Identifikasi pengetahuan guru fisika tentang siswanya pada 2 SMA di Yogyakarta sebagaimana terungkap melalui aktivitas guru dalam pembelajaran - USD Repository

  IDENTIFIKASI PENGETAHUAN GURU FISIKA TENTANG SISWANYA PADA 2 SMA DI YOGYAKARTA SEBAGAIMANA TERUNGKAP MELALUI AKTIVITAS GURU DALAM PEMBELAJARAN Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Pendidikan FISIKA Oleh: ALBERTUS WAHYU SUWIDO NIM: 051424024 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

  

i

  IDENTIFIKASI PENGETAHUAN GURU FISIKA TENTANG SISWANYA PADA 2 SMA DI YOGYAKARTA SEBAGAIMANA TERUNGKAP MELALUI AKTIVITAS GURU DALAM PEMBELAJARAN Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Pendidikan Fisika Oleh : Albetus Wahyu Suwido

  NIM. 051424024

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2010 ii

iii

  

iv

PERSEMBAHAN

  Karya yang sederhana ini kupersembahkan untuk semua orang yang telah hadir dalam hidupku dan mengajariku arti hidup .......

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  

v

  

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 30 Juni 2010 Penulis Albertus Wahyu Suwido

  

ABSTRAK

Indentifikasi Pengetahuan Guru Fisika Tentang Siswanya Pada 2 SMA di

YOGYAKARTA sebagaimana Terungkap Melalui Aktivitas Guru dalam

Pembelajaran

  

Albertus Wahyu Suwido

Universitas Sanata Dharma

2010

Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui pengetahuan guru tentang

konteks dan karakteritik siswa; (2) untuk mengetahui pengetahuan guru tentang motivasi

dan keaktifan siswa; (3) untuk mengetahui pengetahuan guru tentang miskonsepsi dan

kemampuan awal siswa; dan (4) untuk mengetahui pengetahuan guru tentang kesulitan

belajar siswa.

  Penelitian dilakukan pada dua Sekolah Menengah Atas Swasta di Yogyakarta. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 24 Juli 2009

  • – 11 September 2009 dan 22 Juli 2009
  • – 25 November 2009. Subyek dalam penelitian ini adalah guru fisika dari kedua sekolah

    tersebut dan objek penelitian ini adalah PCK khususnya pengetahuan guru tentang siswa.

    Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dan instrumen pengumpulan data

    terdiri dari video hasil rekaman pada saat pembelajaran, fieldnotes, dan wawancara guru.

  Video hasil rekaman dilihat berulang-ulang dan ditranskrip, lalu dicari hal-hal

yang unik baik yang umum maupun yang khusus dan berkaitan dengan pengetahuan guru

tentang siswa. Dari hal-hal unik yang sama dari kedua guru digabungkan dalam satu tema

atau kategori. Dari setiap peristiwa yang diambil sebagai data mengenai pengetahuan

guru tentang siswa tersebut dibahas dengan didukung oleh hasil wawancara.

  Hasil penelitian guru A adalah: (1) guru mengetahui dan menyadari suasana kelas

yang hidup, selain itu kelas terbagi menjadi dua kelompok, guru mengetahui kemampuan,

serta guru hafal nama siswanya; (2) guru mengetahui dan menyadari motivasi dan

keaktifan siswanya cukup bagus dalam mempelajari fisika; (3) Miskonsepsi yang terjadi

pada siswa dalam penelitian ini tidak terungkap. Guru mengetahui konsep gaya normal,

gaya berat, dan gaya gesek merupakan kemampuan awal yang diperlukan siswanya untuk

mempelajari diagram bebas gaya jika dua benda dihubungkan oleh tali; (4) guru

mengetahui kesulitan siswanya dalam memahami konsep gaya gesek dan diagram bebas

gaya.

  Hasil penelitian guru B adalah: (1) guru mengetahui dan menyadari kemampuan

serta sifat siswa, guru hafal nama siswanya; (2) guru mengetahui dan menyadari motivasi

dan keaktifan siswinya yang rendah dalam mempelajari fisika; (3) Miskonsepsi yang

terjadi pada siswa dalam penelitian ini tidak terungkap. Guru mengetahui konsep

perpaduan gelombang datang dan dan pantul merupakan kemampuan awal yang

diperlukan siswinya untuk mempelajari diagram bebas gaya dan gelombang stasioner

dengan ujung terikat; (4) guru mengetahui kesulitan siswanya dalam menentukan letak

perut dan simpul gelombang stasioner. vi

  

ABSTRACT

Identification of Physics Teachers’ Knowledge about Students in 2 Senior High

Schools in Yogyakarta which is revealed through Their Teaching Activities.

  

Albertus Wahyu Suwido

Sanata Dharma University

2010

The goals of this research are: (1) to discover teachers’ knowledge about students’

context and characteristic; (2) to discover teachers’ knowledge about students’

motivation and liveliness; (3) to discover teachers’ knowledge about students’

misconception and initial knowledge; (4) to discover teachers

  ’knowledge about students’ learning difficulties.

