UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN PEMBELAJARAN AGAMA MATERI SHALAT FARDHU MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS III SD WATES V KOTA MAGELANG TAHUN 2013 SKRIPSI

  

UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN PEMBELAJARAN

AGAMA MATERI SHALAT FARDHU MELALUI METODE

DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS III SD WATES V KOTA MAGELANG TAHUN 2013 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Kependidikan Islam

  Program Pendidikan Agama Islam Oleh:

  Sugeng Rakhmad NIM: 11411009 JURUSAN TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2015

PERSETUJUAN PEMBIMBING

  Setelah dikoreksi dan diperiksa, maka skripsi Saudara: Nam : Sugeng Rakhmad NIM : 11411009 Fakultas : Tarbiyah Jurusan : Pendidikan Agama Islam Judul : UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN PEM-

  BELAJARAN AGAMA MATERI SHALAT FARDHU MELALUI METODE DEMOSTRASI PADA SISWA KELAS

  III SD WATES V KOTA MAGELANG TAHUN 2013 Telah disetujui untuk dimunaqosyahkan

  Salatiga, 30 Oktober 2013 Pembimbing

  Drs. Abdul Syukur, M.Si NIP: 196703071994031002

  SKRIPSI UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS III SD WATES V KOTA MAGELANG TAHUN 2013 DISUSUN OLEH SUGENG RAKHMAD NIM : 11411009

  Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada hari Sabtu, 18 April 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana S1 Kependidikan Islam.

  Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji : Imam Mas Arum, M.Pd __________________ Sekretaris Penguji : Drs. Abdul Syukur,M.Si __________________ Penguji I : Maslikhah, M. Si __________________ Penguji II : Achmad Maimun. M.Ag __________________

  Salatiga, 18 Maret 2015 Dekan FTIK IAIN Salatiga Suwardi, M.Pd.

  NIP.19670121 199903 1 002

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

  Nam : Sugeng Rakhmad, A.Ma.Pd NIM : 11411009 Fakultas : Tarbiyah Jurusan : Pendidikan Agama Islam

  Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

  Salatiga, 30 Oktober 2013 Yang Menyatakan, Sugeng Rakhmad NIM: 11411009

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

  MOTTO

  ل اَمَك ا ْوّلَص : َل اَق َمَّلَس َو ًِْيَلَع الله ىًّلص ىبَّىلا ّْنَا ِث ِزْي َوُح ا ِهبا كِل اَم ْهَع َو

(راخبلا ياور ) ىِّلَصُا ىِووُمُتْيًأ َر

  Artinya:

  “Dan dari Malik bin al-Hawairits: Sesungguhnya Nabi SAW telahbersabda: shalatlah kamu sebagaimana kamu melihatku shalat.”(H.R.

  Ahmad dan Bukhari).

  PERSEMBAHAN

  Dengan mengucap puji syukur ke hadirat Allah SWT, laporan ini kupersembahkan kepada:

1. Orang tuaku tercinta 2.

  Istri dan anakku tersayang 3. Adik-adikku serta sahabat-sahabatku 4. Segenap Civitas Akademik STAIN Salatiga

KATA PENGANTAR

  Assalamu‟ alaikum Wr. Wb

  Alhamdulillah, penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya serta Shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Skripsi ini disusun guna melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada jenjang Strata Satu pada Jurusan Tarbiyah Program Studi Kependidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

  Terlepas dari segala keterbatasan manusia sebagai makhluk yang lemah, penulis menyadari bahwa keberhasilan penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, dorongan serta sumbangan pemikiran dari berbagai pihak. Akhirnya dengan segenap ketulusan hati, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan rasa hormat setinggi-tingginya kepada: 1.

  Dekan FTIK IAIN Salatiga Bapak Suwardi, M.Pd. yang telah mengizinkan dan memberi restu penyusunan skripsi ini.

  2. Dosen pembimbing Bapak Drs. Abdul Syukur, M.Si yang telah mencurahkan pikiran, perhatian serta pengorbanan banyak waktu untuk membimbing dan mengarahkan penyusunan skripsi ini.

  3. Segenap staf pengajar Fakultas Tarbiyah IAIN Salatiga yang telah memberi bekal pengetahuan.

  4. Orang tuaku, istri dan anak-anakku tersayang serta sahabat-sahabatku yang telah memberikan doa, dorongan dan kepercayaan.

5. Kepala sekolah SD Negeri Wates V Kota Magelang serta dewan guru yang telah memberi ijin dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

  Siswa-siswa kelas III SD Negeri Wates V Kota Magelang sebgai objek penelitian dengan tulus memberi kelonggaran serta semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini.

  Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu sran perbaikan dari pembaca sangat penulis harapkan, sebelum dan sesudahnya penulis mengucapkan terima kasih.

  Wassalamu‟alaikum Wr.Wb

  Salatiga, 30 Oktober 2013 Segeng Rakhmad

  

ABSTRAK

Sugeng Rakhmad. 11411009. Upaya peningkatan pemahaman pembelajaran

  Agama Materi Shalat fardhu melalui Metode Demonstrasi pada Siswa Kelas III SD Wates 5 Kota magelang Tahun 2013. Skripsi. Jurusan

  Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing. Drs. Abdul Syukur.M, Si.

