dikategorikan sebagai permukiman kumuh. Berdasarkan arahan dan masukan dari
Bappeda, pihak kelurahan, ketua RT dan RT, teridentifikasi permukiman kumuh di Kabupaten Samosir
sebanyak 4 (empat) kawasan dengan luas sekitar 45,68 ha Mogang. Lebih jelasnya sebaran kawasan
permukiman kumuh di Kabupaten Samosir disajikan pada bagian berikut ini.
Tabel 6.8 Data Kawasan Kumuh di Kabupaten Samosir Tahun 2014
No.
1
2
3
4

Lokasi Kumuh
Parhusip III
Pardomuan I
Mogang
Pasar Pangguran

Luas Kawasan
(ha)
15,38
23,80
2,41
4,09

Jumlah Rumah
Permanen
6
796
56
447

Jumlah Rumah
Semi Permanen
17
116
169
58

Jumlah
Penduduk
497
4.857
642
2.601

Sumber: Laporan hasil survei dan analisis Kawasan Kumuh Prov. Sumatera Utara 2014 (Tarukim)

Gambar 6.1 Kawasan Kumuh di Kabupaten Samosir Tahun 2014

Kecamatan Pangururan
1. Kelurahan Pasar
Pangurursan
2. Desa Pardomuan I

Kecamatan Palipi
3. Desa Mogang

Kecamatan Nainggolan
4. Kelurahan Parhusip III

27,89 Ha

15,38 Ha

2,41 Ha

Sumber: Laporan hasil survei dan analisis Kawasan Kumuh Prov. Sumatera Utara 2014 (Tarukim)

Bab VI

Page 150

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019

Tabel 6.9 Data Program Perdesaan di Kabupaten Samosir Tahun 2013
No.

Program/Kegiatan

Lokasi

Volume/Satuan

1

Pembangunan sanitasi berbasis masyarakat
Desa Parsaoran Kec. Sitio-tio
Pembangunan sanitasi berbasis masyarakat
Desa Tamba Dolok Kec. Sitio-tio
Pembangunan sanitasi berbasis masyarakat
Desa Sarimarihit Kec. Sianjur Mula-mula
Pembangunan sanitasi berbasis masyarakat
Desa Huta Ginjang Kec. Sianjur Mula-mula
Pembangunan sanitasi berbasis masyarakat
Desa Turpuk Malau Kec. Harian
Pembangunan sanitasi berbasis masyarakat
Desa Janji Martahan Kec. Harian
Pembangunan sanitasi berbasis masyarakat
Desa Huta Dame Kec. Palipi
Pembangunan sanitasi berbasis masyarakat
Huta Ambula-Pintubosi-Sosor Matio Desa
Pardomuan Kec. Onan Runggu
Pembangunan sanitasi berbasis masyarakat
Desa Sampur Toba Kec. Harian
Pembangunan sanitasi berbasis masyarakat
Desa Cinta Dame Kec. Simanindo
Pembangunan Sanitasi Berbasis Masyarakat
Desa Dolok Raja Kec. Harian
Pembangunan Sanitasi Berbasis Masyarakat
Desa Dolok martahan Desa Buntu mauli Kec.
Sitio-tio
Pembangunan Sanitasi Berbasis Masyarakat
Desa Garoga Kec. Simanindo

Parsaoran Kec. Sitiotio
Desa Tamba Dolok
Kec. Sitio-tio
Desa Sarimarihit Kec.
Sianjur Mula-mula
Desa Huta Ginjang
Kec. Sianjur Mula-mula
Desa Turpuk Malau
Kec. Harian
Desa Janji Martahan
Kec. Harian
Desa Huta Dame Kec.
Palipi
Desa Pardomuan Kec.
Onan Runggu

1 paket

Kondisi
Infrastruktur
Berfungsi

1 paket

Berfungsi

1 paket

Berfungsi

1 paket

Berfungsi

1 paket

Berfungsi

1 paket

Berfungsi

1 paket

Berfungsi

1 paket

Berfungsi

Desa Sampur Toba
Kec. Harian
Desa Cinta Dame Kec.
Simanindo
Desa Dolok Raja Kec.
Harian
Desa Dolok martahan
Desa Buntu mauli Kec.
Sitio-tio
Desa Garoga Kec.
Simanindo

1 paket

Berfungsi

1 paket

Berfungsi

1 paket

Berfungsi

1 paket

Berfungsi

1 paket

Berfungsi

2
3
4
5
6
7
8

9
10
11
12

13

Sumber : Data Sekunder Pokja

d.

Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman

1)

Permasalahan Pengembangan Permukiman di Kabupaten Samosir
a. Urbanisasi dan Pengembangan Permukiman
 Kemiskinan dan alih fungsi lahan kawasan penyangga;
 Kurangnya kemampuan masyarakat yang berumah tak layak huni mengakses sumber daya
untuk membangun dan meningkatkan kualitas perumahan dan permukimannya;
 Terbatasnya kemampuan pemerintah menyediakan permukiman layak.
b. Permukiman dan Kemiskinan

Bab VI

Page 151

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019

 Kualitas penduduk yang bermigrasi ke perkotaan umumnya tidak memenuhi standar
kebutuhan perkotaan;
 Kepedulian yang rendah dari para migran terhadap lingkungan hunian “aman”
 Penyediaan hunian dan infrastruktur dasarnya masih menjadi beban pemerintah, belum
menjadi perhatian;
 Kawasan rumah tak layak huni di Kabupaten Samosir umumnya kumuh.
c. Permukiman dan Kesehatan Masyarakat
 Secara fungsional belum memenuhi standar pelayanan;
 Secara fisik semakin banyak kawasan permukiman yang over capacity dan tidak terencana.
Perumahan dan permukiman kumuh adalah lingkungan hunian dan usaha yang tidak layak huni,
yang keadaannya tidak memenuhi persyaratan teknis, sosial, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan,
persyaratan ekologis dan persyaratan administrasi. Proses kekumuhan secara khusus terjadi pada area
pusat kota (urban), pinggiran kota (urban fringe) dan perdesaan (rural), hal ini berdampak pada
lingkungan kota, berupa kerusakan lingkungan, kepadatan yang tinggi, segregasi sosial, kesejahteraan
dan kesehatan masyarakat pada konteks skala kota yang luas (city-wide). Pada gilirannya akan
menimbulkan konflik tidak hanya dalam pembangunan fisik tetapi juga dalam sistem transportasi, utilitas
dan pelayanan umum.
2)

Tantangan pengembangan permukiman diantaranya:
a. Tidak semua daerah rawan sanitasi merupakan kawasan kumuh;
b. Diperlukan kesepakatan terkait data kawasan kumuh (verifikasi data) dan kebutuhan
penanganannya;
c. Diperlukan konsep penanganan terpadu dalam pembangunan permukiman (keterpaduan dalam
penanganan kawasan kumuh, sanitasi dengan sektor lainnya);
d. Diperlukan keterpaduan pengelolaan kegiatan mulai tahap perencanaan sampai dengan operasi
dan pemeliharaan.
Tabel 6.10 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman
Kabupaten Samosir

No.
1

Permasalahan Pengembangan
Permukiman
Aspek Teknis
 Penanganan di lapangan belum
terintegrasi, multisektor dan berbasis
kawasan.
 Masih luasnya kawasan kumuh sebagai
permukiman tidak layak huni sehingga
dapat menyebabkan terjadinya degradasi
lingkungan, dan pelayanan infrastruktur
yang masih terbatas.
 Pemberian perijinan penguasaan lahan
untuk kawasan perumahan dan
permukiman yang umumnya belum
dilandasi pada kerangka penataan
wilayah yang lebih menyeluruh.