The research was done in 2 private Senior High School in Yogyakarta. The research

was held on July 24

  • – September 11, 2009 and July 22 – November 25, 2009. The

    subjects of research were Physics teachers from those 2 schools and the object of

    research was PCK, especially teachers’ knowledge about students. This research was a

    qualitative descriptive research and the data collection instrument consisted of video

    recordings during learning process, fieldnotes, and teacher interviews.

    Video recording was watched repeatedly and analyzed, then it be sought the unique

    things either general or specific and related to teachers’ knowledge about students.

  

From the similar unique things from both teachers were combined into one theme or

category. From each event which was taken as data on teachers’ knowledge about

students was discussed and supported by results of interviews.

The research results of teacher A were: (1) teacher knew and realized the atmosphere of

a live classroom, other than that the class was divided into two groups, teachers knew

the ability of the students, and te achers memorized their students’ name; (2) teacher

knew and realized the motivation and liveliness of their students was good enough in

learning Physics; (3) Misconception that occurred in students was not revealed in this

research. Teachers knew that the concept of normal force, gravity, and friction was the

initial ability required by the students to learn free diagram of force if two objects were

connected by a rope; (4) teacher knew the students’ difficulties in understanding the

concept of friction and free diagram of force.

  

The research results of teacher B were: (1) teacher knew and realized the ability and

character of the students, and teacher memorized the students’ name; (2) teachers knew

and realized the motivation and liveliness of their students was low in learning Physics;

(3) Misconception that occurred in students was not revealed in this research. Teachers

knew the concept of fusion of incoming waves and reflection was an initial ability

required by the students to learn free diagram of force and stationary wave with the tip

attached; (4) Teacher knew their students difficulty in determining the location of the

stomach and a knot of stationer waves. vii

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur penulis haturkan kepada Bapa di surga atas kekuatan dan

penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

  

Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

pendidikan di Program Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan

  IPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

  Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari ada banyak pihak yang

telah memberi bantuan berupa bimbingan dan dorongan kepada penulis dengan

segenap pikiran, waktu, dan tenaga. Oleh karena itu, dengan ketulusan dan

kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku dosen pembimbing dan dosen penguji, yang dengan segenap pikiran, waktu, dan tenaga memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berharga bagi penulis.

  2. Bapak Drs. A. Atmadi, M.Si. selaku dosen penguji atas masukan yang berharga yang telah diberikan.

  3. Romo Dr. Paul Suparno. S.J., M.S.T. selaku dosen penguji atas masukan yang berharga yang telah diberikan.

  4. SMA KOLESE DE BRITO, SMA STELLA DUCE 1 YOGYAKARTA dan Ibu Dra. M. Th. Nanik Ismarjiati serta Bapak Linus Karyanto, S.Pd., M.Si. yang telah memberikan waktu dan kesempatan untuk melakukan penelitian.

viii

  

5. Segenap dosen Universitas Sanata Dharma, khususnya Program Studi

Pendidikan Fisika yang banyak berperan dalam proses belajar penulis di Universitas Sanata Dharma.

  

6. Bapak Sugeng, Mbak Heni, dan Mas Agus atas kerelaan dan kesabaran

dalam memberikan bantuan kepada penulis.

  

7. Keluargaku tercinta: Bapak Agustinus Sugiyo, Ibu C. Sudarmi, mbak

Fransiska Wahyu Sriwinarti, mbak Maria Wahyu Noviyanti, Bang Timbul, keponakku Audi dan Celi, atas cinta dan doa yang tiada batas, kesabaran, perhatian, kesempatan yang diberikan baik material maupun spiritual sehingga skripsi ini dapat selesai.

  

8. Agatha Ferry Wahyu Susanti, terima kasih atas cinta, dukungan, doa,

nasehat, kebersamaan, dan bantuan selama penulisan skripsi.

  

9. Saudara-saudaraku: Simbok, yu Ana, mas Heri, Riyan, Risal, lek Bud,

bulek Rose, Fembri, Penta, David, Bani, Danil, Handono dan Antok, atas dukungan semangat yang diberikan kepada penulis.

  10. Teman-teman Kos gang Alternatif 136 C atas semangat dan kegembiraan yang dihadirkan dalam hari-hari penulis.

  11. Teman-teman seperjuangan P.Fis’05: Cici, Prapti, Eni, Nita Kris, Nita Cicil, Irene, Asih, Melly, Arun, Dinar, Helen, Agus, Nuning, Khoti, Tutik, Nori, Maya, Yossy, Dini, Rita, Era, wega, Mas Wisnu, dan Ika, atas warna-warni yang dihadirkan dalam perjalan panjang di Universitas Sanata Dharma.

ix

  12. Teman-teman seperjuangan dari Lampung: Anton, Arsyad, dan kabib atas warna-warni dihadirkan dalam perjalanan di kota Yogyakarta ini.