  Kata kunci: Pemahaman Belajar, Shalat Fardhu, metode Demontrasi

  Permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah: Apakah penerapan metode demontrasi dapat meningkatkan pemahaman pembelajaran agama materi Shalat fardhu pada siswa Kelas III SD Wates 5 Kota Magelang Tahun 2013 ? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan pemahaman pembelajaran agama materi Shalat fardhu pada siswa Kelas III SD Wates 5 Kota Magelang Tahun 2013.

  Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan siklus penelitian yaitu siklus I, siklus II, dan siklus III. Setiap siklus memiliki empat tahap yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas III SD wates 5 Kota Magelang sebanyak 7 siswa. Data yang diperoleh berupa hasil pre-test, post-test, serta lembar observasi kegiatan pembelajaran.

  Hasil penelitian menunjukkan pada siklus I prosentase ketuntasan belajar siswa sebesar 28,57% dengan nilai rata-rata 65. Pada siklus II prosentase ketuntasan belajar siswa sebesar 7,14% dengan nilai rata-rata 70. Siklus III nilai rata-rata 75, dengan ketuntasan klasikal mencapai 85,71%.

  Data tersebut menunjukkan bahwa penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan pemahaman pembelajaran agama materi shalat fardhu pada siswa kelas III di SD Wates 5 Kota Magelang tahun 2013.

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN SAMPUL.....................................................................................ii HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................iv LEMBAR KEASLIAN TULISAN..................................................................v MOTTO DAN PERSEMBAHAN...................................................................vi KATA PENGANTAR.....................................................................................vii ABSTRAK........................................................................................................ix DAFTAR ISI.....................................................................................................x DAFTAR TABEL .............................................................................................xii DAFTAR GAMBAR.......................................................................................xiii DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................xiv

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah..............................................................1 B. Rumusan Masalah........................................................................7 C. Tujuan Penelitian.........................................................................8 D. Manfaat penelitian.......................................................................8 E. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan.........................9 F. Definisi Operasional....................................................................10 G. Metodelogi Penelitian..................................................................12 H. Sistematika Penulisan..................................................................19 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran.............................................................21

  B. Pendidikan Agama Islam.........................................................29

  C. Shalat Fardhu...........................................................................34

  E. Metode Demonstrasi................................................................47

  BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Diskripsi Pelaksanaan Siklus I.................................................56 B. Diskripsi Pelaksanaan Siklus II...............................................62 C. Diskripsi Pelaksanaan Siklus III..............................................71 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PERSEMBAHAN A. Hasil Penelitian.........................................................................76 B. Pembahasan..............................................................................81 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan...............................................................................95 B. Saran.........................................................................................96 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

  DAFTAR TABEL

  Tabel 1 : Indikator Prestasi Belajar Tabel 3 : Lembar Observasi Siklus I Tabel 4 : Lembar Observasi Siklus II Tabel 5 : Lembar Observasi Siklus III Tabel 6 : Hasil Pre-Test dan Post-Test Siklus I Tabel 7 : Hasil Pre-Test dan Post-Test Siklus II Tabel 8 : Hasil Pre-Test dan Post-Test Siklus III

  DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 : Siklus PTK

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 2 : RPP Siklus II Lampiran 3 : RPP Siklus III Lampiran 4 : Soal Post-test Siklus I Lampiran 5 : Soal Post-test Siklus II Lampiran 6 : Permohonan Ijin Penelitian Lampiran 7: Daftar Riwayat Hidup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan

  makna yang terkandung dalam belajar. Disebabkan oleh kemampuan berubah karena belajarlah, maka manusia dapat berkembang lebih jauh daripada makhluk-makhluk lainnya, sehingga manusia terbebas dari kemandegan fungsinya sebagai khalifah Allah di muka bumi. Karena kemampuan berkembang melalui belajar itu pula manusia secara bebas dapat mengeksploitasi, memilih, dan menetapkan keputusan-keputusan pentingnya untuk kehidupan manusia. Dalam perspektif islam, belajar merupakan kewajiban bagi setiap orang beriman agar memperoleh ilmu pengetahuan dalam rangka meningkatkan derajat kehidupan manusia. Hal ini dinyatakan dalam surat Mujadalah : 11 yang berbunyi :

  ... ...

  تاَج َرَد َمْلِعْلا اوُتوُأ َهْي ِذَّلا َو ْمُكْىِم اوُىَمَا َهْي ِذَّلا ُ ّللّا ِعَف ْزَي Artinya :” ...niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.

  

  Islam memandang umat manusia sebagai makhluk yang dilahirkan dalam keadaan kosong, tak berilmu pengetahuan. Akan tetapi, Tuhan memberi potensi yang bersifat jasmaniah dan rohaniah untuk belajar dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemaslahatan umat manusia itu sendiri. Potensi-potensi tersebut terdapat dalam organ-organ fisio-psikis manusia yang berfungsi sebagai alat-alat penting untuk melakukan kegiatan belajar. Adapun ragam alat fisik-psikis tersebut berupa : informasi visual, 2) Indra pendengar (telinga), yakni alat fisik yang berguna untuk menerima informasi verbal, 3) Akal, yakni potensi kejiwaan manusia berupa sistem psikis yang kompleks untuk menyerap, mengolah, menyimpan, dan memproduksi kembali item-item informasi dan pengetahuan (ranah kognitif). Alat-alat yang bersifat fisio-psikis dalam hubungannya dengan kegiatan belajar merupakan subsistem-subsistem yang satu sama lain berhubungan secara fungsional (Syah, 2003: 101-102).

