F A K U L T A R T A R B IY A H SE K O L A H T IN G G I A G A M A ISL A M N E G R I (ST A IN ) SA L A T IG A 2008
UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR FIQIH
M ELALUIM ETODE PEMBIASAAN PADA SISWA KELAS III
MI AL-IMAN SENOBAYAN KECAMATAN SECANG
KABUPATEN MAGELANG 2007/2008
Diajukan Kepada :
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Program SI Dalam Ilmu Tarbiyah
Jurusan Pendidikan Agama Islam
Disusun Oleh :
NAMA : Asih Winarti
NIM : 11406461
F A K U L T A R T A R B IY A H
NOTA PEMBIMBING
Lamp : ....... eksemplar K epada:
Hal : Naskah Skripsi
Yth. Ketua Sekolah Tinggi a.n, Asih Winarti
Agama Islam Negeri Salatiga NIM 11406461 di Salatiga Assalamu 'alaikum wr. wb.
Setelah kami mengadakan koreksi dan perbaikan seperlunya maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudari: Nama : ASIH WINARTI NIM :11406461 Jurusan/Program Studi : Tarbiyah / Pendidikan Agama Islam Judul : Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Fiqih
Melalui Metode Pembiasaan Siswa Kelas
III MI Al-Iman Senobayan Kecamatan Secang Kabupaten Magelang 2007/2008.
Dengan ini kami mohon agar naskah skripsi tersebut dapat segera dimunaqosahkan.
Demikian atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu'alaikum wr. wb
Salatiga, Agustus 2008 Pert^bipibing
PENGESAHAN SKRIPSI
Judul : UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR FIQIH
MELALU1 METODE PEMBIASAAN SISWA KELAS III MI ALIMAN SENOBAYAN KECAMATAN SECANG KABUPATEN MAGELANG 2007 / 2008 . Nama : ASIH WINART1 NIM : 11406461 Program studi : Pendidikan Agama Islam (PAI) Salatiga, 24 Agustus 2008
Dewan Penguji,
MOTTO «s t
AlUTi Ak^ti McHi55ikAn Orans - Or^ng \fat15 beriniAti DiAMtArAmw t>AH
Or&ng - Or*ti5 \\xns THberi llmvi geteMu&n
Pen BeberApA t>er&j&f* (A1 Muj*b*UVi: 11)
PERSEMBAHAN
VntnU jlyaH I6u Tercinta dengan SegaCa
- “
<Pengor6anan dan %flsih Sayangnya yang Taf^ M ungfyn <Di6atas dengan Jipapun
- ***Suom i ‘Tercinta yang SetaCu M endampingi < Penults daCam S u fe dan (Du^g jMmamaterf{u ‘Tercinta Saudara-saudara^ul.Tersayang Safia6at-safia6at%u Seperjuangan
KATA PENGANTAR
Assalamu 'alaikum wr. wb.Bismillahirrahmanirrahim, pertama-tama saya panjatkan puji dan syukur yang
tak terhingga kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, taufik, serta kekuatan untuk melaksanakan tugas penyusunan skripsi ini. Sebagai syarat penyelesaian gelar Saijana pada jenjang Strata Satu, pada Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.
Dalam rangka penyelesaian skripsi ini penulis tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih yang tak terhingga, serta penghargaan rasa hormat setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Ketua STAIN Salatiga, Dr. Imam Sutomo, M.Ag. yang telah mengijinkan dan memberi restu dalam penyusunan skripsi ini.
2. Dosen Pembimbing bapak M. Hafidz, M. Ag., yang telah mencurahkan pikiran, perhatian serta pengorbanan banyak waktuuntuk membimbing dan mengarahkan penyusunan skripsi ini.
3. Segenap staf pengajar Fakultas Tarbiyah STAIN Salatiga yang telah memberi bekal pengetahuan.
4. Bapak Ibu Tersayang, kakak-kakakku, adik-adikku serat sahabat-sahabatku yang telah memberikan bantuan bimbingan serta dorongan sehingga skripsi ini bisa terselesaikan.
5. Bapak Kepala MI Al-Iman beserta Dewan Guru yang telah memberi ijin dan telah membantu dalam membuat skripsi.
6. Siswa-siswi kelas III MI Al-Iman Senobayan sebagai objek penelitian dengan tulus iklas memberi kelonggaran, serta semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi. Semoga Allah SWT membalas jasa-jasa mereka.
Penulis merasa yakin karunia serta hidayah Allah SWT dan bantuan serta dorongan tersebut di atas maka skripsi ini mungkin tidak dapat diselesaikan. Dan penulis hanya berdo'a kepada Allah SWT, semoga amal beliau serta sahabat- sahabat sekalian mendapat imbalan yang setimpal dari Allah SWT. Dalam penuliusan ini penulis yakin, akan adanya banyak kekurangan, kesalahan karena keterbatasan, kemampuan yang saya miliki, maka kritik dan saran yang sifatnya membangun diharapkan sekali akan penulis terima dengan tangan terbuka.
Akhimya hanya kepada Allah SWT skripsi ini penulis serahkan, dengan harapan semoga bermanfaat. Amin.
Wassalamu 'alaikum. wr. wb.
Salatiga,
DAFTARISI
Halaman
A. Hasil Penelitian.
45
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Keadaan Guru dan Karyawan MI Al-Iman Senobayan Tahun 2007 / Tabel 4 : Nama-nama Siswa Kelas III MI Al-Iman Senobayan Tahun 2007 / 2008
.................................................................................................................. 36
ABSTRAK
Asih Winarti, Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Fiqih Melalui Metode Pembiasaan Pada Siswa Kelas III MI A1 Iman Senobayan Kecamatan Secang Kabupaten Magelang 2007/ 2008, Skripsi : Fakultas Tarbiyah, Institut Agama Islam Negeri Salatiga, 2008. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Prestasi Belajar dalam Pembelajaran Fiqih, untuk mengetahui metode pembiasaan dalam pembelajaran fiqih untuk mengetahui pengaruh prestasi belajar fiqih dengan metode pembiasaan.
Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan dari siklus I , II dan III mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari rata - rata pada siklus I 45, 45% , Siklus II 54,54% dan Siklus III 81, 81% .
Dengan demikian bahwa metode pembiasaan terbukti efektif dalam meningkatkan prestasi belajar fiqih pada siswa kelas III MI A1 Iman Senobayan Kecamatan Secang Kabupaten Magelang. Peneliti akhimya merekomendasikan kepada pihak-pihak yang berkompeten untuk menjadikan metode pembiasaan sebagai salah satu altematif yang dapat dipilih dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya dalam pembelajaran fiqih.
B A B I
P E N D A H U L U A N
A. L atar Belakang Masalah Peranan pendidikan dianggap sangat penting untuk menghasilkan sumber daya manusia yang beriman dan bertaqwa. Adanya kemajuan dalam pendidikan menimbulkan dorongan melakukan berbagai inovasi pendidikan agar tercapai tujuan seperti apa yang diharapkan.
Sekolah sebagai lembaga formal merupakan wadah untuk mengaktualisasi tujuan tersebut melalui kegiatan pembelajaran. Sehingga diharapkan kecuali menghasilkan insan yang menguasai ilmu dan teknologi juga manusia yang bertaqwa. Untuk mewujudkan hal tersebut memerlukan komponen pembelajaran, kurikulum, guru, dan sumber belajar lainnya.
Pada saat sekarang ini, berbagai metode mengajar yang baru bervariasi dan digunakan agar tujuan dari proses pembelajaran dapat tercapai. Salah satu pendekatan dalam metode mengajar yaitu dengan menggunakan metode pembiasaan, ini merupakan konsep belajar yang membantu guru untuk membiasakan anak didik berfikir, bersikap, dan bertindak sesuai dengan tuntutan ajaran agama islam1 dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka Penguasaan mata pelajaran Fiqih pada siswa sangat tergantung dari latar belakang dan lingkungan dimana siswa tersebut tinggal seperti pada siswa MI Al-Iman Senobayan, Secang, Magelang. Yang mempunyai latar belakang desa yang tidak memperhasilkan kebiasaan salat yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Waktu diminta mempraktikan salat siswa kelas III mengalami kesulitan dalam gerakan dan bacaannya. Menurut pengamatan penulis hal ini terjadi karena siswa kurang membiasakan mengerjakan salat.
Guru sebagai pengelola kelas berusaha memadukan sumber belajar, sarana yang tersedia, metode, media, kurikulum dalam proses pembelajaran di kelas, sehingga siswa merasa senang dan aktif dalam mengikuti pelajaran. Menurut Prasurvei, pembelajaran Fiqih kelas III MI Al-Iman Senobayan Kecamatan Secang Kabupaten Magelang menjumpai adanya beberapa permasalahan diantaranya adalah kurangnya guru dalam menggunakan metode yang bervariasi. Sehingga siswa kurang aktif dan bergairah dalam mengikuti pembelajaran di kelas sehingga hasil yang dicapai kurang maksimal. Media pembelajaran belum digunakan secara optimal untuk menarik perhatian siswa sebagai alat untuk menjelaskan materi pelajaran.
Menurut pengamatan penulis selama ini guru kelas III dalam menyampaikan materi pembelajaran Fiqih kurang bisa membiasakan dan menerapkan, yang seharusnya materi pelajaran Fiqih yang telah dikuasai oleh siswa, dapat dibiasakan dan diterapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan pada permasalahan di atas, maka peneliti bermaksud mencari Meningkatkan Prestasi Belajar Fiqih Melalui Metode Pembiasaan Siswa Kelas
III MI Al-Iman Senobayan Kecamatan Secang Kabupaten Magelang Tahun 2007/2008”.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan yang dijadikan pokok pikiran dalam penelitian in i:
1. Bagaimanakah prestasi belajar dalam pembelajaran Fiqih pada siswa kelas III MI Al-Iman Senobayan Kecamatan Secang Kabupaten Magelang.
2. Apakah metode pembiasaan dapat meningkatkan prestasi belajar Fiqih pada siswa MI kelas III MI Al-Iman Senobayan Kecamatan Secang Kabupaten Magelang.
3. Bagaimanakah pengaruh prestasi belajar Fiqih dengan metode pembiasaan.
C. Tujuan Penelitian Dari pokok permasalahan tersebut maka tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui prestasi belajar dalam pembelajaran Fiqih pada siswa kelas III MI Al-Iman Senobayan Kecamatan Secang Kabupaten Magelang,
4
2. Untuk mengetahui metode pembiasaan dalam pembelajaran pada siswa kelas III MI Al-Iman Senobayan Kecamatan Secang Kabupaten Magelang,
3. Untuk mengetahui pengaruh prestasi belajar Fiqih dengan metode pembiasaan pada siswa kelas III.
D. Hipotesis
Dengan menggunakan metode pembiasaan yang diterapkan dalam pembelajaran fiqih akan meningkatkan hasil prestasi siswa dan mencapai ketuntasan belajar.
E. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa guru, sekolah, dan orang tua.
1. Bagi Siswa Hasil penelitian ini bermanfaat bagi siswa yang prestasi belajamya rendah, karena dengan metode pembiasaan menuntut siswa untuk membiasakan dalam kehidupan sehari-hari sehingga prestasi siswa meningkat.
2. Bagi Guru Melalui penelitian tindakan kelas guna dapat mengetahui sedikit demi sedikit metode bervariasi serta memilih penggunaan pendekatan yang baik
5
termasuk penggunaan metode sehingga meningkatlan sistem pembelajaran yang efektif.