  13. Danan, terima kasih atas bantuan pengambilan data selama penelitian.

  14. KMPKS (Keluarga Mahasiswa/i dan Pelajar Katolik Teman-teman Sumatera bagian Selatan) khususnya KMPKS Voice atas penghiburan dan warna-warni yang dihadirkan dalam perjalanan studi penulis.

  15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah banyak berperan dalam penulisan skripsi ini dan perjalanan studi penulis.

  Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi penyempurnaan

skripsi ini. Akhirnya, penulis mengharapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi

banyak pihak.

  Penulis Albertus Wahyu Suwido

x

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Albertus Wahyu Suwido

  Nomor Mahasiswa : 051424024

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

Identifikasi Pengetahuan Guru Tentang Siswanya pada 2 SMA di Yogyakarta

Sebagaimana terungkap melalui Aktivitas Guru dalam Pembelajaran.

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me-

ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,

mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media

lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun

memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 12 Juni 2010 Yang menyatakan (Agatha Ferry Wahyu Susanti

xi

  

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

  

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................. v

ABSTRAK ............................................................................................................. vi

ABSTRACT .......................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................... xi

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiiii

  

BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................... 1 B. Landasan teori ................................................................................................ 4

  1. Pedagogical Content Knowledge ............................................................... 4

  2. Pengetahuan Guru Tentang Siswa ........................................................... 13

  3. Pengakategorian Pengetahuan Guru tentang Siswa ................................. 25

  C. Perumusan Masalah ..................................................................................... 26

  D. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 26

  E. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 27

xii

  

BAB II. METODE PENELITIAN ........................................................................ 28

A. Jenis Penelitian ............................................................................................ 28 B. Subyek Penelitian ........................................................................................ 29 C. Waktu dan Pelaksanaan ............................................................................... 29 D. Instrumen Pengumpulan Data ..................................................................... 29 E. Metode Pengumpulan Data .......................................................................... 34 F. Metode Analisis Data ................................................................................... 34

BAB III. DATA, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN ......................................... 37

A. Data .............................................................................................................. 37

  1. Deskripsi Penelitian ................................................................................. 37

  2. Hasil Penelitian ........................................................................................ 39

  B. Analisis dan Pembahasan ............................................................................ 43

  1. Topik Data ............................................................................................... 44

  2. Kategori Data ........................................................................................... 44

  3. Analisis .................................................................................................... 45

  4. Pembahasan ........................................................................................... 101

  

BAB IV. PENUTUP ........................................................................................... 134

A. Kesimpulan ................................................................................................ 134 B. Saran-saran ................................................................................................ 136 C. Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 138 D. Catatan ....................................................................................................... 138

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 139

xiii

  

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Fieldnotes Guru A .......................................................................... 141

Lampiran 2. Fieldnotes Guru B ........................................................................... 143

Lampiran 3. Transkrip Data Guru A ................................................................... 146

Lampiran 4. Transkrip Data Guru B ................................................................... 168

Lampiran 5. Data Wawancara Guru A ................................................................ 186

Lampiran 6. Data Wawancara Guru B ................................................................ 196

Lampiran 7. Topik Data Guru A ......................................................................... 215

Lampiran 8. Topik Data Guru B ......................................................................... 231

Lampiran 9. Surat Ijin Penelitian ........................................................................ 241

xiv

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa yang maju adalah bangsa yang pendidikanya unggul, mutu

  pendidikan yang unggul dapat mengatasi perkembangan zaman globalisai dan dapat bersaing dengan bangsa-bangsa lain. Berbicara mutu pendidikan tentunya tidak terlepas dari berbagai aspek yang mempengaruhi di antaranya ialah guru, siswa, kurikulum, buku pelajaran, sarana pembelajaran, metodologi pembelajaran peraturan perundangan maupun berbagai input serta kondisi proses lainnya (Vitalis, 2004:1). Untuk meningkatkan kualitas tenaga pengajar yang professional dan memiliki kompetensi di bidang ilmu dan pedagogis, pemerintah telah memulai proses sertifikasi tenaga pendidik lewat pendidikan profesi (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No 18, 2007). Dalam kebijakan ini, secara tegas dipaparkan bahwa kualifikasi akademis dan pedagogis merupakan komponen utama dalam pendidikan nasional. Guru yang profesional harus memiliki dua keahlian, yaitu keahlian yang berkaitan dengan materi pembelajaran sesuai bidang studi (matapelajaran) yang diampunya (content knowledge) dan keahlian yang berkaitan dengan bidang keguruan (pedagogy knowledge) (Kartika Budi, 2005). Guru harus menguasai materi sesuai bidang studi yang diampunya, terampil dalam memilih metode pembelajaran yang tepat dan mempunyai pemahaman serta kemampuan untuk memadukan pengetahuan materi, kurikulum belajar, pengajaran dan siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Shulman (1986) menunjukkan adanya suatu pengetahuan yang secara esensial sangat berperan menentukan tindakan guru di dalam pembelajaran. Pengetahuan tersebut dikenal sebagai Pedagogical Content Knowledge (PCK) .