  Undang- Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat berbunyi ”Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan”. Ayat 2 berbunyi “ Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya”. Dan ayat 3 berbunyi “ Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang. Arah dan tujuan pendidikan nasional kita, seperti yang diamanatkan oleh UUD 1945, adalah peningkatan keimanan iman dan takwa serta pembinaan akhlak mulia para peserta didik.

  Pasal 3 undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pe ndidikan Nasional menyebutkan “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Seiring dengan tujuan pendidikan tersebut, maka Kementerian Pendidikan Nasional mulai tahun 2010 mencanangkan pembangunan karakter bangsa dengan empat nilai pokok, yaitu jujur, cerdas, tangguh, dan peduli (Zuchdi, 2012:2)

  Era informasi dan pengetahuan yang ditandai oleh penempatan teknologi informasi dan kemampuan intelektual sebagai modal utama dalam segala bidang kehidupan, ternyata di sisi lain memberikan dampak negatif terhadap pertumbuhan karakter bangsa. Semakin hari degradasi moral, sikap, dan perilaku semakin terasa diberbagai kalangan masyarakat. Ada kecenderungan bahwa watak anggota masyarakat Indonesia menunjukkan distorsi dan bahkan kemunduran. Perilaku tidak terpuji dan tidak menghargai bangsa semakin meningkat dan menggejala (Zuchdi, 2012:1).

  Misi besar pendidikan nasional menuntut semua pelaksana pendidikan memiliki kepedulian yang tinggi akan masalah moral/ karakter.

  Upaya yang bisa dilakukan untuk pembinaan karakter peserta didik diantaranya dengan memaksimalkan fungsi mata pelajaran yang sarat dengan materi pendidikan karakter (akhlak/nilai) seperti Pendidikan Agama (Zuchdi, 2012:15).

  Pendidikan Agama bukan saja menjadi tugas sekolah, tetapi juga tugas keluarga dan masyarakat. Mengingat begitu pentingnya pendidikan menjadi perhatian guru mata pelajaran tersebut. Penyelenggaraan pendidikan agama islam di sekolah penuh tantangan, karena secara formal penyelenggaraan pendidikan islam di sekolah hanya 3 jam pelajaran per minggu. Jadi apa yang bisa diperoleh peserta didik yang hanya 3 jam pelajaran.

  Sekolah Dasar sebagai salah satu satuan pendidikan formal juga mempunyai tugas yang cukup penting dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Dalam kurikulum satuan pendidikan Sekolah Dasar terutama mata pelajaran pendidikan agama islam terdapat pokok materi shalat fardhu.

  Tujuan secara umum materi tersebut adalah supaya siswa dapat mempraktekkan shalat fardhu dengan benar. Untuk mengetahui sejauh mana pembelajaran itu berhasil maka dapat dilihat sejauh mana peserta didik memahami terhadap materi tentang shalat bukan saja secara teoritis tetapi mampu mempraktekkan shalat fardhu secara benar.

  Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. (Slamento, 1995: 1).

  Guru sebagai pendidik ataupun pengajar merupakan faktor penentu kesuksesan setiap usaha pendidikan. Itulah sebabnya setiap perbincangan mengenai pembaruan kurikulum, pengadaan alat-alat belajar sampai pada kriteria sumber daya manusia yang dihasilkan oleh usaha pendidikan selalu dalam dunia pendidikan (Syah, 2003: 223).

  Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakan. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam mengaitkan pemahaman bagi siswanya dan memperbaiki kualitas mengajar.

  Hal ini menuntut perubahan dalam mengorganisasikan kelas, penggunaan metode mengajar, strategi belajar mengajar, maupun sikap dan karakteristik guru dalam mengelola proses belajar mengajar, bertindak sebagai fasilitator yang berusaha menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif. Salah satu usaha guru untuk dapat mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran adalah guru harus mampu merubah kebiasaan guru yang hanya menggunakan metode ceramah yang membuat siswa cenderung pasif dan menyempurnakan dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat.

  Pada prinsipnya, tidak satupun metode mengajar yang dapat dipandang sempurna dan cocok dengan semua bahasan yang ada dalam setiap bidang studi. Karena setiap metode mengajar pasti memiliki keunggulan dan kelemahan-kelemahan yang khas. Namun, kenyataan ini tidak bisa dijadikan argumen mengapa seorang guru gagal dalam menjalankan tugasnya sebagai pengajar. Sebaliknya, guru yang profesional dan kreatif justru hanya akan memilih metode mengajar yang lebih tepat setelah menetapkan topik pembahasan materi dan tujuan pembelajaran serta jenis kegiatan belajar siswa yang dibutuhkan (Syah, 2003: 202). diantara sesama siswa sebagai bentuk keterlibatan aktif mereka dalam proses pembelajaran memerlukan rangsangan dan kondisi yang mendukung. Metode pembelajaran demonstrasi yang merupakan bagian dari cara penyajian pelajaran dengan cara memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa sangat efektif untuk diterapkan karena masing-masing siswa akan mendapatkan bagian dan kesempatan yang sama untuk mempraktekannya, sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator dan contoh pembelajaran agar tidak menyimpang dan keluar dari tujuan pembelajaran.