3. Bagi Sekolah Hasil penelitian ini akan meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam pembelajaran sekolah pada khususnya dan dunia pendidikan pada umumnya, meningkatkan kualitas sekolah melalui profesionalisme guru.
4. BagiOrangTua Hasil penelitian ini akan menambah kepercayaan orang tua terhadap sekolah yang bersangkutan karena siswa cenderung meningkatkan prestasinya dengan pembiasaan.
F. Sistematika Penulisan Skripsi ini disusun dalam lima bab yang secara sistematis dapat dijabarkan sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan Berisi Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian dan Sistematika Penulisan Skripsi. Bab II Landasan Teori C. Prestasi Belajar yang M em uat: 1. Pengertian Prestasi Belajar.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar. D. Fiqih yang M em uat: 1. Pengertian Fiqih.
2. Obyek Fiqih.
3. Tujuan Mempelajari Ilmu Fiqih..
E. Metode yang M em uat: 1. Ciri-ciri Umum Metode Mengajar Pendidikan Islam.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Mengajar.
F. Metode Pembiasaan yang m em uat: 1. Pngertian Pembiasaan.
2. Landasan Teori Metode Pembiasaan.
3. Syarat-syarat Metode Pembiasaan.
4. Kelemahan dan Kekurangan Metode Pembiasaan.
5. Pembiasaan Sebagai Sarana Pendidikan.
Bab III Metodologi Penelitian yang m em uat: A. Tempat, Waktu, dan Subyek Penelitian. B. Rancangan Penelitian. C. Instrumen Penelitian. D. AalisaData. Bab V Penutup Mengakhiri penulisan skripsi pada bab lima yaitu : Kesimpulan dan Saran.
BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini penulis membahas landasan teori tentang penelitian yang
berjudul Upaya M eningkatkan Prestasi Belajar Fiqih Melalui Metode Pembiasaan Siswa Kelas III MI Al-Iman Senobayan Kecamatan Secang Kabupaten Magelang Tahun A jaran 2007 / 2008. Adapun pengertian prestasi belajar, fiqih, metode, dan pembiasaan akan dibahas satu per satu di pembahasan ini.
A. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar Dalam pelaksanaan belajar, untuk dapat mengetahui sejauh mana proses belajar mengajar itu berhasil dilaksanakan, maka harus diadakan suatu
‘evaluasi baik secara tertulis maupun praktek. Dari evaluasi tersebut akan menghasilkan nilai yang sering dikenal dengan istilah prestasi belajar.
Prestasi belajar terdiri dari dua gabimgan kata, yaitu kata prestasi dan belajar. Adapun pengertian dari prestasi adalah merupakan bukti keberhasilan usaha yang dapat dicapai. Sedangkan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang barn secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman
Kemudian dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil dari suatu kegiatan yang telah dilakukan melalui pendidikan dan latihan yang sistematis dan terencana sehingga teijadi perubahan tingkah laku dan kepribadian ke arah yang lebih baik atau yang ingin dicapai dalam pembelajaran atau latihan tersebut. Dapat dikatakan pula bahwa prestasi belajar merupakan produk dari belajar itu sendiri atau merupakan hasil dari proses balajar.
2. Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Belajar sebagai proses atau aktifitas disyaratkan oleh banyak faktor.
Secara global, faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakniJ ; a. Faktor Internal (faktor dari dalam siswa), yaitu keadaan atau kondisi jasm ani dan rohani siswa.
b. Faktor Ekstemal (faktor dari luar siswa), yaitu kondisi lingkungan di sekitar siswa.
c. .Faktor Pendekatan Belajar (Aproach to Learning), yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. Ketiga faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai b e rik u t;
a. Faktor Internal Siswa
1) Aspek Fisiologis (yang bersifat jasmaniah) Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan panca indera, sangat mempengaruhi siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan yang disajikan di kelas. 2) Aspek Psikologis
Faktor yang termasuk aspek psikologis dibagi menjadi lima, yaitu ;
a) Faktor Intelegensi Siswa Faktor intelegensi siswa merupakan faktor bawaan sejak lahir.
Untuk itu dapat dilihat di lapangan, ada anak yang cerdas dan ada anak yang kurang cerdas, yang keduanya memerlukan perlakuan yang berbeda dalam bimbingan belajar. Anak yang intelegensinya tinggi biasanya lebih cepat menguasai materi pelajaran sehingga prestasinya akan cenderung lebih tinggi. Sedangkan anak yang intelegensinya rendah, mereka membutuhkan waktu yang relatif lama untuk memahami materi pelajaran yang diajarkan oleh guru,
b) Sikap Siswa Sikap siswa adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (respon
tendency) dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang,
barang dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Sikap memicu kesulitan belajar pada siswa, sehingga prestasinya pun akan menurun.
c) Bakat Siswa Bakat merupakan kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan. Bakat sangat berpengaruh terhadap tinggi rendahnya prestasi belajar siswa.
d) Minat Siswa Adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Anak yang mempunyai minat yang besar terhadap pelajaran tertentu pasti akan senang mempelajarinya, sehingga akan mendorong tercapainya prestasi belajar yang lebih baik.
e) Motivasi Belajar Motivasi dapat diartikan sebagai keadaan internal organisme, baik manusia atau hewan, yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu.dalam belajar, siswa bisa memperoleh motivasi dari dalam diri siswa, seperti perasaan menyenangi materi pelajaran dan kebutuhan terhadap materi pelajaran, maupun motivasi tersebut sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. dibagi lima, yaitu faktor intelegensi siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa, dan motivasi belajar.
b. Faktor Ekstemal Siswa Faktor ekstemal siswa dibagi menjadi dua, yaitu :
1) Faktor Lingkungan Sosial Yang termasuk dalam lingkungan sosial adalah lingloingan keluarga, sekolah, masyarakat, dan teman sepermainan. Lingkungan sosial yang banyak berpengaruh adalah terhadap kegiatan belajar siswa adalah lingkungan keluarga.