  Shulman merumuskan Pedagogical Content Knowledge (PCK) sebagai perpaduan dari pengetahuan tentang mata pelajaran dengan pengetahuan pedagogis yang memungkinkan guru menyajikan suatu topic pelajaran secara terorganisir dengan tujuan pembelajaran, tingkat perkembangan murid dan situasi tempat pembelajaran berlangsung (Shulman, 1986, dalam Sarkim, 2005).

  Pedagogical Content Knowledge (PCK) mencakup pengetahuan pengetahuan akan bahan ajar tapi juga merangkum pengetahuan pedagogis untuk membelajarkan materi/bahan ajar tersebut. Menurut Shulman (1986) PCK dikelompokkan dalam tiga kategori: 1. Pengetahuan tentang kurikulum 2. Pengetahuan tentang strategi pembelajaran 3. Pengetahuan tentang para siswa.

  Penelitian ini merupakan penelitian bersama dengan dosen, sehingga aspek-aspek yang membanguan PCK di bagi dalam penelitian ini. Peneliti tertarik untuk menggali aspek PCK tentang pengetahuan para siswa.

  Pengetahuan tentang para siswa membantu guru untuk memutuskan tindakan-tindakan mana yang sesuai diterapkan dalam kelas. Untuk membuat keputusan yang baik, guru harus waspada pada banyak hal yang menjadi pengembangan pembelajaran bagi murid dalam konteks pertumbuhan pikiran , variasi cara belajar, pengaruh bahasa dan budaya, watak individu, hobi dan . pendekatan belajar (Forrest 2008) Pengetahuan tentang pemahaman siswa bukan hanya pemahaman siswa terdahulu tapi juga pengetahuan siswa secara umum, termasuk latar belakang budaya mereka. Guru harus memiliki pengetahuan mengenai karakteristik- karakteristik tertentu dari para siswanya dan melakukan pendekatan- pedekatan baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Aspek-aspek karateristik siswa bisa berupa bakat, minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar, kemapuan berpikir, dan kemampuan awal (hasil belajar) yang telah dimilikinya. Karakteristik siswa akan sangat mempengaruhi dalam pemilihan strategi pembelajaran yang guru terapkan . Dengan memahami siswa, pembelajaran fisika akan sungguh mengena pada siswa dan menyenangkan siswa. Semakin banyak guru memahami setiap siswa, akan semakin kaya pengetahuan yang guru miliki sehingga guru akan dapat membantu pembelajaran secara lebih kotekstual, sesuai dengan karakter siswa.

  Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui apakah guru menggunakan metode kasus berbasis video. Sehingga peneliti mengambil judul: Identifikasi Pengetahuan Guru Fisika tentang Siswanya pada 2 SMA di Yogyakarta Sebagaimana Terungkap melalui Aktivitas Guru dalam Pembelajaran.

B. LANDASAN TEORI 1. Pedagogical Content Knowledge

   Sebagai sebuah Konsep dari pengetahuan isi pedagogis (PCK) pada awalnya diperkenalkan oleh Lee Shulman dalam 1986 di dalam artikelnya yang berjudul: “Those Who Understand: Growth of Knowledge in Teaching” (Mereka Yang Memahami: Pertumbuhan Pengetahuan dalam Pengajaran) (Shulman, 1986). Di dalam artikel tersebut, ia menulis:

   Jenis kedua dari pengetahuan isi adalah pengetahuan bersifat pendidikan, yang melampaui pengetahuan tentang pokok bahasan dalam dirinya menuju dimensi pengetahuan pokok untuk pengajaran (cetak miring sesuai aslinya). Saya masih berbicara tentang pengetahuan isi di sini, tetapi dari wujud khusus dari pengetahuan isi yang membubuhkan aspek-aspek isi

  Shulman, 1986: paling erat hubungannya dengan kemampuan mengajar. ( 9 , seperti dikutip dalam Sarkim, 2005) Dari kutipan artikel di atas Shulman membedakan pengetahuan isi untuk pengajaran, yang ia sebut pengetahuan isi bersifat pendidikan, dari pengetahuan isi yang ada di dalam dirinya. Pengetahuan isi ini termasuk pengetahuan tentang fakta-fakta, konsep-konsep dan struktur sintaktis dan pada cara di mana konsep-konsep dan prinsip-prinsip dasar dari disiplin ilmu itu diorganisir. Struktur sintaktik dari suatu disiplin ilmu adalah himpunan dari cara dimana pertimbangan, validasi, atau penetapan ditetapkan (Schwab, 1964; Grossman, 1987, dalam Sarkim, 2005).