Bab VI

Tantangan Pengembangan





Belum tersedia data dan
informasi yang akurat di
Kabupaten Samosir yang dapat
menginformasikan
luasan
kawasan kumuh yang perlu
ditangani (base line).
Kemampuan Pemda.
Penanganan pemukiman kumuh
yang menjadi tugas dan
wewenang Pemda Kabupaten
Samosir (UU Nomor 1 Tahun
2011) belum diimbangi dengan
kemampuan pemda dalam hal

Alternatif Solusi




Kebijakan mobilitas penduduk
yang berimbang dengan
menciptakan
sentra-sentra
untuk pusat ekonomi baru di
perdesaan dengan berbasis
kearifan lokal.
Mendorong pemerintah daerah
agar terus meningkatkan
perencanaan pembangunan
dengan prinsip pro poor
planning, menyediakan akses
pelayanan dasar kepada
masyarakat di pedesaan.

Page 152

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019

No.

2

3

Permasalahan Pengembangan
Permukiman
 Belum terorganisasikannya perencanaan
dan
pemprograman
pembangunan
perumahan dan permukiman yang dapat
saling mengisi antara ketersediaan
sumberdaya
pembangunan
dan
kebutuhan yang berkembang di
masyarakat.
 Penyelenggaraan
pembangunan
perumahan dan permukiman, yang
nampaknya belum menjadi prioritas bagi
banyak pemerintah daerah karena
berbagai sebab dan keterbatasan.
 Kemiskinan dan pembangunan yang
tidak merata.
 Tingginya arus migrasi dari desa ke kota
dan menciptakan fenomena urbanisasi.
Aspek Kelembagaan
 Tidak tersedianya sebuah kebijakan yang
menyeluruh yang dapat menjadi acuan
penanganan permukiman kumuh. Hal ini
juga menyulitkan dunia usaha dan
masyarakat ketika terlibat dalam kegiatan
penanganan permukiman kumuh.
 Belum adanya SOP dalam penanganan
permukiman kumuh.
 Belum adanya Perda dalam penanganan
permukiman.

Aspek Pembiayaan
 Permasalahan biaya merupakan salah satu
point
penting
dalam
pemecahan
permasalahan
perumahan
dan
permukiman. Kemampuan ekonomis
masyarakat Kabupaten Samosir untuk
menjangkau harga rumah yang layak bagi
mereka masih sangat susah karena
sebagian besar masyarakat merupakan
masyarakat dengan tingkat perekonomian
menengah ke bawah (jumlah penduduk
miskin di Kabupaten Samosir.
 Adanya kecenderungan meningkatnya
biaya pembangunan termasuk biaya
pengadaan tanah yang tidak sebanding
dengan kenaikan angka pendapatan
masyarakat.

Bab VI

Tantangan Pengembangan

Alternatif Solusi

kapasitas SDM dan pembiayaan.
Pelaksanaan
Teknis
Penanganan permukiman kumuh
yang telah berlangsung lama
belum memberikan hasil yang
optimal.
Disadari karena Pemerintah
dalam penyediaan rumah bagi
MBR adalah harga rumah yang
tidak terjangkau.



Pembahasan dalam SOP dalam
penanganan
permukiman
kumuh.
Pembahasan Perda dalam
penanganan
permukiman
kumuh.

 Pelembagaan pembangunan
perumahan yang bertumpu
pada kelompok masyarakat
(P2BPK).
 Pengembangan
dan
pendayagunaan
potensi
keswadayaan masyarakat.
 Pemberdayaan para pelaku
kunci perumahan swadaya.
 Peningkatan
pemahaman
pemda
atas
produk
pengaturan
bidang
permukiman.
 Peningkatan kapasitas pemda
dan masyarakat dalam hal:
- identifikasi
lokasi
permukiman.
- penyusunan
rencana
pembangunan permukiman.
- pembangunan infrastruktur
permukiman.
- pemanfaatan
dan
pengelolaan
infrastruktur
permukiman.

 Meningkatkan
perekonomian
daerah dengan metode melakukan
kerjasama dengan lembagalembaga donor.
 Membuat
perencanaan
pembangunan yang tepat guna
dan prioritas daerah.

 Penyediaan Dana Jangka
Panjang baik dari Swasta,
Pemerintah maupun Tabungan
Perumahan.
 Pemberdayaan
dan
Pendampingan
Lembaga
Keuangan untuk sektor Informal.
 Peran serta Pemda dalam
mendorong berlangsungnya
Tabungan Perumahan.
 Pengembangan
Skema
Tabungan Perumahan Insentif
untuk Tabungan Perumahan.
 Pemberdayaan Fungsi CSR
dalam Pembangunan
Perumahan Rakyat.
 Memberikan bantuan teknis
(technical assistancy.)
 Menyiapkan Kebijakan Penduku
ng untuk terlaksananya








Reformasi
bidang
kependudukan dan tata ruang.

Page 153

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019

Permasalahan Pengembangan
Permukiman

No.

Tantangan Pengembangan

Alternatif Solusi
insentif Perpajakan.
 Penyiapan Skema Pembiayaan
Pembentukan dan Penguatan
LKM.
 Pengembangan
akses
pembiayaan
perumahan
swadaya.
 Pemetaan Pasar.

4

Aspek Peran Serta
 Belum tertampungnya aspirasi dan  Regulasi tentang pemberdayaan
kepentingan
masyarakat
yang
masyarakat dalam pencegahan dan
memerlukan rumah termasuk hak untuk
pengendalian permukiman kumuh.
ikut berpartisipasi dalam kegiatan
 Pendekatan
dengan
Pembangunan.
pembentukan/fungsionalisasi
 Adanya kecenderungan meningkatnya
komunitas pemantau permukiman
biaya pembangunan termasuk biaya
kumuh (KP2K) melalui simpul
pengadaan tanah yang tidak sebanding
komunitas/organisasi RT/RW.
dengan kenaikan angka pendapatan
masyarakat sehingga standar untuk
memenuhi kebutuhan akan hunina
menjadi semakin tinggi.

5

Aspek Lingkungan Permukiman
 Kepadatan bangunan/perumahan yang
terlalu tinggi
 Lenyapnya taman-taman dan ruang
terbuka.
 Tidak mencukupinya jaringan air bersih,
listrik dan pembuangan air kotor.

6.1.3

Meluasnya
perumahan
dan
permukiman
kumuh di area
perkotaan
telah
menimbulkan
dampak pada:
- peningkatan frekuensi bencana
kebakaran dan banjir,
- Peningkatan potensi kerawanan
dan konflik sosial,
- Penurunan tingkat kesehatan
masyarakat,
dan
penurunan
kualitas pelayanan prasarana dan
smenurunnyarana permukiman.

 Peningkatan kapasitas dan
kemampuan masyarakat di
dalam
pengembangan
perumahan
swadaya
dilaksanakan dalam kerangka
pembangunan partisipatif yang
berbasisi
pemberdayaan
masyarakat.
 Proses pemberdayaan harus
mampu meningkatkan kapasitas
masyarakat
dalam
mengorganisasi,
mengidentifikasi,
merencana,
membangun dan mengelola
infrastruktur yang terbangun.
 Infrastruktur perdesaan yang
dibangun dapat memenuhi
kebutuhan nyata yang dirasakan
langsung oleh masyarakat
miskin.
 Seluruh tahapan pelaksanaan
kegiatan disepakati melalui
musyawarah desa.
 Masyarakat setempat adalah
pelaku utama, yang dalam
prosesnya
difasilitasi
oleh
pemerintah
setempat
dan
konsultan pendamping.
 Melakukan penataan bangunan
yang ada.
 Membuat masterplan dalam
penataan
bangunan
baik
bangunan pemerintah dan
masyarakat
 Memperketat
IMB
untuk
menghindari kawasan kumuh.
 Melalukan sosialisasi dalam
lintas desa dan kecamatan
dalam
konsep
lingkungan
permukiman.

Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman
Analisis kebutuhan merupakan tahapan selanjutnya dari identifikasi kondisi eksisting. Analisis

kebutuhan mengaitkan kondisi eksisting dengan target kebutuhan yang harus dicapai. Terdapat arahan
kebijakan yang menjadi acuan penetapan target pembangunan Bidang Cipta Karya khususnya sektor
pengembangan permukiman baik di tingkat Pusat maupun di tingkat kabupaten/kota. Untuk melayani
kebutuhan perumahan di masa depan, maka ditetapkan beberapa usulan, yaitu:

Bab VI

Page 154

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019

1. Mengembangkan permukiman semakin besar arahannya pada wilayah pesisir Danau dan semakin
kecil pada bagian tengah wilayah Pulau, sementara di wilayah daratan arahan permukiman dilakukan
pada bagian Timur yaitu pesisir Danau dan tepi Barat yang berbatasan langsung dengan Propinsi
Sumatera Utara;
2. Mengembangkan permukiman sesuai dengan karakteristik ulayat/adat karena dengan demikian dapat
menjaga kelestarian lingkungan;
3. Jika dilihat dari arah perkembangan Kabupaten Samosir yang bertujuan membuka pusat
pertumbuhan di beberapa lokasi/bagian di pesisir danau, maka sesuai dengan pembatasan kawasan
lindung penetapan wilayah permukiman dilakukan di sepanjang pesisir Danau namun memperhatikan
arahan batasan sempadan danau, selain itu sesuai dengan arahan pengembangan jaringan jalan
yang memotong bagian Barat dan Timur wilayah pulau maka dapat diarahkan alokasi permukiman di
sepanjang koridor jaringan jalan namun dalam jumlah yang terbatas mengingat bagian tengah
merupakan kawasan lindung;
4. Tambak sebaiknya diberi tempat khusus berupa kawasan yang menjadi tempat para penerus
generasi menghormati leluhurnya. Selain untuk kepentingan ekonomi, kawasan tambak ini juga dapat
menjadi objek wisata. Penempatan tambak harus memenuhi kriteria, antar lain:
a) Berada di daerah yang relatif tinggi sehingga terbebas dari banjir;
b) Tidak berada di jalur air maupun sesar/patahan;
c) Tidak berada di pinggir jalan/jalur transportasi.
Prinsip-prinsip penanganan permukiman kumuh adalah:
1. Fokus pada peningkatan kualitas permukiman kumuh pada urban area (perkotaan);
2. Pemerintah Daerah sebagai Pelaksana Utama (Panglima) yang memiliki komitmen kuat dalam
penanganan permukiman kumuh di daerah;
3. Pendekatan penanganan secara bottom up/berbasiskan kebutuhan (demand driven) dan pelibatan
masyarakat;
4. Penanganan permukiman kumuh yg berkesinambungan;
5. Penanganan permukiman kumuh multisektoral berbasis kawasan secara terintegrasi (integrated
planning).
Tabel 6.11 Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman di Perkotaan
Tahun 2015-2019

Jiwa
Jiwa/Km2
Jiwa/Km2

Tahun
2015
123.391
85
100

Tahun
2016
124.132
86
130

Tahun
2017
124.877
86
180

Tahun
2018
125.626
87
250

Tahun
2019
126.380
88
301

Jiwa/Km2

-

-

-

-

-

Ha

9,13

9,13

9,13

9,13

9,13

TB
Unit

-

-

-

-

-

No.

Uraian

Unit

1
2
3

Jumlah Penduduk
Kepadatan Penduduk
Proyeksi
Persebaran
Penduduk
Proyeksi
Persebaran
Penduduk Miskin
Sasaran
Penurunan
Kawasan Kumuh
Kebutuhan Rusunwa
Kebutuhan RSH

4
5
6
7

Bab VI

Ket

Page 155

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019

Tabel 6.12 Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman di Perdesaan
Tahun 2015-2019

Jiwa
Jiwa/Km2
Jiwa/Km2

Tahun
2015
123.391
85
100

Tahun
2016
124.132
86
130

Tahun
2017
124.877
86
180

Tahun
2018
125.626
87
250

Tahun
2019
126.380
88
301

Jiwa/Km2

-

-

-

-

-

Desa

2

2

2

3

2

Desa

5

5

10

7

15

No.

Uraian

Unit

1
2
3

Jumlah Penduduk
Kepadatan Penduduk
Proyeksi
Persebaran
Penduduk
Proyeksi
Persebaran
Penduduk Miskin
Desa
Potensial
Untuk
Agropolitan
Desa
Potensial
Untuk
Minapolitan
Kawasan Rawan Bencana

4
5
6
7

6.1.4

Kws

Ket

Daerah rawan bencana

Program-Program Sektor Pengembangan Permukiman
Berdasarkan karakteristiknya, rencana pemanfaatan ruang untuk kawasan permukiman terbagi

menjadi dua, yaitu kawasan permukiman perkotaan seluas 1.370 ha, yang sebagian besar terkonsentrasi
di Kecamatan Pangururan 59,1% atau sekitar 820 ha. Sedangkan kawasan permukiman pedesaan
dialokasikan sebesar 3.447 ha dengan persebaran yang merata di seluruh kecamatan. Dalam mengatur
peruntukan lahan di kawasan permukiman perkotaan dan pedesaan tersebut, perlu diatur lebih lanjut
dalam Rencana Detail Tata Ruang (RDTR), terutama untuk mengatur blok-blok bangunan, kepadatan
bangunan (KDB), ketinggian bangunan (KLB).
Kawasan Agropolitan, merupakan kawasan produksi pertanian secara makro yang didesain dari
awal untuk mengakomodasi kegiatan penanaman sampai kepada kepada jalur distribusinya dialokasi di
kawasan tersebut. Alokasi lahan untuk kawasan agropolitan ini ditempatkan di Kecamatan Harian dengan
luas sekitar 2.982 ha.
Tabel 6.13 Perwujudan Rencana Sistem Pusat-Pusat Permukiman

(1)
1.

Ibukota
Kabupaten/Kecamatan
(2)
Pangururan

2.

Simanindo

No

Bab VI

Hirarki
Fungsi
(3)
PKWp

PKLp

Fungsi Utama













(4)
Pemerintahan.
Perdagangan.
Pendidikan.
Kesehatan.
Perhubungan Darat.
Kebudayaan.
Pariwisata.

Perdagangan
Pendidikan
Kesehatan
Pertaninan Hortikultura,
Lahan Kerng dan Basah
 Pariwisata Bahari dan
Terbang Layang

Prasarana & Sarana Minimum




















(5)
Penyusunan RDTR Kota Pangururan.
Pengembangan dan penataan detil Kota Pangururan.
Pengembangan perkantoran pemerintahan.
Peningkatan Pasar Pangururan.
Peningkatan Pusat Perdagangan dan Jasa.
Pembangunan Energi Alternatif.
Pembangunan Perguruan Tinggi (Akademi).
Pengembangan RSUD.
Pembangunan Gedung OR dan kesenian (Stadion).
Peningkatan terminal (tipe B).
Peningkatan kapasitas PAM.
Pembangunan jalan lingkar utara kota.
Pembangunan Terminal Agribisnis.
Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Tomok
Peningkatan Dermaga.
Pembangunan TPI (Tempat Pelelangan Ikan)
Peningkatan Pusat Perdagangan dan Jasa
Perbaikan Daerah Irigasi.
Pembangunan gedung penyelamat dan penyediaan
peralatan dini Kecelakaan Danau.

Page 156

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019

No
(1)

Ibukota
Kabupaten/Kecamatan
(2)

3.

Ronggur Nihuta

4.

Palipi

Hirarki
Fungsi
(3)

PKK

Sub PKLp

Fungsi Utama
(4)
 Kebudayaan
 Perhubungan/Transport
asi Danau
 Pendidikan
 Kesehatan
 Pertanian Hortikultura,
Lahan Kerng dan Basah
 Pariwisata Alam








5.

Nainggolan

Sub PKLp











6.

Onan Runggu

PKLp










7.

Sitio-tio

PKK









8.

Harian

PKLp











9.

Sianjur Mula-mula

Bab VI

PKK





Perdagangan
Pendidikan
Kesehatan
Pertanian Lahan Kering
dan Basah
Pariwisata Alam
Kebudayaan
Perhubungan/Transport
asi Danau
Perda