  Penerapan metode demonstrasi tepat digunakan dalam pembelajaran shalat fardhu, karena dengan contoh siswa akan lebih mudah memahami bukan saja dari bacaaan shalat tetapi juga dari setiap gerakan dalam shalat. Materi shalat fardhu sangat penting karena shalat fardhu menjadi salah satu materi ujian praktek kelas VI SD. Hal yang lebih mendasar lagi penanaman shalat sejak dini menjadi hal yang sangat penting bagi umat islam, karena shalat merupakan salah satu kewajiban yang sangat ditekankan dalam agama islam.

  Tujuan pokok penggunaan metode demonstrasi dalam proses belajar mengajar ialah untuk memperjelas pengertian konsep dan memperlihatkan (meneladani) cara melakukan sesuatu atau proses terjadinya sesuatu. Selain itu penggunaan metode demostrasi dalam proses belajar mengajar juga memiliki arti penting yang strategis dalam memberantas penyakit verbalisme. Gejala penyakit verbalisme (aliran pandangan pendidikan yang artinya) biasanya mudah timbul dalam proses belajar mengajar apabila guru hanya menginformasikan konsep dan fakta dalam bentuk kata-kata (baik lisan maupun tulisan) tanpa menjelaskan lebih jauh. (Syah, 2003 : 208-209).

  Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti berusaha untuk melakukan penelitian dengan judul “Upaya Peningkatan Pemahaman

  Pembelajaran Agama Materi Shalat Fardhu dengan Metode Demonstrasi pada Siswa Kelas III SD Wates 5 Kota Magelang Tahun 2013”.

  B. Rumusan Masalah

  Bertolak dari latar belakang masalah di atas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : “Apakah penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan pemahaman pembelajaran agama materi shalat fardhu pada siswa kelas III SD Wates 5 Kota Mag elang tahun 2013 ?”.

  C. Tujuan Penelitian

  Bedasarkan rumusan masalah di atas maka penulis merumuskan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui apakah penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan pemahaman pembelajaran agama materi shalat fardhu pada siswa kelas III SD Wates 5 Kota Magelang tahun 2013.

  D. Manfaat Penelitian 1.

  Secara Teoritis a.

  Menambah khasanah keilmuan khususnya metode yang tepat dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada jurusan Tarbiyah Institut b.

  Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya mengenai masalah yang sama .

2. Secara Praktis a.

  Bagi Siswa 1.)

  Membantu siswa meningkatkan pemahaman pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

  2.) Kegiatan pembelajaran siswa di dalam kelas menjadi lebih menarik dan siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran.

  3.) Siswa lebih mudah belajar dengan metode yang tepat.

  b.

  Bagi Guru 1.) Meningkatkan kualitas proses pembelajaran. 2.)

  Meningkatkan kemampuan guru dalam penerapan metode demonstrasi pada materi pelajaran shalat fardhu.

  3.) Sebagai acuan dalam menerapkan metode pembelajaran untuk mata pelajaran yang lain.

  c.

  Bagi Sekolah Dapat meningkatkan aktifitas dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sehingga kualitas kelulusannya lebih baik.

E. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan

  1. Hipotesis tindakan Trelease (1960) memberikan definisi hipotesis sebagai “suatu keterangan sementara dari suatu fakta yang diamati”. Sedangkap Good dan

  Scates (1954) menyatakan bahwa “Hipotesis adalah sebuah taksiran atau referensi yang dirumuskan serta diterima untuk sementara yang dapat menerangkan fakta-fakta yang diamati ataupun kondisi-kondisi yang diamati, dan digunakan sebagai petunjuk untuk langkah-langkah penelitian selanjutnya. Kerlinger (1973) mendefinisikan Hipotesis sebagai pernyataan yang bersifat terkaan dari hubungan antara dua atau lebih variabel (Nazir, 1983 : 151).

  Hipotesis tindakan penelitian ini adalah jika menerapkan metode demonstrasi dapat meningkatkan pemahaman pembelajaran agama materi shalat fardhu pada siswa kelas III SD Wates 5 Kota Magelang tahun 2003.

  2. Indikator Keberhasilan Menurut Muhibbin Syah (2003), Indikator Prestasi belajar terbagi menjadi 3 aspek yaitu : 1) Kognitif (cipta), Afektif (rasa), Psikomotorik

  (ranah karsa). Kognitif (cipta) meliputi pengamatan, ingatan, pemahaman, aplikasi/penerapan, analisa dan sintesis. Dalam penelitian ini ditinjau dari pemahaman. Tindakan ini dikatakan berhasil apabila siswa kelas III SD Wates 5 Kota Magelang 75% memperoleh ketuntasan atau memperoleh nilai minimal 7 sesuai dengan KKM.

F. Definisi Operasional

  Agar tidak terjadi salah tafsir dan persepsi dari pengertian tersebut di atas maka definisi dari variabel penelitian ini adalah sebagai berikut : Upaya meningkatkan

  Upaya adalah usaha (syarat) untuk menyampaikan sesuatu maksud, sedangkan yang dimaksud meningkatkan adalah menaikkan derajat atau taraf dengan melalui suatu proses dalam sebuah alur yang menuju pada nilai agar menjadi lebih baik (Poerwadarminto, 1982 dalam Chasanah, 2010: 6).