  Sementara itu, pengetahuan isi untuk mengajar, menurut Shulman, adalah pengetahuan yang berwujud aspek dari isi paling berhubungan erat kepada sifat fleksibelnya untuk digunakan dalam mengajar. Menurutnya pengetahuan ini termasuk: topik-topik yang paling sering diajarkan di dalam area materi pokok, bentuk-bentuk paling bermanfaat dari berbagai representasi, analogi- analogi yang paling kuat, dan penjelasan-penjelasan formal. Termasuk juga disini pemahaman tentang apa yang membuat pembelajaran topik-topik spesifik menjadi sulit ataupun mudah.

  Setiap studi atau subyek pada prinsipnya mempunyai dua aspek: yang satu untuk ilmuwan sebagai seorang ilmuwan; yang lain untuk guru sebagai seorang guru. Dua aspek ini tidak dalam pengertian saling menentang ataupun berlawanan. Tetapi tidak juga dengan seketika menjadi serupa (Dewey, 1902, dalam Sarkim, 2005).

  Menurut Dewey (1902, dalam Sarkim, 2005), Bagi seorang ilmuwan ilmu pengetahuan lebih dipandang sebagai sebuah kebenaran dalam kerangka memahami fakta-fakta, merumuskan permasalahan baru, memadu penelitian dan mendapatkan pengetahuan baru. Bagi guru permasalahanya berbeda, guru tidak menaruh perhatian terhadap penambahan pengetahuan baru tentang ilmu, juga perhatiannya bukan pada merumuskan permasalahan baru dan melakukan penelitian terhadapnya. Akan tetapi, guru menaruh perhatian pada merepresentasikan pengetahuan yang dipahaminya kepada para muridnya, agar supaya dapat dipelajari dan dimengerti oleh para murid sesuai dengan tingkat perkembangan psikologisnya dan dalam konteks pembelajaran yang ada.

  Menurut Deng, ide-ide utama dalam ilmu fisika sekolah menengah mewakili struktur psikologis dari pokok materi, sedangkan ide-ide utama di dalam disiplin ilmu fisika mewakili struktur formal logis (Deng, 2001, dalam Sarkim, 2005). Deng (2001) membedakan antara pengetahuan isi/materi dengan pengetahuan pedagogis.

  Treagust dan Harrison, dalam Sarkim, 2005, membedakan antara pengetahuan isi/materi dengan pengetahuan pedagogis melalui model-model penjelasan. Treagust dan Harrison (1999) membagi penjelasan ke dalam tiga kategori: penjelasan-penjelasan ilmiah, penjelasan-penjelasan pedagogis efektif, dan penjelasan-penjelasan sehari-hari.

  Penjelasan-penjelasan ilmiah, menurut Treagust dan Harrison, dikenali lewat tiga fitur utama: nomologikal deduktif, statistik deduktif, dan statistik induktif. Penjelasan-penjelasan nomologikal deduktif termasuk penalaran masuk akal serta deduktif, dan dibatasi oleh peraturan umum. Penjelasan deductive-statistical menggunakan penalaran deduktif di dalam situasi-situasi yang memungkinkan. Di dalam penjelasan-penjelasan ini, interpretasi tidak diambil dari data, justru data ditafsirkan di dalam langkah-langkah logis dan masuk akal untuk menghasilkan pengetahuan yang paling sesuai. Penjelasan- penjelasan statistik induktif berasal dari generalisasi data.

  Sementara itu, penjelasan-penjelasan pedagogis ( Treagust & Harrison, 2000, dalam Sarkim, 2005) dirancang untuk membantu para siswa mempelajari ilmu pengetahuan, untuk mengembangkan pemahaman- pemahaman mereka dan untuk menimbulkan keingintahuan dan untuk memberikan motivasi. Berlawanan dengan penjelasan yang ilmiah, penjelasan-penjelasan pedagogis dipengaruhi oleh konteks-konteks di mana para siswa belajar.

  Pedagogi adalah ilmu atau seni dalam menjadi seorang guru. Pedagogi juga diartikan sebagai seni dan ilmu pengetahuan tentang mendidik anak

  • – anak dan sering digunakan sebagai sebuah sinonim untuk suatu pengajaran. Lebih tepatnya, pedagogi mewujudkan pendidikan yang berfokuskan guru. Dalam suatu model pedagogi, guru memikul tanggung jawab untuk membuat keputusan tentang apa yang akan dipelajari, dan kapan ia akan dipelajari. (http://klubhausbuku. wordpress.com/2008/06/07/). Dalam pendekatan pedagogi, gurulah yang memutuskan isi pelajaran dan bertanggung jawab terhadap proses
Kemampuan pedagogi juga termasuk bagaimana mengatur kelas

  • – kelas atau bekerja dengan anak – anak secara efektif.

