JU R U SA N TA R BIY A H SEK O L A H TIN G G I A G A M A ISLA M N EG E R I ( STA IN ) SALA TIG A

  PERSEPSI ORANG TUA MENGENAI GENDER PENGARUHNYA TERHADAP KOMITMEN MENYEKOLAHKAN ANAK PEREMPUAN

( Studi Kasus Desa Mejobo Kudus)

  SKRIPSI

  Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Saijana Pendidikan Islam (S.Pd. I)

  Dalam Ilmu Tarbiyah

  JU R U SA N TAR BIY A H SEK O LA H TING G I A G A M A ISLA M N EG ERI ( STAIN ) SALATIG A

  DEPARTEMEN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA

  Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706, 323433 Fax. 323433 Salatiga 50721 Website :

  

DEKLARASI

Bismilahirrahmunirrahim '' "*

  Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

  Apabila di kemudian hari ternyata materi atau pikiran-pikran orang lain diluar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggung jawabkan keaslian skripsi ini di hadapan bidang munaqasah skripsi.

  Demikian deklarasi ini dibuat oleh peneliti untuk dapat dimaklumi.

  Salatiga, Februari 2005 NURUL 1NAYAH 11101 037

  Dra. Siti Asdiqoh

  Dosen STAIN Salatiga

  J l Stadion N o.02 Salatiga Telp. (0298) 323706, Faks. 323444, Salatiga, 50712 NOTA PEMBIMBING

  Lamp : 3 eksemplar Hal : Naskah Skripsi

  Sdri.Nurul Inayah Kepada Yth. Ketua STAIN Salatiga Di Salatiga Assalamu 'alaikum Wr. Wb.

  Setelah kami mengadakan pengarahan, bimbingan, dan perbaikan seperlunya, maka naskah skripsi saudara : Nama : NURUL INAYAH

  NIM : 111 01 037 Jurusan : TARBIYAH / PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

  Judul : PERSEPSI ORANG TUA MENGENAI GENDER

  PENGARUHNYA TERHADAP KOMITMEN MENYEKOLAHKAN ANAK PEREMPUAN ( Studi Kasus Desa Mejobo) Dengan ini kami mohon agar naskah skripsi tersebut dapat segera dimunaqosahkan.

  Demikian harap menjadikan periksa dan akhirnya kami sampaikan terima kasih.

  Wassalamu''alaikum Wr. Wb.

  Salatiga, 30 Desember 2005 Pembimbinu

  >fii Ut/j/S

  Dra. Siti Asdiqoh NIP. 150 267 136

DEPARTEMEN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA

  JL Stadion No. 03 Phone. (0298) 323433,323706 Salatiga 50721

P E N G E S A H A N

  Skripsi Saudara: NURUL IN AYAH dengan Nomor Induk Mahasiswa 111 01 037 yang beijudul “PERSEPSI ORANG TUA MENGENAI GENDER

  

PENGARUHNYA TERHADAP KOMITMEN MENYEKOLAHKAN ANAK

PEREMPUAN”. Telah dimunaqosahkan dalam sidang panitia ujian, Jurusan

  Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, pada hari Selasa, 28

  

Februari 2006 M yang bertepatan dengan tanggal 29 Muharrom 1427 H, dan telah

  diterima sebagai bagian dan syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Tarbiyah.

  28 Februari 2006 M Salatiga,

  29 Muharrom 1427 H

  

PA N IT IA UJIAN

NIP.150 267 134 268 212

'f/jm

  

Dra. Sii» Asdigoh

NIP. 150 267 136

  MOTTO

B e tte r la te than never (lebih baik terlam b at dari

pada tidak sam a sekali).

  

Dur\iq m em buat jalan bagi m ereka yang tahu kemana

« ' • m m ereka akan pergi (Ralph. W. Emerson)

W h ere th e r e is will th e r e is a way ( Dimana ada

kemauan di sana ada jalan)

  

♦ Kepada bapak Saba'un dan ibu Pasi nah yang selalu berdo'a untuk

keberhasilan studiku

  PERSEMBAHAN Karya Sederh an a Ini Kupersembahkan

  • ♦ Kepada kakakku mas Suryani Thoha, mbak Saidatun, mbak Sunarti, mas

    Romli, Mbak Kholis yang selalu mengharapkan keberhasilanku ♦ Teruntuk mas Rinto sekeluarga yang selalu mengasuh dan

    membimbing penulis selam a di Salatiga.

  ♦ Teruntuk ibu S iti Asdiqoh sekeluarga yang selalu membatu mencari

jalan keluar d isa a t penulis mengalami kebingungan.

♦ Spesial teruntuk Hani yang selalu memberikan m otivasi kepada

penulis hingga te r se le sa in y a skripsi ini

♦ Teruntuk tem an-tem an rental A lfa a fa teru tam a "A/a/s/'yang telah

m em beri banyak masukan dan bantuannya dalam m enyelesaikan skripsi.

♦ Teman-temanku yang membantu penyelesaian skripsi ini yaitu linta

sekalian, Uun, Y ati, Wiwik, dan sem ua tem an-tem an PAI A.

♦ My b e s t frien d Wakhidah dan Rumisih yang selalu menemani penulis

dalam pencarian bahan skripsi

KATA PENGANTAR

  Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat petunjuknya penulis panjatkan skripsi ini dengan lancar. Sholawat serta salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membimbing manusia ke jalan yang lurus dan dirindhoi Allah SWT.

  • . .

  Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan- kesulitan yang timbul dapat teratasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuannya, penulis sampaikan terima kasih kepada yang terhormat:

  1. Bapak Drs. Badwan. M, Ag. Selaku Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga yang telah memberi restu dalam penulisan skripsi ini.