  Adapun yang dimaksud dengan upaya meningkatkan adalah suatu usaha untuk meningkatkan taraf belajar dengan meningkatkan melalui suatu proses dalam sebuah alur untuk meningkatkan nilai agar menjadi lebih baik.

2. Pemahaman

  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemahaman merupakan terjemahan dari istilah understanding yang diartikan sebagai penyerapan arti suatu materi yang dipelajari (www.ahli-definisi.blogspot.com).

  Pemahaman yang dimaksud adalah tingkat kemampuan yang diharapakan agar dikuasai siswa untuk memahami atau menangkap makna dan fakta dari bahan yang dipelajari. Kata-kata kerja yang biasa digunakan untuk merumuskan tujuan instruksional khusus (TIK) jenjang pemahaman, antara lain: menjelaskan, menguraikan, mengubah, memperkirakan, menyimpulkan, memberikan contoh, menafsirkan, menentukan dan membedakan ( Abror, 1993: 163).

  3. Belajar Belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu lingkungan yang melibatkan proses kognitif (Syah, 2003: 91)

  4. Shalat Fardhu Shalat Fardhu adalah shalat yang diwajibkan bagi setiap muslim yang dewasa dan berakal sehat. Adapun shalat menurut bahasa berarti doa, sedangkan menurut istilah adalah rangkaian gerakan dan ucapan yang didahului dengan takbir dan di akhiri dengan salam dengan memenuhi rukun dan syarat tertentu.

  5. Metode Demonstrasi Metode yang dilaksanakan dengan cara penyajian pelajaran dengan memeragakan atau mempertunjukkan kepada siswa, suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan.

G. Metodelogi Penelitian 1.

  Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang peneliti tetapkan berupa penelitian tindakan kelas. Prosedur yang peneliti lakukan dan langkah-langkah penelitian tindakan kelas mengikuti prinsip-prinsip dasar yang berlaku dalam tata tertib penelitian tindakan kelas yang berlaku atau yang harus di lakukan.

  Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan Supardi,2006: 3)

  Menurut Suhardjono (2007) dalam Uswatun (2010) penelitian kelas adalah penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktek pembelajaran di kelasnya. Penelitian tindakan kelas berfokus pada kelas atau pada proses belajar mengajar yang terjadi di kelas, bukan pada input kelas (silabus materi dan lain-lain) ataupun output (hasil belajar) hal-hal yang terjadi di dalam kelas.

  Tahap-tahap dalam rancangan penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut : a.

  Perencanaan b.

  Tindakan c. Pengamatan/observasi d.

  Refleksi 2. Tempat dan Waktu

  Penelitian di laksanakan di SD Wates 5 Kota Magelang pada bulan Mei Semester II tahun pelajaran 2012/2013 3. Subyek Penelitian

  Subyek penelitian tindakan kelas adalah siswa kelas III berjumlah 7 siswa dan guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Wates 5 Kota Magelang.

4. Langkah-langkah / Siklus Penelitian

  Menurut Suhardjono dalam Arikunto, Suharjono,dan Supardi dilakukan dalam siklus berulang. Empat kegitan utama yang ada pada setiap siklus, yaitu (a) perencanaan, (b) tindakan, (c) pengamatan, dan (d) refleksi yang dapat digambarkan sebagai berikut:

  Perencanaan Pelaksanaan Permasalahan

  PP

  tindakan I Tindakan I Pengamatan/peng Refleksi I umpulan data I

  Siklus I

  Perencanaan Pelaksanaan Permasalahan baru tindakan II tindakan II hasil refleksi

  Pengamatan/peng Refleksi II

  Siklus II

  umpulan data II Apabila Dilanjutkan ke siklus permasalahan selanjutnya belum terselesaikann

Gambar 1.1 Siklus PTK a.

  Pelaksanaan Siklus

  Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti memerlukan beberapa siklus hingga dapat dicapai hasil yang sesuai dengan disetiap tahap peneliti yaitu : 1.)

  Tahap perencanaan Pada tahap ini dilakukan penyusunan instrument penelitian dan instrumen pembelajaran yang terdiri dari silabus, rencana pengajaran, lembar observasi dan soal test. Penelitian direncanakan pada bulan Mei.

  2.) Tahap Pelaksanaan

  a.) Kegiatan pembelajaran pada pertemuan 1 menerapkan

  Metode demonstrasi. Materi pembelajaran pada pertemuan ke-1 yaitu materi tentang tentang pengertian shalat fardhu, waktu dan pelaksanaan shalat fardhu,dan bacaan niat shalat fardhu beserta artinya.

  b.) Kegiatan pembelajaran pada pertemuan ke-2 menerapkan

  Metode demonstrasi. Materi pembelajaran pada pertemuan ke-2 yaitu materi tentang melakukan shalat fardhu.

  c.) Kegiatan pembelajaran pada pertemuan ke-3 menerapkan

  Metode demonstrasi, materi pembelajaran pada pertemuan ke-3 yaitu materi tentang praktek shalat.

  3.) Tahap Evaluasi

  Evaluasi pemahaman belajar siswa menggunakan lembar observasi.