  Menurut Sudulloh (2006) pedagogik adalah ilmu yang mempelajari masalah membimbing anak ke arah tujuan tertentu, yaitu supaya kelak ia “mampu secara mandiri menyelesaikan tugas hidupnya”. Jadi pedagogik adalah Ilmu Pendidikan Anak. Langveld, 1980 dalam Sadulloh 2006, membed akan istilah “pedagogik” dengan istilah “pedagogi”. Pedagogik diartikan dengan ilmu pendidikan, lebih menitik beratkan kepada pemikiran, perenungan tentang pendidikan. Suatu pemikiran bagaimana kita membimbing anak , mendidik anak. Sedangkan istilah pedagogi berarti pendidikan, yang lebih menekankan kepada praktek, menyangkut kegiatan mendidik, kegiatan membimbing anak.

  Guru bukan hanya sekedar terampil dalam menyampaikan bahan ajar, namun disamping itu ia juga harus mampu mengembangkan pribadi anak, mengembangkan watak anak, dan mengembangkan serta mempertajam hati nurani anak. Pedagogik merupakan ilmu yang mengkaji bagaimana membimbing anak, bagaimana sebaiknya pendidik berhadapan dengan anak didik, apa tugas pendidik dalam mendidik anak, apa yang menjadi tujuan mendidik anak.

  Kemudian di dalam artikel yang diterbitkan tahun 1987, Shulman tidak menggambarkan PCK sebagai suatu bentuk khusus dari pengetahuan isi, malahan menggambarkannya sebagai satu penggabungan pengetahuan isi dan pengetahuan bersifat pendidikan. Ia menulis: It (PCK) represents the blending of content and pedagogy into an understanding of how particular topics, problems, or issues are organised, represented, and adapted to the diverse interests and abilities of learners, and presented for instruction, ( Shulman 1987:8, seperti dikutip dalam Sarkim, 2005) PCK merepresentasikan campuran isi dan pedagogi ke dalam satu pemahaman bagaimana topik-topik tertentu, permasalahan, atau isu-isu diorganisir, direpresentasikan, dan disesuaikan dengan berbagai kepentingan dan kemampuan-kemampuan yang berbeda dari para siswa, dan yang diperkenalkan untuk instruksi.

  Berdasarkan pada definisi diatas, PCK adalah suatu campuran dari dua kategori pengetahuan: pengetahuan isi atau materi dan pengetahuan pedagogis. Guru yang profesional harus memiliki dua kategori pengetahuan dan mampu memadukanya. Hasil dari campuran itu adalah pemahaman tentang pokok materi pengajaran. Pokok materi dipahami dalam konteks pengajaran dan siap untuk dieksekusi dalam pengajaran.

  Menurut Bromme, haruslah dicatat bahwa PCK adalah suatu konstruksi psikologis dari pengetahuan guru (Bromme, 1995, dalam Sarkim, 2005). Ini berarti bahwa perpaduan tersebut mengacu pada proses kognitif, pengintegrasian atau perpaduan dari pengetahuan tentang isi dan pengetahuan pedagogis dieksekusi secara kognitif oleh para guru. pengintegrasian pengetahuan isi dan pengetahuan pedagogis adalah suatu adaptasi dari pengetahuan ini menuju keadaan yang spesifik dari pekerjaan para guru.

  Bromme mengidentifikasi proses adaptasi ini sebagai 'kontekstualisasi pengetahuan'.

  PCK mempunyai kaitan dengan cara para guru membuat pertimbangan secara pedagogis. Dengan didasarkan pada kebijaksanaan praktis, PCK melibatkan suatu pergeseran dramatis dalam pemahaman guru ''dari mampu untuk memahami materi pokok untuk diri mereka, menuju kondisi mampu untuk menerangkan materi pokok dalam cara yang baru, menyusun kembali dan membagi, mengungkapkan dalam aktivitas dan emosi, di dalam kiasan- kiasan dan latihan-latihan, dan di dalam contoh-contoh dan demonstrasi-

demonstrasi, sehingga dapat diserap oleh para siswa'' . (Bollough, 2001:656).

  PCK mengacu kepada interprestasi guru dan transformasi dari pengetahuan tentang subyek-materi dalam konteks memfasilitasi pembelajaran siswa.(Driel, dkk., 1998:674) PCK menyiratkan transformasi subjek-materi pengetahuan, sehingga dapat digunakan secara efektif dan fleksibel dalam proses komunikasi antara guru dan peserta didik selama praktek di kelas.(Driel dkk., 1998:675).

  Dengan demikian, guru dapat memperoleh PCK dari praktek mengajar mereka sendiri (misalnya, menganalisis kesulitan belajar siswa). Lebih penting, ketika berhadapan dengan materi pelajaran, tindakkan atau keputusan guru ditentukan dari PCK mereka.

  PCK dapat dipandang sebagai proses, hasil (pengetahuan), dan ketrampilan. Sebagai Proses, PCK dimaknai sebagai “the ways content and pedagogy are blended into an understanding of how particular topic are represented and adapted learners’ various interest and abilities” (Shulman, 1986: 5) Sebagai hasil (pengetahuan), PCK merupakan bangunan pengetahuan yang terdiri dari topik-topik khusus yang dikemas sebagai materi pembelajaran bagi siswa, yang merupakan integrasi materi dari materi pembelajaran dan metode pembelajarannya, yang tercermin dalam bagaimana topik-topik, dan masalah-masalah direpresentasikan dan diorganisasikan sesuai dengan minat dan kemampuan siswa (Kartika Budi, 2005:104).