2) Lingkungan Non Sosial Yang termasuk lingkungan non sosial antara lain gedung sekolah, tempat tinggal siswa, sarana dan prasarana belajar dan lain- lain.
c. Faktor Pendekatan Belajar Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan siswa untuk menunjang keefektifan dan efisiensi dalam proses pembelajaran terentu.
Faktor pendekatan belajar dapat ini dibagi menjadi tiga, yaitu ; 1) Pendekatan tinggi, yang meliputi speculative (spekulasi) dan
achieving (penyelesaian)
3) Pendekatan rendah yang meliputi reproductive (reproduksi) dan surface (menerima apa adanya).
Demikianlah penjelasan sub pokok tentang prestasi belajar yang penulis sajikan. Dimana dalam sub pokok judul itu penulis membahas tentang prestasi belajar dan faktor yang mempengaruhinya.
B.Fiqih
1. Pengertian Fiqih
Menurut bahasa, “fiqih” berasal dari kata faqiha-yafqahu-fiqhan, yang berarti “mengerti” atau “faham”. Dari sinilah ditarik perkataaan fiqih, yang memberi pengertian kepahaman dalam hukum syariat yang sangat dianjurkan oleh Allah dan RasulNya. Jadi Ilm u Fiqih ialah suatu ilmu yang yang mempelajari syariat yang bersifat amaliah (perbuatan) yang dieroleh dari dalil- dalil hukum yang terinci dari ilmu tersebut.**
Menurut pengertian fuqaha (faqih), fiqih merupakan pengertian zhanni (sangkaan = dugaan) tentang hukum syariat yang berhubungan dengan tingkah laku mausia. Pengertian mana yang dibenarkan dari dalil-dalil hukum syariat tersebut terkenal dengan Ilmu Fiqih.
Arti fiqih yang populer bagi kaum muslimin pada masa Rasulullah SAW, sahabat dan tabi'in besar adalah segala pengetahuan agama yang tidak mudah kebijaksanaan yang mendalam tentang A l-Q ur'an, hukum-hukum yang terkait dengan peribadatan dan ketentuan-ketentuan lainnya dalam Islam. Perlu diketahui bahwa pada masa ini kaum muslimin belum bemazhab kepada salah satu mazhab tertentu.5
Berbeda dengan abad kedua Hijriyah, yaitu masa lahimya pemuka- pemuka mujtahid yang membangun mazhab dimana fiqih diartikan secara lebih sempit yaitu hukum-hukum yang dipetik dari Kitabullah dan Sunat Rasul melalui ijtihad dan istinbat yang sempuma terhadap hukum-hukum amaliah (perbuatan) para mukallaf.
Selanjutnya sesudah abad kedua Hijriyah arti dan istilah fiqih banyak dipengaruhi dan diwamai oleh pendapat-pendapat para ahli ushul fiqih dan ahli fiqih sebagai satu istilah ilmu pengetahuan mengalami perkembangan dan perubahan. Sebagian ulama mendefinisikannya secara luas dan sebagian yang lain mendefinisikannya secara sempit dan lebih khusus.
Imam Abu Hanifah mendefinisikan fiqih yang dikutip oleh Drs. Abd. Rahman Gazali itu lebih dekat kepada pengertian syari'at, yaitu meliputi pengetahuan tentang usuluddin, akhlak, dan furu' (amaliah manusia).
Demikian pula Imam Ibnu Hazm, beliau memasukkan ilmu tafsir / ilmu Al- Qur'an, ilmu hadist, dasar-dasar ushul fiqih dan hukum-hukum fiqih yang disepakati dan diperselisihkan kedalam cakupan pengertian fiqih. Sementara
14
dari dalil-dalilnya yang tafsiliy. Sekalipun demikian, mereka masih berbeda pendapat tenteng cara memperoleh hukum tersebut. A1 Juijany dan Jalaluddin A1 Makally menjelaskan bahwa pengertian fiqih hanya terbatas pada ilmu yang membawa hukum-hukium yang diambil dari dalil-dalilnya melalui ijtihad. Sedangkan A1 Gazali, At Tahanawiy dan Abdus Salam Al-Qabbaniy menetapkan bahwa fiqih mencakup semua hukum syara' yang amaly baik yang dapat diketahui dengan mudah ataupun dengan jalan ijtihad.0
Berikut beberapa pangertian fiqih yang dikemukakan oleh beberapa ahli fiqih yang dikutip oleh Drs. H. A. Syafi'i Karim : a. Definisi ilmu fiqih secara umum ialah suatu ilmu yang mempelajari macam- macam syariat atau hukum Islam dan berbagai macam aturan hidup bagi manusia, baik yang bersifat individu maupun yang berbentuk masyarakat sosial.
b. Ilmu fiqih merupakan suatu ilmu yang sangat besar pembahasannya, yang mengumpulkan berbagai ragam hukum Islam dan bermacam aturan hidup, untuk keperluan seseorang, golongan dan masyarakat umum manusia.
c. Definisi fiqih menurut ustadz Abdul Hamid Hakim, dalam kitabnya Sulam, yang dikutip oleh Drs. H. A. Syafi'i Karim antara lain ; 1) Fiqih menurut bahasa Faham, maka tahu akan perkataan engkau, artinya faham aku. 2) Fiqih menurut istilah adalah mengetahui hukum-hukum agama islam
15
Kalau kita mengetahui dan mempelajari definisi fiqih yang telah dikemukakan para ahli fiqih dalam berbagai masa perkembangannya, jelaslah bahwa definisi fiqih telah mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zamannya masing-masing.
2. Obyek Fiqih
Mempelajari ilmu fiqih besar sekali faedahnya bagi manusia. Ilmu fiqih memberikan petunjuk kepada manunsia tentang pelaksanaan nikah, talaq, rujuk, dan memelihara jiw a, harta benda, serta kehormatan, juga mengetahui segala hukum yang berhubungan dengan perbuatan manusia.