  Tahap Pengamatan Tahap ini dilaksanakan bersamaan dengan tahap pelaksanaan yaitu pengamatan terhadap pemahaman belajar dengan mengadakan test pada awal dan akhir siklus. 5.)

  Tahap Refleksi Pada tahap ini dibandingkan antara hasil observasi mengenai pemahaman siswa mata pelajaran Pendidikan Agama

  Islam setelah siklus I, sehingga dapat ditunjukkan adanya perubahan antara sebelum siklus II dengan setelah pelaksanaan siklus II. Apabila indikator keberhasilan yang telah ditentukan belum tercapai maka siklus ini akan dilanjutkan pada siklus II sampai indikator keberhasilan tercapai. Akan tetapi apabila pada siklus selanjutnya indikator keberhasilan tersebut telah tercapai, maka siklus akan dihentikan.

  6.) Instrumen Penelitian

  Adapun yang disiapkan diantaranya berupa:

  a.) Soal tes

  b.) Pedoman dan kriteria penilaian

  c.) Lembar observasi

  7.) Metode Pengumpulan data

  Pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data (Arikunto data dengan menggunakan :

  a.) Observasi

  Pada penelitian ini kegiatan observasi dilakukan pada saat guru menyampaikan materi pembelajaan terhadap kondisi kelas. Pengamatan dilakukan oleh teman sejawat dengan mengisi lembar observasi/pengamatan yang telah dipersiapkan.

  b.) Tes / Angket

  Metode dalam penelitian ini yaitu pre-test dan post- test. Kegiatan pre-test dilakukan secara rutin pada setiap akan memulai penyajian materi baru. Tujuannya ialah untuk mengidentifikasi taraf pengetahuan siswa mengenai bahan yang akan disajikan.

  Secara post-test yakni kegiatan evaluasi yang dilakukan pada akhir penyajian materi. Tujuannya ialah untuk mengetahui taraf penguasaan siswa atas materi yang telah diajarkan (Syah, 1997: 143-144).

  c.) Teknik Analisis Data

  Dalam rangka menyusun dan mengolah data yang terkumpul sehingga menghasilkan suatu kesimpulan digunakan analisis data kuantitatif. Dalam menganalisa data, untuk menghitung nilai rata-rata penulis menggunakan rumus Dimana: Dari nilai rata-rata tersebut apabila : Sedangkan rumus untuk menghitung persentase ( Wulandari, 2014 ) : Berdasarkan rumus di atas, maka dalam penelitian ini, rumus untuk menghitung persentase ketuntasan dirumuskan: Keterangan : P = Persentase St = Siswa tuntas n = Jumlah siswa

H. Sistematika Penulisan

  Skripsi ini terdiri dari lima bab, masing-masing bab berisi sebagai berikut : Bab pertama, pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumus masalah, tujuan penelitian, hepotesistindakan, manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian, sistematika penulisan.

  Bab kedua, kajian pustaka yang berisi prestasi, metode demonstrasi, pembelajaran pendidikan agama Islam, materi Shalat fardhu.

  Bab ketiga, pelaksanaan penelitian yang memuat gambaran umum SD Wates 5 Kota Magelang, deskripsi pelaksanaan siklus I, deskripsi pelaksanaan siklus II, deskripsi pelaksanaan siklus III.

  Bab keempat, hasil penelitian dan pembahasan, berisi deskripsi persiklus, pembahasan.

  Bab kelima, penutup yang berisi kesimpulan, saran dan pada bagian akhir dilengkapi daftar pustaka dan lampiran-lampiran.

BAB II KAJIAN PUSTAKA Belajar dan Pembelajaran 1. Definisi Belajar dan Pembelajaran Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur

  yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat tergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada disekolah maupun dilingkungan rumah atau keluarganya sendiri (Syah, 2003 : 88)

  Howard L Kingskey dalam Djamarah (2002:65) mengatakan bahwa

  “learning is the process by which behavior (in the broader sense) isoriginated or changed throught practice or training ”. Belajar

  adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktik atau latihan.

  Slamento (1995: 2) merumuskan pengertian tentang belajar, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan , sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

  Dari beberapa pendapat para ahli tentang pengertian belajar yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu yang sangat fundamental untuk memperoleh perubahan. digunakan untuk menunjukkan kegiatan guru dan siswa. Dalam perumusan UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas disebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam konsep tersebut ada 5 konsep yaitu interaksi, peserta didik, pendidik, sumber belajar, dan lingkungan belajar (Udin dalam Chasanah, 2010 : 15). Sedangkan pendapat lain menyatakan bahwa pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran (Hamalik dalam Chasanah, 2010 : 15)

  Dari berbagai pendapat mengenai pembelajaran dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan kegiatan yang direncanakan untuk terciptanya kegiatan belajar peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

  Menurut Syah, Muhibbin (2003), faktor-faktor yang mepengaruhi belajar dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu : a.

  Faktor Internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa. Faktor yang berasal dari dalam 1.)

  Aspek Fisiologis Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi- sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indera pendengar dan indera penglihatan juga mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan ilmu pengetahuan, khususnya yang disajikan di kelas.

  2.) Aspek Psikologis

  Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat membantu kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaan siswa.

  Namun, diantara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial adalah : a.) Tingkat kecerdasan / intelegensi siswa; b.) Sikap siswa; c.) Bakat; d.) Minat siswa; e.)Motivasi siswa.

  b.

  Faktor Eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa.

  Faktor eksternal siswa terdiri atas dua macam, yakni : 1.)

  Lingkungan sosial

  Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi lain yaitu masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan disekitar siswa tersebut. Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar adalah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri.

  2.) Lingkungan Non Sosial

  Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial adalah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang di gunakan siswa.

3. Faktor Pendekatan Belajar

  yakni jenis upaya belajar siswa yang

  (Approach to Learning ),

  meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. Sedangkan menurut Noehl Nasution dalam Djamarah (2002), faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar meliputi : a.

  Faktor Lingkungan Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan anak didik. Dalam lingkunganlah anak didik hidup dan berinteraksi dalam mata rantai kehidupan yang disebut ekosistem. Selama hidup anak didik tidak bisa menghindarkan diri dari lingkungan alami dan lingkungan sosial budaya. Keduanya mempunyai pengaruh cukup signifikan terhadap belajar anak didik di sekolah.

  Faktor Instrumental, meliputi : 1.)

  Kurikulum Muatan kurikulum akan mempengaruhi intensitas dan frekuensi belajar anak didik. Untuk mencapai target penguasaan kurikulum oleh anak didik terkadang dirasakan begitu sukar. Faktor sejarah pendidikan masa lalu yang menjadi akar permasalahannya.

  2.) Program

  Program pendidikan disusun untuk dijalankan demi kemajuan pendidikan. Keberhasilan pendidikan disekolah tergantung dari baik tidaknya program pendidikan yang dirancang. Program pendidikan disusun berdasarkan potensi sekolah yang tersedia, baik tenaga, finansial, dan sarana pra sarana.

  3.) Sarana dan Fasilitas

  Sarana mempunyai arti penting dalam pendidikan. Gedung sekolah misalnya sebagai tempat yang strategis bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar di sekolah. Salah satu persyaratan untuk membuat suatu sekolah adalah pemilikan gedung sekolah yang di dalamnya ada ruang kelas, ruang kepala sekolah, ruang dewan guru, ruang perpustakaan, ruang BP, ruang tata usaha, auditorium, dan halaman sekolah kemudahan pelayanan anak didik. Selain masalah sarana, fasilitas juga kelengkapan sekolah yang sama sekali tidak bisa diabaikan. Lengkap tidaknya buku-buku diperpustakaan ikut menentukan kualitas suatu sekolah. 4.)

  Guru Guru merupakan unsur manusiawi dalam pendidikan.

  Kehadiran guru mutlak diperlukan. Persoalan guru menyangkut dimensi yang luas, tidak hanya bersentuhan dengan masalah di luar dirinya seperti mampu berhubungan dengan baik dengan warga masyarakat di luar sekolah dan berhubungan dengan baik dengan anak didik kapan dan dimana pun dia berada, tetapi juga masalah yang berkaitan dengan diri pribadinya.

  c.

  Kondisi Fisiologis Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Orang yang dalam keadaan segar jasmaninya akan berlainan belajarnya dari orang yang dalam keadaan kelelahan. Anak-anak yang kekurangan gizi ternyata kemampuan belajarnya di bawah anak-anak yang tidak kekurangan gizi, mereka lekas lelah, mudah ngantuk, dan sukar menerima pelajaran.

  Kondisi Psikologis Belajar pada hakikatnya adalah proses psikologis. Oleh karena itu, semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja mempengaruhi belajar seseorang. Faktor psikologis meliputi, yaitu : 1.)

  Minat Minat yang besar terhadap sesuatu merupakan modal yang besar artinya untuk mencapai atau memperoleh tujuan yang diminati itu. Timbulnya minat belajar disebabkan berbagai hal, antara lain karena keinginan yang kuat untuk menaikkan martabat atau memperoleh pekerjaan yang baik serta ingin hidup senang dan bahagia. Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah. (Dalyono, 1997 dalam Djamarah, 2003 : 157). 2.)

  Kecerdasan Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang erat antara IQ dengan hasil belajar disekolah. Sekitar 25% hasil belajar di sekolah dapat dijelaskan dari IQ, yaitu kecerdasan yang diukur oleh test intelegensi. Jadi kecerdasan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam belajar disekolah.

  3.) Bakat

  Bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap sesuai dengan bakat memperbesar kemungkinan berhasilnya usaha itu. 4.)

  Motivasi Motivasi adalah kondisi psikologi yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu (Noehi Nasution dalam Djamarah, 2002). Jadi motivasi untuk belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar pada umumnya meningkat jika motivasi untuk belajar bertambah.

  5.) Kemampuan Kognitif

  Ada tiga kemampuan yang harus dikuasai sebagai jembatan untuk sampai pada penguasaan kemampuan kognitif, yaitu persepsi, mengingat, dan berpikir. Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia. Mengingat adalah suatu aktifitas kognitif, dimana orang menyadari bahwa pengetahuannya berasal dari masa lampau atau berdasarkan kesan-kesan yang diperoleh dimasa lampau. Berpikir adalah kelangsungan tanggapan-tanggapan yang disertai dengan sikap positif dari subyek yang berpikir (Abror dalam Djamarah, 2002 ).

B. Pendidikan Agama Islam 1.

  Pengertian umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari betapa pentingnya peran agama bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan keluarga, sekolah maupun masyarakat.

  Pendidikan agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan.

  Peningkatan potensi spiritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.

  Pendidikan Agama Islam diberikan dengan mengikuti tuntutan bahwa agama diajarkan kepada manusia dengan visi untuk mewujudkan manusia yang jujur adil, berbudi pekerti, etis, saling menghargai, disiplin, harmonis dan produktif, baik personal maupun sosial. Pendidikan Agama Islam diharapkan menghasilkan manusia yang selalu berupaya menyempurnakan iman, taqwa, dan akhlak, serta Kompetensi dan Kompetensi Dasar : 2).

  Dalam buku Kapita Selekta karya Arifin mengungkapkan pengertian Pendidikan Agama Islam sebagai berikut

  : ”Islamic education in true sense of the term is a system of education which enables a man to lead this life according to the Islamic ideology, so that the may castly mauld his life n accor dance with tenents os Islamic “ (Muhammad

  S.A Ibrahim dalam Chasanah, 2010 : 17). Maksudnya, pendidikan agama islam adalah pandangan yang sebenarnya dalam suatu sistem pendidikan yang memungkinkan seseorang dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan cita-cita Islam sehingga degan mudah ia dapat membentuk hidupnya sesuai dengan ajaran Islam.

  Jadi pendidikan agama islam adalah bagian dari pendidikan islam yang tujuannya agar mampu mengamalkan secara benar sesuai dengan ajaran islam.

2. Ruang Lingkup Pembelajaran PAI

  Dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar disebutkan bahwa ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi aspek-aspek sebagai berikut : a.

  Al-quran dan Hadits b. Aqidah c. Akhlak d. Fiqih e. Tarikh dan Kebudayaan Islam

  Pendidikan Agama Islam menekankan keseimbangan, keselarasan, dan keserasian antara : Hubungan manusia dengan Allah Swt.

  b.

  Hubungan manusia dengan sesame manusia.

  c.

  Hubungan manusia dengan diri sendiri.

  d.

  Hubungan manusia dengan alam sekitarnya.

  Sedangkan Zuhairini dalam Chasanah (2010, 19) mengemukakan bahwa materi PAI diklasifikasikan kedalam tiga hal, yaitu : a.

  Masalah Keimanan Aqidah (kepercayaan) adalah bidang teori yang perlu dipercayai dahulu sebelum yang lain.

  b.

  Masalah Syariah Syariah adalah peraturan-peraturan yang diciptakan Allah atau yang di ciptakan pokok-pokoknya saja agar manusia berpegang kepada-Nya dan dalam melakukan hubungannya dengan Tuhan, mengatur hubungannya dengan alam dan kehidupan.

  c.

  Masalah Insan (akhlak) Kata akhlak adalah merupakan bentuk jama’ dari kata “khulk” yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.

  Akhlak adalah suatu amalan yang bersifat pelengkap, penyempurna bagi kedua amal di atas dan mengajarkan tentang tata cara pergaulan hidup manusia.

  3. Tujuan Pembelajaran PAI Pendidikan Agama Islam di SD bertujuan untuk :

Dokumen yang terkait

1 UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE PEMBELAJARAN DEMONSTRASI DI KELAS V MIS T.I AL-MUSTHAFAWIYAH TAHUN AJARAN 20172018 SKRIPSI

1 5 125

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR FIQIH MATERI SHALAT IDAIN MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS IV DI MI NURUL HIDAYAH TRENTEN KECAMATAN CANDIMULYO KABUPATEN MAGELANG TAHUN PELAJARAN 20152016 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendi

0 0 102

MENINGKATKAN KETERAMPILAN SHALAT FARDHU MELALUI JAMAAH SHALAT DZUHUR PADA SISWA KELAS VI SD KALIBEJITUNTANG SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2007/2008 - Test Repository

0 0 87

UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN BELAJAR FIQIH MELALUI METODE TANYA JAWAB PADA SISWA KELAS V MI SEMEN CANDIMULYO MAGELANG TAHUN 2008 - Test Repository

0 0 97

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MATERI SALAT KELAS III MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA SD NEGERI 3 PINGIT PRINGSURAT TEMANGGUNG - Test Repository

0 2 126

UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN TENTANG RUKUN SliALAT MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA SI SWA KELAS III SD NEGERI LEBAK KECAMATAN GRABAG KABUPATEN MAGELANG - Test Repository

0 0 80

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MATERI SHALAT MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS III SD NEGERI I MERGOWATI KEC. KEDU KAB. TEMANGGUNG TAHUN 2010 - Test Repository

0 2 126

UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MELALUI WETODE DEMONSTRASI DALAM SHALAT FARDHU SISWA RELAS III SD NEGERI II WANAR KEC. TERSONO KAB. BATANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010 - Test Repository

0 1 77

PENINGKATAN PEMAHAMAN MATA PELAJARAN FIQIH MATERI HAi I MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA SISWA OBLAS V MI AR ROSYIDIN NGANDONG KEC. GivABAG KAB. MAGELANG TAHUN 2010 - Test Repository

0 3 76

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR PADA MATERI PAI DENGAN METODE RESITASI KELAS V SDN BANYUSARI TEGALREJO MAGELANG TAHUN AJARAN 2012 2013

0 0 82