  Sebagai kemampuan atau kete rampilan, PCK merupakan „ teacher‟s ability to convey the constructs underlying elements of the content knowledge in manner that assesible to students” (Kartika Budi, 2005: 104). Jadi PCK merupakan kemampuan atau ketrampilan guru mengintegrasikan materi pembelajaran dan ilmu keguruan untuk kepentingan pembelajaran bagi siswa tertentu sesuai dengan kondisi dan kerangka berpikir siswa dan strategi pembelajaran yang sesuai yang akan dipilihnya.

  Parr, 1988 dalam Bullough, 2001 menyatakan PCK: “adalah suatu pengetahuan khusus pada setiap subyek yang masuk instruksi pengetahuan khusus ini berbeda dari pengetahuan akademis. Perbedaanya ada dalam tujuan, dalam hubungan dengan fakta-fakta berbagai hal, dan dalam cara bagaimana itu diperolah pengetahuan khusus ini adalah pengetahuan pedagogis.

  Magnusson, Krajcik, dan Borko (1999) menyatakan: Pedagogical content knowledge is a teacher’s understanding of how to help students understand specific subject matter. It includes knowledge of how particular subject matter topics, problems, and issues can be organized, represented and adapted to the diverse interests and abilities of learners, and then presented for instruction. . . .The defining feature of pedagogical content knowledge is its conceptualization as the result of a transformation of knowledge from other domains. (Magnusson, Krajcik, dan Borko, 1999:96, seperti yang dikutip dalam Ball, 2008:394) PCK adalah pemahaman guru tentang bagaimana untuk membantu siswa memahami mata pelajaran tertentu. Ini mencakup pengetahuan tentang bagaimana topic subjek materi, masalah, dan masalah dapat diatur, diwakili dan disesuaikan untuk berbagai kepentingan dan kemampuan peserta didik, dan kemudian disajikan untuk instruksi. . . . Fitur yang menentukan bagian dari PCK adalah konseptualisasinya sebagai hasil dari transformasi pengetahuan dari domain lainnya.

  PCK merupakan pengetahuan eksplisit keterampilan yang diperlukan dalam rangka untuk mengajarkan kepada siswa (Chen, 2002; Rovegno, Chen

2. PENGETAHUAN GURU TENTANG SISWA

  PCK merupakan suatu konstruksi kognitif yang merepresentasikan suatu penggabungan beberapa jenis pengetahuan yang diakibatkan oleh sebuah pemahaman bahan-bahan pengajaran yang terkonstektualisasi (Brom, 1995, dalam Sarkim, 2005 ). Dengan kata lain, PCK merupakan perubahan bentuk beberapa komponen-komponen dari pengetahuan ke dalam suatu pengetahuan yang secara langsung berdampak pada praktek pengajaran (Gess-Newsome, 1999, dalam Sarkim, 2005).

  Shulman (1987) memperkenalkan pengkategorian yang berperan untuk pembentukan PCK:

  1. Topik-topik yang diajarkan secara reguler; 2. Bentuk-bentuk paling bermanfaat dari representasi; 3. yang paling kuat, ilustrasi-ilustrasi, contoh- Analogi-analogi contoh, penjelasan-penjelasan, dan demonstrasi-demonstrasi;

4. Prasangka-prasangka siswa sebagai komponen-komponen PCK (Shulman, 1986, dalam Sarkim, 2005).

  Menurut Sarkim (2005), Komponen-komponen ini dapat digolongkan ke dalam tiga kategori. Pertama adalah pengetahuan tentang kurikulum.

  Pengetahuan ini termasuk pengetahuan tentang isi atau materi pokok dan dimana perkara materi pokok diorganisir untuk tujuan pengajaran. Yang kedua adalah pengetahuan tentang strategi pengajaran. Pengetahuan ini tidak hanya terdiri dari pengetahuan prosedural atau teknis tentang presentasi isi tetapi juga mencakup pengetahuan tentang teori-teori yang mendasari prosedur-prosedur teknis. Sebagai contoh, pengetahuan tentang bagaimana cara memeriksa pengetahuan terdahulu dari siswa didasarkan pada teori kognitif. Kategori yang ketiga adalah pengetahuan tentang siswa.

  Pengetahuan adalah informasi yang seseorang miliki dalam bidang tertentu (Hamzah, 2006). Maksud dari pengetahuan (knowledge) adalah sesuatu yang hadir dan terwujud dalam jiwa dan pikiran seseorang dikarenakan adanya reaksi, persentuhan, dan hubungan dengan lingkungan dan alam sekitarnya.