Yang dibahas dalam fiqih ialah perbuatan orang-orang mukallaf, tentunya orang-orang yang telah dibebani ketetapan hukum agama Islam, berarti sesuai dengan tujuannya.
Yang dibicarakan dalam fiqih (menurut ta 'rif ahli ushul) atau yang dijadikan m adhu'nya ialah segala pekeijaan para m ukallaf dari jurusan hukum.
Adapun hasil pembicaraan atau m ahmulnya ialah salah satu dari jurusan hukum. Yang dimaksud dengan salah satu dari hukum lima, ialah dari hukum taklifi yang lima.
Hukum taklifi a d a la h :
16
4. Karahah (menuntut meningkatkan sesuatu perbuatan dengan tuntutan tidak pasti).
5. Ibahah (mubah = membolehkan) dikeijakan atau ditinggalkan.
Hukum mempelajari Ilmu Fiqih itu terbagi menjadi dua, yaitu ilmu fiqih yang wajib dipelajari oleh seluruh umat Islam dan ilmu fiqih yang wajib dipelajari oleh sebagian orang yang ada dalam kelompok mereka ;
1. ) Ada ilmu fiqih itu yang wajib dipelajari oleh seluruh umat islam yang mukalaf, seperti mempelajari masalah salat, puasa dan lain-lain.
2. ) Ada ilmu fiqih yang wajib dipelajari oleh sebagian orang yang ada dalam kelompok mereka (umat Islam), seperti mengetahui masalah pasakh, ruju', syarat-syarat menjadi qadhi' atau wali hakim dan lain-lain.
Selain yang tersebut di atas hukum mempelajari fiqih itu ialah untuk keselamatan di dunia dan akhirat.
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa pokok bahasan dalam ilmu fiqih ialah perbuatan mukalaf menurut apa yang telah ditetapkan syara' dan ketentuan hukumnya. Karena itu dalam ilmu fiqih yang dibicarakan tentang perbuatan-perbuatan yang menyangkut hubungan dengan Tuhannya yang dinamakan “ibadah” dalam pelbagai aspeknya, hubungan dengan orang lain dalam bidang kebendaan dan sebagainya.
3. Tujuan M empelajari Ilmu Fiqih Yang menjadi dasar dan pendorong bagi umat Islam untuk mempelajari
17
1) Untuk mencari kebiasaan faham dan pengertian dari agama Islam 2) Untuk mempelajari hukum-hukum Islam yang berhubungan dengan kehidupan manusia
3) Kaum muslimin harus bertafaqquh artinya memperdalam pengetahuan dalam hukum-hukum agama baik dalam bidang aqidah dan akhlak maupun dalam bidang ibadah dan muammalat.8 Fiqih dalam Islam sangat penting fungsinya karena ia memmtun manusia kepada kebaikan dan bertaqwa kepada Allah. Setiap saat manusia itu mencari atau mempelajari keutamaan fiqih, karena fiqih menunjukkan kita kepada sunnah Rasul serta memelihara manusia dari bahaya-bahaya kehidupan.
Seseorang yang mengetahui dan mengamalkan fiqih akan dapat menjaga diri dari kecemaran dan lebih takut dan disegani oleh musuhnya. Jelasnya tujuan mempelajari ilmu fiqih adalah menerapkan hukum syara' pada setiap perkataan dan perbuatan mukallaf, karena itu ketentuan-ketentuan fiqih itulah yang dipergunakan untuk memutuskan segala perkara dan menjadi dasar fatwa, dan bagi setiap m ukallaf akan mengetahui hukum syara' pada setiap perbuatan atau perkataaan yang mereka lakukan.9
1 8
C. Metode Pengajaran Metode adatah suatu cara mengajar yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan pengajaran.10 1 Semakin baik metode yang digunakan akan
1 semakin efektif dan efisien pula pencapaian tujuannya.
1. Ciri-ciri umum metode mengajar pendidikan agama Islam Metode dan pengajaran cara-cara bimbingan dalam pendidikan Islam berbeda-beda dan berlainan, tetapi terdapat ciri-ciri dan sifat umum yang menonjol, antara lain adalah11 :
a. Berpadunya metode-metode atau cara-cara, dari segi tujuan dan alat, dengan jiwa dan jiwa akhlak Islam yang mulia. Pendidik muslim baik sebagai guru, ustadz, atau da'i mengambil tujuan-tujuan, metode, prinsip-prinsip dan alat-alatnya dari akhlak Islam. Ia berusaha melaksanakannya dalam suasana keislaman yang sempuma.
b. Metode tersebut bersifat luwes dan dapat menerima perubahan dan penyesuaian sesuai dengan keadaan dan suasana, dan mengikuti sifat pelajar yang menerima perbedaan ilmu dan mata pelajaran dan topik tertentu, begitu juga dengan perbedaan umur pelajar-pelajar dan perbedaan kemampuan-kemampuan dan tahap kematangan mereka.
c. Metode tersebut berusaha sungguh-sungguh mengaitkan antara teori dan praktek, proses belajar dan amal, riwayat dan kefahaman, hafalan dan fahaman, imla' dan ijtihad, memelihara pusaka nenek moyang dan pembaharuan dan daya cipta, memelihara hafalan dan aktifitasnya dan kemampuan berpikir, dan menekankan peranan positif guru-guru dan pentingnya penggunaan aktifitas murid-murid dalam memperoleh ilmu dan keterampilan. Jadi, siswa-siswa pendidikan Islam telah berjaya memadukan dan mengaitkan antara semua perkara-perkara yang berlawanan tersebut.
d. Membuang cara-cara meringkaskan dalam pengajaran dan menganggap bahwa ringkasan-ringkasan ini sebab-sebab rusaknya kebolehan- kebolehan ilmiah yang berguna.
e. Menekankan kebebasan murid-murid, berdiskusi, berdebat dan berdialog dalam batas-batas kesopanan dan hormat-menghormati. Murid-murid mempunyai kebiasaan mutlak untuk menyatakan pendapat di depan gurunya dalam pendapat dan pikiran jik a ia mempunyai bukti yang benar yang menguatkan pendiriannya.
f. Kalau Pendidikan Islam menghormati hak kebebasan murid-murid dan pribadi, dan pendapatnya dalam turut serta pada proses pendidikan, ia juga mengangkat deraj ad guru dan meletakkannya dalam tingkat pimpinan dan tauladan dalam bidang pikiran dan spiritual dan memberinya hak penghargaan dan penghormatan dan mengajak murid- murid patuh dan mendengar padanya. Begitu juga diberinya hak untuk memilih metode yang dianggapnya sesuai bagi suatu pelajaran dan
20
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan raetode mengajar Banyak faktor yang mempengaruhi pemilihan metode mengajar pendidikan Islam, diantaranya12: a. Guru / Instruktur
Guru hendaknya terampil memilih dan menggunakan bermacam metode belajar-mengajar, dalam melaksanakan tugas mendidik melalui proses belajar-mengajar memerlukan berbagai pengetahuan dan kemampuan, diantaranya;
1. ) Menguasai materi pelajaran. 2. ) Menguasai metodologi pengajaran. 3. ) Menguasai dikdatik metodik. 4. ) Menguasai ilmu jiwa perkembangan.
5. ) Menguasai bimbingan dan penyuluhan.
b. Siswa / Peserta Latihan.
Dalam kegiatan pengajaran siswa atau peserta latihan selalu mendapat sorotan yang utama. Guru harus memperhitungkan siapa yang akan dihadapinya. Yang harus diperhitungkannya adalah tingkat intelektual dan latar belakang pendidikan para peserta, tingkat usianya, kelas berapa yang dihadapi serta lingkungan sosial dan budayanya. Semua itu mempengaruhi metode yang akan dipilih. c. Tujuan yang hendak dicapai Guru pada waktu akan mengajar hams memahami benar-benar tujuan penddidikan yang akan dicapai.
d. Bidang studi / mata pelajaran yang akan diajarkan Tiap-tiap mata pelajaran, bidang studi mempunyai karakteristik atau ciri-ciri tersendiri. Misalnya bidang studi matematika tidak akan sama dengan ilmu pengetahuan sosial, untuk itu penekanan pemilihan metode tentu saja akan berbeda.
e. Fasilitas Kegiatan belajar dan mengajar di kelas memerlukan sarana atau fasilitas yang sesuai dengan kegiatan yang akan dilakukan oleh gum dan murid.
Fasilitas yang tersedia turut menentukan pilihan mengajar. Semakin lengkap fasilitas yang tersedia maka akan semakin baik metode yang kita pilih dan tujuan pengajaran akan tercapai dengan efisien.
Sarana-sarana fisik yang tersedia seperi ruang praktikum, tersedianya / alat-alat audio visual, bahan-bahan lainnya yang berhubungan dengan alat-alat eksperimen juga tak kalah pentingnya dalam pemilihan metode yang akan digunakan untuk mengajar. Tidak cukup hanya memahami ciri- cirinya saja, tetapi faktor-faktor yang mempengaruhi didalan pemilihan
D.Metode Pembiasaan
1. Pengertian Pembiasaan Secara etimologi, pembiasaan asal katanya adalah “biasa”, yang artinya adalah “ 1) lazim atau umum ; 2) seperti sedia kala ; 3) sudah merupakan hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.”13 Dengan adanya prefiks “pe” dan sufiks “an” menunjukkan arti proses.
Sehingga pembiasaan dapat diartikan dengan proses membuat sesuatu / seseorang menjadi terbiasa.14 Dalam kaitannya dengan metode pengajaran dalam pendidikan Islam dapat dikatakan bahwa pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak didik berpikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam.
2. Landasan Teori Metode Pembiasaan Dalam teori perkembangan anak didik, dikenal ada teori konvergensi, dimana pribadi dapat dibentuk oleh lingkungannya dan dengan mengembangkan potensi dasar yang ada padanya. Potensi dasar ini dapat menjadi penentu tingkah laku (melalui proses). Oleh karena itu potensi dasar harus selalu diarahkan agar tujuan pendidikan dapat dicapai dengan baik.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan potensi dasar tersebut adalah melalui kebiasaan yang baik.
13 Suharto, dkk, Kamus Bahasa Indonesia Terbaru, Surabaya: INDAH Surabaya, 1989, him.
18.
23
A1 Q ur'an sebagai sumber ajar an Islam, memuat prinsip-prinsip umum pemakaian metode pembiasaan dal am proses pendidikan. Dalam merubah sebuah perilaku negatif misalnya, A1 Q ur'an memakai pendekatan pembiasaan yang dilakukan secara berangsur-angsur. Kasus pengharaman khamar misalnya, A1 Q ur'an menggunakan beberapa tahap.
Oleh karena itu, pendekatan pembiasaan sesungguhnya sangat efektif dalam menanamkan nilai nilai positif dalam diri anak didik, baik pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Selain itu, pendekatan pembiasaan juga dinilai sangat efisien dalam mengubah kebiasaan negatif menjadi positif.
Namun demikian pendekatan ini akan jauh dari keberhasilan jik a tidak diiringi dengan contoh tauladan yang baik dari si pendidik. Oleh karena itu berikut ini akan kita lihat syarat-syarat pemakaian, kelebihan dan kekurangan dari pendekatan pembiasaan dalam pencapaian tujuan proses pendidikan.
3. Syarat-syarat Metode Pembiasaan Ditinjau dari segi ilmu psikologi kebiasaan seseorang erat kaitannya dengan figur yang menjadi panutan dalam perilakunya. Seorang anak terbiasa salat karena orang tua yang menjadi figumya selalu mengajak dan memberi contoh kepada anak tersebut tentang salat yang mereka 1aksa.na.kan setiap waktu salat. Demikian pula kebiasaan-kebiasaan lainnya. Oleh karena itu, apa syarat-syarat yang harus dilakukan dalam mengaplikasikan pendekatan a. M ulailah pembiasaan itu sebelum terlambat. Usia sejak bayi dinilai waktu yang sangat tepat untuk mengaplikasikan pendekatan ini, karena setiap anak mempunyai rekaman yang cukup kuat dalam menerima pengaruh lingkungan sekitamya dan secara langsung akan dapat membentuk kepribadian seorang anak. Kebiasaan positif maupun negatif itu akan muncul sesuai dengan lingkungan yang membentuknya.
b. Pembiasaan hendaklah dilakukan secara kontinyu, tertatur dan berprogram.
Sehingga pada akhimya akan terbentuk sebuah kebiasaan yang utuh, permanen dan konsisten. Oleh karena itu faktor pengawasan sangat menentukan dalam pencapaian keberhasilan dari proses ini.
c. Pembiasaan hendaknya diawasi secara ketat, konsisten dan tegas. Jangan memberi kesempatan yang luas kepada anak didik untuk melanggar kebiasaan yang telah ditanamkan.
d. Pembiasaan yang pada mula hanya bersifat mekanis, hendaknya secara berangsur-sngsur diubah menjadi kebiasaan yang tidak verbalistik dan menjadi kebiasaan yang disertai dengan kata hati anak didik itu sendiri.
4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembiasaan Sebagaimana pendekatan-pendekatan lainnya didalam proses pendidikan, pendekatan pembiasaan tidak bisa terlepas dari dua aspek yang saling bertentangan yaitu kelebihan dan kekurangan. Sebab tidak satu pun dari a. Kelebihan Kelebihan pendekatan ini antara lain adalah : 1. ) Dapat menghemat tenaga dan waktu dengan baik.
2. ) Pembiasaan tidak hanya berkaitan dengan aspek lahiriah tetapi juga berhubungan dengan aspek batiniahnya.
3. ) Pembiasaan dalam sejarah tercatat sebagai metode yang paling berhasil dalam pembentukan kepribadian anak didik.
b. Kekurangan Kelemahan metode ini adalah membutuhkan tenaga pendidik yang benar-benar dapat dijadikan contoh tauladan didalam menanamkan sebuah nilai kepada anak didik. Oleh karena itu pendidik yang dibutuhkan dalam mengaplikasikan pendekatan ini adalah pendidik pilihan yang mampu menyelaraskan antara pendekatan dan perbuatan, sehingga tidak ada kesan bahwa pendidik hanya mampu memberikan nilai tetapi tidak mampu mengamalkan nilai yang disampaikannya terhadap anak didik.
5. Pembiasaan Sebagai Sarana Pendidikan Sudah kita ketahui, bahwa tujuan pendidikan moral ialah agar anak didik berbuat luhur sesuai dengan tugasnya sebagai makhluk Tuhan, umat manusia, warga negara, anggota masyarakat, dan sebagai individu. Anak didik wajib kita bimbing agar terbiasa berbuat luhur, atau anak didik kita biasakan berbuat baik dan menghindari berbuat buruk. Pembiasaan kita pakai sebagai sarana pendidikan untuk mencapai tujuan.
26
a. Teijadinya Kebiasaan Kebiasaan seseorang adalah hasil bimbingan, yaitu hasil pengaruh faktor dalam anak dan pengaruh faktor luar. Secara rinci terdapat empat cara pembentukan kebiasaan, yaitu : 1.) Dengan cara paksaan, 2.) Dengan cara yang sesuai dengan tingkatan human atau manusia, 3.) Dengan cara yang sesuai dengan tingkatan animal atau hewani, 4.) Dari tingkatan animal ke tingkatan human.17
1. Dengan Cara Paksaan Dalam kedudukan tertentu, misalnya sebagai budak, sebagai tawanan, sebagai pekeija kontrak, sebagai penghuni asrama, dan sebagainya, orang dipaksa tiap hari berbuat, sesuai dengan perintah, misalnya : mandi bersama di alam terbuka dengan air kotor, berpakaian yang tidak memenuhi tuntutan kesehatan, bekeija melampaui batas kemampuan dan sebagainya. Karena dilaksanakan tiap hari, maka perbuatan itu lambat laun menjadi kebiasaan.
Tetapi m otif perbuatan itu tidak mendapat persetujuan dari orang yang melakukan kebiasaan itu. Perbuatan dilaksanakan tanpa keinsyafan dan kemerdekaan. Karena itu tidak menimbulkan tanggung jaw ab dan tidak mengandung nilai keluhuran budi. Kebiasaan itu
27
2. Kebiasaan Dalam Taraf Human Pada mulanya perbuatan manusia dewasa dijalankan atas keinsyafan serta kebebasan dan berdasarkan m otif yang disetujui, misalnya bangun pagi, melaksanakan tugas penuh kesungguhan, berpakaian bersih, ramah terhadap sesama, siap sedia menolong orang lain dan sebagainya. Pelaku mengetahui dan menyetujui nilai dan tujuan perbuatan. Karena kerapnya ada ulangan perbuatan itu, maka perbuatan lambat laun menjadi mekanis. Pertengkaran m otif makin berkurang dan akhimya hilang, tetapi nilai keluhuran budi tetap ada.
Keinsyafan dan kebebasan tidak disadari lagi. Kebiasaan ini dapat menjadi kodrat kedua, dibawa sampai besar dan tidak berubah sampai dewasa. Kebiasaan humani ini hanya dapat ditinggalkan apabila kemudian timbul m otif baru yang juga disetujui pelaku.
3) Kebiasaan Dalam Taraf Animal Tingkatan perkembangan rohani anak didik belum cukup masak untuk berbuat berdasarkan keinsyafan, kebebasan dan tanggung jawab. M otif obyektif dan luhur belum banyak dimiliki anak. Pendidik merencanakan perbuatan baik, yang akan ditanamkan pada anak didik agar menjadi kebiasaan. Pembuatan rencana itu berdasarkan m otif
28
dihukum. Anak didik menjalankan perbuatan kebiasaan ini tanpa pengertian, tanpa keinsyafan, tanpa dasar m otif luhur dan tanpa mengerti tujuannya. Latihan ini dikenakan pada hewan dan dinamai dressuur. Hasil dressuur ini tidak menimbulkan tanggung jaw ab dan didalamnya tidak terdapat nilai keluhuran budi. Kalau menurut hewan itu menerima hadiah, kalau membangkang menerima hukuman.
4. Kebiasaan dan Tingkatan Animal M enuju ke Tingkatan Human Pendidik wajib menanamkan kebiasaan mulai dan tingkatan animal menuju ke tingkatan human. Pemupukan kebiasaan ini dijalankan pendidik mulai masa vital sampai masa adolesens. Dalam masa vital kebiasaan ditanamkan secara dressuur seperti hewan.
Tetapi lambat laun, sejajar dengan kemajuan tingkatan perkembangan rohani anak didik, pendidik wajib menerangkan tentang motif, nilai dan tujuan kebiasaan tersebut. Adapun caranya disesuaikan dengan tingkatan perkembangan anak didik dan situasi lingkungannya.
Apabila anak didik sudah menyadari akan nilai dan tujuan kebiasaan itu dan menjalankannya penuh kebebasan, keinsyafan dan tanggung jaw ab, maka tercapailah tingkatan human. Perbuatan kebiasaan semacam itu lalu mengandung nilai perbuatan luhur. akibat yang merugikan anak didik, misalnya harga diri kurang dan sifat buruk yang dapat tumbuh karenanya.
b. Nilai Kebiasaan
1. Kebiasaan mengenalkan anak didik pada kaidah luhur dan keingkarannya.
2. Kebiasaan memupuk rasa suka kepada perbuatan yang luhur dan tidak menyukai perbuatan kebalikannya.
3. Kebiasaan mempercepat pertengkaran m otif sebelum teijadi pemilihan dan penentuan pilihan atas m otif yang luhur.
4. Kebiasaan memperkuat kemempuan anak didik untuk melaksanakan perbuatan yang telah dipilihnya.
c. Kebiasaan Dalam Berbagai Bidang Kehidupan Di segala lingkungan pendidikan anak didik wajib memperoleh pendidikan kebiasaan yang meliputi semua bidang kehidupan sebagai berikut18:
1. Pendidikan kebiasaan dalam kehidupan keagamaan : melaksanakan ibadah secara teratur dan khidmat.
2. Pendidikan kebiasaan dalam kehidupan kemanusiaan : menolong sesama hidup, menghargai sesama hidup sebagai hamba Tuhan, tanpa memperhatikan perbedaan bangsa, suku, golongan, agama, dan
3. Pendidikan kebiasaan dalam kehidupan sosial : melaksanakan tugas kampung dengan keija bakti, hidup bergotong-royong dengan tetangga dan sebagainya.
4. Pendidikan kebiasaan dalam kehidupan kebangsaan : mengikuti perayaan-perayaan nasional, menjunjung tinggi Bahasa Indonesia, Sang Merah Putih, dan sebagainya.
5. Pendidikan kebiasaan dalam kehidupan pribadi : bersikap baik, berdisiplin, hemat, menghargai waktu, hidup sehat, rajin dan sebagainya.
d. Beberapa Petunjuk Dalam Usaha Menanamkan Kebiasaan
1. Kebiasaan jelek yang sudah terlanjur dimiliki anak, wajib sedikit demi sedikit dilenyapkan dan diganti dengan kebiasaan yang baik, dengan bermacam-macam usaha. M isaln y a:
a. Menjauhkan anak didik dari kesempatan menjalankan lagi kebiasaan jelek yang telah dimiliki.
b. Menanamkan kebiasaan barn yang berlawanan dengan kebiasaan jelek, yang telah dimiliki.
c. Menginsyafkan anak didik akan buruknya kebiasaan yang dimilikinya.
2. Sambil menanamkan kebiasaan, pendidik terkadang secara sederhan
3. Sebelum dapat menerima dan mengerti m otif perbuatan, kebiasaan ditanamkan secara latihan terus menerus disertai pemberian penghargaan dan pembetulan.
4. Kebiasaan tentang hidup sehat, tentang adat istiadat yang baik, tentang kehidupan keagamaan yang pokok, wajib sejak kecil sudah mulai ditanamkan.
5. Pemberian m otif selama pendidikan suatu kebiasaan, wajib disertai usaha menyentuh perasaan suka anak didik. Rasa suka ini wajib selalu meliputi sikap anak didik dalam melatih diri memiliki kebiasaan. M aka penulis menyimpulkan bahwa pendekatan pembiasaan pada initinya adalah pengalaman. Karena apa yang kita biasakan itulah yang kita amalkan. Karena seorang siswa yang selalu bertanya, terbiasa dengan kritis. Kebiasaan kririsnya terbentuk dari apa yang diamalkan dalam kesehariannya. Demikian pula kebiasaan-kebiasaan lainnya.
BAB III M ETODOLOGIPENELITIAN Metodologi penelitian yang penulis sajikan terdiri dari empat sub pokok judul,
yaitu : a.) Tempat, waktu dan subjek penelitian, b.) Rancangan penelitian, c) Instrumen penelitian, d.) Analisis data.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian tindakan dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas.
Penelitian ini ju g a termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik / metode pembelajaran ditetapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat tercapai.