  2. Ibu Dra. Siti Asdiqoh selaku pembimbing yang dengan ikhlas, tekun dan sabar dalam membimbing penulis ketika skripsi ini penulis susun

  3. Bapak dan Ibu dosen yang tulus mendidik penulis sehingga penulis dapat belajar dengan baik.

  4. Seluruh staf dan civitas akademik Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

  5. Seluruh aparat desa Desa Mejobo Kudus yang telah memberikan kesempatan untuk mengadakan penelitian.

  6. Berbagai pihak yang telah banyak membantu dan tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu

  Akhirnya penulis hanya dapat mendo’akan semoga amal baik Bapak, Ibu serta Saudara sekalian mendapatkan imbaian yang berlipat ganda dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

  Salatiga, Februari 2006 Penulis

  Nurul Inavah

  11101037

  

DAFTAR ISI

  

  

  

  BAB I : PENDAHULUAN

  C. Peran Orang Tua Dalam Memberi Semangat Terhadap Anak Dalam

  BAB III: LAPORAN HASIL PENELITIAN

  

  

  

  

  

  

  BAB IV : ANALISIS DATA

  

  

  

  BAB V : PENUTUP DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN-LAMPIRAN

  

BABI

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

  Pendidikan merupakan upaya mewariskan nilai yang akan menjadi

  • penolong serta pemenuhan‘dalam menjalani kehidupan, sekaligus untuk memperbaiki nasib dan peradaban umat manusia.1 Dengan demikian tanpa pendidikan, generasi manusia sekarang tidak akan berbeda dengan generasi masa lampau, dan generasi yang akan datang (anak keturunan kita) tidak akan berbeda dengan generasi kita sekarang, bahkan mungkin saja akan lebih rendah atau lebih jelek kualitasnya 2 Pendidikan dalam keluarga merupakan pendidikan pertama dan utama. Keluarga merupakan unit terkecil yang terdiri atas kepala keluarga, ibu dan anak. Dengan demikian, keluarga juga dapat dikatakan sebagai masyarakat dalam lingkup mikro.

  Keluarga sebagai lingkup terkecil dalam masyarakat memiliki peran-1’ yang sangat penting dalam pemenuhan pendidikan anak, hal ini merupakan kewajiban dari orang tua untuk dapat memberikan pendidikan bagi anak,

  1 Mansur, D iskursus Pendidikan Islam , (Yogyakarta, Global Pusaka Utama, 2001), him. 1

2 Ib id ,

  2

  seorang anak akan diarahkan oleh kedua orang tua agar mampu menjadi seorang anak yang sholeh dan sholehah.

  Dalam upaya penciptaan anak yang memiliki budi pekerti luhur oleh sebab itu orang tua harus mempunyai andil yang sangat besar untuk menyekolahkan anaknya. Oleh karena itu persepsi orang tua akan pentingnya pendidikan perlu ditanamkan dalam setiap jiwa anak agar teijadi kesepahaman bersama antara orang tua dan anak tentang pentingnya pendidikan.

  Dalam proses pendidikan, anak sebelum mengenal masyarakat yang lebih luas dan mendapat bimbingan dari sekolah, terlebih dahulu memperoleh perawatan dan bimbingan dari ke dua orang tuanya. Perawatan dan bimbingan tersebut dengan dilandasi penuh educatif yang diberikan ke dua orang tuanya, kemudian di susul pengaruh yang lain. Seiring dengan sabda Rasulah SAW yang intinya bahwa seperti anak itu lahir dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang akan menjadikan ia Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Dari kedua orang tua itu yang memberikan pengaruh besar terhadap anak adalah ibu.

  Ibu merupakan orang tua yang pertama kali sebagai tempat pendidikan anak. Karena ibu ibarat sekolah, jika ibu mempersiapkan anak berarti ibu telah mempersiapkan generasi yang kokoh dan kuat. Dengan generasi yang kuat berarti telah menginvestasikan sesuatu pada diri anak agar bermanfaat besok kelak untuk mengurangi kehidupan yang lebih global bila dibandingkan waktu awal ada di dalam kandungan yang hidup dalam lingkungan sempit. Itulah sebabnya pendidikan dalam lingkungan keluarga disebut pendidikan yang

  3

  anak.3 Oleh karena itu konsep pendidian Islam perlu diterapkan terutama dalam pendidikan keluarga karena pendidikan keluarga sebagai fondasi terhadap lembaga pendidikan sekolah dan luar.

  Pendidikan adalah sebuah aktivitas, yang memiliki maksud tertentu, yang diarahkan untuk mengembangkan individu sepenuhnya.4 Pendidikan adalah hak sangat penting yang harus dimiliki oleh seseorang. Oleh karena itu pemerintah selalu berusaha untuk meningkatkan pendidikan, sampai pendidikan wajib yang dilaksanakan sampai 9 tahun. Disamping itu dalam UUD’45 juga menjelaskan khususnya pada pasal 31 dinyatakan bahwa setiap warga negara Indonesia berhak mendapatkan pengajaran (pendidikan), pendidikan berlaku bagi seluruh warga negara Indonesia, baik laki-laki maupun perempuan, yang bertempat tinggal di perkotaan maupun di pedesaan.

  Tetapi realitasnya, demokratisasi pendidikan di Indonesia masih belum terwujud masih banyak penduduk Indonesia yang belum mengeyam bangku pendidikan terutama pendidikan formal. Hal tersebut disebabkan oleh taktor kemiskinan, faktor keluarga maupun faktor lingkungan. Tapi fenomena sekarang orang tua lebih memilih anak laki-lakinya untuk melanjutkan sekolah setingi-tinggi sedangkan untuk anak perempuan mereka batasi hanya SD saja atau SMP saja, alasan mereka bahwa tugas anak perempuan itu hanya dibelakang, maka sangat mubadir kalau harus disekolahkan setinggi-tingginya

  

? Wahjoetomo, Perguruan Tinggi Pesantren, Pendidikan Aherna tif Masa Depan,

  4 Alangkah ironisnya kalau perempuan yang hanya mendapatkan

  kesempatan di belakang layar padahal kalau kita lihat bahwa anak dalam keluarga adalah buah hati sibiran tulang. Anak adalah amanah Allah yang perlu dipelihara dengan sebaik-baiknya. Demikianlah beberapa ungkapan masyarakat tersebar luas dalam mendudukan anak pada tempat yang cukup mulia dan berharga.5 ,

  • ?• Dipedesaan, masalah pendidikan merupakan masalah yang serius dan perlu dilakukan rekonstruksi-modemisasi yang telah mempengaruhi gaya hidup masyarakat pedesaan, tidak di imbangi dengan kemajuan dalam pendidikan, perkembangan kultur yang semakin pesat, belum dapat mempengaruhi pola pikir masyarakat pedesaan terhadap pentingnya pendidikan mereka belum menganggap pendidikan sebagai suatu faktor penting. Pendidikan diyakini tidak dapat melahirkan perubahan tapi menjadi beban yang sulit dihilangkan.6

  Dampak dan pola pikir masyarakat pedesan yang kurang baik tersebut, banyak anak-anak sekolah yang hanya lulus SD / SMP banyak masyarakat pedesaan yang lebih mementingkan anaknya bekeija untuk mencari uang dan pada belajar menuntut ilmu, khususnya bagi anak perempuan. Demikian pula dalam hal belajar para orang tua sangat perlu meninjau dan memperbaiki sikap dan perlakuannya terhadap anak sehingga tidak akan menimbulkan penyesalan dan disalahkan oleh mereka dimasa yang akan datang. Orang tua sangat perlu memberikan bantuan seperlunya dalam rangka mengantarkan mereka kepada

  5 Hasan Basri, Keluarga Sakinah Tinjauan Psikologi dan Agam a (Yogyakarta, Pustaka Pelajar), him. 104

  5

  sikap belajar yang benar dan efektif sehingga sejumlah pengetahuan, ketrampilan dan keluhuran budi. Permasalahan fundamental yang perlu juga kita renungkan kembali, walaupun kadang-kadang masih ada sementara warga masyarakat mengabaikannya yaitu tentang persepsi orang tua mengenai gender terhadap komitmen menyekolahkan anak. Tersadar sebelum terlambat menurut hemat kita lebih baik daripada menangisi kesalahan dimasa yang akan datang.

  • ‘Tm Memang masa depan anak sangat erat hubungannya dengan apa dan bagaimana kehidupan belajar yang mereka biasakan dan jalani pada masa kini.

  Orang tua yang baik dan bijaksana selalu memikirkan dan berbuat sesuatu yang baik bagi kehidupan anak-anaknya di masa yang akan datang.7 Gender diatas yang ingin penulis kaji dalam skripsi ini adalah masalah perempuan. Karena kita tidak bisa menafikan bahwa kaum perempuan sering ditindas, kebebasannya untuk mendapatkan pendidikan setinggi-tingginya dibatasi oleh budaya, dan masih banyak lagi ketidakadilan yang dirasakan oleh kaum perempuan.

  Penjelasan diatas adalah sebuah relaita yang sering dihadap kaum perempuan dimana dia menjadi the second person, menjadi kaum yang tertindas dan tidak diberi kesempatan untuk mengembangkan dirinya. Padahal secara ideal, Islam memiliki pandangan kesetaraan yang cukup tegas mengenai hubungan tugas suami dan istri, laki-laki dan perempuan. Pandangan kesetaraan itu dapat dilihat dalam sejumlah ayat al-Qur'an yang pada dasarnya semua manusia dari kedua jenis kelamin itu memiliki

  6 o Kesempatan yang sama untuk mencapai tingkat keberagamaan yang tinggi.

  Setiap amal perbuatan tergantung pada niat, syarat, rukun, serta tata caranya. Seperti dalam firman Allah dalam QS. Al Ahzab : 35 yang berbunyi:

  o C U lj jpU ilj jcujUj j\

  o l * — ol i i l yal i j

  jv^— C>\— j uj L-yaSij 0 13

  L -iaP *yjx* p-A <0^1

  “Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu', laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar."

  Lebih penting lagi, Maulana ustmani berpendapat bahwa Al Qur'an tidak melebihkan laki-laki atas perempuan. Kalimat bimafadhalah ba 'duhum

  ‘ala ba 'din (Allah telah melebihkan sebagianemreka atas yang lain). Sama

  sekali tidak menunjukkan superioritas laki-laki atas perempuan. Seandainya memang demikian, Allah tentu telah berfirman bimafadhalahum ‘alaihinna Dia melebihkan mereka (laki-laki) atas mereka (perempuan), tetapi dalam ayat ini kata maskulin dan feminim, yang akan menunjukkan superioritas laki-laki atas perempuan tidak benar. 8

  9

  7 Pandangan keagamaan klasik diatas kini berhadapan dengan ruas,

  modernitas yang terbuka lebar. Keterbukaan ruang bagi perempuan untuk mengikuti pendidikan sampai setinggi-tingginya dan menikmati kebebasan yang telah lama terbelenggu telah terbuka dan melahirkan kemampuan meraka dalam segi hal urusan yang sebelumnya di klaim hanya milik laki-laki semata.

  Persepsi yang menganggap bahwa kaum perempuan kurang rasional, lebih

  • 4Xm

  emosional dan kurang kompeten menangani urusan domestik dan publik dibanding kaum laki-laki telah gugur dan tidak lagi populer di jaman sekarang ini.10 Kaum perempuan kini tengah bergerak merengkuh masa depannya dan mengubur masa lalu yang suram dan menikmati kebebasannya, demi sebuah cita-cita, meskipun belum begitu cukup proporsional tetapi cita-cita untuk membangun masa depannya semaki terbuka lebar.

  Dari penjelasan diatas penulis tertarik ingin memberikan sedikit masukan kepada para orang tua bahwa anak perempuan itu tidak hanya

  masak, macak dan manak.

  Tetapi kaum perempuan juga perlu mendapatkan pendidikan, oleh karena itu penulis termotivasi untuk meneliti seberapa jauh kesadaran orang tua terhadap pentingnya menyekolahkan anak paerempuannya, dengan mengambil judul PERSEPSI ORANG TUA MENGENAI GENDER

  PENGARUHNYA TERHADAP KOMITMEN MENYEKOLAHKAN ANAK

PEREMPUAN. ( Studi Kasus Pada Komunitas Agraris Desa Mejobo

Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus Tahun 2005) .

10 Husein Muhamad, Islam Agama Ramah Perempuan, (LkiS, Yogyakarta, 2004), him

  170

  8 B. Penegasan Istilah

  Agar tidak teijadi kesalah pahaman dalam memahami judul penelitian ini, maka penulis perlu menegaskan beberapa istilah dalam skripsi ini. Adapun istilah-istilah yang perlu penegasan disini adalah :

  1. Persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu, atau proses seseorang mengetahui beberapa hal malalui pecaindera.11 Maksudnya bahwa seseorang yang mempunyai pancaindera mereka akan dapat menanggapi atau merespon terhadap sesuatu.

  2. Orang tua yaitu ayah ibu kandung. 12 Maksudnya seseorang yang langsung melahirkan anak-anak mereka.

  3. Gender yaitu suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang di konstruksi secara sosial maupun kultur. 13

  4. Komitmen yaitu perjanjian (keterkaitan) untuk melakukan sesuatu 14 Maksudnya bahwa seseorang yang memiliki keinginan yang kuat untuk mencapai suatu tujuan.

  5. Menyekolahkan yaitu memasukkan kesekolah; mengirim kesekolah (untuk belajar), atau menyuruh belajar kesekolah.15 Maksudnya memasukkan anaknya ke pendidikan formal.

  11 Wjs. Poerwadarminto, Kam us Umum Bahasa Indonesia, (PN Balai Pustaka, Jakarta, 1982), him 675

  12 Ibid., him. 629

  13 Mansur Fakih, A nalisis Gender dan Transformasi Sosial, (Yogyakarta, Pustaka pelajar, 1997), him. 8

  14 Wjs. Poerwadarminto, O p.C it, him. 359

  9

  6. Anak yaitu menusia yang masih kecil. 16 Seseorang yang masih pada usia sekolah yaitu usia 7 sampai 19 tahun.

  Jadi yang di maksud dengan judul skripsi ini adalah tanggapan seorang Ayah / Ibu untuk tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan dalam memasukkan anaknya kebangku sekolah. Sehingga orang tua mempunyai komitmen untuk menyolaljkan anak perempuannya. * **.•

  C. Rumusan Masalah Sebagai basic question atau pokok pcimasalahan daiam penelitian ini adalah :

  1. Bagaimana persepsi orang tua mengenai gender di desa Mejobo Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus?

  2. Bagaimana tingkat komitmen menyekolahkan anak perempuan di desa Mejobo Kacamatan Mejobo Kabupaten Kudus?

  3. Adakah pengaruh antara persepsi orang tua mengenai gender terhadap komitmen menyekolahkan anak di desa Mejobo Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus?

  D. Tujuan dan Manfaat Penelitian Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

  10

  1. Untuk mengetahui persepsi orang tua mengenai gender pada masyarakat desa Mejobo Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus.

  2. Untuk mengetahui tingkat komitmen menyekolahkan anak perempuan di desa Mejobo Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus.

  3. Untuk mengetahui pengaruh antara persepsi orang tua mengenai gender terhadap komitmen menyekolahkan anak di desa Mejobo Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

  Hasil penelitian ini dapat membantu memberikan penjelasan, pengertian dan ragam variasi kepada orang tua dalam memberikan pendidikan setinggi-tingginya kepada anak perempuan. Agar orang tua mempunyai komitmen yang tinggi dalam menyekolahkan anak perempuannya. Sehingga seorang anak perempuan tidak hanya duduk di belakang layar, melainkan juga bisa memberikan pengaruh dalam pembangunan bangsa. r*

  E. Hipotesa Hipotesis adalah suatu jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul.17 Berdasarkan pokok permasalahan diatas, penulis menyampaikan hipotesa yang akan diuji kebenarannya melalui data yang diperoleh. Adapun hipotesis yang penulis ajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

  11 “Ada pengaruh yang signifikan antara persepsi orang tua mengenai gender dengan komitmen menyekolahkan anak perempuan. Maksudnya semakin tinggi

persepsi orang tua mengenai gender maka semakin tinggi pula komitmen

menyekolahkan anak perempuan

  F. Metodologi Penelitian , , «

  1. Populasi dan Sample Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Populasi merupakan batas jumlah subjek atau individu yang paling sedikit mempunyai sifat sama.

  Sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.

  Penulis melakukan penelitian lapangan, dalam menentukan populasi dan sampel sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto, bahwa apabila subjeknya kurang dari seratus orang lebih baik diambil semua, sedangkan apabila lebih dan seratus orang lebih, maka diambil sampel antara 10 - 25 % atau 2 0 - 25 % atau lebih sesuai kemampuan peneliti iv

  Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh orang tua di desa Mejobo Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus tahun 2005 adalah 200 keluarga, maka penulis mengambil sampel 25 % yaitu 50 keluarga yang mempunyai anak laki-laki dan perempuan usia sekolah.

  Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan proposional random sampling agar setiap individu mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi sampel.

  n Ib 'uL, him. 108-109

  12

  2.Variabel Penelitian Dalam penelitian ini ada dua variabel yang menjadi fokus penelitian, yaitu:

  a. Variabel independent (variabel bebas yang mempengaruhi) yaitu persepsi orang tua mengenai gender, sebagai variabel bebas atau pengaruh dengan indikator sebagai: - Pandangan kesetaraan perempuan dan laki-laki dalam hal pendidikan.

  • Persepsi tentang kesamaan hak dalam rumah tangga.
  • Persepsi tentang pola pendidikan yang adil gender (pendidikan non seksis)
  • Pandangan perlunya pendidikan yang adil gender yang tidak bertujuan menyamakan hal-hal yang bersifat alamiah (biologis antara laki-laki dan perempuan).

  b. Variabel dependent (variabel yang dipengaruhi) yaitu komitmen menyekolahkan anak. Sebagai variabel terpengaruh dan dependent.

  Adapun indikator menyekolahkan anak adalah sebagai berikut:

  • Mendorong anak perempuan untuk sekolah
  • Membiayai anak perempuan dalam bersekolah
  • Memperlakukan anak perempuan secara sama dengan anak laki-laki dalam memperoleh pendidikan
  • Menerapkan sistem pola asuh yang tidak membedakan antara anak laki-laki dan perempuan.

  13

  3. Metode Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data penelitian, penulis menggunakan beberapa metode sebagai berikut: a. Angket, menurut pendapat Suharsimi Arikunto menjelaskan bahwa angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh inforrpasi dari responden dalam arti laporan tentang

  • T • pribadinya atau hal-hal lain yang ia ketahui.20 Penerapan metode ini adalah dengan cara menyediakan daftar pertanyaan untuk diisi oleh responden. Metode ini sebagai metode pokok yang dimaksudkan untuk memperoleh data tentang pengaruh tingkat persepsi orang tua mengenai gender dan komitmen menyekolahkan anak perempuan dengan cara memberikan daftar pertanyaan untuk di jawab oleh responden.

  b. Interview Adalah metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikenakan dengan sistematika dan berdasarkan pada tujuan penelitian.21 Metode ini sebagai alat bantu yang digunakan untuk memperoleh data yang bersumber orang tua/responden.

  c. Dokumentasi Dokumentasi adalah penyelidikan yang ditujukan pada penguraian dan penjelasan apa yang telah lalu melalui sumber dokumen.22 Metode ini

  20 Suharsimi Arikunto, Prosedur Pendekatan Praktek, (Renika Cipta, Edisi Revisi Lima, Jakarta, 2002) him. 128

  

21 Sutrisno Hadi, M etodologi Reseach II, (Andi Ofset, Yogyakarta, 1989), him 193

  22 Winamo Surahmad, Pengantar Penelitian Ilm iah, Dasar Metodik Teknik, (Tarsito,

  14

  digunakan untuk memperoleh keterangan atau data yang bersifat dokumentasi untuk mencari data dengan gambaran lokasi penelitian.

  Misalnya : arsif, surat-surat, catatan-catatan yang diperlukan penulis.

  4.Metode Analisis data Untuk menganalisa data yang telah terkumpul dalam penelitian ini. penulis menggunakan .analisis data statistik.23 Selanjutnya menganalisa prosentase data tentang persepsi orang tua, menganalisa data tentang komitmen orang tua, mencari prosentase komitment orang tua menyekolahkan anak dengan menggunakan rumus product moment sebagai berikut:

  Keterangan : rxy = Koefisien antara variabel x dan variabel y xy = Perlakuan antara x dan y x = Variabel pertama, yaitu kecenderungan belajar pada lembaga pendidikan non Islam

23 Sutrisno Hadi, Statistik II, (Ardi Offset, Yogyakarta, 1983), him. 294-295

  15

  y - Variabel kedua, yaitu tingkat religiusitas remaja N = Jumlah sampel I = Sigma

G. Sistematika Penulisan Skripsi

  Skripsi ini disusun dalam lima bab, yang secara sistematis, dapat dijalankan sebagai berikut: BABI : PENDAHULUAN

  Pada bab ini berisi latar belakang masalah, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, hipotesis, metode penlitian serta sistematika penulisan skripsi. BABII : LANDASAN TEORI

  Pada bab ini landasan teori ini, diuraikan berbagai pembahasan teori yang menjadi landasan teoritik penelitian, khususnya berkaitan dengan variable penelitian yaitu teori “pengertian tentang gender secara luas, pentingnya pendidikan bagi manusia, peranan orang tua dalam memberikan semangat terhadap anak dalam bersekolah, komitmen menyekolahkan anak, dibahas tentang tanggung jawab orang tua terhadap lingkungan anak, serta upaya memperdayakan anak ke hal-hal yang positif.

  16 BAB III: LAPORAN HASIL PENELITIAN

  Pada bab ini akan dilaporkan hasil pengumpulan data yang berkaitan dengan variabel penelitian, yaitu keadaan daerah penelitian, sarana, dan prasarana, serta laporan penelitian.

  BAB IV :ANALISIS DATA Pada bab analysis data, akan dilakukan analisis terhadap data yang terkumpul dengan tehnik prosentase untuk menjawab pokok permasalahan. Masalah pertama dan kedua. Sementara untuk menjawab masalah yang ketiga yaitu adanya persepsi orang tua mengenai gender pengaruhnya terhadap komitmen menyekolahkan anak perempuan, digunakan analisis statistik dengan menggunakan product moment.

  BAB V : PENUTUP Mengakhiri penulisan skripsi pada bab kelima ini, akan diuraikan mengenai kesimpulan akhir hasil penelitian, saran-saran yang berhubungan dengan pihak-pihak terkait dari subyek penelitian. LAMPIRAN DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP

  

B A B U

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Gender Secara Luas

  Kata “gender" berasal dan bahasa Inggris, gender berarti “jenis kelamin". Dalam Webster’s New World dictionary, gender diartikan sebagai perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan dilihat dari segi nilai dan tingkah laku.

  Di dalam women 's studies encyclopedia dijelaskan bahwa gender adalah suatu konsep kultural yang berupaya membuat perbedaan atau distinction dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosi antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat.

  Sedangkan Hilary M. lips dalam bukunya yang terkenal seks dan gender

  introduction

  mengartikan gender sebagai harapan-harapan budaya terhadap laki- laki dan perempuan {cultural expectations for women and men). Pendapat ini sejalan dengan pendapat umumnya kaum feminis seperti Linda L lindsey, yang mengangap semua ketetapan masyarakat perihal penentuan seseorang sebagai laki-laki atau perempuan adalah termasuk bidang kajian gender {what a given

  society definies a mesculine or feminim is a component o f gender).1

  1 Nasurudin Umar, Argum en Kesetaraan Gender dalam P erspektif A lq u r ’an, Paramadina, Jakarta, 1999, him. 35

  18 Meski kata gender belum masuk dalam perbendaharaan kamus besar

  Indonesia istilah tersebut sudah lazim digunakan khususnya dikantor menteri negara urusan peranan wanita dengan ejaan “'je n d e r Jender diartikannya sebagai “interprestasi mental dan kultural terhadap perbedaan kelamin yakni laki-laki dan perempuan”. Jender biasanya dipergunakan untuk menunjukkan pembagian keija yang dianggap ketat bagi laki-laki dan perempuan.

  Hal itu diperkuat oleh pendapatnya Mansyour Fakih, yang menyatakan bahwa gender adalah suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang di konstruksi secara sosial maupun kultural, misalnya bahwa perempuan itu dikenal lemah lembut, cantik, emosional, atau keibuan. Sementara laki-laki diangggap kuat, rasional, jantan, perkasa, ciri dan sifat itu sendiri merupakan sifat-sifat yang dapat dipertukarkan. Maksudnya bahwa ada laki-laki yang emosional, lemah lembut, keibuan, sementara ada juga perempuan yang kuat, rasional, dan perkasa.2 Tapi jika kita amati bahwa sifat tersebut bisa berubah dari waktu ke waktu dan dari tempat ketempat yang lain. Misalnya zaman dahulu disuatu suku tertentu perempuan lebih kuat dari pada laki-laki tetapi pada zaman yang lain dan ditempat yang berbeda laki-laki yang lebih kuat.

  Perubahan bisa teijadi dari kelas ke kelas masyarakat yang berbeda. Di suatu suku tertentu, perempuan kelas bawah dipedesaan lebih kuat dibandingkan dengan laki-laki. Semua hal yang dapat dipertukarkan antara sifat laki-laki dan

  2 Mansyour Fakih, A nalisis Gender dan Transform asi Sosial, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1997, him 8

  19

  perempuan, yang bisa berubah dari waktu kewaktu sangat berbeda dari tempat ketempat lainnya maupun dari kelas kekelas lainnya yang lain itulah yang dikenal dengan konsep gender.

  Dari berbagai jenis definisi diatas dapat disimpulkan bahwa gender adalah suatu konsep yang digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dari sudut non biologis.

  1. Stereotipe Ketidakadilan Gender Pada era globalisasi sekarang ini perempuan masih manghadapi tingkat kekerasan yang semakin tinggi dikarenakan gender (dibaca jender) mereka, dimana isu gender memang sangat komplek yang berlaku ditingkat lokal, nasional dan internasional.3 Bahkan dalam kehidupan di masyarakat masih teijadi perdebatan teori nature dan nurture. Dalam kaitannya dengan soal jenis kelamin, masih teijadi perdebatan tentang perbedaan psikologis antara perempuan dan laki-laki.

  Dari uraian dan analisis pada bagian-bagian sebelumnya, kita juga telah menyadari bahwa perbedaan gender atau gender differences telah melahirkan ketidakadilan gender atau gender inequalities setelah kita telaah secara mendalam, perbedaan gender ini ternyata telah mengakibatkan lahirnya sifat dan stereotipe yang oleh masyarakat dianggap sebagai ketentuan kodrati atau bahkan ketentuan Tuhan. Sifat dan stereotipe yang sebelumnya merupakan

  3 Man sour Fakih, Gender dan Pembangunan, Pustaka Pelajar Opset, Yogyakarta, Cet I, 1996, him. XIII

  20

  konstruksi atau rekayasa sosial dan akhirnya dikukuhkan menjadi kodrat kultural, dalam proses yang panjang akhirnya telah mengakibatkan terkondisikannya beberapa perempuan, antara lain:

  a. Perbedaan dan pembagian gender yang mengakibatkan, termamfestasi dalam posisi subordinasi kaum perempuan dihadapan laki-laki.

  b. Secara ekonomis, perbedaan dan pembagian gender juga melahirkan proses marginalisasi perempuan.

  c. Perbedaan dan pembagian gender juga membentuk penandaan atau

  stereotipe terhadap kaum perempuan yang mengakibatkan pada penindasan terhadap perempuan.

  d. Perbedaan dan pembagian gender juga membuat kaum perempuan bekeija lebih keras dengan memeras keringat jauh lebih panjang.

  e. Perbedaan gender tersebut juga melahirkan kekerasan dan penyiksaan

(violance) terhadap kaum perempuan, baik secara fisik maupun mental.

  f. Perbedaan dan pembagian gender dengan segenap manifestasinya diatas, mengakibatkan tersosialisasinya citra posisi, kodrat dan penerimaan nasib perempuan yang ada.4

  2. Kesetaraan Gender dalam Perspektif Islam Dewasa ini agama mendapat ujian baru, karena agama sering dianggap biang masalah bahkan dijadikan kambing hitam atas terjadinya pelanggaran

  him 147-151

4 Ibid.,

  21

  ketidakadilan gender. Hal yang sangat mengganggu misalnya tentang penggambaran bahwa Tuhan seolah-olah adalah laki-laki, penggambaran semacam ini terjadi hampir di semua agama.

  Namun setelah Islam datang, perempuan lebih dihargai, karena Islam mengajarkan kesamaan hak atau keselamatan antara laki-laki dan perempuan apabila laki-laki berperan dalam dunia publik, perempuan juga tidak ada larangan untuk berperan pada medan yang sama memiliki martabat yang sama.

  Prinsip Islam terhadap hak kaum laki-laki dan perempuan adalah sama, prinsip inilah yang mendasari mengapa Islam memiliki pandanganyang sangat revolusioner terhadap hubugnan kemanusiaan yang memberikan keadilan hak antara laki-laki dan perempuan.

  Al Qur'an sebagai rujukan prinsip masyarakat Islam, pada dasarnya mengakui bahwa kedudukan laki-laki dan perempuan adalah sama.

  U l

  Artinya : Sesungguhnya kaum wanita adalah setara (patner) dengan kaum

  p ria 5

  Keduanya diciptakan dari satu nafs (living entity) dimana yang satu tidak memiliki keunggulan terhadap yang lain. Bahkan Al Qur'an tidak menjelaskan secara tegas bahwa Hawa diciptakan dan tulang rusuk Nabi Adam sehingga

  22

  kedudukan dan statusnya lebih rendah. Atas dasar itu, prinsip Al-Qur’an terhadap kaum laki-laki dan perempuan adalah sama, dimana hak isteri diakui sederajat dengan hak suami. Dengan kata lain, laki-laki memiliki hak dan kewajiban terhadap perempuan dan sebaliknya perempuan juga memiliki hak dan kewajiban terhadap laki-laki, apalagi jika dikaitkan dengan konteks masyarakat pra-Islam yang transformasikannya.

  Lantas darimana asal datangnya pemikiran yang telah menjadi tradisi dan tafsir keagamaan yang meletakkan posisi perempuan lebih rendah dari laki-laki dan berbagai usaha untuk melanggengkannya. Sesungguhya ada banyak hal yang memperkokoh kedudukan perempuan yang semuanya dianggap mewakili pandangan resmi Islam, antara lain: pengaruh kultur Timur Tengah abad pertengahan. Sheikh Netzawi seorang penulis muslim yang mewakili kultur pada zamannya menjelaskan tipe ideal kaum perempuan dimasa itu, menurutnya perempuan ideal adalah perempuan yang jarang bicara atau ketawa, dia tak pernah meninggalkan rumah, walaupun untuk menjenguk tetangganya atau sahabatnya. Ia tidak memiliki teman perempuan, dan tidak percaya terhadap siapa saja kecuali kepada suaminya. Dia tidak menerima apapun dari orang lain kecuali mereka. Dia harus membantu segala urusan suaminya, tidak boleh banyak menuntut ataupun bersedih. Ia tak boleh tertawa selagi suaminya bersedih dan senantiasa menghiburnya. Dia menyerahkan perempuan seperti itu ada yang dihormati oleh semua orang.

  23 Kultur semacam itu disebagian masyarakat Islam masih dipertahankan,

  namun diberbagai masyarakat muslim sudah tidak berlaku lagi. Dalam kasus tersebut kultur patriarkhi benar-benar ikut andil melanggengkan ketidakadilan gender. Lebih dari persoalan tersebut, tafsir keagamaan tetap memegang peranan penting dalam melegitimasi dominasi atas kaum perempuan. Persoalan disini adalah mengapa Al-Qur’an seolah-olah menempatkan kedudukan laki- laki diatas perempuan.

  Ali Engineer mengusulkan dalam memahami ayat yang berbunyi “laki- laki adalah pengelola atas perempuan” hendaknya dipahami sebagai deskriminasi sebagai deskripsi keadaan struktur dan norma sosial masyarakat pada masa itu dan bukan suatu norma ajaran. Ayat tersebut menjelaskan bahwa saat itu laki-laki adalah meneger rumah tangga dan bukan pernyataan kaum laki-laki harus menguasai, memimpin. Dalam sejarah Islam keadaan kaum perempuan berubah, seiring makin berkembangnya kesadaran hak kaum perempuan dan konsep juga makin meningkat. Pada saat ayat tersebut diwahyukan memang belum ada kesadaran akan hal itu. Kata Qowwam dari masa dipahami selalu berbeda. Dulu atas dasar ayat tersebut perempuan dianggap lebih rendah dari laki-laki dan implementasinya adalah zaman feodal bahwa perempuan harus mengabdi kepada laki-laki sebagai bagian dari tugasnya. Namun Al-Qur’an menegaskan bahwa kedudukan suami dan isteri adalah sejajar.

  24 Untuk memahami bagaimana kedudukan kaum perempuan, kita

  dianjurkan untuk memahami konteks ayat ini diriwayatkan pada suatu hari seorang sahabat Nabi bernama Saad bin Rabi menampar isterinya Habibah bin Zaid karena suatu persoalan. Habibah tidak terima dan mengadukan peristiwa tersebut kepada ayahnya lantas ayahnya pergi mengadu ke Nabi. Keputusan Nabi adalah meminta Habibah untuk membalasnya. Atas keputusan Nabi tersebut kaum laki-laki di Madinah saat itu protes, kalau ditarik makna dari peristiwa tersebut, jelas bahwa Nabi telah memperhitungkan dua paham betul akan ada akibatnya, yaitu pasti menghebohkan masyarakat yang didominasi oleh laki-laki. Jadi surat An-Nisa ayat 35 yang menganjurkan untuk mengangkat hakim dalam menyelesaikan perselisihan tersebut diturunkan dengan semangat untuk mengurangi kekerasan terhadap kaum perempuan dan bukan menegaskan superioritas laki-laki atas perempuan, namun kenyataan banyak tafsiran justru tidak mencerminkan, mengungkapkan kondisi sosial dan kekerasan yang pada saat itu dituntut oleh kaum perempuan agar diperhentikan.

  Fenomena tersebut terkondisikan sejak manusia itu dilahirkan mereka sudah dibuatkan identitas oleh orang tuanya melalui proses belajar dalam membedakan jenis laki-laki dan perempuan tidak hanya memandang aspek biologisnya saja, tetapi juga dikaitkan dengan fungsi dasarnya dan kesesuaian

  25

  tugasnya6 Dari proses belajar ini kemudian menyebabkan munculnya teori gender yang dijadikan landasan berfikir dan falsafah hidup sehingga menjelma menjadi idiologi.

  Bisakah seorang perempuan menjadi kepala negara, pemimpin kepala keluarga. Kalau kita telah melalui Al-Qur’an, tidak ada alasan yang tegas untuk melarang perempuan memiliki posisi seperti itu, kecuali sebuah hadis Ahad riwayat Abu Bakar yang menjadi dasar pendukung pandangan ini. Hadis tersebut sangat berlawanan dengan peristiwa perang Unta dimana Aisyah isteri Nabi memimpin komando perang, peristiwa yang justru terjadi setelah hadis itu diriwayatkan. Mengapa Abu Bakar sebagai periwayat hadis tersebut tidak memberontak atau desersi atas kepemimpinan Aisyah? Kalau beliau memang percaya bahwa perempuan menurut Nabi sendiri justru tidak membedakan peran laki-laki dan perempuan.

  Dari petikan kejadian itu, penulis hanya ingin menandaskan bahwa tafsir, interpretasi terhadap ajaran agama sangat dipengaruhi oleh kacamata pandang yang digunakan oleh penafsirnya, yang sering kali juga berkaitan dengan seberapa jauh keuntungan spiritual dan material yang bisa di peroleh, artinya tafsir agama, erat kaitannya dengan aspek ekonomi, politik, kultural dan juga ideologi. Seluruh itu saling tergantung dan terkait satu sama lain.

  6 Nani Zulminami, Gender dan Pem bangunan M asyarakat Sebuah Tinjauan Konseptual,

dikutip Mansour Fakih, dalam Merekonstruksi Realitas dengan Perspektif Gender, SBPY,

Yogyakarta, 1997, him 82

  26 Di perlukan kajian kritis guna mengakhiri bias dan dominasi dalam

  penafsiran agama. Maka di perlukan suatu proses kolektif yang mengombinasikan studi, investigasi, analisis sosial, pendidikan serta aksi untuk membahas isu Perempuan. Hal ini termasuk memberikan semangat dan kesempatan perlawanan kepada kaum perempuan guna mengembangkan tafsiran ajaran agama yang tidak menempatkan perempuan sebagai pusat perubahan. Proses ini termasuk menciptakan kemungkinan bagi kaum perempuan untuk membuat, mengontrol dan menggunakan pengetahuannya sendiri. Usaha inilah yang memungkinkan tumbuhnya kesadaran kritis menuju

  • -r • transformasi kaum perempuan. Gerakan transformasi gender ini mempercepat transformasi sosial secara luas dan menyeluruh.

  Persoalan mendasar dalam membahas posisi kaum perempuan (muslimat) dalam Islam adalah apakah kondisi dan posisi kaum muslimat dimasyarakat dewasa ini telah merefleksikan inspirasi posisi normatif kaum perempuan menurut ajaran Islam. Respon umat Islam tentang pernyataan ini umumnya dapat dikategorikan menjadi 2 golongan utama.

  Pertama, mereka yang menganggap bahwa sistem hubungan laki-laki

  perempuan di masyarakat saat ini telah sesuai dengan “ajaran Islam”, karenanya tidak perlu di emansipasikan lagi. Kedua, mereka yang menganggap bahwa kaum muslimat saat ini berada dalam suatu sistem yang diskriminatif diperlakukan tidak adil, karenanya tidak sesuai dengan prinsip keadilan dan

  27

  dasar Islam. Kaum muslimat dianggap sebagai korban ketidakadilan dalam berbagai bentuk dan aspek kehidupan yang dilegitimasi oleh suatu tafsiran sepihak dan dikonstruksi melalui budaya syariat. Mereka menganggap bahwa posisi kaum muslimat dalam kenyataan dimasyarakat saat ini, tertindas oleh suatu sistem dan struktur gender dan karenanya ketidakadilan tersebut harus dihentikan. Disebabkan proses ketidakadilan tersebut berakar pada ideologi yang didasarkan pada keyakinan agama, maka upaya perjuangan ideologis adalah melakukan upaya dekonstruksi terhadap tafsir agama yang tidak adil.7

Dokumen yang terkait

E N I N G K A T A N H A S I L B E L A J A R M E N U L I S K A L I M A T E F E K T I F D A L A M P A R A G R A F A R G U M E N T A S I M E L A L U I K E G I A T A N P E E R C O R R E C T I O N P A D A S I S W A K E L A S X 1 S M A N E G E R I R A M B I P U

0 2 17

E V A L U A S I T E R H A D A P P E L A K S A N A A N R U JU K A N B E R JE N JA N G K A S U S K E G A WA T D A R U T A N M A T E R N A L D A N N E O N A T A L P A D A P R O G R A M JA M P E R S A L D I P U S K E S M A S K E N C O N G T A H U N 2012

0 2 19

I D E N T I F I K A S I P E N G A R U H L O K A S I U S A H A T E R H A D A P T I N G K A T K E B E R H A S I L A N U S A H A M I N I M A R K E T W A R A L A B A D I K A B U P A T E N J E M B E R D E N G A N S I S T E M I N F O R M A S I G E O G R A F I S

0 3 19

R E S P O N TA N A M A N C A B E M E R A H T E R H A D A P P U P U K N K M A J E M U K YA N G D I A P L I K A S I K A N S E C A R A L A N G S U N G M E L A L U I TA N A M A N

0 0 10

Muhammad Agus Widiyanto 111 01 042 JU R U SA N T A R B IY A H P R O G R A M ST U D I PE N D ID IK A N A G A M A ISLAM SE K O L A H T IN G G I A G A M A ISL A M N E G E R I (ST A IN ) SA L A T IG A 2006

0 3 91

J U R U S A N T A R B IY A H P R O G R A M S T U D I P E N D ID IK A N A G A M A IS L A M S E K O L A H T IN G G I A G A M A IS L A M N E G E R I (ST A IN ) S A L A T IG A

0 0 95

F A K U L T A R T A R B IY A H SE K O L A H T IN G G I A G A M A ISL A M N E G R I (ST A IN ) SA L A T IG A 2008

0 0 94

JU R U SA N T A R B IY A H PR O G R A M STU D I P E N D ID IK A N A G A M A ISLA M SEK O LA H T IN G G I A G A M A IS L A M N E G E R I (ST A IN ) SA L A T IG A 2008

0 2 95

JU R U SA N T A R B IY A H P R O G R A M ST U D I PE N D ID IK A N A G A M A ISL A M SE K O L A H T IN G G I A G A M A ISL A M N EG E R I (ST A IN ) SA L A T IG A 2008

0 0 103

JU R U SA N T A R B I Y A H PR O G R A M ST U D I P E N D ID IK A N A G A M A ISLA M SE K O L A H T IN G G I A G A M A ISL A M N E G ER I SALATIGA 2006

0 0 102