  Pengetahuan ini meliputi emosi, tradisi, keterampilan, informasi, akidah, dan pikiran-pikiran. Pengetahuan seseorang terbentuk dari hubungan dan jalinan ia dengan realitas-realitas yang tetap dan yang senantiasa berubah (John Dewey, 1986, dalam Sadulloh, 2006).

  Von Glaserfeld dalam Suparno, 2007, menyatakan pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan (realitas). Pengetahuan bukanlah gambaran dari dunia kenyataan yang ada, tetapi selalu merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang (Bettencourt, 1989, dalam Suparno, 2007). Van Glasersfeld (1996) menjelaskan bahwa pengetahuan itu dibentuk oleh struktur konsepsi seseorang waktu seseorang

  Jadi dapat disimpulkan Pengetahuan guru tentang siswa adalah Pengetahuan akan suatu fakta atau kondisi mengetahui sesuatu dengan baik yang didapat lewat pengalaman dan pelatihan dan dapat terlihat dari interaksi guru dengan siswa saat pembelajaran.

  Komponen-komponen pengetahuan guru tentang siswa adalah sebagai berikut:

A. Pengetahuan tentang konteks dan karakteristik siswa

  Grossman (1990), mengidentifikasi pengetahuan tentang siswa sebagai bagian dari pengetahuan tentang konteks. Menurutnya, pengetahuan tentang konteks juga termasuk pengetahuan tentang sekolah, komunitas, dan daerah. Lebih dari itu, dia juga berpendapat bahwa pengetahuan tentang siswa tidak dibatasi pada pengetahuan tentang pemahaman siswa terdahulu tentang pengajaran isi. Ini mencakup juga pengetahuan tentang aspek yang berbeda dari pelajaran siswa (Grossman, 1990, dalam Sarkim, 2005)

  Konteks pengajaran mempunyai beraneka aspek berbeda termasuk fasilitas-fasilitas fisik, budaya, politis, dan sistem edukasi. Aspek-aspek ini berpengaruh pada pengajaran pendidikan yang diterima di sekolah melalui beberapa cara termasuk kebijakan-kebijakan edukasi seperti: sasaran hasil edukasi, penilaian kurikulum dan pembelajaran. Sebenarnya, pengetahuan mengenai kurikulum, pengetahuan penilaian pembelajaran, dan pengetahuan tentang sasaran hasil pengajaran dikenali ketika tiga kategori-kategori pengetahuan yang khusus berperan untuk PCK (Magnusson et al., 1999, dalam Sarkim, 2005).

  Mengidentifikasi tingkah laku dan karakteristik siswa sangat perlu dilakukan untuk mengetahui kualitas perseorangan untuk dapat dijadikan sebagai petunjuk dalam mendeskripsikan startegi pengelolaan pembelajaran (Hamzah, 2006). Sebenarnya, begitu banyak karakteristik yang bisa diidentifikasi dalam diri siswa yang dapat membawa pengaruh pada pelaksanaan dan hasi pengajaran secara keseluruhan. Dalam menyusun program pembelajaran untuk setiap bidang studi hendaknya guru kelas sudah memiliki data-data pribadi siswanya berkaitan dengan karakteristik khusus, kemampuan dan kelemahanya, kompetensi yang dimiliki dan tingkat perkembanganya. Aspek-aspek yang diungkap dalam

tingkah laku dan karakteristik siswa berupa bakat dan gaya belajar.

  Pengetahuan tentang para siswa membantu guru untuk memutuskan tindakan-tindakan mana yang sesuai diterapkan dalam kelas. Pengetahuan tentang pemahaman siswa bukan hanya pemahaman siswa terdahulu tapi juga pengetahuan siswa secara umum, termasuk latar belakang budaya mereka. Guru harus miliki pengetahuan mengenai karakteristik- karakteristik tertentu dari para siswanya dan melakukan pendekatan- pedekatan baik di dalam kelas maupun di luar kelas.

  Untuk membuat keputusan yang baik menurut Forrest (2008), guru harus waspada pada banyak hal yang menjadi pengembangan pembelajaran bagi murid dalam konteks pertumbuhan pikiran , variasi cara belajar, pengaruh bahasa dan budaya, watak individu, hobi dan pendekatan

  .

  belajar Karakter-karakter murid seperti keterampilan, bakat, gaya mengajar, tingkat perkembangan dan kesiapan untuk mempelajari hal baru adalah sebagian dari pengetahuan penting yang harus guru miliki.

B. Pengetahuan Motivasi dan Keaktifan siswa

  Menurut McDonald “motivation is an energy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reactions”.(seperti dikutip dari Hamalik 2009:h173) motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan. Menurut Ivor K.

  Davies (1987), motivasi merupakan kekuatan tersembunyi di dalam diri kita yang mendorong kita untuk berkelakuan dan bertindak dengan cara yang khas. Motivasi dapat berupa dorongan-dorongan dasar atau internal dan insentif di luar individu. Menurut Fores (2008), pemberian motivasi di luar individu dilakukan oleh guru dengan ciri-ciri: